OLEH :
KEZIA IRENE / 6103015001
SOFIANNA MARGARETH / 6103015003
GABRIELLA VINCENTIA / 6103015023
IRENE NOVITA / 6103015046
MARIA FERONICA / 61030150121
DOSEN :
Dr.rer.nat RADIX ASTADI PJ., S.TP., MP
PENDAHULUAN
I.2. Tujuan
Memahami sifat fisik dan kimia rempah-rempah.
I.3. Sasaran Belajar :
Mengidentifikasi jenis-jenis rempah dari bentuk, warna dan aroma.
Melakukan ekstraksi oleoresin.
Menganalisis hasil ekstraksi berdasarkan perbedaan kondisi bahan baku.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Rempah rempah merupakan bahan hasil pertanian yang digunakan sebagai sumber
cita rasa dan aroma. Rempah rempah ini sebagian mengandung oleoresin sehingga citarasa
dan aromanya tajam serta spesifik. Dalam kehidupan sehari hari rempah rempah
digunakan untuk memasak serta meramu jamu tradisional. Hasil olahan rempah rempah
dapat dimanfaatkan dalam industri parfum, flavor, pewarna, farmasi, dll. Bahan rempah
rempah dapat dihasilkan dari umbi, biji, kulit batang, bunga, daun, dan buah (Muchtadi,
1992).
Rempah-rempah dapat diklasifikasikan antara lain sebagai berikut :
1. Rimpang (rhizoma) seperti jahe, lengkuas, kencur, dan kunyit
2. Batang kulit kayu seperti kayu manis
3. Umbi seperti lengkuas
4. Akar seperti lobak pedas
5. Daun seperti daun pandan, mint, organo, basil, parsley, daun ketumbar , dan seledri
6. Kuncup bunga seperti cengkeh
7. Umbi kakar seperti bawang putih dan bawang bombay
8. Biji seperti jinten, mustar putih, kapulaga, dan wijen
9. Buah seperti paprika dan merica
Gambar 2.1. Cengkeh bubuk (kiri) ; Cengkeh segar ( kanan) (Prianto, dkk., 2013)
Gambar 2.2. Jahe gajah (kiri) ; Jahe sunti (tengah) ; Jahe merah (kanan)
( Koswara, 1995)
Kayu manis adalah jenis rempah-rempah yang berasal dari kulit batang dan
banyak digunakan sebagai bahan pemberi aroma dan cita rasa serta dapat diolah
menjadi senyawa anti mikroba. Rasa dan aroma kayu manis adalah pedas, sedikit
manis, hangat, dan wangi. Pemakaian kulit kayu manis dapat dilakukan dalam bentuk
asli (bubuk), minyak atsiri, atau oleoresin. Menurut penelitian beberapa ahli, kayu
berkulit kasar itu ternyata tersusun dari sinamaldehid, turunan dari senyawa fenol.
Sinamaldehid merupakan cairan berwarna kuning yang berubah menjadi cairan kental
berwarna cokelat gelap bila terkena cahaya atau udara (Handayani, 2001). Senyawa
sinamaldehida digunakan secara luas dalam industri flavor untuk memberikan bau
Cinnamon pada jenis makanan, minuman, produk farmasi, dan dalam industri
minuman keras untuk memberikan rasa manis.
Gambar 2.3. Kayu manis (Handayani,2001)
Kencur termasuk suku tumbuhan zingeberaceae dan digolongkan sebagai salah satu
jenis temu - temuan yang mempunyai daging buah paling lunak dan tidak berserat. Kencur
merupakan temu kecil yang tumbuh subur di daerah dataran rendah atau pegunungan yang
tanahnya gembur. Bagian tanaman yang sering digunakan adalah rimpangnya yang
mempunyai aroma yang sangat khas dan lembut sehingga mudah membedakannya dengan
jenis Zingeberaceae lain. Kencur banyak digunakan dalam berbagai ramuan obat tradisional,
seperti obat batuk, disentri, masuk angin, sakit perut, penambah nafsu makan, dan lain-lain.
Kandungan kimia dari rimpang kencur adalah pati, mineral, flavonoid, akaloida, dan minyak
atsiri. Minyak atsiri di dalam rimpang kencur banyak digunakan dalam industri kosmetika
dan dimanfaatkan sebagai anti jamur ataupun anti bakteri (Pratama, 2012).
Gambar 2.5. Kencur (Pratama,2012)
Tanaman ketumbar berupa semak semusim, dengan tinggi sekitar satu meter. Akarnya
tunggang bulat, bercabang dan berwarna putih. Ketumbar selain untuk bumbu masak juga
mempunyai nilai medis. Komponen aktif pada ketumbar adalah sabinene, myrcene, alfa-
terpinene, ocimene, linalool, geraniol, decanal, desilaldehida, trantridecen, asam petroselinat,
asam oktadasenat, d-mannite, skopoletin, p-simena, kamfena, dan felandren. Komponen
-komponen tersebutlah yang menyebabkan ketumbar memiliki reputasi yang bagus sebagai
komponen obat. Biji ketumbar memiliki kandungan minyak atsiri berkisar antara 0,4%-
1,1% . Minyak atsiri pada biji ketumbar memiliki sifat antimikroba terhadap spesies patogen
seperti Salmonella. ( Wulandaputri, 2012)
Kunir atau yang dalam bahasa Indonesia disebut sebagai kunyit termasuk salah
satu tanaman rempah dan obat. Tumbuhan kunir ini mempunyai beberapa fungsi
diantaranya dapat dipergunakan sebagai pelengkap bumbu masakan, bahan
pembuatan jamu, untuk menjaga kesehatan dan kecantikan, dan pada umumnya kunir
juga digunakan untuk memberi warna kuning pada masakan. Kunyit memiliki rasa
yang agak pahit dan getir dan memiliki bau yang khas serta warna jingga terang atau
agak kuning pada bagian dalam rimpang, tetapi kulit kunyit berwarna jingga
kecoklatan. Warna daging kunyit disebabkan oleh minyak atsiri yang
mengandungminyak kurkumin (4-5%) dan zingiberen. Sebanyak 60% turmeron
terkandung dalam minyak kurkumin. Kunyit memiliki komposisi 28% glukosa, 12%
fruktosa, 8% protein, vitamin C dan beberapa jenis mineral dengan kandungan
mineral lainnya dengan rata-rata cukup tinggi. Minyak kurkumin merupakan bahan
antioksidan dan antibakteri (Muchtadi dan Sugiyono, 1992). Minyak atsiri pada
kunyit mengandung senyawa seskuiterpen alkohol, dihidro-turmeron, turmeron,
sabinene, 1,8-sineol dan zingiberen, sedangkan kurkuminoid mengandung senyawa
kurkumin dan turunannya (berwarna kuning) yang meliputi desmetoksi-kurkumin dan
bidesmetoksi-kurkumin.
Boesenbergia rotunda (L.) dikenal sebagai temu kunci di Indonesia banyak digunakan
sebagai bumbu penyedap masakan dan merupakan obat tradisional yang mengandung minyak
atsiri yang terdiri dari boesenbergin, cardamonin, pinostrobin, 5,7-dimetoksiflavon, 1,8-
sineol, dan panduratin. Diketahui bahwa minyak atsiri dari rimpang temu kunci efektif
sebagai antimikroba. Selain itu temu kunci memiliki efek sebagai antioksidan dan antikanker.
Temu kunci diketahui mengandung banyak minyak atsiri antara lain: sineol, kamfer, d-
borneol, d-pinen seskuiterpene, zingiberen, kurkumin, zedoarin (Yulianti, 2016).
Kadar air dalam suatu bahan pangan memiliki nilai yang cukup besar. Kadar air yang
cukup besar ini mempengaruhi umur simpan dari bahan pangan. Dengan mengurangi
jumlah kadar air dalam suatu bahan atau membuat kadar air dalam suatu bahan menjadi
konstan dan agar terbebas dari pengaruh lingkungan baik itu suhu maupun jamur dan
bakteri, maka dapat memperpanjang umur simpan dari suatu bahan pangan hal ini sesuai
dengan pernyataan dari (Sarah Nur, 2014). Rempah-rempah merupakan bahan pangan
ataupun hasil pertanian yang memiliki kandungan air cukup tinggi dikarenakan tempat
tumbuhnya. Karena kadar air yang tinggi ini membuat para produsen harus melakukan
tindakan cepat agar hasil rempah-rempah yang telah di panen tidak mudah rusak
diakibatkan suhu dan mikroorganisme yang dapat hidup pada rempah-rempah tersebut.
Selain itu pengeringan rempah-rempah juga digunakan untuk mengurangi bobot berat bahan
agar lebih mudah di distribusi. Selain itu pengeringan dilakukan agar memudahkan para
konsumen menggunakannya dalam membuat cita rasa suatu makanan ataupun
mempermudah dalam meracik obat, untuk penambah aroma pada pangan dan sebagainya
(Sarah Nur, 2014).
Bahan segar
Temulawak Kencur
Kunyit/ kunir Kunci
Jahe
Bahan kering
Temulawak bubuk
Kunir bubuk
Cengkeh
Temu ireng
Temu hitam bubuk
Temu giring
Ketumbar
Kayu secang
Kencur
Kayu manis
3.2. Skema kerja
3.2.1. Pengamatan Rasa, Aroma, dan Warna Secara Subyektif
Penancapan kabel
Pembukaan penutup IR
Penutupan penutup IR
Filtrat
B
B
Pengeluaran cawan porselen dari oven vakum
HASIL PENGAMATAN
Bahan Segar
Bahan Warna Aroma Rasa
Temulawak Oranye Temulawak Pedas
Kunyit/kunir Oranye Segar Hambar
Jahe Coklat muda Pedas Pedas, manis
Kencur Kuning muda Pedas Pedas, pahit
Kunci Kuning muda Segar Pedas, pahit
Bahan Kering
Rendemen
Berat Berat cawan Berat cawan Berat %rendemen
cawan + filtrat (g) + oleoresin oleoresin (g)
porselen (g) (g)
Bahan segar
Kunyit 46,35 65,04 46,51 0,16 8,4656
Temulawak 39,78 58,58 39,94 0,76 44,7552
Bahan kering
Kunyit 40,95 59,84 41,99 1,04 18,0184
bubuk
Temulawak 45,24 64,07 46,02 0,78 14,6754
bubuk
Contoh Perhitungan :
46,5146,35 100 ml
Kunyit segar : Rendemen= 100 =8,4656
25(10,6976) 25 ml
BAB V
PEMBAHASAN
5.1.1. Temulawak
Pada praktikum digunakan 2 bahan temulawak yaitu temulawak yang masih segar dan
temulawak yang sudah menjadi bubuk. Dari hasil praktikum kami temulawak bubuk
memiliki aroma yang lebih menyengat dibadingkan dengan temulawak yang segar. Hal ini
karena temulawak bubuk memiliki persentase minyak atsiri lebih banyak dari pada
temulawak segar pada berat bahan yang sama karena temulawak segar masih mengandung air
dalam jumlah besar oleh sebab itu persentase air akan mempengaruhi persentase minyak
atsiri dengan berat bahan yang sama.Temulawak bubuk merupakan hasil dari oleoresin yang
di-enkapsulasi menjadi bentuk bubuk. Tujuannya adalah untuk mengurangi kehilangan flavor
sehingga temulawak dapat disimpan lebih lama. Teknik enkapsulasi ini memerangkap flavor
dalam suatu pelapis polimer membentuk mikrokapsul bulat. Adanya proses enkapsulasi
oleoresin menjadikan flavor dan aroma temulawak terperangkap dalam bentuk bubuk dan
aromanya lebih kuat jika dibandingkan dengan aroma temulawak segar.
5.1.2. Cengkeh
Cengkeh merupakan rempah-rempah yang berasal dari bagian bunga. Dari hasil
pengamatan kelompok kami diperoleh bahwa cengkeh memiliki aroma yang khas herbal
(rokok), berwarna coklat kehitaman dan memiliki rasa mint serta pahit. Aroma yang khas
pada cengkeh disebabkan oleh adanya minyak atsiri yang merupakan komponen volatil yang
mudah menguap, aroma minyak atsiri pada cengkeh memiliki aroma seperti tanaman aslinya
(cengkeh). Kandungan minyak atsiri dalam cengkeh bekisar antara 16-20% dan terdiri dari
eugenol (70-85%); asetil eugenol (2-17%); L,b kario filen (5-12%); furfural; metil amil
keton; vanillin; eugeni; eugenitin; isoeugenitin; isoeugenitol dan seskuiterpen. Komponen
minyak atsiri yang berbeda-beda akan memberikan aroma yang khas pada rempah-rempah.
Rasa yang khas pada rempah-rempah disebabkan oleh adanya damar. Pada kelompok
praktikum kami cengkeh tidak dillakukan ekstraksi oleoresin sehingga tidak dapat teramati
damar yang biasanya merupakan bagian yang berwarna gelap dan pekat.
5.1.4. Kunyit
Pada praktikum digunakan kunyit segar dan bubuk. Baik itu kunyit segar dan
bubuk berwarna oranye. Kunyit dikenal juga dengan nama kunir. Induk rimpang
kunyit berbentuk bulat, silindris, membentuk rimpang-rimpang cabang yang banyak
jumlahnya dikiri dan kanan. Rimpang-rimpang ini bercabang-cabang lagi sehingga
keseluruhannya membentuk satu rumpun. Bekas-bekas akar tampak jelas pada
rimpang-rimpang ini. Rimpang kunyit rasanya agak pahit dan getir serta berbau khas.
Warnanya jingga terang atau agak kuning dibagian dalam rimpang, sedangkan kulit
rimpang berwarna jingga kecokelatan. Warna kuning orange daging rimpang kunyit
adalah akibat adanya minyak atsiri curcumin oil. Kadar minyak ini rata-rata 4-5%.
Minyak curcumin mengandung 60% turmerone. Salah satu komponen lain ialah
minyak zingiberene 25% yang keseluruhannya memberi bau yang khas, yaitu bau
kunyit. Rimpang kunyit mengandung 28% glukosa, 12% fruktosa, 8% protein,
vitamin C dan beberapa jenis mineral. Kandungan mineral kalium rata-rata cukup
tinggi. Sifat-sifat minyak curcumin ialah memrupakan bahan antioksidan dan
antibakteri. Serta warna yang dihasilkan dapat dimanfaatkan sebagai pewarna alami.
5.1.9. Ketumbar
Ketumbar memiliki aroma dan rasa yang khas karena mengandung minyak atsiri,
senyawa coumarin, senyawa aldehid alifatik, linalool, dan monoterpen teroksidasi.
5.1.10. Kencur
Kencur merupakan jenis tanaman yang digunakan sebagai rempah-rempah.
Bagian kencur yang digunakan sebagai rmepah adalah bagian rimpangnya. Kencur
memiliki aroma khas kencur yang sedikit pedas. Aroma kencur bubuk dan kencur
segar sedikit berbeda karena pada kencur bubuk sudah mengalami proses pengolahan,
sehingga komponen kimia yang terdapat pada kencur dapat mengalamai perubahan
dibandingkan ketika kencur masih segar. Warna pada kencur bubuk juga berbeda
dengan kencur segar. Warna kencur bubuk adalah coklat pucat, sedangkan warna
kencur segar adalah kuning pucat.
Pada bahan bubuk juga terdapat perbedaan kadar air. Kadar air pada temulawak
bubuk lebih besar dari pada kadar air pada kunyit bubuk. Perbedaan ini dapat
disebabkan karena perbedaan proses pengolahan (seperti pengeringan) pada setiap
bahan. Selain itu, cara penyimpanan juga akan mempengaruhi kadar air pada bahan
bubuk. Jika lingkungan tempat penyimpanan memiliki kelembapan yang tinggi maka
uap air dari lingkungan akan terserap ke dalam bubuk yang menyebabkan kadar air
bahan tersebut menjadi meningkat.
Aroma dan warna yang dihasilkan oleh masing-masing bahan berhantung pada
kadar minyak atsiri dan resin dari bahan tersebut. Aroma yang dihasilkan oleh
temulawak bubuk lebih menyengat daripada temulawak segar. Hal ini disebabkan
karena temulawak bubuk mengandung minyak atsiri lebih besar daripada temulawak
segar. Minyak atsiri pada temulawak yang terdiri dari isofuranogermakren, trisiklin,
allo-aromadendren, germakren, xanthorrizol dengan kadar sekitar 6-10% (Setiawan,
2000). Warna temulawak segar adalah kuning jingga dan temulawak bubuk adalah
coklat kuning. Warna tersebut ditimbulkan karena temulawak mengandung
kurkuminoid. Kurkuminoid terdiri dari senyawa kurkumin, desmetoksi kurkumin dan
bis desmetoksi kurkumin dengan kadar sekitar 2 3,3% (Raharjo, 2005). Sedangkan
pada kunyit, aroma yang dihasilkan adalah aroma khas kunyit. Aroma pada kunyit
bubuk lebih menyengat daripada kunyit segar. Warna pada kunyit disebabkan karena
kunyit mengandung kurkuminoid. Komponen utama curcuminoid adalah Curcumin
(75-81%), demethoxycurcumin (15-19%), dan bisdemethoxycurcumin (2,2-6,6%).
Curcuminoid merupakan komponen utama pada oleoresin kunyit.
BAB VI
KESIMPULAN
1. Warna pada rempah dipengaruhi oleh pigmen yang terkandung dalam bahan
2. Aroma yang spesifik pada rempah dipengaruhi oleh berbagai macam komponen yang
terkandung dalam minyak atsiri rempah
3. Rasa rempah dipengaruhi oleh kandungan damar.
4. Persentase air akan mempengaruhi persentase minyak atsiri dengan berat bahan yang
sama.
5. Cara penyimpanan juga akan mempengaruhi kadar air pada bahan.
6. %rendemen dipengaruhi oleh luas permukaan bahan, varietas bahan, suhu ekstraksi,
proses ekstraksi, dan kadar air bahan
7. % rendemen temulawak segar sebesar 44,7552%, temulawak bubuk sebesar 14,
6754%, kunyit segar sebesar 8,4656%, dan kunyit bubuk sebesar 18,0184%.
DAFTAR PUSTAKA
Handayani. 2001. Penyulingan dan Karakterisasi Minyak dari Serbuk Kulit Kayu
Manis (C. zeylanicum). http://repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/
123456789/16607/F01DHA.pdf?sequence=1. [28 April 2017].
Koswara, S. 1995. Jahe dan Hasil Olahannya. Pustaka Sinar Harapan. Jakarta
Lim, D.K., U. Choi, and D.H. Shin, 1997. Antioxidative activity of some solvent
extract from Caesalpinia sappan Linn. Korean J. Food Sci. Technol, 28(1): 7782
Prianto, H., dkk, 2013. Isolasi dan Karakterisasi dari Minyak Bunga Cengkeh
(Syzigium aromaticum) kering hasil distilasi uap. Kimia Student Journal,Vol. 1
(2), hal 1-2.
Siahaan, F.N. 2016. Isolasi dan Analisi Komponen Minyak Atsiri dari Rimpang Temu
Giring (Curcuma heyneana Valeton & Zijp) Segar dan Kering Secara GC-MS.
Skripsi. Fakultas Farmasi USU, Medan
Simbolon, K.S. 2014. Isolasi dan Analisis Komponen Minyak Atsiri dari Rimpang
Temu Kunci (Boesenbergia rotunda (L.) Mansf.) Segar dan Kering Secara GC-
MS. Skripsi. Fakultas Farmasi USU, Medan.
Sinambela, Efi Srivita. 2012. Isolasi dan Analisis Kimia Minyak Atsiri Dari
Temulawak (Curcuma xanthoriza Roxb) Dengan Gas Kromatografi-Spektrometer
Massa (GC-MS) dan Uji Aktivitas Anti Bakteri. Medan: Universitas Sumatera
Utara.
Sugiyanto, R. N. Et al. 2013. Aplikasi Kayu Secang (Caesalpinia Sappan L.) Dalam
Upaya Prevensi Kerusakan DNA Akibat Paparan Zat Potensial Karsinogenik
Melalui Mnpce Assay. Jurnal Penelitian. Yogyakarta : Universitas Gadjah Mada.
Wulandari,A.P.2012.Ketumbar.http://repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/5
5641/3/BAB%20II%20TINJAUAN%20PUSTAKA.pdf. (diakses pada tanggal 30
April 2017)
Yulianti, W. I., 2016. Pengembangan Tanaman Obat Temu Kunci (Boesenbergiae
Rhizoma). Laporan Penelitian. Yogyakarta : Universitas Muhammadiyah.
LAMPIRAN
Ekstraksi Oleoresin