Anda di halaman 1dari 17

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN

STASE KEPERAWATAN MATERNITAS

PASIEN DENGAN MYOMA UTERI

Di Susun Oleh:

Eka Wahyuningsih 20164030018

PROGRAM STUDI PROFESI NERS

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA

2017
BAB I

LAPORAN PENDAHULUAN

MYOMA UTERI

I. Definisi
Myoma Uteri adalah, neoplasma atau tumor jinak yang berasal dari otot uterus
yang disebut juga dengan Leiomyoma Uteri atau Uterine Fibroid. Myoma Uteri
umumnya terjadi pada usia lebih dari 35 tahun. Dikenal ada dua tempat asal
myoma uteri yaitu pada serviks uteri ( 2 % )dan pada korpus uteri ( 97 % ), belum
pernah ditemukan myoma uteri terjadi sebelum menarche.
II. Etiologi
Walaupun myoma uteri ditemukan terjadi tanpa penyebab yang pasti, namun
dari hasil penelitian Miller dan Lipschlutz dikatakan bahwa Myoma uteri terjadi
tergantung pada sel-sel otot imatur yang terdapat pada Cell Nest yang
selanjutnya dapat dirangsang terus menerus oleh hormon estrogen.
III. Lokalisasi Mioma Uteri
1. Mioma intramural ; Apabila tumor itu dalam pertumbuhannya tetap tinggal
dalam dinding uterus (lapis miometrium).

2. Mioma Submukosum ; Mioma yang tumbuh kearah kavum uteri dan menonjol
dalam kavum itu.
3. Mioma Subserosum ; Mioma yang tumbuh kearah luar dan menonjol pada
permukaan uterus.
IV. Komplikasi
1. Pertumbuhan leimiosarkoma.
Mioma dicurigai sebagai sarcoma bila selama beberapa tahun tidak membesar,
jika menjadi besar apabila hal ituterjadi sesudah menopause
2. Torsi (putaran tangkai )
Ada kalanya tangkai pada mioma uteri subserosum mengalami putaran. Kalau
proses ini terjadi mendadak, tumor akan mengalami gangguan sirkulasi akut
dengan nekrosis jaringan dan akan tampak gambaran klinik dari abdomen
akut.
3. Nekrosis dan Infeksi
Pada myoma subserosum yang menjadi polip, ujung tumor, kadang-kadang
dapat melalui kanalis servikalis dan dilahirkan dari vagina, dalam hal ini
kemungkinan gangguan situasi dengan akibat nekrosis dan infeksi sekunder
V. Patofisiologi

Sumber: Novandsmuct 2014


VI. Pemeriksaan Diagnostik

1. Pemeriksaan Darah Lengkap


Haemoglobin : turun

Albumin : turun

Lekosit : turun/meningkat

Eritrosit : turun

2. USG
Terlihat massa pada daerah uterus.

3. Vaginal Toucher
4. Didapatkan perdarahan pervaginam, teraba massa, konsistensi dan ukurannya.
5. Sitologi
Menentukan tingkat keganasan dari sel-sel neoplasma tersebut.,
6. Rontgen
Untuk mengetahui kelainan yang mungkin ada yang dapat menghambat
tindakan operasi.

7. ECG
Mendeteksi kelainan yang mungkin terjadi, yang dapat mempengaruhi
tindakan operasi.

VII. Cara Penanganan Mioma Uteri

Indikasi mioma uteri yang diangkat adalah mioma uteri subserosum


bertangkai. Pada mioma uteri yang masih kecil khususnya pada penderita yang
mendekati masa menopause tidak diperlukan pengobatan, cukup dilakukan
pemeriksaan pelvic secara rutin tiap tiga bulan atau enam bulan.

Adapun cara penanganan pada mioma uteri yang peru diangkat adalah dengan
pengobatan operatif diantaranya yaitu dengan histerektomi dan umumnya
dilakukan histerektomi total abdominal. Tindakan histerektomi total tersebut
dikenal dengan nama Total Abdominal Histerektomy and Bilateral Salphingo
Oophorectomy ( TAH-BSO )TAH BSO adalah suatu tindakan pembedahan
untuk mengangkat uterus,serviks, kedua tuba falofii dan ovarium dengan
melakukan insisi pada dinding, perut pada malignant neoplasmatic desease,
leymyoma dan chronic endrometriosi.

Dari kedua pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa TAH-BSO adalah


suatu tindakan pembedahan dengan melakukan insisi pada dinding perut untuk
mengangkat uterus, serviks,kedua tuba falopii dan ovarium pada malignant
neoplastic diseas, leymiomas dan chronic endometriosis.

VIII. Pengkajian
1. Pengumpulan Data.
Pengumpulan data merupakan kegiatan dalam menghimpun imformasi
(data-data) dari klien. Data yang dapat dikumpulkan pada klien sesudah
pembedahan Total Abdominal Hysterektomy and Bilateral Salphingo
Oophorectomy (TAH-BSO ) adalah sebagai berikut :
Usia :
a. Mioma biasanya terjadi pada usia reproduktif, paling sering ditemukan
pada usia 35 tahun keatas.
b. Makin tua usia maka toleransi terhadap nyeri akan berkurang
c. Orang dewasa mempunyai dan mengetahui cara efektif dalam
menyesuaikan diri terutama terhadap perubahan yang terjadi pada dirinya
akibat tindakan TAH-BSO.
2. Keluhan Utama
Keluhan yang timbul pada hampir tiap jenis operasi adalah rasa nyeri karena
terjadi torehant tarikan, manipulasi jaringan organ.Rasa nyeri setelah bedah
biasanya berlangsung 24-48 jam. Adapun yang perlu dikaji pada rasa nyeri
tersebut adalah Pengkajian nyeri PQRSTUV.
3. Riwayat Reproduksi
a. Haid
Dikaji tentang riwayat menarche dan haid terakhir, sebab mioma uteri
tidak pernah ditemukan sebelum menarche dan mengalami atrofi pada
masa menopause
b. Hamil dan Persalinan
1) Kehamilan mempengaruhi pertubuhan mioma, dimana mioma uteri
tumbuh cepat pada masa hamil ini dihubungkan dengan hormon
estrogen, pada masa ii dihasilkan dalam jumlah yang besar.
2) Jumlah kehamilan dan anak yang hidup mempengaruhi psikologi klien
dan keluarga terhadap hilangnya oirgan kewanitaan.
4. Data Psikologi.
Pengangkatan organ reproduksi dapat sangat berpengaruh terhadap
emosional klien dan diperlukan waktu untuk memulai perubahan yang terjadi.
Organ reproduksi merupakan komponen kewanitaan, wanita melihat fungsi
menstruasi sebagai lambang feminitas, sehingga berhentinya menstruasi bias
dirasakan sebgai hilangnya perasaan kewanitaan.
Perasaan seksualitas dalam arti hubungan seksual perlu ditangani .
Beberapa wanita merasa cemas bahwa hubungan seksualitas terhalangi atau
hilangnya kepuasan. Pengetahuan klien tentang dampak yang akan terjadi
sangat perlu persiapan psikologi klien.
5. Status Respiratori
Respirasi bias meningkat atau menurun . Pernafasan yang ribut dapat
terdengar tanpa stetoskop. Bunyi pernafasan akibat lidah jatuh kebelakang
atau akibat terdapat secret. Suara paru yang kasar merupakan gejala terdapat
secret pada saluran nafas . Usaha batuk dan bernafas dalam dilaksalanakan
segera pada klien yang memakai anaestesi general.
6. Tingkat Kesadaran
Tingkat kesadaran dibuktikan melalui pertanyaan sederhana yang
harus dijawab oleh klien atau di suruh untuk melakukan perintah. Variasi
tingkat kesadaran dimulai dari siuman sampai ngantuk , harus di observasi dan
penurunan tingkat kesadaran merupakan gejala syok.
7. Status Urinari
Retensi urine paling umum terjadi setelah pembedahan ginekologi,
klien yang hidrasinya baik biasanya baik biasanya kencing setelah 6 sampai 8
jam setelah pembedahan. Jumlah autput urine yang sedikit akibat kehilangan
cairan tubuh saat operasi, muntah akibat anestesi.
8. Status Gastrointestinal
Fungsi gastrointestinal biasanya pulih pada 24-74 jam setelah
pembedahan, tergantung pada kekuatan efek narkose pada penekanan
intestinal. Ambulatori dan kompres hangat perlu diberikan untuk
menghilangkan gas dalam usus.
IX. Penatalaksanaan
1. Konservatif dengan pemeriksaan periodic
Bila seorang wanita dengan mioma mencapai menopause, biasanya tidak
mengalami keluhan, bahkan dapat mengecil, oleh karena itu sebaiknya mioma
pada wanita premenopause tanpa gejala diobservasi saja. Bila mioma besarnya
sebesar kehamilan 12-14 minggu apalagi disertai pertumbuhan yang cepat
sebaiknya segera dioperasi, walaupun tidak ada gejala atau keluhan. Sebabnya
mioma yang besar, kadang-kadang memberikan kesukaran pada operasi. Pada
masa postmenopause, mioma biasanya tidk memberikan keluhan. Tetapi bila
ada pembesaran pada masa postmenopause dicurigai kemungkinan keganasan
(sarcoma) (Manuaba, 2013).
2. Radioterapi (Manuaba, 2013).
Hanya dilakukan pada wanita yang tidak dapat dioperasi (bedrisk patiens).
Uterus harus lebih kecil dari usia kehamilan 3 bulan.
Bukan jenis submukosa.
Tidak disertai radang pelvis atau penekanan pada rectum.
Tidak dilakukan pada wanita muda, sebab dapt menyebabkan menopause.
Jenis Radioterapi:
Radium dalam cavum uteri
X-ray pada ovaria (castrasi)
3. Operasi
Histerektomi
Histerektomi adalah tindakan operatif yang dilakukan untuk
mengangkat rahim, baik sebagian (subtotal) tanpa serviks uteri ataupun
seluruhnya (total) berikut serviks uteri (Manuaba, 2013).
Etiologi
Alasan terbanyak dilakukan histerektomi karena Mioma uteri.
Selain itu adanya perdarahan uterus abnormal, endometriosis, prolaps
uteri (relaksasi pelvis) juga dilakukan histerektomi. Hanya 10 % dari
kasus histerektomi dilakukan pada pasien dengan karsinoma. Fibrosis
uteri (dikenal juga leiomioma) merupakan alasan terbanyak
dilakukannya histerektomi. Leiomioma merupakan suatu
perkembangan jinak (benigna) dari sel-sel otot uterus, namun
etiologinya belum diketahui. Meskipun jinak dimana artinya tidak
menyebabkan/berubah menjadi kanker, leiomioma ini dapat
menyebabkan masalah secara medis, seperti perdarahan yang banyak,
yang mana kadang-kadang diperlukan tindakan histerektomi. Relaksasi
pelvis adalah kondisi lain yang menentukan tindakan histerektomi.
Pada kondisi ini wanita mengalami pengendoran dari otot-otot
penyokong dan jaringan disekitar area pelvik. pengendoran ini dapat
mengarah ke gejala-gejala seperti inkontensia urine (Unintensional
Loss of Urine) dan mempengaruhi kemampuan seksual. Kehilangan
urine ini dapat dicetuskan juga oleh bersin, batuk atau tertawa.
Histerektomi juga dilakukan untuk kasus-kasus karsinoma
uteri/beberapa pre karsinoma (displasia). Histerektomi untuk
karsinoma uteri merupakan tujuan yang tepat, dimana menghilangkan
jaringan kanker dari tubuh. Prosedur ini merupakan prosedur dasar
untuk penatalaksanaan karsinoma pada uterus. Histerektomi memang
sesuatu yang sangat tidak diharapkan, terutama bagi wanita yang masih
mendambakan memiliki anak. Namun demikian, seringkali dokter
tidak memiliki pilihan lain untuk menangani penyakit secara permanen
selain dengan mengangkat rahim. Beberapa jenis penyakit yang
mungkin mengharuskan histerektomi antara lain:

Fibroids (tumor jinak yang tumbuh di dalam dinding otot rahim)


Kanker serviks, rahim atau ovarium
Endometriosis, kondisi berupa pertumbuhan sel endometrium di
bagian lain dari rahim
Adenomyosis, kelainan di mana sel endometrium tumbuh hingga
ke dalam dinding rahim (sering juga disebut endometriosis
interna)
Prolapsis uterus, kondisi di mana rahim turun ke vagina karena
ligamen yang kendur atau kerusakan pada otot panggul bawah
Inflamasi Pelvis karena infeksi

Setelah menjalani histerektomi, seorang wanita tidak lagi mendapatkan


ovulasi dan menstruasi. Hal ini juga berarti berkurangnya produksi
hormon estrogen dan progesteron yang dapat menyebabkan kekeringan
pada vagina, keringat berlebihan, dan gejala-gejala lain yang umumnya
terjadi pada menopause normal. Wanita yang menjalani salpingo-
oporektomi bilateral atau pengangkatan kedua ovarium biasanya juga
diberi terapi pengganti hormon untuk menjaga tingkat hormon mereka
(Saifidin, 2011).
Klasifikasi (Prawiroharjo, 2011).
Histerektomi Abdominal Totalis
Ini merupakan suatu tipe histerektomi yang sangat dan sering
dilakukan. Tindakan histerektomi abdominalis totalis, mengangkat
uterus bersama servik sekaligus. Karsinoma ovarium dan uterus,
endometriosis, dan mioma uteri yang besar dapat dilakukan
histerektomi jenis ini. Setelah dilakukan prosedur ini wanita tidak
dapat mengandung seorang anak. Maka dari itu metode ini tidak
dilakukan pada wanita usia reproduksi, kecuali pada kondisi-
kondisi yang sangat serius seperti karsinoma. Histerektomi
abdominal totalis memperbolehkan operator mengevaluasi seluruh
kavum abdomen serta panggul, dimana sangat berguna pada
wanita-wanita dengan karsinoma atau penyebab yang tidak jelas.
Adhesiolisis (Pembebasan Perlengketan)
Perlengketan pada organ kelamin wanita dapat disebabkan oleh
tiga hal,yakni infeksi, endometriosis, dan riwayat operasi organ
perut. Perlengketan ini sesungguhnya merupakan proses
penyembuhan alami tubuh untuk memperbaiki jaringan yang
cedera atau terluka.
Cedera atau luka akibat operasi, infeksi maupun endometriosis ini
diperbaiki dengan membentuk jaringan baru di permukaan jaringan
yang rusak. Jaringan baru yang terbentuk inilah yang dapat
menyebebkan lengketnya organ tersebut, dengan luka sayatan
operasi atau dengan organ lain disekitarnya. Pada sebagian orang
perlengketan ini tidak menimbulkan gejala. Apabila perlengketan
ini menyebabkan tarikan, puntiran Atau perubahan posisi dapat
menimbulkan berbagai keluhan terutama nyeri. Pada wanita, selain
nyeri, perlengketan ini dapat pula menimbulkan infertility terutama
apabila perlengketan terjadi pada organ saluran telur.
Histerektomi Vaginalis
Prosedur ini dilakukan dengan cara mengangkat uterus melalui
vagina. Vaginal histerektomi ini merupakan suatu metode yang
cocok hanya pada kondisi-kondisi seperti prolaps uteri, hiperplasi
endometrium, atau displasia servikal. Kondisi ini dapat dilakukan
apabila uterus tidak terlalu besar, dan tidak membutuhkan suatu
prosedur evaluasi operatif yang luas. Wanita diposisikan dengan
kedua kaki terangkat pada meja litotomi. wanita yang belum
pernah mempunyai anak mungkin tidak mempunyai kanalis
vaginalis yang cukup lebar, sehingga tidak cocok dilakukan
prosedur ini. Jika wanita tersebut mempunyai uterus yang sangat
besar, ia tidak dapat mengangkat kakinya pada meja litotomi
dalam waktu yang lama atau alasan lain mengapa hal tersebut
terjadi, dokter-dokter biasanya mengusulkan histerektomi secara
abdominalis. Secara keseluruhan histerektomi vaginal secara
laparaskopi lebih mahal dan mempunyai komplikasi yang sangat
tinggi dibanding histerektomi secara abdominal.
Histerektomi Supraservikal
Supraservikal histerektomi digunakan untuk mengangkat uterus
sementara serviks ditinggal. Serviks ini adalah suatu area yang
dibentuk oleh suatu bagian paling dasar dari uterus, dan berada di
bagian akhir (atas) dari kanalis vaginalis. Prosedur ini
kemungkinan tidak berkembang menjadi karsinoma endometrium
terutama pada bagian serviks yang ditinggal. Wanita yang
mempunyai hasil papsmear abnormal atau kanker pada daerah
serviks tidak cocok dilakukan prosedur ini. Wanita lain dapat
melakukan prosedur ini jika tidak ada alasan yang jelas untuk
mengangkat serviks. Pada beberapa kasus serviks lebih baik
ditinggal seperti pada kasus-kasus endometriosis. Prosedur ini
merupakan prosedur yang sangat simple dan membutuhkan waktu
yang singkat. Hal ini dapat memberikan suatu keuntungan
tambahan terhadap vagina, juga menurunkan resiko terjadinya
suatu protrusi lumen vagina (Vaginal prolaps).

Histerektomi Radikal
Prosedur ini melibatkan operasi yang luas dari pada histerektomi
abdominal totalis, karena prosedur ini juga mengikut sertakan
pengangkatan jaringan lunak yang mengelilingi uterus serta
mengangkat bagian atas dari vagina. Radikal histerektomi ini
sering dilakukan pada kasus-kasus karsinoma serviks stadium dini.
Komplikasi lebih sering terjadi pada histerektomi jenis ini
dibandingkan pada histerektomi tipe abdominal. Hal ini juga
menyangkut perlukaan pada usus dan sistem urinarius.
Produksi Histerektomi
Histerektomi dapat dilakukan melalui sayatan di perut bagian bawah atau
vagina, dengan atau tanpa laparoskopi. Histerektomi lewat perut dilakukan
melalui sayatan melintang seperti yang dilakukan pada operasi sesar.
Histerektomi lewat vagina dilakukan dengan sayatan pada vagina bagian
atas. Sebuah alat yang disebut laparoskop mungkin dimasukkan melalui
sayatan kecil di perut untuk membantu pengangkatan rahim lewat vagina.
Histerektomi vagina lebih baik dibandingkan histerektomi perut karena
lebih kecil risikonya dan lebih cepat pemulihannnya. Namun demikian,
keputusan melakukan histerektomi lewat perut atau vagina tidak didasarkan
hanya pada indikasi penyakit tetapi juga pada pengalaman dan preferensi
masing-masing ahli bedah. Histerektomi adalah prosedur operasi yang
aman, tetapi seperti halnya bedah besar lainnya, selalu ada risiko
komplikasi. Beberapa diantaranya adalah pendarahan dan penggumpalan
darah (hemorrgage/hematoma) pos operasi, infeksi dan reaksi abnormal
terhadap anestesi (Novandsmuct, 2014).
X. Asuhan Keperawatan

Tgl Dx NOC/Tujuan NIC/Rencana Tindakan Rasional


24/02/17 Nyeri Akut Pain Control Pain Management
Definisi: Pengalaman
sensori dan emosional tidak Setelah dilakukan asuhan 1. Amati reaksi nonverbal dan
07.00 menyenangkan yang keperawatan selama 1x24jam, ketidaknyamanan dengan 1. Mengkaji adanya

muncul akibat kerusakan diharapkan pasien dapat menggunakan komunikasi ketidaknyamanan yang tidak

jaringan actual yang tiba- mengontrol nyeri dengan terapeutik tersampaikan oleh pasien

tiba lambat dari intensitas kriteria hasil: 2. Control lingkungan yang dapat terkait nyeri.
07.15
ringan hingga berat dengan mempengaruhi nyeri 2. Lingkungan dapat menjadi

akhir yang yang dapat 1. Pasien mampu mengontrol 3. Ajarkan pasien tentang teknik faktor pencetus.
07.30 3. Tindakan awal untuk
diantisipasi. nyeri dengan menggunakan nonfarmakologi untuk mengatasi
Batasan Karakteristik: teknik nonfarmakologi nyeri (terapi music dan nafas mengurangi nyeri.

Ekspresi wajah nyeri 2. Melaporkan nyeri berkurang dalam). 4. Motivasi dari keluarga dapat

Keluhan tentang 3. Mengatakan rasa nyaman 4. Bantu pasien dan keluarga berpengaruh pada psikologis
08.00
karakteristik nyeri setelah nyeri berkurang untuk memperoleh dukungan sehingga dapat mengurangi

dengan menggunakan 5. Kolaborasi dengan dokter nyeri.


10.00
standart instrument nyeri terkait pemberian terapi 5. Jika terapi nonfarmakologi

Fokus pada diri sendiri farmakologi (Analgetic) tidak dapat menangani nyeri.
Faktor yang berhubungan:
Agens cedera fisik
Agens cedera biologis
Agens cedera kimiawi
24/2/2017 Hambatan Mobilitas Fisik Mobility Level Exercise Therapy: Joint
Mobility - Untuk mengetahui sejauh
07.00 Definisi: keterbatasan dalam Setelah dilakukan tindakan mana kemampuan pasien
gerakan fisik atau satu atau keperawatan selama 1x24jam - Kaji kemampuan pasien dalam mobilisasi.
dalam mobilisasi - Sebagai bahan evaluasi dan
lebih ekstremitas secara diharapkan hambatan mobilitas mengantisipasi hal yang buruk
mandiri dan terarah fisik teratasi dengan kriteria - Monitor TTV pada pasien
sebelum/setelah latihan - Mengurangi rasa tidak
hasil: nyaman pada pasien
07.05 Batasan karakteristik dan lihat repon pasien saat
- Klien meningkat dalam latihan
- Dispnea setelah - Inisiasi pengukuran - ROM meningkatkan rentang
aktivitas fisik gerak, kekuatan otot, stabilitas
kontrol nyeri sebelum
beraktifitas - Mengerti tujuan dari memulai latihan sendi dan kardiovaskuler.
07.10
- Gangguan sikap berjalan - Latih pasien untuk - Memotivasi kemadirian pasien
peningkatan mobilitas dalam mobilisasi dan bantu
melakukan ROM
- Gerakan lambat - Memverbalisasikan perasaan pasien saat pasien tidak bisa
- Gerakan spastik melakukan mobilisasi
dalam meningkatkan - Menambah pengetahuan dan
- Dorong, dampingi dan
07.20 - Gerakan tidak kekuatan dan kemampuan bantu pasien saat keterampilan keluarga serta
terkoordinasi mobilisasi dan bantu pasien, sehingga dapat
berpindah melakukan sendiri setelah
penuhi kebutuhan
- Instabilita postur - Memperagakan latihan keluar dari rumah sakit
08.00 - Kesulitan membolak-balik - Jelaskan pada pasien dan
keluarga manfaat dan - Terapi pasien lebih maksimal
posisi tujuan dilakukan latihan dan terarah.
- Ajarkan latihan ROM
08.10 - Keterbatasan rentang pasif, ROM dengan
bantuan, atau ROM aktif
gerak
- Kolaborasi dengan
17.15 - Ketidaknyamanan fisioterapi
- Melakukan aktivitas lain
sebagai pengganti
pergerakan
- Penurunan kemampuan
keterampilan motorik
halus
- Penurunan kemampuan
keterampilan motorik
kasar
- Penurunan waktu reaksi
- Tremor akibat bergerak
Faktor yang berhubungan

- Agens farmaseutikal
- Ansietas
- Depresi
- Fisik tidak bugar
- Gangguan fungsi kognitif
- Gangguan metabolisme
- Gangguan muskulokeletal
- Gangguan neuromuskular
- Gangguan
sensoriperseptual
- Gaya hidup kurang gerak
- IMT >persentil ke-75
sesuai usia
- Intoleransi aktivitas
- Kaku sendi
- Keengganan memulai
pergerakan
- Kepercayaan budaya
tentang aktivitas yang
tepat
- Kerusakan integritas
struktur tulang
- Keterlambatan
perkembangan
- Kontraktur
- Kurang dukungan
lingkungan (mis. Fisik
atau sosial)
- Kurang pengetahuan
tentang nilai aktivitas fisik
- Malnutrisi
- Nyeri
- Penurunan kekuatan otot
- Penurunan kendali otot
- Penurunan ketahanan otot
- Program pembatasan
gerak
DAFTAR PUSTAKA
Manuaba, Ida Ayu Chandranita, dkk. 2013. Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan, dan KB.
Jakarta : EGC

Novandsmuct. 2014. Laporan Pendahuluan Mioma Uteri. (online).


(http://novandsmuct.wordpress.com/2014/02laporanpendahuluanmiomauteri.html
diakses pada tanggal 15 Februari 2017 pukul 20.00 WIB).

Saifidin, Abdul Bari,dkk. 2011. Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan

Maternal dan Neonatal. Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo & JNKKR-POGI.
Jakarta

Anda mungkin juga menyukai