Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
PENDAHULUAN
Pancasila adalah dasar negara atau dikenal sebagai ideologi bangsa, merupakan
pedoman pokok dalam mengatur kehidupan masyarakat berbangsa dan bernegara dalam segi
politik, ekonomi dan sosial. Konstitusi di Negara Indonesia yang berlandaskan Pancasila
sejak Negara Indonesia berdiri hingga sekarang telah banyak mengalami permasalahan. Tapi
hingga kini tetap dapat berdiri dengan kokoh.
Pancasila sebagai dasar negara, dianggap sesuai dengan situasi kondisi manusia atau
masyarakat yang memiliki latar belakang kehidupan yang beraneka ragam. Manusia sebagai
makhluk ciptaanNya, terutama masyarakat Indonesia wajib bertaqwa kepada Tuhan Yang
Maha Esa serta menjalankan semua perintahNya, seperti pada sila pertama. Tapi dari masa ke
masa semakin banyak manusia-manusia yang tidak memiliki jiwa Pancasila. Mereka
membaca Pancasila hanya sebatas di bibir saja, tapi tidak mengamalkan atau
mengaplikasikan dalam kehidupannya sehingga disana sini marak dengan perkelahian
pelajar, penggunaan obat-obatan terlarang/ narkoba bahkan penyakit yang paling parah yang
tidak dapat disembuhkan dikalangan pejabat yaitu korupsi. Semua ini adalah tanda-tanda dari
kemerosotan akhlak bangsa yang sulit untuk diobati karena sila pertama untuk manusia-
manusia seperti itu hanyalah tulisan belaka.
Setiap manusia memiliki jiwa, raga, dan akal yang diberikan oleh Tuhan Yang Maha
Esa, tapi seringkali akal itu dikalahkan oleh nafsu sehingga terciptalah kebobrokan dalam
mental dan moral. Sebenarnya manusia diberikan dua pilihan, baik atau buruk. Karena
pribadi-pribadi semacam ini tidak menjiwai Pancasila sehingga akal menjadi nomor yang
kesekian. Sedangkan nafsulah yang menjadi nomor satu.
Persatuan Indonesia dalam sila ketiga adalah sesuatu yang bulat, tidak dapat dipisah-
pisah. Oleh karena itu dalam pergaulan suatu harus saling menunjukkan rasa persatuan
walaupun berbeda-beda agama, suku, adat dan latar belakang. Namun yang ada sekarang
justru bukannya bersatu tapi perbedaan pandangan sedikit saja bisa memicu pertentangan
atau perkelahian bahkan yang lebih mengenaskan lagi bisa terjadi pembunuhan.
1.2 Rumusan Masalah
1.3 Tujuan
1.4 Manfaat
a. Mahasiswa dapat menambah pengetahuan tentang Pancasila.
b. Mahasiswa dapat mengetahui tetang faktor-faktor penyebab terjadinya dekadensi
moral.
c. Mahasiswa dapat mengetahui masalah dan solusi dalam dekadansi moral berdasarkan
Pancasila.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Kesimpulan
Akhir-akhir ini banyak ditemukan kasus terkait dengan masalah moral bangsa
Indonesia. Entah kasus tersebut yang menyangkut anak usia dini, remaja sampai pada
para pembesar di Indonesia. Korupsi, prostitusi, judi dan tindakan kriminal kerap
terjadi. Media massa pun hampir tak pernah absen dalam memberitakannya, tanpa
ada tindak lanjut yang serius dalam perubahan. Yang ada justru saling
membantah, menutup- menutupi dan hukum yang diperjual belikan. Bahkan Prof. Dr.
M.T. Zen, Guru Besar Emeritus Teknik Geofisika ITB pernah berkomentar tentang
bangsa ini Tak ada bangsa yang sekarang sangat sibuk merusak dirinya sendiri selain
bangsa Indonesia.
Banyak hal yang berperan besar dalam kemerosotan moral bangsa
ini.Namun kalau ditelusuri lagi, maraknya pelbagai problematika sosial yang berkaitan
dengan masalah moralitas ini, disebabkan oleh keringnya nilai-nilai keagamaan pada
setiap individu. Agama hanya dijadikan sebagai simbol tanpa makna. Orang hanya
sekedar bangga kalau dirinya disebut beragama, meskipun ia tidak pernah
menjalankan ajaran-ajaran agama. Status beragama seringkali hanya dijadikan
pelengkap dalam kartu tanda penduduk, tanpa pernah dipikirkan tanggungjawab serta
konsekuensi yang harus ditanggungnya.
Pancasila sebagai landasan moral mengandung nilai-nilai universal yang
mengikat seluruh warga negara Indonesia. Nilai-nilai pancasila harus direalisasikan
dalam bentuk perbuatan. Tanpa adanya realisasi, pancasila bukanlah apa-apa dan
hanya tinggal nama sebagai ideologi dan landasan moral. Manusia-manusia pancasilais
sebagai bentuk kongkret dari pancasila lah yang dapat membangun Negara dan
menciptakan kesejahteraan bersama.
Istilah Ketuhanan dalam sila pertama berarati keyakinan dan pengakuan yang
diekspresikan dalam bentuk perbuatan. Di sini ada tiga konsep dasar berupa
keyakinan, pengakuan dan konkretisasi iman dengan perbuatan. Sebuah keyakinan
tanpa diikuti pengakuan dan realisasi dalam bentuk perbuatan merupakan sebuah
pengingkaran. Dan jika hanya ada pengakuan tanpa diikuti keyakinan dan perbuatan,
maka hal ini hanyalah sebuah kemunafikan. Penggabungan ketiga konsep di atas
melahirkan istilahIman yang merupakan inti dari sila pertama Ketuhanan yang Maha
Esa.
Karakter yang baik merupakan hasil internalisasi nilai-nilai agama dan moral
yang ditandai dengan sikap dan perilaku positif. Hal ini sangat terkait dengan hati,
bukan dengan otak sebagai pusat intelektual. Jadi, di sini yang harus dibangun adalah
hatinya dan itu terkait dengan kesadaran dan keyakinan. Hal inilah yang
membuat pembangunan karakter atau pembentukan moral bukanlah hal yang simpel
dan membutuhkan proses yang panjang. Tidak seperti mengingat atau mengetahui
sesuatu yang dapat dicatat dan dihafalkan.
Otoritas pendidikan harus menerapkan aspek-aspek pendidikan yang
ditetapkan oleh lembaga pendidikan PBB, UNESCO, yaitu belajar untuk tahu (learn to
know), belajar untuk berbuat (learn to do), belajar untuk menjadi diri sendiri (learn to
be her/himself), belajar untuk hidup bersama (learn to live together). Ketika semua
aspek itu dapat dijalankan maka bangsa ini akan memiliki generasi yang dapat
dibanggakan, bagi bangsa maupun bagi seluruh dunia.
B. Saran
Bagi kalangan akademisi sebagai harapan bangsa sebaiknya benar-benar
mempersiapkan diri sebelum terjun dalam kehidupan sosial kemasyarakatan dan
politik pemerintahan. Benar-benar memantapkan diri dan tidak mudah terbawa arus
dan opini yang tersebar di lingkungannya, kritis pada diri sendiri dan pemerintah juga
sekalian yang ditemuinya dalam kebaikan bersama.
Selain hal di atas, para akademisi sebaiknya benar-benar mengawal
pemerintah sebagai wakil rakyat. Mewakili mereka yang tidak begitu tahu tentang
Negara. Mereka sebagai moral force dan agen of change dengan berbagai citra baik
yang disandangnya janganlah malah tersanjung dan melupakan dirinya dan
lingkungan yang mengharapkannya.
DAFTAR PUSTAKA
Situasi negara Indonesia saat ini begitu memprihatinkan. Begitu banyak masalah menimpa
bangsa ini dalam bentuk krisis yang multidimensional. Krisis ekonomi, politik, budaya, sosial,
hankam, pendidikan dan lain-lain, yang sebenarnya berhulu pada krisis moral. Tragisnya,
sumber krisis justru berasal dari badanbadan yang ada di negara ini, baik eksekutif, legislatif
maupun yudikatif, yangnotabene badan-badan inilah yang seharusnya mengemban amanat
rakyat. Setiap hari kita disuguhi beritaberita mal-amanah yang dilakukan oleh orang-orang
yang dipercaya rakyat untuk menjalankan mesin pembangunan ini.
Sebagaimana telah dikatakan bahwa moralitas memegang kunci sangat penting dalam
mengatasi krisis. Kalau krisis moral sebagai hulu dari semua masalah, maka melalui
moralitas pula krisis dapat diatasi. Indikator kemajuan bangsa tidak cukup diukur hanya dari
kepandaian warganegaranya, tidak juga dari kekayaan alam yang dimiliki, namun hal yang
lebih mendasar adalah sejauh mana bangsa tersebut memegang teguh moralitas. Moralitas
memberi dasar, warna sekaligus penentu arah tindakan suatu bangsa. Moralitas dapat
dibedakan menjadi tiga, yaitu moralitas individu, moralitas sosial dan moralitas mondial.
Moralitas individu lebih merupakan kesadaran tentang prinsip baik yang bersifat ke dalam,
tertanam dalam diri manusia yang akan mempengaruhi cara berpikir dan bertindak. Seorang
yang memiliki moralitas individu yang baik akan muncul dalam sikap dan perilaku seperti
sopan, rendah hati, tidak suka menyakiti orang lain, toleran, suka menolong, bekerja keras,
rajin belajar, rajin ibadah dan lain-lain. Moralitas ini muncul dari dalam, bukan karena
dipaksa dari luar. Bahkan, dalam situasi amoral yang terjadi di luar dirinya, seseorang yang
memiliki moralitas individu kuat akan tidak terpengaruh. Moralitas individu ini terakumulasi
menjadi moralitas sosial, sehingga akan tampak perbedaan antara masyarakat yang
bermoral tinggi dan rendah. Adapun moralitas mondial adalah moralitas yang bersifat
universal yang berlaku di manapun dan kapanpun, moralitas yang terkait dengan keadilan,
kemanusiaan, kemerdekaan, dan sebagainya.
Moralitas sosial juga tercermin dari moralitas individu dalam melihat kenyataan sosial. Bisa
jadi seorang yang moral individunya baik tapi moral sosialnya kurang, hal ini terutama
terlihat pada bagaimana mereka berinteraksi dengan masyarakat yang majemuk. Sikap
toleran, suka membantu seringkali hanya ditujukan kepada orang lain yang menjadi bagian
kelompoknya, namun tidak toleran kepada orang di luar kelompoknya. Sehingga bisa
dikatakan bahwa moral sosial tidak cukup sebagai kumpulan dari moralitas individu, namun
sesungguhnya lebih pada bagaimana individu melihat orang lain sebagai manusia yang
memiliki harkat dan martabat kemanusiaan yang sama.
Moralitas individu dan sosial memiliki hubungan sangat erat bahkan saling tarik-menarik dan
mempengaruhi. Moralitas individu dapat dipengaruhi moralitas social, demikian pula
sebaliknya. Seseorang yang moralitas individunya baik ketika hidup di lingkungan
masyarakat yang bermoral buruk dapat terpengaruh menjadi amoral. Kenyataan seperti ini
seringkali terjadi pada lingkungan pekerjaan. Ketika lingkungan pekerjaan berisi orang orang
yang bermoral buruk, maka orang yang bermoral baik akan dikucilkan atau diperlakukan
tidak adil. Seorang yang moralitas individunya lemah akan terpengaruh untuk menyesuaikan
diri dan mengikuti. Namun sebaliknya, seseorang yang memiliki moralitas individu baik akan
tidak terpengaruh bahkan dapat mempengaruhi lingkungan yang bermoral buruk tersebut.
Sila Pertama : Ketuhanan Yang Maha Esa. Secara garis besar mengandung makna bahwa
Negara melindungi setiap pemeluk agama (yang tentu saja agama diakui di Indonesia)
untuk menjalankan ibadahnya sesuai dengan ajaran agamanya. Tanpa ada paksaan dari
siapa pun untuk memeluk agama, bukan mendirikan suatu agama. Tidak memaksakan
suatu agama atau kepercayaannya kepada orang lain. Menjamin berkembang dan tumbuh
suburnya kehidupan beragama. Dan bertoleransi dalam beragama, yakni saling
menghormati kebebasan menjalankan ibadah sesuai dengan agama dan kepercayaan
masing-masing.
Sila Kedua : Kemanusiaan yang Adil dan Beradab. Mengandung makna bahwa setiap
warga Negara mendapatkan perlakuan yang sama di mata hukum, karena Indonesia
berdasarkan atas Negara hukum. mengakui persamaan derajat, persamaan hak dan
persamaan kewajiban antara sesama manusia. Menempatkan manusia sesuai dengan
hakikatnya sebagai makhluk Tuhan. Menjunjung tinggi nilai kemanusiaan. Bertingkah laku
sesuai dengan adab dan norma yang berlaku di masyarakat.
Sila Ketiga : Persatuan Indonesia. Mengandung makna bahwa seluruh penduduk yang
mendiami seluruh pulau yang ada di Indonesia ini merupakan saudara, tanpa pernah
membedakan suku, agama ras bahkan adat istiadat atau kebudayaan. Penduduk Indonesia
adalah satu yakni satu bangsa Indonesia. cinta terhadap bangsa dan tanah air. Menjaga
persatuan dan kesatuan bangsa Indonesia. Rela berkorban demi bangsa dan negara.
Menumbuhkan rasa senasib dan sepenanggungan.
Sila Kelima : Keadilan Sosial Bagi Seluruh rakyat Indonesia. Mengandung maksud
bahwa setiap penduduk Indonesia berhak mendapatkan penghidupan yang layak sesuai
dengan amanat UUD 1945 dalam setiap lini kehidupan. mengandung arti bersikap adil
terhadap sesama, menghormati dan menghargai hak-hak orang lain. Kemakmuran yang
merata bagi seluruh rakyat. Seluruh kekayaan alam dan isinya dipergunakan bagi
kepentingan bersama menurut potensi masing-masing. Segala usaha diarahkan kepada
potensi rakyat, memupuk perwatakan dan peningkatan kualitas rakyat, sehingga
kesejahteraan tercapai secara merata. Penghidupan disini tidak hanya hak untuk hidup,
akan tetapi juga kesetaraan dalam hal mengenyam pendidikan.
Apabila nilai-nilai yang terkandung dalam butir-butir Pancasila di implikasikan di dalam
kehidupan sehari-hari maka tidak akan ada lagi kita temukan di Negara kita namanya
ketidak adilan, terorisme, koruptor serta kemiskinan. Karena di dalam Pancasila sudah
tercemin semuanya norma-norma yang menjadi dasar dan ideologi bangsa dan Negara.
Sehingga tercapailah cita-cita sang perumus Pancasila yaitu menjadikan Pancasila menjadi
jalan keluar dalam menuntaskan permasalahan bangsa dan Negara.