Anda di halaman 1dari 9

KEPERAWATAN ANAK

HIPERBILIRUBINEMIA

Disusun Oleh:
Utruja Firdausi P1337420516062
Yunita Nur Fajarwati P1337420516069
Muhammad Farkhan P1337420516081

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTRIAN KESEHATAN


SEMARANG
PRODI DII KEPERAWATAN MAGELANG
TAHUN 2017
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Setiap ibu yang telah melahirkan menginginkan anaknya lahir dalam keadaan
sehat dan tidak ada kelainan kelainan pada bayi tersebut. Tetapi keinginan
tersebut tidak akan diperoleh oleh setiap ibu. Karena sebagian kecil ada yang lahir
dalam keadaan abnormal. Misalnya anak lahir dengan BBLR, ikterus,
hidrosefalus, dan kelainan kelainan lainnya. Hal ini di sebabkan oleh banyak
factor pencetusnya. Seperti kurang teraturnya antenatal care ibu saat hamil,
asupan gizi yang kurang baik pada ibu maupun pada janin yang di kandung, atau
penyakit yang diturunkan oleh ibu sendiri.
Kemudian kurangnya pengetahuan ibu untuk mengenali tanda tanda
kelainan yang mungkin timbul pada bayi baru lahir. Seperti bayi dengan
hiperbilirubin, dimana kebanyakan ibu membawa bayinya ke Rumah Sakit dalam
derajat yang tinggi. Sebagaimana kita ketahui bahwa ikterik itu terjadinya dimulai
dari wajah. Di sini jelas bahwa kurangnya pengetahuan ibu atau orang tua tentang
hiperbilirubin tersebut, kemudian kurangnya memperoleh pelayanan kesehatan
dari tenaga kesehatan. Untuk itulah penulis mengangkat makalah ini dengan judul
Hiperbilirubin pada Bayi.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimanakah pengertian dari hiperbilirubin?
2. Apakah faktor penyebab dari hiperbilirubin?
3. Apakah Komplikasi dari hiperbilirubin tersebut?
4. Bagaimanakah gejala hiperbilrubin pada bayi baru lahir?
5. Apakah batasan dari hiperbilirubin?
6. Bagaimanakah prinsip dasarnya?
7. Bagaimanakah langkah promotif dan preventif dari hiperbilirubin?
8. Bagaimanakah manajemen dari hiperbilirubin?
C. Tujuan
1. Dapat mengetahui dan memahami pengertian dari hiperbilirubin
2. Dapat mengetahui dan memahami faktor penyebab dari hiperbilirubin
3. Dapat mengetahui dan memahami komplikasi dari hiperbilirubin
4. Dapat mengetahui dan memahami gejala hiperbilrubin pada bayi baru lahir
5. Dapat mengetahui dan memahami batasan dari hiperbilirubin
6. Dapat mengetahui dan memahami prinsip dasarnya
7. Dapat mengetahui dan memahami langkah promotif dan preventif dari
hiperbilirubin
8. Dapat mengetahui dan memahami manajemen dari hiperbilirubin
BAB II
PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN
Hiperbilirubin adalah meningkatnya kadar bilirubin dalam darah yang kadar
nilainya lebih dari normal, Biasanya terjadi pada bayi baru lahir. (Suriadi, 2001).
Nilai normal : bilirubin indirek 0,3 1,1 mg/dl, bilirubin direk 0,1 0,4 mg/dl.
Sesungguhnya hiperbilirubinemia merupakan keadaan normal pada bayi
baru lahir selama minggu pertama, karena belum sempurnanya metabolisme
bilirubin bayi. Ditemukan sekitar 25-50% bayi normal dengan kedaan
hiperbilirubinemia. Kuning/jaundice pada bayi baru lahir atau disebut dengan
ikterus neonatorum merupakan warna kuning pada kulit dan bagian putih dari
mata (sklera) pada beberapa hari setelah lahir yang disebabkan oleh penumpukan
bilirubin. Gejala ini dapat terjadi antara 25%-50% pada seluruh bayi cukup bulan
dan lebih tinggi lagi pada bayi prematur. Walaupun kuning pada bayi baru lahir
merupakan keadaan yang relatif tidak berbahaya, tetapi pad usia inilah kadar
bilirubin yang tinggi dapat menjadi toksik dan berbahaya terhadap sistim saraf
pusat bayi.
Hiperbilirubin adalah kondisi dimana terjadi akumulasi bilirubin dalam
darah yang mencapai kadar tertentu dan dapat menimbulkan efek patologis pada
neonatus ditandai joudince pada sclera mata, kulit, membrane mukosa dan cairan
tubuh (Adi Smith, G, 1988).
Hiperbilirubinemia adalah kadar bilirubin yang dapat menimbulkan efek
pathologis. (Markum, 1991:314)

B. FAKTOR PENYEBAB
Hiperbilirubin pada bayi baru lahir paling sering timbul karena fungsi hati
masih belum sempurna untuk membuang bilirubin dari aliran darah.
Hiperbilirubin juga bisa terjadi karena beberapa kondisi klinis, di antaranya
adalah:
a) ikterus fisiologis merupakan bentuk yang paling sering terjadi pada bayi baru
lahir. Jenis bilirubin yang menyebabkan pewarnaan kuning pada ikterus disebut
bilirubin tidak terkonjugasi, merupakan jenis yang tidak mudah dibuang dari
tubuh bayi. Hati bayi akan mengubah bilirubin ini menjadi bilirubin terkonjugasi
yang lebih mudah dibuang oleh tubuh. Hati bayi baru lahir masih belum matang
sehingga masih belum mampu untuk melakukan pengubahan ini dengan baik
sehingga akan terjadi peningkatan kadar bilirubin dalam darah yang ditandai
sebagai pewarnaan kuning pada kulit bayi. Bila kuning tersebut murni disebabkan
oleh faktor ini maka disebut sebagai ikterus fisiologis
b) Breastfeeding jaundice, dapat terjadi pada bayi yang mendapa air susu ibu
(ASI) eksklusif. Terjadi akibat kekurangan ASI yang biasanya timbul pada hari
kedua atau ketiga pada waktu ASI belum banyak dan biasanya tidak memerlukan
pengobatan.
c) Ikterus ASI (breastmilk jaundice), berhubungan dengan pemberian ASI dari
seorang ibu tertentu dan biasanya akan timbul pada setiap bayi yang disusukannya
bergantung pada kemampuan bayi tersebut mengubah bilirubin indirek. Jarang
mengancam jiwa dan timbul setelah 4-7 hari pertama dan berlangsung lebih lama
dari ikterus fisiologis yaitu 3-12 minggu.
d) Ikterus pada bayi baru lahir akan terjadi pada kasus ketidakcocokan golongan
darah (inkompatibilitas ABO) dan rhesus (inkompatibilitas rhesus) ibu dan janin.
Tubuh ibu akan memproduksi antibodi yang akan menyerang sel darah merah
janin sehingga akan menyebabkan pecahnya sel darah merah sehingga akan
meningkatkan pelepasan bilirubin dari sel darah merah.
e) Lebam pada kulit kepala bayi yang disebut dengan sefalhematom dapat timbul
dalam proses persalinan. Lebam terjadi karena penumpukan darah beku di bawah
kulit kepala. Secara alamiah tubuh akan menghancurkan bekuan ini sehingga
bilirubin juga akan keluar yang mungkin saja terlalu banyak untuk dapat ditangani
oleh hati sehingga timbul kuning
f) Ibu yang menderita diabetes dapat mengakibatkan bayi menjadi Kuning.
C. KOMPLIKASI
1. Sebagian besar kasus hiperbilirubinemia tidak berbahaya, tetapi kadang kadar
bilirubin yang sangat tinggi bisa menyebabkan kerusakan otak (keadaannya
disebut kern ikterus). Kern ikterus adalah suatu keadaan dimana terjadi
penimbunan bilirubin di dalam otak, sehingga terjadi kerusakan otak.
2. Efek jangka panjang dari kern ikterus adalah keterbelakangan mental,
kelumpuhan serebral (pengontrolan otot yang abnormal, cerebral palsy), tuli dan
mata tidak dapat digerakkan ke atas.

D. GEJALA HIPERBILRUBIN PADA BAYI BARU LAHIR


Ketika kadar bilirubin meningkat dalam darah maka warna kuning akan
dimulai dari kepala kemudian turun ke lengan, badan, dan akhirnya kaki. Jika
kadar bilirubin sudah cukup tinggi, bayi akan tampak kuning hingga di bawah
lutut serta telapak tangan. Cara yang mudah untuk memeriksa warna kuning ini
adalah dengan menekan jari pada kulit yang diamati dan sebaiknya dilakukan di
bawah cahaya/sinar matahari. Pada anak yang lebih tua dan orang dewasa warna
kuning pada kulit akan timbul jika jumlah bilirubin pada darah di atas 2 mg/dL.
Pada bayi baru lahir akan tampak kuning jika kadar bilirubin lebih dari 5 mg/dL.
Hal ini penting untuk mengenali dan menangani ikterus bayi pada baru lahir
kerena kadar bilirubin yang tinggi akan menyebabkan kerusakan yang permanen
pada otak yang disebut dengan kern icterus. Kuning sendiri tidak akan
menunjukkan gejala klinis tetapi penyakit lain yang menyertai mungkin akan
menunjukkan suatu gejala seperti keadaan bayi yang tampak sakit, demam, dan
malas minum.

E. BATASAN
Ikterus adalah pewarnaan kuning di kulit, kunjungtiva dan mukosa yang
terjadi karena meningkatnya kadar bilirubin dalam darah. Klinis ikterus tampak
bila kadar bilirubin dalam serum mencapai 5 mg/dL . Disebut
hiperbilirubinemia apabila didapatkan kadar bilirubin dalam serum > 13mg
F. PATOFISIOLOGI
Peningkatan kadar bilirubin tubuh dapat terjadi pada beberapa keadaan.
Keadaan yang sering ditemukan adalah apabila terdapat penambahan beban
bilirubin pada sel hepar yang berlebihan. Hal ini dapat ditemukan bila terdapat
peningkatan penghancuran eritrosit, polisitemia.

Gangguan pemecahan bilirubin plasma juga dapat menimbulkan peningkatan


kadar bilirubin tubuh. Hal ini dapat terjadi apabila kadar protein Y dan Z
berkurang, atau pada bayi hipoksia, asidosis. Keadaan lain yang memperlihatkan
peningkatan kadar bilirubin adalah apabila ditemukan gangguan konjugasi hepar
atau neonatus yang mengalami gangguan ekskresi misalnya sumbatan saluran
empedu.

Pada derajat tertentu bilirubin ini akan bersifat toksik dan merusak jaringan
tubuh. Toksisitas terutama ditemukan ada bilirubin indirek yang bersifat sukar
larut dalam air tapi mudah larut dalam lemak. Sifat ini memungkinkan terjadinya
efek patologis pada sel otak apabila bilirubin tadi dapat menembus darah otak.
Kelainan yang terjadi pada otak disebut Kernikterus. Pada umumnya dianggap
bahwa kelainan pada syaraf pusat tersebut mungkin akan timbul apabila kadar
bilirubin indirek lebih dari 20 mg/dl.

Mudah tidaknya kadar bilirubin melewati darah otak ternyata tidak hanya
tergantung pada keadaan neonatus. Bilirubin indirek akan mudak melewati darah
otak apabila bayi terdapat keadaan Berat Badan Lahir Rendah, hipoksia, dan
hipolikemia.
G. LANGKAH PROMOTIF DAN PREVENTIF
1. Menghindari penggunaan obat pada ibu hamil yang dapat mengakibatkan
ikterus(sulfa, anti malaria, nitro furantoin, aspirirn)
2. Penanganan keadaan yang dapat mengakibatkan BBLR
3. Penanganan infeksi maternal, ketuban pecah dini
4. Penanganan asfiksia, trauma persalinan
5. Pemenuhan kebutuhan nutrisi rumahan dengan minum ASI dini dan
eksklusif

H. PENCEGAHAN
Pada kebanyakan kasus, kuning pada bayi tidak bisa dicegah. Cara terbaik
untuk menghindari kuning yang fisiologis adalah dengan memberi bayi cukup
minum, lebih baik lagi jika diberi ASI.
1. Pencegahan Primer
a. Menganjurkan ibu untuk menyusui bayinya paling sedikit 8 12 kali/ hari
untuk beberapa hari pertama.
b. Tidak memberikan cairan tambahan rutin seperti dekstrose atau air pada bayi
yang mendapat ASI dan tidak mengalami dehidrasi.
2. Pencegahan Sekunder
a. Semua wanita hamil harus diperiksa golongan darah ABO dan rhesusu serta
penyaringan serum untuk antibody isoimun yang tidak biasa.
b. Harus memastikan bahwa semua bayi secar rutin di monitor terhadap
timbulnya ikterus dan menetapkan protocol terhadap penilaian ikterus yang
harus dinilai saat memeriksa tanda tanda vital bayi, tetapi tidak kurang dari
setiap 8 12 jam
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Hiperbilirubin adalah suatu kedaaan dimana kadar bilirubin serum total yang
lebih dari 10 mg % pada minggu pertama yang ditendai dengan ikterus pada kulit,
sclera dan organ lain. Keadaan ini mempunyai potensi meningkatkan kern ikterus,
yaitu keadaan kerusakan pada otak akibat perlengketan kadar bilirubin pada otak.
Hiperbilirubin ini keadaan fisiologis (terdapat pada 25-50 % neonatus cukup
bulan dan lebih tinggi pada neonates kurang bulan).
Hiperbilirubin ini berkaitan erat dengan riwayat kehamilan ibu dan
prematuritas. Selain itu, asupan ASI pada bayi juga dapat mempengaruhi kadar
bilirubin dalam darah.

B. Saran
Bagi pembaca di sarankan untuk memahami hal-hal yang berkaitan dengan
Ikterus pada bayi, Sehingga dapat di lakukan upaya-upaya yang bermanfaat untuk
menanganinya secara efektif dan efisien.

Anda mungkin juga menyukai