Anda di halaman 1dari 34

LAPORAN KASUS & HOME VISIT

“Seorang Perempuan Usia 54 tahun dengan keluhan Sesak Nafas”

Diajukan untuk memenuhi laporan kasus untuk syarat dalam menempuh Program
Pendidikan Kepaniteraan Umum Ilmu Penyakit Dalam

di Rumah Sakit Umum Daerah Tugurejo

Disusun oleh

Muhammad Adzanta Al Afghani H2A013035P

Pembimbing :

dr. Alvin Tonang, Sp.JP

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SEMARANG
SEMARANG
2017
HALAMAN PENGESAHAN

Nama : Muhamad Adzanta Al Afghani


NIM : H2A013035P
Fakultas : Kedokteran Umum
Universitas : Universitas Muhammadiyah Semarang
Stase : Ilmu Penyakit Dalam
Pembimbing : dr. Alvin Tonang, Sp.JP

Telah diperiksa dan disahkan pada tanggal Agustus 2017

Pembimbing,

dr. Alvin Tonang, Sp.JP


DAFTAR MASALAH

Tanggal AKTIF

15 Juni 2017 1. CHF


2. Mitral Regurgitasi
3. Atrial Fibrilasi
4. Dispepsia

Tanggal PASIF

15 Juni 2017 1. Riwayat konsumsi makanan asin dan berlemak


2. Jarang berolahraga
BAB I
STATUS PASIEN

A. IDENTITAS PENDERITA
Nama : Ny.P
Tanggal lahir : 15 Mei 1963
Umur : 54 tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Alamat : Jatisari RT 02/RW 03, Mijen, Semarang
Pekerjaan : Ibu rumah tangga
Agama : Islam
Bangsal : Dahlia 3
No. RM : 518249
Tanggal Masuk RS : 15 Juni 2017
Tanggal Pemeriksaan : 15 Juni 2017

B. ANAMNESIS
Anamnesis dilakukan di bangsal Dahlia 3, tanggal 15 Juni 2017 pukul
19.00 WIB secara autoanamnesis.

1. Keluhan Utama : Sesak Nafas


2. Riwayat Penyakit Sekarang :
Sejak + 1 minggu lalu Ny.P mengeluhkan sesak nafas, sesak
dirasakan saat pasien melakukan aktivitas berat, sesak berkurang saat
pasien beristirahat dengan posisi setengah duduk. Pasien mengaku
terkadang kaki bengkak tetapi tidak terlalu dihiraukan
Sejak + 1 hari SMRS pasien mengeluhkan sesak bertambah berat.
Sesak yang dirasakan saat pasien melakukan aktivitas ringan seperti
berjalan ke kamar mandi. Pasien juga mengaku mudah lelah dan badan
serasa lemas. Selain itu pasien juga mengeluhkan nyeri pada ulu hati
seperti terbakar, nyeri dirasakan saat pasien merasa sesak dan menetap
walaupun sesak hilang. Saat diberi makan pasien merasakan perut
merasa sebah dan mual sehingga nafsu makan menurun, BAB dan BAK
tidak ada keluhan.

3. Riwayat Penyakit Dahulu


a. Riwayat keluhan serupa : diakui 6 bulan lalu
b. Riwayat hipertensi : diakui 15 tahun lalu, tidak
terkontrol
c. Riwayat penyakit jantung : diakui 8 bulan lalu
d. Riwayat stroke : diakui 10 tahun lalu
e. Riwayat DM : disangkal
f. Riwayat kolesterol : disangkal
g. Riwayat sakit paru : disangkal
h. Riwayat alergi : disangkal
4. Riwayat Penyakit Keluarga
a. Riwayat sakit serupa : disangkal
b. Riwayat penyakit ginjal : disangkal
c. Riwayat hipertensi : diakui, dari ayahnya
d. Riwayat penyakit jantung : disangkal
e. Riwayat DM : disangkal
f. Riwayat alergi : disangkal
5. Riwayat Kebiasaan
a. Riwayat merokok : disangkal
b. Riwayat minum alkohol : disangkal
c. Riwayat konsumsi makanan asin : diakui
d. Riwayat olahraga : jarang dilakukan oleh
pasien
6. Riwayat sosial ekonomi
Pasien seorang ibu rumah tangga, tinggal bersama anak dan
cucunya, pembayaran menggunakan BPJS PBI. Kesan ekonomi:
Cukup.
7. Anamnesis Sistemik:
a. Keluhan utama : Sesak Nafas
b. Kepala : Sakit kepala (-), pusing (+), leher kaku (-)
c. Mata : Penglihatan kabur (+), pandangan
berputar (-), berkunang-kunang (-).
d. Hidung : Pilek (-), mimisan (-), tersumbat (-)
e. Telinga : Pendengaran berkurang (-), berdenging (-),
keluar cairan (-), darah (-).

f. Mulut : Sariawan (-), luka pada sudut bibir (-), gusi


berdarah (-), mulut kering (-).
g. Tenggorokan : Sakit menelan (-), suara serak (-), gatal (-).
h. Sistem respirasi : Sesak nafas (-), batuk (-), tidur
mendengkur (-)
i. Sistem kardiovaskuler : Sesak nafas bertambah saat beraktivitas
(+), nyeri dada (-), berdebar-debar (-),
keringat dingin(-)
j. Sistem gastrointestinal: Mual (-),muntah (-), perut mules (-), diare
(-), nyeri ulu hati (-), nafsu makan
menurun (-), BAB warna coklat.
k. Sistem muskuloskeletal: Nyeri otot (-), nyeri sendi (-)
l. Sistem genitourinaria : Sering kencing (-), nyeri saat kencing (-),
disertai darah (-), berpasir (-), kencing
nanah (-), sulit memulai kencing (-),
anyang- anyangan (-), warna seperti teh (-)
m. Ekstremitas:
1) Atas: bengkak (-), Luka (-), gemetar (-), kesemutan(-),sakit
sendi (-), panas (-), berkeringat (-), palmar eritem  (-)
2) Bawah: bengkak (-), Luka (-), gemetar (-), jari dingin (-),
kesemutan di kaki (-), sakit sendi (-)
n. Sistem neuropsikiatri : Kejang (-), gelisah (-), kesemutan (-),
mengigau (-), emosi tidak stabil (-)
o. Sistem Integumentum : Kulit kuning (-), pucat (-), gatal (-)
C. PEMERIKSAAN FISIK
Pemeriksaan fisik dilakukan pada tanggal 15 Juni 2017 pkl. 10.00 WIB di
ruang Dahlia 3:
a. Keadaan Umum : Tampak Sesak & lemas
b. Kesadaran : compos mentis, GCS 15
c. Vital sign : TD : 160/80 mmHg
Nadi:130 x/menit, tidak teratur
RR : 28 x/menit
T : 36.8C (axiler)
d. Tinggi badan : 150 cm
e. Berat badan : 50 kg
f. Status Gizi : IMT= 22,22 kg/m2
g. Risiko jatuh : 35 (Risiko sedang)
h. Skala nyeri :4
i. Kepala : Mesosephal(+)
j. Mulut : sianosis (-), lidah kotor (-)
k. Kulit : hipopigmentasi(-), hiperpigmentasi (-)
l. Leher : pembesaran kelenjar getah bening (-), deviasi
trakea (-), peningkatan JVP (+), penggunaan
otot
bantu pernafasan strenocleidomastoideus (-)
m. Thoraks
Jantung
 Inspeksi : Ictus codis nampak
 Palpasi : Kuat angkat, pulsus epigastrium(-), pulsus
parasternal(-), thrill(-), sternal lift(-)
 Perkusi
Atas jantung :ICS 2 linea parasternal sinistra
Pinggang jantung :ICS 3 linea parasternalis sinistra
Kiri bawah jantung :ICS 5, linea midclavikula sinistra
2 cm ke lateral
Kanan bawah jantung :ICS 5 linea parasternalis dextra
 Auskultasi :Bising jantung (Fase sistolik,
derajat III, punctum maximum di ICS V linea parasternalis dextra 2
cm ke lateral, Penjalaran area mitral, frekuensi blowing, pola
crescendo.

Pulmo

PULMO DEXTRA SINISTRA

Depan  
1. Inspeksi  
Bentuk dada Datar Datar
Hemitorax Simetris statis dinamis Simetris statis dinamis
Warna Sama dengan kulit Sama dengan kulit
sekitar sekitar
2. Palpasi
Nyeri tekan (-) (-)
Stem fremitus (+) normal,Kanan = kiri (+) normal, Kanan = kiri
3. Perkusi sonor seluruh lapang sonor seluruh lapang
paru paru
4. Auskultasi
Suara dasar Vesikuler Vesikuler
Suara tambahan

 Wheezing - -
 Ronki kering - -
 Ronki basah + +
 Stridor - -
Belakang  
1. Inspeksi  
Warna Sama dengan kulit Sama dengan kulit
sekitar sekitar
2. Palpasi
Nyeri tekan (-) (-)
Stem Fremitus Tidak ada pengerasan Tidak ada pengerasan
dan pelemahan dan pelemahan
3. Perkusi
Lapang paru sonor seluruh lapang sonor seluruh lapang
paru paru
4. Auskultasi
Suara dasar Vesikuler Vesikuler
Suara tambahan

 Wheezing - -

 Ronki kering - -
 Ronki basah + +

 Stridor - -

n. Abdomen
1) Inspeksi : datar, warna sama dengan sekitar, massa (-),
sikatrik (-), spider nevi (-)
2) Auskultasi : bising usus (+) 15x/menit
3) Perkusi : pekak sisi (+), Pekak alih (-)
4) Palpasi : nyeri tekan (-), Hepar dan Lien : tidak dapat
dinilai, undulasi (-), nyeri ketok ginjal (-)
o. Ekstremitas

Superior Inferior

Akral dingin (-/-) (-/-)


Udem (-/-) (-/-)

Sianosis (-/-) (-/-)

Capillary refill <2”/<2” <2”/<2”

Ulkus (-/-) (-/-)

D. PEMERIKSAAN PENUNJANG
a. Darah Lengkap (15 Juni 2017)
Pemeriksaan Hasil Satuan Nilai Normal

Leukosit 8,23 10^3/u 3,6 – 11


l

Eritrosit 5,71 10^3/u 3,8 – 5,2


l

Hemoglobin 15,5 g/dl 11,7 – 15,5

Hematokrit 45,50 % 35 – 47

MCV 79,70 Fl 80 – 100

MCH 27,10 Pg 26 – 34

MCHC 34,10 g/dl 32 – 36

Trombosit 409 10^3/u 150 – 440


l

RDW 13,80 % 11.5 – 14.5

Eosinofil 0,20 10^3/u 0.045 – 0.44


absolute l

Basofil absolute 0,02 10^3/u 0 – 0.02


l

Neutrofil 5,04 10^3/u 1.8 – 8


absolute l

Limfosit 2,50 10^3/u 0.9 – 5.2


absolute l

Monosit 0,47 10^3/u 0.16 – 1


absolute l

Eosinofil 2,40 % 2–4

Basofil 0,20 % 0–1

Neutrofil 61,30 % 50 – 70
Limfosit 30,40 % 25 – 40

Monosit 5,70 % 2– 8

b. Kimia klinik (15 Juni 2017)


Pemeriksaan Hasil Satuan Nilai Normal

Glukosa 215 H mg/dL <125


Sewaktu

Ureum 11,6 mg/dL 10,0-50,0

Kreatinin 0,65 mg/dL 0,60-0,90

Kalium 2,80(L) mmol/L 3,5-5,0

Natrium 138,2 mmol/L 135-145

Chlorida 97,4 mmol/L 95,0-105

c. EKG (15 Juni 2017)


1. Irama : atrial fibrilasi
2. Frekuensi : 160 x/menit
3. Axis: Normoaxis
4. Zona transisi: V2 & V3
5. Morfologi gelombang
 Gel P: tidak dapat dinilai
 QRS 0,12 detik
 Segmen ST: Isoelektrik
 T, inverted 2,3,avF, v1

Kesan: Aritmia irregular cepat, frekuensi 160x/menit, atrial fibrilasi,


iskemik(?)
d. Foto Rontgen Thorax (22 Maret 2017)

COR: CTR > 50%,


Apeks bergeser ke
laterocaudal,
Kalsifikasi aorta

Pulmo: Corakan
Bronchovaskular
kasar, Bercak
kesuraman(-)

Kesan :
Cor: Cardiomegali
(LV)

e. Ekokardiografi (24 November 2011)

Hasil:

 LA, LV dilatasi
 LVH Eksentris
 Global normokinetik dengan fungsi sistolik global baik, LVEF
>70%
 Disfungsi diastolik grade II
 MR Severe ec flail PML, AR Mild
E. DAFTAR ABNORMALITAS
Anamnesis Pemeriksaan Fisik Pemeriksaan Penunjang

1. Sesak nafas 13. Tampak sesak & 21. Glukosa sewaktu 215
2. Pusing lemas mg/dL( H)
3. Lemas 14. TD=160/80 22. Kalium 2,80 mmol/L (L)
4. Mual 15. Nadi=130x/menit, 23. EKG: kesan atrial fibrilasi
5. Nyeri seperti terbakar di tidak teratur 24. Rontgen: Cardiomegali(LV)
daerah ulu hati 16. RR=28x/menit 25. Ekokardiografi: LA,LV dilatasi,
6. Keluhan serupa pernah 17. JVP meningkat disfungsi diastolik grade II, MR
dialami pasien 18. Ictus cordis tampak Severe, AR Mild
7. Riwayat penyakit jantung 19. Bising jantung
8. Riwayat penyakit stroke 20. Ronchi basah halus
9. Riwayat hipertensi
10. RPK: hipertensi pada
ayahnya
11. Suka mengonsumsi
makanan asin
12. Jarang melakukan olahraga

F. ANALISIS MASALAH
1. CHF : 1,2,3,6,7,8,9,10,11,12,13,14,15,16,17,18,19,20,21,22,23,24,25,26
2. AF : 1,14,15,16,17,22,24
3. Dispepsia: 2,5
G. RENCANAPEMECAHAN MASALAH
1. CHF NYHA III
Assesment
a. Etiologi:
 Hipertensi kronik
 Kelainan katup jantung
b. Faktor risiko:
 Gaya hidup yang buruk ( jarang olahraga, suka konsumsi makanan
asin dan berlemak)

c. Komplikasi:
 Aritmia (Atrial Fibrilasi)
 Tromboemboli
Initial plan
a. Diagnosis:
 Pemeriksaan enzim jantung
 Profil lipid
 Ekokardiografi
b. Terapi
 Oksigen 3 L/menit
 Infus Ringer Laktat 15 tpm
 KCL drip 25 cc
 Inj iv. Furosemid 20 mg 2 x 1
 Lisinopril tab 5 mg 1 dd 1 P.O
c. Monitoring
 Keadaan Umum
 Tanda-tanda vital
 Elektrolit
 EKG
 Urine output
d. Edukasi
 Pasien istirahat, batasi asupan cairan dan diet rendah garam
2. Mitral Regurgitasi
Assesment
a. Etiologi:
 Non-rematik (degeneratif, penyakit jantung koroner)
 Rematik
b. Faktor risiko:
 Gaya hidup yang buruk ( jarang olahraga, suka konsumsi makanan
asin dan berlemak)

c. Komplikasi:
 CHF
 Aritmia (Atrial Fibrilasi)
Initial plan
e. Diagnosis:
 Pemeriksaan enzim jantung
 Profil lipid
 Ekokardiografi
f. Terapi
 Oksigen 3 L/menit
 Infus Ringer Laktat 15 tpm
 KCL drip 25 cc
 Inj iv. Furosemid 20 mg 2 x 1
 Lisinopril tab 5 mg 1 dd 1 P.O
g. Monitoring
 Keadaan Umum
 Tanda-tanda vital
 Elektrolit
 EKG
 Urine output
h. Edukasi
 Memberi tahu pasien bahwa penyakitnya karena kelainan organ
jantung dan diperlukan tindakan pembedahan untuk mengganti
katup jantung
3. Atrial Fibrilasi
Assessment
a. Etiologi

 Valvular Heart Disease

b. Faktor Risiko
 Hipertensi kronik
c. Komplikasi
 Kardiovaskuler: Gagal jantung
 Neuro: Stroke
Initial plan
a. Diagnosis
Ekokardiografi transesofageal
b. Terapi
 Digoxin 0,25 mg tab 1 dd 1 P.O
 Warfarin 2 mg tab 1 dd 1 P.O
c. Monitoring
 EKG
d. Edukasi
 Menjelaskan kepada pasien akan dilakukan EKG setiap hari untuk
mengetahui kondisi jantung
4. Dispepsia
Assessment
DD: Gastritis, ulcus pepticum
Initial plan
a. Diagnosis
 Endoskopi, USG abdomen, urea breath test, Kultur organisme
b. Terapi
 Inj iv. Ranitidin 50 mg dilarutkan dengan 10 ml aquades 2 dd 1
 Lanzoprazol cap 2 dd 1 P.O(30 menit sebelum makan)

c. Monitoring
-
d. Edukasi
 Menjelaskan kepada pasien penyebab dari nyeri di bagian ulu hati
disebabkan karena asam lambung yang bertambah akibat stressor

H. PROGRESS NOTE
Tanggal Follow Up
16/06/17 S Sesak
O KU : tampak lemas, gelisah
TD : 185/154 mmHg
Nadi : 189 x/menit
RR : 28 x/menit
T : 36,5 oC
A CHF, AF
P - Monitoring KU dan TTV
- Rencana EKG
- Inj. KCL II fl dilarutkan dalam 500 cc NaCl habis 8
jam (20 tetes/menit)
- Inj. Digoxin 1 amp IV bolus
- Inj. Herbeser 15 mg diencerkan bolus lambat 2
menit
Tanggal Follow Up
17/06/17 S Sesak nafas, mual
O KU : tampak lemas, gelisah
TD : 110/80 mmHg
Nadi : 96 x/menit
RR : 24 x/menit
T : 36,1 oC
A CHF, AF
P - Rencana EKG
- Cek darah rutin,
- Monitor KU+TTV
- Batasi minum + 1500 c/24 jam
- Urin tampung 24 jam
- Oksigen 3 L/menit
- Infus pump RL 10 cc/jam
- Inj. Furosemid 2 amp
- Inj. Digoxin 1 amp
- SP. Furosemide 6 A/24 jam
- sulcrafat Syrp (100 ml) 3 x 1 cth
- Alprazolam 1 mg 1 dd ½ P.O
- Lisinopril tab 5 mg 1 dd 1 P.O
- Digoxin 0,25 mg tab 1 dd 1 P.O
- Warfarin 2 mg tab 1 dd 1 P.O
Tanggal Follow Up
18/06/17 S Sesak sudah berkurang, Mual
O KU : tampak lemas
TD : 120/90 mmHg
Nadi : 85 x/menit
RR : 20 x/menit
T : 36 oC
A CHF, AF
P - Monitoring KU dan TTV
- Rencana EKG
- Batasi minum + 1500 cc
- Oksigen 3 L/menit
- Infus Ringer Laktat 15 tpm
- Sp furosemide 6 amp/24 jam 0,5 cc/jam
- Sulcrafat Syrp (100 ml) 3 x 1 cth
- Alprazolam 1 mg 1 dd ½ P.O
- Lisinopril tab 5 mg 1 dd 1 P.O
- Digoxin 0,25 mg tab 1 dd 1 P.O
- Warfarin 2 mg tab 1 dd 1 P.O
I. HOME VISIT ( 29 Juli 2017)

CHF
29/07/17 S Sesak nafas saat beraktifitas sedang, dan terkadang perut merasa
mual.

O Kesadaran : Kompos mentis, GCS:E4V5M6


TD 100/80 mmHg
HR : 98 x/menit
RR : 23 x/menit
T : 36,8oC
Pemeriksaan Fisik
 Pulmo : Auskultasi: Ronchi halus
 Cor : Pembesaran kearah lateral, auskultasi: Bising jantung
(Fase sistolik, derajat III, punctum maximum di ICS V linea
parasternalis dextra 2 cm ke lateral, Penjalaran area mitral,
frekuensi blowing, pola crescendo.
 GDS : 174 mmHg
 Kolestrol=127

A CHF NYHA III

P Candesartan tab 1 x 1 P.O.


Simarc 2mg tab 1 x 1 P.O. Malam
Furosemid 40 mg tab 1x1 P.O. Pagi
Digoxin 0,25 mg tab 1 x ½ P.O. makan siang
Edukasi membatasi aktivitas
Edukasi batasi konsumsi air minum maksimal 1,5L
Edukasi rutin kontrol serta konsumsi obat secara teratur dan sesuai
aturan.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

ATRIAL FIBRILASI
A. PENGERTIAN
Atrial fibrilasi (AF) merupakan sustained aritmia yang paling sering
terjadi. AF ditandai dengan adanya aktivasi atrium yang berantakan, cepat,
dan ireguler. Pada EKG ciri FA adalah tiadanya konsistensi gelombang P,
yang digantikan oleh gelombang getar (fibrilasi) yang memiliki amplitudo,
bentuk dan durasi yang bervariasi. Ciri-ciri pada gambaran EKG Umum:
1. EKG menunjukan pola interval RR yang iregular
2. Tidak dijumpai gelombang P yang jelas pada EKG permukaan. Kadang-
kadang dapat dilihat aktivitas atrium yang iregular pada beberapa
sadapan EKG, paling sering sadapan V1.
3. Interval antara dua gelombang aktivasi atrium tersebut biasanya
bervariasi, umumnya kecepatan melebihi 450x/menit
B. ETIOLOGI
Pada dasarnya etiologi yang terkait dengan atrial fibrilasi terbagi menjadi
beberapa faktor-faktor, diantaranya yaitu
1. Peningkatan tekanan atau resistensi atrium
a. Peningkatan katub jantung
b. Kelainan pengisian dan pengosongan ruang atrium
c. Hipertrofi jantung
d. Kardiomiopati
e. Hipertensi pulmo (chronic obstructive purmonary disease dan cor
pulmonary chronic)
f. Tumor intracardiac
2. Proses Infiltratif dan Inflamasi :
a. Pericarditis atau myocarditis
b. Amiloidosis dan sarcoidosis
c. Faktor peningkatan usia

3. Proses Infeksi
Demam dan segala macam infeksi
4. Kelainan Endokrin
Hipertiroid, Feokromotisoma
5. Neurogenik
Stroke, Perdarahan Subarachnoid
6. Iskemik Atrium
Infark myocardial
7. Obat-obatan
Alkohol, Kafein
8. Keturunan atau Genetik
C. KLASIFIKASI
1. Waktu presentasi & Durasi
a. FA yang pertama kali terdiagnosis: Jenis ini berlaku untuk pasien
yang pertama kali datang dengan manifestasi klinis, tanpa memandang
durasi atau berat ringanya gejala yang muncul
b. FA Paroksismal: FA yang mengalami terminasi spontan dalam 48
jam, namun dapat berlanjut hingga 7 hari
c. FA Persisten: FA dengan episode menetap hingga lebih dari 7 hari
atau FA yang memerlukan kardioversi dengan obat atau listrik
d. FA Persisten lama (long standing persistent) adalah FA yang
bertahan hingga > 1 tahun, dan strategi kendali irama masih akan
diterapkan.
e. FA Permanen merupakan FA yang ditetapkan sebagai permanen oleh
dokter sehingga strategi kendali irama sudah tidak digunakan lagi.
Apabila strategi terkendali irama masih digunakan maka FA masuk ke
kategori FA persisten lama.

2. Kategori FA tambahan menurut ciri-ciri pasien:


a. FA sorangan: FA tanpa disertai penyakit struktur kardiovaskular
lainnya, termasuk hipertensi, penyakit paru terkait atau abnormalitas
anatomi jantung seperti pembesaran atrium kiri, dan usia dibawah 60
tahun
b. FA non-valvular: FA yang tidak terkait dengan penyakit rematik
mitral, katup jantung protease atau operasi perbaikan katup mitral.
c. FA Sekunder: FA yang terjadi akibat kondisi primer yang menjadi
pemicu FA, seperti infark miokard akut, bedah jantung, perikarditis,
miokarditis hipertiroidisme, emboli paru, pneumonia atau penyakit
paru akut lainnya. FA sekunder yang berkaitan dengan penyakit katup
disebuat FA valvular.
3. Berdasarkan kecepatan laju respon ventrikel (Interval RR) :
a. FA dengan respon ventrikel cepat: Laju ventrikel > 100x/menit
b. FA dengan respon ventrikel normal: Laju ventrikel 60-100x/menit
c. FA dengan respon ventrikel lambat: Laju ventrikel <60x/menit
D. PATOFISIOLOGI FIBRILASI ATRIUM (FA)
Pada dasarnya mekanisme atrial fibriasi terdiri dari 2 proses, yaitu proses
aktivasi fokal dan multiple wavelet reentry. Pada proses aktivasi fokal bisa
melibatkan proses depolarisasi tunggal atau depolarisasi berulang. Pada proses
aktivasi fokal, fokus ektopik yang dominan adalah berasal dari vena pulmonalis
superior. Selain itu, fokus ektopik bisa juga berasal dari atrium kanan, vena cava
superior dan sinus coronarius. Fokus ektopik ini menimbulkan sinyal elektrik
yang dapat mempengaruhi potensial aksi pada atrium dan menggangu potensial
aksi yang dicetuskan oleh nodus sino-atrial (SA). Sedangkan multiple wavelet
reentry, merupakan proses potensial aksi yang berulang dan melibatkan sirkuit
atau jalur depolarisasi. Mekanisme multiple wavelet reentry tidak tergantung pada
adanya fokus ektopik seperti pada proses aktivasi fokal, tetapi lebih tergantung
pada sedikit banyaknya sinyal elektrik yang mempengaruhi depolarisasi.

Timbulnya gelombang yang menetap dari depolarisasi atrial atau wavelet


yang dipicu oleh depolarisasi atrial prematur atau aktivas aritmogenik dari fokus
yang tercetus secara cepat. Pada multiple wavelet reentry, sedikit banyaknya
sinyal elektrik dipengaruhi oleh 3 faktor, yaitu periode refractory, besarnya ruang
atrium dan kecepatan konduksi. Hal ini bisa dianalogikan, bahwa pada
pembesaran atrium biasanya akan disertai dengan pemendekan periode refractory
dan terjadi penurunan kecepatan konduksi. Ketiga faktor tersebut yang akan
meningkatkan sinyal elektrik dan menimbulkan peningkatan depolarisasi serta
mencetuskan terjadinya atrial fibrilasi.

E. PENEGAKAN DIAGNOSIS
1. Anamnesis
Spektrum presentasi klinis sangat bervariasi, mulai dari asimtomatik
hingga syok kardiogenik atau kejadian serebrovaskular berat. Hampir
>50% episode FA tidak menyebabkan gejala (silent atrial fibrillation).
Beberapa gejala ringan yang mungkin dikeluhkan pasien antara lain:
a. Palpitasi. Umumnya diekspresikan oleh pasien sebagai: pukulan
genderang, gemuruh guntur, atau kecipak ikan di dalam dada.
a) Mudah lelah atau toleransi rendah terhadap aktivitas fisik
b) Presinkop atau sinkop
c) Kelemahan umum, pusing
Selain itu, FA juga dapat menyebabkan gangguan hemodinamik,
kardiomiopati yang diinduksi oleh takikardia, dan tromboembolisme
sistemik. Penilaian awal dari pasien dengan FA yang baru pertama kali
terdiagnosis harus berfokus pada stabilitas hemodinamik pasien.
2. Pemeriksaan Fisik
a. Hemodinamik dapat stabil atau tidak stabil
b. Denyut nadi tidak teratur
c. Denyut nadi dapat lambat, jika disertai dengan kelainan irama block
d. Jika hemodinamik tidak stabil dengan denyut yang cepat sebagai
kompensasi, maka terdapat tanda2 hipoperfusi (akral dingin, pucat)
3. Kriteria diagnostik
a. Anamnesis
b. EKG :
1) Laju ventrikel bersifat ireguler
2) tidak terdapat gelombang P yang jelas
3) Gel P digantikan oleh gelombang F yang ireguler dan acak, diikuti
oleh kompleks QRS yang ireguler pula.
4) secara umum: Laju jantung umumnya berkisar 110-140x/menit,
tetapi jarang melebihi 160-170x/menit.
5) Dapat ditemukan denyut dengan konduksi aberan (QRS lebar)
setelah siklus interval RR panjang-pendek (fenomena Ashman)
6) Preeksitasi
7) Hipertrofi ventrikel kiri
8) Blok berkas cabang
9) Tanda infark akut/lama
c. Foto torax :
Pemeriksaan foto toraks biasanya normal, tetapi kadang-kadang
dapat ditemukan bukti gagal jantung atau tanda-tanda patologi
parenkim atau vaskular paru (misalnya emboli paru, pneumonia).
F. Tatalaksana
1. Kondisi Akut :
a. Untuk Hemodinamik tidak stabil :
Kardioversi elektrik : Ekokardiografi transtorakal harus dilakukan
untuk identifikasi adanya trombus di ruangruang jantung. Bila
trombus tidak terlihat dengan pemeriksaan ekokardiografi
transtorakal, maka ekokardiografi transesofagus harus dikerjakan
apabila FA diperkirakan berlangsung >48 jam sebelum dilakukan
tindakan kardioversi. Apabila tidak memungkinkan dilakukan
ekokardiografi transesofagus, dapat diberikan terapi antikoagulan
(AVK atau dabigatran) selama 3 minggu sebelumnya. Antikoagulan
dilanjutkan sampai dengan 4 minggu pascakardioversi. (target INR 2-
3 apabila menggunakan AVK).
b. Untuk laju denyut ventrikel dalam keadaan stabil
1) Diltiazem 0,25 mg/kgBB bolus iv dalam 10 menit, dilanjutkan 0,35
mg/kgBB iv
2) Metoprolol 2,5-5 mg iv bolus dalam 2 menitsampai 3 kali dosis.
3) Amiodaron 5 mg/kgBB dalam satu jampertama, dilanjutkan 1 mg/
menit dalam 6jam, kemudian 0,5 mg/ menit dalam 18 jamvia vena
besar
4) Verapamil 0,075- 0,15 mg/kgBB dalam 2menit
5) Digoksin 0,25 mg iv setiap 2 jam sampai 1,5mg
2. Kondisi stabil jangka panjang untuk kendali laju :
 Metoprolol 2x50-100 mg po
 Bisoprolol 1x5-10 mg po
 Atenolol 1x25-100 mg po
 Propanolol 3x10-40 mg po
 Carvedilol 2x3,125-25 mg po
 CCB: Verapamil 2x40 sampai 1x240 mg po (lepas lambat)
 Digoksin 1x0,125-0,5 mg po
 Amiodaron 1x100-200 mg po
 Diltiazem 3x30 sampai 1x200 mg po (lepas lambat)
3. Pemberian obat pencegah stroke
Pencegahan Stroke menggunakan antikoagulan:
prosedur yang ireversibel sehingga hanya dilakukan pada pasien dimana
kombinasi terapi gagal mengontrol denyut atau strategi kendali irama
dengan obat atau ablasi atrium kiri tidak berhasil dilakukan. Pemasangan
Sumbatan Aurikular Atrium Kiri (LAA Occluder)
6. Pada pasien AF permanent yang tidak dapat dilakukan ablasi dengan
pertimbangan struktur atrium kiri yang terlalu dilatasi Atau alternatif
terhadap antikoagulan oral bagi pasien FA dengan risiko tinggi stroke
tetapi kontraindikasi pemberian antikoagulan oral jangka lama. Dinilai dari
perhitungan skor perdarahan.
Daftar Pustaka
1. PERKI. Pedoman tatalaksana Atrial Fibrilasi. Jakarta: Perhimpunan
dokter Spesialis kardiovaskular Indonesia. 2014.
2. ACCF/AHA. Management of Patients With Atrial Fibrillation. American:
American College of Cardiology Foundation and American Heart
Association. 2011.

Anda mungkin juga menyukai