Diajukan kepada :
dr. H. Handri Andika, Sp. Rad
Disusun oleh :
Suharti Rahmadiati
20120310138
RANGKUMAN KASUS
Seorang pasien laki-laki 48 tahun datang dengan keluhan batuk. Batuk dirasakan
sudah hampir satu bulan. Batuk berdahak, tidak berdarah. Pasien merasakan penurunan berat
badan dan sering berkeringat pada malam hari. Riwayat penyakit dahulu seperti DM,
hipertensi, dan asma disangkal. Pasien belum pernah melakukan pemeriksaan dahak maupun
roentgen. Hasil foto rontgen menunjukkan adanya gambaran tuberkulosis paru.
ANALISIS MASALAH
1. Pemeriksaan radiografi thorax atau sering disebut chest x-ray (CXR) bertujuan
menggambarkan secara radiografi organ paru, jantung, dan dinding dada. Teknik
radiografi thorax standar terdiri dari proyeksi frontal dan proyeksi lateral. Proyeksi
frontal terdiri dari dua proyeksi yaitu antero-posterior (AP) dan postero-anterior (PA).
Pada proyeksi postero-anterior (PA), sumber X-ray diposisikan sehingga X-ray masuk
melalui posterior dari thorax dan keluar dari anterior dimana X-ray tersebut terdeteksi.
Untuk mendapatkan gambaran ini, individu berdiri menghadap permukaan datar yang
merupakan detektor X-ray. Sumber radiasi diposisikan di belakang pasien pada jarak
yang standard, dan pancaran X-ray ditransmisikan ke pasien.
Pada proyeksi antero-posterior (AP), posisi sumber X-ray dan detector berkebalikan
dengan proyeksi postero-anterior (AP). Proyeksi antero-posterior (AP) chest X-ray
lebih sulit diinterpretasi dibandingkan dengan postero-anterior (PA) dan oleh karena
itu digunakan pada situasi dimana sulit untuk pasien mendapatkan normal chest x-ray
seperti pada pasien yang tidak bisa bangun dari tempat tidur. Pada situasi seperti ini,
individu berbaring telentang dengan sumber X-ray diposisikan vertikal sehingga X-
ray masuk melalui anterior dan keluar dari posterior dimana X-ray tersebut dideteksi.
Proyeksi lateral didapatkan dengan cara yang sama dengan proyeksi postero-anterior
(PA) namun pada proyeksi lateral pasien berdiri dengan kedua lengan naik dan sisi
kiri/kanan dari thorax ditekan ke permukaan datar yang merupakan detektor X-ray.
Pada umumnya, proyeksi postero-anterior (PA) untuk dewasa dan proyeksi antero-
posterior (AP) sudah cukup. Akan tetapi, pada kondisi tertentu seperti adanya
penyakit-penyakit di rongga dada, radiografi thoraks dengan proyeksi postero-anterior
(PA) dan lateral sebaiknya dilakukan, sebab kedua proyeksi ini menghasilkan evaluasi
rongga dada yang lebih optimal bila dibandingkan dengan proyeksi AP atau PA saja.
Foto proyeksi lateral yang dibuat adalah proyeksi lateral kiri kecuali semua tanda dan
gejala klinis terdapat di sebelah kanan. Foto thorax sebaiknya dibuat dalam posisi
berdiri atau duduk karena keadaan intrathorakal (seperti cairan pleura, pneumotorax,
ukuran jantung dll) sulit dinilai dalam keadaan berbaring. Proyeksi lateral dekubitus
dibuat bila diduga ada cairan pleura tetapi tidak terlihat pada PA dan lateral.
DOKUMENTASI
I. IDENTITAS PASIEN
Nama : Tn. KB
Umur : 48 tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Pekerjaan : Swasta
Agama : Islam
Alamat : magelang
II. KASUS
Seorang pasien laki-laki 48 tahun datang dengan keluhan batuk. Batuk dirasakan
sudah hampir satu bulan. Batuk berdahak, tidak berdarah. Pasien merasakan
penurunan berat badan dan sering berkeringat pada malam hari. Riwayat penyakit
dahulu seperti DM, hipertensi, dan asma disangkal. Pasien belum pernah
melakukan pemeriksaan dahak maupun roentgen. Hasil foto rontgen menunjukkan
adanya gambaran tuberkulosis paru.
III. ANAMNESIS
A. Keluhan Utama
Batuk
B. Riwayat Penyakit Sekarang
Batuk satu bulan, berdahak, tidak berdarah, penurunan berat badan, keringat
malam hari.
C. Riwayat Penyakit Dahulu
DM, hipertensi, asma disangkal
D. Riwayat Penyakit Keluarga
Kesan : TB paru