Pros, Semnas Pend. IPA Pascasarons UM Vol 1, 2016, ISBN: 978-602.9286-21-2
Kajian Dual Situated Learning Model (DSLM)
untuk Mengatasi Miskonsepsi Kesetimbangan Kimia
Tri Yunita Maharani', Effendy’, Yahmin®)
Mahasiswa Pendidikan Kimia, Pascasarjana, Universitas Negeri Malang '
Jurusan Kimia, FMIPA, Universitas Negeri Malang”*
Jalan Semarang 5 Malang, Jawa Timur
E
ail: triyunita_maharani@yahoo.com
Abstrak: Materi Kesetimbangan Kimia mencakup konsep terdefinisi, konsep
abstrak, hitungan matematis, grafik serta melibatkan representasi: makroskopik,
smikroskopik, dan simbolik. Karakteristk tersebut berpotensi untuk menyebabkan,
Kesetimbangan Kimia menjadi materi yang sulit dipahami oleh siswa. Kesulitan
tersebut momungkinkan terjadinya pemahaman yang salah, Apabila kesalahan
tersebut erlangsung secara konsisten maka dapat menimbulkan terjadinya
rmiskonsepsi, Miskonsepsi ini dapat terbawa pada pembelajaran sclanjutnya apabila
tidak segera diatasi. Salah satu model pembelajaran yang diharapkan efektif untuk
‘mengeliminasi kesalahan konsep dalam Kesctimibangan Kimi adalah Dual Situated
Learning Model (DSLM). DSLM menekankan perubahan konsep dari perspektit
fontologi dan cpistemologi, Perubahan konsep pada DSLM ilakukan dengan
‘menciptakan Ketidaksesuaian (disonansi) dengan pengetahuan yang dimiliki oleh
siswa kemudian menyediakan mental set bars bagi siswa yang digunakan untuk
rmembangun Konsep yang lebih ilmiah, Pemberian mental set yang penting dan
emshaman Konsep yang Konkret peda DSLM dapat’ membantu siswa
‘memvisualisasikan perubahen Konsep yang teramati. Dengan demikin, DSLM
iharapken dapat dijedikan alkernatif untuk mengatasi miskonsepsi dalam,
Kesetimbangan Kimi,
Kata Kunci: Dual Situated Learning Mode! (DSLM), miskonsepsi, kesetimbangan,
kimia
Kesetimbangan kimia merupakan salah satu konsep dalam kimia yang bersifat
kompleks dan sulit untuk dipelajari (Koushathana dkk., 2002; Quilez, 2004). Materi
kesetimbangan kimia mencakup konsep terdefinisi, konsep abstrak, hitungan matematis dan
grafik. Dalam mempelajari kesetimbangan kimia, siswa dituntut untuk menguasai beberapa
Konsep lain yang berkaitan seperti Konsep tentang konsentrasi, gas, konsep mol dan
stoikiometri. Pemahaman konsep kesetimbangan kimia melibatkan kemampuan dalam
menerjemahkan konsep pada tingkat makro yang meliputi sifat-sifat yang teramati, tingkat
sub-mikro yang merupakan identitas dari zat spesifik yang terlibat, dan tingkat simbolik yang
digunakan untuk memanipulasi dan memahami persamaan kesetimbangan (Johnstone, 1991;
Justi, dkk., 2009) schingga siswa akan mengalami kesulitan dalam memahami konsep
kesetimbangan kimia jika mereka tidak dapat menghubungkan ketiga representasi tersebut.
Kesetimbangan kimia merupakan konsep dasar bagi siswa untuk memahami konsep kimia
lainnya seperti asam-basa, reaksi oksidasi-reduksi dan kelarutan. Penguasaan siswa terhadap
konsep kesetimbangan kimia dapat mempermudah siswa untuk menguasai konsep-konsep
kimia lainnya (Berquist & Heikkinen, 1990). Pemahaman konsep yang benar pada materi
kesetimbangan kimia sangat penting bagi siswa, Kesulitan yang dialami siswa dalam
memahami Konsep kesetimbangan kimia dapat menghasilkan pemahaman yang salah dan
‘berpotensi menimbulkan miskonsepsi jika terjadi secara konsisten,
705Pros, Semnas Pend. IPA Pascasarons UM Vol 1, 2016, ISBN: 978-602.9286-21-2
Salah satu penyebab miskonsepsi pada siswa adalah keterbatasan siswa dalam
mengkonstruk atau membangun pemahaman terhadap suatu konsep yang mereka terima
selama proses pembelajaran (Nakhlch, 1992). Selain itu, ketidakmampuan siswa dalam
menggambarkan kimia pada tingkat makroskopik, sub-mikroskopik dan simbolik juga
berpotensi menjadi penyebab miskonsepsi yang dialami siswa (Barke, dkk., 2009;
Chittleborough, 2009). Banyak penelitian yang membahas tentang pemahaman konsep dan
miskonsepsi siswa pada materi kesetimbangan kimia (Koushathana, dkk., 2002; Ozmen,
2007; Sendur, dkk., 2010; Quilez, 2004). Nakhleh (1992: 194-195) menyebutkan bahwa
beberapa miskonsepsi pada materi kesetimbangan kimia yang ditemukan dari penelitian
terdahulu. mencakup miskonsepsi pada konsep kesetimbangan dinamis, laju. reaksi
kesetimbangan dan konsentrasi zat-zat pada keadaan setimbang, dan prinsip Le Chatelier.
Miskonsepsi yang dialami siswa cenderung sulit untuk diubah karena konsep tersebut
tertanam kuat di dalam pikiran mereka menjadi seswatu yang masuk akal namun salah
(Chandrasegaran dkk., 2007; Tuysuz, 2009). Miskonsepsi yang tidak segera diatasi dapat
terintegrasi dengan struktur Kognitif siswa dan mengganggu pembelajaran selanjutnya,
sehingga siswa tersebut akan mengalami kesulitan untuk mengaitkan antara konsep-konsep
‘baru yang mereka terima dengan konsep salah (miskonsepsi) yang telah menjadi struktur
kognitif siswa tersebut (Treagust, 2006). Oleh karena itu, miskonsepsi yang dialami siswa
hharus segera diatasi. Pada prinsipnya miskonsepsi dapat diatasi dengan strategi perubahan
konsep. Berbagai macam strategi perubahan konsep telah dikembangkan oleh para ahli untuk
mengatasi miskonsepsi, antara lain strategi konflik kognitif (Niaz, 1995), Conceptual Change
Text Model (CCT Model) (Calik, dkk., 2007), Cause and Effects of Changes Model (CEC
Model) (Pauen, 1999) dan Dual Situated Learning Model (DSLM) (She, 2002),
DSLM telah efektif mengatasi miskonsepsi pada beberapa materi sains, antara lain
pada materi tekanan udara dan daya apung (She, 2002), thermal expansions (She, 2003),
peleburan dan pelarutan (She, 2004a), transfer panas: konduksi dan konveksi (She, 2004b),
fotosintesis dan respirasi (Akpinar, 2007), pembakaran (She & Lee, 2007), atom (Liao & S
2009), dan pembiasan cahaya (Kroothkaew & Srisawasdi, 2013). Keunggulan DSLM
dibandingkan dengan model lainnya adalah DSLM menekankan perubahan konsep
berdasarkan perspektif ontologi dan epistemologi (Liao & She, 2009). Perubahan konsep
berdasarkan perspektif ontologi adalah perubahan konsep siswa dari kategori matter ke
process (She, 2002), sedangkan perubahan konsep berdasarkan perspektif epistemologi
adalah perubahan status konsep dalam struktur kognitif siswa (Treagust & Duit, 2009)
Kelebihan lain dari penggunaan DSLM dalam mendorong terjadinya perubahan konsep
adalah adanya pemberian mental set yang penting pada siswa dan pemahaman konkret dati
konsep schingga dapat membantu siswa memvisualisasikan perubahan kosep yang teramati
(She, 2003),
DSLM memiliki potensi untuk mengatasi miskonsepsi pada materi kesetimbangan
kimia Karena materi kesetimbangan kimia merupakan materi sains dan _memiliki
karakteristik yang hampir sama dengan materi sains lainnya, Perubahan konsep
kesetimbangan siswa dapat dilakukan dengan memberikan disonansi atau ketidaksesuaian
dengan konsep awal yang dimiliki siswa kemudian memberikan mental set atau konsep yang
‘baru baik berupa grafik, pertanyaan, gambar, dan sebagainya.
706Pros, Semnas Pend. IPA Pascasarons UM Vol 1, 2016, ISBN: 978-602.9286-21-2
BAHASAN UTAMA
Miskonsepsi dan Pentingnya Upaya untuk Mengatasinya
Banyak penelitian yang menunjukkan bahwa sebagian besar siswa datang ke kelas
dengan membawa pengetahuan awal atau kepercayaan yang mereka miliki mengenai suatu
fenomena dan konsep (Duit & Treagust, 2003; Tuysuz, 2009). Pengetahuan awal tersebut
merupakan hal penting untuk menentukan apakah siswa nantinya dapat memahami materi
yang akan mereka pelajari. Penelitian mengenai pemahaman konsep siswa pada kimia
didasarkan pada pendekatan konstruktivistik dimana siswa membangun sendiri_struktur
pengetahuan mereka berdasarkan latar belakang, tingkah laku, kemampuan, pengalaman,
sebelum, selama dan sesudah pembelajaran (Barke, dkk., 2009). Dalam membangun
pengetahuannya, tidak menutup kemungkinan bila terjadi Kesalahan dalam pemahaman suatu
konsep yang disebabkan karena keterbatasan siswa dalam mengembangkan pengetahuan
yang sudah dimilikinya sehingga bisa menyebabkan miskonsepsi.
Miskonsepsi merupakan pemahaman mengenai suatu konsep yang berbeda dengan
pemahaman ilmiah yang diterima secara umum (Nakhleh, 1992; Ozmen, 2008). Terdapat
beberapa alasan yang menyebabkan terjadinya miskonsepsi. Gabel (1999) menyebutkan
bahwa alasan siswa mengalami miskonsepsi adalah karena karakteristik konsep kimia yang
kompleks dan cara pembelajaran konsep kimia di kelas. Menurut Kay dan Yin (2010), secara
‘umum miskonsepi disebabkan oleh beberapa hal, antara lain: i) pengetahuan untuk penjelasan
konsep mengenai pengembangan ilmu kimia yang terbaru belum cukup; ii) penjelasan konsep
agar lebih sederhana masih Kurang atau bahkan berlebihan; iii) penguasaan konsep kimia
yang masih kurang; dan iv) terkadang penjelasan konsep kurang tepat karena menggunakan
‘bahasa (dialek) daerah yang tidak representatif. Selain itu, guru dan buku dapat menjadi
sumber miskonsepsi di dalam sekolah. Sedangkan pengetahuan awal (prekonsepsi) siswa
yang diperoleh melalui pengalaman dalam kehidupan schari-hari dapat menjadi sumber
miskonsepsi di luar sekolah.
Miskonsepsi yang dialami siswa cenderung resistan terhadap pembelajaran. Hal ini
disebabkan Karena konsep tersebut telah tertanam di benak siswa sebagai suatu hal yang
masuk akal meskipun salah, terutama jika konsep tersebut telah tertanam kuat di dalam
kehidupan sehari-hari (Chandrasegaran, dkk., 2007; Tuysuz, 2009). Akibatnya, jika siswa
mendapatkan konsep baru yang menurutnya tidak masuk akal, mereka akan memilih untuk
‘tetap menggunakan konsep salah yang dimilikinya dan menghubungkannya dengan konsep-
konsep selanjutnya yang terkait. Miskonsepsi pada siswa yang tidak segera diatasi dapat
menghambat siswa dalam mempelajari konsep-konsep lain yang berkaitan dan juga
menghambat siswa dalam memahami suatu ilmu secara utuh dan benar. Siswa akan kesulitan
untuk mengintegrasikan informasi baru dengan informasi yang mereka miliki schingga tidak
dapat memperoleh pemahaman yang benar terhadap Konsep baru tersebut (Treagust, 2006)
Miskonsepsi Kesetimbangan Kimia
Penelitian miskonsepsi yang sering dilakukan pada mata pelajaran kimia adalah pada
materi kesetimbangan kimia, Hal ini disebabkan karena kesetimbangan kimia merupakan
materi penting sebagai dasar pemahaman siswa pada topik kimia lainnya seperti asam dan
basa, reaksi oksidasi-reduksi, dan kelarutan (Berquist & Heikkinen, 1990) schingga jika
seseorang siswa memiliki miskonsepsi pada materi kesetimbangan kimia maka dapat
mengganggu pembelajaran selanjutnya. Penyebab kesulitan dan miskonsepsi siswa pada
materi kesetimbangan kimia adalah karena materi kesetimbangan kimia bersifat kompleks
07Pros, Semnas Pend. IPA Pascasarons UM Vol 1, 2016, ISBN: 978-602.9286-21-2
dan abstrak, Kousathana & Tsaparlis (2002) menyebutkan soal-soal pada materi
kesetimbangan kimia merupakan soal yang paling penting sekaligus paling kompleks dan
sulit dalam kimia umum. Konsep kesctimbangan kimia yang bersifat abstrak menyebabkan
siswa sulit untuk memahami konsep tersebut. Selain itu, siswa juga sering mengalami
kesulitan untuk menggunakan langkah matematika untuk menyelesaikan perhitungan
kesetimbangan kimia (Kousathana & Tsaparlis, 2002; Quilez, 2004). Kesulitan lainnya dalam
mempelajari kesetimbangan kimia adalah memahami materi kesetimbangan kimia dalam
representasi makroskopik, mikroskopik dan simbolik, Merujuk pada definisi yang diberikan
oleh Johnstone (1982) dalam Chittleborough (2007), ketiga tingkat representasi dalam materi
kesetimbangan kimia dicontohkan sebagai berikut: (a) tingkat makroskopik yang meliputi
perubahan warna larutan atau gas saat terjadi pergeseran kesetimbangan akibat pengaruh
konsentrasi, tekanan/volume, dan temperatur; (b) tingkat submikroskopik meliputi gambaran
mikroskopik yang terjadi saat keadaan setimbang dan gambaran mikroskopik yang terjadi
setelah pergeseran kesetimbangan karena perubahan konsentrasi dan temperaturivolume; (c)
tingkat simbolik meliputi persamaan reaksi kesetimbangan homogen dan heterogen, ramus
tetapan kesetimbangan (K.), kuosien reaksi (Q,), gralik hubungan konsentrasi produk dan
reaktan terhadap waktu pada keadaan setimbang.
Banyak penelitian yang telah dilakukan untuk mengetahui pemahaman konsep dan
miskonsepsi siswa pada materi kesetimbangan kimia (Hackling & Gamett, 1985; Gussarsky
& Gorodetsky, 1988; Berquist & Heikkinen, 1990; Tyson & Treagust, 1999; Kousathana &
Tsaparlis, 2002; Piqquette & Heikkinen, 2005; Gzmen, 2007; Sendur, dkk., 2010;
Karpudewan, dkk., 2015). Penelitian yang dilakukan oleh Gussarsky & Gorodetsky (1988,
1990) mengungkapkan anggapan siswa bahwa reaksi maju dan reaksi balik pada reaksi
kesetimbangan merupakan dua reaksi yang terpisah. Dalam penelitian yang sama juga
diungkapkan bahwa sebagian besar siswa gagal untuk memahami konsep kesetimbangan
dinamis, Mereka beranggapan bahwa ketika reaksi mencapai keadaan setimbang, maka tidak
ada reaksi lebih lanjut yang terjadi. Gamett dan Hackling (1985) melaporkan miskonsepsi
‘yang terjadi pada siswa antara lain: (1) siswa menganggap bahwa konsentrasi reaktan dan
produk dipengaruhi oleh hubungan aritmatika sederhana. Mereka beranggapan bahwa
konsentrasi produk sama dengan konsentrasi reaktan pada keadaan setimbang; (2) siswa
mengungkapkan kepercayaan mereka bahwa ketika kesetimbangan terganggu maka laju
reaksi maju dan balik akan berubah, Hal yang sama juga dilaporkan oleh Berquist dan
Heikkinen (1990) dimana banyak siswa menganggap bahwa konsentrasi akan bertambah
pada saat keadaan setimbang dan penambahan reaktan hanya akan mengubah konsentrasi
produk,
DSLM untuk Mengatasi Miskonsepsi Kesetimbangan Kimia
Banyak pencliti yang tertarik pada teori perubahan konsep untuk mengatasi
miskonsepsi pada siswa. Pada prinsipnya, perubahan konsep adalah membangun kembali
konsep yang terdapat pada struktur kognitif siswa, Duit & Treagust (2009) menyebutkan
‘bahwa secara umum berdasarkan beberapa penelitian terdapat 2 tipe perubahan konsep, yaitu
(i) weak knowledge restructuring, assimilation or conceptual capture dan (ii) strong/ radical
knowledge restructuring, accommodation or conceptual exchange. Weak knowledge
restructuring, assimilation or conceptual capture merupakan perubahan konsep dimana
informasi baru dapat terakumulasi dan menghasilkan hubungan yang baru dengan gagasan
yang telah ada tanpa mengubah konsep inti. Pada restrukturisasi pengetahuan yang lemah,
708Pros, Semnas Pend. IPA Pascasarons UM Vol 1, 2016, ISBN: 978-602.9286-21-2
siswa akan mudah untuk menggunakan kembali konsep salah yang dimilikinya. Strong/
radical knowledge restructuring, accommodation or conceptual exchange merupakan
perubahan konsep yang melibatkan perubahan pada konsep inti dan struktur pengetahuan.
Restrukturisasi pengetahuan yang kuat atau radikal dapat membuat siswa merubah konsep
awal yang dimilikinya dengan konsep yang benar-benar baru.
Berdasarkan teori klasik perubahan konsep atau bisa disebut dengan teori perubahan
konsep dengan perspektif epistemologi, perubahan konsep dapat terjadi jika adanya
ketidakpuasan siswa terhadap konsep awal yang dimilikinya. Jika terdapat konsep pengganti
yang lebih bisa dimengerti (intelligible), dipercaya (plausible) dan bermanfaat (fruiffll),
maka akomodasi terhadap konsep baru akan terjadi, Perubahan konsep juga dapat terjadi
sebagai akibat perubahan ontologi siswa (Chi, dkk., 1994). Dalam perspektif ontologi,
perubahan konsep terjadi ketika sebuah konsepsi berpindah dari satu kategori ke kategori
yang lain, misalnya perubahan konsep dari kategori matter ke process. Sebagai contoh, pada
perubahan konsep tekanan udara dan gaya apung, siswa harus dapat memahami bahwa udara
dan air terditi dari molekul-molekul yang sangat kecil (matter) dan juga memahami bahwa
partikel udara bergerak secara konstan dan mengerahkan tekanan udara pada seluruh sisi
sistem dan objek di dalam; keseimbangan gaya apung dan berat air yang dipindahkan akan
menentukan apakah sebuah benda akan tenggelam atau mengapung (process) (Chi, dkk.,
1994),
Dual Situated Learning Model (DSLM) merupakan strategi pembelajaran perubahan
konsep yang dikembangkan oleh She (2002) untuk mengatasi miskonsepsi siswa, DSLM
merupakan strategi pembelajaran perubahan konsep yang dikembangkan berdasarkan
perspektif perubahan konsep epistemologi dan ontologi. Istilah situated learning dalam
DSLM menunjukkan bahwa proses pembelajaran harus dikondisikan, sedangkan istilah dual
menunjukkan bahwa pengkondisian proses pembelajaran terscbut didasarkan pada dua hal
yyaitu sifat alami konsep sains dan kepercayaan siswa tethadap konsep sains, Sifat alami
konsep sains dapat dianalisis dengan melakukan studi literatur mengenai konsep esensial
(mental set) yang dibutuhkan siswa untuk memahami konsep utama. Pengidentifikasian
konsep yang dimiliki siswa memberikan informasi mengenai kepercayaan siswa terhadap
suatu konsep sehingga akan membantu menentukan mental set siswa yang lemah. Masing-
masing dual situated learning pada DSLM memiliki dua fungsi (She, 2002), yaitu: (1)
menciptakan disonansi (ketidaksesuaian) terhadap pemahaman awal siswa; dan (2)
menyediakan mental set baru untuk membangun konsep ilmiah. Mental set baru yang
diberikan pada siswa harus dimengerti (intelligible), dipercaya (plausible) dan bermanfaat
(fruitful).
DSLM telah efektif mengatasi miskonsepsi pada beberapa materi sains, antara lain
pada materi tekanan udara dan daya apung (she, 2002), thermal expansions (She, 2003),
peleburan dan pelarutan (She, 2004a), transfer panas: konduksi dan konveksi (She, 2004b),
fotosintesis dan respirasi (Akpinar, 2007), pembakaran (She & Lee, 2007), atom (Liao & She,
2009), dan pembiasan cahaya (Kroothkaew & Srisawasdi, 2013). Meskipun penelitian
mengenai keefektifan DSLM untuk mengatasi miskonsepsi pada materi kesetimbangan
belum pemah dilakukan, DSLM memiliki potensi positif untuk mengatasi miskonsepsi pada
materi kesetimbangan kimia karena materi kesetimbangan kimia merupakan salah satu materi
sains dan memiliki karakteristik yang hampir sama dengan materi sains lainnya, Perubahan
konsep kesetimbangan siswa dapat dilakukan dengan memberikan disonansi atau
709Pros, Semnas Pend. IPA Pascasarons UM
Vol 1, 2016, ISBN: 978-602.9286-21-2
ketidaksesuaian dengan konsep awal yang dimiliki siswa kemudian memberikan mental set
atau konsep yang baru baik berupa grafik, pertanyaan, gambar, dan sebagainya
DSLM tersusun dari enam tahap pembelajaran
She, 2002, 2004, 2010). Tahap-tahap
DSLM, deskripsi tiap tahap serta contoh aplikasi pada materi kesetimbangan kimia
dijabarkan dalam Tabel 1. berikul.
abel 1. Deskripsi Tahapan DSLM.
‘Menclaah dan menganalisis konsep keadaan setimbang
teaksi kimia kemudian menyusun mental set yang
ibangun olch siswa schingga diperoleh pemahaman
saintfik berdasarkan kajianliteratur miskonsepsi (dalam hal
ini mental set yang disusun berkaitan dengan miskonsepsi
yang sering terjadi pada siswa). Beberapa mental set yang
Perla dibangun siswa untuk mendapatkan pemaharnaa
saintfkantara lain: 1) pada keadaan setimbang, Iju reaksi
‘maju dan lju reaksi mundur adalah sama; 2) pada keadaan
sotimbang konsontrasi reaktan dan produk adalah tetap
la
Tahapan DSLM_ Deskripa
Tahap | Tahap ini memberikan
rmenelach atribut _informasi tentang daftar
konsep sains ‘mental set yang
sfibutubkan untuk
‘membangun konsep
ilmiad,
Tahap 2 Tahap ini memberikan
rmengidentifikasi
rmiskonsepsisiswa
informasi mengenai
pemahaman konsep siswa
‘Mensentfkasi miskonsops sia pada mstert
kesetimnbangan kimia dengen mengapicaican Tes
Diagnostik Kesstimbangan Kimia(TDKK). TDKK yang
disusun berupa tes wo-ter yang tdi dai boberapa phan
jwvaban dan beberape plan alan, Salah satu conto ts
diagnos yang dignakan wnlok mengidentitkas
imskonsepsi siswa dan berhubungan dengan mental set pada
tahap [adalah chogai beri
1. iterkan sistem kestimbangansebsga
bert
Hig) +hig) Meminta siswa menjelaskan mengenai apa yang terjadi
‘pada molekul-molekul pada sistem kesctimbangan
> Meminta siswa untuk menjelaskan kesetimbangen
dlinamis secara makroskopis dan mikroskopis.
> Meminta siswa menjelaskan konsentrasireaktan dan
produk pada awal reaksi hingga mencapsi
kesctimbangen
Tahap =
rmelakukan
pembelajaran
engan DSLE
Selama pemibelaaran, Tap
DSLE memberi
kesempatan kepada siswa
untuk mengkonfrontasi
konsep awal yang.
dimilkinya sera
‘menstimblasi rasa ingin
tahu dan ketertarikan siswa
dengan menantang
kepercayaan epistemolog!
ddan onfologinya mengenai
‘mental set yang
dimilkinys, Selain it, tisp
DSLE juga menyediakan
‘mental set baru bagi siswa
yang akan dirckonstruksi
oleh siswa
DSLE yang telah didevain Kemudian diaplikasikan kepada
siswa selama pembelajaran dengan dibantu penyajian
‘multipel representasi baik dengan visualisasistaik (gambar
rmolekul), video eksperimen maupun animasi
Tahap &
rmelakukan
pembelajran
Sengan
Challenging
Situated Learning
Pada tahap in, slaw
diberi kesempatan untuk
rmengeplikasikan mental
sot yang telah mereka
peroleh selama
embelajaran dengan
Step 1 membuat prediksh
Meminta sswa memprediksi apa yang terjadi pada moleku-
rmolekal gas Ha, [dan HP di dalam reeks kestimbangen
H(g) + In(g) => 2HF(g) dan memprediksi tentang,
kKecenderangam au reaksi maju dan ali
Step 2 (memberikan alnsan)
mPros, Semnas Pend. IPA Pascasarons UM Vol 1, 2016, ISBN: 978-602.9286-21-2
‘Event (CSLE) _ DSLE Kepada siuasi baru Meminta siswa memiberikan alasen prodiksinya tentang yang
dan memastikan bahwa__terjadi pada molekul gas Hy, I, dan HF di dalam reakst
pperubahan konsep positif _kesetimbangan terscbut dan kecenderungan laju reaksi maja
telah terjad ddan balik,
SIMPULAN
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa DSLM merupakan strategi
perubahan konsep yang efektif untuk mengatasi miskonsepi siswa pada materi sains karena
DSLM menekankan perubahan konsep pada perspektif epistemologi dan ontologi dengan
cara menciptakan disonansi (Ketidaksesuaian) terhadap pengetahuan awal yang dimiliki siswa
dan memberikan mental set baru yang bisa dimengerti (intelligible), dipercaya (plausible) dan
bermanfaat (fruitful) untuk membangun pengetahuan saintifik. DSLM juga memiliki potensi
positif untuk mengatasi miskonsepsi pada materi kesetimbangan kimia, Meskipun demikian,
perlu adanya penelitian lebih lanjut untuk menyelidiki keefektifan DSLM dalam mengatasi
miskonsepsi kesetimbangan kimia.
DAFTAR RUJUKAN
Akpinar, E. & Ergin, 0. 2007, Dual Situated Learning Model and Science Teaching,
Elementary Education Online, (Online), 6 (3): 390-396, (http:/ilkogretim-
online.org.tr), diakses 24 Oktober 2015.
Akpinar, E. 2007. The Effect of Dual Situated Learning Model On Students’ Understanding
of Photosynthesis and Respiration Concept. Journal of Baltic Science Education, 6
(3): 16-26.
Barke, H-D., Hazari, A., & Yitbarek, 8. 2009. Misconception in Chemistry. Adressing
Perception in Chemical Education. Germany: Springer.
Bergquist, W., & Heikkinen, H. 1990, Student ideas regarding chemical equilibrium: What
written test answers do not reveal, Journal of Chemical Education, 67, 1000-1003,
Calik, M., Ayas, A., & Coll, R. K. 2007. Enhancing Pre-Service Elementary Teachers’
Conceptual Understanding of Solution Chemistry with Conceptual Change Text.
International Journal of Science and Mathematics Education, 5: 1-28.
Chandrasegaran, A. L., Treagust D. F. & Mocerinob, M. 2007. The
Development of a Two-tier Multiple-Choice Diagnostic Instrument for Evaluating
Secondary School Students’ Ability to Describe and Explain Chemical Reactions
Using Multiple Levels of Representation. Chemistry Education Research and
Practice, 8 (3): 293-301.
Chi, M. T. H., Slotta, J. D., & Leeuw, N. D. 1994, From Things to Processes: A Theory of
Conceptual Change for Learning Science Concepts. Learning and Instruction, 4: 27-
43.
Chittleborough, G. 2014. The Development of Theoritical Frameworks for Understanding the
Learning of Chemistry. Dalam Devetak & S. A. Glazar (Eds.), Learning with
Understanding in the Chemistry Clasroom (him. 25-40). Dordrecht: Springer.
Gabel, D. 1999, Improving Teaching and Leaning through Chemistry Education Research: A
Look to the Future. Journal of Chemical Education, 76 (4): 548-554,
Gussarsky, E., & Gorodetsky, M. 1988. On the Chemical Equilibrium Concept: Constrained
Word Associations and Conception. Journal of Research in Science Teavhing, 25(5):
319-333).
Gussarsky, E., & Gorodetsky, M. 1990. On the Concept “Chemical Equilibrium”: the
Associative Framework. Journal of Research in Science Teaching, 27(3): 197-204.Pros, Semnas Pend. IPA Pascasarons UM Vol 1, 2016, ISBN: 978-602.9286-21-2
Justi, R., Gilbert, J. K., & Ferreira, P. F. M. 2009. The Application of a ‘Model of Modelling”
to llustrate the Importance of Metavisualisation in Respect of the Three Types of
Representation. Dalam John K. Gilbert & David F. Treagust (Eds.), Multiple
Representations in Chemical Education (him. 285-308). Dordrecht: Springer.
Karpudewan, M., Treagust, D. F., Mocerino, M., Won, M., & Chandrasegaran, A. L, 2015.
Investigating high school students’ understanding of chemical equilibrium concepts.
International Journal of Environmental and Science Education, 10(6), 845-863
Kousathana, M. & Tsaparlis, G. 2002. Students’ Errors in Solving Numerical Chemical
Equilibrium Problems. Chemistry Education: Research and Practice in Europe, 3 (1)
S17.
Liao, Y., & She, H. 2009. Enhancing Bight Grade Students ’ Scientific Conceptual Change
and Scientific Reasoning through a Web-based Learning Program, 12, 228-240.
M.B. 1992. Why Some Student Don’t Learn Chemistry. Journal of Chemical
Education, 69 (3): 191-196.
‘Niaz, M. 1995. Cognitive Conflict as a Teaching Strategy in Solving Chemistry Problem: A
Dialectetic-Constructivist Perspective. Journal of Research in Science Teaching, 32
(9): 959-970.
Gzmen, H. 2008. Determination of Studens’ Alternative Conception about Chemical
Equilibrium: A Review of Research and the Case of Turkey.
Pauen, S. 1999. The Development of Ontological Categories: Stable Dimensions (Eds.), New
Perspective on Conceptual Change (him. 15-31), Oxford: Elsevier Science.
Piquette, J. S., & Heikkinen, H. W. 2005. Strategies reported used by instructors to address
student alternate conceptions in chemical equilibrium. Journal of Research in Science
Teaching, 42(10), 1112-1134.
Quilez, J. 2004. A Historical Approach to the Development of Chemical Equilibrium through
the Evolution of the Affinity Concept: Some Educational Suggestion. Chemistry
Education: Research and Practice, (Online), 5 (1): 66-87, (http://www.tse.orgicerp),
diakses 19 Juni 2013.
Quilez, J, & Pardo. 1995. Students’ and Teachers’ Misapplication of Le Chatelier’s
Principle: Implications for the Teaching of Chemical Equilibrium. Journal of
Research in Science Teaching, 32(9): 939-957.
Sendur, G., Toprak, M. & Pekme7, E. S. Analyzing of Students’ Misconception about
Chemical Equilibrium. Makalah disajikan pada International Conference on New
Trends in Education and Their Implications, Turki, 11-13 November 2010.
She, H. C. 2002. Concepts of a higher hierarchical level require more dual situated learning,
events for conceptual change: A study of air pressure and buoyancy. International
Journal of Science Education, 24(9), 981-996.
She, H. C. 2003, DSLM Instructional Approach to Conceptual Change Involving Thermal
Expansion. Research in Science & Technological Education, 21(1), 43-54.
She, H. C. 2004a, Facilitating changes in ninth grade students’ understanding of dissolution.
and diffusion through DSLM instruction. Research in Science Education, 34(4), S03
525.
She, H.C. 2004b. Fostering radical conceptual change through dual-situated learning model.
Journal of Research in Science Teaching, 41(2), 142-164
She, H. C., & Lee, C. Q. 2008. SCCR digital learning system for scientific conceptual change
and scientific reasoning. Computers and Education, 51(2), 724-742.
Treagust, D. F. 1988, Development and Use of Diagnostic Test to Evaluate Students’
Misconceptions in Seience, International Journal of Science Education, 10(2): 159~
169.
Nakhle!
713Pros, Semnas Pend. IPA Pascasarons UM Vol 1, 2016, ISBN: 978-602.9286-21-2
Treagust, D. F. 2006. Diagnostic Assessment in Science as a Means to
Improving Teaching, Learning and Retention. Makalah disajikan pada
UniServe Science Assessment Symposium Proceedings, 2006, (Online),
(http:/isydney.du.au/science/uniserve_science/pubs/procs/2006/ treagust/pdf.), diakses
28 September 2011
Treagust, D. F. & Duit, R. 2009. Multipke Perspectives of Conceptual Change in Science and
the Challenges Ahead. Journal of Science and Mathematics Education in Southeast
Asia, 32 (2): 89-104,
Taysiiz, C. 2009, Development of Two-Tier instrument and Assess Students’ Understanding
in Chemistry. Scientific Research and Essay, 4 (6): 626-631.
Tyson, L., & Treagust, D. F. 1999, The Complexity of Teaching and Learning Chemical
Equilibrium. Journal of Chemical Education, 76(4): 554-558.
m4