Anda di halaman 1dari 75

BAB I

PENDAHULUAN

Infeksi adalah ketidak-mampuan organ-organ yang terlibat dalam proses


pencernakan untuk membuang zat-zat sisa melalui jalan yang normal akibat masuknya
zat asing ke dalam organ-organ pencernakan. Karenanya zat sisa tersebut terbawa oleh
darah, menembus jaringan, kemudian mengendap pada lokasi yang tak menentu dari
tubuh.
Obat antiinfeksi merupakan senyawa yang digunakan untuk pengobatan
penyakit infeksi yang disebabkan oleh spesies tertentu (serangga, metazoa, protozoa,
bakteri, riketsia atau virus).
Beberapa obat antiinfeksi yaitu : Antiinfeksi lokal /setempat (=germisida),
Antifungi/ Antijamur,Antiseptik saluran seni/kemih,Antituberkulosa, Antiamuba,
Anthelmintik dan Antivirus. Yang masing-masing akan dijelaskan satu persatu pada bab
pembahasan.

1
BAB II
PEMBAHASAN

HUBUNGAN STRUKTUR AKTIVITAS OBAT ANTIINFEKSI


Obat antiinfeksi adalah senyawa yang dapat digunakan untuk pengobatan
penyakit infeksi yang disebabkan oleh spesies tertentu dari golongan serangga, metazoa,
protozoa, jamur, bakteri, riteksia atau virus.
Berdasarkan kegunaanya obat infeksi dibagi menjadi beberapa kelompok, yaitu
ektoparasitisida obat antiinfeksi setempat (antiseptika dan desinfenfektan), anthelmintik,
obat antimikobakteri (antituberkulosis dan antilepra), antiseptik saluran seni, obat anti
jamur, obat antivirus dan obat antiprotozoa (antiamuba, antileismania, antitrikomonas,
antitripanosoma dan antimalaria).

A. OBAT ANTIINFEKSI SETEMPAT


Obat antiinfeksi setempat adalah senyawa yang digunakan secara setempat
untuk menghambat pertumbuhan atau membunuh mikroorganisme, baik pada
jaringan hidup maupun jaringan mati.
Obat antiinfeksi setempat dibagi menjadi 2 kelompok, yaitu antiseptika dan
desinfektan.
Antiseptika adalah senyawa kimia yang digunakan untuk menghambat
pertumbuhan atau membunuh mikroorganisme pada jaringan hidup, mempunyai
efek membatasi dan mencegah infeksi agar tidak menjadi lebih parah. Antiseptika
digunakan pada permukaan mukosa, kutan dan luka yang terinfeksi. Antiseptika
yang ideal adalah dapat menghambat pertumbuhan dan merusak sel-sel bakteri,
spora bakteri jamur, virus dan protozoa, tanpa merusak jaringan tubuh.
Antiseptika digunakan dalam bentuk sediaan tunggal atau digabungkan
dengan detergen, sabun, serbuk tabur, deodoran dan pasta gigi. Pada penggunaan
secara setempat, obat kadang-kadang menyebabkan iritasi kulit atau mukosa, dan
menimbulkan reaksi alergi atau dermatitis. Bila terserap obat menimbulkan
toksisitas sistemik.
Desinfektan adalah senyawa kimia yang digunakan untuk membunuh
mikroorganisme (bakterisid), biasanya pada benda mati, dan dengan cepat
menghasilkan efek letal yanng tak terpulihkan.

2
Desinfektan digunakan secara luas untuk sanitasi rumah atau rumah sakit.
Antiseptika dan desinfektan dapat merusak sel dengan cara koagulasi atau
denaturasi protein protoplasma sel, atau menyebabkan sel mengalami lisis, yaitu
dengan mengubah struktur membran sel sehingga menyebabkan kebocoran isi sel.

Mekanisme Kerja
Mekanisme kerja senyawa antiseptika dan desinfektan sangat beragam dan
secara skematik dapat dilihat pada Gambar 1.

Gambar 1. Gambaran skematik mekanisme kerja dan sasaran utama antiseptika


dan didefinisikan disinfektan.

Mekanisme kerja antiiseptika dan desinfektan dikelompokkan sebagai berikut :


1. Penginaktifan enzim tertentu
Penginaktifan enzim tertentu adalah mekanisme umum dari senyawa antiseptika
dan desinfektan, seperti turunan aldehida, amina, karbanilida, etilen oksida,
halogen, senyawa merkuri dan senyawa-senyawa amonium kuartener.

3
Aldehida dan etilen oksida bekerja denggan mengalkilasi secara langsung
gugus nukleofil seperti gugus-gugus amino, karboksil, hidroksil, fenol dan tiol
dari protein sel bakteri.
Reaksi alkilasi di atas dijelaskan sebagai berikut :
R CHO + ROH R CH OR
OH
Aldehida Gugus nukleofil (hidroksil)
H 2C
+ ROH ROCH2CH2OH
O
H 2C
Etilen Oksida
Reaksi alkilasi tersebut menyebabkan pemblokan sisi aktif dan pengubahan
konformasi enzim sehingga terjadi hambatan pertumbuhan sel bakteri.
Klorin dan senyawa terklorinasi (klorofor) akan berubah menjadi asam
hipoklorit (HOCl) yang dapat :
a. Mengikatkan Cl pada bagian protein,
b. Menghasilkan asam hidroklorida (HCl) dan oksigen nasen (O), yang
kemudian mengoksidasi gugus SH enzim penting tertentu atau konsituen
sel bakteri.
Akibarnya protein dan enzim tidak dapat berfungsi secara normal dan bakteri
mengalami kematian.
Mekanisme kerja klorin dan klorofor dijelaskan sebagai berikut :

Iodin secara langsung dapat mengadakan iodinasi rantai polipeptida protein sel
bakteri. Mengoksidasi gugus tirosin dan sulfhidril protein, dan menyebabkan
penginaktifan protein enzim tertentu sehingga bakteri mengalami kematian.
Mekanisme reaksinya dijelaskan sebagai berikut :

4
2. Deneturasi protein
Turunan alkohol, halogen dan halogenofor, senyawa merkuri, peroksida,
turunan fenol dan senyawa amonium kuartener bekerja sebagai antiseptik dan
desinfektan dengan cara denaturasi dan koagulasi protein sel bakteri.
Turunan alkohol dapat menimbulkan denaturasi protein sel bakteri dan
proses tersebut memerlukan air. Hali ini ditunjang oleh fakta bahwa alkohol
absolut, yang tidak mengandung air, mempunyai aktivitas antibakteri jawuh
lebih rendah dibanding alkohol yang mengandung air. Selain itu turunan alkohol
juga menghambat sistem fosforilasi dan efeknya terlihat jelas pada mitokondria,
yaitu pada hubungan substrat-nikotinamid adenin dinukleotida (NAD).
Senyawa merkuri, pertama-tama membentuk ion R-Hg+ , dan kemudian
bereaksi membentuk ikatan kovalen dengan gugus tiol enzimatik sel (misal pada
sistein dan glutation) melalui pembentukan merkaptid.
Mekanisme reaksinya dijelaskan sebagai berikut :

Turunan fenol berinteraksi dengan sel bakteri melalui proses adsorpsi


yang melibatkan ikatan hidrogen. Pada kadar rendah terbentuk kompleks
protein-fenol dengan ikatan yang lemah dan segera mengalami peruraian, diikuti
penetrasi fenol ke dalam sel dan menyebabkan presipitasi serta denaturasi
protein. Pada kadar tinggi fenol menyebabkan koagulasi protein dan sel
membran mengalami lisis.
Turunan Peroksida adalah senyawa pengoksida dan kerjanya tergantung
pada kemampuan pelepasan oksigen aktif. Reaksi oksidasi ini mampu
membunuh banyak mikroorganisme.
Senyawa perak, mekanisme kerjanya mirip dengan senyawa merkuri, yaitu :
a. Ion perak berinteraksi dengan protein bakteri, menyebabkan terjadinya
presipitasi protoplasma bakteri sehingga bakteri mengalami kematian.

5
b. Pemecahan dan ionisasi perak proteinatum, menghasilkan ion dengan efek
bakteriostatik ringan dan masa kerja yang panjang.
Ion perak menimbulkan efek antibakteri karena dapat berinteraksi dengan
gugus-gugus amino, karboksil, fosfat dan tiol, membentuk kompleks yang tidak
larut dengan ARN, ADN, riboflavin dan lain-lain makromolekul dalam sel
bakteri. Bentuk kompleks ion perak dengan guanosin 3-monofosfat dan
riboflavin digambarkan sebagai berikut :

Senyawa amonium kuarterner, merupakan kation aktif yang dapat


berinteraksi dengan gugus snion sel bakteri membentuk kompleks yang stabil,
sehingga terjadi kekacauan membran sel, denaturasi protein dan penghambatan
enzim. Pada kadar optimal senyawa dapat menyebabkan sel mengalami lisis.
Pada kadar yang lebih tinggi senyawa tidak menyebabkan lisis tetapi terjadi
denaturasi protein enzim bakteri.
3. Mengubah permeabilitas membran sel bakteri
Ini adalah model kerja turunan amin dan guanidin, turunan fenol dan
senyawa amonium kuartener. Dengan mengubah permeabilitas membran sel
bakteri, senyawa-senyawa di atas menimbulkan kebocoran konstituen sel yang
esensial sehingga bakteri mengalami kematian.
Klorheksidin, suatu kation aktif, dapat berinteraksi dengan gugus-gugus
yang bermuatan negatif pada dinding sel bakteri, menghasilkan netralisasi
muatan, obat kemudian diadsorpsi dan menyebabkan kerusakan dinding sel.
Selain mekanisme kerja di atas klorheksidin juga menyebabkan presipitasi
protein plasma sel bakteri.
4. Interakalasi ke dalam ADN
Beberapa zat warna, seperti turunan trifenilmetan dan akridin, bekerja
sebagai antibakteri dengan mengikat secara kuat asam nukleat, menghambat
sintesis ADN dan menyebabkan perubahan kerangka mutasi pada sintesis
protein.

6
Turunan trifenilmetan, seperti gentian violet, dan turunan akridin,
seperti akriflavin, adalah kation aktif, dapat berkompetisi dengan ikatan
hidrogen membentuk kompleks yang tak terionisasi dengan gugus bermuatan
negatif dari konstituen sel, terjadi pemblokan proses biologis yang penting untuk
kehidupan bakteri sehingga bakteri mengalami kematian.
5. Pembentukan kelat
Beberapa turunan fenol, seperti heksaklorofen dan oksikuinolin, dapat
membentuk kelat dengan ion Fe dan Cu, kemudian bentuk kelat tersebut
dialihkan ke dalam sel bakteri. Kadar yang tinggi dari ion-ion logam di dalam
sel menyebabkan gangguan fungsi enzim-enzim sehingga mikroorganisme
mengalami kematian.
6. Antiseptika
Senyawa yang mempunyai aktivitas antiseptik dapat dibagi menjadi
beberapa kelompok, yaitu turunan alkohol, amidin dan guanidin, zat warna,
halogen, senyawa merkuri, senyawa fenol, senyawa amonium kuartener,
senyawa perak dan turunan lain-lain.
a. Turunan Alkohol
Turunan alkohol terutama digunakan untuk :
1) Antiseptik pada pembedahan dan pada kulit, contoh : etanol dan isopropil
alkohol,
2) Pengawet, contoh : benzil alkohol, fenetil alkohol dan klorbutanol,
3) Mensterilkan udara, dalam bentuk aerosol, contoh : etilen glikol, propilen
glikol dan trimetilen glikol.
Hubungan struktur dan aktivitas
1) Pada turunan alkohol alifatik, dengan bertambahnya jumlah atom C,
kelarutan senyawa dalam air akan menurun dan kelarutan dalam lemak
meningkat. Hal ini menyebabkan kemampuan penetrasi ke dalam
membran sel bakteri meningkat sehingga meningkat pula aktivitas
antiseptiknya, sampai pada jumlah atom C tertentu.
2) Adanya percabangan dapat meningkatkan dapat meningkatkan kelarutan
dalam air dan menurunkan kelarutan dalam lemak sehingga penembusan
membran sel menurun dan aktivitasnya juga menurun. Contoh : alkohol
primer lebih aktif dibanding alkohol sekunder, dan alkohol sekunder lebih
aktif dibanding alkohol tersier.
3) Adanya ikatan rangkap mempunyai efek serupa dengan adanya
percabangan. Contoh : alialkohol mempunyai aktivitas antibakteri yang
lebih rendah dibanding n-propilalkohol.

7
Turunan alkohol yang sering digunakan sebagai antiseptik adalah etil
alkohol dan isopropil alkohol.
a) Etil alkohol (etanol), CH3CH2OH, mempunyai kerja bakterisid yang
cepat dan digunakan sebagai antiseptik kulit. Etil alkohol juga
digunakan sebagai pengawet, adstringen, pendingin (kompres),
hipnotik ringan dan sebagai pelarut eliksir atau minuman. Etil alkohol
efektif sebagai antiseptik pada kadar 60-95%, dan aktivitas
bakterisidnya optimal pada kadar 70%.
b) Isopropil alkohol, CH3CH2CH2OH, mempunyai aktifitas bakterisid
lebih besar dibanding etil alkohol, karena lebih efektif dalam
menurunkan tegangan permukaan sel bakteri dan denaturasi protein.
Isopropil alkohol efektif sebagai antiseptik pada kadar 50-95%.
Larutan 40% daya antiseptiknya sama dengan larutan 60% etanol.
b. Turunan Amidin dan Guanidin
Contoh : klorheksidin glukonat dan klorheksidin asetat.
Klorheksidin adalah senyawa kationik, terutama digunakan sebagai
antiseptik kulit sebelum operasi, antiseptik luka dan desinfektan alat-alat
bedah. Klorheksidin efektif terhadap bakteri Gram positif, gram negatif dan
jamur, terhadap spora bakteri hanya efektif pada suhu tinggi.
Dosis : klorheksidin glukonat, larutan 4% dalam air atau larutan 0,5% dalam
70% isopropil alkohol. Klorheksidin asetat, larutan 0,02-0,5% dalam air,
gliserin atau 70% alkohol.

c. Zat warna
Golongan zat warna dapat dibagi menjadi 2 kelompok yaitu turunan akridin
dan turunan difenilmetan.
1) Turunan Akridin
Contoh : akriflavin, aminakrin HCl dan proflavin.
Turunan akridin adalah senyawa kation aktif, digunakan sebagai antiseptik
setempat pada permukaan mukosa kulit dan antiseptik luka. Turunan ini
efektif terhadap bakteri gram positif dan gram negatif.
Hubungan struktur dan aktivitas
a) Aktivitas antibakteri turunan akridin tergantung pada derajat ionisasi
senyawa.

8
3-aminoakridin dan 9-aminoakridin bersifat lebih basa disbanding
turunan aminoakridin yang lain karena terjadi stabilisasi resonansi dari
bentuk terprotonasi. Bentuk terionisasinya makin besar (91% dan
100%) sehingga makin efektif interaksinya dengan gugus anion protein
sel bakteri.
Bentuk resonansi dari 3 dan 9-aminoakridin dijelaskan sebagai berikut :

b. Turunan akridin juga memerlukan bentuk dan ukuran molekul tertentu


serta kedudukan planar untuk menimbulkan aktivitas antibakteri
maksimal.
2) Turunan Trifenilmetan
Contoh : gentian violet dan malachite green.
Larutan 1-2% dari gentian violet digunakan secara setempat untuk
pengobatan kandidiasis (infeksi Candida albicans) pada vagina dan mulut
bayi.

Hubungan struktur dan aktivitas


a. Bila salah satu gugus fenil dihilangkan aktivitasnya akan menurun.
b. Untuk aktivitas optimal diperlukan adanya gugus dimetilamino atau
dietilamino. Bila gugus tersebut diganti dengan gugus amonium kuartener
atau gugus lain, aktivitasnya akan menurun.

d. Halogen dan Halogenofor


Halogen adalah kompleks antara halogen dengan senyawa organik.
Kompleks klorin dan iodin dengan senyawa organik dinamakan klorofor dan
iodofor. Halogen dan halogenofor digunakan sebagai antiseptik dan
desinfektan.

9
Klorin dan klorofor terutama digunakan sebagai desinfektan air, seperti
air minum dan air kolam renang, sedang iodin dan iodofor untuk antiseptik
kulit sebelum pembedahan dan antiseptik luka.
Contoh senyawa yang mengandung klorin : dioksida, kloroksilenol,
oksiklorosen, natrium dan kalsium hipoklorit, dan triklosan.
Contoh senyawa yang mengandung iodin : larutan iodium, tingtura iodii dan
povidon-iodin.

e. Senyawa Merkuri
Senyawa merkuri dibagi menjadi dua kelompok, yaitu :
1) Merkuri anorganik, contoh : merkuri klorida (HgCl2), merkuro klorida
(kalomel=Hg2Cl2), merkuri oksida (HgO) kuning dan merkuri amonium
klorida (NH2HgCl).
2) Merkuri organik, contoh : fenilmerkuri nitrat, merbromin (merkurokrom),
nitromersol dan timerosal.
Senyawa merkuri mempunyai aktivitas antiseptik dan disinfektan. Merkuri
anorganik bersifat toksik dan menimbulkan iritasi kulit sehingga sekarang
jarang digunakan sebagai antiseptik, tetapi masih digunakan sebagai
pengawet dalam industri. Senyawa merkuri organik dapat melepaskan ion
merkuri secara perlahan-lahan sehingga efek samping (toksisitas dan iritasi)
yang lebih kecil dibanding senyawa merkuri anorganik.
Contoh :
1) Mebromin, adalah kompleks organik merkuri yang pertama kali
digunakan sebagai antiseptik. Merupakan zat warna merah yang mudah
larut dalam air digunakan dalam bentuk larutan dengan kadar 2%, untuk
antiseptik kulit dan luka.

10
2) Nitromersol, terutama efektif terhadap kokus gram positif. Efek iritasi
obat terhadap kulit dan mukosa rendah. Nitromersol digunakan untuk
antiseptik kulit dan mata dalam bentuk larutan dengan kadar 1 : 500.
f. Senyawa fenol
Contoh : fenol, para-klorfenol, diklorofen, resorsinol, timol, eugenol,
heksaklorofen dan polikresulen (Albothyl).
Turunan fenol mempunyai efek antiseptik, anthelmintik, anestetik,
keratolitik, kaustik dan bekerja dengan mengendapkan protein sel bakteri.
Turunan ini terutama digunakan sebagai antiseptik, disinfektan, anthelmintik
dan keratolitik.
Hubungan struktur dan aktivitas
1) Fenol sendiri mempunyai efek antiseptik. Peningkatan sifat lipofil turunan
fenol akan meningkatkan aktivitas antiseptiknya.
2) Pemasukan gugus halogen, seperti klorin dan bromin, ke inti fenol akan
meningkatkan aktivitas antiseptik. Aktivitas ini lebih meningkat bila
jumlah halogen yang dimasukkan bertambah.
3) Pemasukan gugus nitro dapat meningkatkan aktivitas antiseptik sampai
derajat yang moderat.
4) Pemasukan gugus asam karboksilat dan asam sulfonat menurunkan
aktivitas antiseptik karena dapat meningkatkan kelarutan dalam air dan
menurunkan kelarutan dalam lemak sehingga penembusan ke membran sel
bakteri menurun.
5) Pemasukan gugus alkil ke dalam struktur fenol, kresol, resorsinol dan lain-
lain, akan meningkatkan aktivitas antibakteri dan menurunkan
toksisitasnya.
6) Pemasukan gugus alkoksi juga meningkatkan aktivitas antiseptik fenol.
Pada beberapa kasus peningkatan aktivitas antibakteri diikuti dengan
penurunan toksisitas.
Koefisien fenol beberapa turunan fenol terhadap E.typhosa dan S.aureus

11
g. Disinfektan
Disinfektan dapat dibagi menjadi empat kelompok yaitu turunan
aldehida, turunan klorofor, senyawa pengoksida dan turunan fenol.
a. Turunan AldehidaContoh : formaldehid, paraformaldehid dan
glutaraldehid.
1) Larutan formaldehid (Solutio formaldehyde, Formalin), mengandung
formaldehid (HCOH) 37%, mempunyai efek antibakteri dengan kerja
yang lambat. Larutan formaldehiddigunakan untuk disinfektan
ruangan, alat-alat dan baju dengan kadar 1 : 5000. Larutan formaldehid
dalam air atau alkohol digunakan untuk mengeraskan kulit, mencegah
keringat yang berlebihan dan untuk disinfektan tangan.
2) Paraformaldehid, didapat dengan cara menguapkan larutan
formaldehid, dibuat untuk lebih memudahkan pengangkutan.
Penggunaannya serupa dengan formalin. Formalin dan
paraformaldehid mempunyai bau kurang menyenangkan dan bila
terhisap sangat merangsang.
3) Glutaraldehid, digunakan untuk untuk sterilisasi larutan atau
peralatan pembedahan yang tidak dapat disterilkan dengan pemanasan.
Senyawa ini mempunyai keuntungan karena tidak berbau dan efek
iritasi terhadap kulit dan mata lebih rendah dibanding formalin atau

12
paraformaldehid. Larutan glutaraldehid 2% efektif sebagai antibakteri
dan spora bila didapar pada Ph 7,5 8,5.

b. Turunan Klorofor
Contoh : kloramin T, dikloramin T, klorin, halazon dan sodium hipoklorit.
1) Kloramin T, mengandung klorin aktif 11,6 13%. Larutan dalam air
secara lambat terurai membentuk NaOCl dan melepas klorin yang aktif
sebagai antiseptik dan disinfektan. Efek iritasinya lebih rendah
dibanding larutan hipoklorit. Larutan kloramin T 0,1% digunakan
sebagai antiseptik membran mukosa, sedang larutan 1% untuk
mencuci muka.
2) Dikloramin T, mengandung klorin aktif 28 30%, kelarutan dalam air
rendah sehingga penggunaannya terbatas.
3) Halazon, dalam bentuk garam Na untuk sterilisasi air minum.

c. Senyawa Pengoksidasi
Contoh : hidrogen peroksida, benzoil peroksida, karbamid peroksida,
kalium permanganat dan sodium perborat.
1) Hidrogen peroksida (H2O2), adalah senyawa pengoksidasi yang
sering digunakan sebagai antimikroba. Oleh kerja enzim katalase,
hidrogen peroksida mengalami peruraian melepaskan oksigen, yang
aktif sebagai pencuci. Hidrogen peroksida digunakan untuk mencuci
luka dan penghilang bau badan, dengan kadar 1-3%.
2) Benzoil peroksida (C6H5-COOOC-C6H5), dalam air melepaskan
hidrogen peroksida dan asam benzoat. Benzoil peroksida digunakan
sebagai antiseptik dan keratolitik untuk pengobatan kukul (acne),
dalam bentuk lotion 5-10%.
3) Karbamid peroksida (Urea peroksida), (NH2)2CO.H2O2),
mengandung 34% H2O2 atau 16% O2. Larutan karbamid peroksida

13
dalam air secara perlahan-lahan melepaskan H2O2, dan digunakan
untuk antiseptik pada telinga dan pada kuku.
4) Kalium permanganat dan sodium perboat digunakan sebagai
disinfektan dan antiseptik karena sifat aksidasinya. Pada umumnya
kedua senyawa di atas digunakan untuk pemakaian setempat dalam
bentuk larutan dalam air.
d. Turunan Fenol
Contoh : kresol, klorokresol, kreosot, betanaftol, timol dan klorotimol.

B. OBAT ANTIMIKROBA
Obat antimikrobakteri adalah senyawa yang digunakan untuk pengobatan
penyakit parasit yang disebabkan oleh mikobakteri. Ada dua spesies mikobakteri
yang sangat penting dalam klinik yaitu Mycobacterium tuberculosis dan M.leprae.
Obat antimikrobakteri dibagi menjadi dua kelompok, yaitu obat
antituberkulosis dan antilepra.
1. Obat Antituberkulosis
Tuberculosis adalah penyakit yang disebabkan oleh Mycobacterium
tuberculosis, suatu basil Gram-Positif. Basil mikobakteri ini sangat sukar
dibunuh dan sesudah pengobatan kemoterapi eliminasi basil dari tubuh sangat
pelan sehingga pengobatan infeksi mikobakteri memerlukan waktu cukup
panjang.
2. Mekanisme kerja
Etambutol, isoniazid dan tiasetazon mempunyai sifat sebagai ligan
yang dapat membentuk kelat dengan logam-logam yang diperlukan untuk
pertumbuhan mikroorganisme. Meskipun demikian sifat diatas tidak selalu dapat
menjelaskan mekanisme kerja beberapa obat antituberkulosis lain.
Banyak obat antituberkulosis yang bekerja dengan menghambat biosintesis
dinding sel mikobakteri, protein atau asam nukleat.
a. Menghambat biosintesis dinding sel mikobakteri
Penghambat biosintesis dinding sel menyebabkan kelemahan jaringan
dinding sel mikobakteri, terjadi kerusakan membrane sel diikuti dengan
pecahnya sel karenalisis osmotic sehingga mikroorganisme mengalami
kematian. Obat yang bekerja dengan mekanisme di atas adalah sikloserin dan
isoniazid.
Sikloserin, adalah struktur analog D-alanin, bekerja dengan
menghambat secara kompetitif dua dari tiga enzim yang terlibat dalam
penggabungan D-alanin kedalam prekusor dinding sel, UDP-MurNAc-

14
pentapeptida, yaitu enzim alanin rasemase dan D-alanin:D-alanin sintetase.
Afinitas enzim-enzim di atas terhadap sikloserin 100 kali lebih besar
disbanding terhadap substrat normal
Mekanisme kerja sikloserin dijelaskan secara skematik sebagai berikut :

Isoniazid, bekerja secara aktif dengan menghambat biosintesis asam mikolat


dinding sel, kekosongan asam mikolat menyebabkan struktur dinding sel
menjadi lemah dan kemudian pecah sehingga mikobakteri mengalami
kematian.
b. Menghambat biosintesis protein
Protein adalah komponen yang penting dalam sistem kehidupan
mikobakteri. Penghambatan biosintesis protein dapat menyebabkan kematian
mikobakteri.
Asam p-aminosalisilat dan turunan pra-obatnya, menghambat
biosintesis protein dengan mekanisme kerja mirip sulfonamide, yaitu secara
penghambatan bersaing dengan asam p-aminobenzoat.
Pirazinamid, etionamid dan protionamid, menghambat sintesis
peptide dengan memblok penggabungan asam-asam amino yang mengandung
sulfur, seperti sistein dan metionin. Kekurangan protein esensial di atas dapat
menyebabkan kematian mikobakteri.
Kanamisin dan streptomisin, bekerja dengan mengikat ribosom
sehingga menghambat biosintesis protein dan menyebabkan kematian
mikrobakteri.
Viosin, secara aktif mempengaruhi proses pembelahan sel dengan cara
menghambat biosintesis protein dan mempengaruhi perpanjangan rantai
polipeptida sehingga sel menjadi pecah dan mikobakteri mengalami
kematian.
c. Menghambat biosintesis asam nukleat
Asam nukleat berperan penting pada proses pembelahan sel.
Penghambatan biosintesis asam nukleat dapat menyebabkan kematian
mikroorganisme.
Etambutol, mempunyai struktur mirip dengan poliamin dan
mempunyai sifat dapat membentuk kelat dengan kation divalen. Pembentukan
kompleks tersebut mempengaruhi fungsi poliamin sel, seperti spermidin dan

15
spermin, yang terlibat dalam memelihara keutuhan asam nukleat, sehingga
terjadi hambatan biosintesis protein, AND dan ARN.
Rifampisin, dapat menghambat biosintesis ARN bakteri dengan
mengikat secara kuat subunit beta enzim AND-directed ARN polymerase
(DDRP), mencegah pengikatan enzim pada AND sehingga terjadi pemblokan
pada tahap awal transkripsi ARN.
Berdasarkan Struktur kimianya obat antituberkulosis dibagi menjadi lima
kelompok yaitu, turunan salisilat, turunan hidrazida, turunan amida heterosiklik,
golongan antibiotika dan golongan lain-lain.
a. Turunan salisilat
Contoh : para-amino salisilat (PAS), PAS Na, PAS K, Benzoilpas Ca,
pashidrazid dan fenilamino salisilat.
Para-amino salisilat, merupakan obat pertama untuk pengobatan tuberculosis,
biasanya dikombinasi dengan isonizid dan streptomisin. Absorpsi obat dalam
saluran cerna cepat dan sempurna. Kadar plasma maksimal obat dicapai setelah
1 jam pemberian secara oral,dengan waktu paro biologis 2 jam. Dosis : 3g 4
dd.

Bentuk kelat etambutol dengan kation divalent

Hubungan struktur dan aktivitas turunan p-amino salisilat

Studi modifikasi struktur menunjukan bahwa aktivitas antituberkulosis


maksimum dicapai bila gugus hidroksi berada pada posisi 2 dan gugus amino bebas
pada posisi 4.
1. Adanya gugus p-amino menghilangkan aktivitas analgesic-antipiretik dari asam
salisilat dan merupakan bagian yang khas untuk aktivitas antituberkulosis.

16
2. Modifikasi struktur turunan aminosalisilat telah dilakukan secaraluas, tetapi
gagal untuk mendpaatkan senyawa yang lebih aktif. Meskipun demikian, hal
tersebut dapat meningkatkan pengetahuan mengenai hubungan struktur dan
aktivitas turunan aminosalisilat.
Beberapa modifikasi struktur p-amino salisilat yang menghasilkan senyawa
tidak aktif atau kurang aktif adalah sebagai berikut :
a) Penggantian gugus amino dengan gugus alkoksi, amida, amin tersier atau
hidroksi;
b) Pengubahan gugus asam karboksilat menjadi alkil ester, amida, amidin atau
nitrat;
c) Substitusi gugus hidoksi dengan gugus amino atau tiol;
d) Modifikasi posisi dari gugus amino atau hidroksi terhadap gugus karboksilat.
1. Bentuk ester atau asil dari gugus amino, menimbulkan efek samping iritasi
lambung lebih rendah. Apabila bentuk ester atau asil tersebut cukup labil
untuk dihidrolisis secara in vivo, kemudian dapat digunakan sebagai
antituberkulosis. Pembentukan ester fenil, contoh: benzoilpas Na, tidka
mempengaruhi aktivitas karena senyawa berfungsi sebagai pra-obat dan
mengalami regenerasi menjadi senyawa induk melalui proses hidrolisis yang
lambat sehingga memperpanjang masa kerja obat. Bentuk ester fenil ini juga
mengurangi efek iritasi pada saluran cerna.
2. Pembentukan garam Ca dapat menurunkan efek iritasi pada saluran cerna
disbanding bentuk asam atau garam Na-nya. Bentuk garam K diperlukan bagi
penderita yang sedang diet natium.
b. Turunan Hidrazida
Contoh : isoniazid dan iproniazid.
Hubungan struktur dan aktivitas
1. Atom nitrogen ujung dari gugus hidrazid yang bersifat basa sangat penting
untuk aktivitas;
2. Pemindahan gugus fungsi hidrazid ke posisi 3 (orto) atau ke posisi 2 (meta)
menghasilkan senyawa yang kurang aktif;
3. Mengubah gugus hidrazid dengan gugus karbonil lain, seperti amida dan
asam hidroksamat menghasilkan senyawa yang tidak aktif;
4. 2,2-dialkil hidrazid menunjukan aktivitas yang baik; trialkilasi dari hidrazid
akan menghilangkan aktivitas;
5. Penggantian satu atom H pada atom N ujung dengan gugus isopropyl
(iproniazid), meningkatkan aktivitas antituberkulosis dan psikostimulan,
tetapi senyawa ini tidak digunakan lagi karena menimbulkan hepatotoksik;

17
6. Senyawa hidrazon, yang terbentuk dari reaksi antara isoniazid dengan gugus
aldehid atau keton, adalah pra-obat, didalam tubuh terhidrolisis melepaskan
senyawa induk isoniazid.

Isoniazid (INH, Isonex), merupakan senyawa bakterisida, dalam bentuk


tunggal digunakan untuk pencegahan tuberculosis, sedang dalam bentuk
kombinasi dengan rifampisin atau pirazinamid untuk pengobatan tuberculosis.
Isoniazid dapat menyebabkan neuritits perifer karena bekerja sebagai antagonis
terhadap piridoksin (vitamin B6) dan meningkatkan ekskresi piridoksin melalui
ginjal. Oleh karena itu pada pengobatan dengan isoniazid harus diberikan
bersama-sama dengan vitamin B6. Kecepatan asetilasi isoniazid dipengaruhi oleh
faktor genetic. Orang yang kecepatan asetilasinya lambat, missal orang-orang
Indian Amerika dan Eskimo, relative kekurangan enzim hepatic N-asetil
transferase, sehingga mudah timbul efek samping neuritis perifer dan
memerlukan dosis pengobatan yang lebih rendah disbanding orang normal.
Waktu paro rata-rata pada asetilator lambat adalah 3 0,8 jam. Orang yang
kecepatan asetilasinya cepat, misal orang-orang Kaukasia, Mesir, Israel dan
Skandinavia, relatif kelebihan enzim hepatic N-asetil transferase sehingga
mudah merangsang timbulnya hepatitis. Pada asetilator cepat biasanya
memerlukan dosis pengobatan yang lebih tinggi disbanding orangnormal. Waktu
paro rata-rata pada asetilator cepat adalah 1,1 0,2 jam. Kadar darah tertinggi
obat dicapai 1-2 jam setelah pemberian secara oral dan ketersediaan hayatinya
90%. Dosis untuk pencegahan : 300 mg 1 dd atau 4-5 mg/kg bb/hari. Untuk
pengobatan tuberculosis : 10-20 mg/kg bb/hari (oral) atau 300 mg/hari
(parenteral). Untuk mengurangi gejala neuritis perifer perlu ditambahkan
piridoksin 50-100 mg/hari.
c. Turunan Amida Heterosiklik
Contoh : pirazinamid, etionamid dan protionamid.

1) Pirazinamid (Neotibi, Pezeta, Prazina, Pharozinamid), mempunyai efek


bakterisid, dugunakan terutama untuk pengobatan ulang tuberculosis dan

18
untuk pengobatan jangka pendek bila diduga penderita sudah kebal terhadap
isoniazid. Pada umumnya digunakan bersama-sama dengan obat
antituberkulosis lain. Priazinamid bukan obat primer pada pengobatan
tuberculosis paru karena menimbulkan hepatotoksik yang potensial. Absorpsi
obat dalam saluran cerna cepat dan hampir sempurna, kadar serum tertinggi
dicapai dalam waktu 2 jam, dengan waktu paro eliminasi 10-16 jam.
Dosis oral : 20-35 mg/kg bb/hari.
Hubungan struktur dan aktivitas turunan pirazinamid.
Hampir seluruh modifikasi struktur pirazinamid akan menghilangkan
aktivitas antituberkulosis.
a. Substitusi gugus-gugus amino, hidroksil, klor atau metal pada cincin
pirazin menghasilkan turunan yang tidak aktif;
b. Penggantian gugus karboksamida dengan asam, ester, tioamida, nitril atau
asam hidroksamat menghilangkan aktivitas antituberkulosis;
c. Penggantian cincin pirazin dengan heterosiklik lain, seperti cincin furan,
tiofen, tiazol dan pirimidin, menghilangkan aktivitas;
2) Etionamid, aktivitas terhadap miko bakteri 1/10 kali lebih rendah
disbanding isoniazid dan menimbulkan toksisitas yang lebih besar sehingga
penggunaannya terbatas. Etionamid digunakan terutama untuk pengobatan
ulang tuberculosis, dikombinasi dengan obat tuberculosis lain. Obat ini sering
pula digunakan untuk pengobatan lepra. Etionamid menyebabkan neuritis
perifer karena bekerja sebagai antagonis terhadap piridoksin dan dapat
meningkatkan ekskresinya melalui ginjal. Oleh karena itu pengobatan dengan
etionamid harus diberikan bersama-sama dengan piridoksin. Absorpsi obat
dalam saluran cerna cepat, kadar serum tertinggi dicapai dalam waktu 3
jam, dengan waktu paro biologis 2-4 jam. Dosis oral : 0,5-1 g/hari 1-3 dd,
sesudah makan. Untuk mengurangi gejala neuritis perifer ditambahkan
piridoksin 50-100 mg/hari.

19
Hubungan struktur dan aktivitas turunan etionamid.
a) Penggantian cincin piridin dengan isosteriknya, seperti cincin benzene atau
pirazin, akan menghilangkan aktivitas;
b) Mengubah gugus tioamida dengan gugus amida, amidin atau tiourea akan
menghasilkan aktivitas;
c) Pemindahan gugus tioamida pada posisi 2 atau 3 akan menghilangkan
aktivitas.
3) Protionamid, pada kadar rendah bersifat bakteriostatik, sedang pada kadar
tinggi bersifat sebagai bakterisid. Protionamid digunakan untuk pengobatan
tuberculosis bila obat tuberculosis primer telah kebal, biasanya dikombinasi
dengan obat antituberkulosis lain. Absorpsi obat dalam saluran cerna cepat,
kadar plasma tertinggi dicapai dalam waktu 2-3 jam sesudah pemberian
secara oral, dan waktu paro biologisnya 2-4 jam. Dosis oral : 0,5-1 g/hari 1-
3 dd, pada waktu makan.

d. Golongan antibiotika
Golongan antibiotika yang digunakan sebagai antituberkulosis antara lain
adalah streptomisin sulfat, dehidrostreptomisin sulfat, kanamisin sulfat,
rifampisin, sikloserin, viomisin sulfat dan kapreomisin sulfat.
1) Streptomisin sulfat, adalah senyawa bakterisida yang diisolasi dari
Streptomyces griseus. Dalam suasana asam, streptomisin terhidrolisis menjadi
streptidin dan streptobiosamin, yang merupakan kombinasi dari L-streptosa
dan N-metil_L-glukosamin. Streptomisin digunakan untuk pengobatan
tuberculosis melalui pemberin intramuscular, dalam bentuk tunggal atau
dikombinasi dengan isoniazid. Streptomisin dapat meningkatkan efek obat
antituberkulosis yang diberikan secara oral, seperti etambutol dan isoniazid.
Streptomisin juga aktif terhadap sejumlah besar bakteri Gram-positif dan
Gram-negatif, digunakan untuk pengobatan beberapa infeksi lain, seperti
bakteri endokarditis, brucellosis dan plaque. Pemberian obat dalam jangka
panjang dengan dosis besar dapat menimbulkan kerusakan saraf cranial ke 8
yang menyebabkan ketulian. Bila diberikan secara oral, ketersediaan
hayatinya kurang dari 1% karena absorpsi obat dalam saluran cerna kecil.
Pada pemberian secara intramuscular, senyawa diabsorpsi dengan cepat dan
sempurna. Efek tertinggi obat dicapai dalam 30-90 menit dan waktu paro

20
plasmanya 2-3 jam. Dosis I.M : 20 mg/kg bb 1 dd, selama 2-3 minggu,
kemudian 1 g/hari tiap 2 hari dan akhirnya 1 g dua kali per minggu.

Hubungan struktur dan aktivitas turunan streptomisin


Untuk mengurangi efek toksisknya, telah dilakukan beberapa modifikasi pada
gugus aldehid cincin streptosa sebagai berikut:
a) Reduksi menjadi alcohol primer, menghasilkan dihidrostreptomisin, yang
mempunyai aktivitas sama dengan senyawa induk. Efek toksik terhadap
alat keseimbangan lebih rendah dibanding streptomisin tetapi
menimbulkan kerusakan fungsi pendengaran lebih besar;
b) Mengubah menjadi oksim, fenilhidrazon dan semikarbazon, menghasilkan
senyawa yang kurang aktif;
c) Oksidasi menjadi asam karboksilat akan menghilangkan aktivitas.
2) Dihidrostreptomisin sulfat, mempunyai kegunaan yang sama dengan
streptomisin. Dosis I.M : ekivalen dengan 500 mg dehidrostreptomisin basa,
4 dd.
3) Kanamisin sulfat, adalah senyawa bakterisida, diisolasi dari Streptomyces
kanamyceticus. Secara kromatografi dapat dibedakan tiga struktur kanamisin,
yaitu kanamisin A, B dan C. dalam perdagangan umumny adalah kanamisin
A, karena mempunyai toksisitas lebih rendah disbanding kanamisin B atau C.
struktur kanamisin terdiri dari kanosamin, deoksistreptamin dan D-
glukosamin. Kanamisin efektif terhadap infeksi saluran usus, seperti
B.dysentery, dan infeksi sistemik yangdisebabkan oleh bakteri Gram-negatif,
seperti Klebsiella, Proteus, Enterobacter dan Serratia, yang sudah kebal
terhadap antibiotika lain. Kanamisin digunakan untuk pengobatan
tuberculosis melalui pemberian intramuscular, tetapi kurang dianjurkan
karena sangat cepat terjadi kekebalan. Pemberian obat dalam jangka panjang
dengan dosis besar dapat menimbulkan keruskan saraf cranial ke 8 dan
menyebabkan ketulian. Kanamisin sangat sedikit diabsorpsi oleh saluran
usus. Dosisoral untuk infeksi usus : ekivalen denga 1 g kanamisin basa, 3-4

21
dd, selama 5-7 hari, I.M : ekivalen dengan 5 mg/kg bb 3 dd, waktu paronya 2-
3 jam.

4) Rimfapisin (kalrifam, Ramicin, Rifampin, Rimactane, Scanrif), adalah


antibiotic semisintetik yang dihasilkan oleh Streptomyces mediterranea.
Merupakan senyawa bakterisida, aktif terhadap sel bakteri yang sedang
mengalami multiplikasi dan sel bakteri yang sedang istirahat. Rifampisin
digunakan untuk pengobatan tuberculosis dan lepra, biasanya dikombinasi
dengan obat antituberkulosis lain. Pada tuberculosis dikombinasi dengan
etambutol, isoniazid atau streptomisin, sedang pada lepra dikombinasi dengan
dapson atau etionamid. Karena cepat menimbulkan kekebalan penggunaan
rifampisin sebaiknya hanya untuk pengobatan tuberculosis, lepra dan
endokarditis akut serta untuk infeksi Neisseria meningitides, meskipun obat
ini juga aktif terhadap banyak bakteri lain. Karena sifat lipofilnya, rifampisin
dapat menembus dan membunuh mikobakteri dan bakteri diluar sel dan
dalam sel. Absorpsi obat dalam saluran cerna cepat, ketersediaanhayatinya
90-95 %, dengan waktu paro 1,5-5 jam. Dosis oral : 600 mg/ hari, 1 jam
sebelum makan atau 2 jam sesudah makan.

Hubungan struktur dan aktivitas turunan rifampisin


a) Modifikasi pada bagian alifatik molekul rifampisin menyebabkan
penurunan aktivitgas;

22
b) N,N-disubstitusi asetoksi amida (pada atom C3 dan C4) menghasilkan
senyawa aktif; tetapi bila dilakukan trisubstitusi, aktivitasnya lebih rendah
disbanding rifampisin.
5) Sikloserin, diisolasi dari Streptomuces orchidaceus, S. garyphalus dan S.
lavendulus. Pada in vitro, sikloserin menunjukkan aktivitas antivitas
antibiotika yang relative lemah terhadap bakteri Gram-positif dan Gram-
negatif, tetapi cukup efektif sebagai antituberkulosis. Penggunaannya terbatas
karena menimbulkan toksisitas cukup besar. Sebaiknya sikloserin hanya
digunakan sebagai antituberkulosis bila mikobakteri telah kebal terhadap
obat-obatan yang lain. Dalam penggunaan, sikloserin biasanya dikombinasi
dengan isonazid. Dosis oral: 250 mg 2-4 dd

Hubungan struktur dan aktivitas turunan sikloserin


a. D-isomer sikloserin mempunyai aktivitas hanya 10% disbanding L-isomer;
walaupun campuran rasematnya mempunyai efek sinergis;
b. Hilnagnya gugugs 4-amino menghasilkan 3-isoksazolidon, suatu senyawa
yang tidak aktif;
c. Turunan 3-aminooksi (ONH2) tetap aktif sebagai antituberkulosis.
6) Viomisin sulfat, merupakan peptide siklik yang bersifat basa kuat, dan
diisolasi dari Streptomyces vinaceus. Obat ini digunakan untuk
antituberkulosis sebagai pengganti streptomisin, bila kuman sudah kebal.
Aktivitasnya lebih rendah disbanding streptomisin ( 25%) dengan toksisitas
yang lebih besar, yaitu dapat merusak saraf cranial 8 dan menimbulkan
kerusakan ginjal. Dosis I.M : ekivalen dengan 1g viomisin, 2 dd, 2 kali per
minggu.
7) Kapreomisin sulfat, adalah peptide siklik yang bersifat basa kuat, dan
diisolasi dari Streptomyces capreolus. Kapreomisin digunakan untuk
antituberkulosis sebagai pengganti streptomysin, bila kuman sudah kebal.
Aktivitasnya hampir sama dengan viomisin dan menimbulkan toksisitas
terhadap saraf cranial 8 dan ginjal yang lebih besar. Dosis I.M : ekivalen

23
dengan 1 g kapreomisin, 1 dd, selama 2-4 bulan, kemduian 1g 2-3 kali per
minggu.
e. Golongan lain-lain
Contoh : etambutol HCL dan tioasetazon.
1) Etambuto hcl (Abbutol, Bacbutol, Etibi, Myambutol), adaldah senyawa
bakteriostatik, digunakan sebagai penunjang pengobatan tuberculosis dari
obat antimikrobakteri yang bersifat bakterisid, seperti isoniazid dan
rifampisin. Kadang-kadang etambutol digunakan untuk awal pengobatan
tuberculosis, dalam jangka pendek, bila diduga penderita sudah kebal
terhadap isoniazid dan rifampisin. Etambutol juga digunakan untuk
pengobatan ulang tuberculosis bila obat tuberculosis primer telah kebal,
biasanya dikombinasi dengan antituberkulosis lain. Absorpsi obat dalam
saluran cerna cepat (75-80%), kadar plasma tertinggi dicapai dalam waktu 4
jam sesudah pemberin secara oral. Ketersediaan hayatinya 80%, sekitar 40
% terikat oleh plasma protein dan waktu paro eliminasinya 3-4 jam. Dosis
oral : 15-20 mg/kg bb 1 dd.

Hubungan struktur dan aktivitas etambutol


a) Isomer dekstro mempunyai aktivitas 200-500 kali lebih besar disbanding
isomer levo.
b) Turunan metoksi, etoksi dan metilamino mempunyai aktivitas sama
dengan senyawa induk, tetapi hanya pada in vivo karena dealkilasi
enzimatik hanya terjadi di dalam tubuh;
c) Untuk aktivitas maksimal, jarak antara atom-atom nitrogen harus tetap.
Pengubahan jarak, misal oleh penyisipan atom C, O atau S, akan
menghilangkan aktivitas;

24
d) Penggantian gugus alcohol dengan gugus-gugus amino, fenoksi atau tio,
menghasilkan senyawa dengan aktivitas yang lebih rendah;
e) Penggantian gugus butyl sekunder dengan gugus butyl tersier atau gugus
isopropyl yang tersubstitusi hidroksi, akan menghilangkan aktivitas;
f) Pemindahan gugus hidroksi ke posisi 3 atau 4 dari gugus butyl tersier,
menghasilkan produk yang tidak aktif.
2) Tioasetazon, adalah senyawa bakteriostatik, digunanak untuk pengobatan
tuberculosis paru, biasanya dikombinasi dengan antituberkulosis lain,
terutama isoniazid. Tioasetazon juga efektif untuk pengobatan lepra. Absorpsi
obat dalam saluran cerna cepat, kadar plasma tertinggi dicapai dalam waktu
4 jam sesudah pemberian secara oral, dengan watku paro biologis 8-12 jam.
Dosis oral sebagai antituberkulosis : 150 mg/hari. Sebagai antilepra dosis
awal : 50 mg/hari, kemudian dinaikkan secara bertahap sampai 150 mg/hari.
3) Obat antilepra
Obat antilepra adalah senyawa yang digunakan untuk pengobatan infeksi
yang disebabkan oleh Mycobacterium leprae. Pengobatan lepra dan reaksi
lepra cukup sukar dan sangat kompleks dan harus terus-menerus di bawha
pengawasan dokter.
Reaksi lepra merupakan problem yang sangat serius bagi sebagian besar
penderita.
Secara umum reaksi lepra ada dua tipe :
a) Tipe 1, reaksi bolak-balik dalam bentuk dimorfus dan tuberkuloid;
b) Tipe 2, reaksi ENL (Erytema Nodusum Leprosum) dalam bentuk
lepromatus dan kadang-kadang dimorfus.
Berdasarkan struktur kimianya obat antilepra dibagi menjadi dua kelompok
turunan sulfon dan turunan lain-lain.
a. Turunan sulfon
Contoh : dapson, asedapsin dan asetosulfon Na.
Dapson, adalah obat pilihan untuk pengobatan semua bentuk tipe reaksi
lepra. Absorpsi obat dalam saluran cerna lambat tetapi sempurna, 50 %
obat terikat oleh protein plasma. Kadar plasma maksimal obat dicapai
dalam 1-3 jam, dengan waktu paro 10-50 jam (28 jam). Karena
mengalami proses siklus enterohepatik, dapson tetap ada dalam plasma
darah selama 3 minggu setelah pemberian. Untuk pengobatan bentuk
tuberkuloid, dapson diberikan dalam sediaan tunggal. Untuk bentuk
dimorfus dan lepromatus harus dikombinasi dengan antilepra lain, seperti

25
rifampisin dan klofazimin. Lama pengobatan lepra 5-10 tahun, kadang-
kadang harus diberikan selama hidup. Dapson juga merupakan obat pilihan
untuk pengobatan dermatitis herpetiformis. Mekanisme kerjanya serupa
dengan golongan sulfonamide, yaitu dengan menghambat secara bersaing
asam p-aminobenzoat. Dosis untuk bentuk tuberkuloid : 50-100 mg 1 dd,
selama 2 tahun; untuk bentuk dimorfus dan lepromatus : 100 mg 1 dd,
dikombinasi dengan rifampisin 600 mg atau klofazimin 100 mg, selama
tidak kurang dari 2 tahun, diikuti dengan pemberian dapson tunggal dosis
untuk pengobatan dermatitis herpetiformis : 50 mg 3-4 dd.

b. Turunan lain-lain
Contoh : klofazimin, etionamid, isoniazid, protionamid, rifampisin dan
tioasetazon.
Klofazimin (Lamprene), adalah senyawa bakteriostatik yang efektif untuk
pengobatan lepra. Merupakan obat pilihan untuk pengobatan lepra yang
sudah kebal terhadap turunan sulfon. Klorfazimin juga mempunyai efek
antiradang. Absorpsi dalam saluran cerna tidak sempurna, obat ditimbun
dalam banyak jaringan dan kemudian dilepaskan secara perlahan-lahan.
Kadar plasma tertinggi obat dicapai dalam waktu 4-8 jam, dengan waktu
paro eliminasi 70 hari. Dosis untuk pengobatan semua bentuk lepra : 100
mg 1 dd, sedang untuk pencegahan reaksi lepra : 100 mg dd selama 3
bulan.

C. ANTHELMINTIK
Anthelmintik (obat cacaing) adalah senyawa yang digunakan untuk
pengobatan berbagai jenis penyakit parasit yang disebabkan oleh cacing (helmin)
Cacing dapat dibagi menjadi dua golongan yaitu :
1. Nemathelmintes, contoh : nematoda.
2. Platihelmintes, contoh :cestoda dan trematoda.
Berdasarkan lokasi pada saluran usus, cacing dibagi menjadi tiga kelompok :

26
1. Cacing yang melekat pada dinding usus, contoh : Taenia solum , Taenia saginta,
Trichuris trichiura dan Trichinella spiralis.
2. Cacing yang melekat pada mukosa, contoh : Strongyloides stercoralis.
3. Cacing yang tidak melekat pada saluran cerna, contoh : Ascaris lumbricoides
dan Eunterobiu vermicularis.

Mekanisme kerja
1. Kerja langsung yang menyebabka narkosis, paralisis atau kematian cacing
Befenium hidroksinaftoat, levamisol dan pirantel pamoat bekerja
sebagai agonis aselkolin tipe ganglionik nikotinik. Reseptor kolinergik pada
penghubung saraf otot nematoda adalah tipe ganglionik nikotinik. Obat agonis di
atas merpakan senyawa pemblok saraf otot secara depolarisasi, dapat
merangsang ganglia secara kuat, diikuti pengaktifan nikotinik, menghasilkan
kontraksi otot sehingga menyebabkan paralisis spastik pada cacing diikuti
pengeluaran cacing dari tubuh tuan ruma (host).
Dietilkarbamazin, menunjukan dua tipe kerja pada mikrofilaria, yaitu :
a. Karena efek hiperpolarisasi dari gugus piperasin, senyawa bekerja sebagai
agonis asam -aminobutirat (GABA) pada penghubung saraf otot
menghasilkan efek paralisis lemah, kemudian cacing dikeluarkan dari normal
habitat tuan rumah.
b. Dengan mediator darah, menimbulkan rangsangan pengeluaran antigen
filaria. Mekanisme kematian cacing melibatkan peran serta radikal bebas.
Turunan piperazin, seperti piperazin sitrat, bekerja sebagai agonis GABA pada
penghubung saraf otot dari A. Lumbricoides, seperti pada dietilkarbamazin.
1. Efek iritasi dan merusak jaringan cacing.
Heksilresorsinol dan senywa yang berhubungan, efektif terhadap A.
Lumbricoidesi dan T. Trichuira karena menimbulkan efek iritasi pada
kerusakan jaringan cacing.
2. Efek mekanis yang menyebabkan kekacauan pada cacing, terjadi
perpindahan dan kehancuran cacing oleh fagositosis.
Dietilkarbamazin dapat menyebabkan perubahan membran permukaan
mikrofilaria sehingga dianggap sebagai benda asing oleh tuan rumah dan
kemudian dihancurkan melalui mekanisme pertahanan diri.
Turunan benzimidazol, seperti mebendazol, bekerja terutama dengan
memblok pengangkutan sekret granul dan menyebabkan hilangnya
mikrotubuli sitoplasmik sel usus dan sel tegumental parasit. Akbiatnya, sekret
terkumpul pada daerah golgi, terjadi pengeluaran asetilkolinesterase dan

27
gangguan pemasukan glukosa, timbul kekosongan glikogen sehingga
imobilisasi menjadi lambat dan cacing mengalami kematian. Selanjutnya
cacing secara spontan dikeluarkan dari tuan rumah. Efek ini tidak terjadi pada
sel tuan rumah karena sistem mikrotubulinya berbeda dengan cacing.
Tiabendazol, mempunya mekanisme kerja yang berbeda, tetapi terhadap
S.I stercoralis efeknya sama seperti turunan benzimidazol diatas.
3. Penghambat enzim tertentu
Prazikuantel, niridazol dan stibofen, bekerja sebagai
antischistosomiasis melalui penghambatan enzim fosfofruktokinase, dengan
cara membentuk ikatan kovalen dengan gugus sulfhidril enzim, baik enzim
pada cacing maupun tuan rumah. Kesensitifan obat terhadap enzim
fosforuktokinase cacing 80nkali lebih tinggi dibanding terhadap enzim tuan
rumah. Enzim fosfofruktokinase tersebut mengkatalis pengubahan fruktosa-6-
fosfat menjadi fruktosa-1,6-difosfat pada jalur glikolitik glikogen dan
glukosa.
Pirantel pamoat, metrifonat dan diklorvos, bekerja dengan
menghambat enzim asetilkolinesterase cacing, menghasilkan pemblokan saraf
otot takterpulihkan sehingga menyebabkan kematian cacing.
Levamisol, adalah penghambat stereospesifik kuat terhadap enzim
fuarat reduktase pada nematoda. Penghambatan ini menyebabkan kontraksi,
diikuti dengan paralisis dan kemudian cacing dikeluarkan dari tuan rumah.
Tiabendazol, dapat berinteraksi dengan kuinon endogen dan menghambat
enzim fumarat redukase dari nematoda.
4. Mempengaruhi metabolisme cacing
Niklosamid dan diklorofen, bekerja sebagai pelepas fosforilasi
oksidastif sehingga cacing sangat mudah diserang oleh enzim proteolitik usus
tuan rumah, terjadi disintegrasi dan cacing mengalami kematian. Niklosamid
juga menghambat pernapasan dan memblok pemasukan glukosa pada
cestoda.
Niridazol, dapat menyebabkan pengurangan aktivitas foforilase
fosfatase dari schistosoma sehingga terjadi penurunan kadar glikogen dan
pengaktifan enzim glikogen fosforilase. Efek ini tidak selektif karena
niridazol juga menurunkan kecepatan penginaktifan glikogen fosforilase pada
otot rangka tuan rumah. Niridazol mengandng gugugs 5-nitro reaktif yang

28
dapat mengikat makromolekul schistosoma melalu ikatan kovalen, terjadi
penurunan kadar tiol nonprotein sehingga cacing mengalam kematian.
Prazikuantel, bekerja dengan menghambat pompa Na+, K+
schistosoma, sehingga permeabilitas membran terhadap kation divalen,
terutama kalsium, dan kation monovalen tertentu meningkat. Akibatnya,
aktivitas otot meningkat, terjadi kontraksi dan paralisis spastik sehingga
cacing mengalami kematian. Efek ini bersifat selektif dan tidak terjadi pada
membran sel tuan rumah.
Pirvinium pamoat, dapat mempengaruhi enzim sistem pernapasan dan
absorpsi glukosa eksogen pada usus cacing.
5. Penghambatan biosintesis asam nukleat
Klorokuin dan kuinakrin kemungkinan membentuk kompleks dengan
DNA cacing secara interkalasi dan mempengaruhi polimerisasi nukleotida
kedalam asam nukleat.
Berdasarkan aktivitas biologisnya anthelmintik dibagi menjadi tiga
kelompok yaitu anthelmintik yang aktif terhadap nematoda, cestoda dan
trematoda.
6. Obat antinematoda
Obat antinematoda adalah senyawa yang efektif untuk pengobatan
infeksi yang disebabkan oleh nematoda.
Golongan ini dibagi menjadi tujuh kelompok yaitu turunan piperazin,
vinilpiperidin, imidazotiazol, benzimidazol, zat warna sianin, fenol dan
turunan amonium kuarterner.
a. Turunan piperaziin
Contoh Piperazin heksahidrat (Piperacyl, Vermizin), piperazin sitrat dan
dietilkarbamazin sitrat.
1) Piperazin sitrat (Pipersan, Upixon), merupakan obat pilihan lain untuk
pengobatan ascariasis. Dosis untuk ascariasis : 3,5 g, satu kali sehari
(1dd), selama 2 hari; sedang untuk enterobiasis, dosis 65 mg per kg bb
1dd, selama 7 hari.

29
2) Dietikabrmazin sitrat, adalah obat terpilih untuk pengobatan filariasis,
loaiasis, onchorciasis dan wuchereriasis. Absorpsi obat dalam saluran
cerna cepat, kadar plasma tertinggi dicapai dalam waktu 8 jam pada
pemberian dosis 200 mg dan 12 jam pada pemberian dosis 8mg.
Dosis : 2mg/kg bb 3 dd, sesudah makan, selama 10-30 hari.
b. Turunan Vinilpiperidin
Contoh : pirantel pamoat dan oksantel pamoat.
Hubungan struktur dan aktivitas
Hubungan struktur dan aktivitas turunan vinilipiperidin dijelaskan sebagai
berikut :
1) Aktivitas maksimal dicapai bila n=3 dan x adalah CH=CH- dengan
bentuk konformasi trans, bila X adalah CH2-CH2- atau cis CH=CH-,
aktivitanya lebih rendah;
2) Aktivitas anthelmintik untuk gugusa aromatik (Ar) yang berbeda akan
menurun, dengan urutan sebagai berikut : 2-tienil > 3-tienil > fenil > 2-
furil;
3) Pemasukan gugus pada posisi orto gugus Ar, dan substitusi N-metil (R)
dalam sistem siklik amidin tidak mengubah aktivitas, sedang substitusi
pada posisi yang lain akan menghilangkan aktivias.

Pirantel pamoat (anthelcide, Combantrin), adalah anthelmintik dengan


spektrum luas dan merupakan obat terpilih utnuk pengobatan ascaris dan
enterobiasis. Pirantel juga efektif terhadap cacing tambang dan sebagai
pilihan lain untuk pengobatan trichuriasis. Absorpsi obat dalam saluran
cerna rendah, sehingga dapat bekerja secara selektif terhadap nematoda
usus. Kadar serum tertinggi dicapai dalam 1-3 jam. Dosis untuk ascariasis

30
dan enterobiasis : 11 mg/kg bb, dalam dosis tunggal, untuk cacing tambang
pengobatan dilakukan selama 3 hari.
c. Turunan imidazotiazol
Contoh : tetramisol HCL dan levamisol HCL
Tetramisol HCL, adalah anthelmintik dengan spektrum luas dan
merupakan obat terpilih untuk pengobatan ascariasis. Merupakan senyawa
rasemat, isomer levonya adalah levamisol, yang beberapa kali lebih aktif dan
tidak lebih toksik dibanding isomer dekstro.
Levamisol HCL (Ascaridil, Askamex, Ketrax), merupakan obat terpilih
untuk pengobatan ascariasis, dan obat pilihan lain untuk ancylostomiasis.
Obat ini juga aktif terhadap larva Strongyloides dan mikrofilaria. Penggunaan
lain levamisol adalah sebagai imunostimulan, untuk memodifikasi respons
kekebalan pada penyakit kanker, penyakti Crohn dan autoimun. Absorpsi obat
dalam saluran cerna cepat dan sempurna. Kadar plasma tertinggi obat dicapai
dalam waktu 2-4 jam, denan waktu paro 4 jam.
Dosis untuk cacing gelang dan cacing berkai t: 175 mg, dalam dosis
tunggal.

d. Turunan benzimidazol
Contoh : Mebendazol. Oksfendazol, flubendazol, tiabendazol,
kambendazol, albendazol dan oksibendazol

31
Hubungan struktur dan aktivitas :

1) Pemasukan substituen pada posisi 5 tidak memengaruhi peningkatan


aktivitas;
2) Bila R adalah gugus yang dapat mencegah inaktivasi metabolik, misalnya
reaksi hidroksilasi, senyawa mempunyai aktivitas anthelmintik lebih besar;
3) Gugus R dapat berupa gugus metilkarbamat (-NHCOCH3), cincin
aromatik atau cincin heteroaromatik, tanpa kehilangan aktivitas
anthelmintik, tetapi cincin aromatik dan heteroaromatik mempunyai
toksisitas lebih besar dibanding gugus metilkarbamat;
4) Pada turunan tiabendazol gugus benzimidazol dapat diganti dengan sistem
cincin heterosiklik lain, seperti azaindol dan imidazopiridin, tetapi
aktivitasnya lebih rendah dibanding senyawa induk.
Contoh :
1. Mebendazol (versid, vermona, vermoran, vermex), adalah anthelmintik
dengan spektrum luas, sangat berguna untuk pengobatan infeksi
campuran. Merupakan obat primer untuk enterobiasis dan trichuriasis,
serta obat terpilih untuk ancylostomiasis, ascariasis, dan necatoriasis.
Mebendazol juga obat pilihan lain untuk pengobatan strongyloidiasis
dan trichinosis. Pada infeksi Ascaris yang berat, kemungkinan cacing
akan berpindah ke mulut anak, sehingga lebih baik diberikan pirantel
pamoat. Absorpsi obat dalam saluran cerna kurang dari 10%, dengan
waktu paru 2,5-5,5 jam. Dosis : 100 mg 2dd, pagi dan sore, selama 3
hari. Pada enterobiasis 100 mg, dosis tunggal sedang pada taerniasis
dosis : 300 mg 3 dd, selama 3 hari.

32
2. Tiabendazol, merupakan obat terpilih untuk pengobatan infeksi S.
Stercoralis, larva A. Braziliense, dan trichinosis, serta obat pilihan lain
untuk trichuriasis. Absorpsi obat dalam saluran cerna cepat, kadar
plasma tertinggi dicapai dalam 1-2 jam, dengan waktu paro 1,2 jam.
Dosis 25 mg/kg bb 2 dd, sesudah makan, selama 2-4 hari. Pada
pengobatan trichinosis dan visceral larva mirgrans yang ada dalam
mata, perlu penambahan kortikosteroid untuk mengurangi reaksi
keradangan dari larva yang mati.
3. Albendazol (Zentel), adalah anthelmintik dengan spektrum luas, sangat
berguna untuk pengobatan infeksi campuran. Albendazol efektif
terhadap ascariasis, trichuriasis, enterobiasis, ancylostomiasis,
necatoriasis, strongyloidiasis dan taeniasis. Absorpsi obat dalam saluran
cerna rendah, kurang dari 5 %, kadar plasma tertinggi dicapai setelah
2,5 jam, dengan waktu paro dalam plasma 8,5 jam. Dosis tunggal : 400
mg, untuk strongyloidiasis selama 3 hari. Pada enterobiasis 100 mg
dosis tunggal, sedang pada taeniasis dosis 300 mg 3dd, selama 3 hari.
e. Turunan zat warna sianin
Contoh : pirvinium pamoat.
Hubungan struktur dan aktivitas, turunan ini mempunyai sistem ion
amidinum, yang dikarakterisasi oleh atom nitrogen kuarterner yang
dihubungkan dengan atom nitrogen tersier oleh rantai C yang terkonjugasi
dengan ikatan tunggal dan rangkap berganti-ganti.

-N+=C(-C=C)n-N= = N+ - C(=C-C)n=N+-

Sistem ion amidinum struktur resonansinya sangat penting untuk


aktivitas anthelmintik karena terlibat dalam interaksi alih muatan. Turunan ini
praktis tidak larut dalam air sehingga tidak menembus membran usus. Di usus
obat akan mempengaruhi interaksi alih muatan dalam tubuh cacing sehingga
cacing mengalami kematian.

33
Pirvinum pamoat, adalah obat yang dianjurkan untuk pengobatan
enterobiasis atau oxyuriasis. Obat tidak diabsorpsi dalam saluran cerna,
relatif tidak toksik dan menyebabkan warna tinja menjadi merah. Dosis
tunggal : ekivalen dengan 5 mg pirvinium basa/kg bb.
f. Turunan fenol
Contoh : heksil resorsinol dan diklorofen.
Heksil resorsinol, efektif terhadap ascariasis, cacing tambang dan
termatoda. Heksil resorsinol menimbulkan efek iritasi pada kulit dan saluran
napas. Dosis tunggal : 1kg, dapat diulang dengan selang 1 minggu.
g. Turunan amonium kuarterner
Contoh : befenium hidroksinaftoat.
Benefium hidroksinaftoat, terutama digunakan untuk pengobatan cacing
tambang, meskipun juga efektif terhadap ascariasis dan trichuriasis.
Strukturnya mirip asetilkolin sehingga kemungkinan secara langsung dapat
berinteraksi dengan reseptor kolinergik. Befenium adalah garam amonium
kuarterner, bersifat basa kuat sehingga tidak diabsorpsi dalam saluran cerna
dan tidak toksik. Dosis untuk ancylostomiasis : 2,5 mg 2dd, atau dosis
tunggal 5 mg. Untuk necatoriasis : 2,5 mg 2 dd, selama 3 hari

7. Obat anticestoda
Obat anticestoda adalah senyawa yang efektif untuk pengobatan infeksi
yang disebabkan oleh cestoda.
Berdasarkan struktur kimianya golongan ini dibagi menjadi tiga kelompok
yaitu turunan benzimidazol, fenol dan turunan lain-lain.
a. Turunan benzimidazol
Contoh : flubendazol dan mebendazol.
b. Turunan fenol
Contoh : heksilresorsinol dan diklorofen.

34
c. Turunan lain-lain
Contoh : emiten, niklosamid, prazikuantel dan kuinakrin.
Niklosamid, merupakan obat terpilih untuk pengobatan infeksi cacing
pita, T.saginata,T.solium dan H.nana. Pada infeksi T.solium, harus diberikan
obat pencahar setelah 1-2 jam pemberian niklosamid, untuk mengeluarkan
cacing yang terbunuh. Niklosamid tidak diabsorpsi dalam saluran cerna dan
dikeluarkan melalui tinja.
Dosis tunggal 2 g berupa tablet hisap, harus dihisap dengan sempurna,
dan diberikan waktu perut kosong. Untuk infeksi H.nana obat diberikan
selama 5 hari.
1. Obat Antirematoda
Obat antirematoda adalah senyawa yang efektif untuk pengobatan
infeksi yang disebabkan oleh trematoda.
Berdasarkan struktural kimianya golongan ini dibagi menjadi enam
kelompok yaitu turunan alkaloida ipeka, benzimidazol, nitro heterosiklik,
fenol, kuinolin dan turunan lain-lain.
d. Turunan alkaloida ipeka
Contoh : emetin dan dehidroemetin

e. Turunan Benzimidazol
Contoh : albendazol dan triklabendazol
f. Turunan Nitro Heterosiklik
Contoh : niridazol.
Efek antischistosoma pada umumnya dihasilkan oleh senyawa yang
mengandung gugus nitro. Gugus ini terlibat pada proses mekanisme kerja
senyawa dan juga bertanggung jawab terhadap efek toksiksnya.
Niridazol, merupakan obat pilihan lain terhadap S.mansoni,
S.haemotibium atau S.japonicum. absorpsi obat pada saluran cerna lambat
antara 10-15 jam, kadar plasma tertinggi dicapai setelah 6 jam. Dosis untuk
schistosomiasis : 25 mg/kg bb 2 dd, selama 10 hari.

35
g. Turunan Fenol
Contoh : heksilresorsinol
h. Turunan Kuinolin
Contoh : Prazikuantel, oksamnikuin dan klorokuin fosfat.
1) Prazikuantel, adalah obat terpilih untuk pengobatan schistosomiasis,
clonorchiasis, hymenolepasis dan taeniasis. Kombinasi dengan
kortikosteroid efektif terhadap cysticercosis dan neurpcysticercosis. Untuk
pengobatan cysticercosis pada mata harus diawasi secara ketat karena
destruksi parasit pada mata menyebabkan luka yang sulit disembuhkan.
Absorpsi obat pada saluran cerna cukup besar 80%, kadar serum
tertinggi dicapai dalam 1-3 jam, waktu paro dala serum antara 0,8-1,5 jam.
Dosis : 20-30 mg/kg bb 3 dd, pada waktu makan, selama 1-3 hari.
Terhadap hymenolepsiasis : 15-25 mg/kg bb, dosis tunggal. Terhadap
taeniasis : 10 mg/kg bb, dosis tunggal.

Hubungan struktur dan aktivitas turunan prazikuantel


a) Pada posisi 2, aktivitas maksimal bila gugus yang diikat adalah
sikloheksil karbonil; gugus p-aminobenzoil dan benzoil juga cukup
aktif;
b) Gugu okso harus ada pada posisi 4, pengganti dengan substituen lain
menghilangkan aktivitas;
c) Prazikuantel mempunyai pusat kiral pada C11b dan hanya isomer (-)
yang aktif sebagai anthelmintik.
d) Oksamnikuin, merupakan obat pilihan lain terhadap S.mansoni, kurang
efektif terhadap S.haematobiumi atau S.japanicum. absorpsi pada
saluran cerna cukup baik, kadar serum tertinggi dicapai dalam 3 jam,
dan waktu paro dalam serum antara 1-2,5 jam. Dosis : 15 mg/kb bb 1-2
dd, sesudah makan, selama 1-2 hari.

36
i. Turunan lain-lain
Contoh : metrifonat.

Metrifonat, merupakan obat pilihan lain terhadap S.hamatobium, dan sangat


efektif terhadap infeksi S.haematobium dan S.mansoni dalam saluran seni.
Metrifonat juga digunakan sebagai insektisida dalam bidang pertanian dan
sebagai obat cacing pada hewan. Absorpsi obat pada saluran cerna cukup
baik, dan secara cepat dimetabolisis menjadi diklorvos yang aktif sebagai
anthelmintik. Kadar plasma tertingginya dicapai dalam 1 jam, dengan waktu
paro dalam plasma 1 jam. Dosis I.M : 7,5-10 mg/kg bb 3dd, setiap 2-3
minggu.

D. ANTISEPTIK SALURAN SENI


Antiseptik saluran seni adalah senyawa yang digunakan untuk pengobatan
iinfeksi bakteri pada saluran seni
Berdasarkan kelompok struktur kimianya antiseptik saluran seni dibagi
menjadi 5 kelompok yaitu metenamin dan garamnya , asam mandelat dan garamnya,
turunan nitrifuran , pipidin , pirimidin , dan turunan kuinolon
1. Metenamin dan Garamnya
Contoh : Metenamin , Metenamin hipurat dan metenamin mendelat

Metenamin
2. Asam Mandelat dan Garamnya
Contoh : asam mandelat, amonium mandelat dan ca mandelat
Asam mandelat : diperdagangkan dalam bventuk campuran rasemat , dan dapat
digunakan sebagai bakteriostatik dan bakterisid pada saluran seni, efektif
terhadap infeksi E.coli dan salmonella sp. Dosis m : 3g/hari.

3. Turunan nitrofuran

37
a. Nitrofuranation ( Macrofuran ), merupan antiseptik saluran seni yang efektif
terhadap bakteri gram-positif dan gram-negatif, dan obat pilihan untuk
pengobatan sinusitis. Mekanisme kerjanya adalah dengan menghambat
beberapa enzim yang terlibat pada pembentukan asetil koenzim a dari asam
piruvat sehingga mempengaruhi produksi energi yang diperlukan untuk
kehiduopan bakteri . aktifitasnya sangat tergantung pada gugus nitro, yang
secara in vivo tereduksi inilah yang dapat menghambat fungsi dna dan
menyebabkan kerusakan kromosom bakteri.
Mekanisme kerja nitrofuran dijelaskan secara skematik sebagai berikut :
Efek samping nitrofuran cukup besar, seperti gangguan saluran cerna,
komplikasi paru, kerusakan darah , dan anemi hemolitik. Sebaliknya
diberikan Bersama sama makanan karena dapat memperpanjang masa kerja
obat . Absorpsi obat dalam saluran cerna kurang lebih 60 % terikat oleh
protein serum, dalam waktu paro serum kurang lebih 20 menit. Dosis oral :
50 -100 mg 3-4 dd, untuk pencegahan : 50 100 mg sebelum tidur.
Hidroksi metil nitrofuran, digunkan terutama untuk pengobatan infeksi
bakteri pada saluran seni . Efek samping obat cukup besar serupa dengan
nitrofuratoin. Untuk mengurangi gangguan pada saluran cerna, obat dapat
dikombinasi dengan antasida, seperti almunium hidroksida gel (urfadyn ).
Dosis ; 40 mg dd

Hubungan struktur dan aktivitas kuinolon


a. Gugus yang penting untuk aktivitas antibakteri adalah asam 1,4-dihidro-
4okso-3-piridin- karboksilat yang bergabung dengan cincin aromatik.
b. Substituen terbaik pada R1 adalah gugus etil atau isopropil.
c. Esterifikasi dan amidasi gugus karboksilat (R2) pada umumnya senyawa
tetap aktif tetapi memerlukan hidrolisis enzimatis terlebih dahulu untuk
menunjukkan efek. Senyawa mempunyai awal kerja yang lebih lambat dan
masa kerja yang lebih panjang.
d. Meskipun dimungkinkan variasi luas yang apada cincin kedua yang terikat
pada posisi 9-10 tetapi efeknya sukar diramalkann. Yang aktif pada cincin
kedua adalah cincin benzene (X = CH, turunan 4-kuinolon), cincin piridin
( X = N, turunan naftiridin) dan cincin pirimidin (turunan pirido-
pirimidin).Modifikasi isoterik yaitu penggantian atom N dengan CH
menghasilkan senyawa dengan aktivitas antibakteri yang lebih baik.

38
e. Senyawa aktif didapatkan bila pada C-7 (R3) adalah gugs metal (asam
nalidiksat), aktivitas lebih besar apabila gugus metal diganti dengan cincin
piridin (akrosoksasin), imidazol (asam piromidat) atau cincin heterosiklik
seperti piperazin (asam pipemidat, enoksasin, siprofloksasin dan
norfloksasin), 3-metilpiperazin (lomefloksasin) atau cincin N-
metilpiperazin ( pefloksasin, ofloksasin dan fleroksasin).
f. Pemasukan substituen pada posisi 2 akan menurunkan aktivitas , sedang
pemasukan pada posisi 5, 6, 7 dan 8 akan meningkatkan aktivitas.
Pemasukan gugus fluorin (F) pada C-6 dan adanya cincin Piperazin pada
C-7 akan meningkatkan aktivitas antibakteri terhadap Gram-negatif,
termasuk P. aeruginosa, dan juga aktif terhadap beberapa Gram-positif.
g. Kondensasi cincin pada posisi 1-8 (ofloksasin), senyawa tetap aktif
sebagai antibakteri.
Contoh :
1). Asam nalidiksat (Urineg, Neg Gram) adalah antiseptic saluran seni
yang disebabkan oleh Gram-negatif seperti Escherichia coli, Klebsiella
sp., Enterobacter sp. Dan Proteus sp.. Obat ini kurang peka untuk
memblok enzim AND girase, sehingga terjadi hambatan secara selektif
sintetis AND bakteri. Asam nalidiksat cepat diabsorbsi, dimetabolisme
dan diekskresikan setelah pemberian secara oral. Dosis oral : 1g 4dd,
selama 2 minggu. Pengobatan lebih dari 2 minggu dapat menyebabkan
kerusakan hati dan ginjal.
2). Asam pipemidat (Impressial, Palin, urixin, Urotractin) mempunyai
struktur yang berhubungan dengan asam nalidiksat tetapi lebih efektif
dan mempunyai spectrum antibakteri lebih luas.
Asam pipemidat digunakan sebagai antiseptic saluran seni kronik atau
akut yang disebabkan oleh bakteri gram negative seperti E. Coli, P.
mirabilis, Klebsiella sp., Shigella sp., Enterobacter, Salmonella sp.
Pseudomonas aeruginosa dan gram positif tertentu seperti
staphylococcus sp. Dosis oral untuk infeksi saluran seni akut : 400mg
2dd selama 7-10hari, infeksi kronik : 400mg 2-4dd selama 14 hari.
Untuk disentri basiler atau enteritis : 400mg 4dd selama 3-6 hari.
3). Sinoksasin mempunyai aktivitas antibakteri serupa dengan asam
nalidiksat. Sinoksasin digunakan untuk pengobatan infeksi saluran seni
akut dan kronik yang disebabkan oleh bakteri Gram-negatif tertentu

39
seperti E. Coli, P. mirabilis, Klebsiella sp., Serratia sp. Dan Enterobacter.
Dosis oral : 1g/hari dalam dosis terbagi 2-4 dd selama 1-2 minggu.
4). Siprofloksasin HCL monohidrat (Baquinor, Ciproxin, Renator) adalah
senyawa bakterisid turunan kuinolon terfluorinasi. Strukturnya
berhubungan dengan asam nalidiksat tetapi mempunyai aktivitas
antibakteri lebih besar dan spectrum yang lebih luas disbanding asam
tersebut.
Siproflosasin digunakan untuk pengobatan infeksi yang disebabkan oleh
bakteri Gram-negatif, seperti, E. Coli, P. mirabilis, Klebsiella sp.,
Shigella so., Enterobacter, Haemophylus sp., Chlamydia sp.,
Salmonella sp. Dan Pseudomonas aeruginosa serta bakteri gram positif
tertentu seperti, Staphylococcus sp. Dan Streptococcus sp. Dosis
oral untuk infeksi saluran cerna : 500mg 1dd selama 7 hari.
5). Ofloksasin (Danaflox, Tarivid) adalah senyawa bakterisid turunan
kuinolon terfluorinas yang mempunyai spectrum antibakteri luas.
Ofloksasin digunakan untuk pengobatan infeksi yang disebabkan oleh
bakteri Gram-negatif seperti E. Coli, P. mirabilis, N. gonorrhea,
Klebsiella sp., Shigella sp., Enterobacter, Haemophylus sp., Chlamydia
sp., Salmonella sp., Pseudomonas aeruginosa dan bakteri Gram-positif
seperti Staphylococcus sp.
Dosis oral untuk infeksi saluran seni 200mg 1-2dd selama 3-10hari,
infeksi saluran napas : 200mg 1-3dd selama 3-10 hari. Untuk
pengobatan gonorrhoe dosis tunggal 200-400mg.
6). Norfloksasin (Lexinor) adalah senyawa bakterid turunan kuinolon
terfluorinasi yang mempunyai spektrum anti bakteri luas. Norfloksasin
digunakan untuk pengobatan infeksi yang dIsebabkan oleh bakteri
Gram-negatif seperti, E. Coli, P. mirabilis, N. gonorrhea, Klebsiella sp.,
Shigella sp., Enterobacter Pseudomanas aeruginosa dan bakteri Gram-
positif tertentu seperti Staphylococcus sp. Obat tidak sensitive terhadap
mikroorganisme anaerob.
Dosis oral untuk infeksi saluran seni : 200-400mg 2dd selama 3-10 hari
sedang untuk infeksi saluran cerna : 400mg 2-3dd selama 3-10 hari
Untuk pengobatan goonrhoe dosis tunggal : 800mg.

40
7). Pefloksasin mesilat dihidrat (Abaktal, Peflacine) adalah senyawa
bakterisid turunan kuinolon terfluorinasi dengan spektrum antibakteri
yang luas dan masa kerja lebih panjang. Pefloksasin digunakan untuk
pengobatan infeksi yang disebabkan oleh bakteri Gram-negatif seperti,
E. Coli, P. mirabilis, N. gonorrhea, Klebsiella sp., Shigella sp.
Enterobacter, Haemophylus sp. dan Salmonella sp. Dan juga bakteri
Gram-positif tertentu seperti Staphylococcus sp. Obat ini tidak sensitive
terhadap mikroorganisme anaerob.
Dosis oral untuk infeksi saluran napas :, saluran cerna, saluran seni dan
infeksi tulang : 400mg 2dd selama 3-10 hari.
8). Fleroksasin (Quinodis) adalah senyawa bakterisid turunan kuinolon
terfluorinasi dengan spektrum antibakteri yang luas dan masa kerja lebih
panjang. Kegunaan mirip dengan siprofloksasin. Dosis : 400mg 1dd
selama 1-2 minggu.
9). Lomefloksasin (Omniquin) adalah senyawa bakterisid turunan kuinolon
terfluorinasi dengan spektrum antibakteri yang luas dan masa kerja lebih
panjang. Kegunaan miredp dengan siprofloksasin. Dosis 400mg 1dd
selama 3-14 hari.
10). Sparfloksasin adalah senyawa bakterisid turunan kuinolon terfluorinasi
baru dengan aktivitas lebih besar, spektrum antibakteri lebih luas dan
masa kerja yang lebih panjanag. Dosis oral untuk infeksi saluran seni :
400mg 1dd selanjtnya 200mg 1dd selama 3-10 hari.
11). Levofloksasin (Cravit, Erbalax) sifat dan kegunaan mirip sparfloksasin.
Dosis : 250-500mg 1 dd selama 1-2 minggu.

E. OBAT ANTIVIRUS
Obat antivirus adalah senyawa yang digunakan untuk pengobatan dan
pencegahan penyakit yang disebabkan oleh virus. Virus adalah parasit dalam sel,
strukturnya terdiri dari AND atau ARN dan lapisan protein dengan membrane
terluar terbentuk dari sakarida. Lemak dan protein.
Berdasarkan kandungan asam nukleatnya virus dibagi menjadi dua kelompok
yaitu virus yang mengandung AND dan yang mengandung ARN.
1. Virus yang mengandung ADN
a. Adenoviridae : adenovirus ( penyakit pernapasan dan mata yang akut ).

41
b. Vhordopoxviridae : virus variola ( cacar = smallpox), virus vaccinia (cacar
sapi = cowpox) chicken pox (cacar air) dan ekzem.
c. Herpesviridae : sitomegalovirus (penyakit sitomegalik), virus Epstein-
Barr (berhubungan dengan limfoma Burkitt dan infeksi
mononucleosis), herpes simpleks tipe 1 dan tipe 2
(infeksi genital, labial, keratitis kulit, keratokan
konjungtivitas pada mata dan ensefalitis), varicella-
zoster dan herpes-zoster (shingles).
d. Papovaviridae : vitus papiloma (kutil = waris).

2. Virus yang Mengandung ARN


a. Arenaviridae : arenavirus (virus limpositik koriomeningitisdan virus
demam Lassa).
b. Coronaviridae : koronavirus (penyakit pernapasan).
c. Orthomyxoviridae : virus influenza A, B dan C.
d. Paramyxoviridae : virus parainfluenza (bronchitis, pneumonia, croup),
virus pernapasan (bronkiolitis, pneumonia), virus
campak dan virus gondong.
e. Picornaviridae : rhinovirus (penyakit pernapasan, common cold), virus
polio (poliomyelitis), CoxSackievirus dan echovirus
(meningitis aseptik).
f. Reoviridae : rotavirus (diare).
g. Retroviridae : human immunodeficiency virus (HIV) atau Tlympho
tropic virus III (HTLV-III) atau acquired
immunodeficiency syndrome (AIDS), human T-cell
leukemia virus atau human T-cell lymphotropic virus
(HTLV-1), retrovirus yang berhubungan dengan
limpadenopati atau hairy cell leukimia (HCL) kanker
payudara dan karsinoma nasofaring.
h. Rhabdoviridae : virus rabies.
i. Togaviridae : virus rubella, virus demam kuning (hepatitis) dan virus
meningoensefalitis.
Hanya sedikit obat antivirus yang telah digunakan dalam klinik.
Berdasarkan struktur kimianya obat antivirus dibagi menjadi tiga kelompok
yaitu turunan adamantan amin, analog nukleosida dan turunan interferon.

3. Turunan Adamantan Amin


Contoh : amantadin HCL, metisoprinol, rimantadin dan tromantadin.

42
Mekanisme kerja
Amantadin dan turunannya bekerja dengan menghambat penetrasi
partikel virus ke sel tuan rumah dan menghambat tahap awal replikasi virus,
dengan cara memblok protein inti yang tidak terlapisi sehingga mencegah
pemindahan asam nukleat ke sel tuan rumah.
Contoh :
a. Amantadin HCL (Symmetrel), suatu trisiklik amin yang simetrik. Secara
klinik obat hanya efektif untuk pencegahan dan pengobatan infeksi yang
disebabkan oleh virus influenza A.
Absorbsi oabat dalam saluran cerna baik (95%) dengan waktu paro eliminasi
20-24jam. Dosis oral untuk pencegahan influenza A : 100mg 2dd.
b. Tromantadin HCL (Viru-Merz-Serol), digunakan secara setempat untuk
pengobatan infeksi herpes simpleks pada kulit dan mukosa membrane,
manifestasi dermal oleh herpes zoster dan ekzem herpetikatum.
Dosis setempat : krim 1% 3dd.
c. Metisoprinol (Isoprinosine), adalah kompleks 1 : 3 dari inosin dan garam 1-
(dimetilamino)-2-propanol dari asam 4-asetamidobenzoat.
Efek antivirusnya mempunyai spektrum luas, efektif terhadap virus herpes,
rhino dan influenza. Mekanisme kerjanya melalui dua cara, yaitu merangsang
sel T tuan rumah yang berfungsi sebagai mediator kekebalan dan secara
langsung menghambat replikasi sel virus. Dosis oral : 50-60mg/kg bb/hari
dalam dosis terbagi 4-6 kali.

4. Analog Nukleosidan
Contoh: zidovudin, asiklovir, idosuridin, ribavirin dan vidarahin.
Mekanisme Kerja
Analog nukleosida mula-mula mengalami fosforilasi oleh sel tuan rumah
membentuk turunan yang Aktif, kemudian bergabung ke dalam AND virus dan
tuan rumah sebagai pengganti nukleotida normal sehingga terjadi hambatan
proses replikasi sel.
a. Zidovudin (Azidotimidin, AZT, Retrovir), adalah antimetabolit timidin, yang
mengalami fosforilasi anabolic dalam sel T manusia menjadi nukleosida-5-
trifosfat, kemudian berkompentisi dengan timidin-5-trifosfat dan bergabung
dengan rantai pertumbuhan AND. Obat kemudian bekerja sebagai
penghambat terminasi rantai HIV reserve transcriptase, mencegah translasi
kode ARN retrovirus kedalam double stranded AND sehingga menghentikan

43
pembuatan rantai AND baru dan menghentikan raplikasi virus zidovudin
digunakan terutama untuk memperbaiki fungsi kekebalan kekebalan dan
lain lain ketidaknormalan yang berhubungan dengan AIDS. Obat ini dapat
memperpanjang kemungkinan hidup penderita AIDS tetapi tidak dapat
menghilangkan virus HIV dari organ penderita. Efek samping obat yang
serius adalah penekanan fungsi sumsum tulang belakang, sehingga
menyebabkan anemia dan neutropenia. Sesudah pemberian secara oral,
zidovudin mempunyai ketersediaan hayati yang baik dan mampu menembus
sawar darah otak dengan waktu paro kurang lebih 1 jam dosis .200 mg,
setiap 4 jam.
b. Asiklovir (Danovir, Kenrovir, Poviral, Zovirax), adalah analog asiklik dari
deoksiguanosin. Asiklovir mempunyai mekanisme kerja yang unik, yaitu
bekerja secara katalitik terhadap enzim timidin kinase virus herpes yang khas.
Disini obat terikat lebih kuat (kurang lebih 200 x) dibanding pada enzim sel.
Mula mula asiklovir diubah menjadi bentuk monofosfat dan selanjutnya
diaktifkan menjadi bentuk trifosfat oleh enzim kinase sel. Bentuk ini dapat
menghambat aktifitas enzim AND polimerasi virus yaitu melalui kompetisi
dengan deoksiguanosin trifosfat dan kemudian bergabung dengan AND,
menyebabkan berhentinya pembentukan rantai karena kekurangan gugus 3,
-hidroksil ujung yang diperlukan untuk perpanjangan rantai. Hal ini dapat
menjelaskan mengapa asiklovir aktif terhadap virus yang menginfeksi sel
seperti virus herpes simpleks I (herpes labial) dan II (herpes genital) seta
virus varicella zoster. Asiklovir merupakan obat pilihan untuk pencegahan
dan pengobatan virus herpes simplex dan untuk pengobatan ulang infeksi
herpes genital dan varicella zoster. Pada pemberian secara oral, absorpsi
obat rendah (15-30%), 15% obat terikat oleh plasma protein dengan waktu
paro 2,5 5 jam. Ketersediaanhayati asiklovir rendah, sehingga lebih baik
digunakan turunannya yang lebih mudah larut, yaitu 6-deoksiasiklovir, suatu
pra-obat, yang segera mengalami metabolism oleh xantin oksidase menjadi
asiklovir. Efek samping obat antara lain iritasi dan rasa nyeri pada tempat
injeksi, kulit kemerah-merahan, sakit kepala, insomnia, hematuria dan
perubahan ensefalopati. Penggunaan obat secara setempat hanya efektif untuk
infeksi herpes genita primer yaitu dapat mengurangi lama infeksi dan

44
meringankan gejala penyakit. Dosis oral : 200 mg 5 dd, selama 5-7 hari.
Dosis setempat : salep 5% 5 dd, selama 14 hari.
c. Gansiklovir Na (Cymevene), turunan asiklovir yang lebih mudah larut,
mempunyai aktivitas lebih besar terhadap virus sitomegalo dan efektif
terhadap virus yang telah resisten terhadap asiklovir. Dosis infuse : 5
mg/kgbb 2 dd, selama 1-2 minggu.
d. Valasiklovir Hcl (Valtrex), merupakan pra-obat L-valin ester dari asiklovir,
mekanisme kerja dan kegunaan mirip dengan asiklovir. Dosis : 1000 mg 3 dd,
selama 7 hari.
e. Idoksuridin, strukturnya mirip timidin dan merupakan substrat enzim timidin
kinase virus. Mula mula idoksuridin mengalami fosforilasi menjadi bentuk
aktifnya dan kemudian bergabung dengan AND virus. Karena idoksuridin
menimbulkan efek teratogenik, mutagenic dan menekan kekebalan maka
hanya digunakan secara setempat untuk pengobatan herpes
keratokonjungtivitis dan herpes labial, dalam bentuk salep mata atau larutan,
Dosis : salep mata 0,5%, 5 dd, larutan 0,1%, 0,1 ml 10 20 kali per hari.
f. Ribavirin, strukturnya berhubungan dengan guanosin, bekerja sebagai
penghambat tidak khas enzim yang mengkatalisis biosintesis basa guanine.
Pada kasus influenza, ribavirin dapat menghambat secara selektif sintesis
protein virus influenza. Ribavirin adalah senyawa antivirus dengan spectrum
luas karena efektif baik terhadap virus AND maupun virus ARN, seperti
hepatitis, infeksi herpes dan infeksi influenza. Absorpsi obat dalam saluran
derna cukup baik, dengan waktu paro eliminasi kurang lebih 24 jam.
g. Vidarabin, adalah turunan nukleotida dari adenine arabinosa, pada invivo
cepat mengalami deaminasi menjadi arabinosilhipoxantin. Senyawa induk
dan metabolit tersebut mengalami fosforilasi menjadi bentuk trifosfat yang
aktif dan dapat menghambat secara kompetitif dan selektif aktivitas enzim
AND- polymerase virus. Bentuk trifosfat diatas dapat bergabung ke dalam
AND virus dan menyebabkan berakhirnya perpanjangan rantai. Dalam jumlah
cukup besar, bentuk aktif diatas dapat menghambat enzim sel tuan rumah.
Vidarabin sangat efektif, melalui penggunaan setempat, untuk pengobatan
herpetic keratitis. Secara infuse intravena sebagai obat pilihan untuk
pengobatn herpes simpleks ensefalitis karena mampu menembus cairan
serebrospinal. Obat ini juga efektif untuk pengobatan herpes zoster yang

45
terlokalisasi pada penderita imunosupresif dan infeksi herpes simpleks
neonatal. Waktu paro serum vidarabin kurang lebih 15 menit sedang waktu
paro arabinosilhipoxantin kurang lebih 4 jam. Efek samping obat yang
terutama adalah gangguan saluran cernam , dalam dosis tinggi kemungkinan
dapat menyebabkan penekanan sumsum tulang belakang. Pada percobaan
dengan binatang, vidarabin mempunyai efek mutagenik, karsinogenik dan
teratogenik sehingga tidak dianjurkan untuk wanita hamil. Dosis : salep 5% 5
dd, dengan selang 3 jam.
h. Didanosin (videx), adalah nukleosida hipoksantin yang mempunyai efek
antivirus. Digunakan untuk pengobatan penderita HIV yang telah diberikan
zidovudin dalam jangka waktu yang lama. Dosis : 200 mg 2 dd.
i. Ritonavir (Norvir), merupakan penghambat petidomimetik HIV-1 protease,
digunakan untuk pengobatan infeksi HIV, Dosis : 600 mg 2 dd.
j. Lamivudin (3TC-HBV), bekerja dengan menghambat pembalikan enzim
transcriptase. Digunakan untuk pengobatan infeksi hepatitis B yang kronik.
Dosis : 100 mg 1dd.
e. Stavudin (Zerit), digunakan untuk pengobatan penderita HIV yang telah
diberikan zidovudin dalam jangka waktu yang lama. Dosis : 30 40 mg 2 dd.
5. Turunan Interferon
Contoh : interferon alfa-n1, interferon alfa-2a dan interferon alfa-2b. Interferon,
dapat bekerja melalui beberapa mekanisme sebagai berikut :
a. Merangsang enzim yang mampu menghambat translasi m-ARN virus,
b. Menghambat pelepasan virion pada permukaan sel virus,
c. Meningkatkan kekebalan tuan rumah terhadap infeksi virus melalui efek
imunomodulasi.
Interferon alfa. Dalam perdagangan tersedia rekombinan interferon alfa-2a
(Roveron-A) dan alfa-2b (Intron-A), yang masing-masing merupakan subtype
tunggal, dan human lymphablastoid interferon alfa (interferon alfa-n1) yang
mengandung campuran subtype alfa. Interferon alfa digunakan untuk pengobatan
hairy cell leukemia, myeloma, sarcoma kaposis dan venerral warts. Interferon alfa
dapat menimbulkan sindrom interferon, dengan gejala seperti flu, lesu, leucopenia
dan kebingungan. Bila diberikan secara intravena, obat secara cepat didistribusikan
ke jaringan, dan setelah 4 jam tidak dapat dideteksi adanya interferon dalam plasma.
Oleh karena itu interferon hanya diberikan secara intramuscular atau subkutan,
dengan waktu paro 4-12 jam. Dosis interferon alfa-2a I.M. atau S.C. : 3 juta IU/hari,

46
selama 16-24 minggu. Dosis Interferon alfa-2b. I.M. atau SC. : 2 juta IU/m, tiga kali
per minggu.

F. OBAT ANTI JAMUR


Obat Anti jamur adalah senyawa yang digunakan untuk pengobatan penyakit
infeksi yang disebabkan oleh jamur.
Anti jamur terdiri dari : griseovulvin (oral), asam salisilat, asam benzoat, natrium
kaprilat, klotrimazol, mikonazol dan haloprogin (setempat).
Berdasarkan struktur kimianya obat anti jamur dibagi menjadi 7 kelompok
yaitu :
Turunan Asam, turunan tionokarbamat, turunan pirimidin, antibiotika, turunan
imidazol, turunan halogen dan turunan lain-lain.
1. Turunan Asam
Turunan asam pada umumnya digunakan sebagai antijamur setempat
pada kulit. Mekanisme kerja antijamur turunan ini desebabkan oleh efek
keratolitiknya.
Contoh : asam salisilat, salisilanilid, asam benzoat, asam propionat, natrium
kaprilat, dan asam undesilenat.
a. Asam salisilat
Mempunyai efek keratolitik, digunakan secara setempat untuk
menghilangkan kutil. Efek bakteriostatik dan fungisid asam salisilat juga
digunakan untuk pengobatan penyakit parasit kulit, psoriasis, ketombe dan
ekzem. Kombinasi dengan asam benzoat (1:2) digunakan sebagai antijamur
setempat (kalpanax, mikorex, kopamex). Dosis setempat: serbuk tabur, salep
atau krim 3-10%.

b. Asam propionat
CH3-CH2-COOH, banyak digunakan sebagai antijamur karena mudah
didapat, tidak toksik dan tidak menimbilkan efek iritasi kulit. Asam propionat
efektif terhadap Tinea pidum dan sering digunakan dalam bentuk garamnya,
seperti garam Na, K,Ca, atau Zn karena tak berbau dan mudah
penanganannya.
c. Natrium Kaprilat

47
CH3-(CH2)5-CH2-COONa Asam bebasnya terdapat pada minyak
kelapa dan minyak kelapa sawit. Natrium kaprilat efektif terhadap
Trichophyton sp., Microsporum sp., Candida sp.
d. Asam undesilenat
(decyline), CH2=CH-(CH2)8-COOH, adalah antijamur setempat,
diberikan dalam bentuk larutan, emulsi, serbuk, atau salep dengan kadar
sampai 10%.

2. Turunan Tionokarbamat
Contoh : tosiklat, dan tolnaftat
a. Tosiklat (tolmicen)
Efektif secara setempat untuk pengobatan dermatomikosis. Dosis setempat
antijamur kulit, dalam bentuk larutan atau krim 1%, serbuk tabur 0,5%, 2-
3dd.
b. Tolnaftat
Mempunyai aktivitas yang tinggi terhadap dermatomikosis, baik in vitro
maupun in vivo, tetapi tidak aktif terhadap jamur lain. Untuk aktivitas
antijamur, gugus metilkarbamat memegang peran yang cukup penting.
Senyawa tetap aktif bila gugus tolil diganti dengan substituen -naftil--metil
dan bila gugus metil diganti dengan substituen H, hidroxil atau metoksi.
Aktivitas obat akan hilang bila gugus metil diganti dengan gugus halogen,
karboksilat atau nitro. Dosis setempat antijamur kulit, dalam bentuk larutan
atau krim 1% 2dd.

3. Turunan Pirimidin
Contoh : 5-fluorositosin (flusitosin) dan heksetidin.
5-fluorositosin, terutama digunakan untuk pengobatan kromomikosis,
kandidiasis dan kriptokokosis.

48
Mekanisme Kerja
Mula-mula flusitosin mengalami metabolisme di dalam sel jamur,
menjadi 5fluorourasil, suatu antimetabolit pirimidin. Metabolik antagonis
tersebut kemudian bergabung dengan asam ribonukleat dan kemudian
menghambat sintesis asam nukleat dan protein jamur.efek antijamur flusitosin
meningkat bila kombinasi dengan amfoterisin B atau turunan imidazol.

4. Turunan Antibiotika
Contoh : griseovulvin dan antibiotika turunan polien, seperti nistatin,
amfoterisin B dan kandisidin.
a. Griseovulvin (fulcin, griseofort,grivin,rasovin)
Diisolasi dari galur tertentu Penicillium griseofulvum,efektif pada pemberian
secara oral, dan hanya bekerja pada jamur yang tumbuh aktif. Griseofulvin
efektif terhadap dermatomikosis dan merupakan obat pilihan untuk infeksi
tinea pada kulit kepala, kuku, jenggot, telapak tangan dan kaki. Bentuk
mikrokristal dan ultramikrokristanya lebih aktif dibandingat bentuk
makrokristal. Griseofulvin mempunyai waktu paro 24-36 jam, tetapi masih
ada plasma setelah 4 hari pengobatan dihentikan.pada pengobatan jangka
panjang, obat akan disimpan pada rambut, kuku, dan kulit, dan diekskresikan
secara aktif melalui kelenjar keringat. Griseofulvin kadang-kadang
menimbulkan efek samping antara lain urtikaria, sakit kepala,
ketidaknyamanan lambung, granulositopenia dan leukopenia . Dosis oral :
mikrokristal 500mg, ultramikrokristal 330mg, 1dd atau terbagi dalam 2 dosis,
diberikan sesudah makan.
Mekanisme kerja
Griseofulvin menunjukkan efek antijamur dengan membatasi pertumbuhan
jamur, yaitu dengan menghambat mitosis jamur. Senyawa ini meningkat

49
protein mikrotubuli dalam sel, kemudian merusak struktur spindle mitotic dan
menghentikan metafasa pembelahan sel jamur.
Hubungan struktur dan aktivitas turunan griseofulvin
1). Senyawa akan tetap aktif bila atom Cl diganti dengan atom F, tetapi
aktivitasnya menurun bila diganti dengan atom Br atau H.
2). Penggantian substituen metoksi pada cincin sikloheksan dengan gugus
propoksi atau butoksi akan meningkatkan aktivitas secara in vitro karena
dapat meningkatkan kelarutan dalam asam lemak sehingga penembusan
ke dalam membran bakteri lebih baik. Substitusi dengan asam amino
justru menghilangkan aktivitas biologis.

b. Antibiotika Turunan polien


Seperti nistatin, amfoterisin B dan kandisidin, mempunyai mekanisme
kerja yang berbeda dengan griseofulvin.
a. Nistatin
Diisolasi dari Streptomyces noursei, digunakan untuk pengobatan infeksi
Candida sp.pada kulit, membran mukosa, saluran cerna vagina. Nistatin
juga digunakan secara oral atau setempat, untuk pengobatan infeksi yang
disebabkan oleh Candida sp. Dan Aspergillus sp. Dosis: 0,5 juta UI 3dd,
suspensi : 0,4-0,6 juta UI 4dd, vaginal: 0,1-0,2 juta UI/hari, selama 2
minggu, setempat: krim atau salep 0,1 juta Unit/g 2-3dd.

50
b. Amfoterisin B
Diisolasi dari Streptomyces nodosus, efektif terhadap hampir semua
mikosis sistemik, termasuk kutan dan mikokutan candidiasis. Amfoterisin
juga efektif terhadap mukokutan leismaniasis, tetapi kurang efektif
terhadap bakteri, protozoa atau virus. Absorpsi obat dalam saluran cerna
sangat rendah, sehingga lebih banyak diberikan secara infus intravena.
Ikatan obat dengan protein palsma sangat kuat dan mempunyai waktu paro
plasma 24jam.larutan obat dalam air cepat terurai sehingga harus dibuat
baru dan tidak boleh lebih dari 24jam. Dosis Infus I.V. : 250g/kg bb
dalam 500ml larutan dekstrosa 5% dalam jangka waktu 6 jam.

c. Kandisidin
Diisolasi dari Streptomyces griseus, dianjurkan untuk pengobatan infeksi
monilia pada saluran vagina. Dosis salep vagina. Dosis vaginal: 0,06%
2dd, selama 2 minggu, vaginal suppositoria : 3mg dd, selama 2 minggu.

5. Turunan Imidazol
Contoh : klotrimazol, ketokonazol, bufonazol, ekonazol nitrat, oksikonazol
nitrat, mikonazol nitrat, isokonazol nitrat, flukonazol, tiokonazol dan
itrakonazol.
Mekanisme Kerja
Aktivitas antijamur turunan imidazol disebabkan senyawa dapat
menimbulakan ketidakteraturan membran sitoplasma jamur.turunan imidazol
dan asam lemak tidak jenuh, suatu komponen membran jamur, dapat membentuk
interaksi hidrofob, mengubah permeabilitas membran dan fungsi pengangkutan
senyawa esensial, menyebabkan ketidakseimbangan metabolik sehingga

51
menghambat pertumbuhan atau menimbulkan kematian sel jamur. Turunan
imidazol juga menghambat biosintesis sterol, trigliserida, dan fospolipid pada
jamur. Ketokonazol dapat mempengaruhi biosintesis ergosterol dalam sel jamur.
a. Klotrimazol (canesten, lotremin,triamadan)
Absorpsi dalam saluran cerna sangat rendah, sedang pemberian secara
intravena menimbulkn toksisitas cukup besar, seperti kerusakan darah. Oleh
karena itu klotrimazol lebih banyak digunakan secara setempat untuk
pengobatan dermatomikosis, infeksi tinea dan mukokutan kandiasis yang
disebabkan oleh Candida albicans. Dosis stempat: krim atau laritan 1% 2-
3dd, selama 1-4 minggu. Tablet vagina: 100mg pada malam hari, selama 3-6
hari dan 500mg pada malam hari dosis tunggal.

b. Ketokonazol (mycoral, nizoral)


Diabsorpsi dengan baik oleh saluran cerna meskipun tidak sempurna, 85-92%
obat terikat oleh plasma protein, dengan waktu paro 3jam. Ketokonazol
digunakan secara oral untuk pengobatan mikosis sistemik dan
mukokutan.obat ini kurang efektif terhadap aspergilosis dan sporotrichosis.
Ketokonazol juga aktif pada penggunaan setempat untuk pengobatan
dermatomikosis, infeksi tinea dan kandidiasis kutan. Efek samping yang
ditimbulkan antara lain mual, dan kemungkinan menyebabkan hepatotoksik.
Dosis Oral: 200mg 1-2dd, sebelum makan. Dosis setempat : larutan atau krim
2%2dd,2-4 minggu.

c. Bufonazol (Mycospor)

52
Digunakan secara setempat untuk pengobatan mikosis kulit, seperti
dermatomikosis, infeksi tine dan superfisial kandidiasis. Obat mulai bekerja
sebagai antijamur 6jam setelah pemberian setempat. Dosis setempat krim atau
larutan: 1% 1dd, selama 2-4minggu.

d. Ekonazol nitrat (Pevaryl)


Merupakan atijamur yang sangat efektif, digunakan secara setempat
untuk pengobatan dermatomikosis dan mukokutan kandidiasis yang
disebabkan oleh Candida sp.dan Streptococcus sp. Dosis setempat krim,
serbuk tabur atau lotion: 1%2dd, selama 2-4 minggu. Tablet vagina: 150mg
pada malam hari selama 3hari.

e. Mikonazol nitrat (Daktarin, Nazoderm)


Pada kadar tinggi bila diberikan secara intravena, berfungsi sebagai fungisid,
sedangkan pada kadar rendah bila diberikan secara setempat, berfungsi
sebagai fungistatik. Absorpsi obat dalam salurn cerna sangat rendah,
pemberian secara intravena menimbulkan efek samping yang tidak
diinginkan, seperti anemia, hipoatremia,leukopenia,dan trombositopenia.
mikonazol juga meningkatkan enzim-enzim tertentu di hati, sehingga lebih
banyak digunakan secara setempat, untuk pengobatan dermatomikosis, Tinea
versicolor, kandidiasis mukokutan dan untuk infeksi kornea yang disibabkan

53
oleh Candida sp. atau Aspergillus sp. dosis setempat : krim atau lotion 2%
2dd.
f. Oksikonazol nitrat (Oceral)
Digunakan secara setempat untuk pengobatan dermatomikosis, infeksi Tinea
dan mukokutan kandidiasis yang disebabkan oleh Candida albicans. Seperti
ekonazol, oksikonazol juga mempunyai aktivitas antibakteri, yaitu efektif
terhadap gram positif seperti Staphylococcus sp. dan Streptococcus sp. Dosis
setempat : krim 1% 2dd selama 3 minggu, dapat dilanjutkan sampai 1-2
minggu, untuk mencegah agar tidak kambuh.
g. Isokonazol nitrat (Travogen)
Digunakan secara etempat untuk pengobatan mikosis superfisial pada kulit,
seperti dermatomikosis, infeksi tinea dan kandidiasis mukokutan disebabkan
oleh Candida albicans.isokonazol juga mempunyai aktivitas antibakteri
terhadap gram positif. Dosis setempat : krim 1% 2dd, selama 2-4 minggu.
h. Flukonazol (dDiflucan)
Diabsorpsi dengan baik oleh saluran cerna dan absorpsi tersebut tidak
dipengaruhi oleh adanya makanan.ketersediaan hayatinya diatas 90%, hanya
11-12% terikat oleh protein plasma. Kadar plasma tertinggi obat dicapai 0,5-
1,5 jam setelah pemberian oral, dengan waktu paro eliminasi plasma 30 jam.
Flukonazol digunakan secara oral untuk pengobatan mikosis sistemik, seperti
Cryptococcus meningitis dan kandidiasis sistemik. Dosis oral untuk
Cryptococcus meningitis hari pertama: 400mg 1dd, diikuti 200-400mg 1dd,
selama 6-8minggu. Untuk kandidiasis pada vagina: 150mg 1dd.
i. Tiokonazol (trosyd)
Digunakan secara setempat untuk pengobatan mikosis superfisial pada kulit,
seperti dermatomikosis, infeksi tinea dan kandidiasis. Tiokonazol juga
mempunyai aktivitas antibakteri terhadap gram positif, seperti
Staphylococcus sp. dan Streptococcus sp. Dosis setempat: krim 1% 1-2 dd,
selama 2-4 minggu. Untuk infeksi jamur pada kuku, lama pengobatan dapat
sampai 6-12 bulan.
j. Itrakonazol ( Sporanox)

54
Diabsorpsi dengan baik oleh saluran cerna dan absorpsi lebih baik bila
diberikan pada waktu makan. Obat terikat oleh plasma protein 99,8%, kadar
plasma tertinggi dicapai 3-4 jam setelah pemberian oral,dengan waktu paro
eliminasi 24 jam. Itrakonazol digunakan secara oral untuk pengobatan
kandidiasis sistemik dan infeksi tinea. Dosis oral untuk kandidiasis sistemik
dan infeksi tinea : 100mg 1 dd, selama 15-30 hari. Untuk kandidiasis vagina
200mg 2 dd, selama 1-3 hari.

6. Turunan Halogen
Contoh : Haloprogin
Haloprogin (polik), digunakan untuk pengobatan infeksi jamur superfisial
pada kulit. Dosis: larutan atau krim.
Mekanisme kerja
Turunan halogen dapat berinteraksi membentuk ikatan kovalen dengan
gugus-gugus fungsional dari sel jamur, seperti gugus tio, yang terdapat pada
koenzim A, sistein, glutation, asam lipoat dan tiamin. Gugus amino yang
terdapat pada asparegin atau glutamin, serta gugus karboksil dan hidroksil.
Interaksi tersebut dapat melalui reaksi oksidasi, adisi konjugat atau eliminasi
klorin. Ikatan kovalen yang kuat menyebabkan masa kerja obat menjadi panjang.
Reaksi haloprogin dengan gugus tio dijelaskan sebagai berikut :

G. OBAT ANTIPROTOZOA
Obat antiprotozoal adalah senyawa yang digunakan untuk pencegahan atau
pengobatan penyakit parasite yang disebabkanoleh protozoa.

55
Berdasarkan penggunaaannya obat antiprotozoal dibagi menjadi enam kelompok
yaitu obat antiamuba, antileismania, antitrikomonas, antitripanosoma dan obat
antimalarial.
1. Obat Antiamuba
Obat antiamuba, atau amubisida, adalah senyawa yang digunakan untuk
pengobatan amubiasis, suatu infeksi pada tuan rumah (host) yang disebabkan
oleh amuba parasite. Habitat amuba biasanya pada usus besar, seperti
Entamoeba histolytica, E. Coli, E.hartmanni, Endolimax nana dan
Iodamoebabutschlii, atau padamulut, seperti E. ginggivitis.
Amubias biasanya dihubungkan dengan amuba disentri, suatu infeksi yang
disebabkan oleh E.histolytica. Merupakan salah satu penyakit parasite yang
endemic dan banyak menimbulkan kematian dibanyak Negara, terutama di
daerah tropis yang sanitasinya relative rendah.
Obat anti amuba dibagi menjadi tujuh kelompok yaitu turunan
4_aminokuinolin, antibiotika, turunan 8-hidroksikuinolin, alkaloidaipeka,
turunan 5-nitroimidazol, arsen organic danturunan lain-lain.
a. Turunan 4-Aminokuinolin
Contoh : klorokuin dan garam-garamnya.
Klorokuin digunakan untuk amubiasis sistemik, terutama abseshati.
b. Antibiotika
Contoh :eritromisin, tetrasiklin, oksitetrasiklin dan paromomisin.
Antibiotika bekerja sebagai amubisid secara tidak langsung pada dinding dan
lumen usus, yaitu dengan memodifikasi flora usus yang diperlukan untuk
kehidupan amuba.
c. Turunan 8-Hidroksikuinolin
Contoh :kiniofon, kliokuinolin (Vioform) dan iodokuinol.
Mekanismekerja
Turunan 8-hidroksikuinolin bekerja pada amuba yang terdapat pada usus,
melalui dua mekanisme, yaitu :
1) Oksidasi oleh atom iodide
2. Pembentukan kelat dengan ion fero oleh gugus 8-kuinolinol.

56
Efek samping turunan 8-hidroksikuinolin adalah subacutemyelo-optic
neuropathy (SMON) dan nyeri serebral akut, termasuk agitasi dan amnesia,
bila digunakan dengan dosis besar pada waktu yang pendek. Pada dosis
terapi, pemakaian jangka panjang kemungkinan menyebabkan atropi optic
yang tetap dan kebutaan. Dibeberapa Negara, termasuk Indonesia, kliokuinol
dilarang bereda rkarena efek samping di atas.
d. AlkaloidaIpeka
Contoh :emetinHCldandehidroemetindiHCl (DH Emetine).
Mekanisme kerja
Alkaloida ipeka adalah amubisid sistemik, digunakan untuk pengobatan
amuba disentri yang berat dan abseshepatik. Pada tingkat molekul, senyawa
dapat menghambat perpanjangan rantai polipeptida, kemudian memblok
sintesis protein dari organisme eukariotik. Efek ini tidak terjadi pada
organisme prokariotik.
Hubungan struktur dan aktivitas
1. Strereokimia merupakan dasar yang sangat penting untuk aktivitas
antiamuba alkaloida ipeka. Emetin HCl, mempunyai 4 atom C asimetrik
pada posisi 2,3, 11b dan 1, sehingga dapat membentuk beberapa
stereoisomer. Dari uji biologis didapatkan bahwa semua stereoisomer
tersebut aktivitasnya lebih rendah dibanding (-) emetin, suatu alkaloida
alam yang didapat dari ekstrak tanaman Urogoga ipecacuanhae.
2. Kuarternerisasi atom N-5 (-) emetin akan meningkatkan aktivitas, tetapi
bila kuarternerisasi dilakukan pada atom N-5 dan N-2 justru menurunkan
aktivitas antiamuba.
3. Substituen pada cincin aromatic dapat divariasi tanpa kehilangan aktivitas.
4. Pemecahan cincin tetra hidroisokuinolin memberikan senyawa dengan
aktivitas sedang.
5. Turunannya, ()-2,3-dehidroemetin, biasanya dinamakan dehidroemetin,
aktivitasnya sama seperti emetin, tetapi toksisitasnya lebih rendah dan
lebih cepat dieliminasikan.
Efeksamping serius terjadi antaralain pada kardiovaskular, saraf otot dan
reaksi pada saluran cerna. Alkaloida ipeka biasanya diberikan secara

57
subkutan atau intramuscular, karena pada pemberian secara intravena
menimbulkan efek samping cukup besar. Sekarang, penggunaan alkaloida
ipeka sebagai antiamuba kurang popular dan diganti dengan turunan 5-
nitro imidazol karena mempunyai aktivitas yang sama dan relative lebih
aman. Alkaloida ipeka hanyadigunakan bila turunan 5-nitro imidazol tidak
efektif atau kontra indikasi. Dosis I.M. (yang dalam) atauS.C : 1-1,5 mg/kg
bb 1 dd, selama 5 hari.
e. Turunan Nitroimidazol
Turunan nitroimidazol dibagi menjadi dua kelompok, yaitu :
1) Turunan 2-nitroimidazol, contoh : benznidazol dan misonidazol.
2) Turunan 5-nitroimidazol, contoh : metronidazol, nimorazol, ornidazol,
tinidazol dan seknidazol.
No R R Nama Obat
1 -CH3 -CH2OH Metronidazol
2 -CH3 -CH(OH)CH2Cl Ornidazol
3 -CH3 -CH2SO2CH2CH3 Tinidazol
4 -CH3 -CH(OH)CH3 Seknidazol
5 H CH2-N Nimorazol

Turunan 5-nitroimidazol sampai sekarang merupakan obat pilihan untuk


amubiasis usus dan sistemik, termasuk abses amuba, infeksi bakterial, giardiasis,
trikomoniasis dan beberapa parasit protozoa. Turunan 5-nitroimidazol lebih aktif
terhadap amubiasis sistemik daripada amubiasis usus karena sebagian besar obat
diabsorpsi melalui usus halus sehingga kemungkinan gagal untuk mencapai
kadar terapetik dalam usus besar. Pada pengobatan amubiasis usus yang berat,
biasanya dikombinasi dengan antibiotika, seperti tetrasiklin atau paromomisin.
Mekanisme Kerja
Gugus nitro pada posisi 5 sangat berperan untuk aktivitas amubiasis karena
mampu mereduksi dan berfungsi sebagai elektron aseptor terhadap gugus
elektron donor protein amuba. Akibatnya, terjadi gangguan proses biokimia,
seperti hilangnya struktur heliks ADN, pemecahan ikatan dan kegagalan fungsi
ADN sehingga amuba mengalami kematian.
Contoh :

58
1) Metronidazol (Elyzol, Flagyl, Metrofusin, Metrozine, Nidazole), merupakan
senyawa kemoterapi dengan spektrum luas, selektif terhadap mikroorganisme
anaerob, termasuk bakteri dan protozoa. Metronidazol adalah obat pilihan
terhadap amubiasis usus dan sistemik, trikomoniasis dan giardiasis. Absorpsi
obat dalam saluran cerna cepat dan sempurna, kadar serum tertinggi dicapai
dalam 1-2 jam setelah pemberian secara oral, dengan waktu paro plasma 8
jam. Dosis oral untuk amubiasis : 0,75-1 g 3 dd, selama 5-10 hari. Untuk
trikomoniasis : 250 mg 3 dd, selama 7-10 hari. Untuk giardiasis : 2 g 1 dd,
selama 3 hari. Untuk infeksi bakteri anaerobik, dosis oral mula-mula : 1 g
kemudian 500 mg, tiap 8 jam. Untuk infeksi bakteri anaerob yang serius,
diberikan secara infus intravena dengan dosis awal : 15 mg/kg bb, selama 1
jam, diikuti dosis pemeliharaan : 7,5 mg/kg bb 1 jam, dengan selang 6-8 jam,
selama 7-14 hari.
2) Tinidazol (Fasigyn, Flatin), merupakan senyawa kemoterapi dengan
spektrum luas, aktif terhadap bakteri anaerob, seperti Bacteroides sp,
Clostridium sp., Eubacterium sp., Peptococcus sp. Dan Fusobacterium sp.,
dan protozoa, seperti Trichomonas vaginalis, E.histolytica dan Giardia
lambia. Tinidazol sering digunakan untuk mencegah infeksi sesudah operasi
saluran cerna atau ginekologis yang disebabkan oleh bakteri anaerob.
Absorpsi obat dalam saluran cerna cepat dan sempurna, kadar serum tertinggi
dicapai dalam 2 jam sesudah pemberian secara oral, dengan waktu paro
eliminasi 12-14 jam. Dosis untuk mencegah infeksi sesudah operasi : 2 g, 12
jam sebelum operasi. Dosis oral untuk amubiasis: 600 mg 2 dd, selama 5-10
hari. Untuk trikomoniasis : 150 mg 3 dd, selama 5-7 hari dan untuk giardiasis
: 2 g 1 dd. Untuk infeksi bakteri anaerobik, dosis oral mula-mula : 2 g 1 dd,
kemudian 1 g 1 dd atau 500 mg 2 dd, selama 5-7 hari.
3) Seknidazol (Flagentyl), merupakan senyawa turunan 5-nitro-imidazol dengan
waktu pro serum yang lebih panjang dibanding metronidazol, yaitu 17 jam.
Seknidazol selektif terhadap bakteri anaerob dan protozoa E.histolytica,
G.lambia dan Trichomonas vaginalis. Dosis oral amubiasis usus : 500 mg 3
dd, selama 3 hari. Untuk amubiasis di hati, dosis : 500 mg 3 dd, selama 5
hari.

59
4) Nimorazol (Naxogin), selektif terhadap bakteri anaerob dan protozoa E.
Histolytica, G. Lambia dan Trichomonas vaginalis.Dosis oral untuk
amubiasis usus : 2 g/hari, selama 5 hari. Untuk amubiasis di hati, dosis : 2,5
g/hari, selama 10 hari. Untuk giardiasis : 1 g/hari, selama 5 hari.

2. Turunan Arsen Organik


Contoh : karbarson, difetarson dan glikobiarsol.
Turunan arsen organik mengandung atom arsenik pentavalen. Mula-mula
direduksi menjadi arsen trivalen kemudian membentuk kompleks dengan gugus
tiol dari parasit dan menunjukkan efek amubisid. Turunan arsen organik
sekarang jarang digunakan karena ekskresinya pelan dan akan ditimbun pada
jaringan sehingga menimbulkan toksisitas yang besar.
1) Karbarson, digunakan secara oral untuk pengobatan amubiasis usus dan
secara intravagina untuk pengobatan infeksi Trichomonas vaginalis. Dosis
oral : untuk amubiasis 250 mg 2-3 dd, selama 10 hari.
2) Glikobiarsol, digunakan secara oral untuk pengobatan amubiasis usus dan
secara intravagina untuk pengobatan infeksi Trichomonas vaginalis dan
monilia vaginitis. Dosis oral : untuk amubiasis 500 mg 3 dd, selama 7-10
hari.
3. Turunan Lain-lain
Contoh : diloksanid furoat, bialamikol dan kuinakrin HCl.
Diloksanid furoat, adalah turunan haloasetamid, mengandung gugus dikloroamid
(-N(R)-COCHCl2) yang terikat pada cincin fenil, seperti pada antibiotika
kloramfenikol. Diloksanid furoat adalah obat pilihan untuk menghilangkan
gejala-gejala amubiasis usus dan sistemik, termasuk abses amubik, sesudah
pengobatan dengan turunan 5-nitroimidazol. Diloksanid furoat cepat terhidrolisis
dalam usus melepas diloksanid dan secara cepat diabsorpsi oleh saluran cerna.
Kadar plasma tertinggi obat dicapai dalam 1 jam, dengan masa kerja 6 jam.
Dosis oral : 500 mg 3 dd, selama 10 hari.
4. Obat Antileismania
Obat antileismania, atau leismanisida, adalah senyawa kemoterapetik yang
digunakan untuk pengobatan leismaniasis, suatu parasit yang disebabkan oleh

60
Leishmania donovani (leismaniasis viseral), L. Tropica (leismaniasis kutan), L.
Braziliense (leismaniasis mukokutan), L. Aethiopica, L.major dan L.mexicana.
Merupakan parasit pada manusia dan hewan yang disebarluaskan melalui gigitan
serangga lalat pasir (Phlebotamus atau Lutzomyia).
Leishmania sp. Mempunyai dua bentuk siklus kehidupan, yaitu :
a. luar sel, bentuk promastigot bebas, dikembangkan dalam usus vektor
(serangga), yang masuk dalam tubuh mamalia melalui gigitan serangga;
b. dalam sel, bentuk amastigot dalam tubuh mamalia.
Antileismania dibagi menjadi lima kelompok yaitu golongan alkaloida,
antibiotika, turunan diamidin, turunan 5-nitroimidazol dan turunan lain-lain.
5. Golongan Alkaloida
Contoh : emetin HCl, dehidroemetin.
a. Antibiotika
Contoh : amfoterisin B, griseofulvin dan paromomisin.
b. Turunan Diamidin
Contoh : hidroksistilbamidin isetionat dan pentamidin isetionat.
Mekanisme kerja
Mekanisme kerja turunan diamidin belum begitu jelas, kemungkinan
disebabkan oleh interaksi obat dengan ADN atau nukleosida, melalui reaksi
yang melibatkan aseptor-donor elektron yang menyebabkan hambatan
biosintesis ADN, ARN, fosfolipid dan protein. Kemungkinan mekanisme
kerja yang lain adalah mempengaruhi pemasukan atau fungsi poliamin
protozoa.
Pentamidin isetionat, merupakan obat pilihan lain untuk pengobatan
leismaniasis viseral, obat sekunder untuk pencegahan dan pengobatan infeksi
Trypanosoma gambiense, dan untuk pengobatan pneumonia yang disebabkan
oleh Pneumocystis carinii. Pentamidin isetionat diberikan secara
intramuskular, lama obat dalam darah relatif singkat karena cepat terikat oleh
jaringan. Obat disimpan di ginjal dan hati dalam waktu yang cukup lama 1
bulan. Dosis untuk leismaniasis viseral, I.M. : 4 mg/kg bb/hari, selama 12-14

61
hari. Untuk pencegahan tripanosomiasis : 4 mg/kg bb, dosis tunggal, setiap 3-
6 bulan.
c. Turunan 5-Nitroimidazol
Contoh : metronidazol dan benznidazol.
d. Turunan Lain-lain
Contoh : sodium stiboglukonat, alopurinol, sikloguanil pamoat, kuinakrin
HCl dan suramin Na.
Sodium stiboglukonat, merupakan turunan antimon dan obat pilihan untuk
pengobatan segala bentuk leismaniasis. Terhadap L. Braziliense bila tidak
efektif dapat diganti dengan amfoterisin B. Diberikan secara I.M. atau I.V.,
dengan dosis : 60 mg 1-6 dd, selama 6-10 hari.
Mekanisme kerja
Sodium stiboglukonat adalah senyawa antimon pentavalen yang berfungsi
sebagai pra-obat, dalam tubuh direduksi menjadi bentuk trivalen aktif yang
dapat bereaksi dengan gugus sulfhidril, yang ada dalam sistem enzim esensial
parasit, membentuk ikatan kovalen dan menyebabkan efek toksik.

6. Obat Antitrikomonas
Obat antitrikomonas, atau trikomonasida, adalah senyawa yang digunakan
untuk pngobatan trikomoniasis, suatu infeksi parasit pada usus atau saluran
genital, yang disebabkan oleh flagelata, seperti Trichomonas vaginalis, T. Tenax,
Dientamoeba fragilis dan Pentatrichomonas hominis. Infeksi pada manusia
terutama adalah trikomoniasis yang disebabkan oleh T. Vaginalis, yang biasanya
hidup pada mukosa vagina dan bagian saluran genital wanita (40%) atau pria
(10%).
Obat antitrikomonas dikelompokkan menjadi dua yaitu obat yang bekerja
secara sistemik dan yang bekerja secara setempat.

a. Obat yang Bekerja Secara Sistemik

62
Obat pilihan untuk pengobatan trikomoniasis sistemik adalah metronidazol
atau turunan nitroimidazol lain. Untuk infeksi D.fragilis sebagai obat pilihan
adalah iodokuinol atau tetrasiklin.
Obat yang menghambat efek sistemik trikomoniasis dibagi menjadi tiga
kelompok yaitu golongan antibiotika, turunan 8-hidroksikuinolin dan turunan
nitroimidazol.
1. Golongan antibiotika
Contoh : tetrasiklin, natamisin dan pentamisin.
2. Turunan 8-hidroksikuinolin
Contoh : kliokuinol (Vioform) dan iodokuinol.
3. Turunan nitroimidazol
Contoh : benznidazol, flunidazol, metronidazol, misonidazol, nimorazol,
ornidazol, seknidazol dan tinidazol.
b. Obat yang bekerja Secara Setempat
Contoh : aminakrin HCl, klotrimazol dan povidon-iodin.

7. Obat Antitripanosoma
Obat antitripanosoma, atau tripanosida, adalah senyawa yang digunakan
untuk pencegahan dan pengobatan tripanosomiasis, suatu penyakit parasit yang
disebabkan oleh flagelata, seperti Trypanosoma gambiense, T. Cruzi dan T.
rhodesiense. T. cruzi dapat menyebabkan penyakit Chagas, dan vektor
penyebarnya disebut kissing bugs, yaitu Triatoma sp., Panstrongylus sp., dan
Rhodnius sp. Penyakit ini banyak tersebar di Amerika latin. Penyebarannya
melalui transfusi darah dan sekarang menimbulkan problem yang serius karena
20% dari donor darah di Amerika latin telah terinfeksi dengan T.cruzi. T.cruzi
mempunyai tiga bentuk dalam siklus kehidupannya, yaitu amastigot (leismania),
epimastigot dan tripomastigot. Hanya sedikit obat yang dapat digunakan untuk
pengobatan penyakit Chagas, antara lain yaitu, benznidazol dan nifurtimoks. T.
gambiense dan T. rhodesiense dapat menyebabkan penyakit tidur atau
tripanosomiasis Afrika, dan vektor penyebarnya adalah lalat tsetse (Glossina
palpalis dan G.morsitans), T.gambiense dan T.rhodesiense mempunyai dua
bentuk dalam siklus kehidupanny, yaitu epimastigot, terjadi pada tubuh lalat

63
tsetse yang dalam kelenjar liur berubah menjadi tripomastigot dan melalui
gigitan lalat masuk ke tubuh host.
Banyak senyawa yang dapat digunakan untuk pengobatan tripanosomiasis
Afrika, tetapi biasanya menimbulkan toksisitas cukup besar sehingga harus
dikontrol secara ketat dan penderita harus masuk rumah sakit. Selain pengobatan
infeksi, hal lain yang harus diperhatikan adalah sterilisasi darah transfusi
(dengan gentian violet) dan kontrol terhadap vektor (dengan insektisida, seperti
malation).
Contoh obat antitripanosoma : nifurtimoks, suramin Na, melarsoprol,
pentamidin isetionat, hidroksistilbamidin isetionat, benznidazol, primakuin
fosfat dan alopurinol.
a. Nifurtimoks, adalah turunan 5-nitrofuran, merupakan obat pilihan untuk
pengobatan penyakit Chagas karena dapat menghambat bentuk tripomastigot
luar sel dan amastigot dalam sel dari T.cruzi. Dosis oral : 8-10 mg/kg bb/hari,
selama 4 bulan. Turunan 5-nitrofuran bekerja melalui pembentukan senyawa
antara radikal bebas yang reaktif, seperti anion superoksida dan hidrogen
peroksida. Radikal bebas tersebut kemudian berinteraksi dengan beberapa
komponen sel dan menyebabkan kematian sel. T.cruzi kekurangan enzim
glutation katalase dan peroksidase sehingga parasit ini mudah diserang oleh
radikal bebas, seperti hidrogen peroksida. Sel mamalia mengandung enzim-
enzim di atas sehingga efek toksik radikal bebas dapat dicegah.
b. Suramin Na, adalah turunan urea, merupakan obat pilihan untuk pencegahan
dan pengobatan tripanosomiasis Afrika, serta untuk pengobatan
onchocerciasis, suatu penyakit yang disebabkan oleh cacing Onchocerca
volvulus, meskipun hanya aktif terhadap mikrofilarianya. Suramin Na
menghambat kerja dari banyak enzim pada Trypanosoma sp., terutama
bekerja dengan menghambat enzim gliserin-3-fosfat oksidase dan kemudian
memblok glikolisis. Karena produksi energi dari Trypanosoma sp. seluruhnya
tergantung pada proses glikolisis, maka pemblokan proses tersebut
mempengaruhi metabolismenya dan menyebabkan kematian parasit. Suramin
Na diberikan secara intravena, kadar dalam darah turun dengan cepat, tetapi
dalam kadar rendah tetap ada dalam peredaran darah selama 3 bulan sehingga

64
efektif untuk pencegahan terhadap tripanosomiasis. Hal ini disebabkan obat
terikat secara kuat oleh plasma protein dan kemudian dilepaskan secara
perlahan-lahan. Suramin Na tidak dapat mencapai cairan serebrospinal
sehingga tidak efektif untuk pengobatan tripanosomiasis yang telah
mempengaruhi sistem saraf pusat. Oleh karena itu pengobatan dilanjutkan
dengan turunan arsen, seperti melarsoprol. Dosis I.V. untuk tripanosomiasis
Afrika, mula-mula : 100-200 mg untuk uji toleransi, kemudian 1 g pada hari
1,3,7, 14 dan 21. Untuk onchocerciasis : 100 mg untuk uji toleransi,
kemudian 1 g/minggu, selama 5 minggu.
c. Melarsoprol, adalah obat pilihan untuk pengobatan lebih lanjut
meningoensefalitis yang disebabkan oleh tripanosomiasis Afrika, sesudah
pengobatan dengan Suramin Na. Melarsoprol adalah turunan arsen trivalen,
bersifat sangat toksik. Sebagai antidotum adalah dimerkaprol. Bentuk trivalen
aktif tersebut bereaksi dengan gugus sulfhidril yang ada dalam sistem enzim
esensial parasit, seperti enzim piruvat kinase, pada akhir glikolitik kinase
membentuk ikatan kovalen dan menyebabkan efek toksik. Pada manusia
melarsoprol secara cepat dioksidasi menjadi senyawa pentavalen yang relatif
tidak toksik dan segera diekskresikan, sedang pada Trypanosoma, sp. proses
metabolismenya sangat lambat. Dosis I.V. : 3,6 mg/kg bb/hari, selama 3-4
hari dan dapat dilanjutkan sampai 7-10 hari.
d. Hidroksistilbamidin isetionat, merupakan obat pilihan untuk pencegahan
dan pengobatan tripanosomiasis Afrika, tetapi tidak dapat mencapai cairan
serebrospinal sehingga tidak efektif untuk pengobatan tripanosomiasis yang
telah mempengaruhi sistem saraf pusat. Oleh karena itu pengobatan
dilanjutkan dengan turunan arsen, seperti melarsoprol. Hidroksistilbamidin
juga efektif untuk leismaniasis viseral. Dosis untuk leismaniasis dan
tripanosomiasis I.M atau infus I.V. : 225 mg 1 dd.

8. Obat Antimalaria
Obat antimalaria adalah senyawa yang digunakan untuk pencegahan dan
pengobatan malaria, suatu penyakit parasit yang disebabkan oleh protozoa, yaitu
Plasmodium sp., yang masuk ke dalam tubuh tuan rumah (host) melalui gigitan
nyamuk Anopheles betina. Ada empat spesies malaria pada manusia, yaitu

65
P.falciparum (malaria tertiana yang berbahaya), P.vivax (malaria tertiana yang
kurang berbahaya), P.malariae (malaria kuartana yang kurang berbahaya) dan
P.ovale (malaria tertiana yang kurang berbahaya). Tertiana dn kuartana
menunjukkan siklus reproduksi parasit, yang ditandai oleh waktu selang antara
puncak tertinggi demam pasien. Untuk tertiana waktu selang demam tertinggi 48
jam sedang kuartana 72 jam.
Obat antimalaria dapat dibagi menjadi beberapa kelompok berdasarkan
cara kerja dan struktur kimianya.
Berdasarkan perkembangan dan siklus kehidupan parasit dimana obat bekerja
atau berdasarkan cara kerjanya, antimalaria dikelompokkan sebagai berikut :
1) Schizontisida jaringan (eksoeritrositik schizontisida), yang digunakan
pencegahan kausal
Obat kelompok ini menghancurkan bentuk jaringan primer plasmodia
dan merozoit di hati, dimulai dari tahap infeksi eritrositik, kemudian
mencegah invasi eritrosit dan lain-lain penyebaran infeksi ke nyamuk
Anopheles.
Contoh : klorguanid, pirimetamin dan primakuin.
2) Schizontisida jaringan, yang digunakan mencegah kekambuhan.
Obat kelompok ini bekerja pada bentuk schizont di jaringan laten,
jaringan sekunder atau hipnozoid dari P.vivax dan P.ovale di sel hati.
Contoh : primakuin dan pirimetamin.
3) Schizontisida darah (schizontisida eritrositik), yang digunakan untuk
pengobatan klinik dan supresif.
Obat kelompok ini bekerja terhadap merozoit pada fasa eritrositik
aseksual dari parasit malaria dan mengganggu schizogoni eritrositik.
Berdasarkan masa kerjanya kelompok ini dibagi menjadi dua, yaitu :
a) Schizontisida yang bekerja secara cepat, contoh : amodiakuin, artemisin,
klorokuin, kuinin dan tetrasiklin.
b) Schizontisida yang bekerja secara lambat, contoh : pirimetamin,
klorguanid, sikloguanil pamoat, sulfonamida dan sulfon.

4) Gametositosida

66
Obat kelompok ini mnghancurkan bentuk eritrositik seksual (gametosit)
dari parasit malaria sehingga mencegah penyebaran plasmodia ke nyamuk
Anopheles.
Contoh: klorokuin, primakuin dan kuinin.
5) Sporozoitosida
Obat kelompok ini mampu membunuh sporozoit segera setelah masuk
dalam darah sesudah gigitan nyamuk. Waktu untuk bekerja obat sangat
singkat oleh karena sporozoit secara cepat masuk ke sel hati sehingga banyak
obat antimalaria kurang efektif terhadap bentuk sporozoit tersebut.
Contoh : klorguanid, pirimetamin dan primakuin.
6) Sporontosida
Obat kelompok ini bekerja pada tubuh nyamuk malaria yang
menginfeksi tuan rumah yaitu dengan mencegah pembentukan oosist dan
sporozoit.
Contoh : pirimetamin, klorguanid dan primakuin.
Mekanisme kerja obat antimalaria
1) Berinteraksi dengan ADN
Turunan 9-aminoakridin, 4-aminokuinolin, 8-aminokuinolin dan
kuinolinometanol menunjukkan efek schizontisid yang cepat dengan cara
berinteraksi dengan ADN parasit. Turunan di atas mempunyai sistem
cincin datar, dapat mengadakan interkalasi dengan pasangan basa dobel
heliks ADN, melalui ikatan elektrostatik antara gugus amin tersier rantai
samping dengan gugus fosfat ADN. Perhitungan orbital molekul
menunjukkan bahwa cincin aromatik planar dari turunan di atas, terutama
bentuk terprotonasi, mempunyai nilai LEMO rendah sedang pasangan basa
guanin-sitosin mempunyai nilai HOMO tinggi sehingga mudah
membentuk kompleks obat-ADN.
Kuinin, dapat mengikat ADN melalui tiga jalur, yaitu :
a) Cincin kuinolin berinterkalasi diantara pasangan basa dobel heliks
ADN, membentuk kompleks alih muatan;
b) Gugus hidroksil alkohol membentuk ikatan hidrogen dengan salah satu
pasangan basa;

67
c) Gugus kuinuklidin terprojeksi pada salah satu alur ADN, dan gugus
amin alifatik tersier yang terprotonasi membentuk ikatan ion dengan
gugus fosfat dobel heliks ADN yang bermuatan negatif.
Pembentukan kompleks akan menurunkan keefektifan ADN parasit untuk
bekerja sebagai template enzim ADN dan ARN polimerase sehingga
terjadi pemblokan sintesis ADN dan ARN.
Turunan aminokuinolin, membentuk kompleks dengan ADN melalui dua
jalur, yaitu :
a) Gugus amin alifatik tersier rantai samping yang terprotonasi,
membentuk ikatan ion dengan gugus fosfat dobel heliks ADN yang
bermuatan negatif, melalui celah minor;
b) Alih muatan yang lebih khas atau interaksi hidrofob yang melibatkan
cincin aromatik dan pasangan basa guanin-sitosin ADN.
Klorokuin dan amodiakuin, membentuk kompleks dengan ADN melalui
dua jalur, yaitu :
a) Gugus amin alifatik tersier rantai samping yang terprotonasi
membentuk ikatan ion dengan gugus fosfat dobel heliks ADN yang
bermuatan negatif.
b) Gugus 7-Cl dapat membentuk ikatan elektrostatik dengan gugus 2-
amino guanin yang bersifat khas.
2) Menghambat enzim dihidrofolat reduktase
Turunan biguanida dan diaminopirimidin, mempunyai aktivitas
antimalaria karena menghambat secara selektif enzim dihidrofolat
reduktase yang mengkatalisis perubahan asam dihidrofolat menjadi asam
tetrahidrofolat pada parasit. Penghambatan ini mempengaruhi biosintesis
plasmodia terutama pembentukan basa purin, pirimidin dan ADN.
Meskipun turunan ini tidak bekerja secara selektif terhadap enzim parasit,
tetapi dapat mengikat enzim dihidrofolat reduktase plasmodia lebih kuat
dibanding isoenzim pada tuan rumah. Efek pemblokan ini tidak berbahaya
bagi tuan rumah karena asam folinat yang diperlukan dipasok dari luar
melalui makanan.
3) Menghambat enzim dihidropteroat sintetase

68
Turunan sulfonamida dan sulfon bekerja sebagai antimalaria karena dapat
menghambat secara selektif enzim dihidropteroat sintetase, yang
mengkatalisis kondensasi ester pirofosfat dari 2-amino-4-okso-6-
hidroksimetildihidropteridin dengan asam p-aminobenzoat sehingga
mencegah penggabungan asam p-aminobenzoat dengan asam
dihidropteroat. Hambatan ini dapat menyebabkan kematian parasit.
4) Menghambat sintesis protein
Tetrasiklin, eritromisin, makrolida dan seskuiterpen lakton bekerja
sebagai antimalaria terutama dengan menghambat sintesis protein parasit.
5) Mekanisme kerja lain-lain
Klorokuin, sinkonin, kuinidin dan kuinin dapat mengikat dengan
afinitas yang tinggi feriprotoporfirin IX, suatu gugus prostetik dan
hemoglobin, mioglobin dan enzim tertentu, membentuk kompleks
koordinasi, menyebabkan kerusakan dan lisisnya membran parasit malaria.
Klorokuin juga menghambat ornitin dekarboksilase, suatu enzim yang
membatasi kecepatan reaksi biosintesis poliamin.
Berdasarkan struktur kimianya obat antimalaria dibagi menjadi delapan
kelompok yaitu turunan 9-aminoakridin, 4-aminokuinolin, 8-
aminokuinolin, biguanida, diaminopirimidin, kuinolinometanol, turunan
sulfonamida dan sulfon.
1) Turunan 9-Aminoakridin
Contoh : kuinakrin HCl
Kuinakrin HCl (Atebrin), bekerja sebagai schizontisida eritrositik,
sekarang jarang digunakan sebagai antimalaria karena tersedia obat
yang lebih aktif dengan toksisitas lebih rendah. Kuinakrin masih
digunakan sebagai obat pilihan untuk infeksi Giardia lambia yang
berat, untuk pengobatan leismaniasis dan sebagai anthelmintik
terhadap Taenia saginata, T.solium dan H.nana.
2) Turunan 4-Aminokuinolin
Contoh : amodiakuin HCl, klorokuin fosfat, hidroksiklorokuin dan
sontokuin.

69
Turunan 4-aminokuinolin mempunyai aktivitas antimalaria yang lebih
tinggi dibanding kuinin atau 9-aminoakridin. Toksisitasnya relatif
rendah, pemakaian jangka panjang dengan dosis besar dapat
mempengaruhi pendengaran dan penglihatan. Dari turunan 4-
aminokuinolin, klorokuin menunjukkan aktivitas yang optimal.

Hubungan struktur dan aktivitas


Hubungan struktur dan aktivitas turunan 4-aminokuinolin
dijelaskan sebagai berikut :
a) gugus amin tersier sangat penting untuk aktivitas;
b) jarak optimal antara dua atom N pada rantai samping adalah 4
atom C;
c) substituen 7-Cl menunjukkan aktivitas yang optimal;
d) substitusi gugus hidroksi pada salah satu gugus etil pada amin
tersier, seperti pada hidroksiklorokuin, menurunkan toksisitas dan
meningkatkan kadar obat dalam plasma. Hidroksiklorokuin
merupakan salah satu metabolit dari klorokuin;
e) adanya gugus metil pada C-3, seperti pada sontokuin, akan
menurunkan aktivitas (sontokuin aktivitasnya sepertiga dari
aktivitas klorokuin). Adanya gugus metil pada C-8 akan
menghilangkan aktivitas;
f) pemasukan gugus-gugus lain pada inti kuinolin juga menurunkan
aktivitas;
g) pemasukan inti aromatik pada rantai samping, seperti pada
amodiakuin, menurunkan aktivitas dan toksisitas senyawa.
Contoh :
a) Amodiakuin HCl, efektif untuk pencegahan dan pengobatan
serangan akut malaria, juga digunakan untuk pengobatan
giardiasis dan lepra. Absorpsi obat dalam saluran cerna cepat.
Amodiakuin adalah pra-obat, dalam tubuh diubah menjadi
metabolit aktif, desetilamodiakuin, dan kemudian ditimbun dalam
eritrosit, hati, ginjal dan paru. Pelepasan obat ke peredaran darah

70
sangat pelan, obat dieliminasikan melalui urin tidak kurang dari 7
hari setelah pemberian dosis tunggal. Dosis oral untuk
pencegahan malaria : 400 mg/minggu, dimulai 2 minggu sebelum
pergi ke daerah yang diduga ada malaria, dan kemudian
dilanjutkan 6 minggu setelah meninggalkan daerah tersebut.
Untuk pengobatan malaria, dosis awal : 600 mg, diikuti dengan
400 mg pada jam ke 6, 24 dan 48.
b) Klorokuin fosfat (Avloclor, Malarex, Mexaquin, Nivaquine,
Resochin), merupakan obat pilihan untuk pencegahan dan
pengobatan serangan akut malaria. Kombinasi dengan primakuin
digunakan untuk pencegahan serangan semua jenis malaria.
Klorokuin juga digunakan untuk pengobatan chlonorchiasis dan
infeksi amuba hepatik, serta penyakit yang berhubungan dengan
keradangan, seperti rematik artritis. Absorpsi obat dalam saluran
cerna cepat dan hampir sempurna, kadar serum tertinggi dicapai
dalam 1-2 jam, kemudian obat dikumpulkan pada jaringan
tertentu, seperti hati, paru dan ginjal, dan tetap tinggal dalam
waktu yang lama, karena terikat secara kuat oleh sel-sel yang
mengandung melanin. Pelepasan obat ke peredaran darah sangat
pelan, dengan waktu paro antara 70-120 jam. Dosis oral untuk
pencegahan malaria : 300 mg/mimggu, dimulai 2 minggu
sebelum ke daerah yang diduga ada malaria, dan dilanjutkan 8
minggu setelah meninggalkan daerah tersebut. Untuk pengobatan
malaria, dosis awal : 600 mg, diikuti dengan 300 mg pada jam ke
6,24 dan 48. Untuk pengobatan amubiasis : 600 mg 1 dd, selama
2 hari, diikuti dengan 300 mg 1 dd, selama 2-3 minggu. Untuk
penyakit artritis : 250 mg 1 dd, malam hari.
3) Turunan 8-Aminokuinolin
Contoh : primakuin, pamakuin dan pentakuin.
Turunan 8-Aminokuinolin aktif terhadap bentuk eksoeritrositik
parasit malaria yang disebabkan oleh P.vivax dan P. Malariae.
Mempunyai aktivitas gametositosid, tetapi tidak aktif terhadap

71
bentuk parasit eritrositik. Turunan ini menimbulkan toksisitas
lebih besar dibanding turunan 4-aminokuinolin. Efek samping
yang ditimbulkan antara lain adalah gangguan saluran cerna dan
leukopenia. Pada penderita yang kekurangan enzim glukosa-6-
fosfat dehidrogenase dapat menimbulkan anemi hemolitik.
Hubungan struktur dan aktivitas
a. Untuk aktivitas optimal, rantai samping terdiri dari 4-6 atom C.
b. Substitusi pada N amin ujung kurang penting untuk aktivitas.

R Nama Obat
-(CH3)CH-(CH2)3-NH2 Primakuin
-(CH3)CH-(CH2)3-N(CH2CH3)2 Pamakuin
Kuinosid
Pentakuin
Isopentakuin

c. gugus 6-metoksi mempunyai aktivitas optimal. Penggantian dengan


gugus hidroksi menghasilkan senyawa yang cukup aktif, penggantian
dengan gugus etoksi menurunkan aktivitas, dan penggantian dengan
gugus metil akan menghilangkan aktivitas.
d. reduksi inti kuinolin menghasilkan analog 1,2,3,4-tetrahidro, dengan
aktivitas dan toksisitas yang lebih rendah.
Contoh :
Primakuin HCl, adalah pra-obat, digunakan untuk mencegah serangan
dan mencegah kekambuhan infeksi yang disebabkan oleh P.vivax dan
P.ovale. Absorpsi obat dalam saluran cerna cukup baik dan secara cepat
dimetabolisis membentuk dua metabolit aktif yaitu 5-hidroksiprimakuin
dan 5-hidroksidesmetilprimakuin. Kadar plasma tertinggi obat dicapai
dalam 1-2 jam dan secara cepat turun, dengan waktu paro antara 3-6 jam.
Dosis oral untuk pencegahan malaria dan untuk mencegah kekambuhan :
15 mg 1 dd, selama 14 hari.
1. Turunan Biguanida

72
Contoh : klorguanid (proguanil) dan sikloguanil.
Turunan biguanida merupakan schizontisida eksoeritrositik dan
eritrositik terhadap P.falciparum dan P.vivax. Toksisitasnya relatif
ringan, misal gangguan saluran cerna. Turunan ini cepat menimbulkan
kekebalan sehingga kurang populer sebagai antimalaria.
Struktur umum :
R1 R2 Nama Obat
C1 H Proguanil
Br H Bromoguanil
C1 C1 Kloroproguanil

Hubungan struktur dan aktivitas


a) adanya gugus N1-aril penting untuk ativitas, pemasukan gugus
aril kedua akan menurunkan aktivitas;
b) Pemasukan substituen lain pada N1, N2 atau N4 akan
menurunkan aktivitas;
c) Penggantian gugus isopropil pada N5 tidak mengurangi aktivitas,
tetapi pemendekan atau perpanjangan gugus akan menurunkan
aktivitas.
d) Substitusi satu atom halogen, misal Cl atau Br, pada posisi para
dari cincin fenil akan meningkatkan aktivitas, penambahan satu
atom Cl lagi pada posisi C3 (meta) meningkatkan aktivitas dan
toksisitasnya.
Contoh :
Klorguanil HCl, merupakan pra-obat, di tubuh dimetabolisis menjadi
sikloguanil yang aktif sebagai antimalaria. Senyawa ini cepat
diekskresikan ke luar tubuh sehingga masa kerjanya pendek. Oleh
karena itu dicari turunannya yang mempunyai masa kerja lebih
panjang, seperti sikloguanil pamoat. Dosis oral untuk pencegahan
infeksi .falciparum : 100 mg 1 dd. Untuk supresif terhadap P.
Faciparum dan P. Vivax dosis : 300 mg/minggu.
a. Sikloguanil pamoat, diberikan dalam dosis tunggal secara
intramuskular, dapat mencegah serangan malaria selama beberapa

73
bulan. Masa kerja obat yang panjang disebabkan karena peruraian
ester di tubuh sangat lambat, dan obat aktif dilepaskan secara
perlahan-lahan. Dosis I.M : 5 mg basa/kg bb.
2. Turunan Diaminopirimidin
Contoh : pirimetamin dan trimetoprim
Turunan diaminopirimidin merupakan schizontisida eksoeritrositik dan
eritrositik terhadap P.falciparum dan schizontisida eksoeritrositik
terhadap P.vivax. Turunan ini juga sporontosida yang cukup efektif.
Hubungan struktur dan aktivitas
a) Pada suatu seri turunan pirimidin, aktivitas optimal dicapai bila
pada posisi 6 cincin pirimidin ada gugus penarik elektron dan
pada posisi para cincin fenil ada atom Cl.
b) Bila kedua cincin dipisahkan oleh suatu atom C atau O aktivitas
antimalarianya akan menurun.
c) Dari seri turunan di atas, pirimetamin menunjukkan aktivitas
paling tinggi.
Contoh :
Pirimetamin (Daraprim), strukturnya berhubungan dengan asam folat,
digunakan untuk pencegahan infeksi malaria. Kombinasi pirimetamin
dan sulfadoksin digunakan untuk pencegahan infeksi P.falciparum
yang sudah kebal terhadap klorokuin. Absorpsi obat dalam saluran
cerna lambat tetapi sempurna, kadar serum tertinggi dicapai dalam 2
jam, kemudian ditimbun dalam jaringan tertentu, seperti hati, paru,
ginjal, sel darah merah dan darah putih. Pelepasan obat ke plasma
darah sangat pelan sehingga mempunyai waktu paro plasma yang
panjang 4 hari. Dosis oral untuk pencegahan malaria : 25
mg/minggu, dimulai 1 hari sebelum ke daerah yang diduga ada malaria
dan dilanjutkan 6-8 minggu setelah meninggalkan daerah tersebut.

3. Turunan Kuinolinometanol (Alkaloida Kina)


Contoh : Kuinin sulfat, kuinidin sulfat, meflokuin dan eukuinin.

74
Turunan kuinolinometanol terdapat pada tanaman Chinchona sp.
(kina), terutama pada bagian kulit kayu (korteks). Korteks kina yang
diperdagangkan mengandung kuinin 5 %, kuinidin 0,1%, sinkonin
0,3% dan sinkonidin 0,4%. Kuinidin, walaupun mempunyai efek
antimalaria tetapi lebih banyak digunakan sebagai kardiotonik.
Turunan kuinolinometanol aktif terhadap bentuk merozoit eritrositik
parasit dan digunakan terhadap P. Falciparum yang sudah kebal
terhadap klorokuin. Efek samping turunan ini antara lain alergi kulit,
ketulian, pusing dan depresi mental.

75

Anda mungkin juga menyukai