PENGERTIAN PIDATO
Pidato atau yang di dalam bahasa latin disebut rethorica secara bahasa
lisan kepada orang banyak atau didalam forum. Akan tetapi secara lebih
hadapan umum. Menurut para ahli dan seni dalam menyampaikan idea tau pesan
bahwa rethorica sudah ada sejak abad pertama manusia hadir dimuka bumi.
Kendati demikian, sebagai sebuah seni dalam menuangkan gagasan serta lisan
rethorica baru berkembang pada abad ke-V sebelum masehi. Yaitu ketika kaum
sofis di Yunani mengembara dari satu tempat ke tempat yang lain untuk
terbanyak oleh rakyat (demokrasi). Oleh karena itulah maka diperlukan usaha
melalui kemampuan dalam berpidato. Sehingga tidak heran bila di Yunani pada
waktu itu bermunculan ahli-ahli pidato. Salah seorang tokoh / ahli pidato tersebut
adalah Plato. Menurut Plato rethorica memiliki peran yang sangat meraih
kedudukan, dan sebagai sarana untuk mempengaruhi rakyat (Effendi, 1984, h.54).
ulung Cicero memiliki suara yang berat dan mengalun. Satu saat lantang
membahana, dan pada saat yang lain lembut merayu, bahkan kadang-kadang
Fannul Khitabah. Rasulullah Muhammad SAW adalah rasul yang paling piawai
dalam menggunakan rethorica, karena hanya dalam jangka waktu 23 tahun beliau
primordialisme kesukuan menjadi suatu negara yang makmur sentosa dan bersatu
di dalam ikatan persaudaraan paling kokoh yang pernah ada di muka bumi, yang
menonjol pula Muawiyah Ziyad bin Abihi, Abdul Malik, Al-Hajjaj, Qothri bin
Di kalangan wanita Islam muncul pula para ahli-ahli pidato, yaitu: Aisyah
(Ummul Mukminin), Zaroq binti Adi, Asma binti Yazid Al-Anshori, Lala Khatun
dari negeri Kirman, Fatimah binti Muhammad SAW, Zinab binti Ali bin Abi
dan seni dalam mengemukakan gagasan secara lisan tumbuh dan berkembang
kebih pesat lagi bahkan tidak hanya digunakan di bidang politik. Tetapi segenap
lapangan kehidupan baik politik, ekonomi, pendidikan, hokum, agama dan lain
pidato. Hal ini terjadi karena umat manusia di zaman modern telah lebih
audiens dapat mengerti terhadap gagasan yang ingin disampaikan oleh sang
pengetahuan sehingga seseorang dapat sadar akan sesuatu yang seharusnya dia
hadirin.
atas pada akhirnya akan mendorong terjadinya perkembangan pola pikir yang
Efek perubahan sikap inilah yang merupakan salah satu aspek pendidikan di
dalam pidato.
cerita, dll) adalah hal yang penting agar syarat-syarat tidak terlalu tegang.
Penyampaian materi dengan diselingi humor ataupun cerita yang pas dan baik
terhadap audiens.
C. Kriteria Berpidato
Pidato yang baik ditandai oleh beberapa criteria. Kriteria tersebut adalah
sebagai berikut:
o Isinya jelas
o isinya benar dan objektif
merujuk kepada nilai-nilai kepatutan yang perlu diperhatikan dan dijunjung ketika
dari pembukaan, sajian isi dan penutup. Pembukaan biasanya berisi sapaan kepada
akan disampaikan dalam pidato. Sebagai hasil penjabaran gagasan pokok, sajian
isi perlu diperinci sesuai dengan waktu yang disediakan. Kemudian, penutup
pidato berisi penyegaran kembali gagasan pokok yang telah dipaparkan dalam
sajian isi , harapan, dan terima kasih atas partisipasi semua pihak dalam acara
Etika berpidato akan menjadi pegangan bagi siapa yang berpidato. Ketika
berpidato, kita tidak boleh menyinggung perasaan orang lain, sebaliknya berupaya
berpidato.
1. Penulisan Teks Naskah Pidato
ke dalam bentuk bahasa tulis yang siap dilisankan. Pilihan, kosakata, kalimat,
dan paragraf dalam menulis sebuah pidato sesungguhnya tidak jauh berbeda
dengan kegiatan menulis naskah yang lain. Situasi resmi atau kurang resmi
menjadi lebih sempurna. Apa yang disunting? Yang disunting adalah isi,
bahasa, dan pernalaran dalam naskah pidato itu. Isinya dicermati kembali
apakah sudah sesuai dengan tujuan pidato, sesuai dengan calon pendengar,
dan sesuai dengan kegiatan yang digelar. Selain itu, isinya isinya juga
kosakata, kalimat, dan paragraph. Ketepatan pilihan kata, kalimat, dan satuan-
dalam naskah pidato juga disunting untuk memastikan apakah isi dalam
dan menciptakan interaksi yang hangat dengan audiensi. Untuk itu, seseorang
Apabila pidato yang akan disampaikan bukan atas nama orang lain
(bukan membacakan naskah pidato atasan atau orang lain), kita masih dapat
naskah pidato.
E. Unsur Utama Dalam Pidato
Agar ide / pesan yang akan disampaikan di dalam sebuah pidato dapat
diterima secara efektif dan maksimal oleh audiens maka ada empat elemen / factor
yang harus diketahui dan dimiliki oleh pembicara. Salah satunya penguasaan
ascendant sine labore, descendit sine honore, artinya: Siapa yang naik tanpa
bekerja, akan turun tanpa kehormatan. Dalam berpidato pepatah ini diartikan
bahwa siapa yang naik ke mimbar (berpidato) tanpa perisapan, maka niscaya ia
akan mengalami kegagalan (tidak mendapat apresiasi khusus) dari audiens. Oleh
karena itu sebelum naik ke atas mimbar / forum, sebaiknya sang pembicara
Ada banyak teori yang dikemukakan para ahli mengenai sistematika teks
pidato. Namun hingga kini paling banyak digunakan adalah sistematikan yang
dinamakan teori kuda. Kenapa dinamakan teori kuda dan siapa yang
mengemukakan teori ini tidak diketahui secara pasti, tetapi apabila diterapkan
dengan tubuh kuda teori ini memiliki kemiripan secara disik. Menurut teori ini
1. Exordium (Kepala)
lebih terbuka. Beberapa cara untuk memikat perhatian hadirin tersebut adalah:
o Mengajukan pertanyaan
2. Prothesis (Punggung)
kepentingan audiens.
3. Argumenta (Perut)
prosthesis tersebut. Jika ada pendapat para ahli ataupun orang awam terhadap
pokok permasalahan.