Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
Kesenian Indonesia
Blog yang merupakan informasi mengenai kebudayaan dan Kesenian di Nusantara.
Senin, 11 April 2011
Arsitektur adalah seni dan ilmu dalam merancang bangunan. Dalam artian yang lebih
luas, arsitektur mencakup merancang dan membangun keseluruhan lingkungan binaan, mulai
dari level makro yaitu perencanaan kota, perancangan perkotaan, arsitektur lansekap, hingga ke
level mikro yaitu desain bangunan, desain perabot dan desain produk. Arsitektur juga merujuk
kepada hasil-hasil proses perancangan tersebut.
Bangunan adalah produksi manusia yang paling kasat mata. Namun,
kebanyakan bangunan masih dirancang oleh masyarakat sendiri atau tukang-tukang batu di
negara-negara berkembang, atau melalui standar produksi di negara-negara maju. Arsitek
tetaplah tersisih dalam produksi bangunan. Keahlian arsitek hanya dicari dalam pembangunan
tipe bangunan yang rumit, atau bangunan yang memiliki makna budaya / politis yang penting.
Dan inilah yang diterima oleh masyarakat umum sebagai arsitektur. Peran arsitek, meski
senantiasa berubah, tidak pernah menjadi yang utama dan tidak pernah berdiri sendiri.
Selalu akan ada dialog antara masyarakat dengan sang arsitek. Dan hasilnya adalah
sebuah dialog yang dapat dijuluki sebagai arsitektur, sebagai sebuah produk dan sebuah disiplin
ilmu. Pengaruh arsitektur Modern, International style dsbg membuat Arsitektur di Tanah Air
seakan tak berwarna lagi, sulit membedakan elemen-elemen tradisional yang melekat pada
hunian maupun banguna lokal pada umumnya.Entah melalui kajian yang mendalam tentang
lingkungan dan kebudayaan lokal atau tidak, yang jelas warna Arsitektur Tanah air lambat laun
tak ada beda dengan warna Arsitektur di daerah lain.
Arsitektur tradisional adalah suatu bangunan yang bentuk,struktur ,fungsi,ragam hias dan
cara pembuatannya diwariskan secara turun temurun serta dapat di pakai untuk melakukan
aktivitas kehidupan dengan sebaik-baiknya. Dalam rumusan arsitektur dilihat sebagai suatu
bangunan, yang selanjutnya dapat berarti sebagai suatu yang aman dari pengaruh alam seperti
hujan, panas dan lain sebagainya. Suatu bangunan sebagai suatu hasil ciptaan manusia agar
terlindung dari pengaruh alam, dapatlah dilihat beberapa komponen yang menjadikan bangunan
itu sebagai tempat untuk dapat melakukan aktivitas kehidupan dengan sebaik-baiknya. Adapun
komponen-komponen tersebut adalah : bentuk, struktur , fungsi, ragam hias serta cara pembuatan
yang diwariskan secara turun temurun. Selain komponen tersebut yang merupakan faktor utama
untuk melihat suatu arsitektur tradisional, maka dalam inventarisasi dan dokumentasi ini
hendaknya setiap bangunan itu harus merupakan tempat yang dapat dipakai untuk melakukan
aktivitas kehidupan dengan sebaik-baiknya. Dengan memberikan pengertian ini, maka arsitektur
tradisional dapat pula dikategorikan berdasarkan kepada aktivitas yang ditampungnya.
Latar sejarah, perkembangan Daerah Istimewa Yogyakarta akan dapat dilihat dari latar
belakangsejarah ketiga daerah yang diambil sebagai lokasi penelitian.
R.Soekmono (1997) seorang ahli percandian Indonesia pernah mengadakan tinjauan ringkas terhadap
bangunan candi di Jawa, dinyatakan bahwa bangunan candi di Jawa mempunyai dua langgam, yaitu Langgam Jawa
Tengah dan Langgam Jawa Timur. Menurutnya Langgam Jawa Tengah antara lain mempunyai ciri penting sebagai
berikut:
(a) bentuk bangunan tambun,
(b) atapnya berundak-undak,
(c) gawang pintu dan relung berhiaskan Kala-Makara,
(d) reliefnya timbul agak tinggi dan lukisannya naturalis, dan
(e) letak candi di tengah halaman.
Arsitektur Tradisional
Dalam kesempatan ini uraian yang di pusatkan pada system teknologi khususnya arsitektur di nusantara
sebagai salah satu manifestasi dan ekspresi kebudayaan. Sesungguhnya perumahan (shelter) merupakan salah satu
kebutuhan pokok manusia yang tidak mengenal waktu, tempat, dan tingkat teknologi. Sebagai salah satu
manifestasi dan ekspresi kebudayaan. Sesungguhnya perumahan merupakan salah satu kebutuhan pokok manusia
yang tidak mengenal waktu ,tempat, dan tingkat teknologi. Kita masih ingat betapa nenek moyang kita yang hidup
pada jaman batu telah mengembangkan system perlindungan fisik, yaitu perumahan di goa-goa, kemudian disusul
dengan penggunaan tenda-tenda tadah angin ataupun tenda yang sifatnya sementara karena seringnya nenek
moyang kita berpindah mengikuti binatang perburuan ataupun musim panen tanaman liar. Apabila mereka sudah
mulai bercocok tanam dan menetap di perkampungan, maka perkampungan semi permanen pun di bangun.
Apabila diperhatikan dengan seksama, uraian tersebut menunjukkan cara berfikir yang evolusionis.
Sementara itu kita dapat pula melihatnya dari sudut pandangan fungsionis ataupun struktualis. Akan tetapi
sebaiknya kita telaah arsitektur tradisional secara menyeluruh sehingga dapat dipahami kaitannya dengan nilai-
nilai budaya masyarakat yang bersangkutan. Untuk keperluan tersebut, kita telaah arsitektur-arsitektur tradisional
dengan memperhatikan kegunaan (use), fungsi(function) , dan arti social (meaning) disamping wujud dan gayanya.
Kegunaan rumah khususnya bangunan tradisional itu bereneka ragam, sesuai dengan struktur masyarakat
dan kebudayaan penduduk yang bersangkutan. Akan tetapi pada umumnya sebagai bangunan tradisional
mempunyai kegunaan sebagua pelindungan fisik terhadap dinginnya udara, panasnya matahari atau derasnya angin
serta air hujan. Kalu kita perhatikan dengan sungguh-sungguh ada rumah-rumah yang sekedar menjadi tempat-
tempat perlindungan sementara orang perlu istirahat (windscreen) pada penduduk asli Australia, misalnya :
masyarakat Arunta sebagian besar waktunya dihabiskan di alam terbuka untuk berburu binatang reptile yang
langka, meramu ataupun bercengkrama dengan sesamanya. Sebaliknya ada pula penduduk yang memanfaatkan
tempat berlindung semaksimal mungkin untuk bekerj, beristirahat maupun menyelenggarakan pertemuan social
seperti pada kebanyakan masyarakat petani yang sudah menetap.
Setelah kemerdekaan, bangsa kita telah memilih bentuk republic bersifat demokratis.
Ditilik secara historis maka bentuk tatanan republic yang demokratis, adalah salah satu hal yang
sama sekali baru bagi bangsa Indonesi. Sejarah Indonesia sebelumnya hanya mengenal bentuk
tatanan kerajaan yang otokratis, lengkap dengan perangkat feodalnya. Oleh karena itu, mudah
dimengerti bahwa banyak terjadi kekikunan dan kesalahpahaman mengenai arti kaidah-kaidah
kehidupan yang baru ini. Banyak norma kehidupan sehari-hari harus ditukar dengan yang baru.
Terjadi kekacauan norma selama norma baru yang di terima semua pihak belum tercipta. Timbul
kerancuan budaya.
Dari pengamatan perkembangan arsitektur sector ini terasa adnya alur kecenderungan
tertentu yaitu :
Perubahan mode bentuk yang relative cepat/sering. Hal ini menunjukkan belum mantapnya
kedudukan suatu ungkapan arsitektonis tertentu yang pas dengan hasrat dan keinginan
golongan elite tersebut. Dengan perkataan lain mereka masih mencari-cari ungkapan yang
dirasakan tepa.
Sikap individualistic secara konsisten tetap bertahan. Hal ini tercermin dari bentuk disain yang
sangat mengabaikan keadaan lingkungan sekitarnya dan mencerminkan tiadanya rasa solidaritas
dengan masyarakat sekelilingnya. Terungkap juga pemahamannya terhadap kemerdekaan dan
haknya sebagai individu yang merdeka.
Penonjolan kemewahan kini dibarengi juga oleh penonjolan cirri aristokratis. Hal ini
mengungkapkam adanya kebutuhan kuat untuk menciptakan atribut status social. Demikian
kuatnya kebutuhan atribut ini sehingga terasa fungsi utama rumah sudah tergeser bukan lagi
sebagai gua garba keluarga (fungsi primer) tetapi lebih sebagai aktualisasi diri (fungsi sekunder).
Gejala-gejala budaya tersebut memang makin tersa kokoh di masyarakat kota Jakarta bila
kita mengamati pula bentuk kehidupan lainnya. Bila kemudian kita amati perumahan golongan
yang lebih rendah di daerah pelosok kota atau di kampung-kampung maka kita melihat juga
imitasi mode tersebut dalam skala mini atau terbata. Gejala ini mencerminkan tingkat kesadaran
dari masyarakat golongan bawah mereka mempunyai hak untuk berbuat yang sama dengan
golongan atas. Suatu hal yang tabu dilakukan di masa lalu.
Arsitektur Perkotaan
Pada gedung-gedung perkotaan yang disewakan (komersial) kita akan menemukan gejala
yang agak berbeda. Gedung-gedung tersebut umumnya dibangun dengan penekanan yang kuat
dalam ciri pretise. Atribut yang biasanya dikenakan bukan saja kemewahan tapi juga atribut ke-
internasionalan, kemodernan dan teknologi tinggi. Pada hal gaya internasional jet-set ini telah
mereka tinggalkan untuk bentuk rumah tinggal mereka. Nampaknya ada gejala penerapan
standar ganda bagi mereka yaitu di kantor bercitra modern-high technology tapi di rumah
bercitra aristokrtis.
Pada gedung-gedung perkantoran pemerintah terdapat cirri yang berbeda. Kemewahan
tidak terasa menonjol, meskipun di sana sini terlihat adanya keinginan untuk itu (tapi terhalang
biaya), tapi sering terasa adanya keinginan kuat untuk menampilkan citra wibawa. Hal ini
terceminkan dari bentuk yang simetris, tempat masuk utama yang ingin megah atau penjagaan
yang ditonjolkan. Gejala lain yang sering terasa menyolok adalah penyediaan fasilitas yang
menyolok berbeda antara pejabat tinggi dengan segenap bawahannya.
Selain itu disediakan untuk publik selalu sangat minim, terbatas pada loby di tempat
masuk utama dan di lorong-lorong. Gejala-gejala tersebut mengungkapkan sikap aparat
pemerintahan yang berorientasi pada status penguasa dan adanya sikap yang feodalistik antara
atasan dan bawahan.
Contoh nyata yang akan kita ambil di sini adalah daerah Jawa Barat. Bangunan-bangunan
tempat tinggal atau rumah yang terdapat di daerah penelitian memiliki nama-nama yang beda,
perbedaan antara bangunan yang satu dengan bangunan yang lainnya. Perbedaan itu disebabkan
oleh bentuk atap dan pintu rumah yang berbeda beda pada masing-masing bangunan tempat
tinggal. Di lihat dari bentuk atapnya, rumah-rumah tradisional di daerah penelitian ternyata
menunjukkan perbedaan dengan rumah-rumah tradisional yang terdapat di daerah-daerah lain di
luar Jawa Barat, seperti nampak pada Rumah Gadang di Sumatera Barat, Aceh,Batak atau
Rumah Toraja. Beberapa nama bangunan tempat tinggal, di daerah penelitian jika dilihat dari
bentuk atapnya, ialah: suhunan jolopong, tagong anjing, badak heuay, parahu kumureb, dan
jubleg nangkub. Sedangkan kalau dilihat dari pintu masuknya dikenal pula rumah buka palayu
dan buka pongpok.
Tipologi:
Suhunan Jolopong, bentuk Jolopong memiliki dua bidang atap saja. Kedua bidang atap ini
dipisahkan oleh jalur suhunan di tengah bangunan rumah, balikan jalur suhunan itu sendiri
merupakan rangkap dari kedua bidang atap. Batang suhunan sama panjangnya dan sejajar
dengan kedua sisi bawah bidang atap yang sebelah menyebelah. Sedangkan pasangan sisi
lainnya lebih pendek dibanding dengan suhunan dan memotong tegak lurus .
Tagong Anjing
Bentuk atap tagong anjing memiliki dua bidang atap yang berbatasan pada garis batang
suhunan. Bidang atap yang pertama lebih lebar dibanding dengan atap lainnya, serta merupakan
penutup ruangan. Sedangkan atap lainnya yang sempit, memiliki sepasang sisi yang sama
panjang dengan batang suhunan bahkan batang suhunan itu merupakan puncaknya. Tiang-tiang
depan pada bangunan dengan atap tagong anjing lebih panjang dibandingkan dengan tiang-tiang
belakangnya, batang suhunan terletak di atas puncak-puncak tiang depan.
Badak Heuay
Bangunan dengan atap yang sangat mirip dengan tagong anjing, perbedaannya hanya
pada bidang atap belakang. Bidang atap ini langsung ke atas melewati batang suhunan sedikit.
Bidang atap yang melewati suhunan ini dinamakan rambut.
Parahu Kumureb
Bentuk atap ini memiliki empat buah bidang atap. Sepasang bidang atap sama luasnya
berbentuk trapesium sama kaki. Letak kedua bidang atap ini sebelah menyebelah dan dibatasi
oleh garis-garis suhunanyang merupakan sisi bersama.
Jubleg Nangkub
Bentuk atap memiliki lima buah bidang atap, satu bidang berbentuk trapesium siku-siku,
satu bidang berbentuk segi tiga sama kaki, dan pada sisi lainnya tidak berbidang atap. Pada
bentuk tap terdapat dua buah batang kayu yang menhubungkan satu di antara ujung batang
suhunan kepada kedua sudut rumah, secara landai sehingga terbentuknya satu bidang atap segi
tiga.
Julang Ngampak
Bentuk atap yang melebar di kedua sisi bidang atapnya jika dilihat dari arah muka
rumahnya. Bentuk atap demikian menyerupai sayap dari burung julang yang sedang merentang.
Bentuk-bentuk demikian dapat dijumpai di daerah-daerah Garut, kuningan dan termpat-tempat
lain di Jawa Barat.
Ruangan yang terletak di bagian yang disebut emper fungsinya untuk menerima tamu.
Pada waktu dulu ruangan ini dibiarkan kosong tanpa perkakas rumah. Ruangan balandongan
yang terletak paling depan dari ruangan lain, berfungsi untuk menambah kesejukan bagi
penghuninya di dalam rumah. Ruangan yang disebut pangkeng dipergunakan sebagai tempat
tidur. Sejenis dengan pangkeng ialah jobong uyang dipergunakan untuk menyimpan barang-
barang atau disebut gudang. Ruangan bagian tengah disebut tengah imah bagian ini
dipergunakan sebagai tempat berkumpulnya keluarga.
Bangunan tempat ibadah
Tipologi;
Mesjid merupakan bangunan dengan denah bangunan yang berbentuk bujur sangkar.
Pada mesjid-mesjid yang lebih muda umumnya, di samping denah bujur sangkar terdapat pula
serambi-serambi di depan, kiri dan kanan. Serambi-serambi itu merupakan ruangan-ruangan
hasil penambahan kemudian. Ciri utama yang menandai bangunan mesjid adalah bentuk atapnya
yang besar dan lebar yang terletak diatas bangunan utama. Bagian inilah yang memiliki empat
tiang utama yang lazim disebut saka guru. Saka ini berfungsi untuk menyangga seluruh gaya
berat bangunan tersebut. Atap dari ruangan mesjid yang berbentuk bujur sangakar adalah atap
tumpng yang tersusun makin kre atas makin kecil. Tingkatan yang paling atas, biasanya ditutupi
dengan atap lainnya dalam bentuk limas. Bagian paling atas ini disebut momolo. Bagian-bagian
pokok daripada mesjid adalah mihrab, mimbar, dan ruangan sembhayang,
Bangunan tempat musyawarah
Nama bangunan tempatmusyawarah atau yang sekarang lebih dikenal dengan sebutan bale desa.
Menuruti pola rumah tinggal dengan sistem kolong, mungkin pula bangunan tersebut tidak
berdinding, sehingga memudahkan orang untuk datang berkunjung.
Bentuk-bentuk bagian:
Atap berbentuk atap jure, disebut juga atap limasan. Atap ini ditandai oleh adanya kayu kayu
jure yang menghubungkan ujung susuhunan ke arah empat sudut bangunan. Tiang-tiang
bangunan yang berbentuk segi empat berukuran masing masing segi tidak kurang dari 20cm,
tiang tiang ini berjumlah empat buah yang berfungsi menunjang rangka atas bagian atas. Pintu
bale berbentuk empat persegi panjang, kecuali pintu-pintu masuk di kanan kiri bangunan. Pintu-
pintu masuk itu merupakan pintu-pintu pendek yang tersusun dari lempengan kayi berjarak
tertentu. Tangga untuk naik ke dalam bangunan ini, terdapat di bagian kiri dan kanan di depan
pintu-pintu masuk yang terbuat dari kayu berumpak. Dinding banngunan bagian belakang yang
disebut pangkeng terbuat dari anyaman bamboo. Dinding ini dipasang setinggi tiang-tiang
bangunan dari ujung lantai ke ujung tiang. Dinding-dinding pagar yang dipasang di bagian
pinggir bangunan dan berukuran setengah badan manusia. Di bagian bawah rangka atap, terdapat
langit-langit, disebut gelebeg terbuat dari papan-papan kayu separti pada lantai. Lantainya
terbuat dari palupuh yakni papan-papan kayu yang disusun rapat melintang sepanjang bangunan.
Tipologi:
Bentuk leuit ini melambangkan kemakmuran dari kesuburan setiap keluarga petani. Pada masa
lampau , ketika bangunan leuit masih terhitung banyak, ukuran kekayaan seseorang atau
keluarga dapat dilihat dari besar kecilnya leuit. Banyak leuit yang didirikan seseorang petani,
menentukan kedudukan orang tersebut dalam pandangan masyarakat. Leuit memiliki denah segi
empat atau bujur sangkar dan atapnya berbentuk perisai. Biasanya bangunan ini lebih tinggi dari
badan manusia, karena itu seseorang harus mempergunakan tangga untuk naik ke dalam leuit.
Bagian-bagian Leuit:
Umpak, bagian ini terletak paling bawah dari seluruh bangunan. Bagian ini terbuat dari batu atau
batu bata, bagian ini berfungsi untuk menahan pangkal daripada tiang leuit agar tidak menancap
ke dalam tanah. Tiang leuit, berupa balok kayu dari jenis yang kuat berjumlah empat buah,
fungsinya untuk menahan seluruh gaya berat bangunan. Bilik yaitu dinding yang terbuat dari
anyaman bamboo untuk menutupi ruangan leuit. Iga, yaitu papan yang dipasang melintang di
luar bilik. Fungsinya untuk menjepit bilik atau menahan bila ada tekananakibat isi leuit yang
padat. Cangkok, yaitu kayu-kayu yang dipasang mendatar di tepi bagian leuit. Anting-anting
kayu pendewk yang dipadsang melintang dengan tiang leuit, fungsinya untuk memperkuat dan
menahan atap serta tiang leuit. Cabrik yaitu penutup atap samping kanan dan kiri. Ontob yaitu
kayu untuk penutup atap ujung bawah. Ampig, yaitu kayu-kayu yang disusun penutup bagian
kiri dan kanan rangka atap bangunan. Panto leuit, yaitu bagian dari leuit berletrak di bagian
ampig berukuran krecil yang fungsinya untuk jalan keluar masuknya padi yang akan disimpan
dan dikeluasrkan. Hateup yaitu atap leuit yang terbuat dari genteng atau bahan lainnya. Paparan,
yaitu bagian amping terletak di atas leuit, sdehingga menyerupai para atau ruangan atas pada
rumah tinggal.
Arsitektur Hindia-Belanda
Angka rata-rata diatas memang tidak terlalu merisaukan bagi lungkungan tadisional, yang
ekologinya masih baik dengan lahan yang longgar dan bahan bangunan yang alami. Walau
demikian, lain halnya bagi para penjajah Belanda. Gaya disesuaikan dengan iklim topis.
Plafonnya tinggi, dindingnya tebal, lubang ventilasi ditempatkan di berbagai sudut. Pada rumah
tinggal, jendela-jendela lebar berkisi diberi tritis. Yang menarik adalah berandanya yang sangat
luas, mencakup antara 25 sampai 35 persen dari luas bangunan, sebuah konsep ruang hasil
adaptasi terhadap ruang serambi pada arsitektur tadisional Nusantara. Antara rumah induk dan
dapur atau bangunan kecil dihubungkan dengan selasar-selasar terbuka.
Arsitek colonial atau arsitektur Hindia-Belanda ini kemudian menjadi orientasi bagi para
pedagang pribumi, santri, Cina, dan priyayi. Pada tahap selanjutnya banyak rumah sakit dan
sekolah dibanun dengan gaya serupa.
Diantara karya-karya arsitektur tropis colonial ini, ternyata bias kita jimpai jenis
arsitektur tropis yang Indonesia. Ambilah contoh kampus ITB (Institut Teknologi Bandung) yang
dirancang Mc. Laine Pont. Yang sangat Indonesia dan berfungsi untuk social budaya modern
adalah Teater Sobokarti di Semarang. Ini dirancang oleh Thomas Karsten dengan konsep yang
dia tulis dalam sebuah artikel di JAwa pada tahun 1921. Berdenah teater romawi, tapi seluruh
ekpresi arsitekturnya adalah arsitektur Jawa dan tropis. Hat\rus diakui, arsitek Belanda pencinta
arsitektur tradisional Indonesia yang menyempal ini, ternyata sangat serius dalam penyiasati
iklim tropis.
B. Arsitektur Candi
B.1. Fungsi Candi
Kata Candi pada umumnya dianggap berasal dari kata candikagrha, nama tempat tinggal
Candika, Dewi Kematian dan Permaisuri Siwa. Maka, secara harfiah Candi bisa ditafsirkan
sebagai bangunan yang digunakan untuk keperluan pemakaman, atau bahkan sebagai makam. 1.
Dahulukala, diduga abu dari jenazah seorang raja dikubur dibawah bagian tengah candi (peripih).
Sehingga seringkali dulu candi digunakan sebagai tempat pemujaan dan memuliakan raja yang
sudah meninggal. Akan tetapi, Candi dibangun bukan semata hanyalah sebagai makam atau
tempat pemujaan dan memuliakan raja yang sudah meninggal, lebih dari candi itu, candi juga
difungsikan sebagai tempat pemujaan kepada para Dewa yang dilambangkan sebagai arca. Arca
tersebut diletakan di ruang tengah candi dahulu kala hanya Pendeta yang memimpin acara
pemuajaan yang diperkenankan masuk kedalam ruang tersebut. Candi lebih diyakini sebagai kuil
atau tempat pemujaan daripada sebagai makam.
Referensi :
1. Jati Diri, Prof.Ir.Eko Budihardjo,M.Sc.Alukmni 1997
2. Arsitektur Tradisional Daerah Istimewa Yogyakarta,Drs. H.J. Wibow.1998
3. Arsitektur Tradisional Daerah Jawa Barat, Drs.Dasum Muanas,dkk.1998
Nama kelompok :
- Drieka Kesuma Putri
- Yessica
- Tio Uli Patricia
- Cindy Aprina Mirasari
1.
2.
bermanfaat banget... :)
Balas
3.
Arsitektur budaya Indonesia sangat penting dan Tahan terhadap gempa, dll karena dibuat dari
bahan bangunan kyu kelas II dan bambu tahan gempa. Disarankan Kepada Mahasiswa/si Teknik
Araitektur/ Sipil Indonesia untuk meneliti lagi masih ada Rmah adat aRSITEKTUR tradisional yang
belum di survey. Contoh RUMAH ADAT WANGKA DI KECAMATAN RIUNG KAB NGADA - FLORES.
RUMAH TERSEBUT SANGAT AMAN.
Balas
4.
5.
KALAU MAU HUB SAYA UNTUK PELAJARI BETUL ADAT ISTIADAT KAMI.HP. 082 146 233 864. trims
Balas
6.
KALAU MAU HUB SAYA UNTUK PELAJARI BETUL ADAT ISTIADAT KAMI.HP. 082 146 233 864. trims
Balas
7.
Arsitektur budaya Indonesia sangat penting dan Tahan terhadap gempa, dll karena dibuat dari
bahan bangunan kyu kelas II dan bambu tahan gempa. Disarankan Kepada Mahasiswa/si Teknik
Araitektur/ Sipil Indonesia untuk meneliti lagi masih ada Rmah adat aRSITEKTUR tradisional yang
belum di survey. Contoh RUMAH ADAT WANGKA DI KECAMATAN RIUNG KAB NGADA - FLORES.
RUMAH TERSEBUT SANGAT AMAN.
Balas
Posting Lebih BaruPosting LamaBeranda
Langganan: Poskan Komentar (Atom)
Music Video
Mengenai Saya
Masjid Demak adalah contoh konkrit dari upaya rekonsiliasi atau akomodasi
itu. Ranggon atau atap yang berlapis pada masa tersebut diambil dari konsep 'Meru'
dari masa pra Islam (Hindu-Budha) yang terdiri dari sembilan susun. Hal ini berbeda
dengan Kristen yang membuat gereja dengan arsitektur asing, arsitektur Barat.
Namun demikian, perpaduan islam dan budaya lokal dalam bidang seni tidak
hanya dalam bentuk masjid atau makam, namun juga dalam ruang lingkup yang besar,
misalnya bentuk kraton, tamansari maupun arsitektur wilayah yang mencerminkan
unsur-unsur budaya lokal dan unsur-unsur keislaman.
Home
Publikasi
Gallery
fastest
TERCEPAT DAN AKURAT
GUNADARMA UNIVERSITY
STUDENTSITE GUNADARMA UNIVERSITY
BAAK GUNADARMA UNIVERSITY
Minggu, 18 Maret 2012
AKULTURASI BUDAYA
Akulturasi adalah suatu proses sosial yang timbul manakala suatu kelompok
manusia dengan kebudayaan tertentu dihadapkan dengan unsur dari suatu kebudayaan
asing. Dan kebudayaan asing itu lambat laun diterima dan diolah dalam kebudayaannya
sendiri tanpa menyebabkan hilangnya unsur kebudayaan kelompok itu sendiri.
Akulturasi merupakan sebuah istilah dalam ilmu Sosiologi yang berarti proses
pengambil alihan unsur-unsur (sifat) kebudayaan lain oleh sebuah kelompok atau
individu. Adalah suatu hal yang menarik ketika melihat dan mengamati proses
akulturasi tersebut sehingga nantinya secara evolusi menjadi Asimilasi (meleburnya dua
kebudayaan atau lebih, sehingga menjadi satu kebudayaan). Menariknya dalam melihat
dan mengamati proses akulturasi dikarenakan adanya Deviasi Sosiopatik seperti mental
disorder yang menyertainya. Hal tersebut dirasa sangat didukung faktor kebutuhan,
motivasi dan lingkungan yang menyebabkan seseorang bertingkah laku.
Akulturasi budaya dapat terjadi karena keterbukaan suatu komunitas masyarakat
akan mengakibatkan kebudayaan yang mereka miliki akan terpengaruh dengan
kebudayaan komunitas masyarakat lain. Selain keterbukaan masyarakatnya, perubahan
kebudayaan yang disebabkan perkawinan dua kebudayaan bisa juga terjadi akibat
adanya pemaksaan dari masyarakat asing memasukkan unsur kebudayaan mereka.
Akulturasi budaya bisa juga terjadi karena kontak dengan budaya lain, system
pendidikan yang maju yang mengajarkan seseorang untuk lebih berfikir ilmiah dan
objektif, keinginan untuk maju, sikap mudah menerima hal-hal baru dan toleransi
terhadap perubahan.
Contoh-contoh dari hasil akulturasi budaya sangat beraneka ragam. Dalam bidang
kesenian, arsitektur, agama dan lain-lain.
1. Bentuk bangunan Masjid Sunan Kudus adalah salah satu akulturasi antara Hindu-
Islam.
2. Candi-candi di Indonesia sebagai wujud percampuran antara seni asli bangsa Indonesia
dengan seni Hindu-Budha. Candi merupakan bentuk perwujudan akulturasi budaya
bangsa Indonesia dengan India. Candi merupakan hasil bangunan zaman megalitikum
yaitu bangunan punden berundak-undak yang mendapat pengaruh Hindu Budha. Candi
Borobudur merupakan wujud dari akulturasi antara agama Hindu-Budha di Indonesia.
3. Bangunan rumah di daerah Kota, Jakarta Utara dan Juga Museum Fatahillah Jakarta
merupakan wujud akulturasi dari kebudayaan yang dibawa oleh bangsa-bangsa Eropa
ketika menjajah Indonesia. Bangunan Museum Fatahillah menyerupai Istana Dam di
Amsterdam, yang terdiri atas bangunan utama dengan dua sayap di bagian timur dan
barat serta bangunan sanding yang digunakan sebagai kantor, ruang pengadilan, dan
ruang-ruang bawah tanah yang dipakai sebagai penjara.
4. Selain dalam bidang arsitektur, akulturasi budaya juga berpengaruh dalam bidang
kesenian. Cabang seni rupa yang berkembang adalah seni ukir dan seni lukis. Pola-pola
hiasannya meniru zaman pra-islam, seperti daun-daunan, bunga-bungaan, bukit-bukit
karang, pemandangan, garis-garis geometri, kepala kijang, dan ular naga. Contoh,
masjid yang di hias dengan ukiran adalah masjid Mantingan, dekat jepara yang terdapat
lukisan kera, ukiran gapura di candi Bentar di Tembayat, Klaten, yang dibuat pada masa
Sultan Agung pada tahun 1633, dan gapura Sendang Duwur di Tuban. Pada zaman
islam juga berkembang seni rupa yang disebut kaligrafi, yaitu seni menulis indah .
5. Kesusastraan pada zaman islam banyak berkembang di daerah sekitar selat malaka
(daerah melayu) dan jawa. Kebanyakan karya sastra pada zaman islam yang sampai
pada kita sekarang ini telah berubah dalam bentuknya yang baru, baik bahasa maupun
susunannya. Pengaruh yang kuat dalam karya sastra pada zaman itu berasal dari Persia.
Misalnya, Hikayat Amir Hamzah, Hikayat Bayan Budiman, dan Hikayat 1001 malam
(alif laila wa laila).
6. Perwayangan di daerah jawa dan sekitarnya yang mengangkat cerita Ramayana dan
Mahabarata merupakan wujud akulturasi kebudayaan antara Hindu-Budha di bidang
kesenian.
7. Tari Betawi. Sejak dulu orang Betawi tinggal di berbagai wilayah Jakarta. Ada yang
tinggal di pesisir, di tengah kota dan pinggir kota. Perbedaan tempat tinggal
menyebabkan perbedaan kebiasaan dan karakter. Selain itu interaksi dengan suku
bangsa lain memberi ciri khas bagi orang Betawi. Tari yang diciptakanpun berbeda.
Interaksi orang Betawi dengan bangsa Cina tercipta tari cokek, lenong, dangambang
kromong.
8. Tersebarnya agama Islam ke Indonesia maka berpengaruh terhadap bidang aksara atau
tulisan, yaitu masyarakat mulai mengenal tulisan Arab, bahkan berkembang tulisan
Arab Melayu atau biasanya dikenal dengan istilah Arab gundul yaitu tulisan Arab yang
dipakai untuk menuliskan bahasa Melayu tetapi tidak menggunakan tanda-tanda a, i, u
seperti lazimnya tulisan Arab. Di samping itu juga, huruf Arab berkembang menjadi
seni kaligrafi yang banyak digunakan sebagai motif hiasan ataupun ukiran dan gambar
wayang.
9. Alat musik Tanjidor selain mendapat pengaruh dari budaya Cina, kesenian Betawi
dipengaruhi oleh beragam budaya dari Eropa. Orkes Tanjidor, misalnya, mulai ada
sejak abad ke-18. Konon salah seorang Gubernur Jenderal Belanda, Valckenier
menggabungkan rombongan 15 orang pemain alat musik tiup Belanda dengan pemain
gamelan, pesuling Cina, dan penabuh tambur Turki untuk memeriahkan pesta.
10. Orkes Gambus. Budaya Timur Tengah ternyata juga memiliki pengaruh kuat dalam
khasanah Betawi, hal ini terbukti bahkan sampai saat ini di seantero Jakarta terdapat
puluhan grup orkes gambus. Orkes ini biasanya ditampilkan di acara pesta perkawinan
untuk mengiringi para penyanyi gambus baik laki maupun perempuan. Mereka
biasanya membawakan lagu-lagu gambus dengan lirik religius maupun lagu-lagu cinta
berbahasa Arab.
11. Wayang Betawi. Salah satu produk budaya Betawi hasil akulturasi dari budaya Jawa dan
Sunda adalah wayang. Namun demikian, pengaruh Sunda lebih tampak dalam kesenian
ini. Mungkin secara geografis memang lebih dekat. Misalnya dalam hal penggunaan
bahasa. Dalam wayang digunakan bahasa Betawi campur Sunda. Dalam dunia
pewayangan Betawi dikenal dua jenis wayang: Wayang Kulit (dalang terkenalnya H.
Surya Bonang alias Ki Dalang Bonang), serta Wayang Golek (dalang terkenalnya Tizar
Purbaya). Umumnya, wayang Betawi mengambil lakon tentang kehidupan kerajaan di
dunia pewayangan. Ada pula tokoh komedi Udel (persamaannya Cepot di dalam
Sunda).
12. Pakaian Adat Betawi, orang Betawi pada umumnya mengenal beberapa macam pakaian.
Namun yang lazim dikenakan adalah pakaian adat berupa tutup kepala (destar) dengan
baju jas yang menutup leher (jas tutup) yang digunakan sebagai stelan celana panjang
Melengkapi pakaian adat pria Betawi ini, selembar kain batik dilingkari pada bagian
pinggang dan sebilah belati diselipkan di depan perut. Para wanita biasanya memakai
baju kebaya, selendang panjang yamg menutup kepala serta kain batik. Pada pakaian
pengantin, terlihat hasil proses asimilasi dart berbagai kelompok etnis pembentuk
masyarakat Betawi. Pakaian yang digunakan pengantin pria, yang terdiri dari: sorban,
jubah panjang dan celana panjang banyak dipengaruhi oleh kebudayaan Arab.
Sedangkan pada pakaian pengantin wanita yang menggunakan syangko (penutup
muka), baju model encim dan rok panjang memperlihatkan adanya pengaruh
kebudayaan Cina Uniknya, terompah (alas kaki) yang dikenakan oleh pengantin pria
dan wanita dipengaruhi oleh kebudayaan Arab.
13. Tari Kcak adalah pertunjukan seni khas Bali yang diciptakan pada tahun 1930-an dan
dimainkan terutama oleh laki-laki. Tarian ini dipertunjukkan oleh banyak (puluhan
atau lebih) penari laki-laki yang duduk berbaris melingkar dan dengan irama tertentu
menyerukan cak dan mengangkat kedua lengan, menggambarkan kisah Ramayana
saat barisan kera membantu Rama melawan Rahwana. Namun demikian, Kecak berasal
dari ritual sanghyang, yaitu tradisi tarian yang penarinya akan berada pada kondisi
tidak sadar, melakukan komunikasi dengan Tuhan atau roh para leluhur dan kemudian
menyampaikan harapan-harapannya kepada masyarakat. Para penari yang duduk
melingkar tersebut mengenakan kain kotak-kotak seperti papan catur melingkari
pinggang mereka. Selain para penari itu, ada pula para penari lain yang memerankan
tokoh-tokoh Ramayana seperti Rama, Shinta, Rahwana, Hanoman, dan Sugriwa. Lagu
tari Kecak diambil dari ritual tarian sanghyang. Selain itu, tidak digunakan alat musik.
Hanya digunakan kincringan yang dikenakan pada kaki penari yang memerankan
tokoh-tokoh Ramayana. Ini merupakan akulturasi kebudayaan Hindu-Budha di
Indonesia.
Diposkan oleh fastest di 3/18/2012 09:59:00 PM
Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke Facebook
7 komentar:
kita juga punya nih artikel mengenai 'Akulturasi', silahkan dikunjungi dan dibaca , berikut linknya
http://repository.gunadarma.ac.id/bitstream/123456789/1571/1/Artikel_10504179.pdf
trimakasih
semoga bermanfaat
Anonim mengatakan...
Terima kasih:-)
By:Niara_Ishiyama_
terima kasih,
19 Mei 2014 16.39
Anonim mengatakan...
Anonim mengatakan...
sangat membantu :)
Anonim mengatakan...
Poskan Komentar
AKULTURASI BUDAYA
Akulturasi adalah suatu proses sosial yang timbul manakala suatu kelompok manusia dengan kebudayaan tertentu
Tipologi Manusia
Di yunani ada seorang pakar psikologis yang bernama Claudius Galenus (129-200) mengadakan penelitian tipologi
Sebelum menjelaskan definisi dari Web saya akan mendefinisikan secara singkat induk dari Web yaitu WWW ( World
Cinta Persaudaraan Dan cinta persaudaraan adalah Rasa cinta menjadi satu identitas yang melekat dalam
Phobia berasal dari bahasa Yunani yang berarti rasa takut yang tidak normal atau tidak wajar (Morbid Fear atau
Perkembangan teknologi multimedia digital saat ini memungkinkan terjadinya penyampaian informasi yang lebih
Modifikasi.com yaitu Komunitas online para penggemar modifikasi mobil. Forum ini berisi tentang diskusi berbagai
Pelapisan sosial atau stratifikasi sosial (social stratification) adalah pembedaan atau pengelompokan para anggota
Asal usul permainan video/video game terletak pada awal tabung sinar katoda berbasis pertahanan peluru kendali
Prinsip kerja Flashdisk Flash Disk adalah media penyimpan dari floppy driveB jenis lain yang umumnya mempunyai
kapasitas memo...
Mengenai Saya
FASTEST
CIVIC
2013 (5)
2012 (10)
o Desember (2)
o Juni (2)
o April (3)
o Maret (3)
AKULTURASI BUDAYA
Tipologi Manusia
2011 (7)
Copyright (c) 2011 fastest. Designed by Chicago Web Design and Google Blogs Templates