Anda di halaman 1dari 46

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN

GANGGUAN KEBUTUHAN DASAR MANUSIA PERSONAL


HYGIENE KHUSUSNYA KUKU KAKI DAN KUKU TANGAN

Juga terdapat di :
http://warungbidan.blogspot.com/2016/08/asuhan-keperawatan- pada-pasien-dengan.html

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .................................................................................... i


DAFTAR ISI ................................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang ............................................................................... 1
1.2 Tujuan penulisan ........................................................................... 2
1.3 Rumusan permasalahan ................................................................. 2
1.4 Kegunaan ....................................................................................... 3
1.5 Sistematika penulisan .................................................................... 4

BAB II TUJUAN TEORITIS


2.1 Konsep dasar ................................................................................. 5
2.1.1 Pengertian ........................................................................... 5
2.1.2 Klasifikasi ............................................................................ 5
2.1.3 Etiologi ................................................................................ 6
2.1.4 Anatomi dan fisiologi .......................................................... 8
2.1.5 Faktor Resiko ....................................................................... 11
2.1.6 Patofisiologis ....................................................................... 13
2.1.7 Manisfestasi klinis ............................................................... 14
2.2 Konsep asuhan keperawatan ......................................................... 15
2.2.1 Pengkajian ............................................................................ 15
2.2.2 Penetapan Diagnosis ............................................................ 17

i
2.2.3 Perencanaan dan Implementasi............................................ 17
2.2.4 Intervensi ............................................................................ 22
2.2.5 Evaluasi................................................................................ 23

BAB III TINJAUAN KASUS


3.1 Pengkajian ..................................................................................... 24
3.2 Analisa data ................................................................................... 31
3.3 Daftar asuhan keperawatan ........................................................... 33
3.4 Rencana asuhan keperawatan ........................................................ 34
3.5 Implementasi keperawatan ............................................................ 36
3.6 Evaluasi dan catatan perkembangan ............................................. 38

BAB IV PEMBAHASAN
4.1 Pengkajian ..................................................................................... 39
4.2 Diagnosa keperawatan................................................................... 39
4.3 Perencanaan ................................................................................... 40
4.4 Implementasi ................................................................................ 40
4.5 Evaluasi ......................................................................................... 41

BAB V PENUTUP
5.1 Kesimpulan.................................................................................... 42
5.2 Kritik dan saran ............................................................................. 43

DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 44

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Personal higiene berasal dari bahasa Yunani yaitu personal yang artinya
perorangan dan higiene berarti sehat.
Higiene personal adalah upaya yang dilakukan individu dalam
memelihara kebersihan dan kesehatan dirinya baik secara fisik mau pun
mental. Berpenampilan bersih, harum, dan rapi merupakan dimensi yang
sangat penting dalam mengukur tingkat kesejahteraan individu secara umum.
Menurut Roper ( 2002 ), mengingat kebersihan merupakan kebutuhan dasar
utama yang dapat mempengaruhi status kesehatan dan kondisi psikologis
individu. (Wahit Iqbal Mubarak , Buku Ajar Ilmu Keperawatan Dasar , 2015 ,
Hal. 143 )
Efek yang akan timbul jika personal higiene tidak dilakukan akan
menimbulkan berbagai bibit penyakit. Oleh karena itu, kebersihan tubuh
perlu di perhatikan.
Adapun jenis personal hygiene yang di perlu di perhatikan diantaranya
perawatan kulit kepala dan rambut serta seluruh tubuh, perawatan mata,
perawatan hidung, perawatan telinga, perawatan gigi dan mulut, perawatan
kuku tangan dan kaki, perawatan genetalia, perawatan tubuh ( memandikan ),
dan kesehatan pakaian. Perawatan personal higiene salah satunya perawatan
kuku tangan dan kaki. Kuku tangan dan kaki sering kali memerlukan
perhatian khusus untuk mencegah infeksi, bau, dan cedera pada jaringan.
Akan tetapi, sering kali tidak sadar akan masalah kaki dan kuku sampai
terjadi nyeri atau ketidaknyamanan.
Menjaga kebersihan kuku penting dalam mempertahankan personal
higiene karena berbagai kuman dapat masuk ke dalam tubuh melalui kuku.
Oleh sebab itu, kuku seharusnya tetap dalam keadaan sehat dan bersih.
Tujuan perawatan kuku tangan dan kaki adalah agar klien memiliki kulit utuh

1
dan permukaan kulit yang lembut, klien merasa nyaman dan bersih, klien
akan memahami dan melakukan metode perawatan kaki dan kuku yang benar.
Dari latar belakang di atas kami tertarik untuk menyusun makalah
dengan judul Asuhan Keperawatan personal higiene : Perawatan Kuku
Tangan dan Kaki "

1.2 Tujuan Penulisan


1. Tujuan umum
Mampu melakukan tindakan asuhan keperawatan pemenuhan
kebutuhan dasar manusia dalam hal Personal Higiene : Perawatan kuku
dan kaki.
2. Tujuan khusus
a. Mampu mengetahui konsep dasar Personal Higiene.
b. Mampu mengetahui dan melakukan proses pengkajian pada klien
dengan gangguan kebutuhan dasar manusia Personal Higiene :
Perawatan kuku tangan dan kaki .
c. Mampu menganalisa data klien dengan gangguan kebutuhan dasar
manusia Personal Higiene : Perawatan kuku tangan dan kaki .
d. Mampu menyusun perencanaan asuhan keperawatan pada klien
dengan gangguan kebutuhan dasar manusia Personal Higiene :
Perawatan kuku tangan dan kaki .
e. Mampu menyusun dan memberikan tindakan asuhan keperawatan
pada klien dengan gangguan kebutuhan dasar manusia Personal
Higiene : Perawatan kuku tangan dan kaki .
f. Mampu mengevaluasi atas tindakan asuhan keperawatan yang
diberikan pada klien dengan gangguan kebutuhan dasar manusia
Personal Higiene : Perawatan kuku tangan dan kaki .

1.3 Rumusan masalah


Sesuai dengan latar belakang diatas bahwa pemenuhan kebutuhan dasar
manusia Personal Higiene : Perawatan kuku tangan dan kaki . Kuku

2
tangan dan kaki sering kali memerlukan perhatian khusus untuk mencegah
infeksi, bau, dan cedera pada jaringan. Akan tetapi, sering kali tidak sadar
akan masalah kaki dan kuku sampai terjadi nyeri atau ketidaknyamanan.
Menjaga kebersihan kuku penting dalam mempertahankan personal
higiene karena berbagai kuman dapat masuk ke dalam tubuh melalui kuku.,
maka dengan itu kami merumuskan masalah sebagai berikut :
1. Apa konsep dasar Personal Higiene ?
2. Apa saja yang harus dkaji pada klien dengan gangguan kebutuhan dasar
manusia Personal Higiene : Perawatan kuku tangan dan kaki ?
3. Bagaimana menganalisa data klien dengan gangguan kebutuhan dasar
manusia Personal Higiene : Perawatan kuku tangan dan kaki .
4. Bagaimana menyusun perencanaan asuhan keperawatan pada klien
dengan gangguan kebutuhan dasar manusia Personal Higiene :
Perawatan kuku tangan dan kaki ?
5. Bagaimana menyusun dan memberikan tindakan asuhan keperaatan pada
klien dengan gangguan kebutuhan dasar manusia Personal Higiene :
Perawatan kuku tangan dan kaki ?
6. Bagamaina mengevaluasi atas tindakan asuhan keperawatan yang
diberikan pada klien dengan gangguan kebutuhan dasar manusia
Personal Higiene : Perawatan kuku tangan dan kaki .

1.4 Kegunaan
1. Rumah sakit
Sebagai masukan untuk bahan evaluasi pelaksanaan asuhan
keperawatan personal higiene : perawatan kuku tangan dan kaki yang
bermanfaat bagi pelayanan kesehatan di Rumah Sakit
2. Mahasiwa
Sebagai tambahan ilmu dalam peningkatan pengetahuan khususnya
tentang asuhan keperawatan personal higiene : perawatan kuku tangan
dan kaki dan acuan saat mengaplikasikannya pada kehidupan sehari hari
dan saat praktek nya.

3
3. Institusi pendidikan
Dapat digunakan sebagai bahan referensi bagi pendidikan dan
penelitian serta informasi tentang asuhan keperawatan personal higiene :
perawatan kuku tangan dan kaki.

1.5 Sistematika penulisan


Sistematika penulisan laporan ini dibagi atas:
- Bab I Pendahuluan yang terdiri dari latar belakang, tujuan penulisan,
rumusan masalah, manfaat dan sistematika penulisan.
- Bab II Tujuan teoritis terdiri dari konsep dasar, pengertian, klasifikasi,
etiologi, anatomi dan fisiologi, faktor resiko, fatofisiologis,
manifestasi klinis. Konsep asuhan keperawatan, pengkajian,
keperawatan dan intervensi.
- Bab III Tinjauan kasus yang terdiri dari pengkajian analisa data, daftar
asuhan keperawatan, rencana asuhan keperawatan, catatan
keperawatan atau implmentasi, evaluasi dan catatan
perkembangan.
- Bab IV Pembahasan yang terdiri dari pengkajian, diagnosa keperawatan,
perencanaan, implementasi, dan evaluasi.
- Bab V Penutup yang berisi tentang kesimpulan, kritik dan saran yang
menunjang dari kasus yang di angkat.

4
BAB II
TINJAUAN TEORITIS

2.1 Konsep Dasar


2.1.1 Higiene personal
1. Pengertian
Personal higiene atau kesehatan pribadi adalah upaya individu
dalam memelihara kebersihan diri yang meliputi kerbersihan
rambut, teliga, gigi dan mulut, kuku, dan kebersihan dalam
berpakaian dalam meningkatkn kesehatan yang optimal. (Wahit
Iqbal Mubarak , Buku Ajar Ilmu Keperawatan Dasar , 2015 , Hal.
145)
2. Pentingnya Higiene Personal
Personal higiene seperti merawat kuku merupakan salah satu
aspek penting dalam mempertahankan perawatan diri karena
berbagai kuman dapat masuk kedalam tubuh melalui kuku yang
kotor dan panjang.

2.1.2 Klasifikasi Personal Higiene


Higiene personal merupakan salah satu tindakan keperawatan dasar
yang rutin dilakukan oleh perawat setiap hari di rumah sakit (Depkes
RI, 1987). Tindak tersebut meliputi sebagai berikut.
1. Perawatan kulit kepala dan rambut serta seluruh tubuh.
2. Perawatan mata.
3. Perawatan hidung.
4. Perawatan telinga
5. Perawatan gigi dan mulut.
6. Perawatan kuku tangan dan kaki.
7. Perawatan genitalia.
8. Perawatan tubuh (memandikan).
9. Perawatan pakaian.

5
2.1.3 Etiologi
Menurut Tarwoto dan Wartonah (2000) penyebab kurang perawatan
diri adalah sebagai berikut :
1. Kelelahan fisik
2. Penurunan kesadaran
Menurut Depkes (2002:20), penyebab kurang perawatan diri adalah :
1. Faktor predisposisi:
a. Perkembangan Keluarga terlalu melindungi dan memanjakan
klien sehingga perkembangan inisiatif terganggu.
b. Biologis Penyakit kronis yang menyebabkan klien tidak mampu
melakukan perawatan diri.
c. Kemampuan realistis turun Klien dengan gangguan jiwa
dengan kemampuan realitas yang kurang menyebabkan
ketidakpedulian dirinya dan lingkungan termasuk perawatan
diri.
d. Sosial Kurang dukungan dan latihan kemampuan perawatan
diri lingkungannya situasi lingkungan mempengaruhi latihan
kemampuan dalam perawatan diri.
2. Faktor presipitasi
Yang merupakan faktor presipitasi deficit perawatan diri adalah
kurang penurunan motivasi, kerusakan kognisi atau perceptual,
cemas, lelah / lemah yang dialami individu sehingga menyebabkan
individu kurang mampu melakukan perawatan diri.
Menurut Depkes (2000 : 59) faktor faktor yang mempengaruhi
personal hygiene adalah :
a. Body image
Gambaran individu terhadap dirinya sangat mempengaruhi
kebersihan diri, misalnya dengan adanya perubahan fisik
sehingga individu tidak peduli dengan kebersihan dirinya.

6
b. Praktik sosial
Pada anak anak selalu dimanja dalam kebersihan diri maka
kemungkinan akan terjadi perubahan pada personal hygiene.
c. Status sosial ekonomi
Personal hygiene memerlukan alat dan bahan seperti sabun,
pasta gigi, sikat gigi, shampoo, alat mandi yang semuanya
memerlukan uang untuk menyediakannya.
d. Pengetahuan
Pengetahuan personal hygiene sangat penting karena
pengetahuan yang baik dapat meningkatkan kesehatan.
Misalnya pada pasien diabetes mellitus ia harus menjaga
kebersihan kakinya.
e. Budaya
Di sebagian masyarakat jika individu sakit tertentu tidak boleh
dimandikan.
f. Kebiasaan seseorang
Ada kebiasaan orang yang menggunakan produk tertentu dalam
perawatan diri seperti penggunaan sabun, shampoo dan lain
lain.
g. Kondisi fisik atau psikis
Pada keadaan tertentu / sakit kemampuan untuk merawat diri
berkurang dan perlu bantuan untuk melakukannya.
Dampak yang sering timbul pada masalah personal hygiene :
1. Dampak fisik
Banyak gangguan kesehatan yang diderita seseorang karena tidak
terpeliharanya kebersihan perorangan dengan baik, gangguan fisik
yang sering terjadi adalah gangguan integritas kulit,gangguan
membrane mukosa mulut, infeksi pada mata dan telinga dan
gangguan fisik pada kuku.

7
2. Dampak psikososial
Masalah sosial yang berhubungan dengan personal hygiene adalah
kebutuhan rasa nyaman,kebutuhan dicintai dan mencintai,
kebutuhan harga diri, aktualisasi diri dan gangguan interaksi sosial.

2.1.4 Anatomi dan fisiologi


Kuku merupakan bagian tubuh yang belum jelas secara fungsi
spesifiknya, kuku merupakan bagian dari tulang. Apakah untuk ngupil
saja juga terlalu tajam. Menggaruk terlalu keras akan membuat lecet,
digunakan cakar - cakaran masuk penjara. Malah bisa dibilang kuku
adalah tempat bersembinya penyakit atau bakteri. Akan tetapi ada
beberapa artikel yang menyebutkan fungsi kuku adalah sebagai
pelindung ujung saraf di ujung jari dan mempertinggi daya sentuh.
Kuku terdiri dari lempeng kuku (nail plate), lipatan kuku lateral
dan proximal, hiponikium, bantalan kuku (nail bed) dan matriks.
Matriks dan bantalan kuku membantu pembentukan lempeng kuku.
Bagian ventral lempeng kuku dibentuk oleh bantalan kuku, sedangkan
sisanya berasal dari matriks. Lempeng kuku berwarna transculent,
melalui lempeng kuku merupakan struktur yang paling besar. Melekat
kuat pada bantalan kuku dimana perlekatan ini kurang kuat ke arah
proximal, terpisah dari sudut postolateral. Seperempat bagian kuku
ditutupi oleh lunula putih.
Pada pemotongan longitudinal, lipatan kuku bagian proximal
terlihat berupa lanjutan dari kulit sekitar dorsum dan phalangs terminal.
Epidermis pada lipatan ini berlanjut disekitar dasar kuku. Lipatan kuku
bagian proximal dan memiliki dua permukaan epitel yaitu bagian dorsal
dan ventral. Pada persambungan keduanya dijumpai kutikula yang
berproyeksi kearah distal diatas permukaan kuku. Matrix kuku dapat
dibagi atas bagian dorsal yaitu bagian intermediate yang menutupi
lempeng kuku bagian proximal sampai ujung distal dari lunula dan
bagian ventral. Pada daerah pemisah antara lempeng kuku dan bantalan

8
kuku, dapat dijumpai epitel sohlenhorn. Pada keadaan normal struktur
ini hanya berupa sisa.
Matriks merupakan pusat pertumbuhan kuku. Kuku tangan tumbuh
lebih cepat dari kuku kaki, yaitu 2-3mm perbulan, sedagkan kuku kaki
1mm/bulan. Dierlukan waktu 100 - 300 hari untuk mengganti kuku
tangan dan 12 - 18 bulan untuk kuku kaki. Kecepatan pertumbuhan
kuku menurun pada penderita penyakit pembuluh darah kapiler dan
pada usia lanjut.
Anatomi dan Fisiologi Kuku Kuku adalah bagian terminal lapisan
tanduk yang menebal.Bagian kuku terdiri dari: 1Matriks kuku:
merupakan pembentuk jaringan kuku yang baru 2Dinding kuku (nail
wall): merupakan lipatan-lipatan kulit yang menutupi bagian pinggir
dan atas 3Dasar kuku (nail bed): merupakan bagian kulit yang ditutupi
kuku 4Alur kuku (nail grove): merupakan celah antar dinding dan dasar
kuku 5Akar kuku (nail root): merupakan bagian proksimal kuku
6Lempeng kuku (nail plate): merupakan bagian tengah kuku yang
dikelilingidinding kuku 7Lunula: merupakan bagian lempeng kuku
yang berwarna putih didekat akar kuku berbentuk bulan sabit, sering
tertutup oleh kulit 8 ponikium (kutikula): merupakan dinding kuku
bagian proksima, kulit arinyamenutupi bagian permukaan lempeng
kuku9 Hiponikium: merupakan dasar kuku, kulit ari dibawah kuku yang
bebas (freeedge) menebal.
Fungsi kuku Kuku mempunyai 2 fungsi utama. Fungsi pertama
yang diketahui secaraumum ialah sebagai pelindung dari ujung jari.
Fungsi keduanya yang juga sangat penting adalah memberi sensitifitas
daya sentuh . Pada ujung jari terdapat banyak reseptor yang berfungsi
untuk menghantarkan rangsang sentuh saat kitamenyentuh suatu objek
sehingga kita dapat merasakan bersentuhan dengan objek yang kita
sentuh. 170 hari dan kuku kaki: 12- 18 bulan. Gejala klinis Gejala yang
ditimbulkan bervariasi tergantung pada kondisi dan faktor virulensi dari
Penyakit mulut dan kuku tersebut. Gejala klinis yang mula mula terlihat

9
antara lain: Suhu tubuh meningkat dan akan terlihat jelas pada sapi
yang masih muda. Kenaikan ini akibat dari fase viremia dari virus
picorna virus. Dan biasanya suhu tersebut akan turun setelah
terbentuknya lepuh-lepuh Lepuh-lepuh tersebut dapat ditemukan
didalam mulut sehingga menyebabkan meningkatnya saliva dalam
mulut sehingga terbentuk busa disekitar bibir. Lepuh tersebut juga
dapat ditemukan pada ambing yang menyebabkan produksi susu turun
dan kadang dapat menyebabkan keguguran. Pada tracak biasanya lepuh
terjadi bersamaan dengan proses yang terjadi didalam mulut. Lepuh
yang terjadi menyebabkan rasa sakit atau nyeri pada hewan yang
menderita, sehingga menyebabkan hewan tersebutmalas bergerak dan
hanya mau berbaring. Kesembuhan dari lesi yang tidak mengalami
komplikasi akan berlangsung dengan cepat berkisar antara 1-2minggu,
namun apabila ada infeksi skunder maka kesembuhan akan tertunda
(Anonim1., 2008). Gejala umum PMK pada ternak ditandai dengan
adanya kelesuan, suhu tubuh meningkat dan mencapai 410C,
hypersalivasi (keluarnya air liur yang berlebihan), nafsu makan
berkurang, enggan berdiri, pincang dan semua gejala tadi terjadi
serentak pada suatu kelompok hewan/ternak Tanda klinis khusus
penyakit ini berupa adanya lepuh-lepuh berupa penonjolan berisi cairan
bening hingga kuning keruh kemerahan dan dapat dengan mudah
terkelupas. Lepuhlepuh ini sering ditemukan pada bagian lidah, bibir,
mucosa pipi, gusi, langit-langit mulut, ujung kaki, teracak dan ambing
pada hewan betina (Anonim2., 2009). Diagnosa Diagnosis dari penyakit
mulut dan kuku didasarkan pada gejala klinis yang ditimbulkan. Selain
itu dilakukan koleksi sampel pada hewan yang menderita untuk
diperiksa dilaboratorium. Sampel isolasi dapat diambil melalui cairan
lepuh, keropeng bekas lepuh, dan sampel darah (Anonim1., 2008).

10
2.1.5 Faktor Resiko
Dampak yang muncul pada masalah personal hygiene adalah:
1. Dampak fisik
Banyak gangguan kesehatan yang diderita seseorang karena tidak
terpeliharanya kebersihan perorangan dengan baik. Gangguan fisik
yang sering terjadi adalah gangguan integritas kulit,
gangguan mukosa mulut, infeksi pada mata dan telinga serta
gangguan fisik pada kuku.
2. Dampak psikologi
Masalah sosial yang berhubungan dengan personal hygiene adalah
gangguan kebutuhan rasa nyaman, kebutuhan dicintai dan
mencintai, kebutuhan harga diri dan kebutuhan interaksi sosial.

Epidemiologi/Insiden Kasus Gangguan Personal Hygiene. Defisit


personal hygiene dapat terjadi pada setiap orang mulai dari lahir sampai
mati karena ketidakmampuan melakukan aktivitas sendiri, kurangnya
pengetahuan dan banyak faktor lain yang mempengaruhi.
Etiologi/Penyebab Defisit Gangguan Personal Hygiene. Adapun
penyebab terjadinya defisit gangguan personal hygiene adalah:
a. Sakit, sehingga tidak dapat melakukan sendiri
b. Kurangnya pengetahuan dan informasi
c. Keterbatasan biaya
d. Lingkungan yang tidak mendukung
e. Tidak adanya fasilitas yang memadai
Menurut Tarwoto dan Wartinah dalam buku Kebutuhan Dasar
Manusia dan Proses Keperawata, sikap seseorang melakukan personal
hygiene dipengaruhi oleh sejumlah faktor antara lain:
a. Body Image
Gambaran individu terhadap dirinya sangan mempengaruhi
kebersihan diri misalnya karena adanya perubahan fisik sehingga
individu tidak peduli kebersihannya.

11
b. Praktik Sosial
Pada anak anak selalu dimanja dalam kebersihan diri sehingga
kemungkinan akan terjadi perubahan personal hygiene.
c. Status Sosial Ekonomi
Personal hygiene memerlukan alat dan bahan seperti sabun, pasta
gigi, sikat gigi, shampo dan alat lainnya yang semuanya
memerlukan biaya untuk membelinya.
d. Pengetahuan
Pengetahuan mengenai personal hygiene sangat penting karena
pengetahuan yang baik dapat meningkatkan kesehatan.
e. Budaya
Disebagian masyarakat jika individu sakit maka tidak boleh
dimandikan.
f. Kebiasaan seseorang
Ada kebiasaan seseorang yang menggunakan produk tertentu
dalam perawatan diri seperti pengguanaan sabun, shampo, dll.
g. Kondisi fisik
Pada keadaan sakit tertentu kemampuan untuk merawat diri
berkurang dan perlu bantuan untuk melakukannya.
Menurut Wahit Iqbal Mubarak dan Nurul Cahayati dalam buku
Kebutuhan Dasar mengatakan bahwa faktor faktor yang
mempengaruhi personal hygiene yaitu:
a. Budaya
Sejumlah mitos berkembang dimasyarakat bahwa saat individu
sakit, ia tidak boleh dimandikan karena dapat memperparah
penyakitnya.
b. Status Soial Ekonomi
Untuk melakukan personal hygiene yang baik diperlukan sarana
dan prasarana yang memadai. Semua kebutuhan itu memerlukan
biaya.

12
c. Agama
Agama juga mempengaruhi keyakinan individu dalam
melaksanakan kebiasaan sehari hari. Setiap agama pasti
memerintahkan umatnya untuk menjaga kebersihan karena
kebersihan adalah sebagian dari iman. Hal ini tentu akan
mendorong untuk mengingat pentingnya kebersihan diri bagi
kelangsungan hidupnya.
d. Tingkat Pengetahuan/Perkembangan Individu
Kedewasaan sesorang mempengaruhi pada kualitas diri seseorang,
salah satunya adalah pengetahuan yang baik.
e. Status Kesehatan
Kondisi sakit/cedera akan menghambat kemampuan individu dalam
melakukan perawatan diri. Hal ini tentunya berpengaruh pada
tingkat kesehatan individu. Individu akan semakin lemah sehingga
jatuh sakit.
f. Cacat Mental dan Jasmani
Kondisi cact dan gangguan mental yang menghambat kemampuan
individu untuk melakukan perawatan diri secara mandiri.

2.1.6 Patofisiologi
Personal hygiene adalah suatu upaya yang dilakukan seseorang
untuk memelihara kebersihan diri. Personal hygiene dapat terganggu
apabila individu sedang sakit. Selan itu fasilitas yang kurang,
kurangnya pengetahuan tentang personal hygiene yang tepat, ekonomi
yang kurang dan faktor lingkungan sekitar. Akibatnya individu akan
mrngalami defisit personal hygiene.
Apabila defisit personal hygiene individu terganggu, maka akan
menimbulkan dampak baik dilihat dari segi fisik maupun psikologis.
Dampak fisik yang mungkin muncul adalah:
a. Gangguan integritas kulit
b. Gangguan mukosa mulut

13
c. Infeksi pada mata dan telinga
d. Gangguan fisik pada kuku
Dampak psikologis yang mungkin muncul adalah:
a. Kebutuhan harga diri
b. Gangguan interaksi sosial
c. Aktualisasi diri
d. Gangguan rasa nyaman
e. Kebutuhan mencintai dicintai

2.1.7 Manifestasi Klinis


1. Fisik
a. Kulit kepala kotor dan rambut kusam, acak-acakan
b. Hidung kotor telinga juga kotor
c. Gigi kotor disertai mulut bau
d. Kuku panjang dan tidak terawatt
e. Badan kotor dan pakaian kotor
f. Penampilan tidak rapi
2. Psikologis
a. Malas, tidak ada inisiatif
b. Menarik diri, isolasi
c. Merasa tidak berdaya, rendah diri dan hina
3. Social
a. Interaksi kurang
b. Kegiatan kurang
c. Tidak mampu berperilaku sesuai norma, missal : cara makan
berantakan, buang air besar/kecil sembarangan, tidak dapat
mandi/sikat gigi, tidak dapat berpakaian sendiri.

14
2.2 Konsep Asuhan Keperawatan
Asuhan Keperawatan Klien dengan Masalah Perawatan Higiene
2.2.1. Pengkajian
Pengkajian perawat tetantang bibir,gigi,mokusoa mulut,gusi,
langit-langit, dan lidah klien. Perawat memeriksa semua daerah ini
dengan hati-hati tentang warna, hidrasi, tekstur dan lukanya. Klien yang
tidak mengikuti praktik higiene mulut yang teratur akan mengalami
penurunan jaringan gusi, gusi yang meradang, gigi yang hitam (
khususnya sepanjang margin gusi ), karies gigi, kehilangan gigi, dan
holitasis. Rasa sakit yang di lokalisasi adalah gejela umum dari
penyakit gusi atau gangguan gusi tertentu. Infeksi pada mulut
melibatkan organisme seperti Treponeme pallidum, Neisseria
gonorrhea, dan hominis virus herpes. Seperti yang telah disebutkan
sebelumnya, jika klien hendak memperoleh radiasi atau kemoterapi,
sangat penting mengumpulkan data dasar mengenai keadaan rongga
mulut klien. Hal ini berfungsi sebagai dasar untuk keperawatan
preventif bagi klien saat mereka melewati pengobatan.
Pengkajian rongga mulut klien dapat menunjukan perubahan aktual
atau potensial dalam integritas struktur mulut. Diagnosis keperawatan
yang berhubungan dapat merefleksikan masalah atau komplikasi akibat
perubahan rongga mulut. Penemuan perawat juga menunjukan
kebutuhan klien untuk bantuan perawatan mulut karena defisit
perawatan diri. Identifikasi diagnosis yang akurat memerlukan sleksi
faktor yang berhubungan dengan yang menyebabkan masalah klien.
Perubahan pada mukosa mulut akibat pemaparan radiasi mislanya akan
memerlukan intervensi berbeda dari pada kerusakan mokusa akibat
penempatan selang endotrakea.
Riwayat Keperawatan
Tanyakan tentang pola kebersihan individu sehari-hari, sarana dan
prasarana, yang dimiliki, serta faktor-faktor yang mempengaruhi

15
hygiene personal individu- baik faktor pendukung mau pun faktor
pencetus.
Pemeriksaan Fisik
Pada pemeriksaan fisik, kaji hygiene personal individu mulai dari
ekstremitas atas sampai bawah.
1. Rambut. Amati kondisi rambut ( warna, tekstur, kuantitas ), apakah
tampak kusam ? apakah di temukan kerontokan ?
2. Kepala. Amati dengan seksama kebersihan kulit kepala. Perhatikan
adanya ketombe, kebotakan, atau tanda-tanda kemerahan.
3. Mata. Amati adanya tanda-tanda ikterus, conjungtiva pucat, secret
pada kelopak mata, kemerahan, atau gatal-gatal pada mata
4. Hidung. Amati kondisi hidung, kaji adanya sinusitis, perdarahan
hidung, tanda-tanda pilek, yang tidak kunjung sembuh, tanda-tanda
alergi, atau perubahan pada daya penciuman.
5. Mulut. Amati kondisi mukosa mulut dan kaji kelembabannya.
Perhatikan adanya lesi, tanda-tanda radang,gusi, atau sariawan,
kekeringan, atau pecah-pecah.
6. Gigi. Amati kondisi dan kebersihan gigi. Perhatikan adanya tanda-
tanda karang gigi, caries, gigi pecah-pecah, tidak lengkap, atau gigi
palsu.
7. Telinga. Amati kondisi dan kebersihan telinga. Perhatikan adanya
serumen atau kotoran pada telinga, lesi, infeksi, atau perubahan
daya pendengaran.
8. Kulit. Amati kondisi kulit ( tekstur, turgor, kelembaban ) dan
kebersihannya. Perhatikan adanya perubahan warna kulit, stria,
kulit keriput, lesi, atau pruritus.
9. Kuku tangan dan kaki. Amati bentuk dan kebersihan kuku
perhatikan adanya kelainan atau luka.
10. Genetelia. Amati kondisi dan kebersihan genetelia berikut area
perineum. Perhatikan pola pertumbuhan rambut pubis. Pada laki-
laki, perhatikan kondisi skrotum dan testisnya.

16
11. Hygiene personal secara umum. Amati kondisi dan kebersihan kulit
secara umum perhatikan adanya kelainan pada kulit atau bentuk
tubuh.

2.2.2. Penetapan Diagnosis


Diagnosis keperawatan umum untuk klien masalah perawatan
hygiene adalah defisi perawatan diri. Lebih lanjut, diagnosis tersebut
terbagi menjadi 4 ( kozier 2004 ), yaitu defisit perawat diri : makan,
defisit perawatan diri: mandi atau hygiene, defisit perawatan diri:
berpakaian atau berhias, defisit perawatan diri: eliminasi dan diagnosis
umum lain yang muncul gangguan integritas kulit dan gangguan citra
tubuh.

2.2.3. Perencanaan dan Implementasi


Menyusun rencana keperawatan untuk klien yang membutuhkan
hygiene mulut termasuk mempertimbangkan pilihan, status emosional,
sumber daya ekonomi, dan kemampuan fisik klien. Perawatan harus
membina hubungan yang baik dengan klien untuk membantu praktek
hygiene mulut. Beberapa klien sangat sensitif tentang kondisi mulut
mereka dan enggan membiarkan ornag lain merawat. Dalam banyak
kasus, klien ( seperti yang terkena diabetes dan kanker ) juga tidak
sadar bahwa mereka beresiko penyakit gigi dan priodontal dan
karenanya memerlukan pendidikan ekstensif. Klien yang mengalami
perubahan mukosa akan memerlukan perawatan jangka panjang hasil
tidak dapat terlihat untuk beberapa hari atau minggu. Keluarga dapat
memainkan peranan penting dalam pembelajaran bagaimana untuk
memeriksa rongga mulut klien terhadap perubahan dan memberikan
hygiene mulut meliputi sebagai berikut.
1. Klien akan memiliki mokusa mulut utuh yang terhidrasi mulut
2. Klien mampu melakukan sendiri perawatan hygiene mulut dengan
benar.

17
3. Klien akan mencapai rasa nyaman
4. Klien akan memahami praktek hygiene mulut
Rencana kesehatan keperawatan untuk klien dengan gangguan
hygiene personal harus meliputi beberapa pertimbangan yaitu hal-hal
yang disukai klien, kesehatan klien, serta keterbatasan yang di
milikinya. Selain itu, perawat juga perlu pertimbangkan waktu yang
tepat untuk memberikan asuhan serta fasilitas dan tenaga yang tersedia.
Implementasi untuk hygiene mulut yang baik termasuk kebersihan,
kenyamanan, dan kelembaban struktur mulut. Perawatan yang tepat
mencegah penyakit mulut dan kerusakan gigi. Klien di rumah sakit atau
fasilitas keperawatan jangka panjang sering kali tidak menerima
rawatan agresif yang mereka butuhkan. Perawatan mulut harus
diberikan teratur dan setiap hari. Frekuensi bergantung pada mulut
klien.
1. Defisit perawatan diri : mandi atau hygiene berhubungan dengan :
a. Kurangnya koordinasi, sekunder akibat dalam
b. Kelemahan otot, sekunder
c. Paralisis sebagian atau total, sekunder
d. Keadaan koma
e. Gangguan visual, sekunder
f. Tidak berfungsinya atau hilangnya ekstremitas
g. Peralatan eksternal ( gips, bidai, penyokong, alat intravena )
h. Kelelahan nyeri pasca operasi
i. Defisit kognitif
j. Nyeri
Kriteria Hasil
Individu akan melakukan aktivitas mandi pada tingkatan yang
optimal sesuai dengan harapan atau mengungkapkan kepuasan atas
keberhasilan yang di capai meski dengan keterbatasan yang
dimiliki.
Indikator

18
a. Mengungkapan kenyamanan dan kepuasan dengan kebersihan
tubuh.
b. Mendemonstrasikan kemampuan menggunakan peralatan
adaptif.
c. Menjelaskan faktor penyebab untuk defisit kemampuan mandi.
Intervensi Umum
a. Kaji faktor penyabab ( misal keterbatasan atau gangguan pada
ekstremitas, gangguan visual). Rasional adalah ketidak
mampuan untuk melakukan perawatan diri menimbulkan
perasaan ketergantungan dan konsep diri yang rendah.
b. Beri kesempatan pada klien untuk mempelajari kembali atau
beradaptasi dengan aktivitas perawatan diri. Rasional dengan
meningkatnya kemampuan merawat diri, harga diri akan
meningkat.
c. Lakukan intervensi umum untuk klien dengan ketidak
mampuan untuk mandi.
1) Jaga suhu kamar mandi tetap hangat ; cari tahu suhu air
yang di sukai individu.
2) Berikan privasi selama mandi.
3) Jaga agar kondisi lingkungan sederhana dan tidak
berantakan
4) Observasi kondisi kulit selama mandi
5) Letakkan seluruh peralatan mandi di tempat yang mudah
di jangkau
6) Untuk klien dengan gangguan penglihatan, letakkan
seluruh peralatan di dalam lapang pandang klien atau pada
tempat yang sesuai untuk klien.
7) Berikan pengamanan di kamar mandi ( keset antislip,
pegangan ).
8) Jika klien mampu secara fisik, anjurkan dia untuk
menggunakan bak mandi atau shower, tergantung apa

19
yang di guanakan di rumah ( klien harus berlatih di rumah
sakit untuk persiapan pulang ke rumah )
9) Berikan peralatan adaptif sesuai kebutuhan ( misal spoon
dengan tangkai yang panjang, balok pegangan di dinding
kamar mandi, semprotan shower yang dapat di pegang,
dan lain-lain
10) Untuk klien yang kehilangan anggota gerak, inspeksi sisa
kaki atau puntung guna melihat integritas kulit. Mandikan
bagian puntung 2x sehari dan yakinkan bagian tersebut
kering sebelum di bungkus atau di pasangkan prostesis.
11) Berikan pereda nyeri yang bisa mempengaruhi
kemampuan untuk mandi sendiri
d. Berikan penyuluhan kesehatan dan rujukan, sesuai dengan
indikasi.
2. Defisit perawatan dirim : eliminasi berhubungan dengan :
a. Kurangnya koordinasi, sekunder
b. Kelemahan otot sekunder
c. Paralisis sebagian atau total, sekunder
d. Keadaan koma
e. Gangguan visual, sekunder
f. Tidak berfungsinya atau hilangnya ekstremitas
g. Peralatan eksternal ( gips, bidai, penyokong, alat intravena )
h. Kelelahan dan nyeri pasca operasi
i. Defisit kognitif
j. Nyeri
Kriteria Hasil
Individu akan memperlihatkan peningkatan kemampuan untuk
melakukan eliminasi secara mandiri atau mengungkapkan bahwa
dia tidak mampu melakukan eliminasi sendiri. Indikator
a. Mendemostrasikan kemampuan untuk menggunakan peralatan
adaftif untuk mempermudahkan eliminasi

20
b. Menjelaskan paktor penyebab untuk depisit kemampual
eliminasi
c. Menyebutkan rasional tidakan dan porsedurnya
Intervensi umum
a. Kaji faktor penyebab ( misal keterbatasan atau gangguan pada
ektreitas ganggugan pisual).
b. Beri kesempatan induvidu untuk mempelajari kembali atau
beradaptasi dengan aktivitas eliminasi.
c. Lakukan intervensi umum untuk klien yang kesulitan eliminasi
1) Kaji riwayat BAK dan BAB klien
2) Buat cattan BAK dan BAB untuk menentukan pola
eliminasi klien.
3) Berikan asupan cairan yang adekut dan duit yang
seimbang untuk mendukung saluran urine yang adekut dan
pengosongan usus yang normal
4) Dukung pola eliminasi yang normal dengan mengatur
pelaksanan aktivitas dan latian fisik yang sesuai dengan
kemampuan klien
5) Capai kemandirian dalam elakukan eliminasi dengan
latihan terus menerus tanpa bantuan.
6) Hindari penggunaan kateter indweling dan kateter kondom
untuk mempercepat pengeluaran urine (jika
memungkinkan).
d. Berikan intervensi khusus untuk klien dengan defisit visual.
1) Letakan bel pada tempat yang mudah di jangkau sehingga
klien dapat segera memperoleh bantun untuk melakukan
eliminasi; jawab panggilan dengan segera untuk
mengurangi kecemasan
2) Jika pispot atau urinal di butuhkan untuk eliminasi
pastikan benda benda tersebut terletak dalam jangkawan
klien

21
3) Atur jona aman dan bebas hambatan unjtuk menuju toilet
e. Untuk klien yang mengalami gangguan pada ektremitas atau
kehilangan anggota gerak, berikan perawatan adaktif yang di
perlukan dan meningkatkan kemandirian dan keamanan klien
(commode, vispotuntuk peraktur, tempat duduk toilet ygang
bisa di tinggikan side rail untk toilet).
f. Berikan intervensi khusud untuk klien dengan berikan
intervensi khusus untuk klien dengang devisit kognitif.
1) Pasang pengikat waktu (timer) untuk eliminasi setiap dua
jam sehabis makan, dan sebelum tidur.
2) Anjurkan klien mengguanakan pakaian yang bisa (banyak
individu yang awalnya kebingungan akhirnya dapat
berkemih ketika mengguanakan pakaian yang biasa.
3) Hindari penggunaan pispot jika kondisi pisik klien
memungkinkan,ciptakan suasananya yang normal dengan
membiasakan klien eliminasi di kamar mandi.
3. Gangguan integritas kulit berhubungan dengan iritasi, prekuensi
BAB yang berlebihan.

2.2.4. Intervensi
a. Ganti popok anak jika basah.
b. Bersihkan bokong perlahan dengan sabun nonalkohol.
c. Beri salep seperti zink oksida bila terjaid iritasi pada kulit.
d. Observasi bokong dan parienen dri infeksi.
e. Kolaborasi dengan dokter dan pemberian terapi antifungsi sesuai
indikasi.
f. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan perubahan dalam
penampilan sekunder akibat kehilangan bagian tubuh.

22
Intervensi dan rasional.
a. Dorong klien untuk mengekspresikan perasaan khususnya
mengenai pikiran, perasaan,pandangan dirinya, Rasional :
membantu klien untuk menyadari perasaannya yang tidak biasa.
b. Catat prilaku menarik diri, penimgkatan ketergantungan,
manipulasi, atau tidak terliabt pada perawatan . rasional : dugaan
masalah pada penilaian yang dapat memerlukan evaluasi tindak
lanjut dan terapi yang lebih ketat.
c. Pertahankan pendektan positif selama aktivitas perawatan.
Rasional: bantu/klien orang terdekat untuk menerima perubahan
tbuh dan merasakan baik tentang diri tersendiri.

2.2.5. Evaluasi
1. Melihat kembali perkembangan kesembuhan klien.
2. Hasil yang diharapkan dari higiene mulut tidak dapat dilihat dalam
beberapa hari.
3. Pembersihan yang berulang-ulang harus sering kali dilakukan.
4. Perawat mengantisipasi kebutuhan untuk mengubah intervensi
dalam evaluasi.

23
BAB III

TINJAUAN KASUS

3.1 Pengkajian
a. Identitas Klien
Nama : Tn. M
Umur : 77 Tahun
Jenis Kelamin : Laki laki
Agama : Islam
Pendidikan : SD
Alamat :
Tanggal masuk :
No. medrec :
Ruang :
Diagnosa medis : Asma
Tanggal pengkajian :
b. Identitas Penanggung Jawab
Nama : Tn. J ( anak )
Umur : 40 tahun
Jenis Kelamin : Laki laki
Agama : Islam
Pendidikan : SMP
Pekerjaan : Wiraswasta
c. Keluhan utama : Sesak nafas
d. Riwayat kesehatan sekarang :
Sering merasakan sakit sesak ketika beraktifitas dan kurang istirahat,
sakit pada bagian dada sebelah kiri, sakit dapat mengganggu aktifitasnya,
sakit dada sejak 4 hari sebelum masuk rumah sakit dan terjadi bertahap.

24
e. Riwayat kesehatan dahulu :
Tidak pernah mempunyai penyakit dan nyeri seperti yang di deritanya
sekarang
f. Keadaan kesehatan keluarga
Keluarga tidak ada yang mengalami dan mempunyai penyakit yang sama
dengan pasien
g. Data psikologi:
1) Status emosi: stabil, klien tampak tenang dalam menghadapi
penyakitnya ini walaupun terkadang klien mengeluh dengan keadaan
nya saat sakit tidak tertahan/ berat.
2) Konsep diri:
a) body image klien mengatakan tidak malu akan penyakit yang di
deritanya.
b) Harga diri: klien mengatakan ingin lebih di perhatikan.
c) Ideal diri: klien mengatakan ingin cepat sembuh dan pulang ke
rumah.
d) Peran : klien mengatakan perannya adalah sebagai suami, ayah
dan kakek terganggu karena keadaan nya sekarang.
e) Identitas diri: klien mengatakan seorang laki-laki dan bekerja
sebagai seorang petani, sudah menikah dan mempunyai 5 anak.
h. Data sosial: klien dapat berinteraksi dengan orang lain, antar perawat,
dokter, keluarga maupun pasien lainnya serta kilien berhubungan baik
dengan lingkungan tempat tinggal
i. Data spiritual: klien adalah seorang muslim yang taat beribadah, selama
sakit ia tetap beribadah dengan melakukan sholat dan selalu berfikir
positif dan berusaha untuk kesembuhan penyakitnya.

25
Genogram

Keterangan :
= Laki-laki = Meninggal

= Perempuan = Garis Keturunan

= Klien = Garis Keturunan

j. Data psikologi:
3) Status emosi: Stabil, klien tampak tenang dalam menghadapi
penyakitnya ini walaupun terkadang klien mengeluh dengan keadaan
nya saat sakit tidak tertahan/ berat.
4) Konsep diri:
f) Body image klien mengatakan tidak malu akan penyakit yang di
deritanya.
g) Harga diri: klien mengatakan ingin lebih di perhatikan.
h) Ideal diri: klien mengatakan ingin cepat sembuh dan pulang ke
rumah.
i) Peran: klien mengatakan perannya adalah sebagai suami, ayah
dan kakek terganggu karena keadaan nya sekarang.
j) Identitas diri: klien mengatakan seorang laki-laki dan bekerja
sebagai seorang petani, sudah menikah dan mempunyai 5 anak.

26
k. Data sosial: Klien dapat berinteraksi dengan orang lain, antar perawat,
dokter, keluarga maupun pasien lainnya srta kilien berhubungan baik
dengan lingkungan tempat tinggal
Pendidikan: klien adalah seorang kepala keluarga dan berpedidikan SD.
l. Data spiritual: klien adalah seorang muslim yang taat beribadah, selama
sakit ia tetap melakukan sholat. Klien menerima penyakitnya sebagai
suatu ujian dari Tuhan dan tetap akan berusaha untuk kesembuhan
penyakitnya.

Data Pemeriksaan Umum


1. Penampilan Umum
Penampilan umum : Klien Tampak Lemas
Kesadaran : Composmentis
Berat Badan : 51 kg
Panjang/ tinggi badan : 151 cm
Tekanan Darah : 140/90 mmHg
Respirasi : 26x/menit
Nadi : 80x/menit
Suhu : 36,5 derajat celcius
2. Kepala : Bentuk simetris, tidak ada lesi dan benjolan,
rambut beruban, pendek lurus,rambut tidak
rontok, rambut tampak bersih
Mata : Bentuk mata simetris, konjungtiva ananemis,
bentuk mata bulat, sklera tidak ada ikterik,
penglihatan normal, mata tampak bersih, reflex
pupil (+)
Telinga : Bentuk telinga simetris, artikula sejajar dengan
mata, tidak terdapat serumen di telinga dan
tidak ada nyeri tekan, pendengaran baik.

27
Hidung : simetris, mukosa hidung lembab, fungsi
penciuman baik, tidak ada polip, mukosa hidung
bersih, dan tidak ada nyeri tekan.
Mulut : mukosa basah, simetris, lidah bersih tidak ada
putih di papilla, gigi rapih, dan gusi bersih,
fungsi pengecapan baik.
Leher : Tidak ada pembesaran kelenjar tyroid, tidak ada
nyeri tekan, tidak ada lesi dan respon menelan
baik.
Kulit : Turgor kulit elastis, tampak bersih tidak ada lesi,
warna kulit sawo matang, kulit kriput
Kuku tangan dan kaki : Kuku panjang dan tampak kotor, tidak ada
kelainan dan tidak ada luka.

Dada
a. paru paru
Inspeksi : Simetris, pengembangan dada kanan = dada kiri.
Palpasi : Vocal premitus simetris
Perkusi : sonor
Auskultasi : Weezing(+), mengi (+)
b. jantung
Inspeksi : Simetris,letak kordis tidak tampak
Palpasi : Letak kordis dapat teraba
Perkusi : Batas jantung tidak melebar
Auskultasi : bunyi jantung lubdug normal
Punggung : tidak ada lesi, tidak ada nyeri tekan,lentik
punggung bersih, simetris, tidak ada benjolan.
Abdomen
Inspeksi : perut sejajar dengan dada,bersih.
Auskultasi : suara peristaltic usus 12x/menit
Palpasi : tidak terdapat nyeri tekan

28
Perkusi: turgor kulit baik
Genetalia : daerah genetalia bersih,tidak ada lesi,dan gangguan
saat berkemih
Ekstremitas atas : keadaan kulit normal,gerak bagian kanan bebas,
kekuatan penuh tidak ada kelemahan otot
Ekstremitas bawah : keadaan kulit normal, gerak bebas, kekuatan penuh
tidak ada kekuatan otot
Kebiasaan sehari-hari
No Jenis kegiatan Pola dirumah Pola dirumah sakit
1 Nutrisi
Makanan 3x/perhari 3x/hari
Jenis makanan Nasi Tim
Pantangan Tidak ada Ada
Minuman 4gelas/hari 6gelas/hari
Jenis minuman Air putih Air putih
2 Eliminasi
BAB 1x/hari 1x/hari
Warna Kuning Kuning
Konsistensi Padat Padat
BAK 3x/hari Pasang kateter
Warna Kuning bening Kuning bening
Keluhan Tidak ada Tidak ada
3 Istirahat dan tidur
Siang hari 5jam/hari 3jam/hari
Gangguan Nyeri saat batuk,sesak Tidak ada
Malam hari Jarang tidur 8jam/hari
Gangguan Nyeri saat batuk,sesak Tidak ada

29
4 Personal hygiene
Mandi 2x/hari 2x/hari(di lakukan
di bed , di lap
dengan bantuan
Gosok gigi 2x/hari keluarga )
3x/hari(dilakukan di
bed dengan bantuan
keluarga )
Keramas 3x/minggu 3x/minggu
(dlakukan di bed
dengan bantuan
keluarga )

Pemeriksaan diagnose
1. Radiologi: thorax abdomen
2. Lab darah:
a. Darah Rutin : 28 juli 2017
No. Jenis Pemeriksaan Hasil Nilai Rujukan
1 Hematologi
Darah rutin
Hemoglobin 12,8 g/dL 13 17 g/dL
Leukosit 12.100/L 4000 10.000 /L
Hematokrit 40 % 40 54 %
Eritrosit 4,3 juta/L 4,4 juta//L
Index Eritrosit
MCV 92 fL 80 100 fL
MCH 30 pg 26 34 pg
MCHC 32 g/dL 32 36 g/dL
Trombosit 216.000 /L 150.000 450.000
/L

30
2. Kimia klinik
Analisa Gas Darah
pH 7,323 7,35 7,45
PCO2 51,5 mmHg 35 45 mmHg
PO2 33,8 mmHg 83 108 mmHg
HCO3act 26,1 mmol/L
HCO3std 23,2 mmol/L 21 28 mmol/L
BE(ecf) 0,1 mmol/L -2 3
BE(B) -0,5mmol/L
ctCO2 27,7 mmol/L 23 27
O2SAT 59,7 % 95 98 %
O2Ct 10,7 ml/dl
Glukosa darah
Glukosa darah Sewaktu 137 mg/dL < 140 mg/dL
Elektrolit
Natrium (Na) 136 mmol/L 137 150 mmol/L
Kalium (K) 4,4 mmol/L 3.5 5.5 mmol/L
Calsium ( ) 7,9 mg/dL 8 10,4 mg/dL
Clorida ( Cl) 112 mmol/L 94 -108 mmol/L

3. Pemeriksaan lain: -

3.2 ANALISA DATA


Data Fokus Etiologi Masalah
DS : klien mengatakan Allergen masuk Pola nafas tidak efektif
sesak. Klien mengatakan
sakit saat bernafas dalam. Ditangkap makrofag

DO : R ; 26x/menit, suara Alergen dipersentasikan


nafas ; mengi wheezing (+) ke sel Th

31
takipnea
HB 12,8 gr/dr Sel Th memberi sinyal ke
Leukosit 12.100/L sel B dengan cara
melepaskan intelukin 2

Membentuk igE

igE diikat mastosit


(dijaringan & basophil
sirkulasi)

2x lebihrentan asma

Penurunan kadar camp

Degranulasi sel

Melepaskan mediator
kimia

Penyempitan saluran paru

Sesak nafas

Pola nafas tidak efektif

32
Ds : klien mengatakan Status kesehatan menurun Defisit keperawatan diri
kesulitan guntung kuku dan
ditak sempat menggunting menghambat kemampuan
kuku individu dalam merawat
Do : - kuku kotor dan kuku
panjang
- Mandi di lakukan Kuku kotor dan panjang
ditempat tidur , dibantu oleh
kelarga pasien Defisit keperawatan diri
-Menyikat gigi dilakukan
ditempat tidur , dibantu oleh
keluarga pasien
- Keramas di tempat tidur ,
dibantu oleh keluarga
pasien

3.3 DAFTAR ASUHAN KEPERAWATAN:


1. Defisit perawatan diri berhubungan dengan hambatan lingkungan
2. Pola Nafas Tidak Efektif berhubungan penurunan energy/ kelelahan

33
3.4 INTERVENSI ASUHAN KEPERAWATAN
Rencana Asuhan Keperawatan
Dx. Perencanaan
No.
Keperawatan Tujuan dan kriteria hasil Intervensi Rasional
1 Pola nafas NOC : NIC : monitor vital sign
tidak efektif Respiratory status : - Posisikan pasien semi fowler / semi fowler Mengetahui perkembangan
berhubungan Ventilation untuk memastikan ventilasi pasien
dengan Airway Patency - Lakukan fisioterapi dada jika perlu - Memudahkan pasien
penurunan Vital sign status - Keluarkan sekret dengan batuk/ suction bernafas
energi / Setelah dilakukan tindakan - Auskultasi suara nafas catat adanya suara - Merelaksasikan
kelelahan keperawatan selama 4 hari pasien tambahan pernafasan
menunjukan keefektifan pola nafas - Monitor respirasi - Mengurangi penumpukan
dibuktikan dengan kriteria hasil : - Bersihkan mulut , hidung dan sekret trakea sekret
- Mendemontrasikan batuk - Pertahankan jalan nafas yang paten - Mengetahui letak sekret
efektifan dan suara nafas yang - Beri nebu jika perlu - Agar tidak ada gangguan
bersih , tidak sianosis dan dipsnea - Monitor vital sign saat bernafas
( mampu bernafas dengan mudah - Ajarkan batuk efektif - Agar pasien dapat
) - Informasikan pada klien dan keluarga mengatasi penyakit
- Menunjukan jalan nafas yang - Teknik relasasi secara mandiri
paten ( klien tidak merasa - Monitor pola nafas

34
tercekik , irama nafas frekuensi
pernafasan dalam rentang normal
( tekanan darah , nadi pernafasan
, suhu )
Defisit NOC : Self care : activity of Daily NIC : self care assistane ADLs - Mengetahui seberapa
perawatan diri Living ( ADLs) setelah dilakukan - Monitor kemampuan klien untuk perawatan jauh pasien mampu
berhubungan tindakan keperawatan selama 4 hari . diri yang mandiri melakukan self care
dengan Defisit perawatan diri teratasi dengan - Monitor krbutuhan klien untuk kebersihan - Memudahkan pasien
hambatan kriteria hasil : - klien menyatakan diri melakukan aktifitas
lingkungan , kenyamanan terhadap kemampuan - Sediakan alat alat bantu sampai klien secara bertahap
kelemahan untuk melakukan ADLs dengan mandiri - Memotivasi pasien agar
dan kelelahan bantuan - Dorong klien untuk melakukan aktifitas pasien mandiri sehingga
Kuku pasien menjadi bersih sehari hari yang normal pasien dapat merawat
- Ajarkan klien / keluarga untuk mendorong dirinya ketika tidak ada
kemandirian untuk memberikan bantuan bantuan
hanya jika pasien tidak mampu untuk - Sesuaikan agar pasien
melakukan nya. Berikan aktifitas rutin tetap aman dan
sehari hari sesuai kemampuan termonitor
- Pertimbangkan usia klien jika mendorong
pelaksanaan aktifitas sehari - hari

35
3.5 IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
No DX keperawatan Waktu Tindakan SOAP Harian
1 Pola nafas tidak 01-08- 1. Observasi TTV S: klien mengatakan masih kesulitan
efektif 2017 TD: 120/80 mmHg bernafas dan terasa sesak
(08;00) R: 20x/menit O: penumpukan sekret
N:24x/menit R:20x/menit,weezing(+)
S:36,5 A: Masalah belum teratasi
2. Menganjurkan klien tetap tenang P: melanjutkan intervensi:
3. Memposisikan klien dalam posisi semi fowler Melanjutkan TTV nomer 1,2,3,4,5
4. Mengajarkan klien teknik relaksasi dan teknik Dan memberi terapi nebu dan
nafas dalam mengajarkan batuk efektif dan
5. Kolaborasi untuk pemberian terapi suction
02-08- 1. Observasi TTV S: klien mengatakan sudah tidak
2017 TD: 140/90 mmhg terganggu dan mudah bernafas, sesak
(12:10) R: 24x/menit berkurang
N:84x/menit O: Tidak adanya sekret (berkurang)
S:36,2 C A: Masalah sebagian teratasi
2. Menganjurkan klien P: melanjutkan intervensi
3. Memposisikan klien semi fowler

36
4. Mengajarkan klien teknik relaksasi dengan
teknik nafas dalam
5. Kolaborasi dengan memberi terapi nebu
6. Mengajarkan teknik batuk efektif dan lakukan
suction
03-08- 1. Mengobservasi TTV S: klien mengatakan lebih mudah
2017 TD:160/100 bernafas dan batuk berkurang.
(13;00) R: 18x/menit O: Klien mudah bernafas tanpa
N: 68x/menit menggunakan otot bantu lagi, sudah
S:36 C tidak ada sekret suara nafas weezing
2. Menganjurkan pasien tetap tenang (-)
3. Mengajarkan pasien dengan teknik nafas A: Masalah teratasi
dalam P: menganjurkan pasien untuk
mandiri melakukan terapi relaksasi
dan batuk efektif secara mandiri
2 Depisit perawatan diri 03-08- 1. Melihat keadaan kuku pasien S: klien mengatakan kukunya
b,d hambatan 2017 2. Menggunting kuku pasien menjadi bersih dan tidak panjang lagi
lingkungan, (13:15) 3. Membersihkan kuku pasien O: Sudah tidak terlihat kotor dan
kelemahan dan 4. Memfasilitasi alat mandi untuk pasien seperti : rapih pada kuku pasien

37
kelelahan - Baskom A: Kuku pasien bersih dan pendek ,
- Air hangat masalah teratasi
5. Memfasilitasi pasien untuk oral higiene P: Menganjurkan pasien untuk secara
6. Memberikan penkes tentang personal higiene mandiri melakukan personal higiene

3.6 CATATAN PERKEMBANGAN


DX keperawatan Tanggal/waktu Perkembangan SOAP
Pola nafas tidak efektif 03-082017 S:klien mengatakan lebih mudah bernafas dan batuk berkurang
(13:00) O: sudah tidak ada otot bantu pernafasan atau menggunakan otot bantu pernafasan,
saat klien bernafas,sudah tidak ada secret suara nafas weezing (-) mengi (-)
A:Masalah teratasi
P: mengajarkan klien dan keluarga klien untuk tindakan klien agar dapat mengatasi
saat sesak
Deposit perawatan diri b.d 03-08-2017 S: klien mengatakan senang karena melihat kukunya bersih
hambatan lingkungan, (13:15) O: sudah terlihat bersih dan rapih pada kuku pasien
kelemahan dan kelelahan A: masalah teratasi
P: menganjurkan pasien rutin menggunting kuku secara rutin dan mandiri

38
BAB IV
PEMBAHASAN

4.1 Pengkajian
Seperti yang telah diuraikan pada bab 3 penulis melaksanakan Asuhan
Keperawatan dengan menerapkan proses keperawatan dimana pengkajian
dilaksanakan pada hari senin tanggal 31 juli 2017. Untuk mendapatkan data
yang menunjang baik secara objektif maupun subjektif, kami melakukan
wawancara dengan klien dan keluarga, dan pemeriksaan fisik, mempelajari
catatan keperawatan, catatan medis, dan hasil pemeriksaan penunjang pada
saat dilakukan pengkajian penulisan menemukan adanya kesenjangan atau
perbedaan antara tinjauan teori dengan kasus. Kasus yang kami ambil yaitu
personal hygiene menggunting kuku, karena keadaan kuku pasien kotor,
panjang, dan kesulitan merawat kukunya sendiri karena kedaan pasien lemah.
Sedangkan menurut teori Personal hygiene menggunting kukuyaitu harus
mengamati bentuk dan kebersihan kuku dengan memperhatikan adanya
kelainan atau luka.
Adapun kesenjangan pada pengkajian yang kami dapatkan jika
dibandingkan dengan teori personal hygiene menggunting kuku yaitu tidak
adanya kelainan atau luka pada klien.
Kuku atau lukahygiene pada kuku [keadaannya tiakan tetapi perbedaan
tidak terlalu signifikan , hanya saja kasus yang kami ambil keluarga pasien
masih mampu melakukan hygiene pada pasien tersebut. Sehingga kami
mengambil satu masalah yaitu personal hygiene menggunting kuku

4.2 Diagnosa Keperawatan


Menuurut NANDA (2003), diagnosa keperawatan umum untuk klien
dengan masalah peraeatan higiene adalah Defisit Perawatan Diri. Lebih lanjut
,diagnosis terbagi menjadi empat ( kozier , 2004 ) , yaitu :
1. Defisit perawatan diri : makan
2. Defisit perawatan diri : mandi / higiene

39
3. Defisit perawatan diri : berpakaian / berhias
4. Defisit perawatan diri : eliminasi
Sedangkan diagnosa pada Tn. M yang timbul setelah dilakukan
pemeriksaan fisik adalah:
Defisit perawatan diri : mandi /higiene ( menggunting kuku ) hygiene
berhubungan dengan kelemahan otot , sekunder akibat pasien Tn.M sesak
nafas dan menderita asma. Dalam pengkajian yang dilakukan terhadap Tn.
M kuku panjang dan kotor tetapi tidak ada lesi.

4.3 Perencanaan
Pada perencanaan tindakan keperawataan pada Tn. M menggunakan
prioritas masalah dengan mempertimbanagkan dasar-dasar kebutuhan
manusia untuk menyelesaikan 2 diagnosa yang ditegakan.Dalam menetapkan
rencana asuhan keperawatan kami berusaha menjalankannya secara
sistematis, berkesinambungan dan efisien.Kami juga berusaha agar
perencanaan ini dapat mencapai tujuan asuhan keperawatan yang dibuat
sesuai dengan prioritas masalah dan dapat mengatasi diagnosa keperawatan
yang ditetapkan.

4.4 Implementasi
Dalam tahap implementasi, penulis bekerjasama dengan keluarga klien,
perawat ruangan dan tim kesehatan sesuai prioritas masalah dan kondisi
klien.
1. Intervensi yang dilakukan pada diagnosa gangguan personal hygiene
berhubungan dengan kelemahan otot adalah mengkaji bentuk dan
kebersihan kuku dan memperhatikan adanya kelainan atau luka, melihat
keadaan kuku pasien,menggunting kuku pasien,membersihkan kuku
pasien,memandikan pasien ditempat tidur, membantu pasien oral hygiene
2. Intervensi yang dilakukan pada diagnose Pola Nafas Tidak Efektif
berhubungan penurunan energy/ kelelahan adalah Observasi TTV,
Menganjurkan klien tetap tenang,memposisikan klien dalam posisi semi

40
fowler,mengajarkan klien teknik relaksasi dengan Tarik nafas dalam,
kolaborasi untuk pemberian terapiantibiontik.

4.5 Evaluasi
Dalam melaksanakan evaluasi proses dan evaluasi hasil pada klien
dilaksanakan pada saat sebelum dan sesudah melaksanakan tindakan
keperawatan mengenai reaksi klien dan evaluasi ini penulis melakukan
penilaian asuhan yang diberikan dari tanggal 31 juli 03 agustus 2017.
Keberhasilan tindakan keperawatan dilakukan secara subjektif melalui
ungkapan klien dan secara objektif melalui pengamatan dan pengukuran dari
dua diagnosa seluruhnya teratasi sebagian.

41
BAB V
PENUTUP

6.1 Kesimpulan
- Personal higiene atau kesehatan pribadi adalah upaya individu dalam
memelihara kebersihan diri yang meliputi kerbersihan rambut, teliga, gigi
dan mulut, kuku, dan kebersihan dalam berpakaian dalam meningkatkn
kesehatan yang optimal. (Wahit Iqbal Mubarak, Buku Ajar Ilmu
Keperawatan Dasar , 2015 , Hal. 145 )
- Pengkajian yang dilakukan pemeriksaan fisik pada kuku tangan dan kaki
didapati kuku tanagn dan kaki pasien kotor dan panjang.
- Setelah dilakukan aanalisa data pada pasien dengan data fokus yang dibagi
menjadi data objektif dan data subjektif ditemukan masalah dari etiologi
yang di dapat adalah :
1. Pola nafas tidak efektif
2. Defisit perawatan diri
- Rencana asuhan keperawatan pada pasien dengan gangguan personal
higiene : perawatan kuku tangan dan kaki , Monitor kemampuan klien
untuk perawatan diri yang mandiri , monitor krbutuhan klien untuk
kebersihan diri, menyediakan alat alat bantu sampai klien mandiri ,
dorong klien untuk melakukan aktifitas sehari ari yang normal , ajarkan
klien / keluarga untuk mendorong kemandirian untuk memberikan bantuan
hanya jika pasien tidak mampu untuk melakukan nya , berikan aktifitas
rutin sehari hari sesuai kemampuan, pertimbangkan usia klien jika
mendorong pelaksanaan aktifitas sehari hari , dan yang terakhir catatan
perkembangan pasien untuk evaluasi dari tindakan yang sudah dilakukan
dengan menulis tindakan terakhir dan perkembangan.
- Untuk evaluasi buat catatan perkembangan pasien dengan memasukan
catatan terakhir keadaan pasien setelah dilakukan tindakan dengan
menggunakan SOAP :
S: klien mengatakan kukunya menjadi bersih dan tidak panjang lagi

42
O: Sudah tidak terlihat kotor dan rapih pada kuku pasien
A: Kuku pasien bersih dan pendek , masalah teratasi
P: Menganjurkan pasien untuk secara mandiri melakukan personal higiene

6.2 Kritik dan Saran


Makalah ini membahas tentang personal hgiene : perawatan kuku tangan
dan kaki yang sangat penting dalam kehidupan sehari-hari,di harapkan setelah
membaca makalah ini untuk diterapkan dalam kehidupan sehari-hari agar
dapat meningkatkan derajat kesehatan,memelihara kebersihan,mencegah
penyakit serta meningkatkan rasa percaya diri degan berdasarkan prinsip
personal hygiene.

43
DAFTAR PUSTAKA

Wahit Iqbal Mubarak,dkk 2015. BUKU AJAR ILMU KEPERAWATAN DASAR


Edisi 1. Jakarta: Salemba Medika

44

Anda mungkin juga menyukai