Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
ADENOMIOSIS
Pembimbing :
dr. Diah Sartika Sari, Sp.OG
Di susun oleh :
Putry Nurul Fitriya 2012730077
LAPORAN KASUS
I. IDENTITAS
Nama : Ny. A
Usia : 49 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Pekerjaan : Ibu rumah tangga
Pendidikan Terakhir : SMA
Agama : Islam
Suku : Jawa
Alamat : Cakung, Jakarta Timur
MRS : 7 Agustus 2016
II. ANAMNESIS
Keluhan Tambahan :
Pasien mengaku nyeri yang hebat diperut bagian bawah setiap haid, nyeri dirasakan
setiap haid semenjak pasien remaja, dan nyeri bertambah hebat kurang lebih 1 tahun
terakhir ini. Pasien mengaku haid tidak teratur dengan perdarahan yang banyak dan
bergumpal-gumpal. Pada saat haid, pasien mengaku mengganti pembalut > 6 kali dalam
sehari. Pasien juga mengeluh pusing, mual dan muntah yang berisi makanan. Gangguan
buang air kecil disangkal.
Riwayat Kontrasepsi :
Riwayat ginekologi :
- Pasien menikah, pernikahan yang pertama, sudah menikah selama 25 tahun.
- Haid pertama Usia 14 tahun, Teratur, saat haid nyeri, Lama Haid 1 minggu. Siklus
haid 30 hari, HPHT 30 Juli 2016
- Riwayat persalinan:
1. Lahir di rumah sakit tahun 1992 dengan cara seksio sesarea jenis kelamin laki
laki berat lahir 4800 gr dan anak sehat
2. Lahir di rumah sakit tahun 1995 dengan cara seksio sesarea jenis kelamin laki
laki berat lahir 4300 gr dan anak sehat.
Riwayat ANC : -
Riwayat Pengobatan : -
Riwayat Alergi Obat : -
Palpasi : Supel, nyeri tekan (-), TFU tidak teraba, tidak teraba masa
Genitalia : Inspekulo : Vulva/uretra tenang, dinding vagina dalam batas normal, portio
utuh, OUE tertutup, darah (+).
V. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Tampak gambaran massa ireguler, ruangan masa kistik yang sebagian besar meliputi
dinding uterus.
VI. DIAGNOSIS
Adenomiosis
VII. PROGNOSIS
Quo ad vitam : dubia ad bonam
Quo ad fungsional : dubia ad bonam
Quo ad sanationam : dubia ad bonam
VIII. PENATALAKSANAAN
a. Rencana Diagnosis
Laparatomi
PA
b. Rencana Terapi
Infus RL 20 tpm
Transfusi s/d Hb 10g/dl
Inj Ceftriaxon
Inj ketorolac
Pantoprazol
Nifedipin
c. Rencana Monitoring
Observasi keadaan umum dan vital sign
Observasi perdarahan
KU : lemah RR : 24 x/menit
TD : 135/86 mmHg Suhu : 36,8oC
Nadi : 92 x/menit
KU : baik
TD : 130/70 mmHg
Nadi : 88 x/menit
RR : 20 x/menit
Suhu : 36,5oC
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
ADENOMIOSIS
A. Pengertian Adenomiosis
Adenomiosis adalah penyakit jinak uterus yang dicirikan dengan adanya kelenjar
dan stroma endometrium ektopik dalam miometrium. Hal ini terjadi akibat rusaknya
batas antara stratum basalis endometrium dengan miometrium sehingga kelenjar
endometrium dapat menembus miometrium. Selanjutnya, terbentuklah kelenjar
intramiometrium ektopik yang dapat menyebabkan hipertrofi & hiperplasia
miometrium (difus atau lokal). Pemicu terjadinya peristiwa ini sampai sekarang masih
belum jelas.
Menurut Hendrickson & Kempson, disebut adenomiosis jika lebih dari sepertiga
total ketebalan dinding uterus yang terkena. Sedangkan Ferenczy tetap
mempertahankan pendapatnya bahwa diagnosis adenomiosis jika jarak antara
endomyometrial junction dengan fokal adenomiosis terdekat > 25% total ketebalan
miometrium.
C. Patogenesis
E. Gejala Klinis
Beberapa wanita dengan adenomiosis tidak memiliki keluhan apapun, di sisi lain
ada pula pasien yang memiliki gejala yang berat. Gejala-gejala adenomiosis adalah
triad gejala yakni pembesaran rahim, nyeri pelvis dan menstruasi yang banyak dan
abnormal. Nyeri, yang dirasakan terutama selama menstruasi disebut dysmenorrhea
dapat berupa kram yang hebat atau seperti disayat pisau. Nyeri dapat juga dirasakan
pada saat tidak sedang menstruasi. Pembesaran rahim dapat merata dengan tonjolan-
tonjolan rahim yang besar atau dapat pula seperti tumor yang terlokalisir.
Pendarahan pada saat menstruasi dapat banyak sekali dan berhari-hari, mungkin
disertai dengan bekuan-bekuan darah. Pendarahan yang hebat ini dapat menyebabkan
anemia (berkurangnya kadar hemoglobin dalam sel darah merah). Selain itu diluar
saat menstruasi bisa ada pendarahan abnormal (pendarahan sedikit-sedikit, bercak-
bercak). Adenomiosis paling banyak ditemukan pada wanita usia 35 50 tahun.
Efek dari adenomiosis pada kesuburan dan kehamilan tidak jelas. Adenomiosis
mungkin menyebabkan berkurangnya kesuburan. Informasi yang ada menyebutkan
bahwa adenomiosis bisa ada pada 17% wanita hamil yang berusia di atas 35 tahun.
Adenomiosis jarang dihubungkan dengan komplikasi obstetrik ataupun pembedahan.
Pada kebanyakan kasus wanita hamil dengan adenomiosis, adenomiosisnya
ditemukan secara kebetulan pada saat operasi caesar atau pada saat operasi
pengangkatan rahim. Jadi hubungan adenomiosis dengan infertilitas masih
memerlukan penelitian yang lebih lanjut.
Tabel 1. Presentasi klinis adenomiosis
Gejala Klinis Adenomiosis
1. Asimtomatis
Ditemukan tidak sengaja (pemeriksaan abdomen atau pelvis; USG transvaginal atau MRI;
bersama dengan patologi yg lain)
Dikeluhkan perdarahan banyak, berhubungan dengan beratnya proses adenomiosis (pada 23-
82% wanita dengan penyakit ringan berat) . Perdarahan ireguler relatif jarang, hanya terjadi
pada 10% wanita dengan adenomiosis
4. Gejala penekanan pada vesica urinaria & usus dari uterus bulky (jarang)
F. Diagnosis
Adanya riwayat abnormal uterine bleeding & dismenorea pada wanita multipara
dengan pembesaran uterus yang difus seperti hamil dengan usia kehamilan 12 minggu
dapat dicurigai sebagai adenomiosis. Dalam kenyataannya, diagnosis klinis
adenomiosis seringkali tidak ditegakkan (75%) atau overdiagnosis (35%). Sehingga
adanya kecurigaan klinis akan adenomiosis dapat dilanjutkan dengan pemeriksaan
pencitraan berupa USG transvaginal dan MRI.
Diagnosis adenomiosis secara klinis sulit dan seringkali tidak akurat. Hal ini
disebabkan gejala adenomiosis yang tidak khas, dimana gejala tersebut juga
ditemukan pada fibroid uterus, abnormal uterine bleeding (AUB) maupun
endometriosis. Dulu, diagnosis adenomiosis hanya dapat ditegakkan secara histologis
setelah dilakukan histerektomi. Dengan kemajuan dalam tehnik pencitraan, diagnosis
prehisterektomi bisa ditegakkan dengan tingkat akurasi yang tinggi.
Gambaran karakteristik utama pada HSG berupa daerah yang sakit dengan
kontras intravasasi, meluas dari cavum uteri ke dalam miometrium. HSG memiliki
sensitivitas yang rendah.
MRI merupakan modalitas pencitraan yang paling akurat untuk evaluasi berbagai
keadaan uterus. Hal ini karena kemampuannya dalam diferensiasi jaringan lunak.
MRI dapat melihat anatomi internal uterus yang normal dan monitoring berbagai
perubahan fisiologis. Menurut Bazot dkk, kriteria MRI yang paling spesifik untuk
adenomiosis yaitu adanya daerah miometrium dengan intensitas yang tinggi dan
penebalan junctional zone >12 mm.
Gambar 6. Gambaran MRI Adenomiosis
G. Pengobatan Adenomiosis
Adenomiosis biasanya hilang setelah menopause, sehingga pengobatan mungkin
tergantung pada kasus. Pilihan pengobatan untuk adenomiosis dapat meliputi:
2. Obat hormon
Mengontrol siklus menstruasi dapat dengan kontrasepsi oral kombinasi
estrogen-progestin atau melalui hormon yang mengandung patch atau cincin
vagina dapat mengurangi perdarahan berat dan rasa sakit yang terkait dengan
adenomiosis.
Seringkali pembesaran rahim yang tidak begitu besar biasanya tidak
menimbulkan gejala dan karenanya tidak diperlukan obat-obatan. Untuk
kasus-kasus pendarahan hebat disertai nyeri yang amat sangat dapat dipakai
obat GnRH agonis yang mana obat ini menyebabkan suatu keadaan seperti
menopause dengan penghentian fungsi indung telur secara lengkap dan juga
menghentikan menstruasi, yang menyebabkan jaringan yang abnormal bisa
menyusut. Keadaan seperti menopause ini sangat menguntungkan bagi pasien-
pasien yang mengalami anemia karena memungkinkan pasien untuk
memulihkan anemianya, terutama dibantu dengan obat-obatan penambah
darah. Tapi obat GnRH agonis ini tidak mudah ditoleransi karena
menyebabkan gejala-gejala menopause seperti hot flash. Efek samping lainnya
adalah pengeroposan tulang, peningkatan kolesterol LDL dan penurunan
kolesterol HDL. Oleh karena itu pemakaian obat ini biasanya dibatasi selama
6 bulan saja. GnRH agonis juga digunakan untuk mengobati infertilitas yang
dihubungkan dengan adenomiosis. Tapi obat ini bisa memulihkan kesuburan
hanya pada kasus-kasus yang ringan, tidak pada kasus-kasus yang berat.
Hormon progesteron ataupun pil KB tidak begitu efektif (keberhasilan terapi
rata-rata hanya sekitar 26%).
3. Histerektomi
Histerektomi (operasi pengangkatan rahim) saat ini dipertimbangkan
sebagai satu-satunya terapi yang efektif untuk adenomiosis yang menimbulkan
gejala. Pada wanita yang berumur lanjut, dengan keluhan menoragia dan
dismenorea yang bertambah berat, histerektomi merupakan pengobatan yang
tepat. Ahli bedah yang berpengalaman dapat hanya mengangkat sebagian dari
rahim (hanya daerah rahim yang mengandung adenomiosis saja). Meskipun
hanya sebagian rahim yang diangkat tetapi dengan begitu maka tidak
dibolehkan lagi adanya kehamilan.
H. Prognosis
Para peneliti menyatakan adenomiosis tidak memiliki faktor risiko untuk
berkembang menjadi ganas. Namun, bagaimanapun juga, karena jaringan
endometrium terdapat dalam miometrium maka kemungkinan kecil dapat
terjadi adenocarcinoma endometrial jika terjadi invasi miometrial yang dalam.
Karena adenomiosis bergantung pada hormon estrogen, maka keadaan
menopause merupakan terapi alami dari penyakit ini.
BAB III
DAFTAR PUSTAKA
Katz VL. Comprehensive gynecology (5th ed.). Philadelphia PA: Mosby Elsevier. 2007.
Leyendecker G, Kunz G, et al. Adenomiosis and reproduction. Best Practice & Research
Clinical Obstetrics and Gynaecology 2006; 20: 523-546.
Peric H, Fraser IS. The symptomatology of Adenomiosis. Best Practice & Research Clinical
Obstetrics and Gynaecology 2006; 20: 547-555.