Anda di halaman 1dari 3

MIMPI ANAK PESISIR

Siapa yang tak kenal Kepulauan Riau ? Pasti banyak ya . Tapi, semuanya mesti tahu
bahwa Kepulauan Riau adalah bagian dari Negara Kesatuan Republik Indonesia. Walau
posisinya tidak begitu jelas di peta, namun menyimpan begitu banyak kekayaan alam yang
mengharuskan siapapun untuk menyaksikannya.
SUNGAI BULUH. Desa kecil nan indah itu
terletak paling ujung dan paling jauh dari Dabo,
Kabupaten Lingga Provinsi Kepulauan Riau. Di
sinilah pengalaman Saya itu bermula. Tahun
2016 menjadi tahun berharga sekaligus
teristimewa bagi Saya bersama ke empat belas
teman-teman Kuliah Kerja Nyata kebangsaan. Pasalnya, tepat pada masa itu banyak
pengalaman luar biasa yang kami peroleh bersama selama kurang lebih satu bulan mengabdi
di desa itu. Kedatangan kami disambut dengan penuh antusias oleh warga dan anak-anak,
bahkan sampai menjelang waktu kepulangan kami sekalipun. Pengabdian yang menyisakan
rasa lelah kian hari menjadi berkurang karena dibarengi keseruan bersama anak-anak di Desa
Sungai Buluh.

Masa anak-anak biasanya adalah masa yang sangat


membahagiakan. Semua orang pasti setuju, bukan ? Kita bisa tertawa lepas, bercengkerama
bebas dengan teman. Padahal sebelumnya menangis bersama karena bertengkar, berlarian
tanpa takut dibanjiri keringat, bernyanyi dengan lantang meski suara sumbang tak karuan,
dan bebas bertanya apa saja pada siapa pun tanpa takut dibilang aneh, tak terkecuali yang
dialami oleh anak desa. Anak desa tak selamanya kampungan. Anak-anak di Desa Sungai
Buluh ini misalnya. Tak pernah singgah rasa malu dalam diri mereka walau mereka lahir dan
besar di kawasan yang bernama desa bahkan disebut sebagi desa pesisir. Bermain dan
bercanda di pesisir pantai sungguh mengasyikkan. Di Desa Sungai Buluh terdapat anak-anak
Suku Melayu Asli setempat dan anak-anak suku Laut yang juga lambat laun menjadi
penduduk setempat.

Bagi mereka, wilayah pesisir adalah tempat bermain. Panasnya terik matahari tak
menghilangkan semangat mereka saat bermain dan berenang. Kami yang telah dewasa ini
mengingat masa-masa saat seusia mereka. Alahkah senangnya saat ini bisa bermain di laut,
jauh dari kesibukan digantikan oleh pemandangan
dan suasana yang fresh. Saat sekolah sedang libur,
anak-anak di desa ini bisa menghabiskan waktu di
pesisir pantai mulai dari pagi hari sampai
menjelang siang untuk berenang dan disambung
sore hari sampai menjelang waktu magrib untuk bekarang siput gonggong.
Mencari hewan laut khas daerah ini gampang-gampang susah. Anak-anak di
sini sudah biasa melakukannya, alhasil kami belajar dari mereka. Pantai
tempat bekarang ini bernama Pantai Pane. Jika dahulunya belum begitu dikenal, namun di
saat kami ditempatkan untuk Kukerta di daerah ini, kami berinisiatif untuk menjadikan Pantai
Pane tersebut sebagai objek wisata. Setelah menjadi objek wisata mulailah kegiatan gotong
royong rutin oleh masyarakat setempat bahkan anak-anak desa ini juga semangat untuk
membantu. Dari kabar yang beredar kini Pantai Pane telah menjadi objek wisata alam Sunset.

Untuk diketahui, anak-anak Desa Sungai Buluh ini sangat beruntung karena gedung
sekolah mereka sangat dekat bahkan berhadapan dengan Pantai Pane. Saat Saya dan teman-
teman di sana, tercetus ide dan terlaksana untuk mengadakan konsep taman baca dan metode
belajar di alam. Bahkan syukur, dengan koordinasi bersama aparat dan masyarakat setempat
dapat berdiri semacam pondok bagi anak-anak SD tersebut untuk membaca, kemudian juga
melaksanakan program donasi buku bacaan anak. Momen ini yang paling mengharukan bagi
kami, tatkala anak-anak mengutarakan mimpi besar yang kami yakini adalah cita-cita
mereka. Banyak terucap cita-cita mulia dari bibir mungil yang selalu kami Aminkan bersama.
Mereka bercita-cita menjadi guru seperti pendidik di sekolah mereka, ada yang ingin menjadi
presiden, polisi, pilot, bahkan ada yang ingin jadi pak Kades (Kepala Desa). Kami sangat
terharu saat ada seorang anak yang mengaku ingin menjadi seperti kakak-kakak KKN
(Kukerta). Saye nak jadi macam kakak lah. Emak Bapak saye suka pasti tengok saye
pakai baju macam kakak-kakak ni, itulah ungkapan si anak dengan logat Melayunya.
Kami merasa sangat bangga bahwa dengan datangnya kami di tempat mereka telah
membawa kenangan tersendiri yang tentunya juga menjadi motivasi dan inspirasi bagi anak-
anak desa Sungai Buluh terutama di bidang pendidikan. Keinginan mereka untuk sekolah
setinggi-tingginya patut untuk diapresiasi. Setelah satu bulan, telah usailah tugas pengabdian
Kukerta Saya dan teman-teman. Kami merasakan berat hati untuk meninggalkan desa ini,
semua warga yang ramah terutama mereka, anak-anak yang lucu, pintar dan bersemangat.
Keceriaan mereka tak dapat tergantikan dengan apapun juga.

Masa kecik indah sangat, bermain dan bermain,


dimarahi juge tak pernah ngaruh,
tapi kami nak jadi orang besar suatu hari nanti

(laskar anak Sungai Buluh)

Anda mungkin juga menyukai