Ini sangat mengejutkan karena kita tidak pernah menyangka akan kehilangan
sedemikian banyak es di sisi timur laut Greenland, kata Shfaqat Abbas Khan,
peneliti iklim National Space Institute di Universitas teknik Denmarkyang juga
menyebutkan bahwa kondisi tersebut adalah rekor terbaru di Greenland. Laporan
yang dimuat dalam jurnal Nature Climate Change edisi 16 Maret 2014 memaparkan
hampir 10 miliar ton es hilang di bagian timur laut Greenland tiap tahunnya sejak
tahun 2003. Padahal sisi itu dianggap paling stabil dan diprediksi tidak akan
terpengaruh efek pemanasan global.
Temuan ini memiliki dampak langsung ke wajah planet bumi di masa depan,
meliputi perubahan iklim dan alasan di balik pencairan es di wilayah tersebut.
Seperti yang kita ketahui, lapisan es Greenland yang sangat banyak itu akan
berbahaya apabila mengalami pencairan dalam skala besar dan disebut-sebut
memiliki potensi sebagai salah satu sumber bencana bumi di masa yang akan
datang, lebih tepatnya beberapa abad dari sekarang. Bagi beberapa orang, es di
Greenland saja memiliki cukup banyak es untuk menenggelamkan bumi.
Seorang penulis utama Qinghua Ding yang juga ilmuwan penelitian ilmu
atmosfer mengatakan bahwa Greenland dan bagian tetangganya Kanada telah
mengalami beberapa pemanasan yang paling ekstrim sejak 1979 dengan kelajuan
kira-kira 1 derajat celcius per decade atau dua kali rata-rata global. Kita harus
mengerti kenapa dalam 30 tahun terakhir ini pemanasan global tidak terjadi di
seluruh daerah secara merata, katanya.
Sementara itu, sebuah penelitian internasional IceGeoHeat yang diketuai oleh
GFZ German Research Centre for Geosciences menilai pengaruh mantel dan kerak
bumi akan perubahan iklim saat ini terlalu sederhana. Mereka membuat semacam
model mantel bumi dan efeknya terhadap lapisan lalu menemukan pencairan hanya
terjadi di daerah tertentu saja karena komposisi mantel di bawahnya relatif lebih
tipis. Penelitian ini menggunakan observasi serta komputer model canggih untuk
menampilkan suhu yang lebih hangat di bagian barat Samudera Pasifik telah
menyebabkan perubahan atmosfer di atas Atlantik Utara. Permukaan daerah itu
sebelumnya telah mengalami penghangatan sekitar setengah derajat tiap
dekadenya sejak tahun 1979.
Dalam sebuah studi baru, variasi alami penghangatan paling luar biasa di
bagian barat Pasifik adalah dekat kepulauan Papua Nugini. Semenjak pertengahan
tahun 1990, permukaan air mengalami peningkatan suhu sehingga menghangat
kira-kira 0,3 derajat dari biasanya. Fenomena ini, sebagaimana ditunjukan oleh
model computer, mempengaruhi tekanan udara regional. Awalnya berasal dari
gelombang stasioner di atmosfer yang bergerak bagai lingkaran busur besar dari
kawasan tropis di Pasifik menuju Greenland, sebelum akhirnya berbalik kembali di
atas Atlantik.
Sumber : http://9wiki.net/contoh-artikel-lingkungan-hidup/