Anda di halaman 1dari 13

JMK, VOL. 17, NO. 2, SEPTEMBER 2015, 113125 DOI: 10.9744/jmk.17.2.

113125
ISSN 1411-1438 print / ISSN 2338-8234 online

ANALISIS PETA RISIKO PENGEBORAN DI WILAYAH ASSET 5


PT PERTAMINA EP

Gondo Irawan1, Berto Mulia Wibawa2*


1
Sekolah Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor
Jalan Raya Pajajaran, Bogor, 16143, Indonesia
2
Jurusan Manajemen Bisnis, Institut Teknologi Sepuluh Nopember
Kampus ITS Keputih Sukolilo, Surabaya, 60111, Indonesia
*Penulis Korespondensi; Email: berto@mb.its.ac.id

Abstrak

Penelitian ini menganalisis peta masalah pada kegiatan pengeboran, mengidentifikasi dan memetakan
risiko pengeboran, menganalisis strategi manajemen risiko yang harus disiapkan untuk kegiatan pengeboran.
Penelitian dilaksanakan di PT Pertamina EP Field Tanjung Wilayah Asset 5, Kalimantan Selatan, berlokasi
di sumur TJG-HZ1. Analisis dalam penelitian ini menggunakan pengukuran dan pemetaan risiko mengacu
pada Godfrey (1996). Teknik pengumpulan data meliputi lima tahap: (1) observasi, (2) wawancara, (3) kue-
sioner, (4) studi pustaka dan (5) focus group discussion (FGD). Hasil penelitian menunjukkan bahwa risiko
pengeboran teridentifikasi sebanyak 24 risiko yang dikelompokkan dalam empat kategori, yaitu risiko finan-
sial, strategi, operasional, dan hazard. Dari 24 risiko tersebut, terdapat delapan risiko pada tingkat ekstrim,
lima risiko tinggi, lima risiko sedang, dan enam risiko rendah.

Kata kunci: Manajemen risiko, operasional pengeboran, ISO 31000

Abstract

The purposes of this study were to analyze problem maps in drilling activity, identifying and mapping
drilling risks, and analyze risk management strategy which should be prepared for drilling activity. The re-
search was conducted at the TJG-HZ1 wells, Asset 5 Region PT Pertamina EP, South Kalimantan. The tools
used measurement and mapping risks according to Godfrey (1996). Data collection consisted of five stages:
observation, interview, questionnaire, literature review, and focus group discussion. The results showed there
are 24 identified risks which were divided into four risk categories which is financial, strategic, operational,
and hazard. From the 24 risks, there were eight risks in the extreme level, five risks in the high level, five risks
in the medium level, and six risks in the low level.

Keywords: Risk management, drilling operations, ISO 31000

Pendahuluan (migas). Kegiatan operasional pengeboran adalah ke-


giatan yang paling berbahaya dan memiliki risiko
Sektor minyak dan gas bumi merupakan peng- yang tinggi pada proses proses eksplorasi dan eksploi-
hasil devisa terbesar bagi pemerintah Indonesia. Pen- tasi minyak dan gas bumi (Khan, Sadiq, & Husain,
dapatan negara dari sektor minyak dan gas bumi ini 2002). Pengeboran sumur merupakan tahap lanjut da-
merupakan tulang punggung pembangunan nasional, lam proses pencarian dan pembuktian ada atau tidak-
namun yang menjadi permasalahan adalah tingkat nya cadangan (reservoir) minyak ataupun gas dengan
produksi minyak yang terus mengalami penurunan, cara melakukan pembuatan lubang secara bertahap
tahun 2000 produksi minyak Indonesia sebesar 1273 sampai kedalaman tertentu sesuai hasil studi dan eva-
MBOEPD dan di tahun 2011 produksi minyak Indo- luasi kondisi bawah tanah dari data seismik. Menurut
nesia sebesar 794 MBOPED (SKK Migas, 2013). Di- Rubiandini (2012), pengeboran sumur migas dikenal
perlukan upaya-upaya konkrit untuk terus meningkat- sebagai proyek yang berisiko tinggi (high risk) dan
kan produksi minyak dengan terus mencari ladang membutuhkan biaya yang sangat besar (high cost).
minyak baru, melakukan pengembangan lapangan-la- Seringkali suatu sumur gagal dikerjakan dan tidak di-
pangan minyak yang sudah ada yaitu melalui kegiatan lanjutkan karena bersifat high risk dan unpredictable,
seismik, eksplorasi, eksploitasi, dan enhanced oil re- serta biaya operasional sumur yang dikeluarkan sudah
covery. tidak ekonomis untuk dilanjutkan.
Salah satu kegiatan dalam proses eksplorasi dan Pengeboran sumur TJG-HZ1 (T-176) merupa-
eksploitasi adalah pengeboran sumur minyak dan gas kan proyek pengeboran dengan horizontal type yang

113
114 JURNAL MANAJEMEN DAN KEWIRAUSAHAAN, VOL.17, NO. 2, SEPTEMBER 2015: 113125

pertama kali dilakukan di Field Tanjung wilayah As- Kegiatan pengeboran merupakan prioritas dalam
set 5 (Pertamina, 2012). Namun pada awal perenca- proses bisnis di PT Pertamina EP yang merupakan
naan sampai sumur tersebut dikerjakan tidak dilaku- penunjang utama dalam pencapaian produksi minyak
kan mitigasi dan analisis risiko terlebih dahulu secara dan gas. Dalam pelaksanaannya pengeboran merupa-
rinci sehingga menyebabkan terjadinya overbudget kan kegiatan dengan tingkat risiko tinggi dan biaya
dan realisasi waktu operasional yang lebih lama. Pada besar yang membutuhkan perencanaan yang baik dari
penyusunan awal program kerja yang direncanakan semua aspek, termasuk di dalamnya penerapan mana-
hanya sebatas kemungkinan potensi terjadinya risiko jemen risiko. Namun di PT Pertamina EP belum dila-
pengeboran di bawah tanah (SKK Migas, 2013). kukan secara rinci proses manajemen risiko untuk ke-
PT Pertamina EP merupakan salah satu Kon- giatan pengeboran. Sampai saat ini yang telah dila-
traktor Kontrak Kerja Sama (KKKS) dengan SKK kukan adalah risiko secara umum pada fungsi dril-
Migas yang bergerak dalam usaha minyak dan gas ling.
(migas) dalam mengelola wilayah kerja yang meliputi Dalam penelitian ini ruang lingkup dibatasi ha-
kegiatan eksplorasi, eksploitasi dan produksi. Wilayah nya pada proyek pengeboran sumur TJG-HZ1 di
kerja PT Pertamina EP hampir mencakup seluruh wi- Field Tanjung Wilayah Kerja Kalimantan (Asset 5)
layah di Indonesia, yang saat ini terdiri atas lima wi- PT Pertamina EP yang dibor pada tahun 2012. Risiko
layah kerja yang disebut dengan Asset. Salah satu wi- yang dianalisis terbatas pada risiko pengeboran. Ob-
layah kerja PT Pertamina EP yang melakukan kegiat- jek penelitian adalah data operasional sumur yang su-
an pengeboran adalah di Kawasan Timur Indonesia dah dilakukan, khususnya pada risiko yang dihadapi
yang disebut sebagai Asset 5 yang meliputi wilayah serta untuk merumuskan strategi perencanaan yang
kerja Field Bunyu, Field Sangatta, Field Sangasanga, dilakukan untuk proyek pengeboran selanjutnya se-
Field Tarakan, Field Sembakung, Field Sorong dan hingga dapat mengurangi dampak overbudget dan pe-
Field Tanjung. nambahan waktu operasional. Tujuan penelitian ini
adalah menganalisis peta masalah pada kegiatan pe-
Menurut laporan Pertamina (2012), proses bisnis
ngeboran, mengidentifikasi dan memetakan risiko pe-
PT Pertamina EP terbagi atas tiga proses bisnis. Pro-
ngeboran, serta menganalisis strategi manajemen risi-
ses pertama adalah proses identitas yang terdiri atas
ko yang harus disiapkan untuk kegiatan pengeboran.
mengelola kegiatan eksplorasi, mengelola kegiatan
Risiko adalah potensi terjadinya suatu peristiwa
eksploitasi dan produksi, serta memasarkan dan men-
(event) baik yang dapat diperkirakan (anticipated)
jual crude oil and gas. Proses kedua adalah proses
maupun yang tidak dapat diperkirakan (unanticipa-
prioritas yang terdiri atas mengelola kegiatan drilling,
ted) yang dapat menimbulkan dampak bagi pencapai-
merencanakan dan mengembangkan bisnis ekplorasi
an tujuan perusahaan (Bernstein & Wild, 1998). Ma-
dan produksi serta mengelola Kesehatan Keselamat-
najemen risiko korporasi (enterprise risk manage-
an Kerja dan Lindung Lingkungan (K3LL). Proses
ment) merupakan suatu proses yang dilakukan oleh
ketiga adalah proses penunjang yang terdiri atas me-
dewan komisaris, manajemen dan personil perusaha-
ngelola proses pengadaan, mengelola sumber daya
an, diterapkan mulai sejak penyusunan strategi hingga
manusia, mengelola sumber daya informasi, menge-
seluruh proses perusahaan, dirancang untuk mengi-
lola sumber daya keuangan dan fisik, mengelola hu-
dentifikasi peristiwa potensial yang dapat mempenga-
bungan eksternal dan internal, serta mengelola perba-
ruhi perusahaan, dan mengelola risiko tersebut agar
ikan dan perubahan. Kegiatan manajemen risiko ma-
sesuai dengan risk appetite (batas selera risiko) peru-
suk ke dalam proses ketiga, yaitu sebagai penunjang
sahaan, untuk menyediakan keyakinan yang memadai
kegiatan (Pertamina, 2012).
sehubungan dengan pencapaian sasaran perusahaan
Hasil tes produksi awal (initial test) terhadap su- (Basel Comitee on Banking Supervision, 2004).
mur TJG-HZ1 Field Tanjung ini mampu memberikan Manajemen risiko merupakan kegiatan yang
kontribusi yang besar yaitu sebesar 616 BOPD (Per- mempunyai sifat dua arah yaitu proses top-down dan
tamina EP, 2013), sehingga memberikan justifikasi bottom-up. Proses top-down adalah proses penetapan
yang sangat tepat untuk melakukan pengeboran de- target return dan limit risiko oleh manajemen puncak.
ngan tipe yang sama di Field Tanjung. Namun de- Dalam proses ini tujuan dan batas limit keseluruhan
ngan banyaknya potensi risiko yang terjadi, maka sa- perusahaan diterjemahkan sebagai sinyal kepada unit-
ngat diperlukan analisis dan manajemen risiko di su- unit bisnis dan kepada manajer yang berhubungan
mur TJG-HZ1 untuk dijadikan dasar penyusunan bi- langsung dengan operasional. Sinyal ini mencakup
aya dan prosedur operasional sehingga semaksimal target penerimaan, limit risiko dan pedoman yang ter-
mungkin dapat mengurangi risiko operasional pe- kait dengan kebijaksanaan pelaksanaan tugas unit bis-
ngeboran. nis. Menurut Crawley dan Grant (1997), manajemen
Irawan: Analisis Peta Risiko Pengeboran di Wilayah Asset 5 PT Pertamina EP 115

risiko harus dilakukan oleh perusahaan secara konsis- mekanisme terjadinya risiko operasional diawali oleh
ten dengan metodologi yang dapat diukur, sehingga cause dan berimbas pada impact. Suatu risiko opera-
pada akhirnya dapat dilakukan audit. Rettedal, sional timbul karena adanya sebab (cause), yaitu su-
Aven, dan Gudmestad (2000) menjelaskan bahwa ke- atu hal utama yang meningkatkan kemungkinan ter-
tika suatu risiko pengeboran dapat diukur, maka per- jadinya suatu kejadian (events). Cause berpotensi
usahaan dapat melakukan persiapan yang matang dan menghasilkan peristiwa-peristiwa yang tidak diingin-
mengetahui strategi antisipasi lebih lanjut dari segi kan. Dari events risiko operasional yang ada akan
biaya, tenaga kerja, maupun peralatan. memberikan akibat atau dampak (impact) terhadap
Manajemen risiko akhir-akhir ini menjadi ba- perusahaan. Akibat umum yang ditimbulkan dapat
gian pertimbangan dari bisnis yang tidak dapat di- berupa kerugian material secara finansial atau keru-
hindarkan. Perusahaan yang melakukan proses mana- sakan aset fisik dan atau berupa kerugian kualitatif.
jemen risiko dan memasukkan dalam setiap pengam- Risiko reputasi dan risiko bisnis tidak lagi terma-
bilan keputusan bisnisnya dapat lebih baik, karena po- suk risiko operasional didasarkan pertimbangan sulit-
tensi risiko yang akan terjadi sudah diperhitungkan. nya kuantifikasi dampak finansial yang ditimbulkan.
Perusahaan yang melakukan proses manajemen risiko Risiko operasional sebaiknya diukur secara kuantita-
juga dapat menciptakan nilai tambah, karena potensi tif, agar diperoleh data risiko secara lebih akurat
return yang diperoleh sudah diperhitungkan lebih be- (Cross & Ballesio 2003). Akan tetapi Siu (1994) men-
sar daripada potensi risiko kerugiannya. jelaskan bahwa mengukur risiko operasional penge-
Laycock (1998) menjelaskan bahwa risiko ope- boran secara kualitatif pun tidak masalah, sedangkan
rasional adalah risiko yang terkait dengan fluktuasi menurut Kaplan dan Garrick (1981) untuk mengukur
hasil usaha perusahaan akibat pengaruh dari hal-hal risiko operasional harus diidentifikasi terlebih dahulu
yang berhubungan dengan kegagalan sistem atau pe- melalui tiga pertanyaan, yaitu mengapa risiko tersebut
ngawasan, dan peristiwa yang tidak dapat dikontrol terjadi, seperti apa kejadiannya, dan apa konsekuen-
oleh perusahaan. Risiko operasional berbeda dengan sinya.
risiko pasar dan risiko kredit karena dapat terjadi pada Menurut Godfrey (1996) risiko dapat bersumber
setiap orang yang ada dalam perusahaan karena orang dari politik (political), lingkungan (environmental),
merupakan salah satu sumber risiko operasional. Ri- perencanaan (planning), pemasaran (market), eko-
siko operasional mempunyai dimensi yang luas dan nomi (economic), keuangan (financial), alami
kompleks dengan sumber risiko yang merupakan ga- (natural), proyek (project), teknis (technical), manu-
bungan dari berbagai sumber yang ada dalam orga- sia (human), kriminal (criminal) dan keselamatan (sa-
nisasi, proses dan kebijakan, sistem dan teknologi, fety). Kategori sumber risiko secara umum terbagi da-
orang dan faktor-faktor lainnya. Demikian pula besar- lam empat jenis risiko, yaitu (1) risiko operasional,
an kerugian risiko operasional juga semakin mening- yaitu risiko yang berhubungan operasional organisasi
kat dari waktu ke waktu sejalan dengan semakin mencakup risiko yang berhubungan dengan sistem
kompleksnya bisnis perusahaan dan teknologinya. organisasi, proses kerja, teknologi dan sumber daya
Persoalan yang umum dihadapi oleh semua perusaha- manusia, (2) risiko finansial, yaitu risiko yang ber-
an berkaitan dengan risiko operasional adalah bagai- dampak pada kinerja keuangan organisasi seperti ke-
mana risiko operasional diindentifikasi, diukur, dipan- jadian risiko akibat dari waktu kerja yang melebihi
tau, dan dikendalikan. hari perencanaan, anggaran yang melebihi perencana-
Menurut Susilo dan Kaho (2010), setiap aktivi- an, (3) risiko strategic, yaitu risiko yang berhubungan
tas organisasi, apapun jenis dan seberapapun besar- dengan strategi perusahaan, politik, ekonomi, pera-
nya, pasti menghadapi berbagai risiko yang dapat turan dan perundangan. Risiko yang berkaitan dengan
mempengaruhi pencapaian sasaran organisasi. Salah reputasi organisasi kepemimpinan dan termasuk peru-
satu risiko yang paling berbahaya di dunia industri bahan keinginan pelanggan, dan (4) risiko hazard,
minyak dan gas dalah risiko operasional pengeboran. yaitu risiko yang berhubungan dengan kecelakaan fi-
Kegiatan ini tidak hanya meliputi rekayasa sistematis sik seperti kejadian atau kerusakan yang menimpa
yang melibatkan prosedur kerja operasi terus-mene- harta perusahaan dan adanya ancaman perusahaan.
rus, tetapi juga membutuhkan keterampilan dan tek- Manajemen risiko merupakan salah satu kompo-
nik khusus untuk pengeboran bawah tanah. Kegiatan nen yang penting pada setiap perusahaan. Apabila ri-
operasional pengeboran memiliki karakteristik inves- siko tidak dikelola dengan baik, sangat mungkin per-
tasi yang membutuhkan biaya yang tinggi dan risiko usahaan akan mengalami kerugian bukan hanya ber-
yang tinggi pula, sehingga risiko operasional meru- pengaruh pada bidang operasional saja, tetapi juga da-
pakan salah satu hal yang paling penting untuk dipa- pat berpengaruh terhadap entitas bisnis perusahaan se-
hami (Liu & Wang, 2010). Menurut Dowd (2003), cara keseluruhan. PT Pertamina EP perlu menerapkan
116 JURNAL MANAJEMEN DAN KEWIRAUSAHAAN, VOL.17, NO. 2, SEPTEMBER 2015: 113125

manajemen risiko pada kegiatan pengeboran yang be- najemen risiko hanya dengan satu pendekatan, yaitu
lum dilakukan sebelumnya. manajemen risiko berbasis ISO 31000 tanpa melihat
Perbedaan penelitian ini dengan penelitian se- pemetaan risiko.
belumnya terletak pada objek amatan. Sejauh ini ma- Adapun Harianto dan Susanto (2008) dalam me-
sih sangat jarang penelitian yang menganalisis mana- lakukan evaluasi terhadap non productive time hanya
jemen risiko pada operasional pengeboran, padahal ri- menggunakan metode Total Quality Management
siko yang timbul jika tidak segera ditangani dengan (TQM). Berdasarkan hal tersebut, penelitian ini me-
kaidah manajemen risiko yang baik akan berdampak miliki perbedaan dari objek penelitian dan alat analisis
buruk tidak hanya pada perusahaan, tetapi juga ling- yang digunakan karena karakteristik operasional pe-
kungan sekitar. Penelitian Wasisto (2013) dan Wirya- ngeboran yang pada dasarnya memang berbeda de-
ni (2013) tidak mengelompokkan aspek kategori ngan bisnis lain.
sumber risiko berdasarkan empat kelompok yaitu
operasional, finansial, strategik, dan hazard, semen- Metode Penelitian
tara itu Utama (2009) dalam menganalisis manaje-
men risiko menggunakan metode Failure Modes and Penelitian dilaksanakan di PT Pertamina EP
Effects Analysis (FMEA) dan Quality Function De- Field Tanjung Wilayah Asset 5, Kalimantan Selatan,
ployment (QFD) tanpa menggunakan metode God- tepatnya pada fungsi drilling Sumur TJG-HZ1 dan PT
frey. Penelitian Kardono (2008) yang juga mengana- Pertamina EP Pusat. Penelitian dilaksanakan pada bu-
lisis risiko operasional pengeboran di Enduro Petro- lan Agustus sampai dengan September 2014.
leum hanya sebatas mengamati pengendalian internal Data yang digunakan pada penelitian ini terdiri
dengan metode The Committee of Sponsoring Orga- atas data primer dan sekunder. Data primer diperoleh
nization of Treadway Commisioning (COSO), tanpa melalui wawancara dengan responden di PT Perta-
peta risiko Godfrey. mina EP yang memiliki kompetensi untuk memberi-
Sundja dan Hanafiah (2009) dalam penelitian- kan masukan mengenai manajemen risiko yang perlu
nya mengenai risiko investasi pengeboran migas di dilakukan perusahaan. Responden yang dituju me-
Sumatera juga hanya melihat sisi risiko investasi saja rupakan penentu kebijakan dan memiliki jabatan stra-
tanpa memperhatikan aspek-aspek lain seperti stra- tegis terkait pengelolaan manajemen risiko di PT Per-
tegic, operasional, dan hazard seperti yang dilakukan tamina EP. Selain itu data primer juga diperoleh dari
oleh penelitian ini. Sutanto (2012) menganalisis ma- responden pakar untuk memberikan masukan dan sa-
Tabel 2
Skala Penerimaan Risiko
Tingkat Kemungkinan Tingkat Dampak Besarnya Risiko Peta Risiko Tingkat Risiko Skala Penerimaan
(p) (i) (p x i) (p,i) (r) Risiko
1 1 1 11 Low Negligible
1 2 2 12 Low Negligible
1 3 3 13 Medium Acceptable
1 4 4 14 Medium Acceptable
1 5 5 15 High Undesirable
2 1 2 21 Low Negligible
2 2 4 22 Low Negligible
2 3 6 23 Medium Acceptable
2 4 8 24 High Undesirable
2 5 10 25 Extreme Unacceptable
3 1 3 31 Low Negligible
3 2 6 32 Medium Acceptable
3 3 9 33 High Undesirable
3 4 12 34 Extreme Unacceptable
3 5 15 35 Extreme Unacceptable
4 1 4 41 Medium Acceptable
4 2 8 42 High Undesirable
4 3 12 43 High Undesirable
4 4 16 44 Extreme Unacceptable
4 5 20 45 Extreme Unacceptable
5 1 5 51 High Undesirable
5 2 10 52 High Undesirable
5 3 15 53 Extreme Unacceptable
5 4 20 54 Extreme Unacceptable
5 5 25 55 Extreme Unacceptable
Irawan: Analisis Peta Risiko Pengeboran di Wilayah Asset 5 PT Pertamina EP 117

ran terhadap pengelolaan risiko yang mungkin terjadi d. Studi pustaka sumber kepustakaan yang relevan
di PT Pertamina EP. seperti buku, jurnal ilmiah, dan penelitian terda-
Hasil pengumpulan data ini bertujuan untuk me- hulu yang dapat dijadikan pedoman untuk keper-
ngetahui pendapat dan penilaian responden terhadap luan penelitian.
rekomendasi menghadapi risiko melalui kuesioner e. Focus Group Discussion (FGD) dilakukan untuk
yang diberikan. Adapun data sekunder diperoleh dari merumuskan implikasi manajerial berdasarkan ha-
laporan keuangan perusahaan yang telah diaudit dan sil penelitian yang telah dilakukan. FGD ini meli-
dari dokumen internal perusahaan yang berkaitan de- batkan pihak internal yaitu direksi PT Pertamina
ngan pengeboran di sumur TJG-HZ1 Field Tanjung EP dan pihak eksternal yaitu responden pakar ma-
Wilayah Asset 5. Data sekunder juga berasal dari najemen risiko.
sumber kepustakaan yang relevan seperti buku, jurnal Alat analisis dalam penelitian ini menggunakan
ilmiah, dan penelitian terdahulu yang dapat dijadikan pengukuran risiko Godfrey (1996) yang diawali de-
pedoman untuk keperluan penelitian. ngan membagikan kuesioner kepada responden de-
Teknik pemilihan responden untuk pengambilan ngan tujuan untuk mendapatkan penilaian terhadap
data primer dilakukan dengan metode purposive sam- kemungkinan kejadian (probability to assurance) dan
pling yaitu responden ditentukan berdasarkan peni- pengaruh risiko (potential impact). Identifikasi risiko
laian kapasitas dan kualitas responden untuk memper- dan penyebabnya dilakukan melalui in depth inter-
oleh informasi yang diperlukan sesuai kebutuhan pe- view. Berdasarkan hasil wawancara tersebut diperoleh
nelitian. Responden dalam penelitian ini sebanyak output berupa ukuran risiko tentang tingkat kemung-
empat orang adalah dari pihak internal PT Pertamina kinan atau frekuensi terjadinya risiko (probability)
EP yang berhubungan langsung dengan kegiatan pe- dan tingkat dampak atau akibat karena terjadinya ri-
ngeboran migas dan dua orang dari pihak eksternal, siko.
yaitu yang memiliki kompetensi dan wawasan sangat Skala yang digunakan untuk pengukuran risiko
baik terhadap manajemen risiko pengeboran di indus- Godfrey adalah skala likert dengan nilai 1 sampai de-
tri perminyakan dan gas. ngan 5. Skala likert biasa digunakan dalam penelitian
Teknik pengumpulan data dilakukan dengan yang menggunakan metode survei untuk mengukur
empat cara, yaitu: observasi langsung, in depth inter- persepsi responden. Nilai (index) risiko diperoleh de-
view, pengisian kuesioner untuk mendapatkan data ngan rumus tingkat kemungkinan dikalikan tingkat
primer, dan studi pustaka untuk mendapatkan data se- dampak. Angka terkecil untuk nilai risiko adalah 1,
kunder. Teknik pengumpulan diuraikan sebagai be- sementara angka terbesar adalah 5 (Saaty & Vargas,
rikut: 2006).

a. Observasi langsung, yaitu melakukan pengamatan Tabel 1


langsung kepada objek penelitian yang bertujuan Skala Kemungkinan dan Dampak
untuk mengetahui secara langsung proses opera-
Tingkat Kemungkinan Skala
sional kegiatan usaha sumur TJG-HZ1 Field Tan-
Sangat sering (frequent) 5
jung Wilayah Asset 5 di Kalimantan Selatan. Sering (probable) 4
b. Wawancara pribadi dengan manajemen PT Perta- Kadang-kadang (occasional) 3
mina EP. Wawancara dilakukan dengan cara in Jarang (remote) 2
depth interview dengan menyusun daftar perta- Sangat jarang (improbable) 1
nyaan sebelumnya untuk kemudahan dalam mem- Tingkat Dampak Skala
peroleh informasi dari responden. Wawancara di- Sangat besar (catatrophic) 5
lakukan untuk mendapatkan informasi mengenai Besar (critical) 4
kondisi eksisting manajamen risiko yang telah di- Sedang (serious) 3
lakukan oleh PT Pertamina EP. Kecil (marginal) 2
c. Pengisian kuesioner oleh responden pakar yang Sangat kecil (negligible) 1
berasal dari pihak internal PT Pertamina EP dan Sumber: Godfrey (1996)
pakar manajemen risiko. Kuesioner ini bertujuan
untuk mendapatkan informasi mengenai identifi- Setelah dilakukan identifikasi risiko, selanjutnya ada-
kasi risiko dan penyebabnya, serta memberikan lah mengukur tingkat risiko dengan mempertimbang-
pertimbangan atau masukan terkait tindakan yang kan seberapa besar tingkat kemungkinan dan dampak
harus dilakukan perusahaan untuk meminimalisir terjadinya risiko tersebut. Tingkat penerimaan risiko
risiko yang mungkin terjadi. bergantung pada dua hal, yaitu probability (kemung-
118 JURNAL MANAJEMEN DAN KEWIRAUSAHAAN, VOL.17, NO. 2, SEPTEMBER 2015: 113125

kinan) dan impact (dampak). Skala penerimaan risiko syarakat sekitar yang terganggu terkena imbas risiko
mengacu pada Godfrey (Saaty & Vargas, 2006). tersebut dan adanya kritik oleh media dan masyarakat
Terdapat risiko-risiko yang mudah diukur te- luas.
tapi sulit dipastikan tingkat kemungkinan terjadinya, Catastrophic adalah risiko yang sangat tidak di-
sehingga melalui skala penerimaan risiko dapat diper- harapkan oleh perusahaan karena sangat merugikan
oleh dugaan yang terbaik sehingga dapat diprioritas- secara finansial dan mengakibatkan kerusakan ling-
kan risiko mana yang harus diutamakan dan diabai- kungan yang serius jangka panjang, selain itu terjadi
kan. Tingkat kemungkinan (p) adalah seberapa besar kritik tajam oleh media nasional maupun internasio-
potensi terjadinya risiko. Risiko yang paling berpo- nal, yang pada akhirnya berpotensi membatalkan ke-
tensi terjadi diberikan nilai 5, sedangkan risiko yang giatan operasional pengeboran yang telah dilakukan.
paling tidak berpotensi terjadi diberikan nilai 1. Ting- Sama seperti sumbu X, sumbu Y juga memiliki
kat dampak (i) adalah seberapa besar risiko yang bisa lima tingkatan yang terdiri atas improbable, remote,
diakibatkan, jika dampak risiko sangat besar, maka occasional, probable, dan frequent. Improbable ada-
diberikan nilai 5, sebaliknya jika dampak sangat kecil lah risiko yang sangat tidak mungkin terjadi dan ha-
diberikan nilai 1. nya dapat terjadi dalam keadaan yang luar biasa. Re-
Setelah mengetahui tingkat kemungkinan mote adalah risiko yang kemungkinan terjadinya kecil
dan tingkat dampak, selanjutnya adalah mengukur dan jarang terjadi pada beberapa waktu. Occasional
besarnya risiko. Nilai tingkat kemungkinan (p) dika- adalah risiko yang kemungkinan terjadinya sedang.
likan nilai tingkat dampak (i) diperoleh nilai besarnya Probable adalah risiko yang biasanya sering terjadi.
risiko. Setelah diketahui besarnya nilai risiko, selan- Frequent adalah risiko yang paling sering dan paling
jutnya adalah memetakan risiko dengan mengguna- mungkin terjadi dalam sebagian besar keadaan kegi-
kan nilai tingkat kemungkinan dan tingkat dampak atan operasional pengeboran.
untuk memperoleh tingkat risiko (r). Jumlah respon terhadap risiko terdiri atas empat
Dalam peta risiko dikelompokkan empat area, alternatif, yaitu menerima, mengurangi, mentransfer,
yaitu risiko yang memiliki tingkat risiko low, medium, dan menghindari risiko. Alternatif tersebut dapat di-
high, dan extreme, dan tingkat risiko low memiliki sesuaikan dengan level atau tingkat penerimaan risiko
skala penerimaan risiko negligible (abaikan), tingkat pada perusahaan. Flanagan dan Norman (1993) men-
risiko medium memiliki skala acceptable (diterima), jelaskan bahwa untuk menentukan respon terhadap
tingkat risiko high memiliki skala undesirable (tidak risiko mengacu pada ketentuan yang dijelaskan.
diharapkan), dan tingkat risiko extreme memiliki
skala (unacceptable). Peta risiko Godfrey berfungsi
menggambarkan tentang kondisi suatu risiko. Peta ini Catastrophil 5
digambarkan dengan matriks 5 x 5. Sumbu X men-
jelaskan nilai kemungkinan terjadinya risiko dan sum- Critical 4
bu Y menjelaskan dampak jika risiko tersebut terjadi.
Sumbu X memiliki lima tingkatan yang terdiri Serious 3
atas negligible, marginal, seroius, critical, dan catas-
trophic. Negligible adalah risiko yang terjadi tidak Marginal 2
merusak lokasi pengeboran, tidak merusak lingkung-
DAMPAK

an sekitar, tidak mengakibatkan kerugian finansial, Negligible 1


dan tidak mengakibatkan kerugian media atau kepen- 1 2 3 4 5
tingan umum. Marginal adalah ketika risiko menga-
kibatkan kerusakan minimal terhadap lokasi penge- Improbable Remote Occasional Probable Frequent
boran, terbatas namun tidak ada kerugian finansial,
Peluang
dan tidak berpotensi mengganggu kepentingan khala-
yak umum. Gambar 1. Peta Risiko Godfrey
Serious adalah ketika risiko mengakibatkan ke- Sumber: Godfrey (1996)
rusakan jangka pendek yang sedikit berdampak pada
operasional pengeboran dan lingkungan sekitar, sedi- Keterangan:
kit kerugian finansial, dan ada laporan media yang = Tingkat risiko low
terbatas. Critical adalah risiko yang mengakibatkan = Tingkat risiko medium
kerusakan pengeboran yang berdampak kerusakan
yang serius pada operasional pengeboran dan ling- = Tingkat risiko high
kungan sekitar, selain itu terjadi kemarahan oleh ma- = Tingkat risiko extreme
Irawan: Analisis Peta Risiko Pengeboran di Wilayah Asset 5 PT Pertamina EP 119

Tabel 3 kontrak pengeboran yang akan dilakukan. Selain itu


Tingkat Risiko, Tingkat Penerimaan, dan Respon kendala kontrak disebabkan karena nilai dan waktu
Risiko kontrak yang akan habis masa berlakunya sehingga
Tingkat Tingkat Penerimaan Respon membutuhkan waktu untuk menunggu kontrak baru.
Rendah Abaikan (Negligible) Menerima risiko (risk
Tanpa adanya kontrak yang jelas, tentu PT Pertamina
(Low) acceptable) EP akan merugi terutama apabila melakukan opera-
Sedang Diterima (Acceptable) Mengurangi risiko (risk sional pengeboran tetapi tidak jelas bagaimana hak
(Medium) reduction) dan kewajiban kontraktor dan PT Pertamina EP.
Tinggi Tidak diharapkan Mentransfer risiko (risk Keempat, material bor seringkali tidak siap. Ke-
(High) (Undesirable) transfer) tika sudah ditentukan lokasi pengeboran, persiapan
Ekstrim Tidak dapat diterima Menghindari risiko peralatan lain, dan kontrak yang sudah disepakati, ada
(Extreme) (Unacceptable) (risk avoidance) kemungkinan material bor belum siap. Selain itu
pembelian material bor seringkali harus indent ke sup-
Hasil Penelitian dan Pembahasan plier. Hal ini tentunya dapat menghambat kegiatan
operasional pengeboran, dan mengakibatkan bertam-
Bisnis proses pengeboran terbagi atas tiga tahap- bahnya jumlah hari kerja pengeboran akibat ketidak-
an, yaitu tahapan proses pengajuan prognosis atau siapan material bor.
usulan pengeboran sumur, tahapan proses perencana- Kelima, AFE yang belum disetujui. Setiap su-
an sumur dan tahapan pengeboran. Risiko yang sering mur yang akan dilakukan pengeboran harus mendapat
terjadi adalah pada tahapan proses pengeboran. Untuk persetujuan terlebih dahulu dari SKK Migas secara
tahapan pengeboran, PT Pertamina EP membagi risi- teknis operasional dan biaya (budget). Biaya yang di-
ko operasional pengeboran menjadi tiga tahap yaitu setujui disebut dengan Authorization for Expenditures
pra pengeboran, operasional pengeboran, dan pasca (AFE). Jika tidak disetujui oleh SKK Migas, kegiatan
pengeboran. operasional pengeboran juga dipastikan akan terham-
Pada tahap pra pengeboran, PT Pertamina EP te- bat. Selain itu masalah perizinan juga seringkali men-
lah menetapkan enam risiko utama. Pertama, lokasi jadi risiko yang harus dipertimbangkan pada saat ke-
pengeboran yang tidak siap tepat waktu. PT Pertami- giatan pra pengeboran (SKK Migas, 2013).
na EP menghadapi kendala sebelum melakukan pe- Identifikasi risiko yang terjadi pada sumur TJG-
ngeboran yaitu penghalang dan strata yang aneh, ja- HZ1 di Field Tanjung diperoleh dari pengamatan
rak super jauh untuk mobilisasi peralatan besar, pe- langsung di lapangan dan rekomendasi dari pakar pe-
ngiriman logistik darat, laut, dan udara yang kom- ngeboran sumur minyak dan gas. Risiko tersebut di-
pleks, serta kesulitan untuk beroperasi di lingkungan bagi ke dalam empat kelompok, yaitu risiko finansial,
sosial yang sama sekali baru. Selain itu kendala pem- strategi, operasional, dan hazard. Risiko finansial me-
bebasan lahan dan topografi juga seringkali menye- rupakan risiko yang berkaitan dengala risiko yang
babkan kegiatan operasional pengeboran menjadi ter- terjadi pada akhirnya berpotensi meningkatkan biaya
hambat. Kendala lain yang berkaitan dengan penyiap- operasional pengeboran sumur.
an lokasi adalah lokasi yang berdampingan dengan Pada risiko strategi, risiko yang dapat terjadi
wilayah pertambangan lain, seperti tambang batubara. adalah kesalahan perencanaan yang detil untuk satu
Kedua, peralatan tidak siap tepat waktu. Sulitnya sumur. Kesalahan strategi dapat berdampak pada ri-
medan yang ditempuh terutama ketika membuka su- siko-risiko aspek lainnya, seperti risiko finansial, ope-
mur baru biasanya terdapat kendala dalam distribusi rasional, dan hazard. Seringkali terjadi ketidakakurat-
peralatan pengeboran, terutama peralatan kategori be- an analisis dan perencanaan pengeboran sumur oleh
rat. Belum tersedianya jalan dan infrastruktur yang manajemen puncak. Non Productive Time (NPT) me-
baik ke lokasi pengeboran menjadi penghambat uta- rupakan waktu operasional yang tidak direncanakan
ma dalam distribusi alat, sehingga kegiatan operasio- dan langsung berpengaruh terhadap hari kerja opera-
nal pengeboran sering menjadi terhambat akibat keti- sional pengeboran menjadi lebih lama dan mengaki-
daksiapan peralatan yang tepat waktu tersebut. Akibat batkan penambahan biaya sehingga menyebabkan
lain yang ditimbulkan adalah biaya sewa peralatan overbudget dari biaya yang sudah disetujui dan ter-
yang membengkak akibat inefisiensi hari operasional jadinya keterlambatan hari operasional.
pengeboran akibat ketidaksiapan peralatan yang akan Risiko hazard adalah risiko yang berhubungan
digunakan. dengan kecelakaan fisik, seperti kejadian atau keru-
Ketiga, kontrak yang tidak siap. Ketika sudah sakan yang menimpa harta perusahaan dan adanya
dilakukan survei lapangan untuk menentukan lokasi ancaman terhadap perusahaan. Berdasarkan wawan-
pengeboran sumur, seringkali terjadi ketidaksiapan cara dengan pihak internal PT Pertamina EP dan pa-
120 JURNAL MANAJEMEN DAN KEWIRAUSAHAAN, VOL.17, NO. 2, SEPTEMBER 2015: 113125

kar manajemen risiko, dalam penelitian ini risiko fi- dengan kategori unacceptable, yaitu perencanaan
nansial dibagi ke dalam tujuh jenis risiko, risiko stra- yang detil untuk satu sumur, peningkatan kualitas mi-
tegi dibagi ke dalam lima risiko, risiko operasional tra kerja, peningkatan kinerja para pekerja di opera-
dibagi ke dalam tujuh risiko, dan risiko hazard dibagi sional pengeboran, dan penggunaan peralatan dan
ke dalam lima risiko. teknologi yang tepat. Pada kelompok risiko operasio-
Berdasarkan hasil penelitian terlihat bahwa risi- nal, terdapat tiga risiko yang tergolong kategori eks-
ko yang memiliki peluang terjadi paling tinggi dan trim dengan kategori unacceptable, yaitu terjadinya
dampak yang paling berisiko adalah hari operasional non productive time, hari operasional lebih lama, dan
yang lebih lama. Risiko yang memiliki dampak ter- tidak terealisasinya pengeboran sumur. PT Pertamina
besar kedua adalah perencanaan yang detil untuk satu EP harus menindaklanjuti kemungkinan terjadinya ri-
sumur, peningkatan kualitas mitra kerja, penggunaan siko yang tergolong ekstrim karena dampaknya yang
peralatan dan teknologi yang tepat, terjadinya NPT, sangat besar terhadap potensi kerugian yang akan
dan terjadinya lost in hole. Faktor kendala kebijakan dialami perusahaan. Setelah mengetahui nilai risiko,
pemerintah dalam penelitian ini memiliki dampak tindakan selanjutnya adalah memetakan risiko secara
risiko yang paling rendah jika dibandingkan dengan agregat.
risiko lainnya. Secara keseluruhan, tingkat risiko dan Selanjutnya adalah melakukan tindakan mitigasi
skala penerimaan risiko dapat dilihat pada Tabel 4. risiko sebagai respon setelah diketahuinya tingkat ri-
Masing-masing kelompok risiko memiliki risiko siko dan tingkat penerimaan risiko. Menurut Godfrey
yang tergolong memiliki dampak yang sangat besar. (1996), risiko diklasifikasikan menjadi empat kategori
Pada kelompok risiko finansial, risiko peningkatan bi- yaitu risiko yang tidak dapat diterima dan harus dihi-
aya operasional tergolong kategori ekstrim dengan langkan (unacceptable), risiko yang tidak diharapkan
kategori unacceptable. Pada kelompok risiko strategi, dan harus dihindari (undesirable), risiko yang dapat
terdapat empat risiko yang tergolong kategori ekstrim diterima (acceptable), dan risiko yang sepenuhnya da-
Tabel 4
Tingkat Risiko dan Skala Penerimaan Risiko
Kelompok Tingkat Skala Penerimaan
Risiko P I R
Risiko Risiko Risiko
Peningkatan biaya operasional F 3,67 3,83 14,06 Extreme Unacceptable
Timbulnya biaya non cost recovery F 2,83 3,50 9,92 Medium Acceptable
Terjadinya budget exceeded untuk pembiayaan
F 3,50 3,33 11,67 High Undesirable
sumur
Pencapaian produksi lebih lama F 2,83 3,17 8,97 Medium Acceptable
Potensi terjadinya carry over F 3,00 3,33 10,00 High Undesirable
Realisasi nilai kontrak mitra kerja lebih cepat F 2,33 2,83 6,61 Medium Acceptable
Timbulnya biaya non investasi akibat lost in
F 1,67 2,00 3,33 Low Negligible
hole
Perencanaan yang detail untuk satu sumur S 3,67 4,00 14,67 Extreme Unacceptable
Peningkatan kualitas mitra kerja S 3,83 4,00 15,33 Extreme Unacceptable
Peningkatan kinerja para pekerja di operasional
S 3,50 3,67 12,83 Extreme Unacceptable
pengeboran
Penggunaan peralatan dan teknologi yang tepat S 3,67 4,00 14,67 Extreme Unacceptable
Antisipasi terjadinya stand by menunggu tools S 2,00 2,00 4,00 Low Negligible
Terjadinya non productive time O 4,17 4,00 16,67 Extreme Unacceptable
Hari operasio lebih lama O 3,83 4,17 15,97 Extreme Unacceptable
Tidak terealisasinya pengeboran sumur O 3,50 3,67 12,83 Extreme Unacceptable
Terjadinya lost in hole O 1,67 4,00 6,67 Medium Acceptable
Kualitas sumur tidak sesuai dengan perencanaan O 2,00 2,00 4,00 Low Negligible
Kendala peralatan yang rusak O 3,33 3,33 11,11 High Undesirable
Kegagalan pengeboran dan dilakukan side track O 2,00 2,00 4,00 Low Negligible
Terjadinya stuck pipe saat operasional
H 3,00 3,17 9,50 High Undesirable
pengeboran
Terjadinya loss sirkulasi H 2,33 3,17 7,39 Medium Acceptable
Kendala kebijakan pemerintah H 1,50 1,50 2,25 Low Negligible
Shale problem H 2,50 1,83 4,58 Low Negligible
Tool problem H 3,33 3,50 11,67 High Undesireable
Irawan: Analisis Peta Risiko Pengeboran di Wilayah Asset 5 PT Pertamina EP 121

pat diterima (negligible). Untuk risiko yang tergo- aspek non cost recovery seperti yang terjadi pada
long ke dalam tingkat penerimaan unacceptable, sumur TJG-HZ1. Pengurangan biaya atau cost re-
respon yang harus dilakukan oleh PT Pertamina EP duction yang diperoleh dengan penerapan manajemen
adalah berusaha menghindari agar risiko tersebut ti- risiko ditunjukkan pada Tabel 6.
dak terjadi. Pada risiko yang tergolong ke dalam ting-
kat penerimaan undesirable, perusahaan harus me- Catastrophil 5
lakukan respon transfer (mentransfer risiko). Pada Critical 4 16 11 1
10 8 9 13 14

risiko yang tergolong ke dalam tingkat penerimaan 21 6 4


2
5
24
3 15
Serious 3 20 18
acceptable, perusahaan harus melakukan respon re- 7
12 17 19
duction (mengurangi risiko), yang berarti mengurangi DAMPAK
Marginal 2 22 23

potensi terjadinya risiko tersebut. Pada risiko yang Negligible 1


tergolong ke dalam tingkat penerimaan negligible, 1 2 3 4 5
perusahaan harus melakukan respon acceptable (me- Improbable Remote Occasional Probable Frequent
ngurangi risiko), yang berarti perusahaan dapat mene- Peluang

rima risiko tersebut. Menurut Septrida (2013), risiko- Gambar 2. Peta Risiko Agregat
risiko yang tidak dapat dihindari harus dikelola dan
dikendalikan agar tidak menimbulkan kerugian bagi Keterangan:
perusahaan.
= Tingkat risiko low
Penerapan manajemen risiko pada operasional
= Tingkat risiko medium
pengeboran sangat bermanfaat bukan hanya pada pe-
ngurangan dampak risiko namun juga dapat meng- = Tingkat risiko high
hindari terjadinya biaya-biaya di luar perencanaan dan = Tingkat risiko extreme

Tabel 5
Respon terhadap Risiko
Skala Penerimaan
Risiko Kelompok Risiko Tingkat Risiko Respon
Risiko
Peningkatan biaya operasional F Extreme Unacceptable Avoid
Timbulnya biaya non cost recovery F Medium Acceptable Reduction
Terjadinya budget exceeded untuk pembiayaan
F High Undesirable Transfer
sumur
Pencapaian produksi lebih lama F Medium Acceptable Reduction
Potensi terjadinya carry over F High Undesirable Transfer
Realisasi nilai kontrak mitra kerja lebih cepat F Medium Acceptable Reduction
Timbulnya biaya non investasi akibat lost in hole F Low Negligible Accept
Perencanaan yang detail untuk satu sumur S Extreme Unacceptable Avoid
Peningkatan kualitas mitra kerja S Extreme Unacceptable Avoid
Peningkatan kinerja para pekerja di operasional
S Extreme Unacceptable Avoid
pengeboran
Penggunaan peralatan dan teknologi yang tepat S Extreme Unacceptable Avoid
Antisipasi terjadinya stand by menunggu tools S Low Negligible Accept
Terjadinya non productive time O Extreme Unacceptable Avoid
Hari operasional lebih lama O Extreme Unacceptable Avoid
Tidak terealisasinya pengeboran sumur O Extreme Unacceptable Avoid
Terjadinya lost in hole O Medium Acceptable Reduction
Kualitas sumur tidak sesuai dengan perencanaan O Low Negligible Accept
Kendala peralatan yang rusak O High Undesirable Transfer
Kegagalan pengeboran dan dilakukan side track O Low Negligible Accept
Terjadinya stuck pipe saat operasional pengeboran H High Undesirable Transfer
Terjadinya loss sirkulasi H Medium Acceptable Reduction
Kendala kebijakan pemerintah H Low Negligible Accept
Shale problem H Low Negligible Accept
Tool problem H High Undesireable Transfer
122 JURNAL MANAJEMEN DAN KEWIRAUSAHAAN, VOL.17, NO. 2, SEPTEMBER 2015: 113125

Tabel 6
Cost Benefit Penerapan Manajemen Risiko pada Kegiatan Pengeboran
Risiko Manfaat Penerapan Manajemen Risiko Cost Reduction
Peningkatan biaya Menghindari terjadinya biaya tambahan perhari Penghematan biaya US$ 18,150.00
operasional operasional pengeboran yang tidak ada dalam perhari
perencanaan
Timbulnya biaya non Menghindari terjadinya biaya non investasi karena lost in Tidak terjadi biaya lost in hole
investasi akibat lost in hole hole sebesar US$ 783,750.73
Antisipasi terjadinya stand by Tidak terjadi lagi hari operasi tambahan karena tunggu Penghematan biaya US$ 18,150.00
menunggu tools peralatan perhari
Kendala peralatan yang rusak Mengurangi dampak biaya karena terjadi peralatan yang Penghematan biaya US$ 18,150.00
rusak perhari
Terjadinya stuck pipe saat Menghindari terjadinya kendala operasional pengeboran Tidak terjadi tambahan biaya perhari
operasional pengeboran sumur sebesar US$ 32,452.96
Terjadinya loss sirkulasi Menghindari terjadinya kendala operasional pengeboran Tidak terjadi tambahan biaya perhari
sumur sebesar US$ 32,452.96
Kendala kebijakan Antisipasi yang baik terhadap kebijakan pemerintah dapat Penghematan biaya US$ 18,150.00
pemerintah menghindari terjadinya hari tambahan karena menunggu perhari
kebijakan pemerintah.
Shale problem Menghindari terjadinya kendala operasional pengeboran Tidak terjadi tambahan biaya perhari
sumur sebesar US$ 32,452.96
Tool problem Menghindari terjadinya kendala operasional pengeboran Tidak terjadi tambahan biaya perhari
sumur sebesar US$ 32,452.96

Kegiatan pengeboran tidak akan lepas dari ri- cator (KPI) untuk setiap pekerjaan yang telah dilaku-
siko karena kegiatan pengeboran merupakan proyek kan oleh mitra kerja, dapat dijadikan strategi untuk
dengan high risk dan high cost (Rubiandini, 2012), memonitor dan menjaga kualitas pekerjaan yang dila-
sehingga yang dapat dilakukan adalah mengurangi kukan mitra kerja. Selain itu perlu juga diterapkan sis-
tingkat risiko tersebut. Hal yang dapat dilakukan ter- tem reward dan punishment untuk setiap mitra kerja
hadap risiko peningkatan biaya operasional adalah PT Pertamina EP, sehingga mitra kerja yang dianggap
dengan melakukan perencanaan biaya yang tepat de- tidak memenuhi ekspektasi perusahaan akan meneri-
ngan data price list material yang terakhir, melihat ma konsekuensi jika tidak dapat melakukan pekerja-
data kontrak yang jelas, menambah eskalasi biaya annya dengan baik. Sebaliknya ada reward khusus
untuk komponen biaya-biaya tertentu, dan memasti- bagi mitra kerja yang memiliki prestasi kerja yang
kan kegiatan pengeboran dapat berjalan sesuai de- melebihi ekspektasi sebelumnya, hal ini dinilai pen-
ngan rencana waktu yang telah dibuat. ting agar dapat memotivasi setiap mitra kerja untuk
Risiko perencanaan detil untuk satu sumur, yang bekerja lebih giat dan serius lagi terutama pada kegi-
jadi permasalahan selama ini adalah untuk satu sumur atan operasional pengeboran.
belum dilakukan mitigasi risiko untuk setiap tahapan Peningkatan kinerja para pekerja di operasional
pengeboran. Oleh karena itu strategi yang dapat dila- pengeboran juga menjadi risiko dalam kegiatan pe-
kukan adalah untuk setiap satu sumur yang akan di- ngeboran sumur. Seringkali terjadi kesalahan penem-
kerjakan harus dilakukan tahapan manajemen risiko patan sumber daya manusia terutama untuk kegiatan
secara detil. Hasil evaluasi risiko terhadap sumur-su- di lapangan. Sumber daya manusia yang dibutuhkan
mur yang sudah dikerjakan dapat dijadikan sebagai untuk kegiatan operasional pengeboran harus memili-
referensi untuk pengelolaan risiko sumur selanjutnya. ki kualifikasi yang sesuai, dan memiliki pengalaman
Perusahaan membuat standar risiko untuk proyek pe- yang cukup mengingat besarnya risiko yang berpo-
ngeboran sampai pada keputusan satu sumur layak tensi timbul. Kinerja para pekerja harus ditingkatkan
untuk dilakukan pengeboran atau tidak. melalui evaluasi berkala dan pelatihan rutin oleh PT
Kualitas mitra kerja sangat menentukan keber- Pertamina EP agar performanya terus meningkat.
hasilan pengeboran sumur secara efektif, tepat waktu, Penggunaan peralatan dan teknologi yang tepat
dan berkualitas. Oleh karena itu kedepannya PT Per- juga menentukan risiko strategi. Kesalahan penentuan
tamina EP harus selektif dalam memilih perusahaan penggunaan peralatan dan teknologi dapat berdampak
yang akan menjadi mitra kerja, terutama mengiden- buruk bagi operasional pengeboran. Demi efisiensi bi-
tifikasi track record perusahaan yang akan dijadikan asanya perusahaan tidak menggunakan peralatan dan
mitra kerja tersebut. Penerapan key performance indi- teknologi yang terbaik. Kesalahan penggunaan per-
Irawan: Analisis Peta Risiko Pengeboran di Wilayah Asset 5 PT Pertamina EP 123

alatan juga dapat membebani biaya pengeboran ke- ceeded adalah operasional yang lebih lama sehingga
seluruhan karena peralatan yang telah disewa tetapi menyebabkan biaya yang lebih besar, dan pemakaian
ketika di lapangan tetap tidak bisa digunakan, menjadi material yang lebih banyak dari perencanaan.
biaya tambahan yang tetap harus dibayarkan oleh PT Risiko carry over adalah anggaran biaya yang
Pertamina EP. melebihi anggaran tahun berjalan yang masuk pada
Dibutuhkan tingkat akurasi yang tinggi pada saat anggaran tahun selanjutnya. Hal ini terjadi karena hari
kegiatan operasional pengeboran. Antisipasi terjadi- operasi pengeboran melebihi dari waktu yang telah
nya stand by ketika menunggu tools pengeboran ha- direncanakan. Strategi yang dapat dilakukan untuk
rus dapat diatasi. Seringkali terjadi ketika lokasi sudah mengatasi hal ini adalah dengan merumuskan peren-
siap untuk dilakukan pengeboran, tools yang diguna- canaan yang tepat untuk waktu kerja pengeboran, me-
kan masih belum siap. Hal ini mengakibatkan adanya rencanakan jumlah sumur yang akan dibor dalam satu
selang waktu atau periode yang berstatus stand by dan tahun sesuai dengan kemampuan kinerja, dan mela-
mengakibatkan jumlah hari yang bertambah. kukan evaluasi terhadap pencapaian jumlah sumur
Risiko Non Productive Time (NPT) yaitu waktu yang berhasil dibor dalam satu tahun dari data yang
operasional yang tidak direncanakan dan langsung diperoleh pada tahun-tahun sebelumnya.
berpengaruh terhadap hari kerja operasional penge- Kendala peralatan yang rusak merupakan risiko
boran menjadi lebih lama dan penambahan biaya se- yang sangat sering terjadi pada kegiatan pengeboran.
hingga menyebabkan overbudget dari biaya yang su- Strategi untuk mengurangi terjadinya kendala peralat-
dah disetujui dan terjadinya keterlambatan hari opera- an yang rusak adalah melakukan quality control yang
sional. NPT yang paling sering terjadi disebabkan jelas terhadap semua peralatan yang akan digunakan.
oleh rig repair dan pipe sticking, tetapi faktor lain se- Perlu juga ditetapkan spesifikasi peralatan yang akan
perti top drive, fishing job dan remedial cementing ju- digunakan dalam kegiatan pengeboran untuk memu-
ga seringkali mengakibatkan terjadinya NPT, dahkan tahapan maintenance peralatan
Semua risiko atau kendala yang terjadi pada Terjadinya stuck pipe atau terjepitnya rangkaian
operasional pengeboran, maka dampak yang lang- pengeboran di dalam lubang sumur termasuk risiko
sung dirasakan adalah pada waktu pengeboran yang yang memiliki dampak waktu operasi pengeboran le-
menjadi lebih lama dari perencanaan. Strategi yang bih lama, biaya pengeboran lebih besar, dan ke-
dilakukan adalah perencanaan waktu yang tepat ber- mungkinan menyebabkan terjadinya biaya lost in
dasarkan pengeboran sebelumnya, penggunaan se- hole yang berpeluang menyebabkan non cost re-
mua peralatan pengeboran dalam kondisi baik, pe- covery seperti yang terjadi pada sumur TJG-HZ1. Un-
ningkatan koordinasi dan komunikasi operasional. tuk itu stuck pipe mutlak harus dihindari, dengan me-
Tidak terealisasinya pengeboran sumur merupa- lakukan perencanaan detail pada setiap program pe-
kan risiko yang disebabkan oleh kendala-kendala ngeboran. Selain itu perlu juga dipastikan penggunaan
yang terjadi baik sebelum, operasional, dan pasca pe- peralatan dalam kondisi baik dan pengawasan pe-
ngeboran. Strategi yang dapat dilakukan untuk me- kerjaan sumur yang ketat melalui metode day to day
ngurangi kejadian ini adalah membuat perencanaan operation. Hal lain yang bisa mengurangi terjadinya
jumlah sumur yang akan dibor, dengan mengacu ke- risiko stuck pipe adalah penggunaan lumpur penge-
pada kemampuan kinerja yang berdasarkan kemam- boran yang tepat dan membuat trajectory lubang su-
puan tahun-tahun sebelumnya. Strategi lain yang bisa mur yang baik.
diterapkan adalah persiapan pengeboran yang meli- Dengan adanya risk treatment yang akan dite-
batkan seluruh pihak terkait sehingga paling lambat rapkan pada kegiatan pengeboran sumur migas selan-
tiga bulan sebelum pengeboran dilakukan. Hal ini ju- jutnya, tingkat risiko pengeboran sumur dapat berge-
ga bisa mengantisipasi timbulnya salah paham yang ser dari yang extreme dan high menjadi pada tingkat
seringkali terjadi antara perusahaan dengan masyara- medium. Secara keseluruhan, sangat sulit untuk
kat sekitar. menghilangkan risiko yang terjadi pada kegiata pe-
Risiko budget exceeded adalah risiko biaya me- ngeboran yang bisa dilakukan adalah mengurangi
lebihi anggaran yang telah direncanakan atau anggar- tingkat risiko hal ini karena proyek pengeboran meru-
an ternyata tidak tersedia. Risiko ini dapat disebabkan pakan proyek yang berisiko (Rubiandini, 2012).
kegiatan operasional pengeboran yang dilakukan me- Untuk manajemen PT Pertamina EP, strategi
lebihi waktu yang telah ditentukan atau menggunakan yang dapat dilakukan untuk penerapan manajemen ri-
material dengan standar yang lebih tinggi dari yang siko pada setiap sumur pengeboran adalah sebagai be-
telah direncakan. Hal ini tentu mengakibatkan mem- rikut:
bengkaknya anggaran yang dibutuhkan. Total biaya 1. Melakukan pemetaan risiko yang lebih detail un-
yang melebihi anggaran seringkali diistilahkan over- tuk setiap tahapan kegiatan pengeboran dan anti-
budget. Faktor lain penyebab terjadinya budget ex- sipasi yang harus disiapkan.
124 JURNAL MANAJEMEN DAN KEWIRAUSAHAAN, VOL.17, NO. 2, SEPTEMBER 2015: 113125

2. Memastikan setiap sumur pengeboran sudah me- a. Risiko finansial yang terdiri atas: peningkatan bi-
lakukan manajemen risiko sampai dengan imple- aya operasional, timbulnya biaya non cost reco-
mentasi strategi respon risiko very, terjadinya budget exceeded untuk pembiaya-
3. Peningkatan kemampuan pemahaman dan pene- an sumur, pencapaian produksi lebih lama, potensi
rapan manajemen risiko pada personil kunci yang terjadinya carry over, realisasi nilai kontrak mitra
terlibat dalam operasional pengeboran seperti dril- kerja lebih cepat, timbulnya biaya non investasi
ling engineer, drilling assistant manager, dan se- akibat lost in hole.
nior operation engineer. b. Risiko strategi yang terdiri atas: perencanaan yang
4. Membentuk tim khusus di fungsi pengeboran detail untuk satu sumur, peningkatan kualitas mi-
tra kerja, peningkatan kinerja para pekerja di ope-
yang bertugas melakukan perencanaan, pelaksana-
rasional pengeboran, penggunaan peralatan dan
an, pengawasan, dan evaluasi manajemen risiko teknologi yang tepat, dan antisipasi terjadinya
yang dipimpin oleh seorang drilling risk engineer. stand by ketika menunggu tools siap.
Tim ini akan memberikan hasil analisis risiko c. Risiko operasional yang terdiri atas: terjadinya non
yang sangat terukur sehingga dapat memberikan productive time, hari operasional lebih lama, tidak
manfaat langsung bagi organisasi dalam pengelo- terealisasinya pengeboran sumur, terjadinya lost in
laan risiko lebih lanjut, misal meminimalkan non hole, kualitas sumur tidak sesuai dengan peren-
productive time di operasional pengeboran atau canaan, kendala peralatan yang rusak, kegagalan
menghilangkan inefisiensi pada setiap tahapan pengeboran dan dilakukan side track.
pengeboran secara keseluruhan. Dengan pengu- d. Risiko hazard yang terdiri atas: terjadinya stuck
kuran tersebut penanganan risiko akan lebih mu- pipa saat operasional pengeboran, terjadinya loss
dah sehingga dapat meningkatkan kinerja opera- sirkulasi, kendala kebijakan pemerintah, shale
sional pengeboran, serta dapat mengurangi biaya problem, tool problem.
pengelolaan risiko secara keseluruhan.
5. Perusahaan dapat membuat limit finansial risiko Dari 24 risiko tersebut, setelah dihitung tingkat
operasional pada kegiatan pengeboran. Perusaha- risiko dan dipetakan, maka terdapat delapan risiko pa-
an harus menyusun profil kerugian risiko opera- da tingkat ekstrim, lima risiko tinggi, lima risiko se-
dang, dan enam risiko rendah. Implikasi yang disam-
sional yang berpeluang terjadi dengan memban-
paikan dari hasil penelitian ini adalah PT Pertamina
dingkan probabilitas risiko yang akan terjadi de- EP dapat menerapkan manajemen risiko pada setiap
ngan risiko yang diambil perusahaan (Muslich, sumur pengeboran yang akan dilakukan mulai dari ta-
2007). hap pemetaan sampai strategi untuk respon risiko se-
hingga risiko yang terjadi dapat diminimalkan. SKK
Untuk SKKMigas sebagai regulator pelaksanaan Migas dapat mempertimbangkan untuk memasukkan
kegiatan hulu minyak dan gas di Indonesia dalam biaya antisipasi terjadinya risiko pada kegiatan pe-
rangka meminimalisisr risiko pada proyek pengebor- ngeboran, yang sebelumnya tidak dapat dimasukan ke
an, strategi yang dapat dilakukan adalah: dalam biaya AFE. SKK Migas dapat menerapkan ke-
1. Mewajibkan kepada seluruh kontraktor Kontrak pada semua KKS yang terlibat dalam kegiatan penge-
Kerja Sama (KKS) untuk menerapkan proses ma- boran migas untuk melakukan analisis risiko untuk
najemen risiko pada setiap kegiatan pengeboran. setiap pengajuan usulan kegiatan pengeboran untuk
2. Setiap kegiatan operasional pengeboran harus di- menghindari terjadinya overbudget biaya AFE dan
lengkapi dengan data tingkat risiko dan strategi terjadinya non cost recovery. Saran penelitian selan-
untuk merespon risiko. jutnya agar menganalisis tahap eksploitasi dan eva-
3. Mewajibkan kepada semua KKS untuk membuat luasi kinerja pengeboran dengan melakukan analisis
perencanaan waktu dan biaya pengeboran yang te- yang lebih detail lagi terhadap risiko yang terjadi pada
pat, dengan mengacu pada sumur-sumur yang su- setiap tahapan pengeboran.
dah dibor sebelumnya mempertimbangkan antisi-
Daftar Referensi
pasi risiko yang sering terjadi.
Basel Committee on Banking Supervision. (2004).
Simpulan dan Implikasi Principles for the management and supervision
of interest rate risk. Basel (SWZ): Bank for
Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan pe- International Settlements.
nelitian yang telah dilakukan, maka simpulan yang Bernstein, L. & Wild, J. J. (1998). Financial state-
dapat diambil adalah identifikasi risiko pengeboran ment analysis: Theory, applications, and inter-
didapatkan 24 (dua puluh empat) risiko yang dike- pretation. 6th Ed. New York (US): McGraw-
lompokkan dalam empat kategori: Hill.
Irawan: Analisis Peta Risiko Pengeboran di Wilayah Asset 5 PT Pertamina EP 125

Crawley, F. K. & Grant, M. M. (1997). Concept risk Pertamina EP. (2013). Pedoman manajemen risiko
assessment of offshore hydrocarbon production pertamina ep. Jakarta (ID): Pertamina EP.
installations. Journal Transactions of the Insti- Rettedal, W. K, Aven, T., & Gudmestad, O. T.
tute of Chemical Engineers, 75(3), 159166. (2000). Integrating QRA and SRA methods wi-
Cross, R. & Ballesio, J. (2003). A quantitative risk thin a bayesian framework when calculating risk
assessment model for oil tankers. Journal Tran- in marine operations: Two examples. Journal of
sactions-Society of Naval Architects and Marine Offshore Mechanics and Arctic Engineering,
Engineers, 111(1), 608 623. 122(3), 181187.
Dowd, P. A. (2003). The assessment and analysis of Rubiandini, R. (2012). Rancangan teknik pengeboran
financial, technical and environmental risk in dan komplesi. Bandung (ID): ITB.
mineral resource exploitation in deposit and geo- Saaty, T. S. & Vargas, L. G. (2006). Decision making
environmental models for resource exploitation with the analytic network process. New York
and environmental security. Journal NATO (US): Springer.
Science Series, 2(80), 187221. Septrida, R. R. (2013). Penerapan manajemen risiko
Flanagan, R. & Norman, G. (1993). Risk management keuangan pada PT United Tractors Semen Gre-
and construction. Oxford (UK): Blackwell sik. Thesis Tidak Dipublikasikan. Yogyakarta
Scientific. (ID): Universitas Gadjah Mada.
Godfrey, P. S. (1996). Control of risk: A guide to the SKK Migas [Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiat-
systematic management of risk from construc- an Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi]. (2013).
tion. London (UK): CIRIA. Statistik Produksi Migas. Diunduh 22 Juli 2014,
Harianto, A. & Susanto, D. (2008). Evaluasi terhadap dari http://www.skkmigas.go.id/statistik/statistik
non productive time pada operasi pengeboran - produksi.
sumur minyak dan gas bumi dengan mengguna- Siu, N. (1994). Risk assessment for dynamic systems:
kan total quality management tool. Thesis Tidak An overview. Journal Realibility Engineering
Dipublikasikan. Yogyakarta (ID): Universitas and System Safety, 43(1), 4373.
Gadjah Mada. Sundja, A. & Hanafiah, A. (2009). Analisa risiko in-
Kaplan, S. & Garrick, B. J. (1981). On the quantita- vestasi pengeboran migas area Sumatera. Simpo-
tive definition of risk. Journal Risk Analysis, sium Nasional IATMI, 1(1), 14.
1(1), 1127. Sutanto, S. (2012). Desain enterprise risk manage-
Kardono, B. (2008). Analisis risiko operasional pada ment berbasis iso 31000 bagi Duta Minimarket
aktivitas pengeboran di enduro petroleum. di Situbondo. Jurnal Ilmiah Mahasiswa Univer-
Thesis Tidak Dipublikasikan. Yogyakarta (ID): sitas Surabaya 1(1), 118.
Universitas Gadjah Mada. Susilo, L. J. & Kaho, V. R. (2010). Manajemen risiko
Khan, F. I., Sadiq, R., & Husain, T. (2002). Risk berbasis iso 31000 untuk industri non per-
based process safety assessment and control bankan. Jakarta (ID): PPM.
measures design for offshore process facilities. Utama, Y. P. Y. (2009). Manajemen risiko di PT
Journal of Hazardous Materials, 94(1), 136. Industri Kereta Api (persero) untuk menghadapi
Laycock, M. (1998). Analysis of mishandling losses ketidakpastian supply chain. Thesis Tidak Dipu-
and processing errors. Operational risk and blikasikan. Surabaya (ID): Institut Teknologi Se-
financial institutions. London (UK): Risk Publi- puluh Nopember.
cations. Wasisto, A. W. (2013). Manajemen risiko pada unit
Liu, J. & Wang, R. (2010). Comprehensive evalua- bisnis yayasan (studi kasus: di Samboja Lodge).
tion of drilling risk based on unascertained mea- Thesis Tidak Dipublikasikan. Bogor (ID): Insti-
surement. Proceedings of the Second Internatio- tut Pertanian Bogor.
nal Symposium on Networking and Network Se- Wiryani. (2013). Pemetaan risiko di industri penya-
curity, 1(1), 170173. makan kulit dengan pendekatan erm. Thesis Ti-
Pertamina. (2012). The Drilling Way, Drilling Quality dak Dipublikasikan. Bogor (ID): Institut Per-
Management. Jakarta (ID): Pertamina. tanian Bogor.

Anda mungkin juga menyukai