Anda di halaman 1dari 144

DIREKTORAT JENDERAL CIPTA KARYA TAHUN 2015-2019 i

ii Rencana Strategis
DIREKTORAT JENDERAL CIPTA KARYA TAHUN 2015-2019 iii
Kata Pengantar

Rencana Strategis Direktorat Jenderal Cipta


Karya Tahun 2015-2019 merupakan turunan
dari Peraturan Menteri Pekerjaan Umum
dan Perumahan Rakyat No. 13/PRT/M/2015
tentang Rencana Strategis Kementerian
Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat
Tahun 2015-2019.

Oleh karena itu, pembangunan infrastruktur Bidang


Cipta Karya diarahkan untuk mendukung visi
Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat,
yaitu terwujudnya infrastruktur Pekerjaan Umum dan
Perumahan Rakyat yang handal dalam mendukung
Indonesia yang berdaulat, mandiri, dan berkepribadian
berlandaskan gotong royong.

Peraturan Presiden Republik Indonesia No. 2 Tahun 2015


tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah
Nasional Tahun 2015-2019 mengamanatkan beberapa hal
terkait dengan pembangunan infrastruktur Bidang Cipta
Karya, antara lain: tercapainya pengentasan permukiman
kumuh perkotaan menjadi 0%, tercapainya 100%

iv Rencana Strategis
pelayanan air minum bagi seluruh penduduk Indonesia, serta meningkatnya
akses penduduk terhadap sanitasi layak (air limbah domestik, sampah, dan
drainase lingkungan) menjadi 100% pada tingkat kebutuhan dasar.

Adapun pembangunan infrastruktur Bidang Cipta Karya menggunakan 3 (tiga)


pendekatan, yaitu membangun sistem, fasilitasi Pemerintah Daerah, serta
pemberdayaan masyarakat. Melalui 3 (tiga) pendekatan tersebut, diharapkan
target Gerakan Nasional 100-0-100 dapat tercapai.

Akhir kata, Direktorat Jenderal Cipta Karya akan berupaya penuh untuk
mewujudkan permukiman yang layak huni dan berkelanjutan, baik di perkotaan
maupun perdesaan, yang diselenggarakan tidak hanya oleh Pemerintah
semata, tetapi juga melalui kemitraan dengan berbagai pelaku pembangunan
infrastruktur permukiman.

DIREKTUR JENDERAL CIPTA KARYA

Dr. Ir. Andreas Suhono, M.Sc


NIP. 19570418198412001

DIREKTORAT JENDERAL CIPTA KARYA TAHUN 2015-2019 v


Surat Edaran
Direktur Jenderal Cipta Karya

Jakarta, 29 Juni 2016 e015

Kepada yang terhormat,


1. Sekretaris Direktorat Jenderal Cipta Karya;
2. Direktur Keterpaduan Infrastruktur Permukiman;
3. Direktur Pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum;
4. Direktur Pengembangan Penyehatan Lingkungan Permukiman;
5. Direktur Pengembangan Kawasan Permukiman;
6. Direktur Bina Penataan Bangunan;
7. Sekretaris BPPSPAM;
8. Kepala Dinas PU/Cipta Karya/Permukiman Provinsi/Kabupaten/Kota;
9. Kepala Satuan Kerja di Lingkungan Direktorat Jenderal Cipta Karya.

SURAT EDARAN
Nomor : 50/SE/Dc/2016

TENTANG
RENCANA STRATEGIS (RENSTRA) DIREKTORAT JENDERAL CIPTA KARYA TAHUN 2015-2019

Memperhatikan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat No. 13/PRT/M/2015 tentang
Rencana Strategis Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Tahun 2015-2019 yang telah
disusun sebagai dokumen perencanaan dan acuan penganggaran untuk periode lima tahun mendatang.

A. UMUM
Yang dimaksud dengan Rencana Strategis Direktorat Jenderal Cipta Karya, Kementerian Pekerjaan Umum
dan Perumahan Rakyat yang selanjutnya disebut Renstra Direktorat Jenderal Cipta Karya adalah dokumen
perencanaan Direktorat Jenderal Cipta Karya, Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat untuk
periode 5 (lima) tahun terhitung sejak tahun 2015 sampai dengan tahun 2019.

vi Rencana Strategis
B. DASAR HUKUM
1. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional;
2. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional
2005-2025;
3. Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang;
4. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan Permukiman;
5. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2002 tentang Bangunan Gedung;
6. Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah;
7. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah;
8. Peraturan Pemerintah Nomor 121 Tahun 2015 tentang Pengusahaan Sumber Daya Air;
9. Peraturan Pemerintan Nomor 122 Tahun 2015 tentang Penyelenggaraan Sistem Penyediaan Air Minum;
10. Peraturan Presiden Nomor 2 Tahun 2015 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Tahun
2015-2019;
11. Peraturan Presiden Nomor 165 Tahun 2014 tentang Penataan Tugas dan Fungsi Kabinet Kerja;
12. Peraturan Presiden Nomor 15 Tahun 2015 tentang Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan
Rakyat;
13. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Nomor 15/PRT/M/2015 tentang Organisasi
dan Tata Kerja Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat;
14. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Nomor 13/PRT/M/2015 tentang Rencana
Strategis Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Tahun 2015-2019.

C. MAKSUD DAN TUJUAN


Maksud Surat Edaran ini adalah sebagai acuan menyusun rencana kerja Direktorat Jenderal Cipta Karya
yang dijabarkan lebih lanjut oleh setiap Direktorat/Satminkal di lingkungan Direktorat Jenderal Cipta Karya
dalam penyusunan program 5 (lima) tahun.

Tujuan Surat Edaran ini adalah agar Renstra Direktorat Jenderal Cipta Karya dapat diacu secara konsisten
sehingga sasaran pembangunan infrastruktur bidang cipta karya dapat terpadu, efektif, efisien, dan
akuntabel dalam kerangka pencapaian tujuan pembangunan nasional.

D. RUANG LINGKUP RENSTRA DIREKTORAT JENDERAL CIPTA KARYA


Ruang lingkup Renstra Direktorat Jenderal Cipta Karya adalah sebagai berikut :
1. Kondisi umum, potensi, dan permasalahan bidang Cipta Karya;
2. Visi, misi, tujuan dan sasaran strategis Ditjen Cipta Karya;
3. Arah kebijakan dan strategi, kerangka regulasi dan kerangka kelembagaan;
4. Target kinerja dan kerangka pendanaan.

DIREKTORAT JENDERAL CIPTA KARYA TAHUN 2015-2019 vii


Surat Edaran
Direktur Jenderal Cipta Karya

E. PELAKSANAAN DAN PEMANTAUAN


Sekretaris Direktorat Jenderal Cipta Karya, Direktur Keterpaduan Infrastruktur Permukiman, Direktur
Pengembangan Kawasan Permukiman, Direktur Bina Penataan Bangunan, Direktur Pengembangan Sistem
Penyediaan Air Minum, Direktur Pengembangan Penyehatan Lingkungan Permukiman dan Sekretaris
BPPSPAM melakukan pemantauan terhadap pelaksanaan Renstra Direktorat Jenderal Cipta Karya 2015-2019.

F. HAL-HAL YANG PERLU DIPERHATIKAN DALAM PELAKSANAAN RENSTRA DIREKTORAT


JENDERAL CIPTA KARYA
1. Renstra Direktorat Jenderal Cipta Karya 2015-2019 merupakan penjuru bagi seluruh Unit Organisasi
di lingkungan Direktorat Jenderal Cipta Karya dalam menyusun berbagai dokumen perencanaan,
pemrograman dan penganggaran, serta evaluasi kinerja, seperti RENJA-KL, RKA-KL, dan LAKIP;
2. Renstra Direktorat Jenderal Cipta Karya 2015-2019 merupakan dokumen perencanaan Bidang Cipta
Karya untuk periode 5 (lima) tahun terhitung sejak tahun 2015 sampai dengan 2019.
3. Renstra Direktorat Jenderal Cipta Karya 2015-2019 merupakan acuan untuk menyusun Renja Direktorat
Jenderal Cipta Karya yang dijabarkan lebih lanjut oleh setiap Unit Organisasi Eselon II di Direktorat
Jenderal Cipta Karya ke dalam program tahunan masing-masing.
4. Perwujudan sasaran yang telah di tetapkan di dalam Renstra Direktorat Jenderal Cipta Karya 2015-2019
tersebut dicapai melalui pembiayaan yang bersumber dari dana pemerintah, dunia usaha, dan masyarakat.

Surat Edaran ini agar dilaksanakan dengan sebaik-baiknya dan atas perhatiannya, diucapkan terima kasih.

Ditetapkan di Jakarta,
pada tanggal 29 Juni 2016

DIREKTUR JENDERAL CIPTA KARYA

Dr. Ir. Andreas Suhono, M.Sc


NIP. 19570418198412001
Tembusan disampaikan kepada Yth.:
1. Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat;
2. Sekretaris Jenderal Kementerian Pekerjaan Umum Dan Perumahan Rakyat;
3. Kepala BPPSPAM;
4. Gubernur/Bupati/Walikota seluruh Indonesia.

viii Rencana Strategis


Penanganan Kawasan Lingkungan Permukiman, Karangwaru Yogyakarta
Sumber: Dokumentasi Ditjen Cipta Karya
DIREKTORAT JENDERAL CIPTA KARYA TAHUN 2015-2019 ix
Daftar Isi

KATA PENGANTAR ................................................................................................................................................................ iv


SURAT EDARAN DIREKTUR JENDERAL CIPTA KARYA ......................................................................................... vi

BAB 1 PENDAHULUAN ........................................................................................................................................................ 1


1.1 Kondisi Umum .............................................................................................. ................................................... 2
1.1.1 Kondisi Umum Infrastruktur Cipta Karya ................................................................................ 2
1.1.2 Kondisi Infrastruktur Cipta Karya per Sektor ......................................................................... 5
1.2 Potensi dan Permasalahan ........................................................................... ............................................... 13

BAB 2 VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN DITJEN CIPTA KARYA ........................................ .......................... 23
2.1 Visi .......................................................................................................................................................................... 24
2.2 Misi ......................................................................................................................................................................... 25
2.3 Tujuan .................................................................................................................................................................... 26
2.4 Sasaran Strategis .............................................................................................................................................. 26

BAB 3 ARAH KEBIJAKAN, STRATEGI, KERANGKA REGULASI DAN


KERANGKA KELEMBAGAAN ... ........................................................................................................................... 31
3.1 Arah Kebijakan dan Strategi Nasional ................................................................ .................................... 32
3.1.1 Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional 2005-2025 ............................. ....... 32
3.1.2 Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional 2015-2019 .......... .................... 33
3.2 Arah Kebijakan dan Strategi Ditjen Cipta Karya .................................................... ............................. 34
3.2.1 Kebijakan Umum Ditjen Cipta Karya ................................................................ ......................... 34
3.2.2 Kebijakan dan Strategi Pembangunan dan Pengembangan Permukiman ............ 46
3.2.3 Kebijakan dan Strategi Pembinaan Penataan Bangunan....................................... .......... 54
3.2.4 Kebijakan dan Strategi Penyediaan Air Minum ................................................... ................. 58
3.2.5 Kebijakan dan Strategi Pengembangan Penyehatan Lingkungan .............................. 62
3.3 Kerangka Regulasi ........................................................................................ ................................................... 67
3.4 Kerangka Kelembagaan ................................................................................. ............................................... 73

BAB 4 TARGET KINERJA DAN KERANGKA PENDANAAN ............................................... ................................. 81


4.1 Target Kinerja dalam RPJMN 2015-2019 ............................................................... .................................. 82
4.2 Sasaran Kinerja Ditjen Cipta Karya 2015-2019 ....................................................... ............................. 86
4.2.1 Rencana Strategis Pengembangan Kawasan Permukiman ................................... ......... 86
4.2.2 Rencana Strategis Bina Penataan Bangunan .......................................................... .............. 92
4.2.3 Rencana Strategis Sistem Penyediaan Air Minum ............................................... ............. 98
4.2.4 Rencana Strategis Pengembangan Penyehatan Lingkungan Permukiman ... ...... 108
4.2.5 Dukungan Manajemen ................................................................................ .................................. 116
BAB 5 PENUTUP................................................................................................... .................................................................... 126

x Rencana Strategis
DAFTAR TABEL
Tabel 1.1 Kinerja Ditjen Cipta Karya 2010-2014 .......................................................... ........................... 3
Tabel 2.1 Sasaran Program Rencana Strategis Ditjen Cipta Karya .................................. ................ 27
Tabel 3.1 Pendekatan Pembangunan Bidang Cipta Karya .......................................... ...................... 37
Tabel 3.2 Daftar 35 WPS ...................................................................................... ............................................ 39
Tabel 3.3 Sasaran Pembangunan Perkotaan Nasional RPJMN 2015-2019 ................................... 41
Tabel 3.4 Pembagian Kewenangan Pemerintah Pusat, Provinsi, dan Kab/Kota ................. ....... 69
Tabel 4.1 Rencana Pendanaan Renstra Ditjen Cipta Karya 2015-2019 ............................. ............. 83
Tabel 4.2 Sasaran Kegiatan Pengembangan Kawasan Permukiman ................................ ............. 87
Tabel 4.3 Sasaran Kegiatan Pembinaan Penataan Bangunan .............................................. ............. 92
Tabel 4.4 Sasaran Kegiatan Penyediaan Air Minum ................................................................ ............. 99
Tabel 4.5 Sasaran Kegiatan Penyehatan Lingkungan Permukiman .................................. ............. 109
Tabel 5.1 Strategi Pelaksanaan Bidang Cipta Karya ................................................................. ............. 127

DAFTAR GAMBAR
Gambar 1.1 Dukungan Ditjen Cipta Karya dalam Pengembangan Kota Hijau .............................. 4
Gambar 1.2 Cakupan Pelayanan Air Minum 2010-2014 ............................................... .......................... 10
Gambar 1.3 Cakupan Pelayanan Sanitasi 2010-2014 .................................................. ............................. 13
Gambar 1.4 Proyeksi Persentase Penduduk Perkotaan dan Perdesaan ............................ ................ 14
Gambar 1.5 Kontribusi PDRB per Pulau ................................................................... .................................... 14
Gambar 2.1 Peta Strategis Kementerian PUPR 2015-2019 ............................................. ....................... 24
Gambar 2.2 Sasaran Gerakan Nasional 100-0-100 .................................................................................... 27
Gambar 3.1 Arahan Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional 2005-2025 ........... ......... 32
Gambar 3.2 Peta Wilayah Pengembangan Strategis Kementerian PUPR .......................... ............... 38
Gambar 3.3 Strategi Pembiayaan Gerakan 100-0-100 ................................................. ............................ 43

DIREKTORAT JENDERAL CIPTA KARYA TAHUN 2015-2019 xi


Penataan Bangunan dan Lingkungan di Kampung Nelayan Hamadi, Jayapura
Sumber: Dokumentasi Ditjen Cipta Karya

xii Rencana Strategis


DIREKTORAT JENDERAL CIPTA KARYA TAHUN 2015-2019 1
Pendahuluan

1.1 KONDISI UMUM

1.1.1 Kondisi Umum Infrastruktur Cipta Karya


Untuk dapat mewujudkan bangsa yang mandiri, maju, adil, dan makmur seperti yang
dicita-citakan pada Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN) 2005-2025,
perlu adanya dukungan penyelenggaraan pembangunan Bidang Cipta Karya/Permukiman
yang handal. Berdasarkan RPJPN, pembangunan Bidang Cipta Karya berperan dalam
peningkatan sosial ekonomi masyarakat Indonesia antara lain dengan (i) mewujudkan kota
tanpa permukiman kumuh, (ii) mewujudkan lingkungan perkotaan dan perdesaan yang
sesuai dengan kehidupan yang baik, berkelanjutan, serta mampu memberikan nilai tambah
bagi masyarakat, serta (iii) pembangunan dan penyediaan air minum dan sanitasi yang
diarahkan untuk mewujudkan terpenuhinya kebutuhan dasar masyarakat serta kebutuhan
sektor-sektor terkait lainnya, seperti industri, perdagangan, transportasi, pariwisata, dan
jasa sebagai upaya mendorong pertumbuhan ekonomi.

Dalam mewujudkan cita-cita tersebut, Ditjen Cipta Karya dalam dekade terakhir telah
melaksanakan tugasnya dalam merumuskan serta melaksanakan kebijakan dan standarisasi
teknis bidang Cipta Karya. Berbagai program dan kegiatan telah diselenggarakan, bahkan
sebagian diantaranya telah melebihi target output pada RPJMN dan Renstra PU 2010-2014
(tabel 1.1).

Baiknya kinerja Ditjen Cipta Karya disertai dukungan para pemangku kepentingan,
menyebabkan cakupan pelayanan infrastruktur Cipta Karya yang terus meningkat. Hal
ini tercermin dari meningkatnya cakupan pelayanan air minum layak dari 47,7% pada
tahun 2009 menjadi 68,36% pada tahun 2014. Cakupan pelayanan infrastruktur sanitasi
yang layak juga mengalami peningkatan dari 51% pada tahun 2009 menjadi 61,04% pada
tahun 2014. Dengan kecenderungan yang ada, diperkirakan target Millenium Development
Goals pada tahun 2015 dapat tercapai, yakni 68,87% untuk air minum dan 62,41% untuk
sanitasi layak. Di samping itu, luas permukiman kumuh juga mengalami penurunan yang
signifikan dari 57.800 Ha pada tahun 2009 menjadi 38.431 Ha pada tahun 2014. Kondisi
ini menunjukan bahwa kegiatan pembangunan yang dilakukan Ditjen Cipta Karya telah
menunjukan kemajuan dalam hal kualitas lingkungan permukiman di tanah air menuju
kondisi permukiman yang layak huni dan berkelanjutan.

Pembangunan infrastruktur permukiman pada dasarnya dimaksudkan untuk mencapai 3


(tiga) strategic goals yaitu: a) meningkatkan pertumbuhan ekonomi kota dan desa, hal ini
dimaksudkan untuk meningkatkan peran pusat-pusat pertumbuhan ekonomi desa dan
meningkatkan akses infrastruktur bagi pertumbuhan ekonomi lokal; b) meningkatkan

2 Rencana Strategis
Tabel 1.1 Kinerja Ditjen Cipta Karya 2010-2014

CAPAIAN
TARGET
NO SASARAN STRATEGIS/ INDIKATOR KINERJA SATUAN TARGET % CAPAIAN
RENSTRA*
2010-2014**
A. MENINGKATNYA KUALITAS LAYANAN AIR MINUM DAN SANITASI PERMUKIMAN PERKOTAAN
1. Peningkatan Jumlah Pelayanan Air Minum
Kawasan MBR yang Terlayani Infrastruktur Air
Kwsn 1,277 1,975 155%
Minum
IKK yang Terlayani Infrastruktur Air Minum IKK 872 1,192 137%
Desa yang Terlayani Infrastruktur Air Minum Desa 10,142 10,714 106%
Kawasan Khusus yang Terlayani Infrastruktur Air
Kwsn 776 864 111%
Minum
2. Pembinaan Kemampuan Pemda/ PDAM
PDAM/Kab/
PDAM yang Memperoleh Pembinaan 505 540 107%
Kota
3. Peningkatan Jumlah Pelayanan Sanitasi
Kawasan yang Terlayani Infastruktur Air Limbah Kab/ Kota 13 13 100%
Dengan Sistem Off-Site dan Sistem On-Site Kwsn 921 2,330 253%
Kawasan yang Terlayani Infrastruktur Drainase
Kab/ Kota 236 253 107%
Perkotaan
Kabupaten/Kota yang Terlayani nfrastruktur
Stasiun Antara dan tempat Pemrosesan Akhir Kab/ Kota 425 394 93%
Sampah
Kawasan yang Terlayani Infrastruktur Tempat
Kwsn 376 376 100%
Pengelolaan Sampah Terpadu 3R
B. MENINGKATNYA KUALITAS KAWASAN PERMUKIMAN DAN PENATAAN RUANG
1. Pembangunan Rusunawa
Stasiun Unit Hunian Rumah Susun yang
TB 250 250 100%
Terbangun Beserta Infrastruktur Pendukungnya
2. Revitalisasi Kawasan Permukiman dan Penataan Bangunan
Kawasan yang Tertata Bangunan dan
Kwsn 1,355 1,361 101%
Lingkungannya
Kabupaten/Kota Mendapatkan Pengembangan
Kab/ Kota 316 377 119%
Bangunan Gedung Negara/Bersejarah
MENINGKATNYA KUALITAS INFRASTRUKTUR PERMUKIMAN PERDESAAN/KUMUH/NELAYAN DENGAN POLA
C.
PEMBERDAYAAN MASYARAKAT
Peningkatan Infrastruktur Permukiman
1. Desa 36,361 91,832 253%
Perdesaan/Kumuh/Nelayan
Kelurahan/Desa yang Mendapatkan
2. Pendampingan Pemberdayaan Sosial (P2KP/ Kel/Desa 10,999 11,066 101%
PNPM)
Desa Tertinggal Terbangun Infrastruktur
3. Desa 25,362 36,897 145%
Permukiman
Sumber : *)Lampiran PerMen PU No 20/PRT/M/2012 Tentang Perubahan Kedua atas Peraturan Menteri PU No 02/PRT/M/2010 tentang
Renstra Kementerian PU Tahun 2010-2014, **)LAKIP Es II Cipta Karya 2014

DIREKTORAT JENDERAL CIPTA KARYA TAHUN 2015-2019 3


Pendahuluan

Gambar 1.1 Dukungan Ditjen Cipta Karya dalam Pengembangan Kota Hijau

Green Building Green Waste

Green Open Spaces Green Water

kesejahteraan masyarakat, dimaksudkan untuk mengurangi kemiskinan dan memperluas


lapangan kerja; c) meningkatkan kualitas lingkungan, yang bermaksud untuk mengurangi
luas kawasan kumuh, meningkatkan kualitas penyelenggaraan penataan kawasan
permukiman dan meningkatkan pelayanan infrastruktur permukiman.

Untuk itu, pembangunan infrastruktur permukiman juga diarahkan untuk mendukung


pencapaian sasaran pembangunan nasional lainnya seperti penanggulangan kemiskinan,
pengembangan kota hijau, dan penataan kawasan strategis. Dalam hal penanggulangan
kemiskinan, Ditjen Cipta Karya turut berkontribusi dengan melaksanakan program
pemberdayaan masyarakat (P2KP, PPIP, Pamsimas, dan Sanimas), serta program pro rakyat
klaster 4 sesuai dengan Direktif Presiden RI. Dalam hal pengembangan kota hijau, Ditjen
Cipta Karya turut berperan dengan menginisasi penyelenggaraan green waste (TPA Sanitary
landfill dan TPST 3R), green water (IPA Reverse Osmosis dan Pamsimas), green building dan
green open space (revitalisasi kawasan). Ditjen Cipta Karya juga mendapatkan mandat
membangun infrastruktur permukiman pada kawasan strategis seperti daerah perbatasan
dan pulau-pulau kecil terluar. Pada kawasan tersebut telah dilaksanakan peningkatan
kualitas lingkungan permukiman serta pembangunan prasarana air minum dan sanitasi.

Dalam mendukung pembangunan infrastruktur permukiman, telah dilakukan upaya


pengaturan, pembinaan dan pengawasan dalam pengelolaan infrastruktur permukiman
untuk memastikan keterpaduan dan keberlanjutan infrastruktur terbangun. Dalam periode
2010-2014, Ditjen Cipta Karya turut berkontribusi dalam perumusan UU No 1/2011 tentang
Perumahan dan Kawasan Permukiman, dan UU No 20/2011 tentang Rumah Susun dan

4 Rencana Strategis
peraturan pelaksananya, serta terlibat dalam perumusan berbagai peraturan turunan UU
No 18/2008 tentang Pengelolaan Persampahan, dan UU No 28/2002 tentang Bangunan
Gedung. Upaya pembinaan dilakukan melalui pendampingan pemerintah daerah dalam
merumuskan NSPK daerah serta menyusun dokumen perencanaan seperti RPI2JM, RPKPP,
SSK, RISPAM dan RTBL. Untuk fungsi pengawasan, Ditjen Cipta Karya terus melakukan
monitoring secara berkala melalui pengembangan sistem informasi (e-Monitoring) dan
melakukan evaluasi tahunan dengan menyusun LAKIP.

1.1.2 Kondisi Infrastruktur Cipta Karya per Sektor


a. Pembangunan Permukiman
Pembangunan permukiman perkotaan menghadapi permasalahan rendahnya kualitas dan
kuantitas infrastruktur permukiman yang berakibat pada rendahnya kualitas permukiman
dan kualitas hidup penghuninya. Berdasarkan hasil identifikasi Ditjen Cipta Karya dan
Pemerintah Provinsi DKI Jakarta, diketahui bahwa luas permukiman kumuh di tanah
air mencapai 38.431 Ha yang tersebar di 4.108 kawasan. Tantangan dalam mengurangi
penduduk perkotaan yang tinggal di daerah kumuh berkaitan dengan masalah urbanisasi.
Pertumbuhan jumlah penduduk perkotaan yang tinggi tidak mampu diimbangi oleh
ketersediaan perumahan dan infrastruktur permukiman yang layak sehingga memicu
pertumbuhan jumlah penduduk yang tinggal di daerah kumuh dengan angka absolut
mencapai sekitar 9,6 juta rumah tangga pada tahun 2014. Di samping itu, penanganan
permukiman kumuh yang menjadi tugas dan wewenang pemerintah daerah (UU No.
1/2011) belum diimbangi dengan kemampuan pemerintah daerah dalam hal kapasitas
SDM dan pembiayaan. Penanganan permukiman kumuh memerlukan koordinasi lintas
sektor, sehingga diperlukan SK Bupati/Walikota tentang permukiman kumuh sebagai acuan
pemangku kepentingan dalam memadukan upaya penanganan permukiman kumuh. Pada
tahun 2014 baru 215 kabupaten/kota yang telah menerbitkan SK Kumuh.

Salah satu bentuk penanganan permukiman kumuh adalah dengan membangun rusunawa
yang sampai akhir tahun 2014 telah terbangun sebanyak 250 Twin Blok (TB) atau 24.730
unit. Dengan demikian total jumlah rusunawa yang dibangun oleh Kementerian Pekerjaan
Umum dan Perumahan Rakyat sebanyak 372,5 TB dan 3 menara yang terdiri dari 37.080
unit. Meskipun demikian, sampai akhir tahun 2013 baru sebanyak 129 TB atau sekitar
35 persen yang dihibahkan kepada Pemda. Padahal, pembangunan Rusunawa sebagai
mengurangi jumlah rumah tangga kumuh melalui permukiman kembali yang bertujuan
untuk mengatasi kekumuhan perkotaan. Upaya lain untuk penanganan permukiman
kumuh dilakukan melalui pembangun infrastruktur kawasan permukiman perkotaan di
814 kawasan.

DIREKTORAT JENDERAL CIPTA KARYA TAHUN 2015-2019 5


Pendahuluan

Dalam pembangunan kawasan permukiman perdesaan, kondisi saat ini lebih banyak
dihadapkan pada kebutuhan penyediaan infrastruktur permukiman terutama dalam
mendukung pembangunan kawasan perdesaan. Hingga tahun 2014, 68,85% dari 74.093
desa di Indonesia merupakan desa berkembang yang masih membutuhkan peningkatan
kualitas pelayanan infrastruktur permukiman (Bappenas, diolah dari Potensi Desa Tahun
2014). Bentuk bentuk program penanganan kawasan permukiman perdesaan selama ini
diarahkan pada upaya penanggulangan kemiskinan melalui pemberdayaan masyarakat
agar mampu mewujudkan pembangunan sarana dan prasarana permukiman maupun
prasarana pendukung kegiatan sosial dan ekonomi masyarakat perdesaan.

Penyelenggaraan permukiman khusus pada dasarnya adalah bagian dari penyelenggaraan


permukiman perkotaan dan perdesaan, tetapi memiliki karakter khusus yaitu berada di
kawasan perbatasan atau berada di kawasan rawan bencana. Permasalahan permukiman
perbatasan tidak terlepas dari permasalahan pembangunan perbatasan secara umum.
Kebijakan pembangunan perbatasan yang menempatkan kawasan perbatasan sebagai
area belakang dan sabuk pengaman semata telah menunjukkan perlunya perubahan
kebijakan dalam menangani kawasan perbatasan. Pembatasan pembangunan di kawasan
perbatasan mengakibatkan rendahnya kualitas dan kuantitas sarana dan prasarana di
kawasan ini dan semakin tingginya ketergantungan pada sarana dan prasarana yang
tersedia di negara tetangga. Mayoritas permukiman perdesaan yang berada di kawasan
perbatasan adalah permukiman yang sulit dijangkau dan memiliki akses pelayanan dasar
yang rendah. Selama ini bentuk penanganan permukiman pada kawasan perbatasan telah
dilakukan melalui peningkatan infrastruktur pada kawasan perdesaan dan kawasan khusus.

Untuk kegiatan pemberdayaan komunitas dalam penanggulangan kemiskinan, maka telah


dilaksanakan kegiatan penanggulangan kemiskinan melalui Program PNPM Mandiri, yang
dilaksanakan dalam bentuk P2KP (Program Penanggulangan Kemiskinan di Perkotaan)
yang dilaksanakan di 11.066 kelurahan di Indonesia. Kegiatan P2KP ini memadukan prinsip
tri-bina, yaitu bina fisik lingkungan, bina ekonomi, dan bina sosial masyarakat. Dengan
pendekatan tri-bina, kemiskinan perkotaan dapat dikurangi secara komprehensif.

Perkembangan permukiman di Indonesia juga tidak dapat dilepaskan dari kondisi rawan
bencana. Indonesia merupakan negeri yang rawan bencana alam karena berada di jalur
gunung berapi teraktif di dunia: Cincin Api Pasifik. Selain itu, Indonesia terdiri atas tiga
tumpukan lempeng benua yang hiperaktif, yaitu lempeng Austronesia, Asia, dan Pasifik,
yang menyebabkan Indonesia berada dalam lilitan sabuk api Pasifik. Mempertimbangkan
posisi ini tidak mengherankan apabila Indonesia sering menghadapi ancaman bencana
terutama ancaman bencana alam. Keadaan tersebut tidak dapat dihindari, tetapi jumlah

6 Rencana Strategis
PLPBK Desa Caturharjo, Kabupaten Bantul

Sumber: Dokumentasi Ditjen Cipta Karya

kerugian bencana dapat diminimalisir. Risiko bencana semakin besar apabila kawasan yang
mendapat ancaman bencana memiliki kerentanan yang tinggi dan kapasitas yang rendah.

Kejadian bencana yang pernah terjadi di Indonesia, terutama kejadian gempa dan
tsunami di Aceh pada tahun 2004 memberikan pelajaran berharga bagi Indonesia. Tidak
dipungkiri masih banyak ditemukan permukiman bahkan perkotaan yang dibangun pada
kawasan rawan bencana. Selain itu, pembangunan permukiman yang tidak terkendali
juga memengaruhi kualitas lingkungan sehingga menyebabkan terjadinya bencana
pada kawasan-kawasan yang sebelumnya relatif aman dari bencana. Masyarakat dan
pemerintah harus memiliki bekal pengetahuan dan keterampilan agar dapat melakukan
upaya-upaya pengurangan risiko bencana, baik dengan cara memperkecil ancaman
kawasan, mengurangi kerentanan kawasan (secara sosial, ekonomi, fisik, dan ekologi), serta
meningkatkan kapasitas kawasan yang terancam (aturan & kelembagaan; peringatan dini
dan kajian risiko; pendidikan; kesiapsiagaan; pengurangan risiko dasar).

b. Penataan Bangunan dan Lingkungan


UU No 28/2002 tentang Bangunan Gedung mengamanatkan bahwa bangunan gedung
harus diselenggarakan secara tertib, diwujudkan sesuai dengan fungsinya, serta dipenuhinya
persyaratan administratif dan teknis bangunan gedung. Sebagai operasionalisasi amanat

DIREKTORAT JENDERAL CIPTA KARYA TAHUN 2015-2019 7


Pendahuluan

ini, maka pemerintah daerah dituntut untuk menetapkan Perda Bangunan Gedung yang
mengatur penyelenggaraan bangunan gedung di daerah. Hingga tahun 2015, baru 327
kabupaten/kota yang telah menetapkan Perda Bangunan Gedung. Rendahnya angka
tersebut disebabkan instrumen pengaturan penyelenggaraan bangunan gedung dan
penataan bangunan belum dipahami oleh Pemda dan legislatif di daerah.

Akibatnya penyelenggaraan Bangunan Gedung di daerah kurang optimal, tercermin


dari rendahnya jumlah bangunan gedung yang ber-IMB; hanya 0,4% kabupaten/kota
yang telah melakukan pendataan bangunan gedung; hanya 3% kabupaten/kota yang
mengatur Sertifikat Laik Fungsi (SLF); dan hanya 2,9% kabupaten/kota yang terlayani
Tenaga Ahli Bangunan Gedung (TABG). Oleh karena itu, Ditjen Cipta Karya terus melakukan
pendampingan penyusunan Perda BG di beberapa kabupaten/kota.

UU Bangunan Gedung juga mengamanatkan pengembangan bangunan gedung hijau


sebagai perwujudan bangunan yang serasi dan ramah lingkungan. Saat ini baru 3 (tiga)
bangunan gedung negara yang berstatus bangunan gedung hijau, diantaranya gedung
Kementerian PU-PR. Pengembangan Bangunan Gedung Hijau perlu terus dikembangkan
untuk mengurangi konsumsi energi bangunan sebagai salah satu langkah mengurangi
emisi gas rumah kaca.

Pedestrian Kawasan Waean Expo, Kota Jayapura

Sumber: Dokumentasi Ditjen Cipta Karya

8 Rencana Strategis
Di samping penyelenggaraan bangunan gedung, Ditjen Cipta Karya juga turut mendukung
perluasan ruang terbuka hijau dan pelestarian bangunan pusaka melalui kegiatan
Revitalisasi Kawasan. Kegiatan ini bertujuan meningkatkan proporsi luas RTH publik yang
baru mencapai 12%, masih dibawah aturan UU Penataan Ruang yang mengamanatkan luas
ruang terbuka publik minimal 20% ditambah ruang terbuka privat minimal 10%. Revitalisasi
kawasan juga diarahkan pada upaya penataan lingkungan permukiman tradisional dan
bersejarah untuk mendukung pengembangan kota sebagai warisan dunia. Di masa yang
akan datang, program ini akan diintesifkan (upscaling) menjadi Program Pengembangan
Kota Hijau (P2KH) dan Kota Pusaka.

c. Pengembangan air minum
Proporsi rumah tangga dengan akses berkelanjutan terhadap sumber air terlindung di
daerah perkotaan dan perdesaan memperlihatkan peningkatan sejak tahun 1993. Pada tahun
2010-2014, Ditjen Cipta Karya telah membangun infrastruktur air minum dengan kapasitas
sebesar 34.319 liter/detik. Hal ini menyebabkan peningkatan cakupan pelayanan air minum
yang aman hingga mencapai 68,36% atau mendekati target sasaran MDGs sebesar 68,87%.
Meskipun demikian, pelayanan air minum melalui jaringan perpipaan masih sangat terbatas,
yaitu hanya 18% dimana sebagian besar berada di kawasan perkotaan. Kondisi ini disebabkan
infrastruktur yang ada belum dimanfaatkan secara optimal sehingga terdapat kapasitas
air yang tidak terpakai (idle capacity) sebesar 37.900 liter/detik. Idle capacity disebabkan
Pelayanan Air Minum Perpipaan Kel. Imbi, Kota Jayapura

Sumber: Dokumentasi Ditjen Cipta Karya

DIREKTORAT JENDERAL CIPTA KARYA TAHUN 2015-2019 9


Pendahuluan

Gambar 1.2 Cakupan Pelayanan Air Minum 2010-2014

85,0% 80,72%
79,34%
80,0% 76% 76,95%

75,0%
67,73% 68,36%
70,0%
65,05%
63,40%
65,0% 59,9%
60,0% 56,17% 56,09%
53,26% 53,39%
55,0% 52,15%

50,0% 46,61%

45,0%
40,0%
2010 2011 2012 2013 2014

Perkotaan Perdesaan Nasional

beberapa hal seperti menurunnya kapasitas air baku, tidak optimalnya kapasitas operasi unit
produksi, disamping masih banyaknya pemerintah daerah belum mengalokasikan anggaran
yang cukup untuk melakukan pemasangan pipa distribusi dan sambungan rumah. Di sisi lain,
SPAM bukan jaringan perpipaan berkembang sangat pesat dengan cakupan mencapai 18%,
namun perkembangannya masih memerlukan pembinaan. Di samping itu, dalam rangka
mencapai 100% akses aman, diperlukan daya dukung air baku yang cukup besar yaitu sebesar
SPAM IKK Aceh Besar, Provinsi NAD

Sumber: Dokumentasi Ditjen Cipta Karya

10 Rencana Strategis
128 m3/detik. Kondisi ini diperparah adanya pencemaran air, pengelolaan daerah tangkapan
air yang kurang baik, serta fenomena perubahan iklim.

Dari segi pendanaan, saat ini investasi air minum mengandalkan pendanaan pemerintah
daripada sumber pendanaan alternatif, seperti melalui skema KPS ataupun B to B (Business
to Business). PDAM belum berfungsi secara optimal karena belum efektifnya sistem
kelembagaan dan tarif air minum yang dibawah harga pokok produksi. Pada tahun 2014,
terdapat 182 PDAM dengan kinerja Sehat, 103 PDAM dengan kinerja Kurang Sehat, dan 74
PDAM sakit. Ditjen Cipta Karya telah mendorong perencanaan pembangunan infrastruktur
air minum melalui fasilitasi penyusunan RISPAM, yang sudah disusun di 468 kabupaten/
kota di Indonesia.

d. Penyehatan Lingkungan Permukiman


Pada tahun 2010-2014, Ditjen Cipta Karya telah mengembangkan infrastruktur sanitasi
pada 2.711 kawasan di seluruh Indonesia. Upaya ini turut mendorong peningkatan akses
terhadap prasarana air limbah yang layak sampai dengan tahun 2014 mencapai 61,04%
atau sekitar 152 juta jiwa. Saat ini, pengelolaan air limbah permukiman dilakukan dengan
berbasis masyarakat dan berbasis institusi. Pengelolaan air limbah berbasis masyarakat
dilakukan pada skala lingkungan dengan skema Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM)
untuk perdesaan dan Sanimas di perkotaan.

Dengan pendekatan tersebut diharapkan kesadaran masyarakat terhadap perilaku hidup


bersih dan sehat (PHBS) dapat meningkat. Di sisi lain, pengelolaan air limbah permukiman
berbasis institusi dilakukan pada skala kawasan dan kota melalui pembangunan Instalasi
Pengolahan Air Limbah (IPAL) dan Instalasi Pengolahan Lumpur Tinja (IPLT). Meskipun
demikian, cakupan pelayanan yang menggunakan IPAL terpusat skala kota baru mencapai
sekitar 3% dari penduduk nasional, dimana selebihnya masyarakat terlayani dengan
sistem komunal dan setempat. Salah satu tantangan utama dalam pembangunan sistem
pengelolaan air limbah terpusat adalah masih rendahnya komitmen pemerintah daerah
dalam mendanai operasional dan pemeliharaan infrastruktur terbangun serta pemasanagan
sambungan rumah. Di samping itu, kendala dalam pengembangan infrastruktur sanitasi
adalah kurangnya pemahaman masyarakat mengenai PHBS yang terkadang mengakibatkan
penolakan warga terhadap pembangunan infrastruktur sanitasi.

Kondisi eksisting drainase saat ini tercatat bahwa hanya 55,9% dari permukiman yang
memiliki akses menuju sistem penanganan limpasan air hujan (berupa saluran drainase)
dengan kondisi yang baik. Sedangkan, 14,49% permukiman memiliki akses terhadap sistem
penanganan limpasan air hujan yang memiliki kapasitas aliran yang kurang memadai, dan

DIREKTORAT JENDERAL CIPTA KARYA TAHUN 2015-2019 11


Pendahuluan

Instalasi Pengolahan Air Limbah Sewon, Kab. Bantul

Sumber: Dokumentasi Ditjen Cipta Karya

32,68% permukiman tidak terhubungkan dengan sistem penanganan limpasan air hujan.
Pada skala lingkungan, pengembangan drainase difokuskan pada kawasan kumuh dan
rawan genangan dengan pendekatan eco-drainage (drainase berwawasan lingkungan).
Sedangkan, untuk entitas kabupaten/kota penanganan limpasan air hujan dilakukan
dengan pembangunan sistem polder dan kolam retensi, serta normalisasi saluran.

Di bidang persampahan, cakupan pelayanan pada tahun 2014 berada pada tingkat
86.73%. Meskipun pada tahun 2010-2014 Ditjen Cipta Karya telah mengembangkan TPA
di 210 kabupaten/kota, namun kondisi ini belum sebanding dengan laju pertumbuhan
timbulan sampah dari penduduk perkotaan. Untuk membangun TPA baru, kendala utama
yang dihadapi adalah terbatasnya ketersediaan lahan. Sedangkan, beberapa TPA yang
ada sudah tidak mampu menampung sampah yang dihasilkan penduduk. Terlebih lagi
kondisi Tempat Pemrosesan Akhir yang tidak dikelola dengan baik, masih menggunakan
sistem open dumping, menyebabkan kerusakan lingkungan karena menghasilkan air lindi
(leachate) dan gas metana. Upaya pengurangan sampah dengan pembangunan tempat
pengelolaan sampah terpadu 3R (reduce, reuse, recycle) terus dikembangkan meskipun
masih terbatas dan memerlukan upaya berkelanjutan. Tantangan lainnya adalah belum
seluruh kabupaten/kota memiliki kelembagaan pengelola sampah, baik sebagai regulator
maupun sebagai operator.

12 Rencana Strategis
Gambar 1.3 Cakupan Pelayanan Sanitasi 2010-2014

90 86,73

85 80,5 80,5 80,5 79,8


80
75
70
65 60,91 61,4
57,35
60 55,54 55,6
55
50
45
40
2010 2011 2012 2013 2014

Air Limbah Permukiman Persampahan

1.2 POTENSI DAN PERMASALAHAN


Hingga saat ini pembangunan infrastruktur permukiman terus dilaksanakan secara intensif
dan terencana. Di samping kemajuan yang telah banyak diraih, ke depan masih banyak
tantangan yang perlu dihadapi dalam pelaksanaan dan penyelenggaraan pembangunan
infrastruktur permukiman, diantaranya adalah sebagai berikut:

a. Pertumbuhan Penduduk dan Urbanisasi


Pada tahun 2013, jumlah penduduk Indonesia mencapai lebih dari 247 juta jiwa (BPS, 2013).
Diperkirakan jumlah penduduk ini akan terus bertambah, tiap tahunnya bertambah 4 juta-
5 juta, atau setara dengan jumlah penduduk Singapura. Menyediakan sarana prasarana
permukiman untuk penduduk sebesar itu merupakan tantangan besar bagi Ditjen Cipta
Karya karena laju pertumbuhan infrastruktur harus ditingkatkan untuk mengimbangi laju
pertumbuhan jumlah penduduk.

Di samping itu, jumlah penduduk perkotaan di Indonesia cenderung meningkat. Saat ini
lebih dari separuh penduduk Indonesia tinggal di perkotaan dan proporsinya akan terus
bertambah di masa mendatang. Pesebaran penduduk Indonesia pun tidak merata. 57.5 %
dari total penduduk atau 140 juta jiwa tinggal di Pulau Jawa yang luasnya hanya 6.9% dari luas
daratan Indonesia. Hal ini menjadi tantangan untuk membangun prasarana permukiman
secara merata dan berkeadilan karena pengembangan infrastruktur permukiman dapat
memicu pertumbuhan ekonomi kawasan.

DIREKTORAT JENDERAL CIPTA KARYA TAHUN 2015-2019 13


Pendahuluan

Gambar 1.4 Proyeksi Persentase Penduduk Perkotaan dan Perdesaan

100
90
80
Percentage (%)

70
60
50
40
30
20
10
0
1960 1980 2000 2010 2025 2050
Perkotaan 14 22 42 54 68 85
Perdesaan 86 78 58 46 32 15

b. Ketimpangan Ekonomi Wilayah dan Kemiskinan


Di samping adanya ketimpangan persebaran penduduk, kesenjangan ekonomi antar
wilayah juga terjadi di Indonesia. Kontribusi kegiatan ekonomi di kawasan Sulawesi, Nusa
Tenggara, Maluku dan Papua terhadap PDRB nasional hanya 9.31 % (BPS, 2013), meskipun
kawasan timur Indonesia memiliki kekayaan alam yang luar biasa. Oleh karena itu,
pengembangan infrastruktur permukiman di kawasan timur Indonesia perlu diperhatikan
pemerintah pusat.
Gambar 1.5 Kontribusi PDRB Per Pulau

14 Rencana Strategis
Angka penduduk miskin di Indonesia, walaupun setiap tahun terus mengalami penurunan,
bisa dikatakan masih cukup besar, yaitu mencapai 28 juta jiwa (11,25% dari total penduduk
Indonesia). Faktor kemiskinan berpengaruh terhadap daya beli masyarakat terhadap
pelayanan air minum dan perumahan. Akibatnya, masyarakat berpenghasilan rendah
tinggal di kawasan permukiman kumuh yang memiliki tingkat kerentanan yang tinggi dan
aksesibilitas infrastruktur permukiman yang tidak memadai.

Padahal infrastruktur permukiman seperti air minum dan sanitasi mempunyai peranan
yang sangat penting dalam meningkatkan kesejahteraan dan produktivitas penduduk
sehingga dapat keluar dari jurang kemiskinan. Untuk itu, kebijakan pembangunan kawasan
permukiman haruslah memberdayakan masyarakat dan berkontribusi terhadap upaya
penanggulangan kemiskinan di tanah air.

c. Desentralisasi
Sejak diberlakukannya otonomi daerah, maka hampir semua lingkup tugas pelaksanaan
pembangunan di bidang ini merupakan tanggung jawab pemerintah kabupaten/kota.
Sedangkan pemerintah pusat berperan dalam pengaturan, pembinaan dan pengawasan
(TURBINWAS) serta tugas lain dalam upaya pencapaian sasaran pembangunan nasional dan
Standar Pelayanan Minimum. Hal ini kembali ditegaskan dalam Undang-Undang Nomor
23 Tahun 2014 tentang Pemerintah Daerah yang menyebutkan bahwa urusan perumahan
rakyat dan kawasan permukiman merupakan urusan pemerintahan wajib berkaitan dengan
pelayanan dasar yang menjadi kewenangan Pemerintah Daerah. Untuk itu, belanja daerah
diprioritaskan untuk mendanai urusan pemerintahan wajib dalam rangka pemenuhan
standar pelayanan minimal.

Namun, keterbatasan kapasitas yang dimiliki Pemda mengakibatkan ketergantungan daerah


terhadap pusat. Hal ini tercermin dari rendahnya kontribusi Pemda dalam penyediaan Dana
Daerah Untuk Urusan Bersama (DDUB). Padahal, pembangunan yang dilakukan Ditjen
Cipta Karya merupakan stimulan bagi pemerintah daerah untuk lebih memperhatikan
pengembangan infrastruktur permukiman. Selain itu, pembangunan ekspansif disertai
ego kedaerahan telah menyebabkan aktivitas eksploitasi lingkungan yang membahayakan
daya dukung kawasan/kota. Maka dari itu, kebijakan yang disusun perlu mendorong peran
dan kapasitas pemerintah daerah dalam mengembangkan infrastruktur permukiman yang
lebih hijau di daerah masing-masing.

d. Pencemaran lingkungan dan perubahan iklim


Kurangnya kesadaran masyarakat dengan paradigma not in my back yard (NIMBY) telah
menyebabkan sampah dan air limbah yang belum diolah mengalir ke badan air sehingga

DIREKTORAT JENDERAL CIPTA KARYA TAHUN 2015-2019 15


Pendahuluan

terjadi pencemaran. Akibatnya air permukaan tidak bisa lagi digunakan sebagai air baku.
Untuk mengatasi masalah ini, pembangunan fisik infrastruktur saja tidak dapat menyelesaikan
permasalahan secara menyeluruh, tetapi juga diperlukan adanya perubahan sikap masyarakat
yang sadar akan perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS).

Perubahan iklim merupakan suatu tantangan yang nyata terutama bagi negara kepulauan
seperti Indonesia. Perubahan iklim global yang disebabkan emisi gas rumah kaca
mempengaruhi siklus air sehingga memperpanjang kemarau dan meningkatkan intesitas
hujan serta menaikan permukaan laut sehingga meningkatkan kerawanan kekeringan
dan banjir. 70% emisi gas rumah kaca berasal dari kawasan perkotaan, salah satunya
berasal TPA Open Dumping yang menghasilkan gas metana (CH4). Bangunan gedung
menggunakan 40% dari energi global, dan menghasilkan emisi pada tahap konstruksi dan
operasi. Perubahan iklim perlu diantisipasi melalui tindakan adaptasi dan mitigasi agar bisa
meminimalisir bencana alam yang dipicu perubahan iklim.

e. Reformasi Birokrasi
Dalam pembangunan prasarana bidang Cipta Karya, untuk mencapai hasil yang optimal
diperlukan sistem kelembagaan yang dapat berfungsi sebagai motor penggerak dalam
meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Upaya peningkatan kapasitas kelembagaan
ini dilakukan melalui reformasi birokrasi untuk mempercepat tercapainya tata kelola
pemerintahan yang baik serta peningkatan pelayanan pemerintah terhadap masyarakat.
Berdasarkan Peraturan Presiden Nomor 81 Tahun 2010 tentang Grand Design Reformasi
Birokrasi Nasional 2010 - 2025 dan Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur
Negara Nomor 20 Tahun 2010 tentang Road Map Reformasi Birokrasi Tahun 2010 - 2014, maka
diamanatkan seluruh Kementerian, Lembaga dan Pemerintah Daerah untuk melakukan
Reformasi Birokrasi.

Upaya perbaikan birokrasi di lingkungan Direktorat Jenderal Cipta Karya telah dimulai
sejak tahun 2005. Pembenahan yang dilakukan adalah menyangkut 3 (tiga) pilar birokrasi,
yaitu kelembagaan, ketatalaksanaan, dan Sumber Daya Manusia (SDM). Ke depan, sistem
birokrasi Kementerian PUPR perlu terus dibenahi untuk memastikan penyelenggaraan
pembangunan infrastruktur berjalan secara efektif, efisien, akuntabel, dan responsif.

f. Sustainable Development Goals/Global Goals



Tujuan Pembangunan Millenium (MDGs) merupakan arahan internasional mengenai
upaya peningkatan kesejahteraan masyarakat di seluruh dunia yang perlu dicapai pada
tahun 2015. Ditjen Cipta Karya mempunyai tugas penting dalam pencapaian MDGs,
terutama untuk memenuhi sasaran 7C yaitu menurunkan hingga setengahnya proporsi

16 Rencana Strategis
Pembinaan Kepegawaian di Lingkungan Ditjen Cipta karya

Sumber: Dokumentasi Ditjen Cipta Karya

rumah tangga tanpa akses berkelanjutan terhadap sumber air minum layak dan fasilitas
sanitasi dasar layak hingga tahun 2015 serta sasaran 7D yaitu Mencapai peningkatan yang
signifikan dalam kehidupan penduduk miskin di permukiman kumuh pada tahun 2020.
Berbagai kebijakan dan strategi telah dirumuskan sebagai dasar pelaksanaan program
pembangunan untuk memenuhi target MDGs pada setiap entitas wilayah.

Kurun waktu pencapaian target MDGs adalah tahun 2015, dan setelah itu akan dilanjutkan
dengan agenda pembangunan global yang baru. Presiden Indonesia telah ditunjuk oleh
Sekretaris Jenderal PBB untuk menjadi Co-Chair dalam Panel Tingkat Tinggi (High Level
Panel of Eminent Person) yang bertugas memberikan rekomendasi kerangka kerja agenda
pembangunan global pasca-2015. Laporan panel tersebut mengindikasikan 12 tujuan
universal, dimana salah satunya adalah penyediaan akses universal air minum dan sanitasi.
Arahan internasional lainnya seperti Konferensi Rio+20 juga mengamanatkan penyediaan
akses air minum dan sanitasi yang layak dan terjangkau serta pengembangan permukiman
dan perkotaan berkelanjutan, sebagai bagian tak terpisahkan dari upaya pengurangan
kemiskinan.

Pada 25 September 2015, United Nations Sustainable Development Summit menetapkan


The 2030 Agenda for Sustainable Development yang mencakup 17 Sustainable Development
Goals (SDGs). Terdapat 2 (dua) Global Goals yang berkaitan langsung dengan Ditjen Cipta
Karya, yaitu SDGs Goal 6 Menjamin ketersediaan dan pengelolaan berkelanjutan air dan
sanitasi bagi semua; dan SDGs Goal 11 Mewujudkan perkotaan dan kawasan permukiman
yang inklusif, aman, berketahanan, dan berkelanjutan.

DIREKTORAT JENDERAL CIPTA KARYA TAHUN 2015-2019 17


Pendahuluan

Pengarusutamaan Gender pada Pembangunan Infrastruktur Permukiman

Sumber: Dokumentasi Ditjen Cipta Karya

g. Pengarusutamaan Gender
Gender adalah perbedaan-perbedaan sifat, peranan, fungsi dan status antara laki-laki dan
perempuan yang bukan berdasarkan pada perbedaan biologis, tetapi berdasarkan sosial
budaya yang dipengaruhi oleh struktur masyarakat yang luas. Dalam mewujudkan keadilan
dan kesetaraan gender, Pemerintah Indonesia mendorong pengarusutamaan gender di
setiap bidang pembangunan nasional, termasuk di antaranya dalam bidang Cipta Karya.
Instruksi Presiden Nomor 9 Tahun 2000 tentang Pengarusutamaan Gender mengamanatkan
semua Kementerian, dan Lembaga, Pemerintah Daerah Provinsi, Kabupaten, dan Kota
untuk melaksanakan pengarusutamaan gender, sehingga seluruh proses penyusunan
perencanaan, pelaksanaan, monitoring dan evaluasi dari seluruh kebijakan, program dan
kegiatan di seluruh sektor pembangunan mempertimbangkan aspek gender. Kementerian
Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat berkomitmen untuk mendukung kebijakan
tersebut dengan membentuk Tim Pokja IV Kegiatan Pengarusutamaan Gender Direktorat
Jenderal Cipta Karya dan BPPSPAM No. 108/KPTS/DC/2015.

Penyelenggaraan pembangunan bidang Cipta Karya yang ada saat ini pada umumnya
bersifat netral gender, tanpa membedakan kelompok sasaran pelaku dan penerima manfaat
pembangunan. Meskipun demikian, infrastruktur Cipta Karya ternyata memiliki pengaruh
yang sangat penting terhadap peningkatan kesejahteraan wanita dan anak. Sebagai contoh,
dengan adanya akses terhadap air bersih maka ibu rumah tangga dapat mengumpulkan
air dalam jarak yang dekat. Di samping itu, kesehatan anak-anak juga terjaga sehat dan
terhindar dari penyakit diare karena memiliki akses terhadap sanitasi yang layak. Program
pemberdayaan masyarakat juga turut melibatkan perempuan, orang tua, dan difable pada

18 Rencana Strategis
proses perencanaan sehingga prasarana permukiman dapat dimanfaatkan oleh seluruh orang
tanpa diskriminasi. Ke depan, upaya pengarusutamaan gender perlu didorong dalam setiap
perumusan kebijakan dan perencanaan sehingga menjamin pembangunan yang inklusif.

h. Standar Pelayanan Minimal


Sejalan dengan upaya peningkatan pelayanan pemerintah yang diharapkan semakin baik,
Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat telah menetapkan Peraturan Menteri
PU Nomor 01/PRT/M/2014 tentang Standar Pelayanan Minimal Bidang Pekerjaan Umum dan
Penataan Ruang. SPM ini merupakan ketentuan tentang jenis dan mutu pelayanan dasar
yang menjadi kewajiban daerah yang berhak diperoleh setiap warga secara minimal. SPM
bidang Cipta Karya diselenggarakan pemerintah Kabupaten/Kota yang meliputi pelayanan
penyediaan air minum, penyediaan sanitasi, penataan bangunan dan lingkungan, serta
penanganan permukiman kumuh perkotaan.

Ke depan, Ditjen Cipta Karya akan terus mendorong kemandirian Pemerintah Daerah
untuk mencapai target SPM. Kegiatan pembangunan yang dilakukan Ditjen Cipta Karya
merupakan stimulan bagi pemerintah daerah untuk meningkatkan komitmennya dalam
pembangunan infrastruktur permukiman. Pemerintah Daerah juga dituntut untuk memiliki
basis data SPM sebagai dasar perencanaan pembangunan.

Meskipun berbagai tantangan perlu dihadapi dalam penyelenggaraan pembangunan


permukiman di tanah air, beberapa potensi dan peluang perlu dimanfaatkan untuk
mewujudkan permukiman layak huni dan berkelanjutan. Potensi dan peluang itu antara
lain:
i. Pertumbuhan ekonomi makro dan peningkatan daya saing
Saat ini, Indonesia dapat dikategorikan sebagai negara berpendapatan menengah
(Middle Income Country) dengan pertumbuhan ekonomi 5,8% (2013) dan pendapatan
per kapita sebesar USD 3.500 per tahun. Kemajuan dalam pertumbuhan ekonomi
ini ditopang oleh stabilitas yang tetap terpelihara. Inflasi dapat dikendalikan dalam
batas yang aman sedangkan defisit anggaran tetap terjaga di bawah 3 persen. Hal
ini menunjukkan bahwa secara rata-rata kinerja perekonomian Indonesia cukup baik.
Namun, untuk menjadi negara berpendapatan tinggi pada tahun 2030 dan keluar dari
Middle Income Trap, maka perekonomian nasional dituntut tumbuh rata-rata antara 6
8 persen per tahun. Diberlakukannya The ASEAN Community di tahun 2015 di satu
pihak akan menciptakan peluang yang lebih besar bagi perekonomian nasional, tetapi
di lain pihak juga menuntut daya saing perekonomian nasional yang lebih tinggi.
Ketersediaan infrastruktur merupakan salah satu faktor utama untuk mendukung
peningkatan kemajuan ekonomi dan peningkatan daya saing.

DIREKTORAT JENDERAL CIPTA KARYA TAHUN 2015-2019 19


Pendahuluan

ii. Keterpaduan Pembangunan Berbasis Penataan Ruang


Pada tahun 2015, tercatat 25 provinsi, 329 kabupaten dan 84 kota yang sudah memiliki
Peraturan Daerah tentang Rencana Tata Ruang Wilayah. Perda RTRW memuat arahan
pengembangan struktur ruang dan pola ruang. Infrastruktur Cipta Karya seperti sistem
air minum, persampahan, air limbah permukiman dan drainase merupakan unsur
pembentuk struktur ruang yang diatur dalam RTRW. Selain itu, RTRW juga mengarahkan
pengembangan Kawasan Strategis Provinsi/Kabupaten/Kota sebagai kawasan prioritas
pembangunan di daerah.

RTRW memudahkan keterpaduan pembangunan infrastruktur Cipta Karya di


setiap entitas wilayah, baik skala regional, kabupaten/kota, kawasan, maupun skala
komunitas/lingkungan. Dengan mengacu pada RTRW, outcome dari pembangunan
infrastruktur permukiman akan lebih terasa oleh masyrakat, serta lebih tepat sasaran
dalam mendukung kegiatan ekonomi lokal sekaligus mengurangi permukiman kumuh.

Dalam Renstra Kementerian PU-PR 2015-2019 telah ditetapkan 35 Wilayah


Pengembangan Strategis (WPS) sebagai arahan pengembangan wilayah dan basis
perencanaan keterpaduan infrastruktur PUPR. Lokasi WPS tersebar di seluruh Indonesia
yaitu 6 WPS di Pulau Sumatera, 5 WPS di Kepulauan Bali-Nusa Tenggara, 5 WPS di Pulau
Sulawesi, 4 WPS di Pulau Kalimantan, 2 WPS di Kepulauan Maluku, dan 4 WPS di Pulau
Papua.

iii. Partisipasi Dunia Usaha dalam pendanaan pembangunan


Dalam mewujudkan permukiman layak huni dan berkelanjutan, peran para pemangku
kepentingan penting untuk dikembangkan. Terutama terkait pendanaan, dimana
pemerintah memiliki keterbatasan untuk memenuhi kebutuhan infrastruktur
permukiman di tanah air. Sektor swasta yang dapat berkontribusi dalam pendanaan
pembangunan infrastruktur Cipta Karya. Untuk program yang bersifat cost-recovery,
sektor swasta dapat dilibatkan dalam skema Kerjasama Pemerintah dan Swasta (KPS)
maupun skema business to business dengan PDAM. Selain itu, untuk program non cost-
recovery, dunia usaha dapat mengembangkan infrastruktur permukiman sebagai bentu
Corporate Social Responsibility (CSR). Ke depan, potensi pendanaan dari dunia usaha
perlu terus dikembangkan sehingga beban pendanaan pemerintah dapat berkurang.

iv. Pemberdayaan masyarakat


Masyarakat merupakan stakeholder terpenting, karena pembangunan infrastruktur
Cipta Karya bertujuan menyediakan pelayanan kepada masyarakat untuk peningkatan
kesejahteraan. Untuk itu, masyarakat perlu diberdayakan sebagai subjek dari

20 Rencana Strategis
pembangunan infrastruktur di lingkungan komunitasnya. Masyarakat lokal sebagai
penerima manfaat dari kegiatan pembangunan, tentu lebih memahami kondisi setempat
dan kebutuhannya akan infrastruktur permukiman. Dengan menyediakan kesempatan
bagi masyarakat untuk mengungkapkan prioritas dan kebutuhan mereka, maka akar
permasalahan dapat diidentifikasi dan pada akhirnya akan menghasilkan program
pembangunan infrastruktur permukiman yang tepat. Di samping itu, masyarakat juga
merupakan pengoperasi, dan pemelihara infrastruktur yang telah terbangun. Sumber
daya lokal pun dapat dimobilisasi dalam pembangunan infrastruktur permukiman,
sehingga mengurangi beban pendanaan pemerintah daerah.

Partisipasi masyarakat dalam pembangunan infrastruktur permukiman merupakan


salah satu amanat dari UU No. 1 Tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan
Permukiman. Dalam peraturan tersebut dinyatakan bahwa penyelenggaraan
perumahan dan kawasan permukiman dilakukan oleh Pemerintah dan pemerintah
daerah dengan melibatkan peran masyarakat, baik dalam proses perencanaan,
pelaksanaan, pengawasan, maupun evaluasi.
Kawasan Permukiman Nelayan-Kampung Nelayan Beting, Pontianak

Sumber: Dokumentasi Ditjen Cipta Karya

DIREKTORAT JENDERAL CIPTA KARYA TAHUN 2015-2019 21


Kegiatan PISEW-Pembangunan Jalan Beton, Kab. Landak
Sumber: Dokumentasi Ditjen Cipta Karya

22 Rencana Strategis
DIREKTORAT JENDERAL CIPTA KARYA TAHUN 2015-2019 23
Visi, Misi, Tujuan & Sasaran
Ditjen Cipta Karya

2.1 VISI
Guna mewujudkan visi pembangunan nasional pada periode 2015-2019 yaitu menjadi Indonesia
yang berdaulat, mandiri dan bekepribadian berlandaskan gotong royong melalui pembangunan
nasional yang lebih cepat, kuat, inklusif serta berkelanjutan, maka Kementerian Pekerjaan Umum
dan Perumahan Rakyat menjabarkan visi, misi, tujuan serta sasaran strategis untuk mendukung
perwujudan visi pembangunana nasional. Adapun visi Kementerian Pekerjaan Umum dan
Perumahan Rakyat pada periode tahun 2015-2019 adalah Terwujudnya Infrastruktur Pekerjaan
Umum dan Perumahan Rakyat yang Handal dalam Mendukung Indonesia yang Berdaulat,
Mandiri, dan Berkepribadian Berlandaskan Gotong Royong.

Pencapaian visi Kementerian PUPR dijabarkan ke dalam 5 (lima) misi dimana terdapat 2 (dua) misi
yang diamanatkan kepada Direktorat Jenderal Cipta Karya. Adapun kedua misi tersebut adalah
sebagai berikut:
1. Mempercepat pembangunan infastruktur permukiman dan perumahan rakyat untuk
mendukung layanan infrastruktur dasar yang layak dalam rangka mewujudkan kualitas hidup
manusia Indonesia sejalan dengan prinsip infrastruktur untuk semua; dan
2. Mempercepat pembangunan infrastruktur pekerjaan umum dan perumahan rakyat secara
terpadu dari peinggiran didukung industri konstruksi yang berkualitas untuk keseimbangan
pembangunan antardaerah, terutama di kawasan tertinggal, kawasan perbatasan, dan
kawasan perdesaan, dalam kerangka NKRI.

Gambar 2.1 Peta Strategi Kementerian PUPR 2015-2019


Costumers/Stakeholders
Internal Process
Learning &
Growth

Sumber: Rencana Strategis Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Tahun 2015-2019

24 Rencana Strategis
Berdasarkan Renstra Kementerian PU-PR 2015-2019, sasaran strategis yang fokus perhatian Ditjen
Cipta Karya adalah meningkatnya kualitas dan cakupan pelayanan infrastruktur permukiman di
perkotaan dan perdesaan. Adapun indikator kinerja outcome Direktorat Jenderal Cipta Karya
meliputi:
1. Meningkatnya kontribusi terhadap pemenuhan kebutuhan air minum bagi masyarakat.
2. Meningkatnya kontribusi terhadap pemenuhan kebutuhan hunian dan permukiman yang
layak.
3. Meningkatnya kontribusi terhadap pemenuhan akses sanitasi bagi masyarakat.

Berdasarkan visi, misi dan indikator kinerja outcome yang telah dijabarkan, visi Direktorat Jenderal
Cipta Karya Tahun 2015-2019 adalah:

Terwujudnya permukiman perkotaan dan perdesaan yang layak huni dan berkelanjutan
melalui penyediaan infrastruktur bidang keciptakaryaan yang terpadu dan inklusif melalui
pengembangan kawasan permukiman, pembinaan penataan bangunan, pengembangan
sistem penyediaan air minum dan pengembangan penyehatan lingkungan permukiman.

2.2 MISI
Berdasarkan arahan kebijakan serta memperhatikan peluang dan tantangan yang ada dalam
pembangunan infrastruktur permukiman, maka misi yang akan dicapai oleh Direktorat Jenderal
Cipta Karya dalam periode lima tahun ke depan adalah:
1. Melaksanakan fungsi pengaturan, pembinaan, dan pengawasan dalam bidang Cipta Karya
dengan mengedepankan prinsip keterpaduan, inklusifitas, dan berkelanjutan.
2. Melaksanakan keterpaduan pembangunan infrastruktur permukiman serta penataan
bangunan dan lingkungan berdasarkan penataan ruang dan Wilayah Pengembangan
Strategis (WPS).
3. Menyediakan infrastruktur air minum dan sanitasi di perkotaan dan perdesaan dalam rangka
pemenuhan target RPJMN 2015-2019.
4. Meningkatkan kemandirian pemerintah daerah serta mendorong kemitraan dengan
masyarakat dan dunia usaha dalam penyelenggaraan pembangunan infrastruktur
permukiman.
5. Mewujudkan organisasi yang efisien, tata laksana yang efektif dan SDM yang profesional
dengan menerapkan prinsip good governance.

DIREKTORAT JENDERAL CIPTA KARYA TAHUN 2015-2019 25


Visi, Misi, Tujuan & Sasaran
Ditjen Cipta Karya

2.3 TUJUAN
Tujuan dalam Rencana Strategis Direktorat Jenderal Cipta Karya merupakan penjabaran visi dan
sasaran strategis yang hendak dicapai dalam rangka mencapai sasaran nasional yang tertuang
dalam RPJMN 2015-2019. Selain itu, tujuan Direktorat Jenderal Cipta Karya merupakan penjabaran
dari tujuan Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat yaitu menyelenggarakan
infrastruktur Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat dengan tingkat kondisi ketersediaan,
keterpaduan, serta kualitas dan cakupan pelayanan yang produktif dan cerdas, berkeselamatan,
mendukung kesehatan masyarakat, menyeimbangkan pembangunan, memenuhi kebutuhan
dasar, serta berkelanjutan yang berasaskan gotong royong guna mencapai masyarakat yang
lebih sejahtera.

Pencapaian tujuan Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat perlu didukung oleh
setiap satminkal di lingkungan kementerian salah satunya Direktorat Jenderal Cipta Karya. Dalam
pencapaian tujuan tersebut, dukungan Ditjen Cipta Karya adalah melalui penyelenggaraan
pembangunan bidang pekerjaan umum dan perumahan rakyat untuk mendukung layanan
infrastruktur dasar yang layak guna mewujudkan kualitas hidup manusia Indonesia sejalan
dengan prinsip infrastruktur untuk semua.

Berdasarkan arahan tersebut, tujuan Direktorat Jenderal Cipta Karya 2015-2019 adalah:
Penyelenggaraan dukungan layanan infrastruktur dasar permukiman yang berkualitas
dengan prinsip infrastruktur untuk semua melalui pembangunan yang terpadu, inklusif dan
berkelanjutan.

2.4 SASARAN STRATEGIS


Setelah mencapai target Millennium Development Goals (MDGs) tahun 2015, target SDGs adalah
memastikan ketersediaan dan pengelolaan air serta sanitasi berkelanjutan bagi semua orang,
juga membangun kota dan permukiman warga yang inklusif, aman, dan kukuh. Target tersebut
merupakan tantangan berat Indonesia di bidang infrastruktur permukiman adalah memberikan
akses air minum 100%, mengurangi kawasan kumuh hingga 0%, dan menyediakan akses sanitasi
layak 100% untuk masyarakat Indonesia. Target tersebut lebih dikenal sebagai Gerakan Nasional
100-0-100 sebagai aktualisasi visi Direktorat Jenderal Cipta Karya Kementerian Pekerjaan
Umum dan Perumahan Rakyat dalam mewujudkan permukiman layak huni dan berkelanjutan.
Ditjen Cipta Karya bertekad bekerja tidak sekedar business as usual, tidak bisa hanya bekerja
berbasis output tanpa penyempurnaan perangkat dan melakukan terobosan. Perlu dilakukan
perbaikan baik dari segi fungsi, teknis, kualitas/mutu, administrasi, dan kelembagaan dalam
penyelenggaraan pembangunan infrastruktur permukiman. Dalam penyelenggaraan gerakan
100-0-100, Ditjen Cipta Karya akan melibatkan semua pemangku kepentingan, baik pemerintah
daerah, dunia usaha, maupun masyarakat, mengingat target yang sangat tinggi dan kebutuhan
dana yang sangat besar.

26 Rencana Strategis
Gambar 2.2 Sasaran Gerakan Nasional 100-0-100

Untuk mewujudkan tujuan tersebut, maka sasaran strategis Ditjen Cipta Karya adalah sebagai
berikut:
1. Meningkatnya kontribusi terhadap pemenuhan kebutuhan air minum bagi masyarakat,
dengan indikator persentase peningkatan cakupan pelayanan akses air minum;
2. Meningkatnya kontribusi terhadap pemenuhan kebutuhan hunian dan permukiman yang
layak, dengan indikator persentase penurunan luasan permukiman kumuh perkotaan;
3. Meningkatnya kontribusi terhadap pemenuhan akses sanitasi bagi masyarakat, dengan
indikator persentase peningkatan cakupan pelayanan akses sanitasi.

Tabel 2.1 Sasaran Program Rencana Strategis Ditjen Cipta Karya

TARGET
INDIKATOR KINERJA SATUAN
2015 2016 2017 2018 2019 TOTAL
1 Meningkatnya kontribusi terhadap pemenuhan kebutuhan air minum bagi masyarakat
Persentase peningkatan
cakupan pelayanan akses air % 73,7 78,8 84,8 92,1 100 100
minum
2 Meningkatnya kontribusi terhadap pemenuhan kebutuhan hunian dan permukiman yang layak
Persentase penurunan luasan
% 8 6 4 2 0 0
permukiman kumuh perkotaan
3 Meningkatnya kontribusi terhadap pemenuhan akses sanitasi bagi masyarakat
Persentase peningkatan
cakupan pelayanan akses % 64 72 85 92 100 100
sanitasi

DIREKTORAT JENDERAL CIPTA KARYA TAHUN 2015-2019 27


Program PISEW- Pembangunan Tambatan Perahu, Bangka
Sumber: Dokumentasi Ditjen Cipta Karya

Sesuai RPJMN 2015-2019, Ditjen Cipta Karya memberikan fasilitasi pembangunan prasarana dan
sarana dasar permukiman seperti air minum, sanitasi, jalan lingkungan dan peningkatan kualitas
permukiman. Pelaksanaan pembangunan prasarana dan sarana dasar permukiman tersebut juga
dilaksanakan dengan model pemberdayaan yang melibatkan masyarakat sejak perencanaan
hingga operasional dan pemeliharaan infrastruktur.

Khusus untuk penanganan kumuh, akan diprioritaskan pada kawasan-kawasan permukiman


kumuh di kawasan strategis kabupaten/kota dan kabupaten/kota KSN yang akan ditangani
secara terpadu sehingga dapat menjadi kawasan pemukiman yang layak huni dan berkelanjutan.

28 Rencana Strategis
Sedangkan untuk air minum dan sanitasi akan dilaksanakan dengan pendekatan entitas yang
diprioritaskan pada kawasan regional dan daerah-daerah rawan air/sanitasi. Dalam bidang
penataan bangunan, program perlu difokuskan pada upaya pengaturan untuk menjamin
keandalan bangunan gedung serta peningkatan kualitas kawasan di kota pusaka dan kota hijau.
Sesuai arahan RPJMN, Ditjen Cipta Karya juga dituntut untuk mengembangkan infrastruktur
perdesaan. Pencapaian sasaran tersebut terjabarkan ke dalam pengembangan jaringan
infrastruktur penunjang kegiatan produksi di kawasan perdesaan dan kota-kota kecil terdekat
dalam upaya menciptakan keterkaitan fisik, sosial dan ekonomi yang saling komplementer dan
saling menguntungkan.

DIREKTORAT JENDERAL CIPTA KARYA TAHUN 2015-2019 29


Pembangunan Infrastruktur Permukiman untuk Mendukung Sail Tomini
Sumber: Dokumentasi Ditjen Cipta Karya
30 Rencana Strategis
DIREKTORAT JENDERAL CIPTA KARYA TAHUN 2015-2019 31
Arah Kebijakan, Strategi, Kerangka Regulasi,
dan Kerangka Kelembagaan

3.1 ARAH KEBIJAKAN DAN STRATEGI NASIONAL

3.1.1 Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional 2005-2025


Sesuai Undang-Undang No 17 Tahun 2007, visi Rencana Pembangunan Jangka Panjang
Nasional 2000-2025 adalah untuk mewujudkan INDONESIA YANG MANDIRI, MAJU, ADIL DAN
MAKMUR. RPJPN 2005-2025 dilaksanakan dalam empat tahapan rencana pembangunan
jangka menengah (RPJM), yang masing-masing tahapan telah pula memuat rumusan
indikatif arahan prioritas kebijakan. Sesuai arahan RPJPN, pembangunan dalam RPJMN
ke-3 (2015-2019) ditujukan untuk lebih memantapkan pembangunan secara menyeluruh
di berbagai bidang dengan menekankan pencapaian daya saing kompetitif perekonomian
berlandaskan keunggulan sumber daya alam dan sumber daya manusia berkualitas serta
kemampuan IPTEK yang terus meningkat. Hal ini untuk memastikan bahwa Indonesia
memiliki landasan pembangunan yang mantap sehingga bisa terlepas dari perangkap
negara menengah, sehingga mulai tahun 2025 dapat memasuki gerbang untuk menjadi
negara maju pada 2030.

Gambar 3.1 Arahan Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional 2005-2025

RPJM 4
2020-2025
RPJM 3
2015-2019
Kondisi maju dan sejahtera
makin terwujud dengan
RPJM 2 terselenggaranya jaringan
2010-2014 Ketersediaan infrastruktur transportasi pos dan
sesuai dengan tata ruang telematika yang andal bagi
RPJM 1 Berkembangnya jaringan seluruh masyarajat yang
2005-2009 transportasi menjangkau seluruh wilayah
Terpenuhinya pasokan NKRI
tenaga listrik yang handal dan Tercapainya elektrifikasi
efisien perdesaan dan elektrifikasi
Percepatan pembangunan Mulai dimanfaatkannya rumah tangga
infrastruktur dengan lebih tenaga nuklir untuk Terpenuhinya kebutuhan
meningkatkan kerjasama pembangkit listrik hunian yang dilengkapi
antara pemerintah dan dunia Terwujudnya konservasi dengan sarana dan
usaha sumber daya air dan prasarana pendukung bagi
Mendorong pertumbuhan Pengembangan jaringan terpenuhinya penyediaan air seluruh masyarakat yang
ekonomi melalui penciptaan infrastruktur transportasi serta minum untuk kebutuhan dasar didukung oleh sistem
iklim yang lebih kondusif pos dan telematika pengembangan infrastruktur pembiayaan perumahan
termasuk memperbaiki Peningkatan pemanfaatan perdesaan mendukung jangka panjang dan
infrastruktur energi terbarukan khususnya pertanian berkelanjutan, efisien, dan
Percepatan pembangunan bio energi, panas bumi, Pemenuhan kebutuhan akuntable sehingga terwujud
infrastruktur didorong melalui tenaga air, angin, dan hunian didukung sistem kota tanpa permukiman
peningkatan peran swasta tenaga surya untuk kelistrikan pembiayaan jangka panjang kumuh
dengan meletakkan dasar- Pengembangan sumber daya Terwujudnya kota tanpa
dasar kebijakan dan regulasi air dan pengembangan permukiman kumuh
serta reformasi dan perumahan dan permukiman
restrukturisasi kelembagaan

Sumber: Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional Tahun 2015-2019

32 Rencana Strategis
Berdasarkan arahan RPJPN 2005-2025, pada periode 2015-2019 daya saing perekonomian
Indonesia semakin kuat dan kompetitif, salah satunya melalui terpenuhinya ketersediaan
infrastruktur yang didukung oleh mantapnya kerja sama pemerintah dan dunia usaha.
RPJPN juga mengarahkan terpenuhinya penyediaan air minum dan sanitasi untuk
memenuhi kebutuhan dasar masyarakat, yang dapat diartikan meningkatkan akses air
minum dan sanitasi bagi seluruh penduduk Indonesia (akses 100%). Sejalan dengan itu,
pemenuhan kebutuhan hunian yang dilengkapi dengan prasarana dan sarana pendukung
bagi seluruh masyarakat terus meningkat. Kondisi itu semakin mendorong terwujudnya
kota tanpa permukiman kumuh. Pengembangan infrastruktur perdesaan juga akan terus
dikembangkan, terutama untuk mendukung pembangunan pertanian.

3.1.2 Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional 2015-2019


RPJMN 2015-2019 merupakan dokumen perencanaan nasional jangka menengah hasil
penjabaran tahapan ketiga dari RPJPN 2005-2025 yang kemudian disandingkan dengan
Visi, Misi, dan Agenda Presiden/Wakil Presiden (Nawa Cita).

Dalam rangka mewujudkan cita-cita dan visi pembangunan jangka panjang, periode 2015-
2019 menjadi sangat penting karena merupakan titik kritis untuk meletakkan landasan
yang kokoh untuk mendorong ekonomi Indonesia agar dapat maju lebih cepat dan
bertransformasi dari kondisi saat ini sebagai negara berpenghasilan menengah menjadi
negara maju dengan penghasilan per kapita yang cukup tinggi. Meskipun demikian, upaya
peningkatan kinerja perekonomian Indonesia perlu memperhatikan kondisi peningkatan
kesejahteraan yang berkelanjutan, warga yang berkepribadian dan berjiwa gotong royong,
dan masyarakat memiliki keharmonisan antar kelompok sosial, serta postur perekonomian
yang semakin mencerminkan pertumbuhan yang berkualitas, yakni bersifat inklusif,
berbasis luas, berlandaskan keunggulan sumber daya manusia serta kemampuan IPTEK
dan bergerak menuju kepada keseimbangan antar sektor ekonomi dan antar wilayah,
serta makin mencerminkan keharmonisan antara manusia dan lingkungan. Maka dari
itu, ditetapkan visi pembangunan nasional untuk tahun 2015-2019 adalah: Terwujudnya
Indonesia yang Berdaulat, Mandiri, dan Berkepribadian Berlandaskan Gotong-Royong.

Salah satu tantangan pokok dalam mewujudkan visi pembangunan 2015-2019 adalah
terbatasnya ketersediaan infrastruktur untuk mendukung peningkatan kemajuan ekonomi.
Untuk itu, ketersediaan infrastruktur permukiman harus ditingkatkan untuk mendukung
agenda pembangunan nasional yang tercantum dalam Nawacita seperti membangun
Indonesia dari pinggiran dengan memperkuat daerah-daerah dan desa dalam kerangka
negara kesatuan, serta meningkatkan produktivitas rakyat dan daya saing ekonomi.
Maka dari itu, salah satu arahan kebijakan umum RPJMN 2015-2019 adalah mempercepat
pembangunan infrastruktur untuk pertumbuhan dan pemerataan.

DIREKTORAT JENDERAL CIPTA KARYA TAHUN 2015-2019 33


Arah Kebijakan, Strategi, Kerangka Regulasi,
dan Kerangka Kelembagaan

Pembangunan infrastruktur diarahkan untuk memperkuat konektivitas nasional untuk


mencapai keseimbangan pembangunan, mempercepat penyediaan infrastruktur dasar
(perumahan, air bersih, sanitasi, dan listrik), menjamin ketahanan air, pangan dan energi
untuk mendukung ketahanan nasional, dan mengembangkan sistem transportasi massal
perkotaan, yang seluruhnya dilaksanakan secara terintegrasi dan dengan meningkatkan
peran kerjasama Pemerintah-Swasta. Adapun sasaran pokok yang ingin dicapai pada tahun
2019 terkait pembangunan perumahan dan kawasan permukiman adalah terpenuhinya
kebutuhan dasar masyarakat untuk bertempat tinggal pada hunian yang layak yang
didukung oleh prasarana, sarana dan utilitas yang memadai, meliputi akses terhadap
air minum dan sanitasi yang layak dan terjangkau dan diprioritaskan dalam rangka
meningkatkan standar hidup penduduk 40 persen terbawah.

Sasaran pembangunan kawasan permukiman yang tercantum dalam RPJMN 2015-2019


adalah sebagai berikut:
1. Tercapainya pengentasan permukiman kumuh perkotaan menjadi 0 persen;
2. Tercapainya 100 persen pelayanan air minum bagi seluruh penduduk Indonesia;
3. Optimalisasi penyediaan layanan air minum;
4. Peningkatan efisiensi layanan air minum dilakukan melalui penerapan prinsip jaga air,
hemat air dan simpan air secara nasional;
5. Penciptaan dokumen perencanaan infrastruktur permukiman yang mendukung;
6. Meningkatnya akses penduduk terhadap sanitasi layak (air limbah domestik, sampah
dan drainase lingkungan) menjadi 100 persen pada tingkat kebutuhan dasar;
7. Meningkatnya keamanan dan keselamatan bangunan gedung termasuk keserasiannya
terhadap lingkungan.

3.2 ARAH KEBIJAKAN DAN STRATEGI DITJEN CIPTA KARYA

3.2.1 Kebijakan Umum Ditjen Cipta Karya


Kebijakan dan strategi penyelenggaraan kegiatan Direktorat Jenderal Cipta Karya diarahkan
dengan memperhatikan tugas, fungsi dan tanggung jawab Direktorat Jenderal Cipta
Karya yang meliputi kegiatan utama berupa Pengaturan, Pembinaan, dan Pengawasan
(Turbinwas), dan kegiatan pembangunan (Bang).

Berdasarkan Peraturan Presiden Nomor 15 Tahun 2015 tentang Kementerian Pekerjaan


Umum dan Perumahan Rakyat, tugas Ditjen Cipta Karya adalah menyelenggarakan
perumusan dan pelaksanaan kebijakan di bidang pengembangan kawasan permukiman,
pembinaan penataan bangunan, pengembangan sistem penyediaan air minum,
pengembangan sistem pengelolaan air limbah dan drainase lingkungan serta persampahan

34 Rencana Strategis
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Dalam menyelenggarakan
tugas tersebut, Ditjen Cipta Karya melaksanakan fungsi:
a. perumusan kebijakan di bidang pengembangan kawasan permukiman, pembinaan
penataan bangunan, pengembangan sistem penyediaan air minum, pengembangan
sistem pengelolaan air limbah dan drainase lingkungan serta persampahan;
b. pelaksanaan kebijakan di bidang pengembangan kawasan permukiman, pembinaan
penataan bangunan, pengembangan sistem penyediaan air minum, pengembangan
sistem pengelolaan air limbah dan drainase lingkungan serta persampahan sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan;
c. penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria di bidang pengembangan kawasan
permukiman, pembinaan penataan bangunan, pengembangan sistem penyediaan air
minum, pengembangan sistem pengelolaan air limbah dan drainase lingkungan serta
persampahan;
d. pemberian bimbingan teknis dan supervisi di bidang pengembangan kawasan
permukiman, pembinaan penataan bangunan, pengembangan sistem penyediaan air
minum, pengembangan sistem pengelolaan air limbah dan drainase lingkungan serta
persampahan;
e. pelaksanaan evaluasi dan pelaporan di bidang pengembangan kawasan permukiman,
pembinaan penataan bangunan, pengembangan sistem penyediaan air minum,
pengembangan sistem pengelolaan air limbah dan drainase lingkungan serta
persampahan;
f. pelaksanaan administrasi Direktorat Jenderal Cipta Karya; dan
g. pelaksanaan fungsi lain yang diberikan oleh Menteri.

Adapun dalam pelaksanaan pembangunan infrastruktur keciptakaryaan, Ditjen Cipta


Karya menggunakan tiga strategi pendekatan yaitu membangun sistem, memfasilitasi
Pemerintah Daerah Provinsi, Kota dan Kabupaten, serta memberdayakan masyarakat
melalui program-program pemberdayaan masyarakat. Dalam membangun sistem, Ditjen
Cipta Karya memberikan dukungan pembangunan infrastruktur dengan memprioritaskan
sistem infastruktur Provinsi/Kabupaten/Kota. Dalam hal fasilitasi Pemerintah Daerah,
bentuk dukungan yang diberikan adalah fasilitasi kepada Pemerintah Daerah dalam
penguatan kelembagaan, keuangan, termasuk pembinaan teknis terhadap tugas
dekonsentrasi dan pembantuan. Untuk pemberdayaan masyarakat, bentuk dukungan
yang diberikan adalah pembangunan infrastruktur keciptakaryaan melalui program-
program pemberdayaan masyarakat.

Pada dasarnya untuk bidang Cipta Karya, hampir semua tugas pembangunan dikerjakan
bersama pemerintah daerah, baik pemerintah Provinsi maupun Kabupaten/Kota. Oleh

DIREKTORAT JENDERAL CIPTA KARYA TAHUN 2015-2019 35


Arah Kebijakan, Strategi, Kerangka Regulasi,
dan Kerangka Kelembagaan

karena itu, peran pemerintah pusat, dalam hal ini Ditjen Cipta Karya lebih terfokus kepada
tugas pengaturan, pembinaan dan pengawasan (Turbinwas). Tugas pengaturan dilakukan
melalui penyusunan kebijakan dan strategi, penyusunan Norma, Standar, Pedoman dan
Kriteria (NSPK), penetapan Standar Pelayanan Minimal (SPM) serta tugas-tugas lain yang
bersifat penyusunan perangkat peraturan. Sedangkan tugas pembinaan dilakukan dalam
bentuk dukungan perencanaan, pemberian bantuan administrasi dan teknis, supervisi
serta konsultasi. Untuk tugas pengawasan, peran pemerintah pusat dilakukan dalam
bentuk monitoring dan evaluasi kinerja. Keseluruhan tugas pengaturan, pembinaan
dan pengawasan ini didanai oleh Anggaran Pendapatan Belanja Negara (APBN), disertai
dukungan dari Anggaran Pendapatan Belanja Daerah (APBD).

Meskipun fokus melakukan tugas Turbinwas, Ditjen Cipta Karya juga melakukan kegiatan
pembangunan infrastruktur Cipta Karya. Berdasarkan Undang-Undang Pemerintah
Daerah, Ditjen Cipta Karya diamanatkan melakukan pembangunan infrastruktur skala
nasional (lintas provinsi), serta infrastruktur untuk kepentingan nasional. Di samping itu,
Ditjen Cipta Karya juga melakukan kegiatan pembangunan dalam rangka pemenuhan
SPM sebagai stimulan bagi Pemerintah Daerah untuk meningkatkan komitmennya dalam
melakukan pembangunan infrastruktur Cipta Karya. Pemda juga bertanggung jawab atas
operasional dan pemeliharaan infrastruktur yang terbangun.

Ditjen Cipta Karya juga menyelenggarakan pembangunan dengan pendekatan pola


pemberdayaan khususnya kegiatan yang mendorong peran serta masyarakat dalam
pembangunan lingkungannya. Untuk tugas pembangunan juga ada melalui Dana
Alokasi Khusus (DAK) untuk memenuhi target pencapaian SPM berupa bantuan khusus
yang diberikan oleh pemerintah pusat kepada pemerintah daerah sesuai dengan
kewenangannya dengan kriteria-kriteria teknis tertentu. Selain itu terdapat pola hibah,
yaitu bantuan yang diberikan oleh pemerintah pusat kepada pemerintah daerah untuk
melaksanakan kegiatan strategis nasional yang mendesak.

Dalam melaksanakan kegiatan pembangunan, proses perencanaan perlu diselenggarakan


dengan mengacu kepada amanat perundangan (Undang-Undang, Peraturan Pemerintah,
dan Peraturan Presiden), baik spasial maupun sektoral. Selain itu, perencanaan
pembangunan infrastruktur Bidang Cipta Karya juga memperhatikan kondisi eksisting, isu
strategis, serta potensi daerah.

36 Rencana Strategis
Tabel 3.1 Pendekatan Pembangunan Bidang Cipta Karya

Pendekatan Strategi Pelaksanaan


Membangun Sistem 1. Pembangunan Infrastruktur Permukiman Skala Regional (TPA Regional atau
SPAM Regional)
2. Pembangunan Infrastruktur Permukiman pada kawasan strategis (kawasan
perbatasan, KSN, PKN, WPS) atau kawasan khusus (kawasan kumuh
perkotaan, kawasan nelayan, kawasan rawan air/perbatasan/pulau terluar)
3. Mendorong penyusunan Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan sebagai
alat sinergisasi seluruh sektor dalam menata kawasan
Fasilitasi Pemda 1. Pendampingan penyusunan NSPK daerah antara lain Perda Bangunan
Gedung, SK Kumuh, dsb.
2. Penyusunan Rencana Penanganan Kawasan/Induk Sektoral seperti Strategi
Sanitasi Kota (SSK), Rencana Induk Sistem Pengembangan Air Minum
(RISPAM), dan Rencana Penataan Bangunan dan Lingkungan (RTBL).
3. Pembangunan Indrastruktur Permukiman Skala kawsan seperti fasilitasi
PDAM, fasilitasi kota hijau dan kota pusaka, penanganan kumuh perkotaan,
serta penataan bangunan dan lingkungan.
Pemberdayaan 1. Pembangunan Infrastruktur Permukiman Berbasis Masyarakt melalui
Masyarakat kegiatan Pamsimas, Sanimas, dan P2KP.
2. Bantuan Penyusunan Rencana Kerja Masyarakat

Keterpaduan pembangunan bidang Cipta Karya diarahkan untuk mendukung


pengembangan wilayah pada Wilayah Pengembangan Strategis (WPS). WPS merupakan
wilayah-wilayah yang dipandang memerlukan prioritas pembangunan yang didukung
keterpaduan penyelenggaraan infrastruktur dan meningkatkan peran serta seluruh
stakeholder. Dalam Renstra Kementerian PU-PR 2015-2019 telah ditetapkan 35 WPS
yang merepresentasikan keseimbangan pembangunan antar wilayah dan mereflksikan
amanat NAWACITA yaitu pembangunan wilayah dimulai dari pinggiran dan perwujudan
konektivitas dan keberpihakan terhadap maritim.
Selanjutnya pembangunan infrastruktur Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat akan

DIREKTORAT JENDERAL CIPTA KARYA TAHUN 2015-2019 37


Arah Kebijakan, Strategi, Kerangka Regulasi,
dan Kerangka Kelembagaan

Gambar 3.2 Peta Wilayah Pengembangan Strategis Kementerian PUPR 2015-2019

Sumber: Rencana Strategis Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Tahun 2015-2019

diterpadukan pertama, dengan pengembangan 16 Kawasan Srategis Pariwisata Nasional


Prioritas (KSPNP) yang terdiri dari Pulau Sumatera (KSPNP Danau Toba dsk); Pulau Jawa
(KSPNP: Kep Seribu dsk, Kota Tua-Sunda Kelapa dsk, Borobudur dsk, dan BromoTengger-
Semeru dsk); Pulau Bali- Nusa Tenggara (KSPNP: Kintamani-Danau Batur dsk, Menjangan-
Pemuteran dsk, Kuta-Sanur-Nusa Dua dsk, Rinjani dsk, Pulau Komodo dsk, dan Ende-
Kelimutu dsk); Pulau Kalimantan (KSPNP Tanjung Puting dsk); Pulau Sulawesi (KSPNP: Toraja
dsk, Bunaken dsk, dan Wakatobi dsk); dan Kepulauan Maluku (KSPNP Raja Ampat dsk).

Kedua, diterpadukan dengan program pengembangan 22 Kawasan Industri Prioritas


(KIP), yaitu Pulau Sumatera (KIP: Kuala Tanjung, Sei Mangkei, dan Tanggamus); Pulau Jawa
(KIP: Tangerang, Cikarang, Cibinong, Karawang, Bandung, Cirebon, Tuban, Surabaya, dan
Pasuruan); Kalimantan (KIP: Batulicin, Ketapang, dan Landak); Pulau Sulawesi (KIP: Palu,
Morowali, Bantaeng, Bitung, dan Konawe); Kepulauan Maluku (KIP Buli /Halmahera Timur);
dan Pulau Papua (KIP Teluk Bintuni).
Ketiga, diterpadukan dengan program Pengembangan Perkotaan KSN, PKW dan PKSN/

38 Rencana Strategis
Kota Perbatasan yang terdiri dari Pulau Sumatera (9 PKN, 58 PKW, 4 PKSN); Pulau Jawa-Bali
(12 PKN, 35 PKW); Kepulauan Nusa Tenggara (2 PKN, 10 PKW, 3 PKSN); Pulau Kalimantan (5
PKN, 25 PKW, 10 PKSN); Pulau Sulawesi (5 PKN, 27 PKW, 2 PKSN); Kepulauan Maluku (2 PKN,
11 PKW, 4 PKSN); dan Pulau Papua (3 PKN, 11 PKW, 3 PKSN).

Keempat, diterpadukan dengan program pengembangan Tol Laut sebanyak 24 buah


(pelabuhan hub dan pelabuhan feeder) yang meliputi Pulau Sumatera (Malahayati,
Belawan, Kuala Tanjung, Teluk Bayur, Panjang, Batu Ampar, Jambi: Talang Duku, dan
Palembang: Boom Bar); Pulau Jawa (Tanjung Priok, Tanjung Perak, dan Tanjung Emas);
Pulau Kalimantan (Sampit, Banjarmasin, Samarinda, Balikpapan: Kariangau, dan Pontianak);
Pulau Bali dan Nusa Tenggara (Kupang); Pulau Sulawesi (Makasar, Pantoloan, Kendar dan
Bitung); Kepulauan Maluku (Ternate: A. Yani dan Ambon); dan Pulau Papua (Sorong dan
Jayapura).

Tabel 3.2 Daftar 35 WPS

Kelompok WPS WPS


WPS Pusat Pertumbuhan Terpadu Merak-Bakauheni-Bandar Lampung-Palembang-Tanjung Api-Api;
Metro Medan-Tebing Tinggi-Dumai-Pekanbaru;
Jakarta-Bandung-Cirebon-Semarang;
Malang-Surabaya Bangkalan;
Yogyakarta-Solo-Semarang;
Balikpapan-Samarinda-Maloy;
Manado-Bitung-Amurang;
Makassar-Pare Pare- Mamuju
WPS Pertumbuhan Terpadu Ternate-Sofifi-Morotai;
Kemaritiman Ambon-Seram
WPS Pusat Pertumbuhan Terpadu Batam-Bintan-Karimun;
Kemaritiman Jambi-Palembang-Bangka Belitung (Pangkal Pinang)
WPS Konektivitas Keseimbangan Jakarta-Bogor-Ciawi-Sukabumi;
Pertumbuhan Terpadu Surabaya-Pasuruan-Banyuwangi
WPS Pusat Pertumbuhan Sedang Sibolga-Padang-Bengkulu;
Berkembang Yogyakarta-Prigi-Blitar-Malang;
Banjarmasin- Batulicin-Palangkaraya;
Ketapang-Pontianak-Singkawang-Sambas;
Gorontalo- Bolaang Mongondow;
Palu-Banggai;
Sorong-Manokwari;
Manokwari-Bintuni
WPS Konektivitas dan Pusat Denpasar-Padang Bay
Pertumbuhan Wisata
WPS Pusat Pertumbuhan Sedang Sabang-Banda Aceh-Langsa
Berkembang dan Hinterland

DIREKTORAT JENDERAL CIPTA KARYA TAHUN 2015-2019 39


Arah Kebijakan, Strategi, Kerangka Regulasi,
dan Kerangka Kelembagaan

Kelompok WPS WPS


WPS Pusat Pertumbuhan Baru, Jayapura-Merauke
Hinterland dan Perbatasan
WPS Pusat Pertumbuhan Wisata dan Pulau Lombok
Hinterland
WPS Pertumbuhan Baru dan Perbatasan Kupang-Atambua
WPS Pertumbuhan Baru Tanjung Lesung - Sukabumi - Pangandaran - Cilacap;
Mamuju-Mammasa-Toraja-Kendari
WPS Pertumbuhan Terpadu Baru dan Labuan Bajo-Ende
Wisata
WPS Pertumbuhan Wisata dan Pulau Sumbawa
Hinterland
WPS Perbatasan Temajuk-Sebatik
WPS Aksesibilitan Baru Nabire-Enarotali-(Ilaga-Timika)-Wamena
WPS Pulau Kecil Terluar Pulau Pulau Kecil Terluar (tersebar)
Sumber: Rencana Strategis Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Tahun 2015-2019

Isu urbanisasi merupakan salah satu isu strategis dalam pembangunan infrastruktur
permukiman. Hal ini dikarenakan dengan semakin besarnya jumlah penduduk yang tinggal
di perkotaan, maka dibutuhkan infrastruktur perkotaan yang handal untuk menunjang
kegiatan sosial ekonomi penduduk perkotaan. Oleh karena itu, Ditjen Cipta Karya diberi
mandat untuk turut berkontribusi dalam pencapaian sasaran pembangunan perkotaan
nasional sesuai RPJMN 2015-2019 (tabel 3.3). Untuk itu, Ditjen Cipta Karya perlu melakukan
pengembangan wilayah pada skala perkotaan (city-wide) maupun penataan kawasan di
beberapa kota yang menjadi fokus perhatian pembangunan perkotaan nasional yaitu 7
kawasan metroplitan eksisting, 5 kawasan metropolitan baru, 20 kota sedang, 10 kota baru,
dan 39 kawasan pusat pertumbuhan baru. Diharapkan melalui pembangunan perkotaan
yang dilakukan Ditjen Cipta Karya dapat tercipta kota yang aman, nyaman, dan layak huni
dan terpenuhinya standar pelayanan perkotaan (SPP); kota hijau yang berketahanan iklim
dan bencana; dan kota cerdas yang berdaya saing dan berbasis teknologi informasi dan
komunikasi.

40 Rencana Strategis
Tabel 3.3 Sasaran Pembangunan Perkotaan Nasional RPJMN 2015-2019

No Pembangunan Sasaran 2019 Arahan Kebijakan


1 Pembangunan Kawasan 5 Kawasan Perkotaan Pusat investasi dan penggerak pertumbuhan
Metropolitan baru di luar Metropolitan ekonomi bagi wilayah sekitarnya guna
Pulau Jawa Bali mempercepat pemerataan pembangunan di luar
Jawa
2 Peningkatan peran 7 Kawasan Perkotaan Pusat kegiatan berskala global guna
dan fungsi sekaligus Metropolitan yang sudah meningkatkan daya saing dan kontribusi
perbaikan manajemen ada ekonomi
pembangunan di Kawasan
Perkotaan Metropolitan
yang sudah ada
3 Optimalisasi kota otonom 20 Kota Otonom Sedang Pengendali (buffer) arus urbanisasi ke Pulau Jawa
berukuran sedang di Luar yang diarahkan sebagai pusat pertumbuhan
Jawa sebagai PKN/PKW ekonomi bagi wilayah sekitarnya serta menjadi
dan penyangga urbanisasi percontohan (best practices) perwujudan kota
di Luar Jawa berkelanjutan
4 Pembangunan 10 Kota 10 Kota Baru Publik Kota mandiri dan terpadu di sekitar kota atau
Baru Publik kawasan perkotaan metropolitan di luar Pulau
Jawa Bali yang diperuntukkan bagi masyarakat
berpenghasilan menengah ke bawah serta
diarahkan sebagai pengendali (buffer) urbanisasi
di kota atau kawasan perkotaan metropolitan di
luar Pulau Jawa-Bali
5 Memperkuat pusat-pusat 39 pusat pertumbuhan peningkatan keterkaitan perkotaan dan
pertumbuhan sebagai diperkuat perannya perdesaan bertujuan menghubungkan
Pusat Kegiatan Wilayah keterkaitan fungsional antara pasar dan kawasan
(PKW) atau Pusat Kegiatan produksi.
Lokal (PKL)
Sumber: Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional Tahun 2015-2019

Dalam rangka pengembangan permukiman yang layak huni dan berkelanjutan, Direktorat
Jenderal Cipta Karya mengembangkan konsep perencanaan pembangunan infrastruktur
Bidang Cipta Karya yang terintegrasi dalam Rencana Program Investasi Jangka Menengah
(RPIJM) Bidang Cipta Karya, sebagai upaya mewujudkan keterpaduan pembangunan di
kabupaten/kota. RPIJM Bidang Cipta Karya disusun oleh Pemerintah Kabupaten/Kota melalui
fasilitasi Pemerintah Provinsi yang mengintegrasikan kebijakan skala nasional, provinsi,
dan kabupaten/kota, baik kebijakan spasial maupun sektoral. RPIJM, selain mengacu pada
rencana spasial dan arah pembangunan nasional/daerah, juga mengintegrasikan rencana
sektoral Bidang Cipta Karya, antara lain Rencana Induk Sistem Penyediaan Air Minum
(RISPAM), Strategi Sanitasi Kota (SSK), serta Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL),
dalam rangka mewujudkan keterpaduan pembangunan permukiman yang berkelanjutan.
Melalui perencanaan yang rasional dan inklusif, diharapkan keterpaduan pembangunan
Bidang Cipta Karya dapat terwujud, dengan mempertimbangkan aspek lingkungan,
kelembagaan, dan kemampuan keuangan daerah.

DIREKTORAT JENDERAL CIPTA KARYA TAHUN 2015-2019 41


Arah Kebijakan, Strategi, Kerangka Regulasi,
dan Kerangka Kelembagaan

Dalam mewujudkan sasaran 100-0-100 diperlukan peningkatan pendanaan yang


signifikan dalam bidang Cipta Karya. Diperkirakan kebutuhan dana mencapai mencapai
Rp. 830 Triliun untuk mencapai sasaran tersebut dalam jangka waktu 5 tahun. Pemerintah
Pusat yang selama ini mendominasi pendanaan pembangunan bidang Cipta Karya pada
periode 2010-2014 (66,96% dari total seluruh pendanaan pembangunan), mempunyai
keterbatasan dalam memenuhi kebutuhan tersebut. Berdasarkan prakiraan maju, baseline
pendanaan pemerintah hanya cukup memenuhi 15% kebutuhan pendanaan tersebut.
Berdasarkan skenario optimis maka pemerintah pusat dapat berkontribusi terhadap 30-
35% dari porsi pendanaan tersebut.

Untuk mengatasi gap pendanaan, maka sumber-sumber pendanaan alternatif dari para
pemangku kepentingan lainnya perlu ditingkatkan. Pemerintah Daerah sebagai ujung
tombak penyelenggaraan pembangunan bidang Cipta Karya perlu meningkatkan
komitmen sehingga kontribusi pendanaannya meningkat dari 14,7% menjadi 25%
pada periode 2015-2019. Sektor swasta dan perbankan yang selama ini hanya berperan
dalam 2,25% dari total pembangunan bidang Cipta Karya, perlu didorong melalui skema
KPS maupun CSR sehingga peranannya meningkat signifikan menjadi 15%. Masyarakat
juga dapat berkontribusi melalui kegiatan pemberdayaan masyarakat ataupun kegiatan
swadaya masyarakat sehingga diharapkan dapat berkontribusi 15% terhadap porsi
pendanaan. Dukungan pinjaman dan hibah luar negeri juga akan dimanfaatkan, meskipun
porsi kontribusinya dikurangi dari 16,09% menjadi 10% pada tahun 2015-2019 untuk
mengurangi beban hutang negara. Kebijakan kemitraan dan peningkatan partisipasi para
stakeholder merupakan strategi utama dalam mewujudkan sasaran 100-0-100.
Penataan Kawasan Strategis Nasional Kota Tua Ampenan, Kota Mataram

Sumber: Dokumentasi Ditjen Cipta Karya

42 Rencana Strategis
Gambar 3.3 Strategi Pembiayaan Gerakan 100-0-100

2010-2014 2015-2019

Untuk meningkatkan efektifitas pencapaian sasaran Gerakan Nasional 100-0-100 perlu


juga sinergi kemitraan dengan Kementerian/Lembaga lainnya, antara lain:
Ditjen Penyediaan Perumahan Kementerian PUPR, terkait perbaikan rumah tidak layak
huni dan pembangunan Rusunawa di kawasan permukiman kumuh;
Ditjen Sumber Daya Air Kementerian PUPR, terkait penyediaan air baku dan penanganan
kawasan rawan genangan;
Badan Perencanaan Pembangunan Nasional, terkait keterpaduan perencanaan dalam
upaya pencapaian sasaran pembangunan nasional bidang perumahan dan permukiman
serta bidang perkotaan dan perdesaan;
Kementerian Kesehatan, terkait perubahan perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS);
Kementerian Dalam Negeri, terkait pengembangan kapasitas Pemerintah Daerah;
Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, terkait pengelolaan persampahan;
Kementerian Kelautan dan Perikanan, terkait pengembangan kawasan permukiman
nelayan/pesisir dan pulau terluar;
Kementeran Agraria dan Tata Ruang, terkait keterpaduan pembangunan berdasarkan
RTRW dan RDTR;
Badan Nasional Pengembangan Kawasan Perbatasan, terkait pengembangan kawasan
perbatasan

DIREKTORAT JENDERAL CIPTA KARYA TAHUN 2015-2019 43


Permukiman di Bantaran Sungai Cikapundung, Tamansari, Bandung
Sumber: Dokumentasi Ditjen Cipta Karya
44 Rencana Strategis
DIREKTORAT JENDERAL CIPTA KARYA TAHUN 2015-2019 45
Kebijakan dan Strategi
Pengembangan Kawasan Permukiman

3.2.2 Kebijakan dan Strategi Pembangunan dan Pengembangan Permukiman


Kebijakan dan strategi pembangunan dan pengembangan kawasan permukiman
ditetapkan dengan mempertimbangkan kebutuhan pencapaian target berdasarkan
prinsip pembangunan permukiman serta peran pemerintah dalam pembangunan
permukiman. Kebijakan dan strategi pembangunan dan pengembangan permukiman
meliputi kebijakan umum terkait pengaturan, pembinaan dan pengawasan (Tur-Bin-
Was) yang berlaku untuk semua tipologi permukiman serta kebijakan khusus meliputi
pelaksanaan pembanguanan pada tipologi permukiman perkotaan, perdesaan dan
kawasan permukiman khusus. Kebijakan dan strategi tersebut dibagi menjadi 4 (empat)
bagian yaitu:
Kebijakan dan Strategi Umum Pembangunan dan Pengembangan Permukiman;
Kebikajan dan Strategi Implementasi Pembangunan dan Pengembangan
Permukiman Perkotaan;
Kebijakan dan Strategi Implementasi Pembangunan dan Pengembangan
Permukiman Perdesaan; dan
Kebijakan dan Strategi Implementasi Pembangunan dan Pengembangan
Permukiman Khusus.

a. Kebijakan dan Strategi Umum Pembangunan dan Pengembangan Permukiman

Kebijakan 1: Penyusunan dan penyiapan landasan penyelenggaraan kawasan


permukiman. Strategi pelaksanaan kebijakan ini adalah: Menyiapkan peraturan
perundang-undangan (PP, Peraturan Menteri, dan lain sebagainya) dan Pedoman
Pembangunan dan Pengembangan Permukiman (NSPK) sebagai landasan
penyelenggaraan kawasan permukiman.

Landasan penyelenggaraan kawasan permukiman ini antara lain juga meliputi:


Regulasi dan aturan main yang harus tersedia sebagai acuan bagi Pemerintah dan
terutama pemerintah daerah dalam penyelenggaraan kawasan permukiman;
Landasan kebijakan jangka panjang daerah sebagai dasar bagi pemerintah
daerah dalam menyelenggarakan peningkatan kualitas permukiman kumuh,
yaitu RPJPD, RTRW, dan RP3KP serta RKP Kumuh Perkotaan;
SK Kepala Daerah mengenai penetapan lokasi kumuh;
Menyusun Pedoman Teknis Penanganan Kawasan Permukiman.

Kebijakan 2: Peningkatan kapasitas kelembagaan untuk penanganan


permukiman.
Strategi pelaksanaan kebijakan ini adalah: Melakukan peningkatan dan penguatan

46 Rencana Strategis
kelembagaan dan SDM penyelenggara dan pengelola permukiman (pemerintah,
lembaga masyarakat, dan masyarakat/individu) melalui pelatihan, pendampingan,
bimbingan/bantuan teknis.

Pembangunan dan pengembangan kawasan permukiman membutuhkan dukungan


seluruh pelaku yang berjalan dalam sistem yang disepakati bersama. Terkait aspek
kelembagaan ini, maka akan dibutuhkan:
Kesepahaman bersama antarpelaku;
Komitmen dari seluruh pelaku;
Kemitraan antar pelaku: antar bidang pembangunan, kemitraan antara
pemerintah pusat dengan daerah, kemitraan antara pemerintah dunia usaha
masyarakat, kemitraan dengan lembaga donor, kemitraan dengan praktisi, dan
kemitraan dengan pelaku lainnya.

Dalam hal ini, upaya membangun dan memperkuat kapasitas pemerintah daerah
dilakukan agar pemerintah daerah mampu menjalankan perannya sebagai nakhoda
yang menentukan keberhasilan pembangunan dan pengembangan kawasan
permukiman. Peningkatan kapasitas Pemda dilakukan kepada:
Kepala daerah yang memiliki visi dan kemampuan menjalankan visinya;
Seluruh SKPD terkait dalam penyelenggaraan kawasan permukiman yang
memiliki pengetahuan dan mampu berinovasi.

Kebijakan 3: Pengelolaan sistem informasi nasional yang terintegrasi dengan


sistem informasi daerah.
Strategi pelaksanaan kebijakan ini adalah: Membangun dan mengelola sistem
informasi nasional yang terintegrasi dengan sistem informasi daerah dan
dimutakhirkan secara berkala.

Sistem informasi ini akan dimanfaatkan untuk:


Mengukur perkembangan pencapaian target setiap tahun;
Pertukaran informasi yang dapat digunakan oleh seluruh pelaku, baik di tingkat
pusat maupun daerah;
Menjadi sistem informasi komunikasi sebagai alat pengembangan pengetahuan
dalam rangka pemberdayaan masyarakat dan pemerintah daerah, serta sebagai
sarana berbagi informasi ketersediaan sumberdaya di antara pelaku.

DIREKTORAT JENDERAL CIPTA KARYA TAHUN 2015-2019 47


Kebijakan dan Strategi
Pengembangan Kawasan Permukiman

Kebijakan 4: Pengawasan secara berkala penyelenggaraan kawasan


permukiman di pusat dan daerah.
Strategi untuk melaksanakan kebijakan ini adalah sebagai berikut:
1. Melakukan pengendalian perencanaan melalui monitoring perencanaan dan
pemrograman;
2. Melakukan pengawasan (pemantauan, evaluasi, pelaporan) pembangunan untuk
menjamin tercapainya target RPJMN;
3. Memfasilitasi daerah dalam melaksanakan pengendalian pemanfaatan hasil
pembangunan.

b. Kebijakan dan Strategi Implementasi Pembangunan dan Pengembangan


Permukiman Perkotaan

Kebijakan 1: Penanganan permukiman kumuh perkotaan terkait dengan


upaya penurunan kumuh perkotaan menjadi 0% melalui upaya peningkatan
kualitas lingkungan dan pelayanan prasarana dan sarana dasar permukiman
dengan pendekatan kegiatan fisik maupun non-fisik.
Strategi untuk melaksanakan kebijakan ini adalah:
1. Penanganan komprehensif terhadap 30 kabupaten/kota prioritas kementerian
sebagai best practice penanganan permukiman kumuh yang diharapkan menjadi
model penanganan komprehensif yang dapat direplikasi dan diterapkan di kota-
kota lainnya.
2. Penanganan permukiman kumuh terhadap kabupaten/kota lainnya dengan
tujuan pemenuhan standar pelayanan perkotaan disesuaikan dengan kebutuhan
yang diajukan oleh kabupaten/kota.

Kebijakan 2: Pengembangan permukiman baru dan perkotaan layak huni


terkait dengan upaya pemenuhan Standar Pelayanan Perkotaan (SPP) dan
Inkubasi Kota Baru.
Strategi untuk melaksanakan kebijakan ini adalah:
1. Pemenuhan SPP bagi kawasan permukiman perkotaan yang mengacu pada
rencana kawasan permukiman;
2. Perintisan/inkubasi Kota Baru sebagai best practice kota publik berkelanjutan,
meliputi kegiatan pemenuhan SPP, penerapan pendekatan Kota Hijau, dan
penerapan Kota Cerdas Berdaya Saing.

48 Rencana Strategis
c. Kebijakan dan Strategi Implementasi Pembangunan dan Pengembangan
Permukiman Perdesaan

Kebijakan 1: Percepatan peningkatan pelayanan sarana dan prasarana dasar


permukiman perdesaan.
Adapun strategi dalam mengimplementasikan kebijakan ini adalah: Menyediakan
sarana dan prasarana permukiman sesuai dengan SPM Perdesaan. Sarana dan
prasarana dasar permukiman ini meliputi penyediaan air minum, pembangunan
jalan lingkungan dan drainase lingkungan, penyediaan pelayanan pengeolaan
persampahan serta peningkatan akses sanitasi yang layak bagi masyarakat di
kawasan perdesaan. Penyediaan ini dilakukan dengan pendekatan pemberdayaan
masyarakat dan dilakukan berdasarkan rencana aksi yang telah disusun sebelumnya.

Kebijakan 2: Pembangunan dan pengembangan kawasan permukiman yang


berkualitas yang mendukung peningkatan produktivitas kawasan perdesaan.
Strategi untuk melaksanakan kebijakan ini adalah sebagai berikut:
1. Menyediakan sarana, prasarana dan fasilitas umum permukiman yang memenuhi
SPM, baik melalui pengembangan dan pembangunan kawasan transmigrasi
maupun kawasan non-transmigrasi.
2. Menyediakan sarana dan prasarana pendukung kegiatan produksi di kawasan
perdesaan sesuai dengan komoditas unggulannya. Sarana dan prasarana
pendukung kegiatan produksi ini antara lain berupa terminal agro, pasar agro
untuk kawasan agropolitan, atau dermaga, tambatan perahu dan tempat
pelelangan ikan (TPI) pada kawasan permukiman pesisir/minapolitan.
3. Menyediakan sarana dan prasarana pendukung peningkatan konektivitas
kegiatan antar desa maupun antar desa-kota. Sarana dan prasarana ini antara lain
berupa jalan usaha tani dan jalan poros desa.

d. Kebijakan dan Strategi Implementasi Pembangunan dan Pengembangan


Permukiman Khusus

Kebijakan 1: Pembangunan dan pengembangan kawasan permukiman yang


berkualitas untuk mendukung pertumbuhan ekonomi dan meningkatkan
kualitas hidup masyarakat yang tinggal di kawasan perbatasan.
Strategi untuk melaksanakan kebijakan ini adalah sebagai berikut:
1. Menyediakan sarana dan prasarana pendukung meningkatnya produktivitas
kawasan perbatasan berbasis komoditi unggulan, terutama di 10 PKSN.
Sarana dan prasarana pendukung kegiatan produksi ini untuk PKSN non-perkotaan

DIREKTORAT JENDERAL CIPTA KARYA TAHUN 2015-2019 49


Kebijakan dan Strategi
Pengembangan Kawasan Permukiman

antara lain berupa terminal agro, pasar agro untuk kawasan agropolitan, atau
dermaga, tambatan perahu dan tempat pelelangan ikan (TPI) pada kawasan
permukiman pesisir/minapolitan. Selain itu disediakan pula sarana dan prasarana
pendukung peningkatan konektivitas kegiatan antardesa dalam kecamatan,
berupa jalan usaha tani dan jalan poros desa.
Sementara untuk PKSN Perkotaan seperti Sabang dan Jayapura, sarana dan
prasarana yang disediakan memenuhi Standar Pelayanan Perkotaan dan sesuai
dengan sektor yang dikembangkan di kota tersebut.
2. Menyediakan sarana prasarana pendukung kegiatan perbatasan seperti pos
perbatasan negara yang memenuhi standar internasional di PKSN.

Ketentuan mengenai sarana prasarana pendukung kegiatan perbatasan mengacu
pada Permendagri No. 18 Tahun 2007 tentang Standardisasi Sarana, Prasarana, dan
Pelayanan Lintas Batas Antar Negara.

Kebijakan 2: Percepatan penyediaan sarana dan prasarana permukiman


perbatasan memenuhi SPM.
Strategi untuk melaksanakan kebijakan ini adalah menyediakan sarana dan
prasarana permukiman sesuai dengan SPM dan karakteristik permukiman (daratan
dan pesisir). Sarana dan prasarana dasar permukiman ini meliputi penyediaan air
minum, pembangunan jalan lingkungan dan drainase lingkungan, penyediaan
pelayanan pengelolaan persampahan serta peningkatan akses sanitasi yang layak
bagi masyarakat.

Kebijakan 3: Pembangunan dan pengembangan kawasan permukiman yang


memiliki ketahanan terhadap bencana.
Strategi untuk melaksanakan kebijakan ini adalah sebagai berikut:
1. Mengurangi ancaman bencana melalui pembangunan dan pengembangan
permukiman pada lokasi yang aman sesuai RTRW dan mitigasi. Dalam hal ini
pembangunan dan pengembangan permukiman dilakukan dengan didasarkan
pada analisis risiko bencana dan melakukan mitigasi yang diperlukan.
2. Mengurangi kerentanan fisik (bangunan dan PSU). Langkah yang dilakukan adalah
dengan menerapkan standar bangunan dan lingkungan yang sesuai dengan tipe
bahaya; melakukan penataan bangunan dan lingkungan untuk memperkecil
ancaman dan meningkatkan ketahanan; atau melakukan pemindahan lokasi
permukiman yang berisiko tinggi ke kawasan yang aman dari bencana.
3. Meningkatkan kapasitas (peraturan, masyarakat, lembaga). Langkah yang
dilakukan adalah menyediakan NSPK untuk berbagai tipe bencana sesuai

50 Rencana Strategis
karakteristik ancaman bencana; meningkatkan pengetahuan dan kemampuan
pemerintah daerah mengenai pembangunan tanggap bencana serta
meningkatkan pengetahuan dan kemampuan masyarakat agar menjadi
masyarakat tangguh bencana.
4. Meningkatkan kualitas/rehabilitasi permukiman di kawasan pasca bencana.
Pelaksanaan penanganan pasca bencana dimulai dari masa tanggap darurat
melalui pemulihan kondisi serta rehabilitasi dan rekonstruksi.
Permukiman Perbatasan Dusun Balai Karangan, Entikong

Sumber: Dokumentasi Ditjen Cipta Karya

DIREKTORAT JENDERAL CIPTA KARYA TAHUN 2015-2019 51


Pembangunan Pos Lintas Batas Negara, Entikong
Sumber: Dokumentasi Ditjen Cipta Karya

52 Rencana Strategis
DIREKTORAT JENDERAL CIPTA KARYA TAHUN 2015-2019 53
Kebijakan dan Strategi
Bina Penataan Bangunan

3.2.3 Kebijakan dan Strategi Pembinaan Penataan Bangunan


Dalam mendukung Gerakan 100-0-100 yang dicanangkan oleh Direktorat Jenderal Cipta
Karya, maka bidang Penataan Bangunan dan Lingkungan memfokuskan kegiatan pada
upaya revitalisasi kawasan tematik perkotaan. Dalam mewujudkan kegiatan revitalitasi
kawasan tematik perkotaan, didukung oleh tiga komponen utama, yaitu: penyusunan
dan impelementasi NSPK, fasilitasi pemerintah daerah, dan pemberdayaan masyarakat.
Kegiatan revitalisasi kawasan tematik perkotaan sebagai agenda utama bidang penataan
bangnan dan lingkungan memiliki tujuan untuk mencapai perwujudan sustainable city
dan juga menggiatkan urban economic development.

Kebijakan utama dalam bidang penataan bangunan dan lingkungan ialah


Penyelenggaraan Penataan Bangunan dan Lingkungan yang Andal dan Berkelanjutan.
Kebijakan utama tersebut dapat ditempuh melalui beberapa strategi dan strategi
operasional sebagai berikut:

Kebijakan 1: Memberikan dukungan pembangunan sistem penataan bangunan


dan lingkungan dalam mewujudkan kawasan perkotaan yang berkelanjutan
1. Mendorong penyusunan Rencana Tata Bangunan dam Lingkungan (RTBL) untuk
mensinergiskan kepentingan berbagai sektor dalam penataan kawasan;
2. Mendukung kegiatan Penataan Bangunan dan Lingkungan melalui revitalisasi
kawasan tematik perkotaan;
3. Meningkatkan aspek kualitas perencanaan terkait Penataan Bangunan dan
Lingkungan;
4. Mendukung penyelenggaraan Penataan Bangunan dan Lingkungan yang tertib,
andal serta ramah lingkungan.

Kebijakan 2: Melakukan fasilitasi kepada daerah dalam penguatan kelembagaan,


keuangan, dan kemitraan termasuk pembinaan teknis
1. Meningkatkan pendampingan penyusunan Peraturan Daerah tentang Bangunan
Gedung oleh Pemerintah kepada Pemerintah Daerah;
2. Meningkatkan pendampingan penyusunan Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan
(RTBL) oleh Pemerintah kepada Penyelenggara (Pemerintah Daerah, Swasta, atau
Masyarakat);
3. Meningkatkan pendampingan penyusunan Peraturan Walikota/Bupati tentang Izin
Mendirikan Bangunan (IMB) dan Sertifikat Laik Fungsi (SLF) oleh Pemerintah kepada
Pemerintah Daerah;

54 Rencana Strategis RTH Amihami Kota Bima


Sumber: Dokumentasi Ditjen Cipta Karya
4. Memberikan pendampingan untuk implementasi peraturan Daerah Bangunan
Gedung terutama untuk pendataan bangunan gedung, penyusunan Harga Satuan
Bangunan Gedung;
5. Mendorong kapasitas dan kompetensi aparatur Pemerintah, Pemerintah Daerah;
6. Memperkuat peran dan fungsi Dinas/Instansi Pemerintah Daerah Provinsi dan
Kabupaten/ Kota di bidang Penataan Bangunan dan Lingkungan;
7. Mendorong pembentukan dan peningkatan kelembagaan bidang Penataan
Bangunan dan Lingkungan;
8. Memberdayakan aparatur Pemerintah dan Pemerintah Daerah terkait hak, kewajiban,
dan peran dalam Penataan Bangunan dan Lingkungan;
9. Memberdayakan aparatur Pemerintah dan Pemerintah Daerah terkait hak, kewajiban,
dan peran dalam Penataan Bangunan dan Lingkungan;
10. Meningkatkan pemberdayaan dalam pengelolaan Rumah Negara.

Kebijakan 3: Memberikan dukungan penataan bangunan dan lingkungan melalui


kegiatan pemberdayaan masyarakat
1. Mendorong partisipasi masyarakat dan dunia usaha dalam bidang Penataan
Bangunan dan Lingkungan;
2. Mendorong kerjasama bidang Penataan Bangunan dengan masyarakat dan pelaku
peduli lingkungan;
3. Membentuk jejaring dan wadah komunikasi antara pemerintah, masyarakat, swasta,
dan ahli profesi secara nasional dan profesional;
4. Membentuk kontribusi signifikan dalam kegiatan penyebarluasan informasi dan
sosialisasi program Penataan Bangunan dan Lingkungan serta revitalisasi;
5. Membangun jaringan informasi yang mandiri dalam mendukung pembangunan
bidang Keciptakaryaan;
6. Memberikan layanan atas informasi/produk lainnya yang diperlukan perencana,
pelaksana, pengusaha, asosiasi profesi, pemerintah, masyarakat maupun kalangan
akademis terkait bidang Keciptakaryaan.
7. Membuat contoh Ruang Terbuka Hijau (RTH) dalam rangka menonton film revolusi
mental sesuai arahan Nawa Cita Presiden Republik Indonesia.

DIREKTORAT JENDERAL CIPTA KARYA TAHUN 2015-2019 55


IPA SPAM Penatu, Bali
Sumber: Dokumentasi Ditjen Cipta Karya
56 Rencana Strategis
DIREKTORAT JENDERAL CIPTA KARYA TAHUN 2015-2019 57
Kebijakan dan Strategi
Sistem Penyediaan Air

3.2.4 Kebijakan dan Strategi Sistem Penyediaan Air Minum


Sesuai dengan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 13/PRT/M/2013 tentang
Kebijakan dan Strategi Pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum (KSNP-SPAM),
maka kebijakan dan strategi pengembangan air minum adalah:

Kebijakan 1. Peningkatan akses aman air minum bagi seluruh masyarakat di


perkotaan dan perdesaan melalui jaringan perpipaan dan bukan jaringan
perpipaan terlindungi.
1. Mengembangkan SPAM dalam rangka pemenuhan kebutuhan pelayanan minimal
untuk memperluas jangkauan pelayanan air minum terutama untuk masyarakat
berpenghasilan rendah.
2. Mengembangkan SPAM dalam rangka mendukung pertumbuhan ekonomi.
3. Meningkatkan dan memperluas akses air minum yang aman melalui SPAM bukan
jaringan perpipaan terlindungi dan berkelanjutan.
4. Meningkatkan kualitas air minum yang memenuhi persyaratan baku mutu yang
berlaku.
5. Menurunkan tingkat kehilangan air.
6. Mengembangkan sistem informasi dan pendataan dalam rangka pemantauan dan
evaluasi kinerja pelayanan air minum.

Kebijakan 2. Peningkatan kemampuan pendanaan operator dan pengembangan


alternatif sumber pembiayaan.
1. Meningkatkan kemampuan finansial internal Penyelenggara SPAM.
2. Meningkatkan komitmen Pemerintah dan Pemerintah Daerah dalam pendanaan
pengembangan SPAM.
3. Mengembangkan pola pembiayaan melalui Corporate Social Responsibility (CSR).
4. Meningkatkan pendanaan melalui perolehan dana non-pemerintah, seperti
pinjaman dan hibah dalam dan luar negeri, pinjaman perbankan, pinjaman non-
perbankan, dan obligasi perusahaan.
5. Meningkatkan sinergitas antara BUMN-BUMD dalam percepatan pengembangan
SPAM.

Kebijakan 3. Peningkatan kapasitas kelembagaan penyelenggaraan


pengembangan SPAM.
1. Memperkuat kapasitas Sumber Daya Manusia (SDM) di tingkat pusat dan daerah
dalam pengembangan SPAM.
2. Memperkuat peran dan fungsi dinas/instansi di tingkat Provinsi dan Kabupaten/Kota
dalam pengembangan SPAM.

58 Rencana Strategis
3. Mendorong komitmen Pemda untuk lebih memprioritaskan Pengembangan SPAM.
4. Menerapkan prinsip Good Corporate Governance untuk Penyelenggara/operator SPAM.
5. Mengembangkan kapasitas SDM dengan pola Center of Excellent.
6. Mengembangkan manajemen aset SPAM dalam rangka meningkatkan efisiensi dan
efektivitas pengelolaan.
7. Mengembangkan kapasitas Pemerintah Daerah dalam pelaksanaan SPAM Regional.

Kebijakan 4. Pengembangan dan penerapan NSPK di pusat dan di daerah.


1. Melengkapi produk peraturan perundangan dalam penyelenggaraan pengembangan
SPAM.
2. Menerapkan NSPK yang telah tersedia.
3. Menyelenggarakan pengembangan SPAM sesuai dengan kaidah teknis.

Kebijakan 5. Peningkatan penyediaan air baku untuk air minum secara


berkelanjutan.
1. Meningkatkan konservasi wilayah sungai dan perlindungan sumber air baku.
2. Meningkatkan upaya penyediaan air baku untuk air minum.
3. Meningkatkan efisiensi dan efektifitas pengelolaan sumber daya air melalui
pendekatan berbasis wilayah sungai.
4. Meningkatkan efisiensi dan efektifitas pemanfaatan air baku melalui sistem regional.

Kebijakan 6. Peningkatan peran dan kemitraan badan usaha dan masyarakat.


1. Meningkatkan kepedulian masyarakat dalam penyelenggaraan pengembangan
SPAM.
2. Menciptakan iklim yang kondusif untuk investasi badan usaha dan koperasi.

Kebijakan 7. Pengembangan inovasi teknologi SPAM


1. Mendorong penelitian untuk menciptakan teknologi bidang air minum.
2. Memasarkan hasil inovasi teknologi.
3. Menerapkan teknologi tepat guna dalam pengembangan SPAM pada daerah dengan
keterbatasan kualitas air baku.
4. Menyusun rencana implementasi prinsip pembangunan berkelanjutan dalam
pengelolaan SPAM.

DIREKTORAT JENDERAL CIPTA KARYA TAHUN 2015-2019 59


IPAL DSDP Kota Denpasar. Provinsi Bali
Sumber: Dokumentasi Ditjen Cipta Karya
60 Rencana Strategis
DIREKTORAT JENDERAL CIPTA KARYA TAHUN 2015-2019 61
Kebijakan dan Strategi Pengembangan
Penyehatan Lingkungan Permukiman

3.2.5 Kebijakan dan Strategi Pengembangan Penyehatan Lingkungan Permukiman


Kebijakan dan strategi penyelenggaraan kegiatan penyehatan lingkungan permukiman
diarahkan dengan memperhatikan tugas, fungsi dan tanggung jawab Direktorat
Pengembangan Penyehatan Lingkungan Permukiman berdasarkan Permen PUPR No.15/
PRT/M/2015 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Pekerjaan Umum dan
Perumahan Rakyat. Adapun tugas Direktorat Pengembangan PLP adalah melaksanakan
perumusan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan produk pengaturan, pembinaan dan
pengawasan (Tur-Bin-Was) serta fasilitasi pembangunan sistem pengelolaan air limbah,
sistem pengelolaan persampahan, dan drainase lingkungan sebagai stimulus bagi
pemerintah daerah.

Kebijakan dan strategi pengembangan penyehatan lingkugan permukiman, sesuai


dengan tugas dan fungsinya dibagi menjadi sebagai berikut:
Kebijakan dan Strategi Pengelolaan Air Limbah;
Kebijakan dan Strategi Pengelolaan Persampahan; dan
Kebijakan dan Strategi Pengelolaan Drainase Lingkungan.

a. Kebijakan dan Strategi Pengelolaan Air Limbah

Kebijakan 1. Pengembangan sistem pengelolaan air limbah sistem setempat dan


terpusat
Kebijakan ini diarahkan untuk meningkatkan akses prasarana dan sarana air limbah
melalui sistem setempat dan terpusat. Strategi dalam pengembangan sistem
pengelolaan air limbah sistem setempat dan terpusat adalah sebagai berikut:
1. Pembangunan infrastruktur air limbah sistem setempat melalui hibah dan DAK
sanitasi;
2. Penerapan kriteria infrastruktur air limbah layak dalam pengajuan Izin Mendirikan
Bangunan (IMB);
3. Pembangunan dan rehabilitasi Instalasi Pengolahan Lumpur Tinja (IPLT) terintegrasi
dengan program Layanan Lumpur Tinja Terjadwal (LLTT);
4. Pembangunan infrastruktur air limbah sistem terpusat skala komunal, kawasan dan
kota melalui dana APBN.
5. Peningkatan kapasitas dan skala penanganan sistem pengelolaan air limbah skala
komunal dan kawasan;
6. Peningkatan teknologi pada sistem pengelolaan air limbah terpusat.

62 Rencana Strategis
Kebijakan 2. Peningkatkan peran masyarakat dan dunia usaha/swasta dalam
pembangunan air limbah permukiman.
Arah kebijakan ini adalah untuk meningkatkan peran masyarakat dan dunia usaha/
swasta dalam pembangunan air limbah permukiman yang diterapkan melalui strategi
sebagai berikut:
1. Peningkatkan pemahaman masyarakat terhadap pentingnya pengelolaan air
limbah permukiman melalui pemicuan;
2. Pelaksanaan pembangunan infrastruktur air limbah berbasis masyarakat;
3. Peningkatan kerjasama dengan dunia usaha/swasta dalam pengelolaan air limbah
permukiman.

Kebijakan 3. Pengembangan peraturan perundangan penyelenggaraan


pengelolaan air limbah permukiman.
Arah kebijakan ini adalah untuk melengkapi perangkat peraturan perundangan terkait
penyelenggaraan pengelolaan air limbah permukiman. Strategi dalam pengembangan
perangkat peraturan perundangan, antara lain:
1. Penyusunan peraturan perundangan penyelenggaraan pengelolaan air limbah
permukiman;
2. Penyebarluasan informasi peraturan perundangan terkait penyelenggaraan
pengelolaan air limbah permukiman;
3. Penerapan peraturan perundangan.

Kebijakan 4. Penguatan kelembagaan pengelolaan air limbah permukiman.


Kebijakan ini diarahkan untuk memperkuat fungsi regulator dan operator dalam
penyelenggaraan pengelolaan air limbah permukiman. Strategi dalam penguatan
kelembagaan adalah sebagai berikut:
1. Fasilitasi pembentukan dan perkuatan kelembagaan pengelola air limbah
permukiman ditingkat masyarakat;
2. Mendorong pembentukan dan perkuatan institusi pengelola air limbah
permukiman di daerah;
3. Peningkatan kapasitas sumber daya manusia (SDM) pengelola air limbah
permukiman;
4. Peningkatkan koordinasi dan kerjasama antar lembaga;
5. Peningkatan kesadaran pemangku kepentingan terhadap pengelolaan air limbah
permukiman.

DIREKTORAT JENDERAL CIPTA KARYA TAHUN 2015-2019 63


Kebijakan dan Strategi Pengembangan
Penyehatan Lingkungan Permukiman

Kebijakan 5. Peningkatan dan pengembangan alternatif sumber pendanaan


pembangunan prasarana dan sarana air limbah pemukiman.
Arah kebijakan ini adalah untuk meningkatkan alokasi dana pembangunan prasarana
dan sarana air limbah permukiman dalam rangka mempercepat pencapaian akses
universal air limbah. Strategi dalam peningkatan kapasitas pembiayaan, antara lain:
1. Mendorong berbagai alternatif sumber pembiayaan untuk penyelenggaraan air
limbah permukiman;
2. Pembiayaan bersama pemerintah pusat dan daerah dalam mengembangkan
sistem air limbah perkotaan dengan proporsi pembagian yang disepakati bersama.
3. Peningkatan kemitraan dalam penyelenggaraan pembangunan air limbah
permukiman.

b. Kebijakan dan Strategi Pengelolaan Persampahan


Kebijakan 1. Pengurangan sampah semaksimal mungkin dimulai dari sumbernya.
Arah kebijakan ini dimaksudkan untuk mengurangi volume sampah yang harus
diangkut dan dibuang ke TPA dan memanfaatkan semaksimal mungkin material yang
dapat di daur ulang. Adapun strategi yang diterapkan dalam rangka pengurangan
sampah dari sumber adalah sebagai berikut:
1. Meningkatkan pemahaman masyarakat akan 3R (Reduce-ReuseRecycle);
2. Mengembangkan dan menerapkan sistem insentif dan disinsentif dalam
pelaksanaan 3R;
3. Mendorong koordinasi lintas sektor terutama perindustrian dan perdagangan.

Kebijakan 2. Peningkatan cakupan pelayanan dan kualitas pengelolaan.


Arah kebijakan ini dimaksudkan untuk meningkatkan cakupan pelayanan air limbah
dan kualitas pengelolaan sehingga dapat mecapai target akses universal bidang
persampahan. Adapun strategi yang diterapkan untuk meningkatkan cakupan pelayan
serta kualitas pengelolaan persampahan yaitu:
1. Meningkatkan pemanfaatan prasarana dan sarana persampahan;
2. Meningkatkan kapasitas sarana persampahan sesuai sasaran pelayanan;
3. Meningkatkan kapasitas sarana persampahan sesuai sasaran pelayanan;
4. Meningkatkan kualitas pengelolaan TPA ke arah sanitary landfill;
5. Mengembangkan Pengelolaan TPA Regional;
6. Menerapkan teknologi penanganan persampahan tepat guna dan berwawasan
lingkungan.

64 Rencana Strategis
Kebijakan 3. Peningkatan peran aktif masyarakat sebagai mitra pengelolaan.
Arah kebijakan peningkatan peran aktif masyarakat dimaksudkan untuk menggalang
potensi dari masyarakat agar dapat berpartisipasi secara langsung dalam pembangunan
sektor persampahan.
Adapun strategi yang diterapkan dalam rangka meningkatkan peran aktif masyarakat
yaitu :
1. Meningkatkan pemahaman tentang pengelolaan sampah sejak dini melalui
pendidikan bagi anak usia sekolah;
2. Menyebarluaskan pemahaman tentang pengelolaan persampahan kepada
masyarakat umum;
3. Meningkatkan pembinaan masyarakat khususnya kaum perempuan dalam
pengelolaan sampah;
4. Mendorong pelaksanaan pengelolaan sampah berbasis masyarakat.

Kebijakan 4. Pengembangan kelembagaan, peraturan dan perundangan.


Untuk operasionalisasi kebijakan tersebut maka strategi yang ditetapkan adalah
sebagai berikut:
1. Meningkatkan status dan kapasitas institusi pengelola;
2. Meningkatkan kinerja institusi pengelola persampahan;
3. Memisahkan fungsi / unit regulator dan operator;
4. Meningkatkan kerjasama dan koordinasi dengan pemangku kepentingan lain;
5. Meningkatkan kualitas SDM;
6. Mendorong pengelolaan kolektif atas penyelenggaraan persampahan kala regional.

Kebijakan 5. Pengembangan alternatif sumber pembiayaan.


Untuk operasionalisasi kebijakan tersebut maka beberapa strategi yang ditetapkan
yaitu:
1. Mengembangkan sistem insentif dan iklim yang kondusif bagi dunia usaha/swasta
2. Mendorong peningkatan pemulihan biaya persampahan.

c. Kebijakan dan Strategi Pengelolaan Drainase Lingkungan


Kebijakan 1. Peningkatan keterpaduan penanganan pengendalian genangan
berdasarkan keseimbangan tata air
Untuk operasionalisasi kebijakan tersebut maka beberapa strategi yang ditetapkan
yaitu:
1. Mendorong rencana induk sistem drainase yang terpadu antara sistem drainase
lingkungan dengan sistem drainase utama serta pengaturan dan pengelolaan
sungai;

DIREKTORAT JENDERAL CIPTA KARYA TAHUN 2015-2019 65


Kebijakan dan Strategi Pengembangan
Penyehatan Lingkungan Permukiman

2. Mengembangkan sistem drainase yang berwawasan lingkungan yang mendukung


upaya konservasi air;
3. Meningkatkan koordinasi antar instansi terkait dalam pengelolaan drainase

Kebijakan 2. Pemanfaatan sistem yang ada, peningkatan/pemeliharaan,


pengembangan dan pembangunan baru.
Untuk operasionalisasi kebijakan tersebut maka beberapa strategi yang ditetapkan
yaitu:
1. Pengembangan kapasitas operasi dan pemeliharaan prasarana dan sarana sistem
drainase yang terbangun;
2. Penyiapan prioritas optimalisasi drainase lingkungan;
3. Pembangunan baru terutama di kawasan strategis perkotaan di kota metropolitan
dan besar.

Kebijakan 3. Peningkatan kapasitas kelembagaan pengelola prasarana dan sarana


drainase dan peran serta masyarakat
Untuk operasionalisasi kebijakan tersebut maka beberapa strategi yang ditetapkan
yaitu:
1. Mendorong pembentukan institusi pengelola drainase;
2. Meningkatkan kinerja institusi pengelola;
3. Melakukan perkuatan kapasitas institusi pengelola;
4. Peningkatan kapasitas SDM Pemda.

Kebijakan 4. Penguatan peraturan dan perundangan pengelolaan drainase


lingkungan
Untuk operasionalisasi kebijakan tersebut maka beberapa strategi yang ditetapkan
yaitu:
1. Menyiapkan peraturan dan produk hukum (NSPK) untuk penanganan drainase;
2. Menyebarluaskan informasi terkait produk hokum (NSPK) pengelolaaan drainase
lingkungan;
3. Mendorong penerapan sanksi hokum untuk pengelolaan drainase lingkungan.

Kebijakan 5. Pengembangan alternatif sumber pembiayaan


Untuk operasionalisasi kebijakan tersebut maka beberapa strategi ditetapkan yaitu:
1. Meningkatkan pemahaman masyarakat terhadappentingnya pengelolaan drainase
lingkungan;
2. Mendorong pengelolaan drainase lingkungan berbasis masyarakat.

66 Rencana Strategis
3.3 KERANGKA REGULASI

Ditjen Cipta Karya dalam melakukan tugas dan fungsinya mengacu pada Undang-Undang yang
berlaku. Adapun amanat perundangan yang terkait dengan keciptakaryaan antara lain:
Undang-Undang No. 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional
- Dalam mewujudkan pembangunan yang lebih merata dan berkeadilan, maka pemenuhan
kebutuhan dasar masyarakat yang berupa air minum dan sanitasi diarahkan pada: (1)
peningkatan kualitas pengelolaan aset (asset management) dalam penyediaan air minum dan
sanitasi; (2) pemenuhan kebutuhan minimal air minum dan sanitasi dasar bagi masyarakat;
(3) penyelenggaraan pelayanan air minum dan sanitasi yang kredibel dan profesional; dan
(4) penyediaan sumber-sumber pembiayaan murah dalam pelayanan air minum dan sanitasi
bagi masyarakat miskin.
- Percepatan pembangunan infrastruktur dengan lebih meningkatkan kerjasama antara
pemerintah dan dunia usaha; Pengembangan perumahan dan permukiman.
- Ketersediaan infrastruktur sesuai tata ruang; Terpenuhinya penyediaan air minum untuk
kebutuhan dasar pengembangan infrastruktur pedesaan mendukung pertanian; Pemenuhan
kebutuhan hunian didukung sistem pembiayaan jangka panjang; Terwujudnya kota tanpa
pemukiman kumuh.
- Terpenuhinya kebutuhan hunian yang dilengkapi dengan prasarana dan sarana pendukung
bagi seluruh masyarakat yang didukung oleh sistem pembiayaan perumahan jangka panjang
dan berkelanjutan, efisien, dan akuntabel sehingga terwujud kota tanpa permukiman kumuh.
Undang-Undang No. 18 tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah
- Pemerintah daerah harus menutup tempat pemrosesan akhir sampah (TPA) yang dioperasikan
dengan sistem pembuangan terbuka (open dumping) paling lama lima (5) tahun terhitung
sejak diberlakukannya UU ini.
- Pengelolaan sampah rumah tangga dan sampah sejenis sampah rumah tangga dilakukan
dengan pengurangan sampah, dan penanganan sampah. Upaya pengurangan sampah
dilakukan dengan pembatasan timbulan sampah, pendauran ulang sampah, dan
pemanfaatan kembali sampah. Sedangkan kegiatan penanganan sampah meliputi
pemilahan, pengumpulan, pengangkutan, pengolahan dan pemrosesan akhir.
Undang-Undang No. 1 tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan Permukiman
- UU mengatur penyelenggaraan perumahan dan kawasan permukiman, pencegahan dan
peningkatan kualitas permukiman kumuh, pendanaan & pembiayaan, dan peran masyarakat.
- Dalam menangani permukiman kumuh dilakukan upaya pencegahan, terdiri dari
pengawasan, pengendalian, dan pemberdayaan masyarakat, serta upaya peningkatan
kualitas permukiman, yaitu pemugaran, peremajaan, dan permukiman kembali.
Undang-Undang No. 20 Tahun 2011 tentang Rumah Susun
- Peraturan ini mengatur perihal pembinaan, perencanaan, pembangunan, penguasaan,

DIREKTORAT JENDERAL CIPTA KARYA TAHUN 2015-2019 67


Kebijakan dan Strategi Pengembangan
Penyehatan Lingkungan Permukiman

pemilikan, dan pemanfaatan, pengelolaan, peningkatan kualitas, pengendalian,


kelembagaan, tugas dan wewenang, hak dan kewajiban, pendanaan dan sistem pembiayaan,
dan peran masyarakat.
Undang-Undang No. 28 Tahun 2002 tentang Bangunan Gedung
- Bangunan gedung harus mempertimbangkan terciptanya ruang luar bangunan gedung,
ruang terbuka hijau yang seimbang, serasi, dan selaras dengan lingkungannya. Sistem
penghawaan, pencahayaan, dan pengkondisian udara dilakukan dengan prinsip-prinsip
penghematan energi (amanat green building).
- Bangunan gedung dan lingkungannya yang ditetapkan sebagai cagar budaya sesuai dengan
peraturan perundang-undangan harus dilindungi dan dilestarikan.
- Penyediaan fasilitas dan aksesibilitas bagi penyandang cacat dan lanjut usia merupakan
keharusan bagi semua bangunan gedung.
Undang-Undang No. 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang
- Infrastruktur air minum, air limbah permukiman, persampahan, merupakan bagian dari
sistem jaringan prasarana yang mendukung sistem permukiman dan membentuk struktur
ruang kota.
- Peraturan ini mengamanatkan penyediaan ruang terbuka hijau dengan proporsi paling
sedikit 30 (tiga puluh) persen dari luas wilayah kota.
Undang-Undang No. 23 Tahun 2014 tentang Pemerintah Daerah
- Bidang Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat merupakan Urusan Pemerintahan yang wajib
diselenggarakan seluruh Daerah dan bersifat Pelayanan Dasar untuk memenuhi kebutuhan
dasar warga negara. Pemda telah diamanatkan untuk memprioritaskan pelaksanaan Urusan
Pemerintahan Wajib yang berkaitan dengan Pelayanan Dasar sehingga mendapat perlakuan
khusus dalam penyusunan kelembagaan, perencanaan dan penganggaran di pusat dan di
daerah.
- Pelaksanaan Pelayanan Dasar pada Urusan Pemerintahan Wajib yang berkaitan dengan
Pelayanan Dasar berpedoman pada SPM yang ditetapkan oleh Pemerintah Pusat, sekaligus
mendukung indikator kinerja utama kementerian dan kinerjanya akan dikontrol secara ketat
oleh berbagai stakeholders.
- Dalam pembangunan bidang infrastruktur permukiman, Pemerintah Pusat memiliki
kewenangan untuk mengembangkan sistem permukiman secara nasional, lintas provinsi,
atau untuk kepentingan strategis nasional. Pembagian kewenangan antara Pemerintah
Pusat, Provinsi, dan Kabupaten/Kota ditunjukan pada tabel 3.4.

68 Rencana Strategis
Tabel 3.4 Pembagian Kewenangan Pemerintah Pusat, Provinsi, dan Kabupaten/Kota

Sub Urusan Pemerintah Pusat Daerah Provinsi Daerah Kab/Kota


Permukiman a. Penetapan sistem Penyelenggaraan Penyelenggaraan
pengembangan infrastruktur pada infrastruktur pada
infrastruktur permukiman di kawasan permukiman di Daerah
permukiman secara strategis Daerah Provinsi. kabupaten/kota
nasional.
b. Penyelenggaraan
infrastruktur pada
permukiman di
kawasan strategis
nasional
Bangunan a. Penetapan bangunan a. Penetapan Penyelenggaraan bangunan
Gedung gedung untuk banguanna gedung gedung di wilayah Daerah
kepentingan strategis untuk kepentingan kabupaten/kota, termasuk
nasional strategis Daerah pemberian IMB dan sertifikat
b. Penyelenggaraan provinsi laik fungsi bangunan
bangunan gedung b. Penyelenggaeaan
untuk kepentingan bangunana geudng
strategis nasional untuk kepentigan
dan penyelenggaraan strategis Daerah
banguanna gedung provinsi
fungsi khusus
Penataan a. Penetapan Penyelenggaraan penataan Penyelenggaraan penataan
Bangunan dan pengembangan sistem bangunan dan lingkungan banguanan dan lingkungan
Lingkungan penataan bangunan di kawasan strategis Daerah di daerah kabupaten/kota
dan lingkungan secara provinsi dan penataan
nasional bangunan dan lingkungan
b. Penyelenggaraan lintas daerah
penataan bangunan
danlingkungannya
di kawasan strategis
nasional
Air Minum a. Penetapan Pengelolaan dan Pengelolaan dan
pengembangan SPAM pengembangan SPAM lintas pengembangan SPAM di
secara nasional daerah kabupaten/kota daerah kabupaten/kota
b. Pengelolaan dan
pengembangan
SPAM lintas Daerah
provinsi, dan SPAM
untuk kepentingan
strategis nasional

DIREKTORAT JENDERAL CIPTA KARYA TAHUN 2015-2019 69


Kebijakan dan Strategi Pengembangan
Penyehatan Lingkungan Permukiman

Sub Urusan Pemerintah Pusat Daerah Provinsi Daerah Kab/Kota


Air Limbah a. Penetapan Pengelolaan dan Pengelolaan dan
pengembangan sistem pengembangan sistem airl pengembangan sistem air
pengelolaan air limbah limbah domestik regional limbah domestik dalam
domestik secara daerah kabupaten/kota
nasional
b. Pengelolaan dan
pengembangan
sistem pengelolaan air
limbah domestik lintas
daerah provinsi, dan
sistem pengelolaan air
limbah domestik untuk
kepentingan strategis
nasional
Persampahan a. Penetapan Pengembangan sistem dan Pengembangan sistem dan
pengembangan pengelolaan persampahan pengelolaan persampahan
sistem pengelolaan regional dalam daerah kabupaten/
persampahan secara kota
nasional
b. Pengembangan
sistem pengelolaan
persampahan lintas
daerah provinsi dan
sistem pengelolaan
persampahan untuk
kepentingan strategis
nasional
Drainase a. Penetapan Pengelolaan dan Pengelolaan dan
pengembangan sistem pengembangan sistem pengembangan sistem
drainase secara drainase yang terhubung drainase yang terhubung
nasional dengan sungai lintas daerah dengan sungai dalam daerah
b. Pengelolaan dan kabupaten/kota kabupaten/kota
pengembangan
sistem drainase lintas
daerah provinsi dan
sistem drainase untuk
kepentingan strategis
nasional

Di samping Undang-Undang tersebut, Ditjen Cipta Karya dalam melaksanakan tugas dan fungsinya
juga mengacu pada peraturan pelaksana dalam bentuk Peraturan Pemerintah, Peraturan Presiden,
maupun Peraturan Menteri PUPR. Adapun peraturan pelaksanaan bidang Cipta Karya antara lain:
PP No. 36 tahun 2005 Tentang Peraturan Pelaksanaan UUBG (Undang Undang Bangunan
Gedung);
PP No. 26 Tahun 2008 Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional;
PP No. 81 Tahun 2012 tentang Pengelolaan Sampah Rumah Tangga dan Sampah Sejenis Sampah
Rumah Tangga;

70 Rencana Strategis
PP No. 88 Tahun 2014 tentang Pembinaan Penyelenggaraan Perumahan dan Kawasan
Permukiman;
PP No. 121 Tahun 2015 tentang Pengusahaan Sumber Daya Air;
PP No. 122 Tahun 2015 tentang Penyelenggaraan Sistem Penyediaan Air Minum;
Perpres No. 67 Tahun 2005 Tentang Kerjasama Pemerintah Dengan Badan Usaha Dalam
Penyediaan Infrastruktur, dengan perubahannya Perpres No. 13 Tahun 2010 dan Perpres No. 56
Tahun 2011;
Perpres No. 81 Tahun 2010 Tentang Grand Design Reformasi Birokrasi 2010-2025;
Perpres No. 61 Tahun 2011 tentang Rencana Aksi Nasional Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca;
Perpres No. 185 Tahun 2014 tentang Percepatan Penyediaan Air Minum dan Sanitasi;
Perpres No. 2 Tahun 2015 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional Tahun
2015-2019;
Perpres No. 15 Tahun 2015 tentang Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat;
Perpres No. 38 Tahun 2015 tentang Kerjasama Pemerintah dengan Badan Usaha dalam
Penyediaan Infrastruktur;
Permen PU No. 21/PRT/M/2006 Tentang Kebijakan dan Strategi Nasional Pengembangan Sistem
Pengelolaan Persampahan (KSNP-SPP);
Permen PU No. 06/PRT/M/2007 Tentang Pedoman Umum Rencana Tata Bangunan dan
Lingkungan;
Permen PU No. 45/PRT/M/2007 Tentang Pedoman Teknis Pembangunan Bangunan Gedung
Negara;
Permen PU No. 16/PRT/M/2008 Tentang Kebijakan dan Strategi Nasional Pengembangan Sistem
Pengelolaan Air Limbah Permukiman (KSNP-SPALP);
Permen PU No. 24/PRT/M/2008 Tentang Pedoman Pemeliharaan Dan Perawatan Bangunan
Gedung;
Permen PU No. 16/PRT/M/2010 Tentang Pedoman Teknis Pemeriksaan Berkala Bangunan
Gedung;
Permen PU No. 18/PRT/M/2012 Tentang Pedoman Pembinaan Penyelenggaraan Pengembangan
Sistem Penyediaan Air Minum;
Permen PU No. 03/PRT/M/2013 Tentang Penyelenggaraan Prasarana dan Sarana Persampahan
dalam Penanganan Sampah Rumah Tangga dan Sampah Sejenis Rumah Tangga;
Permen PU No. 13/PRT/M/2013 Tentang Kebijakan dan Strategi Nasional Pengembangan Sistem
Penyediaan Air Minum;
Permen PU No. 1/PRT/M/2014 Tentang SPM Bidang Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang;
Permen PU No. 12/PRT/M/2014 tentang Penyelenggaraan Sistem Drainase Perkotaan;
Permen PU No. 25/PRT/M/2014 tentang Prosedur Operasional Standar Pengelolaan Sistem
Penyediaan Air Minum;
Permen PUPR No. 02/PRT/M/2015 tentang Bangunan Gedung Hijau;

DIREKTORAT JENDERAL CIPTA KARYA TAHUN 2015-2019 71


Kebijakan dan Strategi Pengembangan
Penyehatan Lingkungan Permukiman

Permen PUPR No. 03/PRT/M/2015 Petunjuk Teknis Penggunaan Dana Alokasi Khusus Bidang
Infrastruktur;
Permen PUPR No. 15/PRT/M/2015 Tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Pekerjaan
Umum dan Perumahan Rakyat;
Permen PU No. 34/PRT/M/2015 tentang Organisasi dan Tata Kerja Unit Pelaksana Teknis
Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat;
Permendagri No. 57 Tahun 2010 Tentang Standar Pelayanan Perkotaan;
Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 492/Menkes/Per/IV/2010 Tentang Persyaratan Kualitas
Air Minum.

Meskipun perangkat peraturan perundangan yang dimiliki Ditjen Cipta Karya sudah cukup lengkap,
namun ke depan fungsi pengaturan perlu terus diperkuat. Dalam rangka mendukung pencapaian
sasaran pembanguan 2015-2019, perangkat peraturan yang perlu disusun antara lain:
RUU Sanitasi
RPP tentang Penyelenggaraan Perumahan dan Kawasan Permukiman
RPP Rumah Negara
RPP Penyelenggaraan Rumah Susun
Raperpres tentang Kebijakan dan Strategi Nasional Pengembangan Kawasan Permukiman
Raperpres Surat Bukti Kepemilikan Bangunan Gedung
Raperpres Bangunan Gedung Negara
Raperpres tentang Badan Peningkatan Sistem Penyediaan Air Minum
Rapermen PUPR tentang Pedoman Pemberian Izin Penyelenggaraan Sistem Penyediaan Air
Minum oleh Badan Usaha dan Masyarakat untuk Memenuhi Kebutuhan Sendiri
Rapermen PUPR tentang Pedoman Pembinaan dan Pengawasan Penyelenggaraan
Pengembangan SPAM
Rapermen Pemberian Dukungan Pemerintah Daerah dalam Rangka Kerjasama BUMN/BUMD
dengan Badan Usaha
Rapermen PUPR tentang POS Pengelolaan SPAM
Rapermen PUPR tentang Kebijakan dan Strategi Nasional Pengembangan SPAM
Rapermen PUPR tentang Pemberlakuan Standar Kompetansi Kerja Nasional Indonesia
Rapermen PUPR tentang Penyelenggaraan SPAM
Rapermen PUPR Tentang Sistem Pengelolaan Air Limbah
Rapermen PUPR tentang Peran Masyarakat dalam Penyelenggaraan Perumahan dan Kawasan
Permukiman
Rapermen PUPR tentang Pedoman Teknis Pembangunan Infrastruktur Kawasan Perdesaan
Rapermen PUPR tentang Peningkatan Kualitas Terhadap Perumahan Kumuh dan Permukiman
Kumuh
Rapermen Pedoman Teknis Rumah dan Bangunan Gedung Tahan Gempa

72 Rencana Strategis
Rapermen Pedoman Teknis Kemudahan pada Bangunan Gedung
Rapermen PUPR tentang Pedoman Penyusunan Rencana Kawasan Permukiman
Rapermen PUPR tentang Tim Ahli Perumahan dan Kawasan Permukiman
Rapermen PUPR tentang Pembangunan Infrastruktur Kawasan Perbatasan Negara
Rapermen PUPR tentang Pembangunan Infrastruktur Permukiman Berbasis Pemberdayaan
Masyarakat
Rapermen PUPR tentang Spesifikasi Teknis dan Biaya Peningkatan Kualitas Permukiman Kumuh
Perkotaan
SE Direktur Jenderal Cipta Karya tentang Model Peraturan Daerah tentang Pencegahan dan
Peningkatan Kualitas Terhadap Perumahan Kumuh dan Permukiman Kumuh

Kerangka regulasi ini diarahkan untuk memfasilitasi, mendorong dan/atau mengatur perilaku
masyarakat, termasuk swasta dan penyelenggara negara dalam mewujudkan permukiman layak
huni dan berkelanjutan. Kerangka regulasi ini disusun dengan mempertimbangkan regulasi yang
ada, untuk melengkapi kebutuhan regulasi yang belum diatur, maupun untuk perbaikan bilamana
regulasi yang ada belum optimal dalam mencapai tujuan/sasaran pembangunan.

3.4 KERANGKA KELEMBAGAAN

Dalam menjalankan tugas dan fungsinya serta mewujudkan tujuan dan sasaran strategis, Ditjen
Cipta Karya perlu ditopang struktur kelembagaan yang sesuai dengan kebutuhan dan dinamika
organisasi Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat. Oleh sebab itu, pada periode
2015-2019 terjadi perubahan struktur organisasi yang tergambar dari bagan yang berada pada sub
bab ini.

Direktorat Jenderal Cipta Karya terdiri atas:


a. Sekretariat Direktorat Jenderal
Tugas: memberikan pelayanan teknis dan administratif kepada semua unsur organisasi di
lingkungan Direktorat Jenderal Cipta Karya.
Fungsi:
pengelolaan urusan kepegawaian, organisasi, dan tata laksana;
pengelolaan urusan administrasi keuangan, tata usaha, dan rumah tangga Direktorat
Jenderal;
koordinasi dan penyusunan peraturan perundang-undangan, fasilitasi advokasi hukum,
pemberian pertimbangan hukum, serta penyelenggaraan komunikasi publik Direktorat
Jenderal;
pengelolaan barang milik negara Direktorat Jenderal; dan
koordinasi, pemantauan, dan evaluasi sarana dan prasarana penanggulangan darurat
bencana alam.

DIREKTORAT JENDERAL CIPTA KARYA TAHUN 2015-2019 73


Kebijakan dan Strategi Pengembangan
Penyehatan Lingkungan Permukiman

b. Direktorat Keterpaduan Infrastruktur Permukiman


Tugas: melaksanakan penyusunan kebijakan dan strategi, keterpaduan perencanaan dan
kemitraan, pembiayaan, pelaksanaan, pengelolaan data dan sistem informasi serta pemantauan
dan evaluasi kinerja keterpaduan program pembangunan infrastruktur permukiman yang
meliputi pengembangan kawasan permukiman, serta penataan bangunan dan lingkungan,
pengembangan sistem penyediaan air minum, dan penyehatan lingkungan permukiman.
Fungsi:
penyusunan kebijakan dan strategi pembangunan infrastruktur permukiman;
penyusunan keterpaduan perencanaan dan kemitraan pembangunan infrastruktur
permukiman;
penyusunan keterpaduan program, pembiayaan tahunan yang bersumber dari APBN dan
pembiayaan lainnya;
pemantauan keterpaduan pelaksanaan pembangunan infrastruktur permukiman;
pengelolaan data dan sistem teknologi informasi;
pemantauan dan evaluasi kinerja keterpaduan program kegiatan dan pembangunan
infrastruktur permukiman; dan
pelaksanaan urusan tata usaha dan rumah tangga Direktorat.

c. Direktorat Pengembangan Kawasan Permukiman


Tugas: melaksanakan perumusan dan pelaksanaan kebijakan, pembinaan teknis, pengawasan
teknis, pengendalian dan pengaturan teknis pembangunan dan pengembangan kawasan
permukiman perkotaan, kawasan permukiman perdesaan, serta kawasan permukiman khusus.
Fungsi:
penyusunan kebijakan dan strategi, perencanaan teknis, evaluasi dan pelaporan
pengembangan kawasan permukiman perkotaan, kawasan permukiman perdesaan, dan
kawasan permukiman khusus;
penyiapan perumusan kebijakan di bidang pengembangan kawasan permukiman perkotaan,
kawasan permukiman perdesaan, dan kawasan permukiman khusus;
pelaksanaan kebijakan di bidang pengembangan kawasan permukiman perkotaan, kawasan
permukiman perdesaan, dan kawasan permukiman khusus, serta fasilitasi penyediaan tanah;
pemberian bimbingan teknis dan supervisi di bidang pengembangan kawasan permukiman
perkotaan, kawasan permukiman perdesaan, dan kawasan permukiman khusus;
penyusunan dan penyebarluasan Norma, Standar, Prosedur, dan Kriteria (NSPK) di bidang
pengembangan kawasan permukiman perkotaan, kawasan permukiman perdesaan, dan
kawasan permukiman khusus;
fasilitasi pembinaan kelembagaan dan pembinaan pemberdayaan masyarakat di bidang
pengembangan kawasan permukiman perkotaan, kawasan permukiman perdesaan, dan
kawasan permukiman khusus; dan
pelaksanaan urusan tata usaha dan rumah tangga Direktorat.

74 Rencana Strategis
d. Direktorat Bina Penataan Bangunan
Tugas: melaksanakan perumusan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan perencanaan teknis,
penyelenggaraan penataan bangunan dan lingkungan, gedung, pengelolaan rumah negara,
penataan bangunan dan lingkungan khusus, serta penyusunan standardisasi dan penguatan
kelembagaan.
Fungsi:
penyiapan kebijakan dan strategi, perencanaan teknis, evaluasi dan pelaporan di bidang
penataan bangunan dan lingkungan, gedung, rumah negara, penataan ruang terbuka hijau,
dan penataan kawasan pusaka, permukiman tradisional, wisata, pos lintas batas negara,
rawan bencana, serta kawasan tematik perkotaan dan khusus lainnya;
pelaksanaan kebijakan di bidang penataan bangunan dan lingkungan, gedung, rumah
negara, penataan ruang terbuka hijau, dan penataan kawasan pusaka, permukiman
tradisional, wisata, pos lintas batas negara, rawan bencana, serta kawasan tematik perkotaan
dan khusus lainnya;
penyusunan Norma, Standar, Prosedur, dan Kriteria (NSPK) di bidang penataan bangunan
dan lingkungan, gedung, rumah negara, penataan ruang terbuka hijau, dan penataan
kawasan pusaka, permukiman tradisional, wisata, pos lintas batas negara, rawan bencana,
serta kawasan tematik perkotaan dan khusus lainnya;
pemberian bimbingan teknis dan supervisi di bidang penataan bangunan dan lingkungan,
gedung, rumah negara, penataan ruang terbuka hijau, dan penataan kawasan pusaka,
permukiman tradisional, wisata, pos lintas batas negara, rawan bencana, serta kawasan
tematik perkotaan dan khusus lainnya;
fasilitasi, pemberdayaan, dan penguatan kelembagaan di bidang penataan bangunan dan
lingkungan, gedung, rumah negara, penataan ruang terbuka hijau, dan penataan kawasan
pusaka, permukiman tradisional, wisata, pos lintas batas negara, rawan bencana, serta
kawasan tematik perkotaan dan khusus lainnya;
pelaksanaan evaluasi dan pelaporan di bidang penataan bangunan dan lingkungan, gedung,
rumah negara, penataan ruang terbuka hijau, dan penataan kawasan pusaka, permukiman
tradisional, wisata, pos lintas batas negara, rawan bencana, serta kawasan tematik perkotaan
dan khusus lainnya; dan
pelaksanaan urusan tata usaha dan rumah tangga Direktorat.

e. Direktorat Pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum


Tugas: melaksanakan perumusan dan pelaksanakan kebijakan, penyusunan produk pengaturan,
pembinaan dan pengawasan serta fasilitasi di bidang pengembangan sistem penyediaan air
minum.
Fungsi:
penyusunan kebijakan dan strategi, perencanaan teknis, evaluasi dan pelaporan

DIREKTORAT JENDERAL CIPTA KARYA TAHUN 2015-2019 75


pengembangan sistem penyediaan air minum;
penyiapan perumusan kebijakan di bidang pengembangan sistem penyediaan air minum
perkotaan, perdesaan, kawasan khusus;
pelaksanaan kebijakan di bidang pengembangan sistem penyediaan air minum perkotaan,
perdesaan, kawasan khusus, serta fasilitasi penyediaan tanah;
pemberian bimbingan teknis dan supervisi di bidang pengembangan sistem penyediaan air
minum;
penyiapan penyusunan Norma, Standar, Prosedur, dan Kriteria (NSPK) di bidang
pengembangan sistem penyediaan air minum;
fasilitasi dan pemberdayaan kelembagaan di bidang pengembangan sistem penyediaan air
minum; dan
pelaksanaan urusan tata usaha dan rumah tangga Direktorat.

Penanganan Kawasan Permukiman Karangwaru, Kota Yogyakarta

Sumber: Dokumentasi Ditjen Cipta Karya

76 Rencana Strategis
f. Direktorat Pengembangan Penyehatan Lingkungan Permukiman
Tugas: melaksanakan perumusan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan produk pengaturan,
pembinaan dan pengawasan serta fasilitasi di bidang sistem pengelolaan air limbah, sistem
pengelolaan persampahan, drainase lingkungan, dan penyehatan lingkungan permukiman
terkait.
Fungsi:
penyusunan kebijakan dan strategi, perencanaan teknis, evaluasi dan pelaporan sistem
pengelolaan air limbah, sistem pengelolaan persampahan, dan drainase lingkungan serta
penyehatan lingkungan permukiman terkait;
penyiapan perumusan kebijakan di bidang sistem pengelolaan air limbah, sistem pengelolaan
persampahan, dan drainase lingkungan serta penyehatan lingkungan permukiman terkait;
pelaksanaan kebijakan di bidang pengembangan sistem pengelolaan air limbah, sistem
pengelolaan persampahan, drainase lingkungan, dan penyehatan lingkungan permukiman
terkait serta fasilitasi penyediaan tanah;
pemberian bimbingan teknis dan supervisi di bidang sistem pengelolaan air limbah,
sistem pengelolaan persampahan, dan drainase lingkungan serta penyehatan lingkungan
permukiman terkait;
penyiapan penyusunan Norma, Standar, Prosedur, dan Kriteria (NSPK) di bidang sistem
pengelolaan air limbah, sistem pengelolaan persampahan, dan drainase lingkungan serta
penyehatan lingkungan permukiman terkait;
fasilitasi dan pemberdayaan kelembagaan di bidang sistem pengelolaan air limbah,
sistem pengelolaan persampahan, dan drainase lingkungan serta penyehatan lingkungan
permukiman terkait; dan
pelaksanaan urusan tata usaha dan rumah tangga Direktorat.

DIREKTORAT JENDERAL CIPTA KARYA TAHUN 2015-2019 77


Struktur Organisasi
DIREKTORAT JENDERAL CIPTA KARYA
DIREKTUR JENDERAL
CIPTA KARYA

KEPALA BAGIAN
KEPEGAWAIAN, ORGANISASI
DAN TATA LAKSANA

DIREKTORAT DIREKTORAT
KETERPADUAN INFRASTRUKTUR PENGEMBANGAN KAWASAN
PERMUKIMAN PERMUKIMAN

SUBBAGIAN SUBBAGIAN
TATA USAHA TATA USAHA

SUBDIREKTORAT SUBDIREKTORAT
KETERPADUAN PERENCANAAN TEKNIS
PERENCANAAN DAN
KEMITRAAN

SUBDIREKTORAT SUBDIREKTORAT
KETERPADUAN KAWASAN PERMUKIMAN
PEMBIAYAAN PERKOTAAN

SUBDIREKTORAT SUBDIREKTORAT
KETERPADUAN KAWASAN PERMUKIMAN
PELAKSANAAN PERDESAAN

SUBDIREKTORAT SUBDIREKTORAT
KETERPADUAN KAWASAN PERMUKIMAN
PENGELOLAAN DATA DAN KHUSUS
SISTEM INFORMASI

SUBDIREKTORAT SUBDIREKTORAT
KETERPADUAN STANDARDISASI DAN
PEMANTAUAN DAN KELEMBAGAAN
EVALUASI

UPT/BALAI

78 Rencana Strategis
SEKRETARIS
DIREKTORAT JENDERAL

KEPALA BAGIAN KEPALA BAGIAN UMUM KEPALA BAGIAN KEUANGAN


HUKUM & PER-UU-AN

DIREKTORAT DIREKTORAT DIREKTORAT


BINA PENATAAN BANGUNAN PENGEMBANGAN SISTEM PENGEMBANGAN PENYEHATAN
PENYEDIAAN AIR MINUM LINGKUNGAN PERMUKIMAN

SUBBAGIAN SUBBAGIAN SUBBAGIAN


TATA USAHA TATA USAHA TATA USAHA

SUBDIREKTORAT SUBDIREKTORAT SUBDIREKTORAT


PERENCANAAN TEKNIS PERENCANAAN TEKNIS PERENCANAAN TEKNIS

SUBDIREKTORAT SUBDIREKTORAT SUBDIREKTORAT


BANGUNAN GEDUNG SPAM PERKOTAAN PENGELOLAAN AIR LIMBAH

SUBDIREKTORAT SUBDIREKTORAT SUBDIREKTORAT


PENGELOLAAN RUMAH SPAM PERDESAAN PENGELOLAAN
NEGARA PERSAMPAHAN

SUBDIREKTORAT SUBDIREKTORAT SUBDIREKTORAT


PENATAAN BANGUNAN DAN SPAM KHUSUS PENYEHATAN LINGKUNGAN
LINGKUNGAN KHUSUS PERMUKIMAN KHUSUS

SUBDIREKTORAT SUBDIREKTORAT SUBDIREKTORAT


STANDARDISASI DAN STANDARDISASI DAN STANDARDISASI DAN
KELEMBAGAAN KELEMBAGAAN KELEMBAGAAN

KELOMPOK
JABATAN
FUNGSIONAL

DIREKTORAT JENDERAL CIPTA KARYA TAHUN 2015-2019 79


PPIP-Jalan Lingkungan, Kab. Tabanan
Sumber: Dokumentasi Ditjen Cipta Karya
80 Rencana Strategis
DIREKTORAT JENDERAL CIPTA KARYA TAHUN 2015-2019 81
Target Kinerja dan
Kerangka Pendanaan

4.1 TARGET KINERJA DALAM RPJMN 2015-2019


Peraturan Presiden Nomor 2Tahun 2015 tentang RPJMN 2015-2019 menjabarkan sasaran pembangunan
kawasan permukiman yang menjadi prioritas, yaitu sebagai berikut:

1. Tercapainya pengentasan permukiman kumuh perkotaan menjadi 0 persen melalui penanganan


kawasan permukiman kumuh seluas 38.431 hektar, peningkatan kualitas pemukiman perdesaan
seluas 78.384 Ha, peningkatan kualitas permukiman khusus seluas 3.099 Ha, inkubasi 10 kota baru
dan peningkatan keswadayaan masyarakat di 7.683 kelurahan.

2. Tercapainya 100 persen pelayanan air minum bagi seluruh penduduk Indonesia yang dilakukan
melalui tiga pendekatan yaitu optimalisasi dan pembangunan baru (supply side), peningkatan
efisiensi layanan air minum (demand side), dan penciptaan lingkungan yang kondusif (enabling
environment).

3. Optimalisasi penyediaan layanan air minum dilakukan melalui (i) fasilitasi SPAM PDAM yaitu
bantuan program PDAM menuju 100% PDAM Sehat dan pengembangan jaringan SPAM MBR di
5.700 kawasan dan (ii) fasilitasi SPAM non-PDAM yaitu bantuan program non-PDAM menuju 100%
pengelola non-PDAM sehat dan pengembangan jaringan SPAM MBR di 1.400 kawasan. Sedangkan
pembangunan baru dilakukan melalui (i) pembangunan SPAM kawasan khusus yaitu SPAM
kawasan kumuh perkotaan untuk 661.600 sambungan rumah (SR), SPAM kawasan nelayan untuk
66.200 SR, dan SPAM rawan air untuk 1.705.920 SR; (ii) pembangunan SPAM berbasis masyarakat
untuk 9.665.920 SR; (iii) pembangunan SPAM perkotaan yaitu SPAM IKK untuk 9.991.200 SR dan
SPAM Ibukota Pemekaran dan Perluasan Perkotaan untuk 4.268.800 SR; (iv) pembangunan SPAM
Regional untuk 1.320.000 SR di 31 kawasan.

4. Peningkatan efisiensi layanan air minum dilakukan melalui penerapan prinsip jaga air, hemat
air dan simpan air secara nasional. Penerapan prinsip tersebut dilakukan melalui (i) pelaksanaan
Rencana Pengamanan Air Minum (RPAM) pada komponen sumber, operator dan konsumen
di seluruh kabupaten/kota; (ii) optimalisasi bauran air domestik di seluruh kabupaten/kota; (iii)
penerapan efisiensi konsumsi air minum pada tingkat rumah tangga sekitar 10 liter/orang/hari
setiap tahunnya dan pada tingkat komersial dan fasilitas umum sekitar 10 persen setiap tahunnya.

5. Penciptaan lingkungan yang mendukung dilakukan melalui (i) penyusunan dokumen perencanaan
air minum sebagai rujukan pembangunan air minum di seluruh kabupaten/kota yang mencakup
Rencana Induk Sistem Penyediaan Air Minum (RISPAM), rencana strategis penyediaan air minum
daerah (Jakstrada) dan rencana tahunan penyediaan air minum; (ii) peningkatan pendataan air
minum sebagai rujukan perencanaan dan penganggaran air minum di seluruh kabupaten/kota;
(iii) fasilitasi pengembangan peraturan di daerah yang menjamin penyediaan layanan air minum di
seluruh kabupaten/kota.

82 Rencana Strategis
6. Meningkatnya akses penduduk terhadap sanitasi layak (air limbah domestik, sampah dan drainase
lingkungan) menjadi 100 persen pada tingkat kebutuhan dasar yaitu (i) untuk sarana prasarana
pengelolaan air limbah domestik dengan pembangunan dan peningkatan infrastruktur air limbah
sistem terpusat skala kota, kawasan, dan komunal di 438 kota/kab (melayani 34 juta jiwa), serta
peningkatan kualitas pengelolaan air limbah sistem setempat melalui peningkatan kualitas
pengelolaan lumpur tinja perkotaan dan pembangunan Instalasi Pengolahan Lumpur Tinja (IPLT)
di 409 kota/kab; (ii) untuk sarana prasarana pengelolaan persampahan dengan pembangunan
TPA sanitary landfill di 341 kota/kab, penyediaan fasilitas 3R komunal di 334 kota/kab, fasilitas 3R
terpusat di 112 kota/kab; (iii) untuk sarana prasarana drainase permukiman dalam pengurangan
genangan seluas 22.500 Ha di kawasan permukiman termasuk 4.500 Ha di kawasan kumuh; serta
(iv) kegiatan pembinaan, fasilitasi, pengawasan dan kampanye serta advokasi di 507 kota/kab
seluruh Indonesia.

7. Meningkatnya keamanan dan keselamatan bangunan gedung termasuk keserasiannya terhadap


lingkungan melalui (i) pembinaan dan pengawasan khususnya bangunan milik Pemerintah di
seluruh kabupaten/kota; (ii) penyusunan Norma, Standar, Pedoman dan Kriteria (NSPK) untuk
seluruh bangunan gedung dan penerapan penyelenggaraan bangunan hijau di seluruh kabupaten/
kota; dan (iii) menciptakan building codes yang dapat menjadi rujukan bagi penyelenggaraan dan
penataan bangunan di seluruh kabupaten/kota.

Berdasarkan target kinerja prioritas pada RPJMN 2015-2019 maka kerangka pendanaan Ditjen Cipta
Karya untuk tahun 2015-2019 adalah sebagai berikut:
Tabel 4.1 Rencana Pendanaan Renstra Ditjen Cipta Karya 2015-2019

Alokasi Anggaran (Rp. Miliar) Total Renstra DJCK


Indikator Outcome 2015-2019 2015-2019
2015 2016 2017 2018 2019 (Rp. Miliar)
Proporsi rumah tangga yang menempati
permukiman tidak layak di perkotaan, 4.863 10.605 10.836 10.276 9.869 46.449
perdesaan dan permukiman khusus
Penataan Bangunan dan Lingkungan 1.254 1.203 1.666 1.970 2.340 8.433
Capaian Pelayanan Akses Air Minum 5.265 6.169 6.828 7.542 8.096 33.900
Capaian Pelayanan Akses Sanitasi 3.835 5.466 6.894 9.077 10.373 35.645
Dukungan Manajemen 594 754 803 855 944 3.949
- Setditjen 257 314 345 378 414 1.708
- Keterpaduan Infrastruktur 276 331 346 361 378 1.692
- BPPSPAM 61 109 112 116 152 550
Total APBN 15.811 24.197 27.027 29.720 31.622 128.376

DIREKTORAT JENDERAL CIPTA KARYA TAHUN 2015-2019 83


Penataan Kawasan Permukiman Terdampak Erupsi Merapi, Sleman
Sumber: Dokumentasi Ditjen Cipta Karya
84 Rencana Strategis
DIREKTORAT JENDERAL CIPTA KARYA TAHUN 2015-2019 85
Target Kinerja dan
Kerangka Pendanaan

4.2 SASARAN KINERJA DITJEN CIPTA KARYA 2015-2019

4.2.1 Rencana Strategis Pengembangan Kawasan Permukiman


Ditjen Cipta Karya juga menyelenggarakan kegiatan Pengaturan, Pembinaan, Pengawasan dan
Penyelenggaraan dalam Pengembangan Kawasan Permukiman yang dilaksanakan oleh Direktorat
Pengembangan Kawasan Permukiman. Adapun indikator kinerja program Direktorat Pengembangan
Kawasan Permukiman adalah meningkatnya kontribusi penanganan kawasan permukiman di kawasan
kumuh perkotaan, kawasan permukiman perdesaan, dan kawasan permukiman khusus, dengan
sasaran kegiatan dan indikator yaitu:

a. Layanan Perkatoran dengan indikator terselenggaranya pelayanan pendukung kegiatan


pengaturan, pembinaan, pengawasan, dan pelaksanaan pengembangan kawasan permukiman
selama 60 bulan;
b. Peraturan Pengembangan Kawasan Permukiman dengan indikator tersusunnya 10 NSPK bidang
pengembangan kawasan permukiman;
c. Pembinaan dan pengawasan pengembangan kawasan permukiman dengan indikator
terselenggaranya pembinaan dan pengawasan pengembangan permukiman di 507 kab/kota;
d. Pembangunan dan Pengembangan Kawasan Perkotaan dengan indikator meningkatnya kualitas
permukiman di 38.431 Ha daerah perkotaan;
e. Pembangunan dan Pengembangan Kawasan Perdesaan dengan indikator meningkatnya kualitas
permukiman di 78.384 Ha daerah perdesaan;
f. Pembangunan dan Pengembangan Kawasan Khusus dengan indikator meningkatnya kualitas
permukiman di 3.099 Ha kawasan khusus;
g. Pendampingan Pemberdayaan Masyarakat dengan indikator terselenggaranya pendampingan
masyarakat di 11.607 kelurahan;
h. Fasilitasi kota dan kawasan perkotaan dalam pemenuhan SPP dan pengembangan Kota Layak Huni
dengan indikator terselenggaranya fasilitasi di 18 kota, 12 kawasan perkotaan metropolitan dan 744
kota/kawasan perkotaan;
i. Perintisan inkubasi kota baru dengan indikator terselenggaranya perintisan inkubasi di 10 kota baru.

Adapun pengelompokan kegiatan Pengembangan Kawasan Permukiman berdasarkan strategi


pendekatan pembangunan bidang Cipta Karya adalah sebagai berikut:

86 Rencana Strategis
Tabel 4.2 Sasaran Kegiatan Pengembangan Kawasan Permukiman
Strategi Pendekatan Sasaran Kegiatan
Pembangunan dan Pengembangan Kawasan Permukiman di
Perkotaan
Pembangunan dan Pengembangan Kawasan Permukiman di
Membangun Sistem Permukiman
Perdesaan
Pembangunan dan Pengembangan Kawasan Permukiman di
Kawasan Khusus
Layanan pendukung kegiatan Pengaturan, Pembinaan
Pengawasan, dan Pelaksanaan Pengambangan Kawasan
Permukiman
Fasilitasi Pemda Provinsi/Kabupaten/Kota Pengaturan Pengembangan Kawasan Permukiman
Pembinaan dan Pengawasan Pengembangan Kawasan
Permukiman
Perintisan Inkubasi Kota Baru
Memberdayakan Masyarakat Pendampingan Pemberdayaan Masyaraakat

PISEW Pembangunan Jembatan Gantung Turunan Baji, Sinjai

Sumber: Dokumentasi Ditjen Cipta Karya

DIREKTORAT JENDERAL CIPTA KARYA TAHUN 2015-2019 87


Target Kinerja dan
Kerangka Pendanaan

TARGET RENSTRA
INDIKATOR KINERJA
SASARAN SATUAN
2015 2016 2017 2018

PENGATURAN, PEMBINAAN, PENGAWASAN DAN PELAKSANAAN PENGEMBANGAN KAWASAN PERMUKIMAN


Layanan Perkantoran Jumlah bulan layanan
pendukung kegiatan
Pengaturan, Pembinaan, Bulan
12 12 12 12
Pengawasan, dan Pelaksanaan Layanan
pengembangan kawasan
permukiman
Peraturan Jumlah NSPK bidang
Pengembangan pengembangan kawasan NSPK 2 2 2 2
Kawasan Permukiman permukiman yang tersusun

Pembinaan dan Terselenggaranya


pengawasan pembinaan, dan pengawasan
pengembangan pengembangan permukiman Kab/Kota 507 507 507 507
kawasan permukiman di 507
kab/kota
Pembangunan dan Meningkatnya kualitas
Pengembangan permukiman di 38.341 Ha di Ha 2.680 9.300 9.500 8.900
Kawasan Perkotaan daerah perkotaan

Terselenggaranya fasilitasi 6 kota, 4 6 kota, 4


Fasilitasi Kota dan kota dan kawasan perkotaan kawasan kawasan
Kawasan Perkotaan dalam pemenuhan SPP dan perkotaan perkotaan
Kab/Kota/
dalam Pemenuhan SPP pengembangan Kota Layak - - metropolitan, metropolitan,
Kawasan
dan Pengembangan Huni di 18 kota, 12 kawasan 365 kota/ 194 kota/
Kota Layak Huni perkotaan metropolitan dan kawasan kawasan
744 kota/kawasan perkotaan perkotaan perkotaan

Terselenggaranya perintisan
Perintisan inkubasi kota Kab/Kota 0 2 3 3
inkubasi di 10 kota baru

Pembangunan dan Meningkatnya kualitas


Pengembangan permukiman di 78.384 Ha Ha 47.530 7.683 7.501 7.835
Kawasan Perdesaan daerah perdesaan
Pembangunan dan Meningkatnya kualitas
Pengembangan permukiman di 3.099 kawasan Ha 266 500 667 833
Kawasan Khusus khusus

Terselenggaranya penataan
Penataan Kawasan kawasan permukiman
Permukiman Berbasis berbasis Kelurahan 11.067 11.067 11.067 11.067
Masyarakat masyarakat di 11.067
kelurahan

88 Rencana Strategis
ANGGARAN (Rp. Miliar) TOTAL
PENDEKATAN
CATATAN ALOKASI
2019 TOTAL 2015 2016 2017 2018 2019 DIURAIKAN
(Rp. Miliar)

4.863 10.605 10.836 10.276 9.869 46.449

Fasilitasi Pemda
12 60
Provinsi/Kab/Kota

Fasilitasi Pemda
2 10
Provinsi/Kab/Kota

Fasilitasi Pemda
507 507
Provinsi/Kab/Kota

Membangun
8.051 38.431 Sistem
Permukiman

6 kota, 4 18 kota, 12
kawasan kawasan
perkotaan perkotaan
Fasilitasi Pemda
metropolitan, metropolitan,
Provinsi/Kab/Kota
194 kota/ 744 kota/
kawasan kawasan
perkotaan perkotaan

Fasilitasi Pemda
2 10
Provinsi/Kab/Kota

Membangun
7.835 78.384 Sistem
Permukiman
Membangun
833 3.099 Sistem
Permukiman

Memberdayakan
11.067 11.067
Masyarakat

DIREKTORAT JENDERAL CIPTA KARYA TAHUN 2015-2019 89


RTH Fatmawati, Kab. Wonosobo
Sumber: Dokumentasi Ditjen Cipta Karya

90 Rencana Strategis
DIREKTORAT JENDERAL CIPTA KARYA TAHUN 2015-2019 91
Target Kinerja dan
Kerangka Pendanaan

4.2.2 Rencana Strategis Bina Penataan Bangunan

Ditjen Cipta Karya juga menyelenggarakan kegiatan Pengaturan, Pembinaan, Pengawasan dan
Penyelenggaraan dalam Pembinaan Penataan Bangunan yang dilaksanakan oleh Direktorat Bina
Penataan Bangunan. Adapun sasaran kinerja dan indikatornya yaitu:
a. Layanan Perkantoran dengan indikator jumlah bulan layanan pendukung kegiatan
pengaturan, pembinaan, pengawasan, dan pelaksanaan bina penataan bangunan yang
terselenggara selama 60 bulan;
b. Terwujudnya 744 kawasan tematik perkotaan, yang terdiri dari:
Terwujudnya 537 kawasan Ruang Terbuka Hijau
Terwujudnya 12 Kebun Raya Prioritas
Terwujudnya 45 revitalisasi Kota Pusaka
Terwujudnya 150 penataan Kawasan Strategis
c. Tersusunnya 250 RTBL sebagai dokumen induk penataan kawasan permukiman;
d. Terwujudnya 32 Bangunan Gedung Negara yang berstatus Bangunan Gedung Hijau;
e. Tersedianya 10 NSPK terkait Penataan Bangunan dan Lingkungan selama periode 2015-2019;
f. Tercapainya seluruh kabupaten/kota di Indonesia yang telah memiliki Peraturan Daerah
Bangunan Gedung;
g. Tercapainya 60% Bangunan Gedung yang telah memiliki IMB;
h. Terwujudnya fasilitasi ruang terbuka publik di 1200 kecamatan untuk menonton Film Bertema
Revolusi Mental di seluruh Indonesia.

Adapun pengelompokan kegiatan Bina Penataan Bangunan berdasarkan strategi pendekatan


pembangunan bidang Cipta Karya adalah sebagai berikut:

92 Rencana Strategis
Tabel 4.3 Sasaran Kegiatan Pembinaan Penataan Bangunan

Strategi Pendekatan Sasaran Kegiatan


Penyelenggaraan Bangunan Gedung
Membangun Sistem Permukiman
Penyelenggaraan Penataan Bangunan
Fasilitasi pemenuhan SPP dan pengembangan Kota Layak
Huni, Kota Hijau dan Kota Cerdas
Fasilitasi Pemda Provinsi/Kabupaten/Kota
Peraturan Penataan Bangunan Lingkungan
Pembinaan dan pengawasan bangunan gedung di kota/kab
Memberdayakan Masyarakat Ruang Terbuka Publik Percontohan

Ruang Terbuka Hijau Kota Wonosobo

Sumber: Dokumentasi Ditjen Cipta Karya

DIREKTORAT JENDERAL CIPTA KARYA TAHUN 2015-2019 93


Target Kinerja dan
Kerangka Pendanaan

TARGET RENSTRA
INDIKATOR KINERJA
SASARAN KEGIATAN SATUAN
2015 2016 2017 2018

PENGATURAN, PEMBINAAN, PENGAWASAN, DAN PELAKSANAAN PENATAAN BANGUNAN DAN LINGKUNGAN, PENGELOLAAN
GEDUNG, DAN RUMAH NEGARA
Jumlah Bulan Layanan
Pendukung Kegiatan
Bulan
Layanan Perkantoran Pengaturan, Pembinaan, 12 12 12 12
Layanan
Pengawasan, dan Pelaksanaan
Bina Penataan Bangunan
Dukungan Penyelenggaraan Bangunan
m2 44.813 121.688 29.650 35.250
pembangunan sistem Gedung
Penataan Bangunan Penataan Bangunan dan
m2 105.500 193.319 121.000 101.400
dan Lingkungan dalam Lingkungan
mewujudkan kawasan Revitalisasi Kawasan Tematik
perkotaan yang aman Kawasan 159 148 168 182
Perkotaan
Fasilitasi kepada daerah Penyusunan Standar/Pedoman
dalam penguatan NSPK 2 4 2 1
Bidang Penataan Bangunan
kelembagaan,
keuangan dan
kemitraan termasuk
pembinaan teknis Pembinaan dan Pengawasan
Kab/Kota 507 507 507 507
terhadap tugas Penataan Bangunan
dekonsentrasi dan
pembantuan

Memberikan dukungan
Penataan Bangunan Edukasi dan Pengembangan
dan Lingkungan Partisipasi Masyarakat Bidang
Kecamatan 0 300 300 300
melalui kegiatan Penataan Bangunan dan
pemberdayaan Lingkungan
masyarakat

94 Rencana Strategis
ANGGARAN (Rp. Miliar) TOTAL
PENDEKATAN
CATATAN ALOKASI
DIURAIKAN
2019 TOTAL 2015 2016 2017 2018 2019 (Rp. Miliar)

1.254 1.203 1.666 1.970 2.340 8.433

12 60

32.500 263.900

118.180 639.399

87 744

1 10

507 507

300 1.200

DIREKTORAT JENDERAL CIPTA KARYA TAHUN 2015-2019 95


SPAM Penet, Provinsi Bali
Sumber: Dokumentasi Ditjen Cipta Karya
96 Rencana Strategis
DIREKTORAT JENDERAL CIPTA KARYA TAHUN 2015-2019 97
Target Kinerja dan
Kerangka Pendanaan

SPAM Penet, Bali


Sumber: Dokumentasi Ditjen Cipta Karya

4.2.3 Rencana Strategis Pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum


Dalam mendukung pencapaian target dalam RPJMN 2015-2019 maka Ditjen Cipta Karya
menyelenggarakan kegiatan Pengaturan, Pembinaan, Pengawasan, dan Penyelenggaraan Sistem
Penyediaan Air Minum yang dilaksanakan oleh Direktorat Pengembangan Sistem Penyediaan
Air Minum. Adapun indikator kinerja programnya adalah meningkatnya kontribusi pemenuhan
kebutuhan air minum bagi masyarakat yang terdiri dari peningkatan sambungan rumah SPAM
jaringan perpipaan dan peningkatan cakupan SPAM bukan jaringan perpipaan. Sedangkan
sasaran kinerja diukur melalui indikator:

a. Pembangunan Infrastruktur SPAM Regional dan SPAM di Kawasan Perkotaan dengan indikator
terbangunnya SPAM Regional dan pembangunan SPAM Kawasan Perkotaan berkapasitas
27.479 L/d dan 2.729.750 SR;
b. Pembangunan Infrastruktur SPAM Perdesaan dengan indikator terbangunnya SPAM Berbasis
Masyarakat dan SPAM Kawasan Rawan Air berkapasitas 8.489 L/d dan 2.716.673 SR;
c. Pembangunan Infrastruktur SPAM di Kawasan Khusus dengan indikator terbangunnya SPAM
di kawasan kumuh, SPAM di kawasan nelayan, SPAM di kawasan perbatasan dan pulau terluar,
serta SPAM di kawasan strategis berkapasitas 4.249 L/d dan 621.107 SR;
d. Fasilitasi SPAM di kawasan perkotaan melalui bantuan program dan pengembangan jaringan
perpipaan dengan indikator 4.527 kawasan;
e. Fasilitasi SPAM di kawasan perdesaan melalui bantuan program dan pengembangan jaringan
perpipaan dengan indikator 1.421 kawasan;

98 Rencana Strategis
f. Fasilitasi SPAM di kawasan khusus melalui pengembangan jaringan perpipaan dengan
indikator 473 kawasan.
g. Pengaturan, Pembinaan, Pengawasan Pengembangan Air Minum dengan indikator
terselenggaranya pengaturan, pembinaan, dan pengawasan pengembangan air minum di
507 Kabupaten/Kota.

Adapun pengelompokan kegiatan Pengembangan SPAM berdasarkan strategi pendekatan


pembangunan bidang Cipta Karya adalah sebagai berikut:

Tabel 4.4 Sasaran Kegiatan Penyediaan Air Minum


Strategi Pendekatan Sasaran Kegiatan
Pembangunan Infrastruktur SPAM Regional
Pembangunan Infrastruktur SPAM IKK
Pembangunan SPAM Ibu Kota Pemekaran/Perluasan
Pembangunan Infrastruktur SPAM di Kawasan Kumuh
Membangun Sistem Permukiman Perkotaan
Pembangunan Infrastruktur SPAM di Kawasan Nelayan
Pembangunan Infrastruktur SPAM di Kawasan Rawan Air/
Perbatasan/Pulau Terluar
Pengembangan jaringan perpipaan air minum
Fasilitasi PDAM
Fasilitasi UPTD/Non-PDAM
Fasilitasi Pemda Provinsi/Kabupaten Kota
Penyelenggaraan, pengaturan, pembinaan, dan
pengawasan pengembangan air minum di Kab/Kota
Memberdayakan Masyarakat Pembangunan Infrastruktur SPAM Berbasis Masyarakat

Program pemenuhan akses aman air minum melalui jaringan perpipaan memiliki pendanaan melalui
APBN sebesar Rp 52,1 Triliun dengan pembagian yaitu Rp 33,9 Triliun dari APBN Cipta Karya dan Rp
18,2 Triliun dari APBN SDA (Sumber Daya Air). Rencanakan sasaran kegiatan pengembangan SPAM
tahun 2015-2019 dilaksanakan dengan memproyeksikan pencapaian pengembangan SPAM tanpa
memperhitungkan sumber dana lain diluar APBN.

Sumber Rp. (Triliun) Persentase


Sumber Rp (Triliyun) Persentase (%)
APBN
APBN CK CK + Turbinwas
+ Turbinwas 33,9
33.900 65,1%
65.1%
APBN
APBN SDASDA 18,2
18.2 34,9%
34.9%
NonNon APBN
APBN 0 0 0%
0.0%
Total
Total 52,1
52.100 100%
100%

DIREKTORAT JENDERAL CIPTA KARYA TAHUN 2015-2019 99


TARGET RENSTRA
INDIKATOR KINERJA
SASARAN KEGIATAN SATUAN
2015 2016 2017 2018

PENGATURAN, PEMBINAAN, PENGAWASAN, PENGEMBANGAN SUMBER PEMBIAYAAN DAN POLA INVESTASI, SERTA
PENGEMBANGAN SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM
Jumlah bulan layanan
pendukung kegiatan
Pengaturan, Pembinaan,
Pengawasan, Pengembangan
Layanan Perkantoran Bulan 12 12 12 12
Sumber Pembiayaan
Dan Pola Investasi, Serta
Pengembangan Sistem
Penyediaan Air Minum
Pengaturan,
Jumlah penyelenggaraan
Pembinaan,
pengaturan, pembinaan, dan
Pengawasan Kab/Kota 507 507 507 507
pengawasan pengembangan
Pengembangan Air
air minum di Kab/kota
Minum
Pembangunan L/d - - 950 2,350
Debit dan jumlah sambungan
Infrastruktur
rumah SPAM Regional SR - - 95,000 215,000
SPAM Regional
Debit dan jumlah sambungan L/d 4,843 2,207 2,207 2,206
rumah SPAM IKK SR 484,250 220,675 220,675 220,675
Debit dan jumlah sambungan L/d 155 198 198 198
rumah SPAM Ibu Kota
Pemekaran SR 15,500 19,775 19,775 19,775
Debit dan jumlah sambungan L/d - 170 740 1,000
rumah Perluasan SPAM
Perkotaan SR - 17,000 74,000 100,000

Pembangunan Debit dan jumlah sambungan L/d - 112 112 111


Infrastruktur rumah Pemanfaatan Idle SPAM
SPAM Kawasan Perkotaan SR - 11,150 11,150 11,150
Perkotaan
Debit dan jumlah sambungan L/d - 62 62 61
Penurunan Kebocoran SPAM
Perkotaan SR - 5,300 6,433 6,433
Bantuan Program SPAM
Kawasan 149 80 80 80
kawasan perkotaan terfasilitasi
Pengembangan jaringan
perpipaan di kawasan
Kawasan 468 898 898 898
perkotaan SPAM kawasan
perkotaan terfasilitasi

100 Rencana Strategis


ANGGARAN (Rp. Miliar) TOTAL
PENDEKATAN
CATATAN ALOKASI
2019 TOTAL 2015 2016 2017 2018 2019 DIURAIKAN
(Rp. Miliar)

5.265 6.169 6.828 7.542 8.096 33.900

12 60

507 507

6,050 9,350
605,000 915,000

2,206 13,669
220,675 1,366,950
197 946
19,775 94,600
930 2,840
93,000 284,000

111 446

11,150 44,600

61 246

6,433 24,600

79 468

897 4,059

DIREKTORAT JENDERAL CIPTA KARYA TAHUN 2015-2019 101


Target Kinerja dan
Kerangka Pendanaan

TARGET RENSTRA
INDIKATOR KINERJA
SASARAN KEGIATAN SATUAN
2015 2016 2017 2018

Debit dan jumlah L/d 1,449 1,551 1,551 1,550


sambungan rumah SPAM
Berbasis Masyarakat SR 463,680 496,160 496,160 496,160
Debit dan jumlah
sambungan rumah L/d 300 122 122 122
Pembangunan SPAM di
Kawasan Rawan Air SR 96,000 39,014 39,013 39,013
Pembangunan
Debit dan sambungan L/d - 12 12 13
Infrastruktur SPAM
rumah Pemanfaatan Idle
Kawasan Perdesaan SR - 4,000 4,000 4,000
SPAM di Kawasan Rawan Air
Bantuan Program SPAM
Kawasan Rawan Air Kawasan 84 28 27 27
Terfasilitasi
Pemngembangan Jaringan
Perpipaan di SPAM Kawasan Kawasan 162 267 267 266
Rawan Air Terfasilitasi
Debit dan jumlah L/d 398 481 481 480
sambungan rumah
pembangunan SPAM di SR 127,200 26,200 26,200 26,200
Kawasan Kumuh
Debit dan jumlah L/d 116 31 31 31
sambungan rumah
pembangunan SPAM di SR 37,120 9,920 9,920 9,920
Kawasan Nelayan
Debit dan jumlah L/d 189 13 13 13
sambungan rumah
pembangunan SPAM di SR 60,480 9,094 9,093 9,093
Kawasan Perbatasan
Debit dan jumlah L/d 179 13 13 13
Pembangunan sambungan rumah
Infrastruktur SPAM pembangunan SPAM di SR 57,280 9,094 9,093 9,093
Kawasan Khusus Kawasan Pulau Terluar
Debit dan jumlah L/d - 305 305 304
sambungan rumah
pembangunan SPAM SR - 30,450 30,450 30,450
Strategis
Pengembangan jaringan
perpipaan di Kawasan Kawasan 82 38 38 37
Kumuh
Pengembangan jaringan
perpipaan di Kawasan Kawasan 17 8 8 8
Nelayan
Pengembangan jaringan
perpipaan di Kawasan Kawasan 18 5 5 5
Perbatasan

102 Rencana Strategis


ANGGARAN (Rp. Miliar) TOTAL
PENDEKATAN
CATATAN ALOKASI
2019 TOTAL 2015 2016 2017 2018 2019 DIURAIKAN
(Rp. Miliar)

1,550 7,651
496,160 2,448,320

122 788

39,013 252,053
13 50
4,000 16,000

27 193

266 1,228

480 2,320

26,200 232,000

31 240

9,920 76,800

13 241

9,093 96,853

13 231

9,093 93,653

304 1,218

30,450 121,800

37 232

7 48

5 38

DIREKTORAT JENDERAL CIPTA KARYA TAHUN 2015-2019 103


Target Kinerja dan
Kerangka Pendanaan

TARGET RENSTRA
INDIKATOR KINERJA
SASARAN KEGIATAN SATUAN
2015 2016 2017 2018

Pengembangan jaringan
perpipaan di Kawasan Pulau Kawasan 16 5 4 4
Terluar
Pengembangan jaringan
Kawasan 24 25 25 24
perpipaan strategis

104 Rencana Strategis


ANGGARAN (Rp. Miliar) TOTAL
PENDEKATAN
CATATAN ALOKASI
2019 TOTAL 2015 2016 2017 2018 2019 DIURAIKAN
(Rp. Miliar)

4 33

24 122

DIREKTORAT JENDERAL CIPTA KARYA TAHUN 2015-2019 105


TPST 3R Desa Mulyoagung, Kab. Malang
Sumber: Dokumentasi Ditjen Cipta Karya

106 Rencana Strategis


DIREKTORAT JENDERAL CIPTA KARYA TAHUN 2015-2019 107
Target Kinerja dan
Kerangka Pendanaan

4.2.4 Rencana Strategis Pengembangan Penyehatan Lingkungan Permukiman


Dalam mendukung pencapaian target dalam RPJMN 2015-2019 maka Ditjen Cipta Karya
menyelenggarakan kegiatan Pengaturan, Pembinaan, Pengawasan, dan Penyelenggaraan Sanitasi
Lingkungan (air limbah dan drainase) serta Pengembangan Persampahan yang dilaksanakan
oleh Direktorat Pengembangan Pengembangan Penyehatan Lingkungan Permukiman. Adapun
indikator kinerja programnya adalah meningkatnya kontribusi pemenuhan akses sanitasi bagi
masyarakat yang terdiri dari pelayanan air limbah, pelayanan persampahan, dan pelayanan
drainase. Sedangkan sasaran kinerja diukur melalui indikator:

a. Peraturan Pengembangan Penyehatan Lingkungan Permukiman dengan indikator


terselenggaranya 15 NSPK peraturan pengembangan penyehatan lingkungan permukiman;
b. Pembinaan, Fasilitasi, Pengawasan dan Kampanye serta Advokasi dengan indikator
terselenggaranya pembinaan dan pengawasan pengembangan penyehatan lingkungan
permukiman di 507 kabupaten/kota;
c. Infrastruktur Air Limbah dengan Sistem Terpusat Skala Kota, Kawasan dan Komunal dengan
indikator jumlah kabupaten/ kota yang dibangun infrastruktur air limbah sistem terpusat
skala kota sebanyak 12 kabupaten/kota, jumlah kabupaten/kota yang dibangun infrastruktur
air limbah sistem terpusat skala komunal sebanyak 4.694 kawasan di 438 kabupaten/kota,
dan jumlah kabupaten/kota yang dibangun infrastruktur air limbah sistem terpusat skala
kawasan sebanyak 200 kawasan di 150 kabupaten/kota;
d. Instalasi Pengolahan Lumpur Tinja (IPLT) dengan indikator terbangunnya IPLT di 222
kabupaten/kota;
e. Infrastruktur Tempat Pemrosesan Akhir Sampah dengan indikator terbangunnya TPA di 163
kabupaten/kota;
f. Infrastruktur Tempat Pengolah Sampah Terpadu/3R dengan indikator terbangunnya TPST/3R
di 850 kawasan di 334 kabupaten/kota;
g. Infrastruktur Fasilitas Pengolahan Akhir Sampah dengan indikator terbangunnya FPAS di 41
kabupaten/kota;
h. Infrastruktur Drainase dengan indikator luas genangan yang tertangani seluas 4.500 Ha di
192 kabupaten/kota.

Adapun pengelompokan kegiatan Pengembangan Penyehatan Lingkungan Permukiman


berdasarkan strategi pendekatan pembangunan bidang Cipta Karya adalah sebagai berikut:

108 Rencana Strategis


Tabel 4.5 Sasaran Kegiatan Penyehatan Lingkungan Permukiman
Strategi Pendekatan Sasaran Kegiatan
Infrastruktur Air Limbah Sistem Terpusat Skala Kota
Infrastruktur Air Limbah Sistem Terpusat Skala Kawasan
Instalasi Pengolahan Lumpur Tinja (IPLT)
Membangun Sistem
Infrastruktur Tempat Pemrosesan Akhir
Infrastruktur Fasilitas Pengolahan Akhir Sampah
Infrastruktur Drainase
Peraturan Pengembangan Penyehatan Lingkungan
Permukiman
Fasilitasi Pemda Provinsi/Kabupaten/Kota
Pembinaan dan Pengawasan Pengembangan Penyehatan
Lingkungan Permukiman
Infrastruktur Air Limbah Sistem Terpusat Skala Komunal
Memberdayakan Masyarakat
Infrastruktur TPST/3R

Bar Screen

Sumber: Dokumentasi Ditjen Cipta Karya

DIREKTORAT JENDERAL CIPTA KARYA TAHUN 2015-2019 109


Target Kinerja dan
Kerangka Pendanaan

TARGET RENSTRA
INDIKATOR KINERJA
SASARAN KEGIATAN SATUAN
2015 2016 2017 2018

PENGATURAN, PEMBINAAN, PENGAWASAN, PENGEMBANGAN, SUMBER PEMBIAYAAN DAN POLA INVESTASI, SERTA PENGELOLAAN
PENGEMBANGAN INFRASTRUKTUR SANITASI DAN PERSAMPAHAN
Jumlah Bulan Layanan
Pendukung Kegiatan
Pengaturan, Pembinaan,
Layanan Perkantoran Bulan 12 12 12 12
Pengawasan, dan Pelaksanaan
Pengembangan Penyehatan
Lingkungan Permukiman
Peraturan Pengembagan Jumlah NSPK Peraturan
Penyehatan Lingkungan Pengembagan Penyehatan NSPK 3 3 3 3
Permukiman Lingkungan Permukiman
Pembinaan, fasilitasi, Jumlah Pembinaan &
pengawasan dan Pengawasan Pengembagan
Kab/Kota 507 507 507 507
kampanye serta Penyehatan Lingkungan
advokasi Permukiman
Jumlah Kab/Kota yang
dibangun infrastruktur air
Kab/Kota 2 2 2 3
limbah sistem terpusat skala
regional
Jumlah Kab/kota yang
dibangun infrastruktur air
Kab/Kota 7 8 10 9
Infrastruktur Air Limbah limbah sistem terpusat skala
dengan Sistem Terpusat kota
Skala Kota, Kawasan dan Jumlah Kab/kota yang
Komunal dibangun infrastruktur air Kawasan 952 728 1.600 762
limbah sistem terpusat skala
komunal Kab/Kota 209 103 141 165
Jumlah Kab/kota yang Kawasan 77 11 58 37
dibangun infrastruktur air
limbah sistem terpusat skala Kab/Kota 67 11 31 24
kawasan

Instalasi Pengolahan Jumlah Kab/kota yang


Lumpur dibangun Instalasi Pengolahan Kab/Kota 40 24 65 52
Tinja (IPLT) Lumpur Tinja (IPLT)

Infrastruktur Tempat
Jumlah Kab/Kota yang
Pemrosesan Akhir Kab/Kota 3 3 4 5
dibangun TPA Regional
Sampah Regional
Infrastruktur Tempat
Jumlah Kab/kota yang
Pemrosesan Akhir Kab/Kota 75 40 16 20
dibangun TPA
Sampah

110 Rencana Strategis


ANGGARAN (Rp. Miliar) TOTAL
PENDEKATAN
CATATAN ALOKASI
2019 TOTAL 2015 2016 2017 2018 2019 DIURAIKAN
(Rp. Miliar)

3.835 5.466 6.894 9.077 10.373 35.645

12 60

Fasilitasi Pemda
3 15 Provinsi/
Kabupaten/ Kota

Fasilitasi Pemda
507 507 Provinsi/
Kabupaten/ Kota

Membangun
3 3 Sistem
Permukiman

Membangun
9 9 Sistem
Terdapat Permukiman
pemba-
ngunan
652 4.694 Membangun
infrastruk-
Sistem
tur di kab/
89 438 Permukiman
kota yang
17 200 berulang
Membangun
Sistem
17 150 Permukiman

Membangun
41 222 Sistem
Permukiman
Membangun
3 11 Sistem
Permukiman
Membangun
12 163 Sistem
Permukiman

DIREKTORAT JENDERAL CIPTA KARYA TAHUN 2015-2019 111


Target Kinerja dan
Kerangka Pendanaan

TARGET RENSTRA
INDIKATOR KINERJA
SASARAN KEGIATAN SATUAN
2015 2016 2017 2018

PENGATURAN, PEMBINAAN, PENGAWASAN, PENGEMBANGAN, SUMBER PEMBIAYAAN DAN POLA INVESTASI, SERTA
PENGELOLAAN PENGEMBANGAN INFRASTRUKTUR SANITASI DAN PERSAMPAHAN
Infrastruktur Tempat Kawasan 328 174 158 119
Jumlah Kab/kota yang
Pengolah
dibangunTPST/3R Kab/Kota 200 105 107 81
Sampah Terpadu/3R
Infrastruktur Fasilitas Jumlah Kab/kota yang
Pengolahan Akhir difasilitasi Pengolahan Akhir Kab/Kota 5 5 10 14
Sampah Sampah
Kab/Kota 41 30 45 40
Infrastruktur Drainase Luas Genangan Tertangani
Ha 1.309 710 910 880

112 Rencana Strategis


ANGGARAN (Rp. Miliar) TOTAL
PENDEKATAN
CATATAN ALOKASI
2019 TOTAL 2015 2016 2017 2018 2019 DIURAIKAN
(Rp.Miliar)

3.835 5.466 6.894 9.077 10.373 35.645

71 850 Memberdayakan
51 334 Masyarakat
Membangun
7 41 Sistem
Permukiman
36 192 Membangun
Sistem
691 4.500 Permukiman

DIREKTORAT JENDERAL CIPTA KARYA TAHUN 2015-2019 113


Drainase Kota Surabaya
Sumber: Dokumentasi Ditjen Cipta Karya
114 Rencana
114 BAB Strategis
4 - TARGET KINERJA DAN KERANGKA PENDANAAN
DIREKTORAT JENDERAL CIPTA KARYA TAHUN 2015-2019 115
Target Kinerja dan
Kerangka Pendanaan

4.2.5 Dukungan Manajemen

Dalam rangka menunjang upaya keterpaduan pembangunan bidang permukiman yang dilaksanakan
Ditjen Cipta Karya, maka diperlukan dukungan manajemen yang dilakukan melalui tiga kegiatan
utama yaitu:
1. Pelayanan Manajemen dengan sasaran kinerja yang diukur melalui indikator:
a. Perencanaan, Pengelolaan, Pembinaan, Penatausahaan, dan jabatan Fungsional dengan
indikator tersusunnya 87 Dokumen Administrasi dan Pengelolaan Kepegawaian/Ortala;
b. Tersusunnya dokumen laporan keuangan, tata usaha dan rumah tangga sebanyak 75 laporan;
c. Tersusunnya dokumen anggaran tahunan, pembinaan perbendaharaan, pembinaan PNBP,
verivikasi dan LHP dengan indikator 59 laporan administrasi keuangan dan akuntansi;
d. Tersusunnya Peraturan Perundang-undangan, advokasi bantuan hukum, pengelolaan
dokumen dan arsip dengan indikator 99 laporan penyelenggaraan kegiatan bantuan hukum
dalam rangka penanganan perkara;
e. Pengelolaan tata persuratan, pengelolaan prasarana kantor dan gedung, serta pembinaan aset
dan barang milik negara (BMN) dengan indikator 59 dokumen sistem akuntansi barang milik
negara;
f. Penyediaan prasarana dan sarana kantor serta inventaris dengan indikator 45 unit prasarana
dan sarana gedung kantor dan peralatannya;
g. Terselenggaranya prasarana air minum/ persampahan /pengembangan permukiman dengan
indikator 112 paket infrastruktur tanggap darurat/kebutuhan mendesak;
h. Pengelolaan dan peningkatan Pusat Informasi Pengembangan Permukiman dan Bangunan
(PIP2B) dengan indikator 60 bulan layanan publik (PNBP);
i. Pembinaan teknis bidang Cipta Karya di 369 angkatan;
j. Pengelolaan gaji/tunjangan, lembur, dan honorarium serta penyelenggaraan operasional dan
pemeliharaan perkantoran selama 60 bulan;
k. Penyelenggaraan pengembangan informasi permukiman dan perkotaan dengan indikator 73
laporan.
2. Penyelenggaraan Keterpaduan Perencaaan dan Kemitraan, Keterpaduan Pembiayaan, Keterpaduan
Pelaksanaan, Pengolahan Data dan Sistem Informasi, serta Pemantauan Evaluasi Pembangunan
Infrastruktur Bidang Permukiman dengan sasaran kinerja yang diukur melalui indikator:
a. Penyelenggaraan Keterpaduan Perencanaan dan Fasilitasi Kemitraan Bidang Permukiman
dengan indikator penyusunan laporan sebanyak 32 laporan;
b. Penyelenggaraan Keterpaduan Pembiayaan Bidang Permukiman dengan indikator
penyusunan laporan sebanyak 35 laporan;
c. Penyelenggaraan Keterpaduan Pelaksanaan Pembangunan Infrastruktur Permukiman dengan
indikator penyusunan laporan sebanyak 35 laporan;
d. Penyelenggaraan Pemantauan dan Evaluasi Pelaksanaan Pembangunan Bidang permukiman

116 Rencana Strategis


dengan indikator penyusunan laporan sebanyak 40 laporan;
e. Penyelenggaraan Pengolahan Data dan Pengembangan Sistem Informasi Bidang Permukiman
dengan indikator penyusunan laporan sebanyak 35 laporan;
f. Terselenggaranya Perencanaan dan Pengendalian Program Bidang Permukiman sebanyak 320
laporan.
3. Dukungan Pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum, Sanitasi, dan Persampahan dengan
sasaran kinerja yang diukur melalui indikator:
a. Peraturan Pengembangan SPAM, Sanitasi, dan Persampahan dengan indikator penyusunan 25
konsep standar/pedoman/kriteria;
b. Pemantauan dan Pembinaan Penyelenggaraan SPAM dengan indikator 22 laporan pemantauan
dan evaluasi kinerja penyelenggara SPAM dan Sanitasi;
c. Fasilitasi Pengembangan Sumber Pembiayaan, Pola Investasi Penyelenggara SPAM, Promosi
Investasidengan indikator 245 laporan Fasilitasi Opsi Pembiayaan dan kepengusahaan SPAM
dan Sanitasi.

DIREKTORAT JENDERAL CIPTA KARYA TAHUN 2015-2019 117


Target Kinerja dan
Kerangka Pendanaan

TARGET RENSTRA
INDIKATOR KINERJA
SASARAN KEGIATAN SATUAN
2015 2016 2017 2018

PELAYANAN MANAJEMEN BIDANG PERMUKIMAN


Pengelolaan Jumlah pengelolaan
Administrasi administrasi perkantoran Bulan 12 12 12 12
Perkantoran
Pengelolaan Jumlah laporan kepegawaian
Laporan 19 17 17 17
kepegawaian dan dan ortala
ortala, keuangan dan Jumlah laporan keuangan,
umum, Pengelolaan Laporan 15 15 15 15
tata usaha dan rumah tangga
BMN, serta hukum dan
komunikasi Jumlah Laporan Pengelolaan
Laporan 11 12 12 12
Barang Milik Negara
Jumlah Laporan
penyusunan peraturan
perundangundangan,
Laporan 21 18 19 20
advokasi hukum dan
penyelenggaraan
komunikasi publik
Jumlah layanan PNBP Bulan 12 12 12 12
Pengelolaan Habitat Jumlah laporan pengelolaan
Laporan - 2 2 2
habitat
Penyediaan Sarana dan Jumlah paket penyediaan
Prasarana Gedung/ sarana dan prasarana gedung/ Paket 9 9 9 9
Kantor kantor
Jumlah bulan penyediaan
sarana dan prasarana gedung/ Bulan 12 12 12 12
kantor
Bantuan Tanggap Jumlah paket bantuan
Paket
Darurat/Kebutuhan tanggap darurat/kebutuhan 40 7 25 25
Bantuan
Mendesak mendesak
Bimbingan Teknis Jumlah angkatan untuk
Bidang Cipta Karya bimbingan teknis bidang Angkatan 111 91 55 56
Cipta Karya
Penyelenggaraan Jumah laporan
Penegembangan penyelenggaraan
Laporan 7 8 15 15
Informasi Permukiman pengembangan informasi
permukiman

118 Rencana Strategis


ANGGARAN (Rp. Miliar) TOTAL
PENDEKATAN
CATATAN ALOKASI
2019 TOTAL 2015 2016 2017 2018 2019 DIURAIKAN
(Rp. Miliar)

256,97 314,08 344,98 377,83 413,92 1.707,78

12 60

17 87

15 75

12 59

21 99

12 60

2 8

9 45

12 60

25 122

56 369

15 60

DIREKTORAT JENDERAL CIPTA KARYA TAHUN 2015-2019 119


Target Kinerja dan
Kerangka Pendanaan

INDIKATOR KINERJA TARGET RENSTRA


SASARAN KEGIATAN SATUAN
2015 2016 2017 2018
PENYELENGGARAAN KETERPADUAN PERENCAAAN DAN KEMITRAAN, KETERPADUAN PEMBIAYAAN, KETERPADUAN PELAKSANAAN,
PENGOLAHAN DATA DAN SISTEM INFORMASI, SERTA PEMANTAUAN EVALUASI PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR BIDANG
PERMUKIMAN
Pengelolaan
Jumlah pengelolaan
Administrasi Bulan 12 12 12 12
administrasi perkantoran
Perkantoran
Penyelenggaraan Jumlah laporan
Keterpaduan penyelenggaraan
Perencanaan dan Keterpaduan Perencanaan Laporan 8 6 6 6
Fasilitasi Kemitraan dan Fasilitasi Kemitraan
Bidang Permukiman Bidang Permukiman
Penyelenggaraan Jumlah laporan
Keterpaduan Penyelenggaraan
Laporan 8 8 8 8
Pembiayaan Bidang Keterpaduan Pembiayaan
Permukiman Bidang Permukiman
Penyelenggaraan
Jumlah laporan
Keterpaduan
Penyelenggaraan
Pelaksanaan
Keterpaduan Pelaksanaan Laporan 7 7 7 7
Pembangunan
Pembangunan Infrastruktur
Infrastruktur
Permukiman
Permukiman
Penyelenggaraan
Jumlah laporan Pemantauan
Pemantauan dan
dan Evaluasi Pelaksanaan
Evaluasi Pelaksanaan Laporan 8 8 8 8
Pembangunan Bidang
Pembangunan Bidang
permukiman
permukiman
Penyelenggaraan
Jumlah laporan Pengolahan
Pengolahan Data dan
Data dan Pengembangan Laporan 7 7 7 7
Pengembangan Sistem
Sistem Informasi
Informasi
Penyelenggaraan
Program dan Jumlah laporan Perencanaan
Pengendalian Program dan Pengendalian Program Laporan 64 64 64 64
Bidang Permukiman bidang Permukiman

120 Rencana Strategis


ANGGARAN (Rp. Miliar) TOTAL
PENDEKATAN
CATATAN ALOKASI
2019 TOTAL 2015 2016 2017 2018 2019 DIURAIKAN
(Rp. Miliar)

275,78 330,97 345,95 361,26 377,56 1.691,52

12 60

6 32

8 40

7 35

8 40

7 35

64 320

DIREKTORAT JENDERAL CIPTA KARYA TAHUN 2015-2019 121


Target Kinerja dan
Kerangka Pendanaan

TARGET RENSTRA
SASARAN KEGIATAN INDIKATOR KINERJA SATUAN
2015 2016 2017 2018

DUKUNGAN PENGEMBANGAN SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM, SANITASI, DAN PERSAMPAHAN


Layanan Perkantoran Jumlah Bulan Pelayanan
Bulan 12 12 12 12
perkantoran
Penyusunan NSPK Jumlah konsep Standar/
SPK 5 5 5 5
Pedoman/Kriteria
Penerapan NSPK Jumlah kabupaten/kota yang Kab/kota 90 90 - -
difasilitasi penerapan NSPK PDAM - - 5 5
Kajian Jumlah laporan kajian
Penyelenggaraan kebijakan dan strategi Laporan 6 6 6 6
SPAM pengembangan SPAM
Pembinaan Jumlah PDAM/PDAL yang
Penyelenggaraan mendapatkan pembinaan
PDAM 35 35 35 48
SPAM penyelenggaraan SPAM
(PDAM Sakit & Kurang Sehat)
Pemantauan dan
Jumlah laporan pemantauan
Evaluasi Kinerja
dan evaluasi kinerja Laporan 1 1 1 1
Penyelenggaraan
penyelenggara SPAM
SPAM
Pembinaan Jumlah laporan pembinaan
Penyelenggaraan penyelenggaraan SPAM Laporan 1 1 1 1
SPAM (PDAM Sehat)
Fasilitasi Jumlah dokumen proposal
Dokumen
Pengembangan fasilitasi opsi pembiayaan 20 15 15 15
Proposal
Sumber Pembiayaan SPAM
Fasilitasi Jumlah dokumen perjanjian
Dokumen
Pengembangan fasilitasi kepengusahaan 15 20 20 20
Perjanjian
Kepengusahaan SPAM

122 Rencana Strategis


ANGGARAN (Rp. Miliar) TOTAL
PENDEKATAN
CATATAN ALOKASI
2019 TOTAL 2015 2016 2017 2018 2019 DIURAIKAN
(Rp. Miliar)

61,31 108,65 111,88 116,04 152,11 549,98

12 60

5 25

- 180
5 15

6 30

48 201

1 5

1 5

10 75

20 95

DIREKTORAT JENDERAL CIPTA KARYA TAHUN 2015-2019 123


Kampung Nelayan Hamadi, Jayapura
Sumber: Dokumentasi Ditjen Cipta Karya
124 Rencana Strategis
DIREKTORAT JENDERAL CIPTA KARYA TAHUN 2015-2019 125
Penutup

Rencana Strategis (Renstra) Direktorat Jenderal Cipta Karya tahun 2015-2019 merupakan
arahan yang akan dijabarkan ke dalam pelaksanan program dan kegiatan bagi setiap unit
eselon II di lingkungan Ditjen Cipta Karya dalam mendukung Gerakan Nasional 100-0-100.

Proses pencapaian sasaran-sasaran dalam Renstra tersebut memerlukan koordinasi, konsolidasi,


dan sinergi antara Pemerintah dengan Pemerintah Daerah, serta antara Pemerintah, Pemerintah
Daerah dan Dunia Usaha agar keseluruhan sumber daya yang ada dapat digunakan secara
optimal dan dapat mencapai kinerja yang maksimal dalam rangka meningkatkan ketersediaan
dan kualitas pelayanan infrastruktur yang lebih merata dan berkelanjutan. Oleh karena itu
penyelenggaraan infrastruktur bidang permukiman dalam mencapai target-target yang telah
disepakati perlu dilandasi dengan kerangka regulasi, kelembagaan dan pendanaan yang optimal.

Dalam rangka sinergi dengan Pemerintah Daerah, Pemerintah akan memberikan


perhatian yang lebih besar pada aspek peningkatan kapasitas daerah (local capacity
building) sehingga kompetensi dan kemandirian Pemerintah Daerah dapat dicapai
dalam tempo yang tidak terlalu lama. Oleh karena itu, merupakan tugas Pemerintah
untuk menyusun lebih lanjut peraturan-peraturan pelaksanaan berupa Norma, Standar,
Pedoman, dan Kriteria (NSPK) termasuk peraturan daerah serta pelaksanaan pendidikan
dan pelatihan, kampanye/sosialisasi, pertukaran pengalaman, dan penyebarluasan NSPK.
Pencapaian saran target rencana strategis Ditjen Cipta Karya 2015 - 2015 sangat memerlukan
pendanaan yang relatif besar, sehingga diperlukan dorongan untuk meningkatkan kemitraan
pemerintah, masyarakat, dan swasta yang lebih besar dalam rangka mengembangkan alternatif
pembiayaan pembangunan infrastruktur permukiman. Dalam hal ini tugas pemerintah adalah
menciptakan regulasi yang sehat, membangun iklim yang semakin kondusif dan mendorong
pengembangan inovasi dan teknologi, serta mendorong kompetisi antara lain dengan
menciptakan sistem pelelangan yang kompetitif guna memperkuat perkembangan sektor swasta.

Tantangan pembangunan ke depan dalam konteks otonomi daerah adalah bagaimana


menemukan formula pembiayaan investasi infrastruktur yang tepat, melalui skema-
skema kreatif atau non-konvensional. Berbagai insentif untuk menarik investasi
dapat dilakukan terkait kelayakan proyek dan pembiayaan melalui penerapan
Kerjasama Pemerintah Swasta (KPS), berupa pemberian dukungan Pemerintah, seperti
pembebasan tanah atau pembangunan yang sebagian dibangun oleh Pemerintah.

Melalui pelaksanaan Renstra Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Tahun
2015-2019 secara konsisten, serta keterlibatan Pemerintah, Pemerintah Daerah, swasta, dan
masyarakat, diharapkan dapat mempercepat proses peningkatan kesejahteraan masyarakat.
Oleh karena itu koordinasi dan integrasi baik secara vertikal maupun secara horizontal yang semakin

126 Rencana Strategis


kuat dalam penyelenggaraan bidang pekerjaan umum dan perumahan rakyat sangat diperlukan.
Oleh karena itu, pembangunan infrastruktur Bidang Cipta Karya menggunakan 3 (tiga) pendekatan,
yaitu membangun sistem, fasilitasi Pemerintah Daerah, serta pemberdayaan masyarakat.
Akhir kata, Renstra Ditjen Cipta Karya Tahun 2015-2019 perlu untuk dijabarkan ke dalam
rencana program dan rencana kegiatan unit kerja di lingkungan Ditjen Cipta Karya
sehingga dapat menjadi panduan dalam mensukseskan gerakan nasional 100-0-100.

Tabel 5.1 Strategi Pelaksanaan Bidang Cipta Karya


Strategi Sasaran Strategis PSPAM PPLP PKP BPB
Pelaksanaan
Memberikan Rencana Induk/ Rencana Induk/FS/ Rencana Induk/ Rencana Induk/FS/
dukungan FS/DED: DED: FS/DED: DED:
pembangunan sistem SPAM Regional TPA Skala Bangkim Kws. Rencana Tata
infrastruktur dengan SPAM Regional/Kota/ Perkotaan dan Bangunan dan
memprioritaskan Perkotaan dan Kawasan Perdesaan Lingkungan
sistem infrastruktur Perdesaan SPAL Setempat Bangkim Kws. Revitalisasi
Kab/Kota SPAM Kws. SPAL Terpusat Khusus Kawasan
Membangun Sistem Khusus Skala Regional/ Tematik
Kota/Kws Perkotaan
Rencana Induk (Kota Hijau, Kota
PLP Pusaka, Kota
Cerdas)

Melakukan Fasilitasi/ Fasilitasi/ Fasilitasi/ Fasilitasi/


fasilitasi kepada Pendampingan: Pendampingan: Pendampingan: Pendampingan:
pemerintah daerah Penyusunan Penyusunan Penyusunan Penyusunan
dalam penguatan NSPK NSPK NSPK Perda Bangunan
kelembagaan, Binwas Binwas Fasilitasi Gedung dan
keuangan, termasuk Pengemba- Pengembangan Rencana Bangunan
pembinaan teknis ngan SPAM PLP Daerah Gedung Hijau
terhadap tugas Bantuan Dukungan Kawasan Binwas Penataan
dekonsentrasi dan Program Penanganan Permukiman Bangunan dan
Fasilitasi Pemda pembantuan PDAM Bencana Binwas Lingkungan
Provinsi/Kab/Kota Dukungan Pengambangan Dukungan
Penanganan Permukiman Penanganan
Bencana Dukungan Bencana
Penanganan
Bencana

Memberikan SPAM Berbasis Sanitasi Berbasis PIP Berbasis Sosialisasi/


dukungan Masyarakat Masyarakat Masyarakat Publikasi
pembangunan Bantuan Bantuan Bantuan Bidang Penataan
infrastruktur melalui Penyusunan Penyusunan Penyusunan Bangunan dan
pembangunan Rencana Kerja Rencana Kerja Rencana Kerja Lingkungan
Memberdayakan berbasis masyarakat Masyarakat Masyarakat Masyarakat Kampanye
Masyarakat Publik
Melalui Klinik
Keciptakaryaan
(PIP2B)

DIREKTORAT JENDERAL CIPTA KARYA TAHUN 2015-2019 127


Penataan Infrastruktur Permukiman Kampung Nelayan Hamadi, Jayapura
Sumber: Dokumentasi Ditjen Cipta Karya

128 Rencana Strategis


DIREKTORAT JENDERAL CIPTA KARYA TAHUN 2015-2019 129
130 Rencana Strategis
DIREKTORAT JENDERAL CIPTA KARYA TAHUN 2015-2019 131
DIREKTORAT JENDERAL CIPTA KARYA
Jalan Pattimura No. 20 Jakarta Selatan
http://ciptakarya.pu.go.id

132 Rencana Strategis

Anda mungkin juga menyukai