ABSTRAK
Sejak lama disadari bahwa sistem sosial dan budaya memiliki peran yang sangat penting
dalam membentuk pola tata ruang permukiman di Aceh. Tujuan dari penelitian adalah
mengidentifikasi karakteristik sosial budaya masyarakat Gampong Lubuk Sukon, dan
mengidentifikasi karakteristik pola tata ruang permukiman yang terbentuk, serta menganalisis pola
tata ruang permukiman tradisional Gampong Lubuk Sukon yang terbentuk akibat pengaruh sistem
sosial budaya masyarakatnya. Metode yang digunakan adalah deskriptif-evaluatif. Dari data yang
dikumpulkan dari observasi lapangan, kuisioner dan wawancara, menunjukkan bahwa konsep
keruangan makro yang terbentuk dari tatanan fisik lingkungan hunian memperlihatkan adanya
pembagian ruang permukiman berdasarkan guna lahan, yaitu tempat hunian di bagian tengah
Gampong (tumpok), fasilitas umum di bagian agak luar dari Gampong (ujong), dan lahan pertanian
di bagian luar area permukiman (blang). Pada struktur ruang yang terbentuk, meunasah menjadi
pusat orientasi Gampong. Pada skala yang lebih mikro, pola tata ruang permukiman masyarakat
Gampong Lubuk Sukon terbentuk berdasarkan sistem kekerabatan dari pihak perempuan. Dalam
hal ini, rumah orangtua menjadi bangunan inti (pusat) dari kelompok hunian suatu keluarga.
Selanjutnya, dalam tataran rumah dan pekarangan, seuramoe keue (serambi depan) menjadi
pusat dari bangunan rumoh Aceh. Struktur ruang pada rumoh Aceh menunjukkan dualisme antara
ajaran Islam yang cenderung patriarkal, dengan adat peunulang Aceh yang bersifat matriarkal.
Kata kunci: Pola tata ruang, permukiman tradisional Aceh, sosial budaya
ABSTRACT
It has been realize that socio-cultural system has an important role in configuring the
settlement spatial pattern. The aim of this study is to seek understanding of the socio-cultural
characteristic of the community in Gampong Lubuk Sukon, and to analyse the traditional spatial
pattern formed by the socio-cultural aspect. The method used in this study is descriptive-
evaluative. All data was collected through field observation, questionaire and in-depth interview.
The study showed that the spatial concept formed by physical characters of the settlement,
indicates a division of land us; housing area is located in the middle of settlement called tumpok,
public facility is located not far from the housing area called ujong, and farming area is located
outside of the housing area called blang. The spatial structure formed based on the community
activities and religious rituals concluded that meunasah is the center of settlement. In micro
context, the spatial pattern of traditional settlement in Gampong Lubuk Sukon is formed by female
kinship groups, in which the parents house become the centre. More specifically, in the context of
single unit building, it is identified that seuramoe keue is the centre of the house. The spatial
structure in Acehnese traditional house showed that there is a dualism between the partiarchal
Islamic teachings and the matriarchal peunulang custom in Aceh.
Key words: Spatial pattern, Acehnese traditional settlement, socio-cultural
Gampong
Dham Pulo
Gampong
Dham Ceukok
Dusun
Darul Makmur
Dusun
Darusshalihin
Dusun Gampong
Darussalam Lubuk Gapuy
Dusun
Darul Ulum
Mukim Lambarieh,
Kec. Suka Makmur
- Sistem kemasyarakatan/kekerabatan
Penduduk Gampong Lubuk Sukon, seperti halnya masyarakat di wilayah Aceh
Besar, menarik garis keturunan berdasarkan prinsip bilateral, memperhitungkan
hubungan kekerabatan baik pada pihak laki-laki maupun pihak perempuan. Hubungan
keluarga dalam masyarakat Aceh terdiri dari Wali, Karong dan Kaom. Namun, dalam
sistem kekerabatan yang lebih mikro, wujud keluarga besar Aceh terdiri dari keluarga
inti senior dan keluarga inti dari anak-anak perempuannya, sesuai dengan adat
menetap nikah matrilokal (uxorilocal). Hal ini berarti sesudah menikah, suami menetap
di lingkungan kerabat perempuan. Keluarga besar ini hidup dalam rumah yang berada
dalam satu pekarangan dan satu kesatuan ekonomi yang diatur oleh kepala keluarga
inti senior.
Hukum adat yang berlaku sejak masa pemerintahan Sultan Iskandar Muda
tersebut mempengaruhi orientasi tempat tinggal keluarga batih baru dalam
masyarakat Aceh, sehingga pasangan yang baru menikah biasanya bertempat tinggal
di rumah mempelai wanita.
Hasil kuisioner, didapatkan bahwa sebagian besar responden sudah bertempat
tinggal di Gampong Lubuk Sukon sejak lahir, yaitu sebanyak 77.27%. Dari 51
responden yang merupakan penduduk asli, didapatkan bahwa 68.63% bertempat
tinggal di rumah peunulang, yaitu rumah warisan mertua mereka, yang menunjukkan
bahwa sebagian besar penduduk laki-laki di Gampong Lubuk Sukon menikah dengan
wanita sesama warga. Hanya sebesar 31.37% responden yang mempunyai rumah
atas nama sendiri. Dari jumlah responden pendatang, 86.67% di antaranya tinggal di
rumah peunulang karena mengikuti istri. Jumlah pendatang yang tinggal di Gampong
Lubuk Sukon karena ikut istri, berkaitan dengan tradisi menetap menikah di rumah
pihak perempuan dalam adat Aceh.
- Kehidupan ekonomi
Pengelompokan sosial berdasarkan mata pencaharian di masa lalu tidak
memberikan pengaruh yang cukup signifikan kepada masyarakat Aceh dalam hal
memilih pekerjaan. Saat ini, mata pencaharian penduduk Gampong Lubuk Sukon
cukup beragam. Sebagian besar warga Lubuk Sukon bermata pencaharian sebagai
petani (37.61%) dan sebesar 8.84% bekerja sebagai buruh tani. Hal ini dikarenakan
oleh topografi wilayah yang berupa dataran rendah dan faktor tanah yang sangat
potensial untuk daerah persawahan. Meskipun begitu, pekerjaan sebagai petani mulai
ditinggalkan penduduk, karena stagnansi dalam bidang pertanian dan pendapatan
yang kurang mencukupi. Secara spesifik, berdasarkan hasil dari kuisioner, diketahui
bahwa sebagian besar responden bermata pencaharian sebagai petani (31.82%)
diikuti dengan profesi sebagai PNS sebanyak 27.27% dan wiraswasta sebanyak
16.67%.
Pembagian ruang di Gampong Lubuk Sukon sesuai dengan tata peletakan elemen
ruang permukiman tradisional (Gambar 6), yaitu sebagai berikut:
a) Kawasan permukiman, terdiri dari rumah-rumah dan meunasah, berada di wilayah
tumpok yang memusat di tengah-tengah Gampong Lubuk Sukon. Perkembangan
kawasan permukiman, berupa rumah-rumah baru dan tambahan fasilitas umum,
berada di wilayah ujong, yaitu kawasan yang terletak di antara tumpok dan ujong.
Keberadaan kawasan ujong tidak terlepas dari bentuk asal dari Gampong Lubuk
Sukon yang merupakan sebuah pemukiman yang tertutup. Gampong dikelilingi pagar
tanaman dan semak belukar, untuk melindungsi kawasan tumpok. Pada area tumpok
dan ujong, tiap individu mengenal secara personal elemen-elemen lingkungan dan
komunitas yang ada di dalamnya. Dalam Al-Hadist yang juga tercantum dalam Hadih
Maja Kesultanan Aceh Darussalam, wilayah tumpok dan ujong merupakan satuan
lingkup lingkungan yang disebut haraat.
b) Lahan usaha, dalam hal ini peruntukan lahan pertanian, berada di luar wilayah
permukiman, yaitu blang.
Dusun
Darusshalihin
Dusun
Darussalam
Tumpok
Dusun
Darul Ulum
Blang
Gambar 8 menunjukkan bahwa area inti yang paling sering dipakai adalah meunasah
dan kawasan permukiman (tumpok). Namun, fungsi meunasah mempunyai hirarki yang
lebih tinggi, karena aktivitas yang terjadi di dalamnya merupakan aktivitas inti, yaitu shalat
dan ritual-ritual kebudayaan yang berhubungan dengan kepercayaan masyarakat
Gampong Lubuk Sukon. Tumpok menjadi linkage dari pusat orientasi meunasah,
dipengaruhi oleh masyarakat Gampong Lubuk Sukon yang sangat erat kekerabatannya,
sehingga segala sesuatu yang berhubungan dengan kegiatan hablumminannaas selalu
melibatkan kerabat. Struktur dan hirarki ruang permukiman Gampong Lubuk Sukon,
dijelaskan sebagai berikut:
1. Meunasah, sebagai pusat aktivitas. Elemen tempat ibadah ini merupakan simbol
pemersatu penduduk Gampong, karena fungsinya dimanfaatkan oleh semua
penduduk dalam satu Gampong. Selain digunakan untuk kegiatan yang bersifat
ibadah seperti shalat, pengajian dan perayaan keagamaan, meunasah juga digunakan
sebagai tempat berkumpul masyarakat untuk bermusyawarah atau membicarakan
permasalahan Gampong. Tempat ibadah ini mempunyai hirarki yang disesuaikan
dengan kapasitas dan jangkauan pelayanan yang dapat ditampung, yaitu meunasah
pada tingkatan Gampong dan mesjid pada tingkatan mukim.
2. Tempat kerabat, sebagai tempat bersosialisasi antar masyarakat. Pada ruang kerabat
ini, penduduk secara personal mengenal tiap anggota komunitasnya. Kedekatan
masyarakat Gampong Lubuk Sukon didasarkan pada hubungan darah/saudara, yaitu
kekerabatan batih atau keluarga besar. Bentuk sosialiasi ini berkaitan dengan hal-hal
yang berkaitan dengan daur hidup, misalnya untuk sekedar bersilaturrahmi,
memenuhi undangan kelahiran dan perkawinan, menjenguk dan membantu yang
terkena musibah, dan lain sebagainya.
3. Sawah/ladang, sebagai tempat bekerja. Ruang ini menjadi bagian dari core area
Gampong Lubuk Sukon, berkaitan dengan jumlah penduduknya yang sebagian besar
bermata pencaharian sebagai petani. Selain itu, sawah/ladang juga menjadi tempat
masyarakat melakukan ritual Kanduri Blang sebagai rasa syukur kepada Allah SWT
atas hasil panen mereka.
Struktur ruang permukiman berdasarkan analisis ruang budaya di Gampong Lubuk
Sukon juga memperlihatkan tiga macam teritori, yaitu sebagai berikut:
Teritori primer, yaitu tempat-tempat yang sangat pribadi sifatnya yang hanya boleh
dimasuki oleh orang yang sudah sangat akrab hubungannya dan sudah mendapat izin
khusus. Pada struktur ruang permukiman di Gampong Lubuk Sukon, rumah adalah
bagian dari teritori primer atau disebut juga sebagai wilayah privat.
Teritori sekunder, yaitu tempat-tempat yang dimiliki bersama dan sejumlah orang-
orang yang sudah cukup mengenal. Halaman yang digunakan secara komunal
berdasarkan hubungan kekerabatan yang ada pada pekarangan rumah di Gampong
Rumoh Aceh
Rumoh Santeut
Rumah modern
Rumoh Dapu
Inoeng
Rumoh
Seuramoe Likoet
Seuramoe Keue
Reunyeun
Tungai
Anjoeng
Rumoh
Legenda:
Zona laki-laki dan perempuan
Zona perempuan
Rumoh Dapu
Inoeng
Rumoh
Seuramoe Likoet
Seuramoe Keue
Reunyeun
Tungai
Anjoeng
Rumoh
Keterangan :
Pusat Pinggiran Pinggiran/ruang tambahan
Keterangan :
Rumah keluarga inti senior
(b) Keluarga inti senior menyediakan harta peunulang, agak jauh dari rumah inti,
dengan mempertimbangkan lahan bagi kemungkinan penambahan rumah
peunulang yang harus disediakan anak-anaknya kelak. Pada tipologi ini, pemilihan
lahan tidak mengikuti aturan pola menetap masyarakat Aceh. Bangunan bisa
ditempatkan di belakang, depan, atau di samping rumah inti, tergantung dari lahan
yang tersedia dan kesepakatan antar keluarga (Gambar 14).
Keterangan :
Rumah keluarga inti senior
Arah orientasi bangunan, ditemukan bahwa semua rumoh Aceh di Gampong Lubuk
Sukon menghadap ke Barat (kiblat). Dari keseluruhan sampel bangunan, sebanyak
16.67% menghadap ke Utara, 3.03% menghadap ke Selatan, 6.06% menghadap ke
Timur, dan 65.15% menghadap ke Barat.
Saran
Rekomendasi yang dapat dipakai sebagai bahan masukan dari studi Pola Tata Ruang
Permukiman Tradisional, yaitu studi mengenai konsep arahan pelestarian untuk
mempertahankan pola tata ruang permukiman tradisional di Aceh, termasuk di dalamnya
arahan tata bangunan dan lingkungan, serta studi mengenai tindakan pelestarian bagi
bangunan tradisional yang ada di Gampong Lubuk Sukon