Anda di halaman 1dari 9

KORELASI ANTARA FILSAFAT, AGAMA DAN ILMU

PENGETAHUAN

Disusun Oleh :

1. Bella Anggraini
2. Amda Yuni

Dosen Pengajar : Jamhari, M.Fil.I

PRODI IMU KOMUNIKASI


FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UIN RADEN FATAH PALEMBANG
Assalamualaikum Warohmatullohi Wabarokatuh

Puji syukur kehadirat Allah SWT karena atas limpahan rahmat dan hidayat-Nya yang telah
memberi jalan dan pemikiran sehingga penulis dapat menyelesaikan Makalah Filsafat Umum
dengan judul Hubungan antara Filsafat, Ilmu, dan Agama dengan cukup baik, meskipun
dengan bentuk dan isinya yang sangat sederhana. Sholawat serta salam semoga tetap
terlimpahkan kepada Rosulullah SAW yang telah membimbing dan mengarahkan umatnya ke
jalan kehidupan yang penuh dengan rahmat ini.
Harapan penulis semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman bagi
para pembaca. Pada kesempatan kali ini tidak lupa penulis mengucapkan terima kasih kepada
pihak yang telah membantu baik secara langsung maupun tidak langsung, yaitu:
Ainun Naim, M. Pd. I selaku dosen pengampu mata kuliah Filsafat Umum
Ayah dan Ibu kami yang telah banyak membantu kami baik secara moril maupun materil
Rekan-rekan kelas B Program Studi Pendidikan Agama Islam yang telah memberikan
dukungan pada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini
Akhirnya penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata kesempurnaan, sehingga
kritik dan saran yang membangun demi kesempurnaan makalah mendatang akan sangat
membantu penulis. Semoga makalah ini bermanfaat bagi kita semua. Amin.

Wassalamualaikum warohmatullohi wabarokatuh.

Palembang, 14 Maret 2017

Penulis
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Filsafat adalah suatu hal (pandangan atau konsep) yang adanya melekat erat secara
kodrati pada diri manusia. Menurut etimologi filsafat berasal mula dari kata Yunani
philosophia (dari kata philein yang artinya mencintai atau philia yang berarti cinta, dan
Sophia yang berarti kearifan) yang kemudian menjadi kata philosophy (dalam bahasa
Inggris).
Dari filsafatlah muncul dan berkembang ilmu dan pengetahuan yang tercangkup
dalam dua bidang yaitu Ilmu Pengetahuan Alam, Ilmu Pengetahuan Sosial, dan Humaniora.
Sehingga filsafat memiliki kaitan dengan ilmu karena kodrat yang ada dalam diri manusia
salah satunya yaitu memiliki rasa keingintahuan. Keingintahuan itu dapat berkembang dan
dapat memunculkan yang namanya ilmu dan pengetahuan. Selain keingintahuan yang ada
dalam diri manusia, manusia memiliki unsur-unsur hakikat pribadi yaitu sebagai makhluk
yang sadar akan keberadaan Tuhan atau bersifat rohaniyah, kebutuhan ini hanya dapat
terpenuhi dengan beribadah, sehingga hal ini tidak lepas kaitannya dengan berkembangnya
agama-agama di dunia.
Dengan demikian, antara filsafat, ilmu, dan agama dapat saling mengisi dan saling
melengkapi. Ketiganya memiliki peranan masing-masing yang penting dalam kehidupan
manusia.

1.2 Rumusan Masalah

1. Apa pengertian ilmu, filsafat, dan agama?

2. Bagaimana hubungan antara ilmu, filsafat, dan agama?

1.3 Tujuan Pembahasan

1. Mengetahui pengertian ilmu, filsafat, dan agama.

2. Mengetahui hubungan antara ilmu, filsafat, dan agama.


BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Ilmu, Filsafat, dan Agama

2.1.1 Pengertian Ilmu

Ilmu adalah pengetahuan yang pasti, sistematis, metodik, ilmiah dan mencangkup
kebenaran umum mengenai objek studi. Menurut Endang Saifudin Anshari (1987:49-50)
ilmu pengetahuan atau ilmu adalah usaha pemahaman manusia mengenai kegiatan, stuktur,
pembagian, hukum tentang ihwal yang diselidiki melalui pengindraan dan dibuktian
kebenarannya melalui riset. Ilmu memiliki dua objek yaitu objek materi dan objek formal.
Tidak semua pengetahun dapat dikatakan ilmu, sebab kalau semua pengetahuan
dikatakan ilmu tentu banyak yang bisa dikatakan ilmu, karena pengetahuan itu sifatnya baru
sebatas tahu, akan tetapi sebaliknya semua ilmu adalah pengetahuan, akan tetapi yang
dikatakan.
Dikalangan masyarakat umum Indonesia, dipahami bahwa ilmu itu adalah
pengetahuan tentang segala sesuatu yang disusun secara bersistem menurut metode tertentu,
yang dapat digunakan untuk menerangkan gejala tertentu di bidang pengetahuan itu, dan
yang lebih awam lagi mengartikan ilmu itu dengan pengetahuan dan kepandaian tentang
sesuatu persoalan, baik itu persoalan sosial kemasyarakatan maupun persoalan ekonomi,
persoalan agama dan lain-lain sebagainya, seperti soal pergaulan, soal pertukangan, soal
duniawi, soal akhirat, soal lahir, soal batin, soal dagang, soal adat istiadat, soal pertanian, soal
gali sumur dan lain-lain sebagainya.

2.1.2 Pengertian Filsafat

Filsafat adalah ilmu pengetahuan yang mengkaji tentang masalah-masalah yang


berkaitan dengan segala sesuatu secara sungguh-sungguh guna menemukan hakikat yang
sebenarnya. Kata filsafat yang terambil dari Bahasa Yunani, yaitu philosophia yang berarti
kebijaksanaan atau mencintai kebijaksanaan. Objek filsafat terdiri dari dua objek yaitu objek
materi dan objek formal. Dengan demikian, dapat diketahui bahwa yang menjadi objek
filsafat adalah segala sesuatu yang ada dan yang mungkin ada.
Menurut Poedjawijatna, filsafat itu juga dapat dikatakan adalah suatu ilmu yang
berusaha mencari sebab yang sedalam-dalamnya bagi segala sesuatu berdasarkan pikiran
belaka. Selanjutnya beliau mengkategorikan filasafat itu kedalam golongan ilmu, maka oleh
karena itu filsafat harus bersifat ilmiah, yaitu menuntut kebenaran, memilki metode,
bersistem dan harus berlaku umum.

2.1.3 Pengertian Agama

Kata agama berasal dari Bahasa Sansekerta berasal dari kata a dan gama. A berarti
tidak dan gama berarti kacau. Jadi kata agama diartikan tidak kacau, tidak semrawut
hidup menjdi lurus dan benar.
Pengertian agama menunjukkan kepada jalan atau cara yang ditempuh untuk mencari
keridhoan Allah.
Agama menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah sistem atau prinsip
kepercayaan kepada Tuhan, atau juga disebut dengan nama Dewa atau nama lainnya dengan
ajaran kebhaktian dan kewajiban-kewajiban yang bertalian dengan kepercayaan tersebut.
Agama pada umumnya dipahami sebagai :

1. Satu sistem credo ( tata keimanan atau tata keyakinan ) atas adanya sesuatu yang
mutlak di luar manusia.

2. Satu sistem siyus (tata peribadatan) manusia kepada yang dianggapnya mutlak itu.

3. Satu sistem norma (tata kaidah) yang mengatur hubungan manusia dengan manusia
dan alam lainnya, sesuai dan sejalan dengan tata keimanan dan tata peribadatan
termaksud diatas.

2.2 Hubungan antara Ilmu, Filsafat, dan Agama

Anshari (dalam Kompasiana 2012) menyatakan, baik ilmu maupun filsafat atau
agama, bertujuan (sekurang-kurangnya berurusan dengan hal yang sama), yaitu kebenaran.
Ilmu pengetahuan dengan metodenya sendiri mencari kebenaran tentang alam dan manusia.
Filsafat dengan wataknya sendiri pula menghampiri kebenaran, baik tentang alam, manusia
dan Tuhan. Demikian pula agama, dengan karakteristiknya pula memberikan jawaban atas
segala persoalan asasi yang dipertanyakan manusia tentang alam, manusia dan Tuhan. Masih
menurutnya, baik ilmu maupun filsafat, keduanya hasil dari sumber yang sama, yaitu rayu
manusia.
Sebenarnya hakikat manusia itu adalah mahkluk pencari kebenaran, karena ia
dibekalikan oleh Allah Swt dengan akal pikiran, akan tetapi akal pikiran yang suci yang tidak
terkontaminasi dengan yang lain, yang dibimbing oleh nilai-nilai agama, karena dengan akal
pikiran yang dibimbing oleh nilai-nilai agama itulah yang bisa mencapai kebenaran.
Paling tidak ada tiga sarana atau jalan untuk mencari, menghampiri dan menemukan
kebenaran itu, yaitu: melalui filsafat, melalui ilmu pengetahuan dan melalui agama, yaitu
melalui wahyu dari Sang Pencipta Kebenaran yang Mutlak dan Abadi. Ketiga sarana atau
jalan itu masing-masing mempunyai ciri-ciri tersendiri di dalam mencari, menghampiri dan
menemukan kebenaran itu. Ketiga sarana tersebut juga mempunyai titik persamaan, titik
perbedaan dan titik singgung (hubungan) antara yang satu dengan yang lainnya

2.2.1 Jalinan Fisafat dengan Agama

1. Agama adalah unsur mutlak dan sumber kebudayaan, sedangkan filsafat adalah salah
satu unsurkebudayaan.

2. Agama adalah ciptaannya Tuhan, sedangkan filsafat hasil spekulasi manusia.

3. Agam adalah sumber-sumber asumsi dari filsafat dan ilmu pengetahuan (science),
dengan filsafat menguji asumsi-asumsi science.

4. Agamamendahulukan kepercayaan daripada pemikiran, sedangkan filsafat


mempercayakan sepenuhnya kekuatan daya pikiran.
5. Agama mempercayai akan adanya kebenaran dan yang kenyataan dogma-dogma
agama, sedangkan filsafat tidak mengakui dogma-dogma sebagai kenyataan tentang
kebenaran.

Dengan demikian, terlihat jelas bahwa peran agama terhadap filsafat ialah meluruskan
filsafat yang spekulatif kepada kebenaran mutlak yang ada pada agama. Sedangkan peran
filsafat terhadap agama ialah membantu keyakinan manusia terhadap kebenaran mutlak itu
dengan pemikiran yang kritis dan logis. Hal ini di dukung pernyataan yang menyatakan
bahwa filsafat yang sejati haruslah berdasarkan agama, malahan filsafat yang sejati itu adalah
terkandug dalam agama (Hamzah Abbas, 1981:29).

2.2.2 Jalinan Filsafat dengan Ilmu

Filsafat berbicara tentang ilmu, begitulah Kattsoff (1996:1905) mengutarakan jalinan


filsafat dengan ilmu. Bahasa yang dipakai dalam filsafat berusaha untuk berbicara mengenai
ilmu dan bukannya di dalamnya ilmu. Antara filsafat dan ilmu memiliki persamaan, dalam
hal bahwa keduanya merupakan hasil ciptaan kegiatan pikiran manusia, yaitu berpikir
filosofis, spekulatif, dan empiris ilmiah. Perbedaaan antara keduanya, terutama untuk filsafat
menentukan tujuan hidup dan ilmu menentukan sarana untuk hidup. Karenanya, filsafat inilah
kemudian disebut sebagai induknya ilmu pengetahuan.

2.2.3 Persamaan Ilmu, Filsafat, dan Agama

Yang paling pokok persamaan dari ketiga bagian ini adalah sama-sama bertujuan
untuk mencari kebenaran. Ilmu pengetahuan dengan metodenya sendiri, mencari kebenaran
tentang alam dan termasuk di dalamnya manusia. Filsafat dengan wataknya sendiri pula,
menghampiri kebenaran, baik tentang alam, maupun tentang manusia, yang belum atau tidak
dapat dijawab oleh ilmu, karena diluar atau diatas jangkauannya, ataupun tentang Tuhan.
Agama dengan karakteristiknya sendiri pula memberikan jawaban atas segala persoalan asasi
yang dipertanyakan manusia, baik tentang alam, manusia, atau tentang Tuhan.

2.2.4 Perbedaan Ilmu, Filsafat, dan Agama

Terdapat perbedaan yang mencolok antara ketiga aspek tersebut, dimana ilmu dan
filsafat bersumber dari akal budi atau rasio manusia. Sedangkan agama bersumber wahyu
dari Tuhan.
Ilmu pengetahuan mencari kebenaran dengan cara penyelidikan (riset), pengalaman
(empiri), dan percobaan (eksperimen). Filsafat menemukan kebenaran atau kebijakan dengan
cara penggunaan akal budi atau rasio yang dilakukan dengan cara mendalam, menyeluruh,
dan universal. Kebenaran yang diperoleh atau ditemukan oleh filsafat adalah murni hasil
pemikiran (logika) manusia, dengan cara perenungan (berpikir) yang mendalam (radikal)
tentang hakikat segala seuatu (metafisika). Sedangkan agama mengajarkankebenaran atau
memberi jawaban tentang berbagai masalah asasi melalui wahyu atau kitab suci yang berupa
firman Tuhan.
Kebenaran yang diperoleh melalui ilmu pengetahuan adalah kebenaran positif yaitu
kebenaran yang masih berlaku sampai dengan ditemukan kebenaran atau teori yang lebih
kuat dalilnya atau alasannya. Kebenaran filsafat adalah kebenaran spekulatif, berupa dugaan
yang tidak dapat dibuktikan secara empiris, riset, dan eksperimen. Baik kebenaran ilmu
maupun kebenaran filsafat keduanya nisbi (relatif). Sedangkan kebenaran agamabersifat
mutlak (absolut), karena ajaran agama adalah wahyu yang diturunkan oleh yang Maha Benar,
yang Maha Mutlak.

2.2.5 Titik Singgung

Tidak semua masalah yang dipertanyakan manusia dapat dijawab secara positif oleh
ilmu pengetahuan, karena ilmu terbatas, terutama oleh subjeknya (sang penyelidik), oleh
objeknya (baik objek material maupun objek formalnya) dan juga oleh metodologinya.
Agama memberikan jawaban tentang banyak (pelbagai) soal asasi yang sama sekali
tidak terjawab oleh ilmu yang di pertanyakan, namun tidak terjawab secara bulat oleh filsafat.
Allah telah menganugerahkan kepada manusia : alam, akal budi, dan wahyu. Dengan akal
budi manusia dapat lebih memahami, baik ayat quraniyah (wahyu) maupun ayat kauniyah
(alam) untuk kebahagiaan mereka yang hakiki.
Selain itu, masih dalam kaitan antara ilmu, filsafat, dan agama, bahwa filsafat
mengkaji tentang kebijaksanaan. Manusia berusaha untuk mencari kebijaksanaan, dengan
cara yang ilmiah tentang kebenaran akan tetapi manusia tidak akan sampai derajat bijaksana,
karena hanya Tuhanlah yang bersifat bijaksana. Filsafat sama halnya dengan agama, sama-
sama mengkaji tentang kebajikan, tentang Tuhan, baik dan buruk dan lain-lain. Itulah
sebabnya maka filsafat mempunyai hubungan yang dekat dengan agama di satu sisi dan ilmu
pengetahuan di sisi lain.
Hubungan yang lebih dekat lagi, dapat disaksikan bahwa hal-hal yang tidak
terjangkau oleh akal pikiran (filsafat) akan terjawab melalui wahyu atau agama. Begitu juga
dengan filsafat, membahas persoalan-persoalan yang tidak terjawab oleh ilmu pengetahuan.
Dengan demikian, antara ilmu, filsafat, dan agama dapat saling mengisi dan saling
melengkapi. Sehingga menjadi lengkaplah sudah kebutuhan manusia untuk memahami
keberadaan alam, manusia, dan Tuhan.
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Pada prinsipnya antara ilmu, filsafat, dan agama memiliki kaitan yang erat dan saling
terkait satu sama lain. Dimana dalam diri manusia terdapat daya yang menggerakkan ilmu,
filsafat, dan agama yang melalui akal pikiran, rasa, dan keyakinan. Hubungan ketiganya juga
memiliki persamaan dan perbedaan. Sehingga menjadi lengkaplah sudah kebutuham
manusia untuk memahami keberadaan alam, manusia, dan Tuhan.

3.2 Saran

Ketiga aspek ini sama-sama mencari kebenaran. Dengan lebih memahami arti ilmu,
filsafat, dan agama maka kehidupan manusia akan semakin tertata, dan mengetahui serta
memahami pentingnya mencari jawaban atas segala persoalan perihal alam, manusia, dan
Tuhan.
DAFTAR PUSTAKA

Anshari, Endang Saifuddin. 1987. Ilmu, Filsafat dan Agama. Cet. VII. Surabaya:PT Bina
Ilmu.
Bakar, Osman. 1997. Hirarki Ilmu. Bandung : Mizan.
Departemen Pendidikan Nasional. 2001. Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), Jakarta
:Balai Pustaka.
Hamzah, Abbas. 1981. Pengantar Filsafat Alam. Surabaya:Al-Ikhlas.
Kattsoof, Louis O. 1953. Elements Of Philosofy. New York:The Ronald Press Co.
Suhar. 2009. Filsafat Umum. Jambi:Sulthan thaha press IAIN STS JAMBI.
Suhartono, Suparlan. 2008. Dasar-Dasar Filsafat. Jogjakarta:Ar-Ruzz Media Group.
Susanto, A. 2011. Filsafat Ilmu:Suatu Kajian dalam Dimensi Ontologisme, Epistemologis,
dan Aksiologis. Jakarta:PT Bumi Aksara.

Anda mungkin juga menyukai