Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
ii Rencana Strategis
DIREKTORAT JENDERAL CIPTA KARYA TAHUN 2015-2019 iii
Kata Pengantar
iv Rencana Strategis
pelayanan air minum bagi seluruh penduduk Indonesia, serta meningkatnya
akses penduduk terhadap sanitasi layak (air limbah domestik, sampah, dan
drainase lingkungan) menjadi 100% pada tingkat kebutuhan dasar.
Akhir kata, Direktorat Jenderal Cipta Karya akan berupaya penuh untuk
mewujudkan permukiman yang layak huni dan berkelanjutan, baik di perkotaan
maupun perdesaan, yang diselenggarakan tidak hanya oleh Pemerintah
semata, tetapi juga melalui kemitraan dengan berbagai pelaku pembangunan
infrastruktur permukiman.
SURAT EDARAN
Nomor : 50/SE/Dc/2016
TENTANG
RENCANA STRATEGIS (RENSTRA) DIREKTORAT JENDERAL CIPTA KARYA TAHUN 2015-2019
Memperhatikan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat No. 13/PRT/M/2015 tentang
Rencana Strategis Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Tahun 2015-2019 yang telah
disusun sebagai dokumen perencanaan dan acuan penganggaran untuk periode lima tahun mendatang.
A. UMUM
Yang dimaksud dengan Rencana Strategis Direktorat Jenderal Cipta Karya, Kementerian Pekerjaan Umum
dan Perumahan Rakyat yang selanjutnya disebut Renstra Direktorat Jenderal Cipta Karya adalah dokumen
perencanaan Direktorat Jenderal Cipta Karya, Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat untuk
periode 5 (lima) tahun terhitung sejak tahun 2015 sampai dengan tahun 2019.
vi Rencana Strategis
B. DASAR HUKUM
1. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional;
2. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional
2005-2025;
3. Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang;
4. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan Permukiman;
5. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2002 tentang Bangunan Gedung;
6. Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah;
7. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah;
8. Peraturan Pemerintah Nomor 121 Tahun 2015 tentang Pengusahaan Sumber Daya Air;
9. Peraturan Pemerintan Nomor 122 Tahun 2015 tentang Penyelenggaraan Sistem Penyediaan Air Minum;
10. Peraturan Presiden Nomor 2 Tahun 2015 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Tahun
2015-2019;
11. Peraturan Presiden Nomor 165 Tahun 2014 tentang Penataan Tugas dan Fungsi Kabinet Kerja;
12. Peraturan Presiden Nomor 15 Tahun 2015 tentang Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan
Rakyat;
13. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Nomor 15/PRT/M/2015 tentang Organisasi
dan Tata Kerja Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat;
14. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Nomor 13/PRT/M/2015 tentang Rencana
Strategis Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Tahun 2015-2019.
Tujuan Surat Edaran ini adalah agar Renstra Direktorat Jenderal Cipta Karya dapat diacu secara konsisten
sehingga sasaran pembangunan infrastruktur bidang cipta karya dapat terpadu, efektif, efisien, dan
akuntabel dalam kerangka pencapaian tujuan pembangunan nasional.
Surat Edaran ini agar dilaksanakan dengan sebaik-baiknya dan atas perhatiannya, diucapkan terima kasih.
Ditetapkan di Jakarta,
pada tanggal 29 Juni 2016
DIREKTUR JENDERAL CIPTA KARYA
BAB 2 VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN DITJEN CIPTA KARYA ........................................ .......................... 23
2.1 Visi .......................................................................................................................................................................... 24
2.2 Misi ......................................................................................................................................................................... 25
2.3 Tujuan .................................................................................................................................................................... 26
2.4 Sasaran Strategis .............................................................................................................................................. 26
x Rencana Strategis
DAFTAR TABEL
Tabel 1.1 Kinerja Ditjen Cipta Karya 2010-2014 .......................................................... ........................... 3
Tabel 2.1 Sasaran Program Rencana Strategis Ditjen Cipta Karya .................................. ................ 27
Tabel 3.1 Pendekatan Pembangunan Bidang Cipta Karya .......................................... ...................... 37
Tabel 3.2 Daftar 35 WPS ...................................................................................... ............................................ 39
Tabel 3.3 Sasaran Pembangunan Perkotaan Nasional RPJMN 2015-2019 ................................... 41
Tabel 3.4 Pembagian Kewenangan Pemerintah Pusat, Provinsi, dan Kab/Kota ................. ....... 69
Tabel 4.1 Rencana Pendanaan Renstra Ditjen Cipta Karya 2015-2019 ............................. ............. 83
Tabel 4.2 Sasaran Kegiatan Pengembangan Kawasan Permukiman ................................ ............. 87
Tabel 4.3 Sasaran Kegiatan Pembinaan Penataan Bangunan .............................................. ............. 92
Tabel 4.4 Sasaran Kegiatan Penyediaan Air Minum ................................................................ ............. 99
Tabel 4.5 Sasaran Kegiatan Penyehatan Lingkungan Permukiman .................................. ............. 109
Tabel 5.1 Strategi Pelaksanaan Bidang Cipta Karya ................................................................. ............. 127
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1.1 Dukungan Ditjen Cipta Karya dalam Pengembangan Kota Hijau .............................. 4
Gambar 1.2 Cakupan Pelayanan Air Minum 2010-2014 ............................................... .......................... 10
Gambar 1.3 Cakupan Pelayanan Sanitasi 2010-2014 .................................................. ............................. 13
Gambar 1.4 Proyeksi Persentase Penduduk Perkotaan dan Perdesaan ............................ ................ 14
Gambar 1.5 Kontribusi PDRB per Pulau ................................................................... .................................... 14
Gambar 2.1 Peta Strategis Kementerian PUPR 2015-2019 ............................................. ....................... 24
Gambar 2.2 Sasaran Gerakan Nasional 100-0-100 .................................................................................... 27
Gambar 3.1 Arahan Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional 2005-2025 ........... ......... 32
Gambar 3.2 Peta Wilayah Pengembangan Strategis Kementerian PUPR .......................... ............... 38
Gambar 3.3 Strategi Pembiayaan Gerakan 100-0-100 ................................................. ............................ 43
Dalam mewujudkan cita-cita tersebut, Ditjen Cipta Karya dalam dekade terakhir telah
melaksanakan tugasnya dalam merumuskan serta melaksanakan kebijakan dan standarisasi
teknis bidang Cipta Karya. Berbagai program dan kegiatan telah diselenggarakan, bahkan
sebagian diantaranya telah melebihi target output pada RPJMN dan Renstra PU 2010-2014
(tabel 1.1).
Baiknya kinerja Ditjen Cipta Karya disertai dukungan para pemangku kepentingan,
menyebabkan cakupan pelayanan infrastruktur Cipta Karya yang terus meningkat. Hal
ini tercermin dari meningkatnya cakupan pelayanan air minum layak dari 47,7% pada
tahun 2009 menjadi 68,36% pada tahun 2014. Cakupan pelayanan infrastruktur sanitasi
yang layak juga mengalami peningkatan dari 51% pada tahun 2009 menjadi 61,04% pada
tahun 2014. Dengan kecenderungan yang ada, diperkirakan target Millenium Development
Goals pada tahun 2015 dapat tercapai, yakni 68,87% untuk air minum dan 62,41% untuk
sanitasi layak. Di samping itu, luas permukiman kumuh juga mengalami penurunan yang
signifikan dari 57.800 Ha pada tahun 2009 menjadi 38.431 Ha pada tahun 2014. Kondisi
ini menunjukan bahwa kegiatan pembangunan yang dilakukan Ditjen Cipta Karya telah
menunjukan kemajuan dalam hal kualitas lingkungan permukiman di tanah air menuju
kondisi permukiman yang layak huni dan berkelanjutan.
2 Rencana Strategis
Tabel 1.1 Kinerja Ditjen Cipta Karya 2010-2014
CAPAIAN
TARGET
NO SASARAN STRATEGIS/ INDIKATOR KINERJA SATUAN TARGET % CAPAIAN
RENSTRA*
2010-2014**
A. MENINGKATNYA KUALITAS LAYANAN AIR MINUM DAN SANITASI PERMUKIMAN PERKOTAAN
1. Peningkatan Jumlah Pelayanan Air Minum
Kawasan MBR yang Terlayani Infrastruktur Air
Kwsn 1,277 1,975 155%
Minum
IKK yang Terlayani Infrastruktur Air Minum IKK 872 1,192 137%
Desa yang Terlayani Infrastruktur Air Minum Desa 10,142 10,714 106%
Kawasan Khusus yang Terlayani Infrastruktur Air
Kwsn 776 864 111%
Minum
2. Pembinaan Kemampuan Pemda/ PDAM
PDAM/Kab/
PDAM yang Memperoleh Pembinaan 505 540 107%
Kota
3. Peningkatan Jumlah Pelayanan Sanitasi
Kawasan yang Terlayani Infastruktur Air Limbah Kab/ Kota 13 13 100%
Dengan Sistem Off-Site dan Sistem On-Site Kwsn 921 2,330 253%
Kawasan yang Terlayani Infrastruktur Drainase
Kab/ Kota 236 253 107%
Perkotaan
Kabupaten/Kota yang Terlayani nfrastruktur
Stasiun Antara dan tempat Pemrosesan Akhir Kab/ Kota 425 394 93%
Sampah
Kawasan yang Terlayani Infrastruktur Tempat
Kwsn 376 376 100%
Pengelolaan Sampah Terpadu 3R
B. MENINGKATNYA KUALITAS KAWASAN PERMUKIMAN DAN PENATAAN RUANG
1. Pembangunan Rusunawa
Stasiun Unit Hunian Rumah Susun yang
TB 250 250 100%
Terbangun Beserta Infrastruktur Pendukungnya
2. Revitalisasi Kawasan Permukiman dan Penataan Bangunan
Kawasan yang Tertata Bangunan dan
Kwsn 1,355 1,361 101%
Lingkungannya
Kabupaten/Kota Mendapatkan Pengembangan
Kab/ Kota 316 377 119%
Bangunan Gedung Negara/Bersejarah
MENINGKATNYA KUALITAS INFRASTRUKTUR PERMUKIMAN PERDESAAN/KUMUH/NELAYAN DENGAN POLA
C.
PEMBERDAYAAN MASYARAKAT
Peningkatan Infrastruktur Permukiman
1. Desa 36,361 91,832 253%
Perdesaan/Kumuh/Nelayan
Kelurahan/Desa yang Mendapatkan
2. Pendampingan Pemberdayaan Sosial (P2KP/ Kel/Desa 10,999 11,066 101%
PNPM)
Desa Tertinggal Terbangun Infrastruktur
3. Desa 25,362 36,897 145%
Permukiman
Sumber : *)Lampiran PerMen PU No 20/PRT/M/2012 Tentang Perubahan Kedua atas Peraturan Menteri PU No 02/PRT/M/2010 tentang
Renstra Kementerian PU Tahun 2010-2014, **)LAKIP Es II Cipta Karya 2014
Gambar 1.1 Dukungan Ditjen Cipta Karya dalam Pengembangan Kota Hijau
4 Rencana Strategis
peraturan pelaksananya, serta terlibat dalam perumusan berbagai peraturan turunan UU
No 18/2008 tentang Pengelolaan Persampahan, dan UU No 28/2002 tentang Bangunan
Gedung. Upaya pembinaan dilakukan melalui pendampingan pemerintah daerah dalam
merumuskan NSPK daerah serta menyusun dokumen perencanaan seperti RPI2JM, RPKPP,
SSK, RISPAM dan RTBL. Untuk fungsi pengawasan, Ditjen Cipta Karya terus melakukan
monitoring secara berkala melalui pengembangan sistem informasi (e-Monitoring) dan
melakukan evaluasi tahunan dengan menyusun LAKIP.
Salah satu bentuk penanganan permukiman kumuh adalah dengan membangun rusunawa
yang sampai akhir tahun 2014 telah terbangun sebanyak 250 Twin Blok (TB) atau 24.730
unit. Dengan demikian total jumlah rusunawa yang dibangun oleh Kementerian Pekerjaan
Umum dan Perumahan Rakyat sebanyak 372,5 TB dan 3 menara yang terdiri dari 37.080
unit. Meskipun demikian, sampai akhir tahun 2013 baru sebanyak 129 TB atau sekitar
35 persen yang dihibahkan kepada Pemda. Padahal, pembangunan Rusunawa sebagai
mengurangi jumlah rumah tangga kumuh melalui permukiman kembali yang bertujuan
untuk mengatasi kekumuhan perkotaan. Upaya lain untuk penanganan permukiman
kumuh dilakukan melalui pembangun infrastruktur kawasan permukiman perkotaan di
814 kawasan.
Dalam pembangunan kawasan permukiman perdesaan, kondisi saat ini lebih banyak
dihadapkan pada kebutuhan penyediaan infrastruktur permukiman terutama dalam
mendukung pembangunan kawasan perdesaan. Hingga tahun 2014, 68,85% dari 74.093
desa di Indonesia merupakan desa berkembang yang masih membutuhkan peningkatan
kualitas pelayanan infrastruktur permukiman (Bappenas, diolah dari Potensi Desa Tahun
2014). Bentuk bentuk program penanganan kawasan permukiman perdesaan selama ini
diarahkan pada upaya penanggulangan kemiskinan melalui pemberdayaan masyarakat
agar mampu mewujudkan pembangunan sarana dan prasarana permukiman maupun
prasarana pendukung kegiatan sosial dan ekonomi masyarakat perdesaan.
Perkembangan permukiman di Indonesia juga tidak dapat dilepaskan dari kondisi rawan
bencana. Indonesia merupakan negeri yang rawan bencana alam karena berada di jalur
gunung berapi teraktif di dunia: Cincin Api Pasifik. Selain itu, Indonesia terdiri atas tiga
tumpukan lempeng benua yang hiperaktif, yaitu lempeng Austronesia, Asia, dan Pasifik,
yang menyebabkan Indonesia berada dalam lilitan sabuk api Pasifik. Mempertimbangkan
posisi ini tidak mengherankan apabila Indonesia sering menghadapi ancaman bencana
terutama ancaman bencana alam. Keadaan tersebut tidak dapat dihindari, tetapi jumlah
6 Rencana Strategis
PLPBK Desa Caturharjo, Kabupaten Bantul
kerugian bencana dapat diminimalisir. Risiko bencana semakin besar apabila kawasan yang
mendapat ancaman bencana memiliki kerentanan yang tinggi dan kapasitas yang rendah.
Kejadian bencana yang pernah terjadi di Indonesia, terutama kejadian gempa dan
tsunami di Aceh pada tahun 2004 memberikan pelajaran berharga bagi Indonesia. Tidak
dipungkiri masih banyak ditemukan permukiman bahkan perkotaan yang dibangun pada
kawasan rawan bencana. Selain itu, pembangunan permukiman yang tidak terkendali
juga memengaruhi kualitas lingkungan sehingga menyebabkan terjadinya bencana
pada kawasan-kawasan yang sebelumnya relatif aman dari bencana. Masyarakat dan
pemerintah harus memiliki bekal pengetahuan dan keterampilan agar dapat melakukan
upaya-upaya pengurangan risiko bencana, baik dengan cara memperkecil ancaman
kawasan, mengurangi kerentanan kawasan (secara sosial, ekonomi, fisik, dan ekologi), serta
meningkatkan kapasitas kawasan yang terancam (aturan & kelembagaan; peringatan dini
dan kajian risiko; pendidikan; kesiapsiagaan; pengurangan risiko dasar).
ini, maka pemerintah daerah dituntut untuk menetapkan Perda Bangunan Gedung yang
mengatur penyelenggaraan bangunan gedung di daerah. Hingga tahun 2015, baru 327
kabupaten/kota yang telah menetapkan Perda Bangunan Gedung. Rendahnya angka
tersebut disebabkan instrumen pengaturan penyelenggaraan bangunan gedung dan
penataan bangunan belum dipahami oleh Pemda dan legislatif di daerah.
8 Rencana Strategis
Di samping penyelenggaraan bangunan gedung, Ditjen Cipta Karya juga turut mendukung
perluasan ruang terbuka hijau dan pelestarian bangunan pusaka melalui kegiatan
Revitalisasi Kawasan. Kegiatan ini bertujuan meningkatkan proporsi luas RTH publik yang
baru mencapai 12%, masih dibawah aturan UU Penataan Ruang yang mengamanatkan luas
ruang terbuka publik minimal 20% ditambah ruang terbuka privat minimal 10%. Revitalisasi
kawasan juga diarahkan pada upaya penataan lingkungan permukiman tradisional dan
bersejarah untuk mendukung pengembangan kota sebagai warisan dunia. Di masa yang
akan datang, program ini akan diintesifkan (upscaling) menjadi Program Pengembangan
Kota Hijau (P2KH) dan Kota Pusaka.
c. Pengembangan air minum
Proporsi rumah tangga dengan akses berkelanjutan terhadap sumber air terlindung di
daerah perkotaan dan perdesaan memperlihatkan peningkatan sejak tahun 1993. Pada tahun
2010-2014, Ditjen Cipta Karya telah membangun infrastruktur air minum dengan kapasitas
sebesar 34.319 liter/detik. Hal ini menyebabkan peningkatan cakupan pelayanan air minum
yang aman hingga mencapai 68,36% atau mendekati target sasaran MDGs sebesar 68,87%.
Meskipun demikian, pelayanan air minum melalui jaringan perpipaan masih sangat terbatas,
yaitu hanya 18% dimana sebagian besar berada di kawasan perkotaan. Kondisi ini disebabkan
infrastruktur yang ada belum dimanfaatkan secara optimal sehingga terdapat kapasitas
air yang tidak terpakai (idle capacity) sebesar 37.900 liter/detik. Idle capacity disebabkan
Pelayanan Air Minum Perpipaan Kel. Imbi, Kota Jayapura
85,0% 80,72%
79,34%
80,0% 76% 76,95%
75,0%
67,73% 68,36%
70,0%
65,05%
63,40%
65,0% 59,9%
60,0% 56,17% 56,09%
53,26% 53,39%
55,0% 52,15%
50,0% 46,61%
45,0%
40,0%
2010 2011 2012 2013 2014
beberapa hal seperti menurunnya kapasitas air baku, tidak optimalnya kapasitas operasi unit
produksi, disamping masih banyaknya pemerintah daerah belum mengalokasikan anggaran
yang cukup untuk melakukan pemasangan pipa distribusi dan sambungan rumah. Di sisi lain,
SPAM bukan jaringan perpipaan berkembang sangat pesat dengan cakupan mencapai 18%,
namun perkembangannya masih memerlukan pembinaan. Di samping itu, dalam rangka
mencapai 100% akses aman, diperlukan daya dukung air baku yang cukup besar yaitu sebesar
SPAM IKK Aceh Besar, Provinsi NAD
10 Rencana Strategis
128 m3/detik. Kondisi ini diperparah adanya pencemaran air, pengelolaan daerah tangkapan
air yang kurang baik, serta fenomena perubahan iklim.
Dari segi pendanaan, saat ini investasi air minum mengandalkan pendanaan pemerintah
daripada sumber pendanaan alternatif, seperti melalui skema KPS ataupun B to B (Business
to Business). PDAM belum berfungsi secara optimal karena belum efektifnya sistem
kelembagaan dan tarif air minum yang dibawah harga pokok produksi. Pada tahun 2014,
terdapat 182 PDAM dengan kinerja Sehat, 103 PDAM dengan kinerja Kurang Sehat, dan 74
PDAM sakit. Ditjen Cipta Karya telah mendorong perencanaan pembangunan infrastruktur
air minum melalui fasilitasi penyusunan RISPAM, yang sudah disusun di 468 kabupaten/
kota di Indonesia.
Kondisi eksisting drainase saat ini tercatat bahwa hanya 55,9% dari permukiman yang
memiliki akses menuju sistem penanganan limpasan air hujan (berupa saluran drainase)
dengan kondisi yang baik. Sedangkan, 14,49% permukiman memiliki akses terhadap sistem
penanganan limpasan air hujan yang memiliki kapasitas aliran yang kurang memadai, dan
32,68% permukiman tidak terhubungkan dengan sistem penanganan limpasan air hujan.
Pada skala lingkungan, pengembangan drainase difokuskan pada kawasan kumuh dan
rawan genangan dengan pendekatan eco-drainage (drainase berwawasan lingkungan).
Sedangkan, untuk entitas kabupaten/kota penanganan limpasan air hujan dilakukan
dengan pembangunan sistem polder dan kolam retensi, serta normalisasi saluran.
Di bidang persampahan, cakupan pelayanan pada tahun 2014 berada pada tingkat
86.73%. Meskipun pada tahun 2010-2014 Ditjen Cipta Karya telah mengembangkan TPA
di 210 kabupaten/kota, namun kondisi ini belum sebanding dengan laju pertumbuhan
timbulan sampah dari penduduk perkotaan. Untuk membangun TPA baru, kendala utama
yang dihadapi adalah terbatasnya ketersediaan lahan. Sedangkan, beberapa TPA yang
ada sudah tidak mampu menampung sampah yang dihasilkan penduduk. Terlebih lagi
kondisi Tempat Pemrosesan Akhir yang tidak dikelola dengan baik, masih menggunakan
sistem open dumping, menyebabkan kerusakan lingkungan karena menghasilkan air lindi
(leachate) dan gas metana. Upaya pengurangan sampah dengan pembangunan tempat
pengelolaan sampah terpadu 3R (reduce, reuse, recycle) terus dikembangkan meskipun
masih terbatas dan memerlukan upaya berkelanjutan. Tantangan lainnya adalah belum
seluruh kabupaten/kota memiliki kelembagaan pengelola sampah, baik sebagai regulator
maupun sebagai operator.
12 Rencana Strategis
Gambar 1.3 Cakupan Pelayanan Sanitasi 2010-2014
90 86,73
Di samping itu, jumlah penduduk perkotaan di Indonesia cenderung meningkat. Saat ini
lebih dari separuh penduduk Indonesia tinggal di perkotaan dan proporsinya akan terus
bertambah di masa mendatang. Pesebaran penduduk Indonesia pun tidak merata. 57.5 %
dari total penduduk atau 140 juta jiwa tinggal di Pulau Jawa yang luasnya hanya 6.9% dari luas
daratan Indonesia. Hal ini menjadi tantangan untuk membangun prasarana permukiman
secara merata dan berkeadilan karena pengembangan infrastruktur permukiman dapat
memicu pertumbuhan ekonomi kawasan.
100
90
80
Percentage (%)
70
60
50
40
30
20
10
0
1960 1980 2000 2010 2025 2050
Perkotaan 14 22 42 54 68 85
Perdesaan 86 78 58 46 32 15
14 Rencana Strategis
Angka penduduk miskin di Indonesia, walaupun setiap tahun terus mengalami penurunan,
bisa dikatakan masih cukup besar, yaitu mencapai 28 juta jiwa (11,25% dari total penduduk
Indonesia). Faktor kemiskinan berpengaruh terhadap daya beli masyarakat terhadap
pelayanan air minum dan perumahan. Akibatnya, masyarakat berpenghasilan rendah
tinggal di kawasan permukiman kumuh yang memiliki tingkat kerentanan yang tinggi dan
aksesibilitas infrastruktur permukiman yang tidak memadai.
Padahal infrastruktur permukiman seperti air minum dan sanitasi mempunyai peranan
yang sangat penting dalam meningkatkan kesejahteraan dan produktivitas penduduk
sehingga dapat keluar dari jurang kemiskinan. Untuk itu, kebijakan pembangunan kawasan
permukiman haruslah memberdayakan masyarakat dan berkontribusi terhadap upaya
penanggulangan kemiskinan di tanah air.
c. Desentralisasi
Sejak diberlakukannya otonomi daerah, maka hampir semua lingkup tugas pelaksanaan
pembangunan di bidang ini merupakan tanggung jawab pemerintah kabupaten/kota.
Sedangkan pemerintah pusat berperan dalam pengaturan, pembinaan dan pengawasan
(TURBINWAS) serta tugas lain dalam upaya pencapaian sasaran pembangunan nasional dan
Standar Pelayanan Minimum. Hal ini kembali ditegaskan dalam Undang-Undang Nomor
23 Tahun 2014 tentang Pemerintah Daerah yang menyebutkan bahwa urusan perumahan
rakyat dan kawasan permukiman merupakan urusan pemerintahan wajib berkaitan dengan
pelayanan dasar yang menjadi kewenangan Pemerintah Daerah. Untuk itu, belanja daerah
diprioritaskan untuk mendanai urusan pemerintahan wajib dalam rangka pemenuhan
standar pelayanan minimal.
terjadi pencemaran. Akibatnya air permukaan tidak bisa lagi digunakan sebagai air baku.
Untuk mengatasi masalah ini, pembangunan fisik infrastruktur saja tidak dapat menyelesaikan
permasalahan secara menyeluruh, tetapi juga diperlukan adanya perubahan sikap masyarakat
yang sadar akan perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS).
Perubahan iklim merupakan suatu tantangan yang nyata terutama bagi negara kepulauan
seperti Indonesia. Perubahan iklim global yang disebabkan emisi gas rumah kaca
mempengaruhi siklus air sehingga memperpanjang kemarau dan meningkatkan intesitas
hujan serta menaikan permukaan laut sehingga meningkatkan kerawanan kekeringan
dan banjir. 70% emisi gas rumah kaca berasal dari kawasan perkotaan, salah satunya
berasal TPA Open Dumping yang menghasilkan gas metana (CH4). Bangunan gedung
menggunakan 40% dari energi global, dan menghasilkan emisi pada tahap konstruksi dan
operasi. Perubahan iklim perlu diantisipasi melalui tindakan adaptasi dan mitigasi agar bisa
meminimalisir bencana alam yang dipicu perubahan iklim.
e. Reformasi Birokrasi
Dalam pembangunan prasarana bidang Cipta Karya, untuk mencapai hasil yang optimal
diperlukan sistem kelembagaan yang dapat berfungsi sebagai motor penggerak dalam
meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Upaya peningkatan kapasitas kelembagaan
ini dilakukan melalui reformasi birokrasi untuk mempercepat tercapainya tata kelola
pemerintahan yang baik serta peningkatan pelayanan pemerintah terhadap masyarakat.
Berdasarkan Peraturan Presiden Nomor 81 Tahun 2010 tentang Grand Design Reformasi
Birokrasi Nasional 2010 - 2025 dan Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur
Negara Nomor 20 Tahun 2010 tentang Road Map Reformasi Birokrasi Tahun 2010 - 2014, maka
diamanatkan seluruh Kementerian, Lembaga dan Pemerintah Daerah untuk melakukan
Reformasi Birokrasi.
Upaya perbaikan birokrasi di lingkungan Direktorat Jenderal Cipta Karya telah dimulai
sejak tahun 2005. Pembenahan yang dilakukan adalah menyangkut 3 (tiga) pilar birokrasi,
yaitu kelembagaan, ketatalaksanaan, dan Sumber Daya Manusia (SDM). Ke depan, sistem
birokrasi Kementerian PUPR perlu terus dibenahi untuk memastikan penyelenggaraan
pembangunan infrastruktur berjalan secara efektif, efisien, akuntabel, dan responsif.
16 Rencana Strategis
Pembinaan Kepegawaian di Lingkungan Ditjen Cipta karya
rumah tangga tanpa akses berkelanjutan terhadap sumber air minum layak dan fasilitas
sanitasi dasar layak hingga tahun 2015 serta sasaran 7D yaitu Mencapai peningkatan yang
signifikan dalam kehidupan penduduk miskin di permukiman kumuh pada tahun 2020.
Berbagai kebijakan dan strategi telah dirumuskan sebagai dasar pelaksanaan program
pembangunan untuk memenuhi target MDGs pada setiap entitas wilayah.
Kurun waktu pencapaian target MDGs adalah tahun 2015, dan setelah itu akan dilanjutkan
dengan agenda pembangunan global yang baru. Presiden Indonesia telah ditunjuk oleh
Sekretaris Jenderal PBB untuk menjadi Co-Chair dalam Panel Tingkat Tinggi (High Level
Panel of Eminent Person) yang bertugas memberikan rekomendasi kerangka kerja agenda
pembangunan global pasca-2015. Laporan panel tersebut mengindikasikan 12 tujuan
universal, dimana salah satunya adalah penyediaan akses universal air minum dan sanitasi.
Arahan internasional lainnya seperti Konferensi Rio+20 juga mengamanatkan penyediaan
akses air minum dan sanitasi yang layak dan terjangkau serta pengembangan permukiman
dan perkotaan berkelanjutan, sebagai bagian tak terpisahkan dari upaya pengurangan
kemiskinan.
g. Pengarusutamaan Gender
Gender adalah perbedaan-perbedaan sifat, peranan, fungsi dan status antara laki-laki dan
perempuan yang bukan berdasarkan pada perbedaan biologis, tetapi berdasarkan sosial
budaya yang dipengaruhi oleh struktur masyarakat yang luas. Dalam mewujudkan keadilan
dan kesetaraan gender, Pemerintah Indonesia mendorong pengarusutamaan gender di
setiap bidang pembangunan nasional, termasuk di antaranya dalam bidang Cipta Karya.
Instruksi Presiden Nomor 9 Tahun 2000 tentang Pengarusutamaan Gender mengamanatkan
semua Kementerian, dan Lembaga, Pemerintah Daerah Provinsi, Kabupaten, dan Kota
untuk melaksanakan pengarusutamaan gender, sehingga seluruh proses penyusunan
perencanaan, pelaksanaan, monitoring dan evaluasi dari seluruh kebijakan, program dan
kegiatan di seluruh sektor pembangunan mempertimbangkan aspek gender. Kementerian
Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat berkomitmen untuk mendukung kebijakan
tersebut dengan membentuk Tim Pokja IV Kegiatan Pengarusutamaan Gender Direktorat
Jenderal Cipta Karya dan BPPSPAM No. 108/KPTS/DC/2015.
Penyelenggaraan pembangunan bidang Cipta Karya yang ada saat ini pada umumnya
bersifat netral gender, tanpa membedakan kelompok sasaran pelaku dan penerima manfaat
pembangunan. Meskipun demikian, infrastruktur Cipta Karya ternyata memiliki pengaruh
yang sangat penting terhadap peningkatan kesejahteraan wanita dan anak. Sebagai contoh,
dengan adanya akses terhadap air bersih maka ibu rumah tangga dapat mengumpulkan
air dalam jarak yang dekat. Di samping itu, kesehatan anak-anak juga terjaga sehat dan
terhindar dari penyakit diare karena memiliki akses terhadap sanitasi yang layak. Program
pemberdayaan masyarakat juga turut melibatkan perempuan, orang tua, dan difable pada
18 Rencana Strategis
proses perencanaan sehingga prasarana permukiman dapat dimanfaatkan oleh seluruh orang
tanpa diskriminasi. Ke depan, upaya pengarusutamaan gender perlu didorong dalam setiap
perumusan kebijakan dan perencanaan sehingga menjamin pembangunan yang inklusif.
Ke depan, Ditjen Cipta Karya akan terus mendorong kemandirian Pemerintah Daerah
untuk mencapai target SPM. Kegiatan pembangunan yang dilakukan Ditjen Cipta Karya
merupakan stimulan bagi pemerintah daerah untuk meningkatkan komitmennya dalam
pembangunan infrastruktur permukiman. Pemerintah Daerah juga dituntut untuk memiliki
basis data SPM sebagai dasar perencanaan pembangunan.
20 Rencana Strategis
pembangunan infrastruktur di lingkungan komunitasnya. Masyarakat lokal sebagai
penerima manfaat dari kegiatan pembangunan, tentu lebih memahami kondisi setempat
dan kebutuhannya akan infrastruktur permukiman. Dengan menyediakan kesempatan
bagi masyarakat untuk mengungkapkan prioritas dan kebutuhan mereka, maka akar
permasalahan dapat diidentifikasi dan pada akhirnya akan menghasilkan program
pembangunan infrastruktur permukiman yang tepat. Di samping itu, masyarakat juga
merupakan pengoperasi, dan pemelihara infrastruktur yang telah terbangun. Sumber
daya lokal pun dapat dimobilisasi dalam pembangunan infrastruktur permukiman,
sehingga mengurangi beban pendanaan pemerintah daerah.
22 Rencana Strategis
DIREKTORAT JENDERAL CIPTA KARYA TAHUN 2015-2019 23
Visi, Misi, Tujuan & Sasaran
Ditjen Cipta Karya
2.1 VISI
Guna mewujudkan visi pembangunan nasional pada periode 2015-2019 yaitu menjadi Indonesia
yang berdaulat, mandiri dan bekepribadian berlandaskan gotong royong melalui pembangunan
nasional yang lebih cepat, kuat, inklusif serta berkelanjutan, maka Kementerian Pekerjaan Umum
dan Perumahan Rakyat menjabarkan visi, misi, tujuan serta sasaran strategis untuk mendukung
perwujudan visi pembangunana nasional. Adapun visi Kementerian Pekerjaan Umum dan
Perumahan Rakyat pada periode tahun 2015-2019 adalah Terwujudnya Infrastruktur Pekerjaan
Umum dan Perumahan Rakyat yang Handal dalam Mendukung Indonesia yang Berdaulat,
Mandiri, dan Berkepribadian Berlandaskan Gotong Royong.
Pencapaian visi Kementerian PUPR dijabarkan ke dalam 5 (lima) misi dimana terdapat 2 (dua) misi
yang diamanatkan kepada Direktorat Jenderal Cipta Karya. Adapun kedua misi tersebut adalah
sebagai berikut:
1. Mempercepat pembangunan infastruktur permukiman dan perumahan rakyat untuk
mendukung layanan infrastruktur dasar yang layak dalam rangka mewujudkan kualitas hidup
manusia Indonesia sejalan dengan prinsip infrastruktur untuk semua; dan
2. Mempercepat pembangunan infrastruktur pekerjaan umum dan perumahan rakyat secara
terpadu dari peinggiran didukung industri konstruksi yang berkualitas untuk keseimbangan
pembangunan antardaerah, terutama di kawasan tertinggal, kawasan perbatasan, dan
kawasan perdesaan, dalam kerangka NKRI.
Sumber: Rencana Strategis Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Tahun 2015-2019
24 Rencana Strategis
Berdasarkan Renstra Kementerian PU-PR 2015-2019, sasaran strategis yang fokus perhatian Ditjen
Cipta Karya adalah meningkatnya kualitas dan cakupan pelayanan infrastruktur permukiman di
perkotaan dan perdesaan. Adapun indikator kinerja outcome Direktorat Jenderal Cipta Karya
meliputi:
1. Meningkatnya kontribusi terhadap pemenuhan kebutuhan air minum bagi masyarakat.
2. Meningkatnya kontribusi terhadap pemenuhan kebutuhan hunian dan permukiman yang
layak.
3. Meningkatnya kontribusi terhadap pemenuhan akses sanitasi bagi masyarakat.
Berdasarkan visi, misi dan indikator kinerja outcome yang telah dijabarkan, visi Direktorat Jenderal
Cipta Karya Tahun 2015-2019 adalah:
Terwujudnya permukiman perkotaan dan perdesaan yang layak huni dan berkelanjutan
melalui penyediaan infrastruktur bidang keciptakaryaan yang terpadu dan inklusif melalui
pengembangan kawasan permukiman, pembinaan penataan bangunan, pengembangan
sistem penyediaan air minum dan pengembangan penyehatan lingkungan permukiman.
2.2 MISI
Berdasarkan arahan kebijakan serta memperhatikan peluang dan tantangan yang ada dalam
pembangunan infrastruktur permukiman, maka misi yang akan dicapai oleh Direktorat Jenderal
Cipta Karya dalam periode lima tahun ke depan adalah:
1. Melaksanakan fungsi pengaturan, pembinaan, dan pengawasan dalam bidang Cipta Karya
dengan mengedepankan prinsip keterpaduan, inklusifitas, dan berkelanjutan.
2. Melaksanakan keterpaduan pembangunan infrastruktur permukiman serta penataan
bangunan dan lingkungan berdasarkan penataan ruang dan Wilayah Pengembangan
Strategis (WPS).
3. Menyediakan infrastruktur air minum dan sanitasi di perkotaan dan perdesaan dalam rangka
pemenuhan target RPJMN 2015-2019.
4. Meningkatkan kemandirian pemerintah daerah serta mendorong kemitraan dengan
masyarakat dan dunia usaha dalam penyelenggaraan pembangunan infrastruktur
permukiman.
5. Mewujudkan organisasi yang efisien, tata laksana yang efektif dan SDM yang profesional
dengan menerapkan prinsip good governance.
2.3 TUJUAN
Tujuan dalam Rencana Strategis Direktorat Jenderal Cipta Karya merupakan penjabaran visi dan
sasaran strategis yang hendak dicapai dalam rangka mencapai sasaran nasional yang tertuang
dalam RPJMN 2015-2019. Selain itu, tujuan Direktorat Jenderal Cipta Karya merupakan penjabaran
dari tujuan Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat yaitu menyelenggarakan
infrastruktur Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat dengan tingkat kondisi ketersediaan,
keterpaduan, serta kualitas dan cakupan pelayanan yang produktif dan cerdas, berkeselamatan,
mendukung kesehatan masyarakat, menyeimbangkan pembangunan, memenuhi kebutuhan
dasar, serta berkelanjutan yang berasaskan gotong royong guna mencapai masyarakat yang
lebih sejahtera.
Pencapaian tujuan Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat perlu didukung oleh
setiap satminkal di lingkungan kementerian salah satunya Direktorat Jenderal Cipta Karya. Dalam
pencapaian tujuan tersebut, dukungan Ditjen Cipta Karya adalah melalui penyelenggaraan
pembangunan bidang pekerjaan umum dan perumahan rakyat untuk mendukung layanan
infrastruktur dasar yang layak guna mewujudkan kualitas hidup manusia Indonesia sejalan
dengan prinsip infrastruktur untuk semua.
Berdasarkan arahan tersebut, tujuan Direktorat Jenderal Cipta Karya 2015-2019 adalah:
Penyelenggaraan dukungan layanan infrastruktur dasar permukiman yang berkualitas
dengan prinsip infrastruktur untuk semua melalui pembangunan yang terpadu, inklusif dan
berkelanjutan.
26 Rencana Strategis
Gambar 2.2 Sasaran Gerakan Nasional 100-0-100
Untuk mewujudkan tujuan tersebut, maka sasaran strategis Ditjen Cipta Karya adalah sebagai
berikut:
1. Meningkatnya kontribusi terhadap pemenuhan kebutuhan air minum bagi masyarakat,
dengan indikator persentase peningkatan cakupan pelayanan akses air minum;
2. Meningkatnya kontribusi terhadap pemenuhan kebutuhan hunian dan permukiman yang
layak, dengan indikator persentase penurunan luasan permukiman kumuh perkotaan;
3. Meningkatnya kontribusi terhadap pemenuhan akses sanitasi bagi masyarakat, dengan
indikator persentase peningkatan cakupan pelayanan akses sanitasi.
TARGET
INDIKATOR KINERJA SATUAN
2015 2016 2017 2018 2019 TOTAL
1 Meningkatnya kontribusi terhadap pemenuhan kebutuhan air minum bagi masyarakat
Persentase peningkatan
cakupan pelayanan akses air % 73,7 78,8 84,8 92,1 100 100
minum
2 Meningkatnya kontribusi terhadap pemenuhan kebutuhan hunian dan permukiman yang layak
Persentase penurunan luasan
% 8 6 4 2 0 0
permukiman kumuh perkotaan
3 Meningkatnya kontribusi terhadap pemenuhan akses sanitasi bagi masyarakat
Persentase peningkatan
cakupan pelayanan akses % 64 72 85 92 100 100
sanitasi
Sesuai RPJMN 2015-2019, Ditjen Cipta Karya memberikan fasilitasi pembangunan prasarana dan
sarana dasar permukiman seperti air minum, sanitasi, jalan lingkungan dan peningkatan kualitas
permukiman. Pelaksanaan pembangunan prasarana dan sarana dasar permukiman tersebut juga
dilaksanakan dengan model pemberdayaan yang melibatkan masyarakat sejak perencanaan
hingga operasional dan pemeliharaan infrastruktur.
28 Rencana Strategis
Sedangkan untuk air minum dan sanitasi akan dilaksanakan dengan pendekatan entitas yang
diprioritaskan pada kawasan regional dan daerah-daerah rawan air/sanitasi. Dalam bidang
penataan bangunan, program perlu difokuskan pada upaya pengaturan untuk menjamin
keandalan bangunan gedung serta peningkatan kualitas kawasan di kota pusaka dan kota hijau.
Sesuai arahan RPJMN, Ditjen Cipta Karya juga dituntut untuk mengembangkan infrastruktur
perdesaan. Pencapaian sasaran tersebut terjabarkan ke dalam pengembangan jaringan
infrastruktur penunjang kegiatan produksi di kawasan perdesaan dan kota-kota kecil terdekat
dalam upaya menciptakan keterkaitan fisik, sosial dan ekonomi yang saling komplementer dan
saling menguntungkan.
RPJM 4
2020-2025
RPJM 3
2015-2019
Kondisi maju dan sejahtera
makin terwujud dengan
RPJM 2 terselenggaranya jaringan
2010-2014 Ketersediaan infrastruktur transportasi pos dan
sesuai dengan tata ruang telematika yang andal bagi
RPJM 1 Berkembangnya jaringan seluruh masyarajat yang
2005-2009 transportasi menjangkau seluruh wilayah
Terpenuhinya pasokan NKRI
tenaga listrik yang handal dan Tercapainya elektrifikasi
efisien perdesaan dan elektrifikasi
Percepatan pembangunan Mulai dimanfaatkannya rumah tangga
infrastruktur dengan lebih tenaga nuklir untuk Terpenuhinya kebutuhan
meningkatkan kerjasama pembangkit listrik hunian yang dilengkapi
antara pemerintah dan dunia Terwujudnya konservasi dengan sarana dan
usaha sumber daya air dan prasarana pendukung bagi
Mendorong pertumbuhan Pengembangan jaringan terpenuhinya penyediaan air seluruh masyarakat yang
ekonomi melalui penciptaan infrastruktur transportasi serta minum untuk kebutuhan dasar didukung oleh sistem
iklim yang lebih kondusif pos dan telematika pengembangan infrastruktur pembiayaan perumahan
termasuk memperbaiki Peningkatan pemanfaatan perdesaan mendukung jangka panjang dan
infrastruktur energi terbarukan khususnya pertanian berkelanjutan, efisien, dan
Percepatan pembangunan bio energi, panas bumi, Pemenuhan kebutuhan akuntable sehingga terwujud
infrastruktur didorong melalui tenaga air, angin, dan hunian didukung sistem kota tanpa permukiman
peningkatan peran swasta tenaga surya untuk kelistrikan pembiayaan jangka panjang kumuh
dengan meletakkan dasar- Pengembangan sumber daya Terwujudnya kota tanpa
dasar kebijakan dan regulasi air dan pengembangan permukiman kumuh
serta reformasi dan perumahan dan permukiman
restrukturisasi kelembagaan
32 Rencana Strategis
Berdasarkan arahan RPJPN 2005-2025, pada periode 2015-2019 daya saing perekonomian
Indonesia semakin kuat dan kompetitif, salah satunya melalui terpenuhinya ketersediaan
infrastruktur yang didukung oleh mantapnya kerja sama pemerintah dan dunia usaha.
RPJPN juga mengarahkan terpenuhinya penyediaan air minum dan sanitasi untuk
memenuhi kebutuhan dasar masyarakat, yang dapat diartikan meningkatkan akses air
minum dan sanitasi bagi seluruh penduduk Indonesia (akses 100%). Sejalan dengan itu,
pemenuhan kebutuhan hunian yang dilengkapi dengan prasarana dan sarana pendukung
bagi seluruh masyarakat terus meningkat. Kondisi itu semakin mendorong terwujudnya
kota tanpa permukiman kumuh. Pengembangan infrastruktur perdesaan juga akan terus
dikembangkan, terutama untuk mendukung pembangunan pertanian.
Dalam rangka mewujudkan cita-cita dan visi pembangunan jangka panjang, periode 2015-
2019 menjadi sangat penting karena merupakan titik kritis untuk meletakkan landasan
yang kokoh untuk mendorong ekonomi Indonesia agar dapat maju lebih cepat dan
bertransformasi dari kondisi saat ini sebagai negara berpenghasilan menengah menjadi
negara maju dengan penghasilan per kapita yang cukup tinggi. Meskipun demikian, upaya
peningkatan kinerja perekonomian Indonesia perlu memperhatikan kondisi peningkatan
kesejahteraan yang berkelanjutan, warga yang berkepribadian dan berjiwa gotong royong,
dan masyarakat memiliki keharmonisan antar kelompok sosial, serta postur perekonomian
yang semakin mencerminkan pertumbuhan yang berkualitas, yakni bersifat inklusif,
berbasis luas, berlandaskan keunggulan sumber daya manusia serta kemampuan IPTEK
dan bergerak menuju kepada keseimbangan antar sektor ekonomi dan antar wilayah,
serta makin mencerminkan keharmonisan antara manusia dan lingkungan. Maka dari
itu, ditetapkan visi pembangunan nasional untuk tahun 2015-2019 adalah: Terwujudnya
Indonesia yang Berdaulat, Mandiri, dan Berkepribadian Berlandaskan Gotong-Royong.
Salah satu tantangan pokok dalam mewujudkan visi pembangunan 2015-2019 adalah
terbatasnya ketersediaan infrastruktur untuk mendukung peningkatan kemajuan ekonomi.
Untuk itu, ketersediaan infrastruktur permukiman harus ditingkatkan untuk mendukung
agenda pembangunan nasional yang tercantum dalam Nawacita seperti membangun
Indonesia dari pinggiran dengan memperkuat daerah-daerah dan desa dalam kerangka
negara kesatuan, serta meningkatkan produktivitas rakyat dan daya saing ekonomi.
Maka dari itu, salah satu arahan kebijakan umum RPJMN 2015-2019 adalah mempercepat
pembangunan infrastruktur untuk pertumbuhan dan pemerataan.
34 Rencana Strategis
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Dalam menyelenggarakan
tugas tersebut, Ditjen Cipta Karya melaksanakan fungsi:
a. perumusan kebijakan di bidang pengembangan kawasan permukiman, pembinaan
penataan bangunan, pengembangan sistem penyediaan air minum, pengembangan
sistem pengelolaan air limbah dan drainase lingkungan serta persampahan;
b. pelaksanaan kebijakan di bidang pengembangan kawasan permukiman, pembinaan
penataan bangunan, pengembangan sistem penyediaan air minum, pengembangan
sistem pengelolaan air limbah dan drainase lingkungan serta persampahan sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan;
c. penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria di bidang pengembangan kawasan
permukiman, pembinaan penataan bangunan, pengembangan sistem penyediaan air
minum, pengembangan sistem pengelolaan air limbah dan drainase lingkungan serta
persampahan;
d. pemberian bimbingan teknis dan supervisi di bidang pengembangan kawasan
permukiman, pembinaan penataan bangunan, pengembangan sistem penyediaan air
minum, pengembangan sistem pengelolaan air limbah dan drainase lingkungan serta
persampahan;
e. pelaksanaan evaluasi dan pelaporan di bidang pengembangan kawasan permukiman,
pembinaan penataan bangunan, pengembangan sistem penyediaan air minum,
pengembangan sistem pengelolaan air limbah dan drainase lingkungan serta
persampahan;
f. pelaksanaan administrasi Direktorat Jenderal Cipta Karya; dan
g. pelaksanaan fungsi lain yang diberikan oleh Menteri.
Pada dasarnya untuk bidang Cipta Karya, hampir semua tugas pembangunan dikerjakan
bersama pemerintah daerah, baik pemerintah Provinsi maupun Kabupaten/Kota. Oleh
karena itu, peran pemerintah pusat, dalam hal ini Ditjen Cipta Karya lebih terfokus kepada
tugas pengaturan, pembinaan dan pengawasan (Turbinwas). Tugas pengaturan dilakukan
melalui penyusunan kebijakan dan strategi, penyusunan Norma, Standar, Pedoman dan
Kriteria (NSPK), penetapan Standar Pelayanan Minimal (SPM) serta tugas-tugas lain yang
bersifat penyusunan perangkat peraturan. Sedangkan tugas pembinaan dilakukan dalam
bentuk dukungan perencanaan, pemberian bantuan administrasi dan teknis, supervisi
serta konsultasi. Untuk tugas pengawasan, peran pemerintah pusat dilakukan dalam
bentuk monitoring dan evaluasi kinerja. Keseluruhan tugas pengaturan, pembinaan
dan pengawasan ini didanai oleh Anggaran Pendapatan Belanja Negara (APBN), disertai
dukungan dari Anggaran Pendapatan Belanja Daerah (APBD).
Meskipun fokus melakukan tugas Turbinwas, Ditjen Cipta Karya juga melakukan kegiatan
pembangunan infrastruktur Cipta Karya. Berdasarkan Undang-Undang Pemerintah
Daerah, Ditjen Cipta Karya diamanatkan melakukan pembangunan infrastruktur skala
nasional (lintas provinsi), serta infrastruktur untuk kepentingan nasional. Di samping itu,
Ditjen Cipta Karya juga melakukan kegiatan pembangunan dalam rangka pemenuhan
SPM sebagai stimulan bagi Pemerintah Daerah untuk meningkatkan komitmennya dalam
melakukan pembangunan infrastruktur Cipta Karya. Pemda juga bertanggung jawab atas
operasional dan pemeliharaan infrastruktur yang terbangun.
36 Rencana Strategis
Tabel 3.1 Pendekatan Pembangunan Bidang Cipta Karya
Sumber: Rencana Strategis Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Tahun 2015-2019
38 Rencana Strategis
Kota Perbatasan yang terdiri dari Pulau Sumatera (9 PKN, 58 PKW, 4 PKSN); Pulau Jawa-Bali
(12 PKN, 35 PKW); Kepulauan Nusa Tenggara (2 PKN, 10 PKW, 3 PKSN); Pulau Kalimantan (5
PKN, 25 PKW, 10 PKSN); Pulau Sulawesi (5 PKN, 27 PKW, 2 PKSN); Kepulauan Maluku (2 PKN,
11 PKW, 4 PKSN); dan Pulau Papua (3 PKN, 11 PKW, 3 PKSN).
Isu urbanisasi merupakan salah satu isu strategis dalam pembangunan infrastruktur
permukiman. Hal ini dikarenakan dengan semakin besarnya jumlah penduduk yang tinggal
di perkotaan, maka dibutuhkan infrastruktur perkotaan yang handal untuk menunjang
kegiatan sosial ekonomi penduduk perkotaan. Oleh karena itu, Ditjen Cipta Karya diberi
mandat untuk turut berkontribusi dalam pencapaian sasaran pembangunan perkotaan
nasional sesuai RPJMN 2015-2019 (tabel 3.3). Untuk itu, Ditjen Cipta Karya perlu melakukan
pengembangan wilayah pada skala perkotaan (city-wide) maupun penataan kawasan di
beberapa kota yang menjadi fokus perhatian pembangunan perkotaan nasional yaitu 7
kawasan metroplitan eksisting, 5 kawasan metropolitan baru, 20 kota sedang, 10 kota baru,
dan 39 kawasan pusat pertumbuhan baru. Diharapkan melalui pembangunan perkotaan
yang dilakukan Ditjen Cipta Karya dapat tercipta kota yang aman, nyaman, dan layak huni
dan terpenuhinya standar pelayanan perkotaan (SPP); kota hijau yang berketahanan iklim
dan bencana; dan kota cerdas yang berdaya saing dan berbasis teknologi informasi dan
komunikasi.
40 Rencana Strategis
Tabel 3.3 Sasaran Pembangunan Perkotaan Nasional RPJMN 2015-2019
Dalam rangka pengembangan permukiman yang layak huni dan berkelanjutan, Direktorat
Jenderal Cipta Karya mengembangkan konsep perencanaan pembangunan infrastruktur
Bidang Cipta Karya yang terintegrasi dalam Rencana Program Investasi Jangka Menengah
(RPIJM) Bidang Cipta Karya, sebagai upaya mewujudkan keterpaduan pembangunan di
kabupaten/kota. RPIJM Bidang Cipta Karya disusun oleh Pemerintah Kabupaten/Kota melalui
fasilitasi Pemerintah Provinsi yang mengintegrasikan kebijakan skala nasional, provinsi,
dan kabupaten/kota, baik kebijakan spasial maupun sektoral. RPIJM, selain mengacu pada
rencana spasial dan arah pembangunan nasional/daerah, juga mengintegrasikan rencana
sektoral Bidang Cipta Karya, antara lain Rencana Induk Sistem Penyediaan Air Minum
(RISPAM), Strategi Sanitasi Kota (SSK), serta Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL),
dalam rangka mewujudkan keterpaduan pembangunan permukiman yang berkelanjutan.
Melalui perencanaan yang rasional dan inklusif, diharapkan keterpaduan pembangunan
Bidang Cipta Karya dapat terwujud, dengan mempertimbangkan aspek lingkungan,
kelembagaan, dan kemampuan keuangan daerah.
Untuk mengatasi gap pendanaan, maka sumber-sumber pendanaan alternatif dari para
pemangku kepentingan lainnya perlu ditingkatkan. Pemerintah Daerah sebagai ujung
tombak penyelenggaraan pembangunan bidang Cipta Karya perlu meningkatkan
komitmen sehingga kontribusi pendanaannya meningkat dari 14,7% menjadi 25%
pada periode 2015-2019. Sektor swasta dan perbankan yang selama ini hanya berperan
dalam 2,25% dari total pembangunan bidang Cipta Karya, perlu didorong melalui skema
KPS maupun CSR sehingga peranannya meningkat signifikan menjadi 15%. Masyarakat
juga dapat berkontribusi melalui kegiatan pemberdayaan masyarakat ataupun kegiatan
swadaya masyarakat sehingga diharapkan dapat berkontribusi 15% terhadap porsi
pendanaan. Dukungan pinjaman dan hibah luar negeri juga akan dimanfaatkan, meskipun
porsi kontribusinya dikurangi dari 16,09% menjadi 10% pada tahun 2015-2019 untuk
mengurangi beban hutang negara. Kebijakan kemitraan dan peningkatan partisipasi para
stakeholder merupakan strategi utama dalam mewujudkan sasaran 100-0-100.
Penataan Kawasan Strategis Nasional Kota Tua Ampenan, Kota Mataram
42 Rencana Strategis
Gambar 3.3 Strategi Pembiayaan Gerakan 100-0-100
2010-2014 2015-2019
46 Rencana Strategis
kelembagaan dan SDM penyelenggara dan pengelola permukiman (pemerintah,
lembaga masyarakat, dan masyarakat/individu) melalui pelatihan, pendampingan,
bimbingan/bantuan teknis.
Dalam hal ini, upaya membangun dan memperkuat kapasitas pemerintah daerah
dilakukan agar pemerintah daerah mampu menjalankan perannya sebagai nakhoda
yang menentukan keberhasilan pembangunan dan pengembangan kawasan
permukiman. Peningkatan kapasitas Pemda dilakukan kepada:
Kepala daerah yang memiliki visi dan kemampuan menjalankan visinya;
Seluruh SKPD terkait dalam penyelenggaraan kawasan permukiman yang
memiliki pengetahuan dan mampu berinovasi.
48 Rencana Strategis
c. Kebijakan dan Strategi Implementasi Pembangunan dan Pengembangan
Permukiman Perdesaan
antara lain berupa terminal agro, pasar agro untuk kawasan agropolitan, atau
dermaga, tambatan perahu dan tempat pelelangan ikan (TPI) pada kawasan
permukiman pesisir/minapolitan. Selain itu disediakan pula sarana dan prasarana
pendukung peningkatan konektivitas kegiatan antardesa dalam kecamatan,
berupa jalan usaha tani dan jalan poros desa.
Sementara untuk PKSN Perkotaan seperti Sabang dan Jayapura, sarana dan
prasarana yang disediakan memenuhi Standar Pelayanan Perkotaan dan sesuai
dengan sektor yang dikembangkan di kota tersebut.
2. Menyediakan sarana prasarana pendukung kegiatan perbatasan seperti pos
perbatasan negara yang memenuhi standar internasional di PKSN.
Ketentuan mengenai sarana prasarana pendukung kegiatan perbatasan mengacu
pada Permendagri No. 18 Tahun 2007 tentang Standardisasi Sarana, Prasarana, dan
Pelayanan Lintas Batas Antar Negara.
50 Rencana Strategis
karakteristik ancaman bencana; meningkatkan pengetahuan dan kemampuan
pemerintah daerah mengenai pembangunan tanggap bencana serta
meningkatkan pengetahuan dan kemampuan masyarakat agar menjadi
masyarakat tangguh bencana.
4. Meningkatkan kualitas/rehabilitasi permukiman di kawasan pasca bencana.
Pelaksanaan penanganan pasca bencana dimulai dari masa tanggap darurat
melalui pemulihan kondisi serta rehabilitasi dan rekonstruksi.
Permukiman Perbatasan Dusun Balai Karangan, Entikong
52 Rencana Strategis
DIREKTORAT JENDERAL CIPTA KARYA TAHUN 2015-2019 53
Kebijakan dan Strategi
Bina Penataan Bangunan
58 Rencana Strategis
3. Mendorong komitmen Pemda untuk lebih memprioritaskan Pengembangan SPAM.
4. Menerapkan prinsip Good Corporate Governance untuk Penyelenggara/operator SPAM.
5. Mengembangkan kapasitas SDM dengan pola Center of Excellent.
6. Mengembangkan manajemen aset SPAM dalam rangka meningkatkan efisiensi dan
efektivitas pengelolaan.
7. Mengembangkan kapasitas Pemerintah Daerah dalam pelaksanaan SPAM Regional.
62 Rencana Strategis
Kebijakan 2. Peningkatkan peran masyarakat dan dunia usaha/swasta dalam
pembangunan air limbah permukiman.
Arah kebijakan ini adalah untuk meningkatkan peran masyarakat dan dunia usaha/
swasta dalam pembangunan air limbah permukiman yang diterapkan melalui strategi
sebagai berikut:
1. Peningkatkan pemahaman masyarakat terhadap pentingnya pengelolaan air
limbah permukiman melalui pemicuan;
2. Pelaksanaan pembangunan infrastruktur air limbah berbasis masyarakat;
3. Peningkatan kerjasama dengan dunia usaha/swasta dalam pengelolaan air limbah
permukiman.
64 Rencana Strategis
Kebijakan 3. Peningkatan peran aktif masyarakat sebagai mitra pengelolaan.
Arah kebijakan peningkatan peran aktif masyarakat dimaksudkan untuk menggalang
potensi dari masyarakat agar dapat berpartisipasi secara langsung dalam pembangunan
sektor persampahan.
Adapun strategi yang diterapkan dalam rangka meningkatkan peran aktif masyarakat
yaitu :
1. Meningkatkan pemahaman tentang pengelolaan sampah sejak dini melalui
pendidikan bagi anak usia sekolah;
2. Menyebarluaskan pemahaman tentang pengelolaan persampahan kepada
masyarakat umum;
3. Meningkatkan pembinaan masyarakat khususnya kaum perempuan dalam
pengelolaan sampah;
4. Mendorong pelaksanaan pengelolaan sampah berbasis masyarakat.
66 Rencana Strategis
3.3 KERANGKA REGULASI
Ditjen Cipta Karya dalam melakukan tugas dan fungsinya mengacu pada Undang-Undang yang
berlaku. Adapun amanat perundangan yang terkait dengan keciptakaryaan antara lain:
Undang-Undang No. 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional
- Dalam mewujudkan pembangunan yang lebih merata dan berkeadilan, maka pemenuhan
kebutuhan dasar masyarakat yang berupa air minum dan sanitasi diarahkan pada: (1)
peningkatan kualitas pengelolaan aset (asset management) dalam penyediaan air minum dan
sanitasi; (2) pemenuhan kebutuhan minimal air minum dan sanitasi dasar bagi masyarakat;
(3) penyelenggaraan pelayanan air minum dan sanitasi yang kredibel dan profesional; dan
(4) penyediaan sumber-sumber pembiayaan murah dalam pelayanan air minum dan sanitasi
bagi masyarakat miskin.
- Percepatan pembangunan infrastruktur dengan lebih meningkatkan kerjasama antara
pemerintah dan dunia usaha; Pengembangan perumahan dan permukiman.
- Ketersediaan infrastruktur sesuai tata ruang; Terpenuhinya penyediaan air minum untuk
kebutuhan dasar pengembangan infrastruktur pedesaan mendukung pertanian; Pemenuhan
kebutuhan hunian didukung sistem pembiayaan jangka panjang; Terwujudnya kota tanpa
pemukiman kumuh.
- Terpenuhinya kebutuhan hunian yang dilengkapi dengan prasarana dan sarana pendukung
bagi seluruh masyarakat yang didukung oleh sistem pembiayaan perumahan jangka panjang
dan berkelanjutan, efisien, dan akuntabel sehingga terwujud kota tanpa permukiman kumuh.
Undang-Undang No. 18 tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah
- Pemerintah daerah harus menutup tempat pemrosesan akhir sampah (TPA) yang dioperasikan
dengan sistem pembuangan terbuka (open dumping) paling lama lima (5) tahun terhitung
sejak diberlakukannya UU ini.
- Pengelolaan sampah rumah tangga dan sampah sejenis sampah rumah tangga dilakukan
dengan pengurangan sampah, dan penanganan sampah. Upaya pengurangan sampah
dilakukan dengan pembatasan timbulan sampah, pendauran ulang sampah, dan
pemanfaatan kembali sampah. Sedangkan kegiatan penanganan sampah meliputi
pemilahan, pengumpulan, pengangkutan, pengolahan dan pemrosesan akhir.
Undang-Undang No. 1 tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan Permukiman
- UU mengatur penyelenggaraan perumahan dan kawasan permukiman, pencegahan dan
peningkatan kualitas permukiman kumuh, pendanaan & pembiayaan, dan peran masyarakat.
- Dalam menangani permukiman kumuh dilakukan upaya pencegahan, terdiri dari
pengawasan, pengendalian, dan pemberdayaan masyarakat, serta upaya peningkatan
kualitas permukiman, yaitu pemugaran, peremajaan, dan permukiman kembali.
Undang-Undang No. 20 Tahun 2011 tentang Rumah Susun
- Peraturan ini mengatur perihal pembinaan, perencanaan, pembangunan, penguasaan,
68 Rencana Strategis
Tabel 3.4 Pembagian Kewenangan Pemerintah Pusat, Provinsi, dan Kabupaten/Kota
Di samping Undang-Undang tersebut, Ditjen Cipta Karya dalam melaksanakan tugas dan fungsinya
juga mengacu pada peraturan pelaksana dalam bentuk Peraturan Pemerintah, Peraturan Presiden,
maupun Peraturan Menteri PUPR. Adapun peraturan pelaksanaan bidang Cipta Karya antara lain:
PP No. 36 tahun 2005 Tentang Peraturan Pelaksanaan UUBG (Undang Undang Bangunan
Gedung);
PP No. 26 Tahun 2008 Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional;
PP No. 81 Tahun 2012 tentang Pengelolaan Sampah Rumah Tangga dan Sampah Sejenis Sampah
Rumah Tangga;
70 Rencana Strategis
PP No. 88 Tahun 2014 tentang Pembinaan Penyelenggaraan Perumahan dan Kawasan
Permukiman;
PP No. 121 Tahun 2015 tentang Pengusahaan Sumber Daya Air;
PP No. 122 Tahun 2015 tentang Penyelenggaraan Sistem Penyediaan Air Minum;
Perpres No. 67 Tahun 2005 Tentang Kerjasama Pemerintah Dengan Badan Usaha Dalam
Penyediaan Infrastruktur, dengan perubahannya Perpres No. 13 Tahun 2010 dan Perpres No. 56
Tahun 2011;
Perpres No. 81 Tahun 2010 Tentang Grand Design Reformasi Birokrasi 2010-2025;
Perpres No. 61 Tahun 2011 tentang Rencana Aksi Nasional Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca;
Perpres No. 185 Tahun 2014 tentang Percepatan Penyediaan Air Minum dan Sanitasi;
Perpres No. 2 Tahun 2015 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional Tahun
2015-2019;
Perpres No. 15 Tahun 2015 tentang Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat;
Perpres No. 38 Tahun 2015 tentang Kerjasama Pemerintah dengan Badan Usaha dalam
Penyediaan Infrastruktur;
Permen PU No. 21/PRT/M/2006 Tentang Kebijakan dan Strategi Nasional Pengembangan Sistem
Pengelolaan Persampahan (KSNP-SPP);
Permen PU No. 06/PRT/M/2007 Tentang Pedoman Umum Rencana Tata Bangunan dan
Lingkungan;
Permen PU No. 45/PRT/M/2007 Tentang Pedoman Teknis Pembangunan Bangunan Gedung
Negara;
Permen PU No. 16/PRT/M/2008 Tentang Kebijakan dan Strategi Nasional Pengembangan Sistem
Pengelolaan Air Limbah Permukiman (KSNP-SPALP);
Permen PU No. 24/PRT/M/2008 Tentang Pedoman Pemeliharaan Dan Perawatan Bangunan
Gedung;
Permen PU No. 16/PRT/M/2010 Tentang Pedoman Teknis Pemeriksaan Berkala Bangunan
Gedung;
Permen PU No. 18/PRT/M/2012 Tentang Pedoman Pembinaan Penyelenggaraan Pengembangan
Sistem Penyediaan Air Minum;
Permen PU No. 03/PRT/M/2013 Tentang Penyelenggaraan Prasarana dan Sarana Persampahan
dalam Penanganan Sampah Rumah Tangga dan Sampah Sejenis Rumah Tangga;
Permen PU No. 13/PRT/M/2013 Tentang Kebijakan dan Strategi Nasional Pengembangan Sistem
Penyediaan Air Minum;
Permen PU No. 1/PRT/M/2014 Tentang SPM Bidang Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang;
Permen PU No. 12/PRT/M/2014 tentang Penyelenggaraan Sistem Drainase Perkotaan;
Permen PU No. 25/PRT/M/2014 tentang Prosedur Operasional Standar Pengelolaan Sistem
Penyediaan Air Minum;
Permen PUPR No. 02/PRT/M/2015 tentang Bangunan Gedung Hijau;
Permen PUPR No. 03/PRT/M/2015 Petunjuk Teknis Penggunaan Dana Alokasi Khusus Bidang
Infrastruktur;
Permen PUPR No. 15/PRT/M/2015 Tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Pekerjaan
Umum dan Perumahan Rakyat;
Permen PU No. 34/PRT/M/2015 tentang Organisasi dan Tata Kerja Unit Pelaksana Teknis
Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat;
Permendagri No. 57 Tahun 2010 Tentang Standar Pelayanan Perkotaan;
Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 492/Menkes/Per/IV/2010 Tentang Persyaratan Kualitas
Air Minum.
Meskipun perangkat peraturan perundangan yang dimiliki Ditjen Cipta Karya sudah cukup lengkap,
namun ke depan fungsi pengaturan perlu terus diperkuat. Dalam rangka mendukung pencapaian
sasaran pembanguan 2015-2019, perangkat peraturan yang perlu disusun antara lain:
RUU Sanitasi
RPP tentang Penyelenggaraan Perumahan dan Kawasan Permukiman
RPP Rumah Negara
RPP Penyelenggaraan Rumah Susun
Raperpres tentang Kebijakan dan Strategi Nasional Pengembangan Kawasan Permukiman
Raperpres Surat Bukti Kepemilikan Bangunan Gedung
Raperpres Bangunan Gedung Negara
Raperpres tentang Badan Peningkatan Sistem Penyediaan Air Minum
Rapermen PUPR tentang Pedoman Pemberian Izin Penyelenggaraan Sistem Penyediaan Air
Minum oleh Badan Usaha dan Masyarakat untuk Memenuhi Kebutuhan Sendiri
Rapermen PUPR tentang Pedoman Pembinaan dan Pengawasan Penyelenggaraan
Pengembangan SPAM
Rapermen Pemberian Dukungan Pemerintah Daerah dalam Rangka Kerjasama BUMN/BUMD
dengan Badan Usaha
Rapermen PUPR tentang POS Pengelolaan SPAM
Rapermen PUPR tentang Kebijakan dan Strategi Nasional Pengembangan SPAM
Rapermen PUPR tentang Pemberlakuan Standar Kompetansi Kerja Nasional Indonesia
Rapermen PUPR tentang Penyelenggaraan SPAM
Rapermen PUPR Tentang Sistem Pengelolaan Air Limbah
Rapermen PUPR tentang Peran Masyarakat dalam Penyelenggaraan Perumahan dan Kawasan
Permukiman
Rapermen PUPR tentang Pedoman Teknis Pembangunan Infrastruktur Kawasan Perdesaan
Rapermen PUPR tentang Peningkatan Kualitas Terhadap Perumahan Kumuh dan Permukiman
Kumuh
Rapermen Pedoman Teknis Rumah dan Bangunan Gedung Tahan Gempa
72 Rencana Strategis
Rapermen Pedoman Teknis Kemudahan pada Bangunan Gedung
Rapermen PUPR tentang Pedoman Penyusunan Rencana Kawasan Permukiman
Rapermen PUPR tentang Tim Ahli Perumahan dan Kawasan Permukiman
Rapermen PUPR tentang Pembangunan Infrastruktur Kawasan Perbatasan Negara
Rapermen PUPR tentang Pembangunan Infrastruktur Permukiman Berbasis Pemberdayaan
Masyarakat
Rapermen PUPR tentang Spesifikasi Teknis dan Biaya Peningkatan Kualitas Permukiman Kumuh
Perkotaan
SE Direktur Jenderal Cipta Karya tentang Model Peraturan Daerah tentang Pencegahan dan
Peningkatan Kualitas Terhadap Perumahan Kumuh dan Permukiman Kumuh
Kerangka regulasi ini diarahkan untuk memfasilitasi, mendorong dan/atau mengatur perilaku
masyarakat, termasuk swasta dan penyelenggara negara dalam mewujudkan permukiman layak
huni dan berkelanjutan. Kerangka regulasi ini disusun dengan mempertimbangkan regulasi yang
ada, untuk melengkapi kebutuhan regulasi yang belum diatur, maupun untuk perbaikan bilamana
regulasi yang ada belum optimal dalam mencapai tujuan/sasaran pembangunan.
Dalam menjalankan tugas dan fungsinya serta mewujudkan tujuan dan sasaran strategis, Ditjen
Cipta Karya perlu ditopang struktur kelembagaan yang sesuai dengan kebutuhan dan dinamika
organisasi Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat. Oleh sebab itu, pada periode
2015-2019 terjadi perubahan struktur organisasi yang tergambar dari bagan yang berada pada sub
bab ini.
74 Rencana Strategis
d. Direktorat Bina Penataan Bangunan
Tugas: melaksanakan perumusan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan perencanaan teknis,
penyelenggaraan penataan bangunan dan lingkungan, gedung, pengelolaan rumah negara,
penataan bangunan dan lingkungan khusus, serta penyusunan standardisasi dan penguatan
kelembagaan.
Fungsi:
penyiapan kebijakan dan strategi, perencanaan teknis, evaluasi dan pelaporan di bidang
penataan bangunan dan lingkungan, gedung, rumah negara, penataan ruang terbuka hijau,
dan penataan kawasan pusaka, permukiman tradisional, wisata, pos lintas batas negara,
rawan bencana, serta kawasan tematik perkotaan dan khusus lainnya;
pelaksanaan kebijakan di bidang penataan bangunan dan lingkungan, gedung, rumah
negara, penataan ruang terbuka hijau, dan penataan kawasan pusaka, permukiman
tradisional, wisata, pos lintas batas negara, rawan bencana, serta kawasan tematik perkotaan
dan khusus lainnya;
penyusunan Norma, Standar, Prosedur, dan Kriteria (NSPK) di bidang penataan bangunan
dan lingkungan, gedung, rumah negara, penataan ruang terbuka hijau, dan penataan
kawasan pusaka, permukiman tradisional, wisata, pos lintas batas negara, rawan bencana,
serta kawasan tematik perkotaan dan khusus lainnya;
pemberian bimbingan teknis dan supervisi di bidang penataan bangunan dan lingkungan,
gedung, rumah negara, penataan ruang terbuka hijau, dan penataan kawasan pusaka,
permukiman tradisional, wisata, pos lintas batas negara, rawan bencana, serta kawasan
tematik perkotaan dan khusus lainnya;
fasilitasi, pemberdayaan, dan penguatan kelembagaan di bidang penataan bangunan dan
lingkungan, gedung, rumah negara, penataan ruang terbuka hijau, dan penataan kawasan
pusaka, permukiman tradisional, wisata, pos lintas batas negara, rawan bencana, serta
kawasan tematik perkotaan dan khusus lainnya;
pelaksanaan evaluasi dan pelaporan di bidang penataan bangunan dan lingkungan, gedung,
rumah negara, penataan ruang terbuka hijau, dan penataan kawasan pusaka, permukiman
tradisional, wisata, pos lintas batas negara, rawan bencana, serta kawasan tematik perkotaan
dan khusus lainnya; dan
pelaksanaan urusan tata usaha dan rumah tangga Direktorat.
76 Rencana Strategis
f. Direktorat Pengembangan Penyehatan Lingkungan Permukiman
Tugas: melaksanakan perumusan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan produk pengaturan,
pembinaan dan pengawasan serta fasilitasi di bidang sistem pengelolaan air limbah, sistem
pengelolaan persampahan, drainase lingkungan, dan penyehatan lingkungan permukiman
terkait.
Fungsi:
penyusunan kebijakan dan strategi, perencanaan teknis, evaluasi dan pelaporan sistem
pengelolaan air limbah, sistem pengelolaan persampahan, dan drainase lingkungan serta
penyehatan lingkungan permukiman terkait;
penyiapan perumusan kebijakan di bidang sistem pengelolaan air limbah, sistem pengelolaan
persampahan, dan drainase lingkungan serta penyehatan lingkungan permukiman terkait;
pelaksanaan kebijakan di bidang pengembangan sistem pengelolaan air limbah, sistem
pengelolaan persampahan, drainase lingkungan, dan penyehatan lingkungan permukiman
terkait serta fasilitasi penyediaan tanah;
pemberian bimbingan teknis dan supervisi di bidang sistem pengelolaan air limbah,
sistem pengelolaan persampahan, dan drainase lingkungan serta penyehatan lingkungan
permukiman terkait;
penyiapan penyusunan Norma, Standar, Prosedur, dan Kriteria (NSPK) di bidang sistem
pengelolaan air limbah, sistem pengelolaan persampahan, dan drainase lingkungan serta
penyehatan lingkungan permukiman terkait;
fasilitasi dan pemberdayaan kelembagaan di bidang sistem pengelolaan air limbah,
sistem pengelolaan persampahan, dan drainase lingkungan serta penyehatan lingkungan
permukiman terkait; dan
pelaksanaan urusan tata usaha dan rumah tangga Direktorat.
KEPALA BAGIAN
KEPEGAWAIAN, ORGANISASI
DAN TATA LAKSANA
DIREKTORAT DIREKTORAT
KETERPADUAN INFRASTRUKTUR PENGEMBANGAN KAWASAN
PERMUKIMAN PERMUKIMAN
SUBBAGIAN SUBBAGIAN
TATA USAHA TATA USAHA
SUBDIREKTORAT SUBDIREKTORAT
KETERPADUAN PERENCANAAN TEKNIS
PERENCANAAN DAN
KEMITRAAN
SUBDIREKTORAT SUBDIREKTORAT
KETERPADUAN KAWASAN PERMUKIMAN
PEMBIAYAAN PERKOTAAN
SUBDIREKTORAT SUBDIREKTORAT
KETERPADUAN KAWASAN PERMUKIMAN
PELAKSANAAN PERDESAAN
SUBDIREKTORAT SUBDIREKTORAT
KETERPADUAN KAWASAN PERMUKIMAN
PENGELOLAAN DATA DAN KHUSUS
SISTEM INFORMASI
SUBDIREKTORAT SUBDIREKTORAT
KETERPADUAN STANDARDISASI DAN
PEMANTAUAN DAN KELEMBAGAAN
EVALUASI
UPT/BALAI
78 Rencana Strategis
SEKRETARIS
DIREKTORAT JENDERAL
KELOMPOK
JABATAN
FUNGSIONAL
2. Tercapainya 100 persen pelayanan air minum bagi seluruh penduduk Indonesia yang dilakukan
melalui tiga pendekatan yaitu optimalisasi dan pembangunan baru (supply side), peningkatan
efisiensi layanan air minum (demand side), dan penciptaan lingkungan yang kondusif (enabling
environment).
3. Optimalisasi penyediaan layanan air minum dilakukan melalui (i) fasilitasi SPAM PDAM yaitu
bantuan program PDAM menuju 100% PDAM Sehat dan pengembangan jaringan SPAM MBR di
5.700 kawasan dan (ii) fasilitasi SPAM non-PDAM yaitu bantuan program non-PDAM menuju 100%
pengelola non-PDAM sehat dan pengembangan jaringan SPAM MBR di 1.400 kawasan. Sedangkan
pembangunan baru dilakukan melalui (i) pembangunan SPAM kawasan khusus yaitu SPAM
kawasan kumuh perkotaan untuk 661.600 sambungan rumah (SR), SPAM kawasan nelayan untuk
66.200 SR, dan SPAM rawan air untuk 1.705.920 SR; (ii) pembangunan SPAM berbasis masyarakat
untuk 9.665.920 SR; (iii) pembangunan SPAM perkotaan yaitu SPAM IKK untuk 9.991.200 SR dan
SPAM Ibukota Pemekaran dan Perluasan Perkotaan untuk 4.268.800 SR; (iv) pembangunan SPAM
Regional untuk 1.320.000 SR di 31 kawasan.
4. Peningkatan efisiensi layanan air minum dilakukan melalui penerapan prinsip jaga air, hemat
air dan simpan air secara nasional. Penerapan prinsip tersebut dilakukan melalui (i) pelaksanaan
Rencana Pengamanan Air Minum (RPAM) pada komponen sumber, operator dan konsumen
di seluruh kabupaten/kota; (ii) optimalisasi bauran air domestik di seluruh kabupaten/kota; (iii)
penerapan efisiensi konsumsi air minum pada tingkat rumah tangga sekitar 10 liter/orang/hari
setiap tahunnya dan pada tingkat komersial dan fasilitas umum sekitar 10 persen setiap tahunnya.
5. Penciptaan lingkungan yang mendukung dilakukan melalui (i) penyusunan dokumen perencanaan
air minum sebagai rujukan pembangunan air minum di seluruh kabupaten/kota yang mencakup
Rencana Induk Sistem Penyediaan Air Minum (RISPAM), rencana strategis penyediaan air minum
daerah (Jakstrada) dan rencana tahunan penyediaan air minum; (ii) peningkatan pendataan air
minum sebagai rujukan perencanaan dan penganggaran air minum di seluruh kabupaten/kota;
(iii) fasilitasi pengembangan peraturan di daerah yang menjamin penyediaan layanan air minum di
seluruh kabupaten/kota.
82 Rencana Strategis
6. Meningkatnya akses penduduk terhadap sanitasi layak (air limbah domestik, sampah dan drainase
lingkungan) menjadi 100 persen pada tingkat kebutuhan dasar yaitu (i) untuk sarana prasarana
pengelolaan air limbah domestik dengan pembangunan dan peningkatan infrastruktur air limbah
sistem terpusat skala kota, kawasan, dan komunal di 438 kota/kab (melayani 34 juta jiwa), serta
peningkatan kualitas pengelolaan air limbah sistem setempat melalui peningkatan kualitas
pengelolaan lumpur tinja perkotaan dan pembangunan Instalasi Pengolahan Lumpur Tinja (IPLT)
di 409 kota/kab; (ii) untuk sarana prasarana pengelolaan persampahan dengan pembangunan
TPA sanitary landfill di 341 kota/kab, penyediaan fasilitas 3R komunal di 334 kota/kab, fasilitas 3R
terpusat di 112 kota/kab; (iii) untuk sarana prasarana drainase permukiman dalam pengurangan
genangan seluas 22.500 Ha di kawasan permukiman termasuk 4.500 Ha di kawasan kumuh; serta
(iv) kegiatan pembinaan, fasilitasi, pengawasan dan kampanye serta advokasi di 507 kota/kab
seluruh Indonesia.
Berdasarkan target kinerja prioritas pada RPJMN 2015-2019 maka kerangka pendanaan Ditjen Cipta
Karya untuk tahun 2015-2019 adalah sebagai berikut:
Tabel 4.1 Rencana Pendanaan Renstra Ditjen Cipta Karya 2015-2019
86 Rencana Strategis
Tabel 4.2 Sasaran Kegiatan Pengembangan Kawasan Permukiman
Strategi Pendekatan Sasaran Kegiatan
Pembangunan dan Pengembangan Kawasan Permukiman di
Perkotaan
Pembangunan dan Pengembangan Kawasan Permukiman di
Membangun Sistem Permukiman
Perdesaan
Pembangunan dan Pengembangan Kawasan Permukiman di
Kawasan Khusus
Layanan pendukung kegiatan Pengaturan, Pembinaan
Pengawasan, dan Pelaksanaan Pengambangan Kawasan
Permukiman
Fasilitasi Pemda Provinsi/Kabupaten/Kota Pengaturan Pengembangan Kawasan Permukiman
Pembinaan dan Pengawasan Pengembangan Kawasan
Permukiman
Perintisan Inkubasi Kota Baru
Memberdayakan Masyarakat Pendampingan Pemberdayaan Masyaraakat
TARGET RENSTRA
INDIKATOR KINERJA
SASARAN SATUAN
2015 2016 2017 2018
Terselenggaranya perintisan
Perintisan inkubasi kota Kab/Kota 0 2 3 3
inkubasi di 10 kota baru
Terselenggaranya penataan
Penataan Kawasan kawasan permukiman
Permukiman Berbasis berbasis Kelurahan 11.067 11.067 11.067 11.067
Masyarakat masyarakat di 11.067
kelurahan
88 Rencana Strategis
ANGGARAN (Rp. Miliar) TOTAL
PENDEKATAN
CATATAN ALOKASI
2019 TOTAL 2015 2016 2017 2018 2019 DIURAIKAN
(Rp. Miliar)
Fasilitasi Pemda
12 60
Provinsi/Kab/Kota
Fasilitasi Pemda
2 10
Provinsi/Kab/Kota
Fasilitasi Pemda
507 507
Provinsi/Kab/Kota
Membangun
8.051 38.431 Sistem
Permukiman
6 kota, 4 18 kota, 12
kawasan kawasan
perkotaan perkotaan
Fasilitasi Pemda
metropolitan, metropolitan,
Provinsi/Kab/Kota
194 kota/ 744 kota/
kawasan kawasan
perkotaan perkotaan
Fasilitasi Pemda
2 10
Provinsi/Kab/Kota
Membangun
7.835 78.384 Sistem
Permukiman
Membangun
833 3.099 Sistem
Permukiman
Memberdayakan
11.067 11.067
Masyarakat
90 Rencana Strategis
DIREKTORAT JENDERAL CIPTA KARYA TAHUN 2015-2019 91
Target Kinerja dan
Kerangka Pendanaan
Ditjen Cipta Karya juga menyelenggarakan kegiatan Pengaturan, Pembinaan, Pengawasan dan
Penyelenggaraan dalam Pembinaan Penataan Bangunan yang dilaksanakan oleh Direktorat Bina
Penataan Bangunan. Adapun sasaran kinerja dan indikatornya yaitu:
a. Layanan Perkantoran dengan indikator jumlah bulan layanan pendukung kegiatan
pengaturan, pembinaan, pengawasan, dan pelaksanaan bina penataan bangunan yang
terselenggara selama 60 bulan;
b. Terwujudnya 744 kawasan tematik perkotaan, yang terdiri dari:
Terwujudnya 537 kawasan Ruang Terbuka Hijau
Terwujudnya 12 Kebun Raya Prioritas
Terwujudnya 45 revitalisasi Kota Pusaka
Terwujudnya 150 penataan Kawasan Strategis
c. Tersusunnya 250 RTBL sebagai dokumen induk penataan kawasan permukiman;
d. Terwujudnya 32 Bangunan Gedung Negara yang berstatus Bangunan Gedung Hijau;
e. Tersedianya 10 NSPK terkait Penataan Bangunan dan Lingkungan selama periode 2015-2019;
f. Tercapainya seluruh kabupaten/kota di Indonesia yang telah memiliki Peraturan Daerah
Bangunan Gedung;
g. Tercapainya 60% Bangunan Gedung yang telah memiliki IMB;
h. Terwujudnya fasilitasi ruang terbuka publik di 1200 kecamatan untuk menonton Film Bertema
Revolusi Mental di seluruh Indonesia.
92 Rencana Strategis
Tabel 4.3 Sasaran Kegiatan Pembinaan Penataan Bangunan
TARGET RENSTRA
INDIKATOR KINERJA
SASARAN KEGIATAN SATUAN
2015 2016 2017 2018
PENGATURAN, PEMBINAAN, PENGAWASAN, DAN PELAKSANAAN PENATAAN BANGUNAN DAN LINGKUNGAN, PENGELOLAAN
GEDUNG, DAN RUMAH NEGARA
Jumlah Bulan Layanan
Pendukung Kegiatan
Bulan
Layanan Perkantoran Pengaturan, Pembinaan, 12 12 12 12
Layanan
Pengawasan, dan Pelaksanaan
Bina Penataan Bangunan
Dukungan Penyelenggaraan Bangunan
m2 44.813 121.688 29.650 35.250
pembangunan sistem Gedung
Penataan Bangunan Penataan Bangunan dan
m2 105.500 193.319 121.000 101.400
dan Lingkungan dalam Lingkungan
mewujudkan kawasan Revitalisasi Kawasan Tematik
perkotaan yang aman Kawasan 159 148 168 182
Perkotaan
Fasilitasi kepada daerah Penyusunan Standar/Pedoman
dalam penguatan NSPK 2 4 2 1
Bidang Penataan Bangunan
kelembagaan,
keuangan dan
kemitraan termasuk
pembinaan teknis Pembinaan dan Pengawasan
Kab/Kota 507 507 507 507
terhadap tugas Penataan Bangunan
dekonsentrasi dan
pembantuan
Memberikan dukungan
Penataan Bangunan Edukasi dan Pengembangan
dan Lingkungan Partisipasi Masyarakat Bidang
Kecamatan 0 300 300 300
melalui kegiatan Penataan Bangunan dan
pemberdayaan Lingkungan
masyarakat
94 Rencana Strategis
ANGGARAN (Rp. Miliar) TOTAL
PENDEKATAN
CATATAN ALOKASI
DIURAIKAN
2019 TOTAL 2015 2016 2017 2018 2019 (Rp. Miliar)
12 60
32.500 263.900
118.180 639.399
87 744
1 10
507 507
300 1.200
a. Pembangunan Infrastruktur SPAM Regional dan SPAM di Kawasan Perkotaan dengan indikator
terbangunnya SPAM Regional dan pembangunan SPAM Kawasan Perkotaan berkapasitas
27.479 L/d dan 2.729.750 SR;
b. Pembangunan Infrastruktur SPAM Perdesaan dengan indikator terbangunnya SPAM Berbasis
Masyarakat dan SPAM Kawasan Rawan Air berkapasitas 8.489 L/d dan 2.716.673 SR;
c. Pembangunan Infrastruktur SPAM di Kawasan Khusus dengan indikator terbangunnya SPAM
di kawasan kumuh, SPAM di kawasan nelayan, SPAM di kawasan perbatasan dan pulau terluar,
serta SPAM di kawasan strategis berkapasitas 4.249 L/d dan 621.107 SR;
d. Fasilitasi SPAM di kawasan perkotaan melalui bantuan program dan pengembangan jaringan
perpipaan dengan indikator 4.527 kawasan;
e. Fasilitasi SPAM di kawasan perdesaan melalui bantuan program dan pengembangan jaringan
perpipaan dengan indikator 1.421 kawasan;
98 Rencana Strategis
f. Fasilitasi SPAM di kawasan khusus melalui pengembangan jaringan perpipaan dengan
indikator 473 kawasan.
g. Pengaturan, Pembinaan, Pengawasan Pengembangan Air Minum dengan indikator
terselenggaranya pengaturan, pembinaan, dan pengawasan pengembangan air minum di
507 Kabupaten/Kota.
Program pemenuhan akses aman air minum melalui jaringan perpipaan memiliki pendanaan melalui
APBN sebesar Rp 52,1 Triliun dengan pembagian yaitu Rp 33,9 Triliun dari APBN Cipta Karya dan Rp
18,2 Triliun dari APBN SDA (Sumber Daya Air). Rencanakan sasaran kegiatan pengembangan SPAM
tahun 2015-2019 dilaksanakan dengan memproyeksikan pencapaian pengembangan SPAM tanpa
memperhitungkan sumber dana lain diluar APBN.
PENGATURAN, PEMBINAAN, PENGAWASAN, PENGEMBANGAN SUMBER PEMBIAYAAN DAN POLA INVESTASI, SERTA
PENGEMBANGAN SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM
Jumlah bulan layanan
pendukung kegiatan
Pengaturan, Pembinaan,
Pengawasan, Pengembangan
Layanan Perkantoran Bulan 12 12 12 12
Sumber Pembiayaan
Dan Pola Investasi, Serta
Pengembangan Sistem
Penyediaan Air Minum
Pengaturan,
Jumlah penyelenggaraan
Pembinaan,
pengaturan, pembinaan, dan
Pengawasan Kab/Kota 507 507 507 507
pengawasan pengembangan
Pengembangan Air
air minum di Kab/kota
Minum
Pembangunan L/d - - 950 2,350
Debit dan jumlah sambungan
Infrastruktur
rumah SPAM Regional SR - - 95,000 215,000
SPAM Regional
Debit dan jumlah sambungan L/d 4,843 2,207 2,207 2,206
rumah SPAM IKK SR 484,250 220,675 220,675 220,675
Debit dan jumlah sambungan L/d 155 198 198 198
rumah SPAM Ibu Kota
Pemekaran SR 15,500 19,775 19,775 19,775
Debit dan jumlah sambungan L/d - 170 740 1,000
rumah Perluasan SPAM
Perkotaan SR - 17,000 74,000 100,000
12 60
507 507
6,050 9,350
605,000 915,000
2,206 13,669
220,675 1,366,950
197 946
19,775 94,600
930 2,840
93,000 284,000
111 446
11,150 44,600
61 246
6,433 24,600
79 468
897 4,059
TARGET RENSTRA
INDIKATOR KINERJA
SASARAN KEGIATAN SATUAN
2015 2016 2017 2018
1,550 7,651
496,160 2,448,320
122 788
39,013 252,053
13 50
4,000 16,000
27 193
266 1,228
480 2,320
26,200 232,000
31 240
9,920 76,800
13 241
9,093 96,853
13 231
9,093 93,653
304 1,218
30,450 121,800
37 232
7 48
5 38
TARGET RENSTRA
INDIKATOR KINERJA
SASARAN KEGIATAN SATUAN
2015 2016 2017 2018
Pengembangan jaringan
perpipaan di Kawasan Pulau Kawasan 16 5 4 4
Terluar
Pengembangan jaringan
Kawasan 24 25 25 24
perpipaan strategis
4 33
24 122
Bar Screen
TARGET RENSTRA
INDIKATOR KINERJA
SASARAN KEGIATAN SATUAN
2015 2016 2017 2018
PENGATURAN, PEMBINAAN, PENGAWASAN, PENGEMBANGAN, SUMBER PEMBIAYAAN DAN POLA INVESTASI, SERTA PENGELOLAAN
PENGEMBANGAN INFRASTRUKTUR SANITASI DAN PERSAMPAHAN
Jumlah Bulan Layanan
Pendukung Kegiatan
Pengaturan, Pembinaan,
Layanan Perkantoran Bulan 12 12 12 12
Pengawasan, dan Pelaksanaan
Pengembangan Penyehatan
Lingkungan Permukiman
Peraturan Pengembagan Jumlah NSPK Peraturan
Penyehatan Lingkungan Pengembagan Penyehatan NSPK 3 3 3 3
Permukiman Lingkungan Permukiman
Pembinaan, fasilitasi, Jumlah Pembinaan &
pengawasan dan Pengawasan Pengembagan
Kab/Kota 507 507 507 507
kampanye serta Penyehatan Lingkungan
advokasi Permukiman
Jumlah Kab/Kota yang
dibangun infrastruktur air
Kab/Kota 2 2 2 3
limbah sistem terpusat skala
regional
Jumlah Kab/kota yang
dibangun infrastruktur air
Kab/Kota 7 8 10 9
Infrastruktur Air Limbah limbah sistem terpusat skala
dengan Sistem Terpusat kota
Skala Kota, Kawasan dan Jumlah Kab/kota yang
Komunal dibangun infrastruktur air Kawasan 952 728 1.600 762
limbah sistem terpusat skala
komunal Kab/Kota 209 103 141 165
Jumlah Kab/kota yang Kawasan 77 11 58 37
dibangun infrastruktur air
limbah sistem terpusat skala Kab/Kota 67 11 31 24
kawasan
Infrastruktur Tempat
Jumlah Kab/Kota yang
Pemrosesan Akhir Kab/Kota 3 3 4 5
dibangun TPA Regional
Sampah Regional
Infrastruktur Tempat
Jumlah Kab/kota yang
Pemrosesan Akhir Kab/Kota 75 40 16 20
dibangun TPA
Sampah
12 60
Fasilitasi Pemda
3 15 Provinsi/
Kabupaten/ Kota
Fasilitasi Pemda
507 507 Provinsi/
Kabupaten/ Kota
Membangun
3 3 Sistem
Permukiman
Membangun
9 9 Sistem
Terdapat Permukiman
pemba-
ngunan
652 4.694 Membangun
infrastruk-
Sistem
tur di kab/
89 438 Permukiman
kota yang
17 200 berulang
Membangun
Sistem
17 150 Permukiman
Membangun
41 222 Sistem
Permukiman
Membangun
3 11 Sistem
Permukiman
Membangun
12 163 Sistem
Permukiman
TARGET RENSTRA
INDIKATOR KINERJA
SASARAN KEGIATAN SATUAN
2015 2016 2017 2018
PENGATURAN, PEMBINAAN, PENGAWASAN, PENGEMBANGAN, SUMBER PEMBIAYAAN DAN POLA INVESTASI, SERTA
PENGELOLAAN PENGEMBANGAN INFRASTRUKTUR SANITASI DAN PERSAMPAHAN
Infrastruktur Tempat Kawasan 328 174 158 119
Jumlah Kab/kota yang
Pengolah
dibangunTPST/3R Kab/Kota 200 105 107 81
Sampah Terpadu/3R
Infrastruktur Fasilitas Jumlah Kab/kota yang
Pengolahan Akhir difasilitasi Pengolahan Akhir Kab/Kota 5 5 10 14
Sampah Sampah
Kab/Kota 41 30 45 40
Infrastruktur Drainase Luas Genangan Tertangani
Ha 1.309 710 910 880
71 850 Memberdayakan
51 334 Masyarakat
Membangun
7 41 Sistem
Permukiman
36 192 Membangun
Sistem
691 4.500 Permukiman
Dalam rangka menunjang upaya keterpaduan pembangunan bidang permukiman yang dilaksanakan
Ditjen Cipta Karya, maka diperlukan dukungan manajemen yang dilakukan melalui tiga kegiatan
utama yaitu:
1. Pelayanan Manajemen dengan sasaran kinerja yang diukur melalui indikator:
a. Perencanaan, Pengelolaan, Pembinaan, Penatausahaan, dan jabatan Fungsional dengan
indikator tersusunnya 87 Dokumen Administrasi dan Pengelolaan Kepegawaian/Ortala;
b. Tersusunnya dokumen laporan keuangan, tata usaha dan rumah tangga sebanyak 75 laporan;
c. Tersusunnya dokumen anggaran tahunan, pembinaan perbendaharaan, pembinaan PNBP,
verivikasi dan LHP dengan indikator 59 laporan administrasi keuangan dan akuntansi;
d. Tersusunnya Peraturan Perundang-undangan, advokasi bantuan hukum, pengelolaan
dokumen dan arsip dengan indikator 99 laporan penyelenggaraan kegiatan bantuan hukum
dalam rangka penanganan perkara;
e. Pengelolaan tata persuratan, pengelolaan prasarana kantor dan gedung, serta pembinaan aset
dan barang milik negara (BMN) dengan indikator 59 dokumen sistem akuntansi barang milik
negara;
f. Penyediaan prasarana dan sarana kantor serta inventaris dengan indikator 45 unit prasarana
dan sarana gedung kantor dan peralatannya;
g. Terselenggaranya prasarana air minum/ persampahan /pengembangan permukiman dengan
indikator 112 paket infrastruktur tanggap darurat/kebutuhan mendesak;
h. Pengelolaan dan peningkatan Pusat Informasi Pengembangan Permukiman dan Bangunan
(PIP2B) dengan indikator 60 bulan layanan publik (PNBP);
i. Pembinaan teknis bidang Cipta Karya di 369 angkatan;
j. Pengelolaan gaji/tunjangan, lembur, dan honorarium serta penyelenggaraan operasional dan
pemeliharaan perkantoran selama 60 bulan;
k. Penyelenggaraan pengembangan informasi permukiman dan perkotaan dengan indikator 73
laporan.
2. Penyelenggaraan Keterpaduan Perencaaan dan Kemitraan, Keterpaduan Pembiayaan, Keterpaduan
Pelaksanaan, Pengolahan Data dan Sistem Informasi, serta Pemantauan Evaluasi Pembangunan
Infrastruktur Bidang Permukiman dengan sasaran kinerja yang diukur melalui indikator:
a. Penyelenggaraan Keterpaduan Perencanaan dan Fasilitasi Kemitraan Bidang Permukiman
dengan indikator penyusunan laporan sebanyak 32 laporan;
b. Penyelenggaraan Keterpaduan Pembiayaan Bidang Permukiman dengan indikator
penyusunan laporan sebanyak 35 laporan;
c. Penyelenggaraan Keterpaduan Pelaksanaan Pembangunan Infrastruktur Permukiman dengan
indikator penyusunan laporan sebanyak 35 laporan;
d. Penyelenggaraan Pemantauan dan Evaluasi Pelaksanaan Pembangunan Bidang permukiman
TARGET RENSTRA
INDIKATOR KINERJA
SASARAN KEGIATAN SATUAN
2015 2016 2017 2018
12 60
17 87
15 75
12 59
21 99
12 60
2 8
9 45
12 60
25 122
56 369
15 60
12 60
6 32
8 40
7 35
8 40
7 35
64 320
TARGET RENSTRA
SASARAN KEGIATAN INDIKATOR KINERJA SATUAN
2015 2016 2017 2018
12 60
5 25
- 180
5 15
6 30
48 201
1 5
1 5
10 75
20 95
Rencana Strategis (Renstra) Direktorat Jenderal Cipta Karya tahun 2015-2019 merupakan
arahan yang akan dijabarkan ke dalam pelaksanan program dan kegiatan bagi setiap unit
eselon II di lingkungan Ditjen Cipta Karya dalam mendukung Gerakan Nasional 100-0-100.
Melalui pelaksanaan Renstra Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Tahun
2015-2019 secara konsisten, serta keterlibatan Pemerintah, Pemerintah Daerah, swasta, dan
masyarakat, diharapkan dapat mempercepat proses peningkatan kesejahteraan masyarakat.
Oleh karena itu koordinasi dan integrasi baik secara vertikal maupun secara horizontal yang semakin