Oleh
EKA FITRIANI
2012.IB.0005
Telah disetujui untuk diseminarkan di hadapan Tim Penguji Karya Tulis Ilmiah
Akademi Kebidanan Paramata Raha Kabupaten Muna
Mengetahui,
Direktur Akbid Paramata Raha
Kabupaten Muna
Karya Tulis Ilmiah ini telah disetujui dan diperiksa oleh Tim Penguji Karya Tuli Ilmiah
Akademi Kebidanan Paramata Raha Kabupaten Muna.
Tim Penguji :
Pembimbing I Pembimbing II
Mengetahui,
Direktur Akbid Paramata Raha
Kabupaten Muna
A. Identitas Diri
Nama : Eka Fitriani
Agama : Islam
Suku/Kebangsaan : Muna/Indonesia
2. Pekerjaan : Wiraswasta/PNS
Barat
C. Pendidikan
1. Taman Kanak-Kanak tahun 2000
dengan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis
Ilmiah ini sebagai salah satu syarat dalam menyelesaikan pendidikan pada program
studi DIII Kebidanan Paramata Raha Kabupaten Muna dengan judul : Manajemen
Dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini penulis sedikit menemui kendala,
namun atas bantuan dari berbagai pihak sehingga Karya Tulis Ilmiah ini dapat
terselesaikan. Tidak lupa penulis mengucapkan terima kasih kepada Ibu Lis
Hadriwati, S.ST, selaku Pembimbing I dan Ibu Dina Asminatalia, S.Kep,Ns selaku
Ilmiah ini. Demikian pula ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada :
Kebidanan Paramata Raha, Kabupaten Muna dan sekaligus Penguji yang telah
4. Segenap Dosen dan Staf Program Studi DIII Kebidanan Paramata Raha,
5. Kepada kedua orang tuaku tercinta, yang dengan penuh cinta mendidik,
memberikan dukungan moril maupum materi, doa dan kasih sayang kepada
sahabatku Mila ( Nene ) Ture, Bobi, Wiwin dan Septiana yang selalu memberi
semangat dan dukungan, serta kebersamaannya yang tak henti melahirkan canda
Akhir kata, penulis berharap Allah SWT berkenan membalas segala kebaikan
semua pihak yang telah membantu penulis. Mudah-mudahan karya tulis ilmiah
Penulis
INTISARI
Latar belakang : Angka kematian bayi di Indonesia masih sangat tinggi yaitu
32/1000 kelahiran hidup salah satu penyebabnya adalah asfiksia. Berdasarkan data
dari Puskesmas Tongkuno Kecamatan Tongkuno bahwa bayi yang mengalami
ikterus fisiologis neonatorum pada tahun 2015 adalah 1 bayi.
Tujuan Telaah : Terlaksananya Asuhan Kebidanan pada Bayi Ny.A dengan
Ikterus Fisiologis Neonatorum di Puskesmas Tongkuno Kecamatan Tongkuno
Tanggal 09 Mei s.d 15 Mei 2015 dengan menggunakan pendekatan manajemen
kebidanan 7 langkah varney dan pendokumentasian.
Metode : Studi kasus menggunakan metode deskriptif, instrumen yang digunakan
adalah format asuhan kebidanan, tehnik pengumpulan data menggunakan data
sekunder (wawancara dan observasi) serta data primer (studi dokumetasi dan
kepustakaan).
Hasil : Dari pengkajian pada bayi Ny.A dengan ikterus fisiologis neonatorum
diketahui bayi kuning sejak umur 2 hari, warna kuning terdapat pada wajah, leher
dan dada, berat badan menurun, warna feses kuning, urine kuning tua serta malas
menyusu dan sering tidur.
Kesimpulan : Asuhan kebidanan pada bayi Ny.A dengan ikterus fisiologis
neonatorum dalam pelaksanaanya didapatkan sebagian kecil kesenjangan antara teori
dengan praktek.
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Neonatus merupakan bayi yang berusia antara 0 sampai 1 bulan atau 28 hari.
Masa-masa ini sangat penting dan memerlukan perhatian dan perawatan khusus.
kelainan atau gangguan pada neonates, bayi atau balita. Penanganan bayi baru lahir
yang sehat yang kurang baik dapat menyebabkan kelainan atau gangguan yang
Di Negara maju seperti Amerika Serikat terdapat sekitar 60% bayi menderita
ikterus sejak lahir, lebih dari 50% bayi tersebut mengalami hiperbilirubin. Angka
angka kematian yang cukup besar ini tidak dilaporkan serta dicatat secara resmi dala-
tahun 2008 angka kematian perinatal adalah 35 per 1000 kelahiran hidup, itu artinya
dalam satu tahun sekitar 175.000 bayi meninggal sebelum mencapai usia satu tahun.
( Mira,2013)
Kematian bayi baru lahir di Indonesia turun dari 390 per 100.000 anak pada
tahun 1994 menjadi 228 kematian. Penurunan sekitar 48% tersebut menempatkan
Indonesia masuk dalam 10 besar dengan peringkat pertama perubahan yang berhasil
penumpukan bilirubin dalam darah (Sudarti, 2013). Ikterus pada bayi baru lahir
terdapat pada 25-50% neanatus cukup bulan dan lebih tinggi lagi pada neonates
kurang bulan. Ikterus pada bayi baru lahir dapat merupakan suatu gejala fisiologis
atau dapat merupakan hal yang patologis , misalnya pada inkompatbilitas rhesus dan
Angka kematian bayi dan balita untuk periode lima tahun ( 2008-2012)
berdasarkan Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2012 lebih rendah
dari pada hasil SDKI 2007. Angka kematian bayi hasil SDKI 2012 adalah 32
kematian per 1000 kelahiran hidup dan kematian balita adalah 40 kematian per 1000
kelahiran hidup dan mayoritas kematian bayi terjadi pada neonates (Survey
(MDGs) angka kematian bayi (AKB) turun menjadi 23 per 1000 kelahiran hidup
pada tahun 2015. Untuk mencapai target tersebut perlu upaya percepatan yang lebih
berfluktuasi. Pada tahun 2013 jumlah kematian bayi 587, tertinggi terjadi
selatan 59 orang. Tahun 2011 jumlah kematian bayi mengalami peningkatan yang
cukup tinggi yaitu mencapai jumlah 1.166 kematian bayi.( Profil Sultra, 2013-2015 )
Periode neonatal merupakan periode yang paling kritis. Dari hasil penelitian
lebih dari 50% kematian bayi terjadi dalam periode neonatal yaitu dalam bulan
pertama kehidupan. Kurang baiknya penanganan bayi baru lahir yang lahir sehat
jumlah kelahiran 5784 bayi, bayi yang mengalami ikterus adalah 7 bayi (Anonim,
2012). Pada tahun 2013 jumlah bayi yang mengalami ikterus adalah 8 bayi dari 5946
kelahiran (Anonim, 2013) Pada tahun 2014 jumlah kelahiran 5714 bayi, bayi yang
Dari data yang diperoleh di Puskesmas Tongkuno pada tahun 2013 jumlah
bayi yang mengalami ikterus sebanyak 1 orang. Pada tahun 2014 berdasarkan data
yang dperoleh tidak ada bayi yang mengalami ikterus. Pada bulan Januari-Mei 2015
dengan memaparkan lewat Karya Tulis Ilmiah yang berjudul Manajemen dan
Pendokum entasian Asuhan Kebidanan Neonatal Pada Bayi NyA dengan Ikterus
fisiologis.
Ruang lingkup pembahasan karya tulis ilmiah ini adalah Manajemen dan
C. Tujuan Telaah
1. Tujuan Umum
1. Manfaat Teoritas
2. Manfaat Praktis
dalam memberikan asuhan bayi baru lahir dengan Ikterus sesuai dengan
kebidanan
Dalam penulisan karya tulis ilmiah ini metode yang digunakan adalah
sebagai berikut:
1. Studi Kepustakaan
Mempelajari berbagai literatur yang ada relevansinya dengan Ikterus antara lain
membaca buku dari berbagai sumber, mengakses data melalui internet dan
2. Studi Kasus
asuhan kebidanan yang telah di berikan pada klien dengan ikterus fisiologis
teknik:
a. Anamnesa
b. Observasi
Dilakukan dengan melihat dan mengamati secara langsung keadaan dan pola
c. Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik dilakukan secara sistematis mulai dari kepala sampai kaki
(head to toe) meliputi inspeksi,palpasi, dan perkusi.
d. Studi dokumentasi
catatan bidan, hasil observasi dan hasil wawancara dengan keluarga bayi
F. Sistematika Penulisan
Sistematika yang digunakan dalam pembuatan karya tulis ilmiah ini yaitu:
1. Bab I yaitu pendahuluan yang terdiri dari latar belakang masalah,ruang lingkup
2. Bab II yaitu tinjauan pustaka terdiri dari telaah pustaka dan konsep manajemen
dan pendokumentasian.
3. Bab III yaitu studi kasus terdiri dari pengumpulan data dasar, identifikasi
pendokumentasian.
4. Bab IV yaitu pembahasan, yang membahas tetang kesamaan antara teori dan
fakta yang di bahas secara sistematis mulai dari langkah 1 sampai langkah 7.
5. Bab V Penutup yang terdiri dari kesimpulan dan saran. Selain itu, dalam
pembuatan kasus ini juga dilengkapi dengan daftar pustaka dan lampiran-
lampiran.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Telaah Pustaka
a. Pengertian
Bayi baru lahir normal adalah bayi yang lahir dalam presentasi
belakang kepala melalui vagina tanpa memakai alat, pada usia kehamilan
genap 37 minggu sampai dengan 42 minggu dengan berat badan antara 2500
gram sampai 4000 gram nilai apgar >7 dan tanpa cacat bawaan
(Dodge,dkk.2012)
Bayi baru lahir normal adalah bayi yang lahir dengan umur kehamilan
lebih dari atau sama dengan 37 minggu dengan berat lahir 2500 4000 gram,
9) Kulit kemerah merahan dan licin karena jaringan subkutan yang cukup
10) Rambut lanugo tidak terlihat dan rambut kepala biasanya telah sempurna
13) Reflek rooting (mencari putting susu dengan rangsangan taktil pada pipi
14) Reflek sucking (isap dan menelan ) sudah terbentuk dengan baik
15) Reflek moro (gerakan memeluk bila dikagetkan) sudah terbentuk dengan
17) Eliminasi bayi, urin dan mekonium akan keluar dalam 24 jam pertama,
18) Genitalia
(a) Pada laki- laki kematangan ditandai dengan testis yang berada pada
(b) Pada perempuan kematangan ditandai dengan vagina dan uretra yang
diatas perut ibu dengan posisi kepala bayi sedikit lebih rendah dari
tubuhnya (bila tali pusat terlalu pendek, meletakkan bayi ditempat yang
memungkinkan).
2) Segera membungkus kepala dan badan bayi dengan handuk dan biarkan
melakukan urutan pada tali pusat mulai dari klem kearah ibu dan
4) Memegang tali pusat dengan satu tangan, melindungi bayi dari gunting
dengan kain atau selimut yang bersih dan kering, menutupi bagian kepala,
(Prawirohardjo, 2010).
a. Pengertian
akibat penumpukan bilirubin dalam darah (Sudarti, 2013). Ikterus pada bayi
baru lahir terdapat pada 25-50% Neanatus cukup bulan dan lebih tinggi lagi
pada neonates kurang bulan. Ikterus pada bayi baru lahir dapat merupakan
suatu gejala fisiologis atau dapat merupakan hal yang patologis , misalnya
bilirubin di kulit. Pada bayi atererm, ikterus tampak jika konsentrasi bilirubin
serum mencapai 85 120 mol/ L (5-7 mg/dl) dengan progresi sefalo kaudal
saat kadarnya meningkat (Fraser, 2011). Ikterus adalah suatu gejala yang
sering di temukan pada bayi baru lahir yang terbagi menjadi ikterus fisiologis
b. Pembagian Ikterus
1) Ikterus fisiologis
a) Pengerian
Ikterus fisiologis adalah ikterus yang timbul pada hari ke dua dan
kadar bilirubin tak terkonjunggasi dan ikterus pada hari ketiga. Ikterus
b) Penyebab
pemecahan sel darah merah. Produksi bilirubin bayi baru lahir lebih
dari dua kali produksi orang dewasa normal per kilogram berat badan.
pulmonar menjadi fungsional, masa sel darah merah besar yang di buat
melalui hemolisis mengakibatkan timbunan bilirubin, yang berpotensi
reborsi anterohepatik, proses ini meningkat dalam usus bayi baru baru
untuk bayi cukup bulan dan 2 minggu pada bayi yang premature atau
kurang bulan.
d) Penatalaksanaan
1) Memandikan bayi
yang tinggi (>20 mg% pada bayi cukup bulan atau >18 mg% pada
bayi berat lahir rendah) disertai dengan gejala kerusakan otak berupa
2) Ikterus patologis
a) Pengertian
jam setelah lahir, dan ditandai dengan peningkatan cepat bilirubin serum.
cepat bilirubin serum total > 85 mol/ L (5 mg/dl) per hari, bilirubin
hari pada bayi aterm atau 2 minggu pada bayi prematur (Diane, 2011).
b) Penyebab
b) Hemoglobin apati penyakit sel sabit dan talasemia (di derita oleh bayi
c) Gejala
1) Timbul warna kuning pertama kali lebih dari 24 jam setelah lahir
6) Riwayat persalinan
7) Laboratorium (Sudarti,2013).
d) Penatalaksanaan
harus dipertimbangkan:
besar?
4) Pemeriksaan laboratorium
dalam serum
produksi
inkompatibilitas
(7) Apus darah perifer struktur sel darah melah untuk melihat
5) Tindakan/pengobatan
bilirubin meningkat
masa jendal.
e) Komplikasi
tuanya.
tahapan logis untuk pengambilan keputusan yang berfokus pada klien (Nurul
Jannah,2011).
2. Pedoman Penerapan
melalui suatu proses yang disebut langkah atau proses manajemen kebidanan.
perubahan yang terjdi pada bayi baru lahir, khususnya pada bayi yang Ikterus
pendekatan secara pribadi pada ibu bayi agar lebih terbuka dan merasa
nyaman. Adapun tujuan asuhan yang diberikan kepada bayi dengan ikterus
ataupun menangani secara cepat dan tepat sesuai dengan penyakit yang
b. Pendidikan kesehatan
10x/hri atau tiap 2 jam. juga penjelasan penyebab gangguan yang dialami
bayinya,serta
pemberian informasi tentang tanda tanda bahaya pada bayi (Sudarti, 2010)
c. Terapi
Jika setelah tiga-empat hari kelebihan bilirubin masih terjadi, maka bayi
bilirubin dalam tubuh bayi dapat dipecahkan dan menjadi mudah larut
dalam air tanpa harus diubah dulu oleh organ hati. Terapi sinar juga
12 buah dan disusun secara paralel. Di bagian bawah lampu ada sebuah
kaca yang disebut flexy glass yang berfungsi meningkatkan energi sinar
2) Terapi Transfusi
Jika setelah menjalani fototerapi tak ada perbaikan dan kadar bilirubin
menimbulkan kerusakan sel saraf otak (kern ikterus). Efek inilah yang
tinggi maka perlu dilakukan proses tranfusi kembali. Efek samping yang
bisa muncul adalah masuknya kuman penyakit yang bersumber dari darah
yang dimasukkan ke dalam tubuh bayi. Meski begitu, terapi ini terbilang
2011).
3) Peran bidan
fisiologis dan memberitahu gejala dini ikterus patologi pada para ibu
d) Jemur bayi dipagi hari tanpa baju antara pukul 07.30-09.00 selama 20-
masih tampak kuning, apalagi bila disertai gejala malas minum atau
untuk mengevaluasi keadaan bayi baru lahir Pada langkah pertama ini
dikumpulkan semua informasi yang akurat dan lengkap dari semua sumber yang
berkaitan dengan kondisi klien. Data yang dikumpulkan terdiri dari data
a) Data subjektif
1) Biodata
(b) Umur bayi : untuk mengetahui berapa umur bayi yang nanti akan
(c) Tanggal/jam lahir : untuk mengetahui kapan bayi baru lahir, sesuai
kenaikan kadar billirubin pada bayi cukup bulan atau bayi kurang
bulan.
(d) Jenis kelamin : untuk mengetahui jenis kelamin bayi dan
pasien
3) Riwayat persalinan
persalinan.
Nutrisi terbaik untuk bayi baru lahir adalah ASI yang dapat diberikan
Apabila bayi telah mendapat minum 160ml/kg berat badan per hari
tetapi masih tampak lapar berikan tambahan ASI setiap kali minum.
(Sudarti, 2010).
b) Data objektif yang dikaji pada bayi dengan ikterus fisiologis neonator
1) Keadaan umum
tanda vital :
beberapa hari pertama yang harus kembali normal pada hari ke-
10. Bayi dapat ditimbang pada hari ke-3 atau ke-4 untuk mengkaji
pernafasan
abdomen
(n) Refleks
menyentuh pipi
bayi
(4) Refleks sucking : terjadi ketika bayi yang baru lahir secara
kebidanan. Masalah merupakan hal hal yang berkaitan pengalaman klien yang
yang sering dijumpai pada bayi baru lahir dengan ikterik adalah gangguan sistem
pernafasan, reflek hisap, dan menelan minuman, kesadaran menurun atau sering
tidur.
kebutuhan yang harus diberikan pada bayi baru lahir dengan ikterik adalah
umum bayi secara intensif menjaga supaya lingkungan sekitar tetap nyaman dan
hangat.
atau ada hal yang perlu dikonsultasikan atau ditangani bersama dengan anggota
tim kesehatan lain sesuai kondisi bayi, contohnya adalah pemberian minum
sedini mungkin dengan jumlah cairan dan kalori yang mencukupi dan
sebelumnya rencana asuhan dari diagnosa yang akan diberikan dalam kasus bayi
baru lahir dengan ikterus fisiologis antara lain mengobservasi keadaan umum
dan tanda vital, memenuhi kebutuhan nutrisi bayi,menjemur bayi pada sinar
,kolaborasi dengan dokter Sp.A mengenai terapi dan tindakan yang diberikan,m
emberikan rasa aman (emotional security) baik secara kontak fisik maupun
psikis dengan dibawa mendekat ke tubuh ibunya dan digendong dengan lembut,
pencegahan infeksi seperti cuci tangan, ganti baju bila : mandi, basah terkena
Pada langkah ini rencana asuhan menyeluruh seperti yang diuraikan pada
langkah kelima, dilaksanakan secara efisien dan aman. Penatalaksanaan ini bisa
dilakukan seluruhnya oleh bidan atau sebagian oleh klien atau tenaga kesehatan
lainnya. Walaupun bidan tidak melakukannya sendiri tetapi dia tetap memikul
akan menyingkat waktu dan biaya serta meningkatkan mutu dan asuhan pada
benar terhadap setiap aspek asuhan yang sudah dilaksanakan tetapi belum
efektif.
Ikterus neonatorum fisiologis adalah keadaan umum dan tanda-tanda vital dalam
pada seorang klien, yang di dalamnya tersirat proses pikir yang sistematis
langkah. Agar orang lain mngetahui apa yang telah dilaksanakan oleh bidan
STUDI KASUS
Pada bab ini akan diuraikan tentang penerapan manajemen kebidanan dalam
asuhan kebidanan pada Bayi Ny. A dengan Ikterus fisologis (di Puskesmas
Tongkuno Kabupaten muna pada tanggal 09 sampai 15 Mei 2015, yang diawali
A. Manajemen
Proses pengumpulan data ini dilakukan dengan mengkaji secara umum hanya
berfokus pada ibu pada tanggal 09 Mei 2015 pukul 08.30 WITA di Puskesmas
a. Identitas Bayi
Anak Ke : 2 ( Dua )
Pendidikan : S1 / SMA
Ibu mengatakan : .
2) Riwayat kehamilan
Ibu mengatakan :
f) BB selama hamil : 57 kg
h) Saat hamil ibu banyak melakukan aktifitas fisik beberapa jam tanpa
istrahat
i) Pemenuhan kebutuhan gizi ibu selama hamil kurang baik karena saat
lupa.
k) Imunisasi TT lengkap
Masalah pada bayi yaitu menyusu tidak efektif karena bayi malas
kuning pekat.
konsistensinya lembek.
7) Data psikologis
(1) Ibu merasa cemas dan takut dengan keadaan bayinya saat ini.
9) Data spiritual
d. Pemeriksaan antropometri
e. Pemeriksaan refleks
g. Pemeriksaan fisik
(1) Kepala, tidak ada caput secedenum, tidak ada chepal hematoma, rambut
(3) Hidung tidak ada cuping hidung, dan pada permukaan kulit terlihat
kuning.
lemah.
terlihat kuning.
(6) Dada, bentuk simetris, kiri dan kanan tidak ada kelainan, pada permukan
(7) Tidak ada kelainan pada perut, tampak tali pusat tampak bersih, kering,
serta terbungkus ghass steril. dan tidak ada penonjolan pada perut.
tonjolan.
(9) Ekstermitas Bagian atas Simetris kiri dan kanan , jumlah jari lengkap,
(10) Bagian bawah Semetris kiri dan kanan, jumlah jari kaki lengkap, pada
labia minora.
(12) Lubang anus ada, dan tidak ada kelainan pada anus
(13) Eliminasi
b. Warna : Kehijaun
d. Warna : Kunig
e. Konsistensi : Lembek.
Dari langkah pengumpulan data dasar, maka diagnosa yang ditetapkan yaitu
bayi cukup bulan usia 4 hari, sesuai masa kehamilan (40 minggu 2 hari)
a. Bayi cukup bulan usia 4 hari, sesuai masa kehamilan (40 minggu 2 hari)
1) Dasar
Jitowiyono, 2011).
b) Cukup bulan (term infant) jika masa gestasi 259 sampai 294
b. Ikterus fisiologis
1) Dasar
dan dada
a) Ikterus fisiologis adalah ikterus yang timbul pada hari kedua dan
2010).
b) Gejala yang muncul pada bayi yang ikterus yaitu: timbul warna
tubuh (Icesmi,2014).
3. Identifikasi Diagnosa / Masalah Potensial
atau masalah potensial yang akan terjadi pada bayi Ny. A yaitu terjadinya
kren ikterus.
a. Dasar
tidur.
4. Tindakan Segera/Kolaborasi
Sesuai dengan beberapa diagnosa dan masalah yang ada maka dibuatlah renca
berdasarkan diagnosa maslah yang ada juga diagnosa dan masalah yang
mungkin terjadi.
a. Tujuan
b. Kriteria keberhasilan
1) Bayi dalam keadaan sehat yang ditandai dengan keadaan umum bayi
c) Suhu : 36,50C37,50C.
2) Ikterus teratasi yang ditandai dengan warna kulit bayi tidak kuning, dan
c. Rencana tindakan
1) Umum
perkembangan bayi.
c) Ajarkan perawatan tali pusat yang benar pada ibu yaitu tali pusat
8- 10x/hari.
Rasional : Nutrisi terbaik untuk bayi baru lahir adalah ASI yang
memberikan stimulasi.
Rasional : Dengan selalu berinteraksi dengan bayinya, akan mempercepat
(7) Suhu tubuh terlalu panas (febris) atau terlalu dingin (hipotermi).
da bayi.
a. Umum
fisikpada bayi.
Hasil : Orang tua bayi mengerti dan mau bekerja sama dalam
Melakukan pemeriksaan.
Pernapasan : 48x/menit
Suhu : 37
3) Mengajarkan perawatan tali pusat yang benar pada ibu yaitu tali
Hasil : Tali pusat telah terbungkus dengan kasa steril dan bersih.
mungkin 8-10x/hari.
menidurkan bay
Hasil : Ibu mengganti popok bayi setiap kali basah dan setiap kali
kotor
c) Isapan lemah
d) Kesulitan bernapas
(hipotermi).
(15) Evaluasi
b) Pernapasan : 40 x/menit
c) Suhu : 37,50C
2) Ikterus teratasi yang ditandai dengan warna kulit bayi tidak kuning,
B. Pendokumentasian
dalam asuhan kebidanan pada Bayi Ny. A dengan Ikterus di puskesmas Tongkuno
Kabupaten Muna pada tanggal 09 Mei sampai 15 Mei 2015, yang diawali dengan
1. Identitas
a. Identitas Bayi
Anak Ke : 2 ( Ke dua )
Pendidikan : S1 / SMA
Pernikahan :I/I
Alamat : Sumpuo
Ibu mengatakan :
a) Bayi lahir tanggal 05 Mei 2015, jam 02.30 WITA secara normal
a. Pemeriksaan umum
2) Kesadaran : Komposmentis
b) Pernapasan : 48 x/menit
b. Pemeriksaan antropometri
c. Pemeriksaan refleks
d. Pemeriksaan fisik
(1) Kepala, tidak ada caput seccedenum, tidak ada chepal hematoma, rambut
(3) Hidung tidak ada cuping hidung, dan pada permukaan kulit terlihat
kuning.
lemah.
terlihat kuning.
(6) Dada, bentuk simetris, kiri dan kanan tidak ada kelainan, pada permukaa
(7) Tidak ada kelainan pada perut, tampak tali pusat tampak bersih, kering,
serta terbungkus ghass steril. dan tidak ada penonjolan pada perut.Posisi
pada tangan dan jari tidak ada sianosis bagian bawah Semetris kiri dan
kanan, jumlah jari kaki lengkap, pada kaki tidak ada sianosis
(9) Tampak lendir, tidak ada kelainan pada genitalia,labia mayora menutupi
labia minora.Lubang anus ada, dan tidak ada kelainan pada anus
3. Assesment (A)
a. Diagnosa aktual : Bayi cukup bulan umur 4 hari, sesuai masa kehamilan (40
4. Planning (P)
a. Umum
pada bayi.
Hasil : Orang tua bayi mengerti dan mau bekerja sama dalam melakukan p-
emeriksaan fisik
4) Mengobservasi tanda-tanda vital.
Pernapasan : 48x/menit
Suhu : 37
5) Mengajarkan perawatan tali pusat yang benar pada ibu yaitu tali pusat
Hasil : Tali pusat telah terbungkus dengan kasa steril dan bersih.
1) Menjemur bayi dengan cahaya matahari pagi sekitar jam 7 pagi sampai
jam 8 pagi selama 15- 30 menit dalam keadaan telanjang dengan mata
di tutupi
Hasil : Bayi telah di jemur dengan cahaya matahari pagi selama 15-30
8-10x/hari.
imulasi.
menidurkan bayinya.
c. Heaalth Education (HE)
Hasil : Ibu mengganti popok bayi setiap kali basah dan setiap kali kotor
c) Isapan lemah
d) Kesulitan bernapas
Hasil : Ibu mengerti dengan penjelasan bidan dan jika menemukan salah
C. Catatan Perkembangan
Ibu mengatakan :
1) Bayi masih malas menyusu dan sering tidur
2) Kesadaran komposmentis
5) Tanda-tanda vital
b) Pernapasan : 42 x/menit
c) Suhu : 36,5 0C
6) Pemeriksaan fisik
f) Dada dan Perut : permukaan kulit terlihat kuning dan tali pusat belum
pupus
g) Eliminasi
Warna : Kuning
Warna : Kuning
Konsistensi : Lembek
7) Pemeriksaan refleks
c. Assesment (A)
komplikasi.
d. Planning
pada bayi.
Hasil : Orang tua bayi mengerti dan mau bekerja sama dalam Melakukan
pemeriksaan.
Pernapasan : 48x/menit
Suhu : 37
3) Menjemur bayi dengan cahaya matahari pagi sekitar jam 7 pagi sampai jam
8 pagi selama 15- 30 menit dalam keadaan telanjang dengan mata di tutupi
Hasil : Bayi telah di jemur dengan cahaya matahari pagi selama 15-
30 menit.
10x/hari.
Hasil: Ibu mengganti popok bayi setiap kali basah dan setiap kali kotor
6) Mengajarkan perawatan tali pusat yang benar pada ibu yaitu tali pusat
pada ibu untuk selalu memperhatikan kebersihan tali pusat serta menjaga
Hasil : Tali pusat telah terbungkus dengan kasa steril dan bersih.
mulasi.
menidurkan bayinya.
c) Isapan lemah
d) Kesulitan bernapas
2. Bayi umur 7 hari
Ibu mengatakan :
2) Kesadaran komposmentis
5) Tanda-tanda vital :
b) Pernapasan : 44x/menit
c) Suhu : 36,70C.
6) Pemeriksaan fisik
a) Permukaan kulit wajah padah daerah kepala leher dan dada masih
nampak kuning.
b) Warna : Kuning
d) Warna : Kunig
e) Konsistensi : Lembek.
8) Pemeriksaan refleks
c. Assesment (A)
1) Diagnosa aktul : Bayi umur 7 hari sesuai masa kehamilan (40 minggu
d. Planning
Suhu : 37.
2) Menjemur bayi dengan cahaya matahari pagi sekitar jam 7 pagi sampai
jam 8 pagi selama 15- 30 menit dalam keadaan telanjang dengan mata
di tutupi
Hasil : Bayi telah di jemur dengan cahaya matahari pagi selama 15-
30 menit.
8-10x/hari.
Hasil: Ibu mengganti popok bayi setiap kali basah dan setiap kali kotor.
menidurkan bayinya.
Ibu mengatakan :
Bayinya sudah mulai menyusu, dan warna kuning pada bayi mulai hilang.
2) Kesadaran komposmentis
3) Berat badan lahir : 3900 gram
5) Tanda-tanda vital :
b) Pernapasan : 43 x/menit
c) Suhu : 36,50C.
6) Pemeriksaan fisik
a) Warna kuning pada daerah kepala leher dan dada sudah mulai menghila
7) Eliminasi
b) Warna : Kuning
d) Warna : Kunig
e) Konsistensi : Lembek.
8) Pemeriksaan refleks
c) Assesment (A)
1) Diagnosa aktul : Bayi umur 8 hari sesuai masa kehamilan (40 minggu
3) Tindaka segera :-
d) Planning
Pernapasan : 48x/menit
Suhu : 37
2) Menjemur bayi dengan cahaya matahari pagi sekitar jam 7 pagi sampai
jam 8 pagi selama 15- 30 menit dalam keadaan telanjang dengan mata
di tutupi
Hasil : Bayi telah di jemur dengan cahaya matahari pagi selama 15-
30 menit.
8-10x/hari.
Ibu mengatakan :
Bayinya sudah mulai menyusu, dan warna kuning pada bayi mulai hilang.
b) Pernapasan : 4 x/menit
c) Suhu : 370C.
a) Warna kuning pada daerah kepala leher dan dada sudah mulai
menghilag
15) Eliminasi
b) Warna : Kuning
d) Warna : Kunig
e) Konsistensi : Lembek.
g) Assesment (A)
4) Diagnosa aktul : Bayi umur 10 hari sesuai masa kehamilan (40 minggu
6) Tindaka segera :-
h) Planning
Pernapasan : 48x/menit
Suhu : 37
5) Menjemur bayi dengan cahaya matahari pagi sekitar jam 7 pagi sampai
jam 8 pagi selama 15- 30 menit dalam keadaan telanjang dengan mata
di tutupi
Hasil : Bayi telah di jemur dengan cahaya matahari pagi selama 15-
30 menit.
8-10x/hari.
manajemen kebidanan di mulai dari pengumpulan data dasar dan diakhiri dengan
evaluasi.
Pada langkah ini penulis melakukan pengkajian data dasar yang meliputi data
subjektif dan data objektif. Informasi yang diperoleh mengenai data-data tersebut
penulis dapat melalui wawancara langsung dengan orang tua dan keluarga bayi serta
diangkat. Data yang diambil oleh penulis dilakukan secara terfokus pada masalah
1. Data Subjektif
pada kadar bilirubin tak terkonjunggasi dan ikterus pada hari ketiga. Ikterus
pada usia 1 minggu dan kadar bilirubin tidak pernah melibihi 200-215 mol/L
Pada kasus bayi dengan Ikterus Fisiologis Noenatorum riwayat kehamilan ibu
aspirin) dan riwayat ikterus pada anak sebelumnya, serta riwayat persalinan
gangguan nafsu minum,timbul wrna kuning, urine kuning tua, riwayat hepatitis
kuning sejak umur bayi 2 hari, serta malas menyusu dan sering tidur. Hal ini
berbeda dengan penelitian yang dibuat oleh Estihi mengenai Asuhan Kebidanan
Bayi Baru Lahir Pada Bayi Ny. A dengan Ikterus Derajat I Di RSUD Dr.
Moewardi Tahun 2014 yang mengatakan bahwa pengkajian pada bayi ikterus
serta tampak kuning pada bayi umur 12 jam. Hal ini terjadi karena kondisi yang
dialami bayi bergantung pada respon bayi itu sendiri terhadap ikterus yang
dialaminya.
Dengan demikian apa yang dijelaskan dalam tinjauan pustaka dengan studi
2. Data Objektif
secara umum, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang. Menurut teori, klinis
ikterus menurut Kremer terbagi menjadi 5 bagian yakni kramer 1 : bagian muka,
kramer 2 : muka, dada kramer 3 : muka, dada, perut, paha, kramer 4 : muka, dada,
perut, paha, tangan dan kaki, kramer 5 : seluruh tubuh. Dan pada pemantauan
eliminasi bayi yang ikterus urin dan fesesnya berwarna pekat seperti teh. Serta
pemeriksaan refleks pada bayi yang ikterus yaitu refleks sucking (mengisap) pada
bayi yang ikterus kurang. Data yang diperoleh selain dari pemeriksaan fisik (data
penunjang meliputi pemeriksaan Hb dan golongan darah serta USG dan rontgen.
Pemeriksaan laboratorium bayi ikterus adalah Rh darah ibu dan janin berlainan.
Kadar bilirubin bayi aterm lebih 12,5 mg/dL, prematur lebih 15 mg/dL (Wiwied
Rahma, 2013).
nampak kuning pada daerah kepala leher dan dada, bayi malas menyusu, dan
Hal ini berbeda dengan penelitian yang di dapatkan oleh Estihi (2014) yang
mengatakan bahwa bayi ikterus tidak hanya refleks sucking yang lemah tetapi
refleks rooting, walking, dan tonick neck juga kurang dan kadar bilirubin total
yang di dapatkan 0-1 mg%. Berdasarkan hal diatas, sebagian kecil terjadi
kesenjangan antara teori dengan yang dilakukan di lahan praktek dimana tidak
dari beberapa data baik data subjektif maupun objektif. Sebagai data dasar untuk
Dalam tinjauan pustaka cara untuk menetapkan diagnosa pada bayi yang ikterus
yaitu : timbul warna kuning, nafsu minum mungkin menurun, warna tinja akolik
(sumbatan saluran empedu), urin kuning tua, riwayat ibu hepatitis akut, riwayat
meliputi setiap penyakit atau gangguan yang meningkatkan produksi bilirubin, atau
yang mengagnggu transport atau eksresi bilirubin. Apakah bayi mengalami trauma
lahir atau memar nyata, apakah pemberian susu atau pengeluaran mekonium
terlambat, apakah bayi prematur dan dengan demikian berisiko lebih besar, apakah
terdapat riwayat penyakit hemoliti signifikan dalam keluarga atau saudara kandung
yang ikterus, atau predisposisi etnik terhadap ikterus atau penyakit keturunan, apakah
ikterus tampak dalam 24 jam pertama (menunjukan adanya hemolisis), atau apakah
pengamatan terhadap : luasnya perubahan kulit dan warna sclera, progresi ikterus di
sefalo-kaudal, tanda-tanda klinis lain, seperti letargi dan penurunan keinginan untuk
menyusu (makan), urin gelap atau feses terang, adanya dehidrasi, kelaparan,
hipotermia, asidosis atau hipoksia, muntah, iritabilitas atau menangis dengan nada
tinggi.
menentukan kadar dan apakah bilirubun tidak terkonjugasi atau terkonjugasi, uji
combs direk untuk mendeteksi adanya antibodi maternal pada SDM janin, uji combs
inderek untuk mendeteksi adanya antibidi maternal dalam serum, hitung retikulosit-
meningkat akibat hemolisis SDM baru di produksi, golongan darah ABO dan tipe Rh
mengkaji anemia, apus darah perifer struktur sel darah melah untuk melihat adanya
sel abnormal, hitung sel darah putih untuk mendeteksi infeksi, sampel serum tidak
dehidrogenase (G6PD), zat dalam urin misalnya galaktosa. Pada beberapa tahun
terakhir, bilirubinometri transkutan telah menurunkan jumlah uji darah pada neoatus.
pigmentasi kulit, dengan taksiran kadar bilirubin plasma yang diperoleh dari jumlah
Berdasarkan studi kasus pada bayi Ny. A antara manifestasi klinik dan fakta
untuk menyusu (makan), sering tidur serta warna feses kehijauan. Hal ini dapat
terjadi karena gejala ikterus fisiologis hanya berupa stadium awal dan gejala stadium
lanjut. Hal tersebut berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Estihi (2014)
yang mengatakan bahwa diagnosa dan masalah aktual yaitu : Ikterus Derajat II
karena didapatkan refleks sucking, rooting, walking, dan tonick neck kurang serta
bayi nampak kuning pada 12 jan pertama. Dengan demikian antara tinjauan pustaka
dan kasus didapatkan dilahan hanya sebagian ada kesesuaian.
potensial ikterus fisiologis neonatorum potensial terjadi kern ikterus. Dalam tinjauan
pustaka Kern ikterus adalah suatu kerusakan otak akibat perlengketan bilirubin
indirek pada otak terutama pada korpus striatum, talamus, nukleus subtalamus,
hipokampus, nukleus merah dan nukleus pada dasar ventrikulus ke IV (Ayu, Widya,
2014).
Berdasarkan data yang ada pada studi kasus Bayi Ny. A dilahan praktek dapat
diidentifikasi masalah potensial terjadinya kern ikterus karena data yang diperoleh di
lahan praktek setelah dilakukan pemeriksaan fisik dan observasi yaitu bayi malas
menyusu dan sering tidur, warna feses kuning serta urin berwarna kuning pekat.
Sehingga bayi potensial mengalami kern ikterus. Hal ini berbeda dengan penelitian
yang dilakukan oleh Etismi (2014) yang mengatakan tidak ada data potensial yang
terjadi, karena mendapat penanganan yang intensif. Dalam hal ini menunjukan
Mengidentifikasi perlunya tindakan segera oleh bidan atau dokter dan petugas
Laboratorium atau ada hal yang perlu dikonsultasikan atau ditangani bersama dengan
anggota tim kesehatan lain sesuai kondisi bayi, contohnya adalah pemeriksaan
Tongkuno,Pemberian minum sedini mungkin dengan jumlah cairan dan kalori yang
mencukupi dan pemantauan perkembangan ikterus. Serta pemeriksaan laboratorium
oleh dokter (Wiwied, Rahma 2013). Berdasarkan kasus pada Bayi Ny. A penulis
melakukan tindakan segera atau kolaborasi jika ada kalainan atau komplikasi. Hal ini
berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Etismi (2014) yang melakukan
E. Rencana Asuhan
tindakan harus berdasarkan masalah yang telah ditemukan. Dalam tinjauan pustaka,
observasi keadaan umum dan tanda vital, memenuhi kebutuhan nutrisi bayi,
menjemur bayi pada sinar matahari pagi jam 7 8 pagi selama 15 sampai 30 menit,
dengan dokter Sp.A mengenai terapi dan tindakan yang diberikan, memberikan rasa
aman (emotional security) baik secara kontak fisik maupun psikis dengan dibawa
mendekat ketubuh ibunya dan digendong dengan lembut, selalu berinteraksi dengan
bayi untuk memberikan stimulasi, lakukan pencegahan infeksi seperti cuci tangan,
ganti baju bila : mandi, basah terkena muntahan, kotor, ganti popok bila BAK/BAB
Pada kasus Bayi Ny. A dengan Ikterus Fisiologis Neonatorum asuhan yang di
berikan menjadi 3 bagian yaitu rencana umum yaitu rencana asuhan untuk bayi baru
lahir, asuhan untuk Ikterus fisiologis neonatorum, dan Health Education (HE).
Rencana umum diantaranya adalah beritahu orang tua bayi bahwa akan dilakukan
pemeriksaan fisik, observasi tanda-tanda vital, ajarkan perawatan tali pusat yang
benar pada ibu yaitu tali pusat di bungkus kasa steril tanpa dibubuhi apapun dan
menganjurkan pada ibu untuk selalu memperhatikan kebersihan tali pusat serta
bayi dengan cahaya matahari sekitar jam 7 pagi sampai jam 8 pagi selama 15-30
menit dalam keadaan telanjang dengan mata di tutupi, menganjurkan pada ibu untuk
pada ibu tentang ajarkan ibu untuk menjaga kebersihan bayinya, jelaskan tentang
tanda-tanda bahaya pada bayi yaitu pemberian ASI sulit, bayi sulit mengisap, isapan
lemah, kesulitan bernapas, bayi terus terlelap tanpa bangun dan makan, mata
bengkak dan mengeluarkan cairan. Hal ini berbeda dengan penelitian yang dilakukan
oleh Etismi (2014) yang sesuai dengan teori yang ada. Berdasarkan hal di atas,
lahan praktik dimana tidak dilakukan pemeriksaan billirubin dalam darah dengan
pemeriksaan laboratorium. Hal ini dikarenakan terbatasnya persediaan alat dan obat-
obatan sehingga rencana asuhan pemeriksaan bilirubin dalam darah tidak dilakukan.
F. Pelaksanaan Asuhan
Fisiologis Neonatorum adalah observasi keadaan umum dan tanda vital, memenuhi
kebutuhan nutrisi bayi, menjemur bayi pada sinar matahari pagi jam 7 8 pagi
tindakan yang diberikan, memberikan rasa aman (emotional security) baik secara
kontak fisik maupun psikis dengan dibawa mendekat ketubuh ibunya dan digendong
dengan lembut, selalu berinteraksi dengan bayi untuk memberikan stimulasi, lakukan
pencegahan infeksi seperti cuci tangan, ganti baju bila : mandi, basah terkena
Pada kasus Bayi Ny. A dengan Ikterus Fisiologis Neonatorum asuhan yang di
berikan menjadi 3 bagian yaitu rencana umum yaitu rencana asuhan untuk bayi baru
lahir, asuhan untuk Ikterus fisiologis neonatorum, dan Health Education (HE).
Rencana umum diantaranya adalah beritahu orang tua bayi bahwa akan dilakukan
pemeriksaan fisik, observasi tanda-tanda vital, ajarkan perawatan tali pusat yang
benar pada ibu yaitu tali pusat di bungkus kasa steril tanpa dibubuhi apapun dan
menganjurkan pada ibu untuk selalu memperhatikan kebersihan tali pusat serta
menjaga agar tetap kering. Penanganan ikterus fisiologis neonatorum, tindakan yang
dilakukan yaitu jemur bayi dengan cahaya matahari sekitar jam 7 pagi sampai jam 8
pagi selama 15-30 menit dalam keadaan telanjang dengan mata di tutupi,
menganjurkan pada ibu untuk tetap menyusui bayinya sesering mungkin 8-10x/hari,
Health Education (HE) pada ibu tentang ajarkan ibu untuk menjaga kebersihan
bayinya, jelaskan tentang tanda-tanda bahaya pada bayi yaitu pemberian ASI sulit,
bayi sulit mengisap, isapan lemah, kesulitan bernapas, bayi terus terlelap tanpa
bangun dan makan, mata bengkak dan mengeluarkan cairan. Hal ini berbeda dengan
penelitian yang dilakukan oleh Etismi (2014) yang sesuai dengan teori yang ada.
G. Evaluasi
kepada klien dangan berpedoman pada masalah yang telah ditetapkan sebelumnya.
Berdasarkan tinjauan evaluasi dari pelaksanaan asuhan kebidanan pada klien dengan
kasus Ikterus fisiologis neonatorum adalah ikterus menghilang, keadaan umum dan
tanda-tanda vital dalam batas normal, gejala klinik dan diagnosa potensial ikterus
neonatorum fisiologis teratasi. Berdasarkan studi kasus pada Bayi Ny. A setelah
mendapatkan asuhan selama 3 hari, sejak tanggal 09 s.d 15 Mei 2015 didapatkan
hasil ikterus dapat teratasi ditandai dengan warna kuning pada daerah kepala leher
dan dada menghilang, bayi telah menyusu secara adekuat, keadaan umun bayi baik
dan tanda-tanda vital dalam batas normal ditandai dengan laju jantung : 143x/menit,
pernapasan 44x/menit, suhu 370C. Serta tidak terjadi kern yang di tandai dengan
feses dan urin berwarna kuning. Berdasarkan hal tersebut terdapat kesamaan antara
tinjauan pustaka dengan kasus yang didapatkan dilahan praktek dan penelitian yang
PENUTUP
Setelah penulis mempelajari teori-teori dan pengalaman langsung dari lahan praktek
melalui studi kasus pada Bayi Ny. A dengan Ikterus Fisiologis Neonatorum di
Puskesmas Tongkuno pada Tanggal 09 s.d. 15 Mei 2015, maka penulis menarik
A. Kesimpulan
orang tua bayi sehingga didapatkan bayinya kuning sejak umur 2 hari, bayinya
malas menyusu dan sering tidur dan data objektif diperoleh bayi nampak kuning
pada daerah kepala leher dan dada, serta feses berwarna kehijauan dan urin
fisologis neonatorum akan berlanjut menjadi kern ikterus namun tidak terjadi
diagnosa ikterus fisologis neonatorum dilakukan dengan dijemur pada pagi hari
jam 7-8 selama 15-30 menit dalam keadaan telanjang dan mata ditutupi.
3. Setelah Bayi Ny. A mendapatkan asuhan selama 4 hari di rumah pasien diperoleh
B. Saran
Diharapkan dengan disusunnya studi kasus ini keefektifan proses belajar dapat
dapat menerapkan dan mengaplikasikan hasil dari studi yang telah didapat pada
lahan kerja. Selain itu diharapkan juga dapat menjadi sumber ilmu dan bacaan
yang dapat memberi informasi terbaru serta menjadi sumber referensi yang dapat
digunakan sebagai pelengkap dalam pembuatan studi kasus pada semester akhir
berikutnya.
2. Bagi Penulis
pada kasus asfiksia dan dengan adanya studi kasus ini diharapkan dapat lebih
menangani bayi baru lahir dengan asfiksia, sehingga Angka Kematian Bayi
Neonatorum.
DAFTAR PUSTAKA
Dewi,V,N,L (2012). Asuhan Neonatus Bayi Dan Anak Balita. Jakarta, Slemba
Medika.
Dodge, dkk (2012). Asuhan Kegawatdaruratan Maternal dan
Neonatus,Yogyakarta,Nuha Medika
Fraser, Diane M. & Margaret A. Cooper (2011) Buku Ajar Bidan. Edisi 14, Jakarta,
EGC.
Lindon, Saputra (2014) Asuhan Neonatus Bayi dan Balita. Tangeran Selatan,
Binarupa Aksara.
Mirahnova ( 2013 ) https://mirahnova5.wordpress.com/2013/10/11/penanganan-
ikterus-pada-bbl/
---------- (2009) Ilmu Kebidanan. Edisi 4, Jakarta, PT. Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo.
Rahma, Wiwid. (2013) Asuhan Kebidanan Pada Bayi Baru Lahir
http://wiedrahma.blogspot.com/2013/09/asuhankebidanan-pada-bayi-baru-
lahir.html. Askes pada tanggal 10 agustus 2015.
Sudarti. & Afroh Fauziah. (2013) Asuhan Neonatus Risiko Tinggi dan Kegawatan.
Yogyakarta, Nuha Medika.
Sukarni, Icesmi & Sudarti. (2014) Patologi Kehamilan, Persalinan, Nifas dan
Neonatus Resiko Tinggi. Yogyakarta, Nuha Medika.