Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH PEMULIAAN TANAMAN

PERAN PEMULIAAN DALAM MENCIPTAKAN TANAMAN


TAHAN HAMA DAN CEKAMAN LINGKUNGAN

Disusun oleh :

1. Uswatun Khasanah 05071281419178


2. Sahrul Lindra 05071181419181
3. M. Syarifudin 05071181419182
4. Minarti 05071181419005
5. Kelara Utami F. 05071181419053

PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
INDALAYA

2016
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang

Di tengah perkembangan zaman yang semakin maju, ditambah lagi dengan


pertumbuhan manusia yang semakin hari semakin meningkat menyebabkan
berbagai kebutuhan manusia pun meningkat, mulai dari sandang, pangan dan
papan. Seiring dengan itu semakin berkembang pula teknologi-teknologi untuk
menunjang hal tersebut. Sandang, pangan dan papan tidak pernah lepas dari yang
namanya tanaman. Kehidupan manusia tidak bisa dilepaskan dari alam dan
otomatis berkaitan dengan tanaman dan berbagai masalahpun muncul. Dengan
banyaknya kebutuhan akan tanaman untuk manusia, berbagi cara pun mulai
dikembangkan untuk mempertahankan dan melindungi tanaman serta bahkan
untuk mengembangkan varietas-varietas terbaru. Dua dekade lagi, kira-kira pada
tahun 2025, negara kita diprediksikan akan dihuni oleh penduduk yang mencapai
sekitar 273 juta jiwa, dengan laju pertumbuhan penduduk sekitar 0.9% sampai 1.3
% per tahun (BPS, 2007). Adanya jumlah penduduk yang sangat besar
menyebabkan kebutuhan akan pangan menjadi meningkat, terutama terhadap
beras, ditambah dengan adanya beragam permasalahan krusial lainnya yang
terkait erat dengan bidang pertanian, seperti (diantaranya): produksi beberapa
komoditas yang masih belum mencukupi kebutuhan/stok dalam negeri (misalnya
padi, kedelai dan jagung), adanya penurunan produktivitas lahan, tingginya laju
konversi lahan pertanian ke non-pertanian (sekitar 50 ribu ha per tahun), angka
kemiskinan (berkisar 16%; BPS, 2006) dan pengangguran yang masih cukup
tinggi (10%; BPS, 2007), serta terjadinya degradasi kualitas sumber daya alam
akibat dari proses pembangunan yang tidak ramah lingkungan. Dengan
beragamnya permasalahan yang ada, bila tanpa diimbangi dengan upaya-upaya
yang strategis dan komprehensif dalam mengatasinya, maka akan menyebabkan
permasalahan menjadi makin kompleks, yang salah satunya dapat berakibat pada
melemahnya program ketahanan pangan dan pada gilirannya akan membawa
implikasi pada bidang sosial, ekonomi, bahkan politik di tanah air. Oleh karena
itu, upaya yang serius dalam membangun pertanian menjadi hal yang mutlak
dilakukan.
Upaya yang serius dalam mempertahankan, melindungi dan
mengembangkan tanaman (pertanian) atau biasa dikenal dengan pemuliaan
tanaman di era modern ini semakin lama semakin canggih. Mulai dari teknik
konvensional hingga teknik modern mulai dikembangkan. Salah satu teknik yang
umum dijumpai adalah pemuliaan tanaman. Kegiatan ini bertujuan untuk
menghasilkan tanaman baru yang sesuai dengan keinginan pembuatnya.
Pemuliaan ini ada yang berupa konvensional (tradisional) dan modern. Teknik
pemuliaan tanaman yang konvensional yang biasa kita jumpai adalah menempel,
cangkok, dan lain-lain. Untuk teknik pemuliaan tanaman yang modern biasanya
sudah menggunakan alat yang canggih. Sudah menggunakan teknik biomolekuler
dan bantuan mikroorganisme. Ilmu pemuliaan tanaman atau ilmu seleksi atau ilmu
penjenisan merupakan suatu ilmu dan seni dalam memanipulir gen. Ilmu disini
berdasarkan pengetahuan genetika. Seni dalam melakukan seleksi dalam usahanya
memanipulir keragaman genetik untuk mengembangkan jenis baru yang bersifat
unggul.

1.2.Tujuan

Adapun tujuan dari makalah ini adalah untuk memberikan informasi


mengenai teknologi pemuliaan yang dapat membuat tanaman tahan hama dan
tahan akan cekaman lingkungan.
BAB 2
PEMBAHASAN

2.1. Pemuliaan Tanaman

Pemuliaan tanaman didifinisikan sebagai perpaduan seni dan ilmu


pengetahuan yang mempelajari bagaimana memperbaiki genotipe tanaman dalam
populasi sehingga lebih bermanfaat bagi manusia. Pada awal perkembangan
pemuliaan tanaman hanya didasarkan pada seni saja. Pemuliaan tanaman telah
lahir sejak dikenalnya bahan pertanian, yaitu sejak manusia hidup dengan cara
mengumpulkan bahan makanan dari alam, berpidah-pindah menjadi menetap
sambil bertanam dan beternak. Pada waktu itu orang memilih jenis tanaman atau
variasi antar tanaman yang lebih berguna. Pemilihan dalam populasi tanaman
didasarkan atas perasaan, keterampilan, kemampuan serta petunjuk yang terlihat
pada tanaman. Tanaman yang terpilih selanjutnya dikembangbiakkan untuk dapat
memenuhi kebutuhan petani.
Jadi memilih (seleksi) dan memelihara (domestikasi) merupakan metode
pemuliaan tanaman yang lahir pertama kali. Walaupun didasarkan atas seni,
namun hasil pemuliaan tanaman di jaman dahulu cukup menakjubkan. Sejak
lahirnya teori Seleksi Alam dan Evolusi yang dikemukakan oleh Darwin (1858)
dalam Sudarka (2009) , dan diketemukannya prinsip-prinsip penurunan sifat pada
organisme oleh Gregor Mendel (1866) dalam Sudarka (2009), para ahli banyak
melakukan penelitian untuk mendapatkan varietas baru, berdasarkan atas seleksi
keturunan. Dengaan dukungan ilmu-ilmu lain seperti: Botani, Fisiologi,
Morfologi, Taksonomi, Sistimatik, Hama dam Penyakit, Statistik, Biokimia dan
lain-lain, pemuliaan tanaman senbagai ilmu berkembang dengan pesat.
Pemuliaan tanaman sebagai ilmu telah berkembang berdasarkan teori-teori
dan hasil riset yang disusun dengan baik. Akhirnya pemuliaan tanaman
didifinisikan sebagai suatu metode yang secara sistematik merakit keragaman
genetic menjadi suatu bentuk yang lebih bermanfaat bagi manusia. Seleksi yang
artinya memilih dilakukan pada setiap tahap program pemuliaan , seperti: memilih
plasma nutfah yang akan dijadikan tetua, memilih metode pemuliaan yang tepat,
memilih genotipe yang akan diuji, memilih metode pengujian yang tepat, dan
memilih galur yang akan dilepas sebagai varietas.
Seleksi dapat dilakukan secara efektif pada populasi tergantung pada
tempat dan waktu. Perbaikan tanaman pada dasarnya tergantung dari penyusun
suatu populasi yang terdiri dari individu-individu dengan genetik berbeda. Seleksi
pada umumnya dilakukan untuk memilih tanaman sebagai tetua/ parental, dan
mencegah tanaman lain yang berpenampilan kurang baik sebagai tetua. Strategi
perbaikan populasi ini terdiri dari dua pekerjaan yang berlawanan, yaitu: a).
pengumpulan atau mempertahankan keragaman di dalam populasi, dan b). seleksi
yang mengarah pada pengurangan keragaman. Selama beberapa tahun terakhir,
seterategi pemuliaan telah berubah dari pendekatan genetika klasik ke pendekatan
baru. Pendekatan klasik dimaksudkan sebagai usaha memindahkan gen-gen
pengatur sifat tertentu dari beberapa plasma nutfah, ke dalan galur/varietas yang
ingin diperbaiki. Pendekatan baru dimaksudkan sebagai pemuliaan populasi,
dimana seluruh populasi tanaman dipandang sebagai satuan pemuliaan, dan bukan
individu-individu tanaman. Varietas unggul baru dihasilkan dari komponen
populasi asal yang beraneka. Pendekatan baru merupakan evolusi terarah, yang
tidak hanya memanfaatkan pengaruh gen major saja, tetapi juga gen minor.
Dengan pendekatan populasi, pemuliaan tanaman didifinisikan sebagai
pengurangan frekuensi gen jelek dan peningkatan prekuensi gen baik.
Suatu keputusan penting yang pertama diambil dalam setiap program
pemuliaan adalah pemilihan plasma nutfah. Plasma nutfah dimaksudkan sebagai
suatu substansi yang terdapat dalam setiap kelompok mahluk hidup dan
merupakan sifat keturunan yang dapat dimanfaatkan dan dikembangkan atau
dirakit untuk menciptakan jenis unggul atau kultivar baru. Plasma nutfah meliputi
segala kultivar unggul masa kini atau masa lampau, kultivar primitive, jenis yang
sudah dimanfaatkan tetapi belum dibudidayakan, kerabat liar, jenis budidaya atau
jenis piaraan. Apabila program pemuliaan tanaman mempunyai tujuan yang luas,
maka plasma nutfah yang diinginkan mempunyai keragaman genetik, adaptasi
luas, relative tahan terhadap hama dan penyakit tertentu. Tetapi bila program
pemuliaan tanaman mempunyai tujuan khusus, informasi yang diperlukan adalah
potensi hasil relative dari masing-masing plasma nutfah. Pemilihan yang
bijaksana terhadap plasma nutfah permulaan merupakan faktor penting untuk
keberhasilan program itu. Pemilihan metode pemuliaan juga merupakan tanggung
jawab penting dari pemulia tanaman. Suatu metode telah diketahui efisien baik
dengan percobaan atau teoritis untuk \ tanaman tertentu, mngkin tidak berlaku
untuk semua situasi. Effisiensi suatu metode dapat di pengaruhi oleh linkage,
intensitas seleksi, besarnya populasi, heritabilitas, dan peran gen (gen action).
Waktu yang dibutuhkan untuk setiap siklus pemuliaan harus diperhitungkan.
Misalnya di daerah tropika, mungkin diperoleh dua atau tiga generasi setiap tahun,
sedang di daerah beriklim sedang mungkin hanya satu kali setahun.

2.2. Tanaman Tahan Hama


Kehadiran teknologi rekayasa genetik memberikan wahana baru bagi
pemulia tanaman untuk memperoleh kelompok gen baru yang lebih luas. Gen
yang ditransfer ke dalam genom suatu tanaman untuk membentuk tanaman
transgenic bisa berasal dari spesies lain seperti bakteri, virus atau tanaman. Gen
yang diperoleh dengan jalan sintesis secara kimia juga berhasil ditransformasikan
ke tanaman. Pada dasarnya gen yang ditransfer tersebut haruslah gen yang
bermanfaat yang belum ada atau belum dimiliki oleh tanaman. Hal ini
menggambarkan kekuatan dari rekayasa genetik dalam memperlebar lingkup atau
kisaran transfer gen di luar jangkauan pemuliaan konvensional. Teknik rekayasa
genetik dapat digunakan sebagai mitra dan pelengkap teknik pemulia tanaman
yang sudah mapan dan telah digunakan selama bertahuntahun (Herman, 1996).
Dalam memproduksi tanaman transgenik melibatkan beberapa tahap
dalam teknik biologi molekuler dan seluler (Herman, 1996). Suatu sifat yang
diinginkan harus dipilih dan gen yang mengatur sifat tersebut harus diidentifikasi.
Apabila gen yang diinginkan belum tersedia, maka harus diisolasi dari organism
donor. Organisme donor bisa berasal dari virus, bakteri, jamur, serangga atau
hewan. Supaya gen tersebut dapat berfungsi maka harus dimodifikasi secara
molekuler, yaitu harus mengandung daerah pengaturan (regulatory region), se-
hingga dapat diekspresikan di tanaman dengan tepat dan benar (Bennet, 1993;
Watson et al., 1992). Gen yang sudah diisolasi harus di-konstruksi dalam suatu
vektor plasmid untuk ditransfer ke tanaman melalui suatu teknik transfer gen.
Plasmid yang digunakan untuk transformasi tanaman tidak hanya mengandung
gen dari sifat yang di-inginkan tetapi juga gen markah untuk seleksi, seperti gen
ketahanan terhadap herbisida atau antibiotik. Gen markah tersebut akan
memudahkan seleksi sel atau jaringan yang tertransformasi. Untuk keberhasilan
suatu transformasi, rangkaian gen yang diintroduksi ke tanaman harus dapat
diinsersikan ke genom tanaman, diekspresikan, dan tetap terpelihara dalam
seluruh pro-ses divisi sel berikutnya. Pada tahap terakhir, sel atau jaringan
tanaman yang ditransformasi harus dapat di-regenerasi menjadi suatu tanaman.
Regenerasi tanaman dapat dilakukan baik secara organogenesis atau
embryogenesis (Sticklen, 1991; Zhong et al., 1991; 1992).
Tanaman transgenik perlu dikarakterisasi secara molekuler untuk
mengkonfirmasi integritas gen yang diintroduksi dan menentukan jumlah kopinya
di dalam genom tanaman. Tanaman tersebut juga perlu dikarakterisasi secara
biokimia untuk menentukan apakah gen tersebut berfungsi dengan benar. Setelah
tahapan biologi seluler dan molekuler dilalui, tanaman transgenic perlu
dikarakterisasi sifat yang diinginkan di laboratorium dan rumah kaca (Herman,
1999). Untuk mengkonfirmasi apakah sifat baru yang diinginkan tersebut dapat
diturunkan maka perlu dilakukan per-silangan genetik.

2.3. Tanaman Tahan Cekaman


Dalam siklus hidup tanaman, mulai dari perkecambahan sampai panen,
tanaman selalu membutuhkan air. Tidak satupun proses metabolisme tanaman
dapat berlangsung tanpa air. Besarnya kebutuhan air setiap fase pertumbuhan
selama siklus hidupnya tidak sama. Hal ini berhubungan langsung dengan proses
fisiologis, morfologis dan kombinasi kedua faktor di atas dengan faktor-faktor
lingkungan. Kebutuhan air pada tanaman dapat dipenuhi melalui penyerapan oleh
akar. Besarnya air yang diserap oleh akar tanaman sangat bergantung pada kadar
air dalam tanah yang ditentukan oleh kemampuan partikel tanah menahan air dan
kemampuan akar untuk menyerapnya (Jumin, 1992).
Air merupakan penting dalam proses pertumbuhan semua makhluk hidup
termasuk tumbuhan, fungsi air pada tumbuhan adalah sebagai berikut : 1)
Penyusun tubuh tanaman (70%-90%), 2) Pelarut dan medium reaksi biokimia. 3)
Medium transpor senyawa, 4) Memberikan turgor bagi sel (penting untuk
pembelahan sel dan pembesaran sel), 5) Bahan baku fotosintesis dan 6) Menjaga
suhu tanaman supaya konstan. Dalam jumlah terlalu banyak (menimbulkan
genangan) sering menimbulkan cekaman aerasi dan saat jumlahnya terlalu sedikit,
sering menimbulkan cekaman kekeringan sehingga diperlukan upaya pengaturan
lengas tanah supaya optimum, melalui pembuatan saluran drainase (mencegah
terjadinya genangan) maupun saluran irigasi (mencegah cekaman kekeringan) .
Kekeringan menimbulkan cekaman bagi tanaman yang tidak tahan kering
Kekeringan terjadi jika lengas tanah lebih rendah dari titik layu tetap . Kondisi
tersebut timbul karena tidak adanya tambahan lengas baik dari air hujan maupun
irigasi sementara evapotranspirasi tetap berlangsung. Cekaman kekeringan
merupakan istilah untuk menyatakan bahwa tanaman mengalami kekurangan iar
akibat keterbatasan air dari lingkungannya yaitu media tanam. Menurut kramer (
1980 ), levitt ( 1980 ), harjadi dan yahya ( 1988 ) bahwa cekaman kekeringan
biasa di sebut dought stess pada tanaman dapat di sebabkan dua hal yaitu (1)
kekurangan suplai air di daerah perakaran dan (2) permintaan air yang berlebihan
oleh daun akibat laju evaoptranspirasi melebihi laju absorbsi air oleh akar
tanaman, walaupun keadaan air tanah tersedia cukup. Pada lahan kering, cekaman
kekeringan pada tanaman terjadi karena suplai air yang tidak mencukupi. Batasan
kekeringan adalah suatu periode dalam pertumbuhan tanaman di mana terjadi
defisiensi air tanaman atau air tanah yang dapat mengganggu pertumbuhan dan
perkembangan tanaman.
Apabila tanaman kehilangan lebih dari separoh air jaringannya dapat
dikatakan bahwa tanaman mengalami kekeringan .Pertumbuhan dan hasil tanaman
tidak hanya dipengaruhi oleh cekaman kekeringan, merupakan hasil integrasi dari
semua pengaruh cekaman pada proses fotosintesis, respirasi, metabolisme
pertumbuhan, dan reproduksi. Untuk mengetahui kekeringan perlu di perhatikan
beberapa proses fisiologi tumbuhan untuk mengetahui dampak kekeringan yang
dapat diukur: tekanan turgor, bukaan stomata, laju metabolisme, kerusakan enzim,
dan kerapatan akar Faktor yang mempengaruhi penurunan pertumbuhan secara
langsung bukan potensial air, tetapi potensial osmotik atau tekanan turgor.
Tekanan turgor sel tanaman akan mempengaruhi aktivitas fisiologis antara lain
pengembangan daun, bukaan stomata, fotosintesis, dan pertumbuhan akar Pada
tanaman yang tahan cekaman kekeringan, tekanan turgor daun tetap
dipertahankan meskipun kandungan lengas tanah maupun air jaringan menurun.
Hal ini terjadi melalui penurunan potensial osmotik daun yang disebut
penyesuaian osmotik Penyesuaian osmotik dapat dilakukan melalui akumulasi
atau sintesis zat terlarut yang menurunkan potensial solut dan mempertahankan
turgor sel Zat yang sering dihasilkan tanaman untuk penyesuaian osmotik pada
tanaman yang tahan cekaman kekeringan adalah senyawa prolin yang
terakumulasi di jaringan daun Kandungan prolin pada daun yang mengalami
cekaman kekeringan 10 100 kali lipat dibandingkan tanaman yang kecukupan
air Pada tanaman yang mengalami cekaman, prolin merupakan komponen asam
amino terbesar dalam jaringan (30% dari total nitrogen terlarut).
Peranan prolin adalah sebagai penampung nitrogen dari berbagai senyawa
nitrogen yang berasal dari kerusakan protein, sebagai senyawa pelindung untuk
mengurangi pengaruh kerusakan cekaman air di sel. Begitu tanaman terlepas dari
cekaman air, senyawa prolin akan segera terdegradasi menjadi glutamat.
BAB 3
PEMBAHASAN

Dengan kemajuan zaman dan diiringi oleh iklim yang tidak dapat ditebak,
kini mulai bermunculan peneliti-peneliti yang mengembangkan teknik-teknik
pemuliaan demi terciptanya tanaman yang unggul salah satunya tahan terhadap
hama dan cekaman lingkungan. Salah satu contoh dari tanaman tersebut adalah
Jagung Transgenik. Jagung trangenik mungkin sedikit awam didengar ditengah
masyarakat, apalagi ditengah ketakutan masyarakat akan hasil-hasil transgenic
yang diduga akan menyebabkan timbulnya penyakit baru. Namun, jika produksi
transgenic dijaga keamanannya hasil tanaman transgenic pun akan sangat
menguntungkan bagi manusia. Jagung transgenic disini merupakan jagung yang
disisipi bakteri Bacillus thuringiensis. Bakteri ini merupakan predator bagi hama,
sehingga jagung yang disisipi gen Bt akan tahan terhadap serangan hama.
Gen Bt menyebabkan jagung menghasilkan protein Kristal atau Crystal
protein (Cry) yang merupakan protein endotoksin dan bersifat racum pada
serangga. Protein endotoksin ini bersifat racun bagi serangga akan tetapi Cry ini
tidak melekat pada pencernaan mamalia sehingg hewan ternak dan manusia tetap
bisa untuk memakan jagung ini. Penggunaan gen Bt terhadap jagung membuat
penggunaan pestisida menurun, sehingga residu pestisida pada tanaman sedikit.
Negara yang banyak menggenakan jagung ini adakah negara Amerika. Hampir
setengah pertanian jagung Amerika merupakan jagung trasgenik yang disisipi
bakteri Bt. Selain itu, jagung ini pun ternyata sudah menyebab ke seluruh dunia,
hanya saja banyak orang yang tidak mengetahui bahwa jagung ini merupakan
haril transgenetik. Selain jagung, beberapa tanaman juga mulai dikembangkan
hasil transgenetiknya beberapa diantaranya adalah padi dan kedelai. Hal tersebut
dilakukan karena permintaan yang semakin banyak sedangkan iklim yang
semakin tak mendukung. Kejadian-kejadian tersebut membuat ketidak adanya
keseimbngan jika hanya mengandalkan teknik konvensional sehingga terciptalah
tanaman hasil rekayasa genetic, muali dari Jagung Bt, Padi tahan cekaman,
kedelai transgenic dan lain sebagainya
BAB 4
PENUTUP

5.1.Kesimpulan

Adapun kesimpulan dari makalah ini adalah sebagai berikut :


1. Pemuliaan tanaman dapat menjadi jalan untuk mengambangkan pertanian
yang sehat tanpa bahan kimia.
2. Tanaman tahan hama dan cekaman dihasilkan dari penyisipan gen makhluk
hidup lain ataupun persilangan genetic dengan tanaman lain.
3. Pemilihan plasma nutfah yang baik akan menentukan hasil dari pemuliaan ini.

5.2.Saran

Saran yang dapat penulis berikan adalah untuk tanaman transgenic ini
sebenarnya tidak perlu ditakutkan akibat buruknya. Selain itu untuk tanaman
tahan hama dan cekaman ini perlu untuk dikembangkan apa lagi ditengan iklim
bumi yang kian lama kian tak menentu.
DAFTAR PUSTAKA

Herman, Muhammad. 2002. Perakitan Tanaman Tahan Serangga Hama Melalui


Teknik Rekayasa Genetika. Buletin AgroBio 5(1) : 1-13 Balai Penelitian
Bioteknologi dan Sumberdaya Genetik Pertanian . Bogor.
Yunita, Rossa. 2009. Pemanfaatan Variasi Somaklonal dan Seleksi In Vitro
Dalam Perakitan Tanaman Toleran Cekaman Abiotok. Jurnal Litbang
Pertanian. Balai Penelitian Bioteknologi dan Sumberdaya Genetik
Pertanian . Bogor.
Sudarka, Wayan. 2009. Bahan Ajar : Pemuliaan Tanaman. Fakultas Pertanian.
Universitas Udayana. E-book : Pemuliaan_Tanaman_1i.pdf

Anda mungkin juga menyukai