Anda di halaman 1dari 3

PIETA

Alkisah, Michelangelo seorang seniman multi-talenta terhebat pada


zaman Rennaisance, suatu hari dengan penuh gairah mengajak
temannya mampir ke studionya untuk menunjukkan karya patung nya
yang terbaru yang dia sangat yakini akan menjadi masterpiece. Setiba
Pieta by Michelangelo 1497-1499 di studio , betapa kecewanya temannya tersebut katanya : Patung apa
ini ? Cuma seonggok batu marmer yang nggak jelas bentuknya ?. Dua tahun kemudian.... ketika dia
mampir lagi ke studio itu, dia baru sadar dan berdecak kagum , ternyata seonggok batu marmer yang
tak jelas bentuknya 2 tahun lalu sekarang sudah menjadi karya yang begitu indah .. itulah patung
PIETA yang sangat dikagumi sebagai salah satu karya terbaik Michelangelo . Patung itu sekarang
ada dan dipajang di salah satu pojok Basilika St. Petrus, Vatikan.

Tanah Karo sekarang yang demikian terpuruk dengan berbagai persoalan darurat Judi, Narkoba
dan HIV /AIDS, kemudian diperparah lagi oleh akibat bencana Sinabung yang berkepanjangan
mungkin dengan kacamata temannya Michelangelo tadi akan terlihat seperti seonggok batu
marmer yang nggak jelas bentuknya atau bahkan mungkin batu yang sudah cacat disana-sini
sehingga seperti tidak ada sesuatu yang bisa diharapkan lagi.

Apa yang membedakan Michelangelo dengan temannya ? Visi, Gairah (Passion) dan Keahlian.
Michelangelo dengan cara pikir seorang desainer (design-thinking) sudah mampu membayangkan
(visioneering) wujud PIETA dengan jelas walaupun didepan matanya saat itu hanyalah seonggok
marmer. Kemudian dengan gairah yang tinggi dan keterampilan seni pahatnya yang mumpuni, dia
mampu mewujudkannya menjadi karya yang fenomenal secara nyata dalam 2 tahun.

Tanah Karo dewasa ini sangat membutuhkan seorang pemimpin yang memiliki Visi yang jelas dan
ditopang oleh keahlian dan passion untuk mewujudkan Visinya dalam jangka waktu yang juga jelas
terukur. Tanah Karo tidak akan kemana-mana jika hanya dipimpin oleh seorang manajer
administratif. Tanah Karo membutuhkan seorang pemimpin yang mampu membalikkan keadaan ,
yang mampu memutarbalikkannya kembali kearah yang benar (turnaround). Seorang pemimpin
yang mampu menginspirasi, tidak hanya sekedar mengedepankan legitimasi kekuasaan dan
otoritasnya.

Jenderal Eisenhower, panglima tertinggi pasukan Sekutu di masa Perang Dunia ke-2, melatih para
jenderalnya dengan meletakkan rantai yang ditumpuk diatas meja, lalu bertanya : Kalau saya
dorong tumpukan rantai ini, kemanakah dia akan bergerak ? Berbagai jawaban muncul. Tapi
kemudian dia simpulkan dengan mengatakan : Jawaban yang paling benar adalah KITA TIDAK
TAHU! Kemudian dia lanjutkan : Tapi kalau saya pegang ujung rantai ini , lalu saya tarik, kemana
dia bergerak ? Sambil dia menarik ujung rantai dan berjalan , rantai itu mulai mengikuti kemana dia
bergerak, dia melanjutkan : Jawabnya adalah rantai ini akan mengikuti kemana kau pergi !

Jika anda mendorong sekelompok orang, jauh dalam hati mereka, anda betul-betul tidak tahu,
kemana tujuan mereka sebetulnya. Tapi jika anda mampu menarik mereka sehingga mereka mau
mengikuti anda , itulah esensi kepemimpinan. Mahatma Gandhi mampu mengakhiri lebih dari 200
tahun penjajahan kolonial Inggris di India dengan mengajak mereka secara damai untuk
meninggalkan India. Caranya adalah dengan mogok makan. Apa yang nampaknya seperti suatu
kelemahan ternyata mempunyai daya inspiratif yang luar biasa. Pada awal abad 20, Langley,
seorang peneliti senior yang handal di Lembaga Riset Terbaik dan didukung oleh sejumlah tim ahli
didanai oleh Pemerintah AS untuk meriset dan mengembangkan prototip pesawat terbang pertama
didunia. Beberapa ratus km dari Pusat Riset tersebut Wright bersaudara dengan berbagai
keterbatasan , modal dari usaha sendiri, tanpa dukungan pemerintah , anggota tim nya pun adalah
para amatir di daerahnya, tidak ada yang punya titel doktor atau profesor termasuk dua bersaudara
ini. Tapi satu yang dimiliki Wright bersaudara ini yang tidak dimiliki oleh Tim Leangley, mereka
punya passion dan keyakinan yang kuat yang menginspirasi timnya sehingga memiliki keyakinan
yang sama dan tanpa lelah bekerja siang malam di bengkel sepeda mereka yang sederhana.
Hasilnya? 17 Desember 1903 menjadi momen bersejarah bagi penerbangan dunia yang sampai
kapanpun tak akan dilupakan, Wright bersaudara berhasil menerbangkan pesawat pertama kali
degan berbekalkan sepeda mereka. Bagaimana Wright bersaudara dengan berbagai keterbatasan
bisa mengungguli Langley ? Ini bukan faktor keberuntungan. Wright bersaudara dan Langley
memang sama-sama2 termotivasi, memiliki etos kerja , kecerdasan , mengejar persis tujuan yang
sama, tetapi hanya Wright bersaudara yang mampu menginspirasi orang-orang di sekitar mereka
dan benar-benar memimpin tim mereka untuk mengembangkan teknologi yang akan mengubah
dunia.

Keluarga Besar Karo ITB (KBK ITB) yang dipelopori oleh adik-adik generasi muda Karo ITB, baru
seumur jagung, belum banyak yang disumbangkan bagi Tanah Karo, akan tetapi diumur yang masih
muda ini KBK ITB , dengan segala keterbatasan yang ada, mencoba mengembangkan program dan
kegiatan-kegiatan yang sifatnya membuka jalan atau fasilitasi, dengan harapan dapat menginspirasi
semua potensi intelektual Karo yang ada. Inspirasi baru yang optimistik bahwa jika kita semua
punya visi dan keyakinan yang sama, Tanah Karo BISA bangkit kembali menjadi daerah yang maju
perekonomiannya karena pertaniannya hebat, menjadi daerah tujuan wisata yang menarik ,
menjadi tempat bertumbuhnya industri kreatif baru dan menjadi tempat dimana generasi mudanya
terbina dengan baik sehingga siap melanjutkan estafet kepemimpinan di masa depan . Inspirasi Ini
bisa menjadi suatu kekuatan pendorong yang luar biasa. Kekuatan ini pula lah yang diharapkan
dapat membangun suatu lingkungan budaya baru yang pada gilirannya akan menyaring dan
melahirkan pemimpin-pemimpin yang inspiratif yang membawa angin segar perubahan di bidang
kerjanya masing-masing.

Mari kita tularkan virus perubahan, virus pembaharuan ini, keseluruh masyarakat Karo, agar dimasa
depan yang dekat, akan bermunculan Michelangelo Karo-Karo, Ginting, Perangin-angin, Tarigan,
Sembiring yang akan membentuk Tanah Karo yang tadinya seperti seonggok batu marmer yang
tak jelas , menjadi Tanah Karo Pieta , Tanah Karo yang indah, Tanah Karo Simalem tubuh, jiwa dan
rohnya. Mejuah-juah !

(Dr. Ir. P. Philips Kembaren MBA, SBM- ITB)

Sumber: 1. Simon Sinek, Start With Why, Penguin Books, London, 2009
2. Bob Davids, The rarest commodity is leadership without Ego, TEDx ESCP Presentation,
Paris, 2012.

Anda mungkin juga menyukai