Anda di halaman 1dari 1

Obat kumur yang mengandung chlorhexidine dan alkohol

Mengontrol terbentuknya plak adalah metode utama untuk mencegah penyakit-penyakit


periodontal. Obat kumur chlorhexidine secara luas telah dikenal dan digunakan untuk mengontrol
plak. Sebagian besar obat kumur yang mengandung chlorhexidine, juga mengandung alkohol,
sehingga kadang membuatnya tidak praktis untuk beberapa pasien, termasuk mereka dengan
hipersensitivitas mukosa mulut. Obat kumur chlorhexidine tanpa alkohol memiliki efek samping yang
lebih sedikit, namun kurang begitu efektif.

Pada percobaan yang membandingkan antara obat kumur chlorhexidine tanpa alkohol dengan yang
mengandung alkohol, memperlihatkan hasil bahwa keduanya sama-sama efektif dalam mengontrol
jumlah bakteri dalam saliva dan mengurangi peradangan gusi. Penurunan lebih banyak terjadi pada
pasien yang berkumur dengan chlorhexidine beralkohol. Oleh karena itu obat kumur
direkomendasikan kepada semua pasien, kecuali bagi mereka yang kontra indikasi terhadap alkohol
(Leyes Borrajo, 2002).

7. Mekanisme kerja chlorhexidine dan alkohol Mekanisme kerja chlorhexidine dihubungkan dengan
interaksi antara chlorhexidine (kation) dan permukaan sel bakteri yang sifatnya negatif. Setelah
chlorhexidine diserap dalam permukaan dinding sel bakteri, chlorhexidine akan menurunkan
ketahanan membran sel dan menyebabkan keluarnya bahan-bahan intraseluler. Alkohol bekerja
sebagai antiseptik dengan cara denaturasi dan koagulasi protein sel bakteri. Selain itu turunan
alkohol juga menghambat sistem fosforilasi dan efeknya terlihat jelas pada mitokondria, yaitu pada
hubungan substrat nikotinamid adenine nukleotida. Turunan fenol berinteraksi dengan sel bakteri
melalui proses absorbsi yang melibatkan ikatan hidrogen. Pada kadar rendah terbentuk kompleks
protein fenol dengan ikatan yang lemah dan segera mengalami penguraian, diikuti penetrasi fenol
ke dalam sel menyebabkan presipitasi serta denaturasi protein. Pada kadar tinggi fenol
menyebabkan koagulasi protein dan sel membran mengalami lisis. (Siswandono dan Soekardjo,
2000).

Anda mungkin juga menyukai