Anda di halaman 1dari 20

1

BAB I
PENDAHULUAN

Otitis eksterna adalah radang liang telinga akut maupun kronis yang
disebabkan disebabkan oleh infeksi bakteri, jamur dan virus. Faktor yang
mempermudah radang telianga luar ialah pH di liang telinga yang biasanya
normal atau asam. Bila pH menjadi basa, proteksi terhadap infeksi menurun. Pada
keadaan udara yang hangat dan lembab, kuman dan jamur muidah tumbuh.1
Pada keaadaan udara yang hangat dan lembab, kuman dan jamur mudah
tumbuh. Predisposisi otitis eksterna lain adalag trauma ringan ketika mengorek
telinga.1
Penyakit ini sering dijumpai pada daerah-daerah yang panas dan lembab dan
jarang pada iklim-iklim sejuk dan kering. Faktor pencetus dari penyakit ini yang
mengatakan bahwa berenang merupakan penyebab dan menimbulkan
kekambuhan. Bahwa keadaan panas, lembab dan trauma terhadap epitel dari liang
merupakan faktor penting untuk terjadinya otitis eksterna.
Otitis eksterna difus biasanya mengenai kulit liang telinga duapertiga dalam.
Tampak kulit liang telinga hiperemis dan edema dengan tidak jelas batasanya,
serta tidak terdapat furunkel. 1
2

BAB II
LAPORAN KASUS

I. IDENTITAS PASIEN
Nama : Tn. R
Umur : 31 tahun
Jenis kelamin : Laki-Laki
Alamat : Jln. Yulis Usman, Pematang Sulur
Agama : Islam
Pekerjaan : Wiraswasta

II. ANAMNESIS
(Autoanamnesis dan Alloanamnesis, Tanggal : 30 April 2016)
Keluhan Utama
Keluar cairan pada telinga kiri sejak 1 bulan yang lalu
Riwayat Perjalanan Penyakit
Pasien datang ke Poli THT RSUD Raden Mattaher Jambi dengan
keluhan Keluar cairan berwarna bening pada telinga kiri sejak 1
bulan yang lalu. Pasien juga mengeluhkan rasa penuh dan rasa gatal
pada telinga kiri setelah keluar cairan. Pasien juga mengeluhkan sering
nyeri di belakang tragus ketika tidur. Pasien mengaku pernah
mengorek liang telinganya menggunakan cotton bud. Pasien tidak
mengeluhkan demam. Riwayat batuk, pilek dan nyeri tenggorokan
juga disangkal oleh pasien.
Riwayat Penyakit Dahulu
Pasien tidak memiliki riwayat penyakit yang berat, riwayat sinusitis (-
), riwayat rhinitis (-), hipertensi (-), diabetes melitus (-), asma (-),
riwayat trauma pada telinga (-).
3

Riwayat Penyakit keluarga


Tidak ada riwayat gejala penyakit telinga yang serupa pada anggota
keluarga pasien.
Riwayat Alergi
Riwayat penggunaan obat-obatan dan riwayat alergi pada obat-obatan
dan makanan (-)
Riwayat Pengobatan
Pasien sudah pernah mendapatkan pengobatan sebelumnya
(penggunaan obat tetes telinga)

III. HAL-HAL PENTING


TELINGA HIDUNG TENGGOROK LARING
Gatal : -/+ Rinore : -/- Sukar Menelan : - Suara parau : -
Dikorek : -/+ Buntu : -/- Sakit Menelan : - Afonia : -
Nyeri : -/+ Bersin Trismus :- Sesak napas : -
Bengkak : -/- * Dingin/Lembab : - Ptyalismus : - Rasa sakit : -
Otore : -/-+ * Debu Rumah :- Rasa Ngganjal : - Rasa ngganjal : -
Tuli : -/- Berbau : -/- Rasa Berlendir : -
Tinitus : -/- Mimisan : -/- Rasa Kering : -
Vertigo : -/- Nyeri Hidung : -/-
Mual :- Suara sengau : -
Muntah : -

IV. PEMERIKSAAN FISIK


Kesadaran : compos mentis
Pernapasan : 18 i/x
Suhu : 36,8 C
Nadi : 82 i/x
TD : 120/70 mmHg
Anemia : -/-
4

Sianosis : -/-
Stridor inspirasi : -/-
Retraksi suprasternal :-
Retraksi interkostal : -/-
Retraksi epigastrial : -/-

a) Telinga
Daun Telinga Kanan Kiri
Anotia/mikrotia/makrotia - -
Keloid - -
Perikondritis - -
Kista - -
Fistel - -
Ott hematoma - -
Nyeri tekan tragus - -
Nyeri tarik daun telinga - -
Liang Telinga Kanan Kiri
Atresia - -
Serumen prop - -
Epidermis prop - -
Korpus alineum - -
Jaringan granulasi - -
Exositosis - -
Osteoma - -
Furunkel - -
Edema - -
Hiperemis - + (pada 2/3 dalam)
+
Sekret -
5

Membrana Timpani Kanan Kiri


Hiperemis - -
Retraksi - -
Bulging - -
Atropi - -
Perforasi - -
Bula - -
Sekret - -
Retro-aurikular Kanan Kiri
Fistel - -
Kista - -
Abses - -
Pre-aurikular Kanan Kiri
Fistel - -
Kista - -
Abses - -

b) Hidung
Rinoskopi Anterior Kanan Kiri
Vestibulum nasi Hiperemis (-), livide (-) Hiperemis (-), livide (-)
Kavum nasi Dbn Dbn
Selaput lendir Dbn Dbn
Septum nasi Deviasi (-) Deviasi (-)
Lantai + dasar hidung Dbn Dbn
Konka inferior Hipertrofi (-), hiperemis (-) Hipertrofi (-), hiperemis (-)
Meatus nasi inferior Dbn Dbn
Polip - -
Korpus alineum - -
Massa tumor - -
6

Fenomena palatum
(-) (-)
mole

Rinoskopi Posterior Kanan Kiri


Kavum nasi
Selaput lendir
Koana
Septum nasi
Sulit dinilai
Konka superior
adenoid
Massa tumor
Fossa rossenmuller
Transiluminasi
Kanan Kiri
Sinus
Tidak dilakukan

c) Mulut
Hasil
Selaput lendir mulut Dbn
Bibir Sianosis (-) raghade (-)
Lidah Atropi papil (-), tumor (-)
Gigi Karies (-)
Kelenjar ludah Dbn

d) Faring
Hasil
Uvula Bentuk normal, terletak ditengah
Palatum mole hiperemis (-)
Palatum durum Hiperemis (-)
Plika anterior Hiperemis (-)
7

Dekstra : tonsil hipertropi (-)


Tonsil Sinistra : tonsil hipertropi (-)

Plika posterior Hiperemis (-)


Mukosa orofaring Hiperemis (-), granula (-)

e) Laringoskopi indirect
Hasil
Pangkal lidah
Epiglottis
Sinus piriformis
Aritenoid Sulit dinilai
Sulcus aritenoid
Corda vocalis
Massa

f) Kelenjar Getah Bening Leher


Kanan Kiri
Regio I Dbn dbn
Regio II Dbn dbn
Regio III Dbn dbn
Regio IV Dbn dbn
Regio V Dbn dbn
Regio VI Dbn dbn
area Parotis Dbn dbn
Area postauricula Dbn dbn
Area occipital Dbn dbn
Area supraclavicula Dbn dbn
8

g) Pemeriksaan Nervi Craniales


Kanan Kiri
Nervus III, IV, VI Dbn dbn
Nervus VII Dbn dbn
Nervus IX dbn
Regio XII dbn

V. PEMERIKSAAN AUDIOLOGI
Tes Pendengaran Kanan Kiri
Tes rinne + +
Tes weber Tidak ada lateralisasi Lateralisasi ke kiri
Tes schwabach Memanjang Memanjang
Kesimpulan : Fungsi Pendengaran tuli konduksi

VI. DIAGNOSIS BANDING


Otitis Eksterna Difus
Otitis Media Akut stadium Perforasi

VII. DIAGNOSIS
Otitis Eksterna Difus Aurikel Sinistra

VIII. PENATALAKSANAAN
a. Diganostik
Kultur bakteri
Darah rutin

b. Terapi
Non Medikamentosa

Medikamentosa
9

Lokal
Antibiotik topikal: dapat diberi antibiotik topikal polimiksin B dan
neomisin 3-4 tetes/3-4 kali perhari
Sistemik
Antibiotik : ciprofloxacin tab 500 mg 3x1
Analgetik : Asam Mefenamat 500 mg 3x1

c. Monitoring
Liat apakah msih ada cairan keluar dari liang telinga

d. KIE (Komunikasi Informasi dan Edukasi)


Pasien diberitahu bahwa pasien mengalami infeksi pada liang
telinga
Pasien harus diingatkan mengenai kemungkinan kekambuhan yang
mungkin terjadi pada pasien
Pasien harus menjaga agar telinganya selalu kering
Pasien diingatkan agar tidak menggaruk/membersihkan telinga
dengan cotton bud dan segera berobat jika terdapat keluhan di
telinga

VI PROGNOSIS
Quo ad vitam : dubia ad bonam
Quo ad fungsionam : dubia ad bonam
10

BAB III
TINJAUAN PUSTAKA

3.1. Anatomi Telinga Luar

Gambar 1. Anatomi Telinga


Telinga luar terdiri dari daun telinga dan liang telinga sampai membran
timpani. Daun telinga terdiri dari tulang rawan elastin dan kulit.1 daun telinga
berfungsi mengumpulkan getaran udara. Aurikula terdiri atas lempeng tulang
rawan elastin tipis yang ditutupi kulit. Aurikula mempunyai otot intrinsik dan
ekstrinsik, keduanya disarafi oleh N. Facialis.2
Liang telinga berbentuk huruf S, dengan rangka tulang rawan pada
sepertiga bagian luar, sedangkan dua per tiga dalam terdiri dari tulang.
Panjangnya kira kira 2 cm 3 cm.1 Meatus akustikus eksterna atau liang
telinga menghubungkan aurikula dengan membran timpani. Tabung ini
berfungsi menghantarkan gelombang suara dari aurikula ke membran
timpani.2
Pada sepertiga bagian luar kulit telinga terdapat banyak kelenjar serumen
(modifikasi kelenjar keringat = kelenjer serumen) dan rambut. Kelenjar
serumen menghasilkan sikret lilin berwarna coklat kekuningan. Rambut dan
lilin ini merupakan barier yang lengket, untuk mencegah masuknya benda
11

asing. Kelenjar keringat terdapat pada seluruh kulit liang telinga. Pada dua
per tiga dalam hanya sedikit dijumpai kelenjar serumen.1,2
Saraf sensorik yang melapisi kulit pelapis meatus berasal dari n.
auriculotemporalis dan ramus auricularis n. vagus.2
Aliran limfe menuju nodi parotidei superficialis, mastoidei, dan
cervicales superficialis.2

Vaskularisasi Telinga Luar


Aurikula dan kanalis akustikus eksternus menerima perdarahan
dari arteri temporalis superfisialis dan cabang aurikularis posterior yang
merupakan cabang dari arteri karotis eksternus. 2
Sedangkan aliran vena dari aurikula dan meatus yaitu melalui vena
temporalis superfisialis dan vena aurikularis posterior kemudian bersatu
membentuk vena retromandibular yang biasanya terpisah dan keduanya
bertemu di vena jugularis, pertemuan terakhir terdapat pada vena jugularis
eksterna namun demikian juga menuju ke sinus sigmoid melalui vena
emissarius mastoid. 2

Persarafan dan Aliran Limfatik Telinga Luar


Persarafan sensoris ke aurikula dan canalis akustikus eksternus
berasal dari persarafan kanalis dan kutaneus dengan kontribusi dari cabang
aurikulotemporal N. trigeminus (V), N. fasialis (VII), dan N. Vagus (X).
Aurikularis magna dari pleksus servikalis (C 2-3). Otot motorik ekstrinsik
telinga yaitupada bagian anterior, superior, dan posterior aurikula di
persarafi N. fasialis (VII). 2
Aliran limfatik kanalis akustikus eksternus merupakan saluran
yang penting pada penyebaran infeksi. Bagian anterior dan posterior
terdapat aliran limph dari kanalis akustikus eksternus menuju ke limfatim
pre-aurikular didalam kelenjar parotis dan kelenjar getah bening leher
profunda bagian superior. 2
12

Bagian inferior kanalis akustikus eksternus aliraan limphnya


menuju ke kelenjar getah bening infra aurikular dekat angulus
mandibularis. Sedangkan bagian posterior menuju ke kelenjar getah
bening post aurikular dan kelenjar getah bening leher profunda superior. 2

3.2. Otitis Eksterna


3.2.1. Definisi
Otitis eksterna adalah radang telinga akut maupun kronis yang
diseabkan infeksi bakteri, jamur, dan virus. Faktor yang mempermudah
radang telinga luar ialah perubahan pH di liang telinga, yang biasanya
normal atau asam. Bila pH menjadi basa, proteksi terhadap infeksi
menurun.1
Pada keaadaan udara yang hangat dan lembab, kuman dan jamur
mudah tumbuh. Predisposisi otitis eksterna lain adalag trauma ringan
ketika mengorek telinga.1

3.2.2. Epidemiologi
Berdasarkan data yang dikumpulkan mulai Januari 2000 sampai
Desember 2000 di Poliklinik THT RS. H. Adam Malik Medan, didapati
10.746 kunjungan baru dimana dijumpai 867 kasus (8,07%) otitis eksterna,
282 kasus (2,62%) otitis eksterna difusa dan 585 kasus (5,44%) otitis
eksterna sirkumkripta.
Penyakit ini sering dijumpai pada daerah-daerah yang panas dan
lembab dan jarang pada iklim-iklim sejuk dan kering. Patogenesis dari
otitis eksterna sangat komplek dan sejak tahun 1844 banyak peneliti
mengemukakan faktor pencetus dari penyakit ini yang mengatakan bahwa
berenang merupakan penyebab dan menimbulkan kekambuhan. Bahwa
keadaan panas, lembab dan trauma terhadap epitel dari liang merupakan
faktor penting untuk terjadinya otitis eksterna.
13

3.2.3. Etiologi
Otitis eksterna dapat disebabkan oleh infeksi bakteri seperti
Pseudomonas aeruginosa, Proteus mirabilis, Staphylococcus,
Streptococcus, dan beberapa bakteri gram negatif. Serta dapat juga
disebabkan oleh jamur seperti jamur golongan Aspergilus atau Candida sp.
Otitis eksterna difusa dapat juga terjadi sekunder pada otitis media
supuratif kronis.
Beberapa faktor yang memudahkan terjadinya otitis eksterna, yaitu:
Derajat keasaman (pH)
pH pada liang telinga biasanya normal atau asam, pH asam
berfungsi sebagai protektor terhadap kuman. Bila terjadi perubahan pH
menjadi basa maka akan mempermudah terjadinya otitis eksterna yang
disebabkan oleh karena proteksi terhadap infeksi menurun.
Udara
Udara yang hangat dan lembab lebih memudahkan kuman dan
jamur mudah tumbuh.
Trauma
Trauma ringan misalnya setelah mengorek telinga merupakan
faktor predisposisi terjadinya otitis eksterna.
Berenang
Terutama jika berenang pada air yang tercemar. Perubahan warna
kulit liang telinga dapat terjadi setelah terkena air.

3.2.4. Gejala Klinis


Rasa penuh pada telinga merupakan keluhan yang umum pada tahap
awal dari otitis eksterna difusa dan sering mendahaului terjadinya rasa
sakit dan nyeri tekan daun telinga.
Gatal merupakan gejala klinik yang sangat sering dan merupakan
penduhulu rasa sakit yang berkaitan dengan otitis eksterna akut. Pada
kebanyakan penderita rasa gatal disertai ras penuh dan rasa tidak enak
14

merupakan tanda permulaan peradangan suatu otitis eksterna akut. Pada


otitis eksterna kronik merupakan keluhan utama.
Rasa sakit di dalam telinga bisa bervariasi dari yang hanya berupa
rasa tidak enak sedikit, perasaan penuh di dalam telinga, perasaan seperti
terbakar hingga rasa sakit yang hebat serta berdenyut. Meskipun rasa sakit
sering merupakan gejala yang sominan, keluhan ini juga sering merupakan
gejala sering mengelirukan. Kehebatan rasa sakit bisa agaknya tidak
sebanding dengan derajat peradangan yang ada. Ini ditegakkan dengan
kenyataan bahwa kulit dari liang telinga luar langsung berhubungan
dengan periosteum dan perikondrium, sehingga edema dermmis menekan
serabut saraf yang mengakibatkan rasa sakit yang hebat. Lagi pula, kulit
dan tulang rawan 1/3 luar liang telinga bersambung dengan kulit dan
tulang rawan daun telinga sehingga gerakan yang sedikit saja dari daun
telinga akan dihantarkan kekulit dan tulang rawan dari liang telinga luar
dan mengakibatkan rasa sakit yang hebat dirasakan oleh penderita otitis
eksterna.
Kurang pendengaran mungkin terjadi pada akut dan kronik dari otitis
eksterna. Edema kulit liang telinga, sekret yang serous atau purulen,
penebalan kulit yang progresif pada otitis eksterna yang lama, sering
menyumbat lumen kanalis dan menyebabkan timbulnya tuli konduktif.
Keratin yang deskuamasi, rambut, serumen, debris, dan obat-obatan yang
digunakan kedalam liang telinga bisa menutup lumen yang mengakibatkan
peredaman hantaran suara.
Infiltrat dan abses (bisul). Keduanya tampak pada otitis eksterna
sirkumskripta. Bisul menyebabkan rasa sakit berat. Ketika pecah, darah
dan nanah dalam jumlah kecil bisa bocor dari telinga.
Hiperemis dan udem (bengkak) pada liang telinga. Kulit liang telinga
pada otitis eksterna difus tampak hiperemis dan udem dengan batas yang
tidak jelas. Bisa tidak terjadi pembengkakan, pembengkakan ringan, atau
pada kasus yang berat menjadi bengkak yang benar-benar menutup liang
telinga.3,7
15

3.2.5. Klasifikasi
Otitis eksterna diklasifikasikan atas :1,7
1. Otitis eksterna akut :
a. Otitis eksterna sirkumskripta (furunkel / bisul)
Oleh karena kulit di sepertiga luar liang telinga mengandung
adneksa kulit, seperti folikel rambut, kelenjar sebasea dan kelenjar
serumen, maka di tempat itu dapat terjadi infeksi pada pilosebaseus
sehingga membentuk furunkel. Kuman penyebabnya biasanya
Staphylococcus aureus atau Staphylococcus albus.1
Gejalanya adalah rasa nyeri yang hebat, tidak sesuai dengan
besar bisul. Hal ini di sebabkan karena kulit liang telinga tidak
mengandung jaringan longgar di bawahnya, sehingga rasa nyeri
timbul pada penekanan perikondrium dan tragus. Rasa nyeri dapat
juga timbul spontan pada waktu membuka mulut (sendi
temporomandibula). Selain itu terdapat juga gangguan
pendengaran, bila furunkel besar dan menyumbat liang telinga.
Terdapat tanda infiltrat atau abses pada sepertiga liang telinga. 1
Terapinya tergantung pada keadaan furunkel. Bila sudah
menjadi abses, diaspirasi secara steril untuk mengeluarkan
nanahnya. Lokal diberikan antibiotik dalam bentuk salep, seperti
polymixin B atau bacitracin, atau anti septik (asam asetat 2-5%
dalam alkohol 2%). Kalau dinding furunkel tebal dilakukan insisi,
kemudian dipasang salir (drain) untuk mengalirkan nanahnya.
Biasanya tidak perlu diberikan antibiotik secara sistemik, antibiotik
diberikan dengan pertimbangan infeksi yang cukup berat.
Diberikan pada orang dewasa ampisilin 250 mg, eritromisisn 250
mg, anak-anak diberikan 40-50 mg/kgBB. Berikan obat
asimptomatik seperti analgetik seperti Parasetamol atau Asam
mefenamat 500 mg. 1
b. Otitis eksterna difus
16

c. Otitis eksterna kronik

3.3. Otitis Eksterna Difus


3.3.1. Definisi
Otitis eksterna difus biasanya mengenai kulit liang telinga duapertiga
dalam. Tampak kulit liang telinga hiperemis dan edema dengan tidak jelas
batasanya, serta tidak terdapat furunkel.1

3.3.2. Etiologi
Kuman penyebabnnya biasanya golongan Pseudomonas. Kuman lain
yang sebagai penyebab adalah Staphylococcus albus, escheria koli dan
sebagainya. Otitis eksterna difus dapat juga terjadi sekunder pada otitis
media supuratif kronis.

3.3.3. Patofisiologi
Secara alami, sel-sel kulit yang mati, termasuk serumen, akan
dibersihkan dan dikeluarkan dari gendang telinga melalui liang telinga.
Cotton bud (pembersih kapas telinga) dapat mengganggu mekanisme
pembersihan tersebut sehingga sel-sel kulit mati dan serumen akan
menumpuk di sekitar gendang telinga. Masalah ini juga diperberat oleh
adanya susunan anatomis berupa lekukan pada liang telinga.
17

Keadaan diatas dapat menimbulkan timbunan air yang masuk ke


dalam liang telinga ketika mandi atau berenang. Kulit yang basah, lembab,
hangat dan gelap pada liang telinga merupakan tempat yang baik bagi
pertumbuhan bakteri dan jamur.
Adanya faktor predisposisi otitis eksterna dapat menyebabkan
berkurangnya lapisan protektif yang menimbulkan edema epitel skuamosa.
Keadaan ini menimbulkan trauma lokal yang memudahkan bakteri masuk
melalui kulit sehingga terjadi inflamasi dan cairan eksudat. Rasa gatal
memicu timbulnya iritasi, berikutnya infeksi lalu terjadi pembengkakan
dan akhirnya menimbulkan nyeri.
Proses infeksi menyebabkan peningkatan suhu lalu menimbulkan
perubahan rasa nyaman dalam telinga. Selain itu, proses infeksi akan
mengeluarkan cairan/nanah yang bisa menumpuk dalam liang telinga
(meatus akustikus eksternus) sehingga hantaran suara akan terhalang dan
terjadilah penurunan pendengaran.

3.3.4. Manifestasi Klinis


Gejalanya sama dengan otitis eksterna sirkumskripta. Kadang-kadang
terdapat sekret yang berbau. Sekret ini tidak mengandung lendir (musin)
seperti sekret yang keluar dari kavum timpani pada otitis media. 1

3.3.5. Diagnosis
a. Anamnesis
Pada anamnesis biasanya didapatkan keluhan dengan gejala awal
berupa gatal. Rasa gatal berlanjut menjadi nyeri yang sangat dan
terkadang tidak sesuai dengan kondisi penyakitnya (mis, pada
faskulitis atau otitis eksterna sirkumskripta). Nyeri terutama ketika
daun telinga ditarik, nyeri tekan dan ketika mengunyah makanan atau
membuka mulut.
Rasa gatal dan nyeri disertai pula keluarnya sekret encer, bening
sampai kental purulen tergantung pada kuman atau jamur yang
18

menginfeksi. Pada jamur, biasanya akan bermanifestasi sekret kental


berwarna putih keabu-abuan dan berbau.
Pendengaran pasien bisa normal atau sedikit berkurang,
tergantung pada besarnya furunkel atau edema yang terjadi dan telah
menyumbat pada liang telinga.
Didapatkan riwayat faktor predisposisi misalnya kebiasaan
berenang pada pasien, ataupun kebiasaan mengorek telinga dengan
cotton bud bahkan menggunakan bulu ayam yang merupakan media
penyebaran infeksi.

b. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksan fisik pada pasien biasanya menunjukkan:
o Kulit MAE edema, hiperemis merata sampai ke membran timpani
dengan liang. MAE penuh dengan sekret. Jika edema hebat,
membran timpani dapat tidak tampak.

3.3.6. Tatalaksana
Pengobatannya adalah dengan memasukkan tampon yang
mengandung antibiotik ke liang telinga supaya terdapat kontak yang baik
antara obat dengan kulit yang meradang. Kadang-kadang diperlukan obat
antibiotik sistemik. 1
19

BAB IV
ANALISIS KASUS

Pada kasus ini pasien didiagnosis otitis eksterna difus aurikula sinistra
ditegakkan berdasarkan anamnesis gejala klinis dan pemeriksaan fisik pada
pasien. Dari anamnesis didapatkan bahwa pasien mengeluh telinga kiri keluar
cairan sejak 1 bulan yang lalu. Pasien mengaku pernah mengorek liang
telinganya menggunakan cotton bud. Hal ini yang kemungkinan dapat
menyebabkan trauma ringan sehingga terjadi perubahan pada kulit liang telinga
yang memudahkan terjadinya infeksi kuman. Pasien juga mengeluhkan rasa gatal
pada telinga kiri dan terasa bengap sejak keluhan utama muncul. Hal ini sesuai
dengan gejala otitis eksterna difus. Pasien mengaku belum pernah mengalami
penyakit seperti ini sebelumnya

Pada pemeriksaan fisik telinga kiri pasien didapatkan adanya gejala klinis
otitis eksterna difus berupa nyeri tekan tragus. Selain itu terdapat peradangan pada
meatus akustikus telinga kiri yaitu terdapat hiperemis pada liang telinga dan liang
telinga sempit.

Pada otitis eksterna difus pengobatannya amat sederhana tetapi membutuhkan


kepatuhan penderita terutama dalam menjaga kebersihan liang telinga.
Pembersihan liang telinga dengan mengorek-ngorek telinga dengan benda asing
seperti cotton bud tidak dianjurkan karena dapat menyebabkan trauma atau iritasi.
Penatalaksanaannya dapat diberikan dengan memasukkan tampon yang
mengandung antiiotik ke liang telinga supaya terdapat kontak yang baik antara
obat dengan kulit yang meradang. Kadang diperlukan oat antibiotik sistemik.
20

BAB V
KESIMPULAN

1. Telah dilaporkan pasien Tn. R, 31 tahun dengan diagnosa Otitis Eksterna Difus
2. Otitis eksterna adalah peradangan liang telinga akut maupun kronis yang
disebabkan oleh bakteri
3. Gejala Otitis Eksterna Difus dapat berupa rasa nyeri pada telinga, rasa penuh
pada telinga, gatal, kurang pendengaran, tinnitus, terkadang ditemukan sekret
4. Pada pemeriksaan fisik didapatkan kulit MAE edema, hiperemis, Nyeri pada
tragus (+), dan liang telinga tampak menyempit
5. Penatalaksanaan dapat berupa pemberian antibiotik topikal dan sistemik serta
analgetik
6. Komplikasi dapat berupa perikondritis, selulitis, dermatitis aurikularis

Anda mungkin juga menyukai