Anda di halaman 1dari 29

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kemajuan di berbagai bidang, terutama perkembangan dalam

bidang kesehatan akan memberikan kontribusi terhadap peningkatan usia

harapan hidup bagi masyarakat. Di satu sisi dapat meningkatkan usia

harapan hidup perempuan dan laki-laki, namun di sisi lain yang harus kita

waspadai adalah mereka harus melewati usia tua dengan berbagai

gangguan kesehatan.Salah satunya adalah penyakit Goutatritis atau biasa

dikenal dengan asam urat.

Goutatritis merupakan asam yang berbentuk kristal-kristal yang

merupakan hasil akhir dari metabolisme purin (bentuk turunan

nukleoprotein),yaitu salah satu komponen asam nukleat yang terdapat pada

inti sel-sel tubuh.Secara ilmiah, purin terdapat dalam tubuh kita dan

dijumpai pada semua makanan, yakni makanan dari tanaman (sayur, buah,

dan kacang-kacangan) atau pun dari hewan (daging, jeroan, ikan sarden,

dan lainnya). Kadar asam uratakan meningkat atau abnormal ketika ginjal

tidak mampu mengeluarkannya melalui urin, sehingga dapat menyebabkan

nyeri sendi, benjolan-benjolan pada bagian tubuh tertentu (thopi) seperti

pada jari kaki dan gangguan pada saluran kemih.

Penyakit Goutatritis banyak dijumpai pada laki-laki usia antara 30-

40 tahun, sedangkan pada wanita usia antara 55-70 tahun. Seiring dengan

perkembangan usia yang semakin tua akan menambah resiko seseorang


terkena penyakit asam urat. Wanita lebih rawan terkena asam urat

dibandingkan pria dengan faktor resiko 60%, hal ini disebabkan saat

wanita menopause kadar hormon esterogen mengalami penurunan

sehingga dalam tubuh hanya sedikit hormon esterogen yang membantu

pembuangan asam urat lewat urine, yang mengakibatkan pembuangan

asam uratnya tidak terkontrol.

Di dalam susenas dikumpulkan informasi mengenai jenis keluhan

kesehatan yang paling tinggi (32,99%) adalah jenis keluhan diantaranya

asam urat, darah tinggi, darah rendah, rematik, dan diabetesmellitus.

Sedangkan menurut data dinas kesehatan Jawa Timur pada tahun 2013

jumlah penderita asam urat di Jawa Timur sebanyak 4.027 jiwa.

Asam urat dapat menjadi hal yang menakutkan jika mengalami

komplikasi seperti radang sendi yang bisa menyebabkan kecacatan pada

sendi. Komplikasi lain dari asam urat ini adalah komplikasi yang terjadi

pada ginjal yang dapat menyebabkan gagal ginjal dan batu ginjal,

sedangkan pada jantung dapat menyebabkan jantung koroner.

Upaya yang dapat dilakukan dalam mengontrol kadar asam urat

adalah dengan membatasi asupan purin atau mengkonsumsi makanan

rendah purin, lebih banyak mengkonsumsi karbohidrat, mengurangi

konsumsi lemak, meningkatkan asupan cairan, dan tidak mengkonsumsi

minuman beralkohol.Selain itu, masalah yang timbul setelah menopause

sebagian besar disebabkan karena kekurangan hormone estrogen, maka


dalam dunia kesehatan telah dikembangakan terapi pemberian tambahan

estrogen yang dikenal dengan istilah Terapi Sulih Hormone (HTR).

Untuk itu peneliti tertarik untuk meneliti lebih lanjut tentang

tingkat pengetahuan wanita menopause terhadap resiko terjadinya

Goutatritis.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan data dalam latar belakang diatas maka dapat dirumuskan

permasalahan sebagai berikut :Bagaimanakah tingkat pengetahuan wanita

menopause terhadap resiko terjadinya Goutatritis

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan umum

Untuk mengetahui tingkat pengetahuan wanita menopause

terhadap resiko terjadinya Goutatritis.

1.3.2 Tujuan khusus

Mengidentifikasi tingkat pengetahuan wanita menopause terhadap

resiko terjadinya Goutatritis.

1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Bagi peneliti

Dapat menambah wawasan dan merupakan suatu pengalaman

dalam melakukan penelitian khususnya penelitian tentang tingkat

pengetahuan wanita menopause terhadap resiko terjadinya

Goutatritis.
1.4.2 Bagi pelayanaan kesehatan

Dapat dipakai sebagai tambahan literatur dalam memberikan

penyuluhan bagi masyarakat.

1.4.3 Bagi masyarakat

Dapat digunakan sebagai salah satu media informasi tentang

pengetahuan wanita menopause terhadap resiko terjadinya

Goutatritis, sehingga masyarakat dapat mencegah dan dapat

mengetahui penanganan Goutatritis.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Pengetahuan

2.1.1 Pengertian Pengetahuan

Pengetahuan adalah hasil penginderaan manusia, atau hasil

tahu seseorang terhadap objek melalui indera yang dimilikinya

(mata, hidung, telinga, dan sebagainya).(Notoatmodjo,

2010).Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat

penting untuk terbentuknya tindakan seseorang.

2.1.2 Tingkat Pengetahuan

Pengetahuan seseorang terhadap objek mempunyai intensitas atau

tingkat yang berbeda-beda. Secara garis besarnya dibagi dalam 6

tingkat pengetahuan (Notoatmodjo 2010), yaitu :

1 Tahu (know)

Diartikan hanya sebagai recall (memanggil) memori

yangtelah ada sebelumnya setelah mengamati sesuatu.

Untuk mengetahui atau mengukur bahwa orang tahu

sesuatu dapat menggunakan pertanyaan- pertanyaan.

2 Memahami (comprehension)

Memahami suatu objek bukan sekadar tahu terhadap

objek tersebut, tidak sekadar dapat menyebutkan, tetapi

orang tersebut harus dapat menginterpretasikan secara

benar tentang objek yang diketahui tersebut.


3 Aplikasi (application)

Aplikasi diartikan apabila orang yang telah

memahami objek yang dimaksud dapat menggunakan atau

mengaplikasikan prinsip yang diketahui tersebut pada

situasi yang lain.

4 Analisa (analisys)

Analisis adalah kemampuan seseorang untuk

menjabarkan dan/atau memisahkan, kemudian mencari

hubungan antara komponen-komponen yang terdapat dalam

suatu masalah atau objek yang diketahui.

5 Sintesis (synthesis)

Sintesis menunjukkan suatu kemampuan seseorang

untuk merangkum atau meletakkan dalam satu hubungan

yang logis dari komponen- komponen pengetahuan yang

dimiliki.

6 Evaluasi (evaluation)

Evaluasi berkaitan dengan kemampuan seseorang

untuk melakukan justikasi atau penilaian terhadap suatu

objek tertentu.
2.1.3 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan

Ada beberapa faktor yang mempengaruhi pengetahuan seseorang

yaitu:

1. Umur

Usia adalah umur individu yang terhitung mulai saat

dilahirkan sampai saat berulang tahun. Semakin cukup umur,

tingkat kematangan dan kekuatan seseorang akan lebih matang

dalam berfikirdan bekerja. Dari segi kepercayaan masyarakat

seseorang yang lebih dewasa akan lebih dipercayai dari orang

yang belum cukup tinggi kedewasaannya. Hal ini sebagai

akibat dari pengalaman dan kematangan jiwanya.

2. Pendidikan

Pendidikan adalah suatu usaha untuk mengembangkan

kepribadian dan kemampuan di dalam dan di luar

sekolah.Makin tinggi tingkat pendidikan seseorang, maka

makin mudah dalam menerima informasi sehingga makin

banyak pula pengetahuan yang dimiliki.

3. Media masa / sumber informasi

Sebagai sarana komunikasi, berbagai bentuk media massa

seperti televisi, radio, surat kabar, majalah, internet, dan lain-

lain mempunyai pengaruh besar terhadap pembentukan opini

dan kepercayaan orang.


4. Sosial budaya dan ekonomi

Status sosial ekonomi berpengaruh terhadap tingkah

laku individu.Individu yang berstatus sosial ekonomi baik

dimungkinkan lebih memiliki sikap positif memandang diri dan

masa depannya dibandingkan mereka yang berasal dari

keluarga yang berstatus sosial ekonomi rendah.

Sosial budaya termasuk didalamnya pandangan agama,

kelompok dapat mempengaruhi proses pengetahuan khususnya

dalam penerapan nilai sosial keagamaan untuk memperkuat

egonya.

5. Lingkungan

Lingkungan adalah segala sesuatu yang ada disekitar

individu, baik lingkungan sik, biologis, maupun sosial yang

dapat mempengaruhi perkembangan dan perilaku seseorang

atau kelompok.

6. Pengalaman

Pengalaman sebagai sumber pengetahuan adalah suatu cara

untuk memperoleh kebenaran pengetahuan dengan cara

mengulang kembali pengetahuan yang diperoleh dalam

memecahkan masalah yang dihadapi masa lalu


2.1.4 Kategori Tingkat Pengetahuan

1. Baik, bila subyek mampu menjawab dengan benar 76-

100% dari seluruh pertanyaan.

2. Cukup, bila subyek mampu menjawab dengan benar 56-

75% dari seluruh pertanyaan.

3. Kurang, bila subyek mampu menjawab dengan benar <56%

dari seluruh pertanyaan.

2.2 Konsep Menopause

2.2.1 Pengertian Menopause

Monopause berasal dari bahasa yunani yaitu Mens yang

artinya siklus mentruasi dan pausis yang artinya penghentian.

Dapat disimpulkanbahwa menopause merupakan berhentinya

masa kesuburan dan masa reproduksi wanita ditandai dengan

berhentinya masa menstruasi atau siklus bulanan seiring

bertambahnya usia dan penurunan hormon. Diagnosis menopause

dibuat setelah terdapat amenovera sekurang-kurangnya satu tahun

atau tidak mengalami mentruasi selama satu tahun.

Menopause adalah haid terakhir yang dialami oleh

seseorang wanita yang masih di pengaruhi oleh hormon reproduksi

yang terjadi pada usia menjelang atau pada usia lima puluhan

(Wahyunita, 2010)
2.2.2 Tahapan Menopause

Pada dasarnya menopause dibagi menjadi tiga tahap yaitu masa

pramenopause, menopause, dan pasca menopause.

1. Pramenopause

Pramenopause yaitu masa transisi antara masa ketika

wanita mulai merasakan gejala menopause (biasanya pada

pertengahan atau akhir usia 40 tahun) dan masa siklus haid benar-

benar terhenti (rata-rata 51 tahun). Pada masa pramenopause akan

terjadi perubahan sik yang berarti.

2. Monopause

Masa monopause menandakan haid terakhir. Penentuan

masa menopause hanya bisa dilakukan setelah seorang wanita tidak

haid lagi selama 1 tahun.

3. Pascamenopause

Masa ini adalah masa setelah haid terakhir seorang wanita.

Dengan kata lain, pascamenopause terjadi setelah masa

menopause. Biasanya keadaan sik dan psikologisnya sudah dapat

menyesuaikan dengan perubahan-perubahan hormonalnya.


2.2.3 Tanda dan Gejala Menopause.

Gejala-gejala yang umum terjadi adalah sebagaiberikut :

1. Gejala-gejala fisik

A. Hot flushes (perasaan panas)

Hot flushes adalah rasa panas yang luar biasa pada wajah

dan tubuh bagian atas seperti leher dan dada. Dengan peraban

tangan akan terasa adanya peningkatan suhu pada daerah

tersebut.

Gejolak panas terjadi karena jaringan-jaringan yang

sensitive atau yang bergantung pada esterogen akan

terpengaruh sewaktu kadar esterogen menurun. Pancaran panas

diperkirakan merupakan akibat dari pengaruh hormon pada

bagian otak yang bertanggung jawab untuk mengatur

temperatur tubuh. Gejolak panas timbul ketika wanita

memasuki usia menopause atau pada saat menopause dan akan

menghilang 4-5 pascamenopause.

B. Keringat Berlebihan

Pancaran panas pada tubuh akibat pengaruh hormon

termostat tubuh pada suhu yang lebih rendah. Akibatnya, suhu

udara yang semuula dirasakan nyaman, mendadak menjadi

terlalu panas serta mengeluarkan keringat untuk mendinginkan

diri. Selain itu, dalam kehidupan seorang wanita, jaringan-

jaringan vagina menjadi lebih tipis dan berkurang


kelembapannya seiring dengan kaadar esterogen yang

menurun. Gejala lain yang dialami wanita adalah berkeringat

di malam hari.

C. Vagina Kering

Perubahan pada organ reproduksi diantaranya pada daerah

vagina sehingga dapat menimbulkan rasa sakit pada saat

berhubungan intim.Selain itu akibat berkurangnya esterogen

menyebabkan keluhan gangguan pada epitel vagina, jaringan

penunjang, dan elastisitas vagina. Padahal epitel vagina

mengandung banyak reseptor esterogen yang sangat membantu

mengurangi rasa sakit saat berhubungan.

D. Tidak Dapat Menahan Air Seni

Ketika usia bertambah tua, air seni sering tidak dapat

ditahan pada saat bersin atau batuk. Hal ini akibat esterogen

yang menurun sehingga salah satu dampaknya adalah

inkontinensia urin (tidak dapat mengendalikan fungsi kandung

kemih). Perlu diketahui, dinding lapisan otot uretra perempuan

juga mengandung banyak reseptron esterogen. Kekurangan

esterogen menyebabkan terjadinya gangguan penutupan uretra

dan perubahan pola aliran urin menjadi abnormal sehingga

mudah terjadi infeksi pada saluran kemih bagian bawah.Salah

satu gangguan saluran kemih itu adalah inkontinensia.


E. Nyeri Tulang dan Sendi

Seiring meningkatnya usia maka beberapa organ tidak lagi

mengadakan remodeling, di antara tulang. Bahkan, mengalami

proses penurunan karena pengaruh dari perubahan organ lain.

Selain itu, dengan bertambahnya usia penyakit yang timbul

semakin beragam. Hal itu tentu saja berkaitan dengan

kebugaran dan kesehatan tubuh seorang wanita.

2. Gejala psikologis

A. Mudah tersinggung.

B. Depresi.

C. Cemas.

D. Suasana hati (mood) yang tidak menentu.

E. Sering lupa.

F. Susah berkonsentrasi.

3. Gejala-gejala seksual

A. Kekeringan vagina, mengakibatkan rasa tidak nyaman saat

berhubunganseksual.

B. Menurunnya libido.
2.2.4 Faktor yang Mempengaruhi

Berikut ini beberapa faktor yang mempengaruhi kapan seorang wanita

mengalami menopause.

1. Usia saat haid pertama kali (menarche)

Beberapa ahli yang melakukan penelitian menemukan

adanya hubungan antara usia pertama kali mendapat haid dengan usia

seorang wanita memasuki menopause. Kesimpulan dari penelitian-

penelitian ini mengungkapkan, bahwa semakin muda seseorang

mengalami haid pertama kalinya, semakin tua atau lama ia memasuki

masa menopause.

2. Faktor psikis

Keadaan seorang wanita yang tidak menikah dan bekerja

diduga mempengaruhi perkembangan psikis seorang wanita.

Menurut beberapa penelitian, mereka akan mengalami masa

menopause lebih muda, dibandingkan mereka yang menikah dan

tidak bekerja/ bekerja atau tidak menikah dan tidak bekerja.

3. Jumlah anak

Meskipun belum ditemukan hubungan antara jumlah anak

dan menopause tetapi beberapa peneliti mnemukan bahwa makin

sering seseorang wanita melahirkan maka semakin tua atau lama

mereka memasuki masa menopause.


4. Usia melahirkan

Masih berhubungan dengan melahirkan anak, bahwa

semakin tua seseorang melahirkan anak, semakin tua ia mulai

memasuki usia menopause. Penelitian yang dilakukan Beth Israel

Deaconess Medical Center in Boston mengungkapkan bahwa wanita

yang masih melahirkan di atas usia 40 tahun akan mengalami usia

menopause yang lebih tua. Hal ini terjadi karena kehamilan dan

persalinan akan memperlambat sistem kerja orga reproduksi. Bahkan,

akan memperlambat proses penuaan tubuh.

5. Pemakain kontrasepsi

Pemakaian kontrasepsi ini, khususnya alat kontrasepsi jenis

hormonal. Hal ini bisa terjadi karena cara kerja kontrasepsi yang

menekan fungsi indung telur sehingga tidak memproduksi sel telur.

Pada wanita yang menggunakan kontrasepsi ini akan lebih lama atau

tua memasuki masa menopause.

2.2.5 Jenis-jenis Menopause

Monopause dapat dibedakan menjadi tiga jenis, yaitu :

1. Monopause Alamiah

Monopause ini terjadi secara bertahap, biasanya antara usia

45-55 tahun. Monopause alamiah terjadi pada wanita yang

masihmempunyai indung telur. Durasinya sekitar 5-10 tahun.

Meskipun seluruh proses itu kadang-kadang memerlukan waktu

13 tahun. Selama itu mentruasi mungkin akan berhenti beberapa


bulan kemudian akan kembali lagi. Mentruasi datang secara

uktuatif. Lama intensitasnya dan alirannya mungkin bertambah

atau berkurang. Wanita yang mengalami menopause alamiah

mungkin membutuhkan perawatan atau mungkin tidak

membutuhan perawatan apapun. Hal ini karena kesehatan mereka

secara menyeluruh cukup baik. Selain itu proses menopause

berjalan sangat lambat sehingga tubuhnya dapat menyesuaikan

diri dengan perubahan-perubahan yang terjadi pada saat

menopause.

2. Menopause Prematur

Terjadi lebih cepat daripada yang pertama, pada wanita di

usia 30 tahun atau awal 40 tahun yang mempunyai setidak-

tidaknya satu indung telur. Kira-kira 1 diantara 100 wanita

menyelesaikan transisi menopause mereka pada usia 40 atau lebih

muda lagi. Mungkin karena penyakit (seperti autoimun atau

kekkurangan gizi) atau stress yang sangat parah yang memberi

pengaruh buruk terhadap fungsi-fungsi reproduksi yangberkaitan

dengan hormon. Durasinya biasanya lebih pendek daripada

menopause alamiah, 1 hingga 3 tahun. Karena transisi

berlangsung lebih cepat, dank arena perubahan awal itu sering

terkait dengan kondisi fisik yang sudah ada sebelumnya, ada

kemungkinan besar bahwa wanita yang menjalani menopause


prematur akan membutuhkan suplemen hormon selama masa

penyesuaian.

3. Menopause Buatan

Dapat terjadi secara sangat mendadak, karena terdorong

oleh operasi pengangkatan atau gangguan pada fungsi reproduksi.

Oleh radiasi, kemoterapi, atau oleh pemberian obat-obatan

tertentu yang dapat mempercepat atau meniru menopause karena

alasan-alasan medis.

Bahkan peningkatan tuba telah terbuti dapat menurunkan

kadar progesteron selama paling sedikit 1 tahun setelah prosedur

itu dijalankan. Dan banyak wanita yang mengalami hysterektomi

dengan tetap mempertahankan indung telur mereka mengalami

gejala-gejala hormonal selain itu, tentu saja berhentinya haid

mereka.

2.2.6 Perubahan Organ Reproduksi

Akibat berhentinya haid, berbagai organ reproduksi akan

mengalami perubahan, diantaranya :

1. Rahim

Rahim mengalami atropi (keadaan kemunduran gizi

jaringan), panjangnya menyusut, dan dindingnya

menipis.Jaringan miometrium (otot rahim) menjadi sedikit dan

lebih banyak mengandung jaringan fibrotik (sifat berserabut

secara berlebihan). Leher rahim (serviks) menyusut tidak


menonjol ke dalam vagina, bahkan lama-lama akan merata

dengan dinding vagina.

2. Saluran Telur

Lipatan-lipatan saluran menjadi lebih pendek, menipis, dan

mengerut. Rambut getar yang ada pada ujung saluran telur atau

fimbria menghilang.

3. Indung Telur

Setelah wanita melewati usia seitar 30 tahun, produksi

indung telur berangsung-angsur menurun. Dengan demikian,

pelepasan sel telur tidak selalu pada setiap siklus haid. Pada

saat ini, jarak haid menjadi tidak teratur, yaitu terjadi pada

selang waktu yang lebih lama, pola cairan haid berubah

menjadi semakin sedikit atau semakin banyak. Sampai

akhirnya, pelepasan sel telur tidak lagi terjadi dan haid pun

berhenti.

Dengan menurunnya produksi indung telur maka terjadi

juga penurunan hormon. Perlu diketahui, indung telur

memproduksi 3 hormon, yaitu estrogen, progesteron, dan

androgen. Dengan berhentinya ovulasi (keluarnya sel telur dari

indung telur), progesteron tidak diproduksi lagi.

4. Serviks

Seperti halnya rahim dan indung telur, serviks juga

mengalami pengerutan dan memendek.


5. Vagina

Vagina mengalami kontraktur (melemahnya otot jaringan),

panjang dan lebar vagina juga mengalami pengecilan. Forniks

(dinding vagina bagian belakang dekat mulut rahim) menjadi

dangkal. Atropi vagina berangsur-angsur menghilang. Selaput

lendir alat kelamin akan menipis dan tidak lagi

mempertahankan elastisnya akibat fibrosis (pembentukan

jaringan ikat dalam alat atau bagian tubuh dalam jumlah yang

melampaui keadaan biasa). Perubahan ini sampai batas tertentu

dipengaruhi oleh keberlangsungan dalam aktivitas seksual.

Artinya, makin lama kegiatan tersebut dilakukan makin kurang

laju pendangkalan atau pengecilan alat kelamin bagian luar

wanita (genetalia eksterna).

6. Vulva

Jaringannya menipis karena berkurang atau hilangnya

jaringan lemak serta jaringan elastik. Kulitnya menipis dan

pembuluh darah berkurang sehingga menyebabkan pengerutan

lipatan vulva. Terjadi gangguan rasa gatal dan juga hilangnya

secret kulit serta mengerutnya lubang masuk kemaluan.

Berkurangnya serabut pembuluh darah dan serabut elastik.

Semua keadaan ini mempengaruhi munculnya nyeri saat

bersenggama.
2.3 Konsep Goutatritis

2.3.1 Pengertian Goutatritis

Goutatritis merupakan asam yang berbentuk kristal-kristal

yang merupakan hasil akhir dari metabolisme purin (bentuk

turunan nukleoprotein), yaitu salah satu komponen asam nukleat

yang terdapat pada inti sel-sel tubuh. Secara ilmiah, purin terdapat

dalam tubuh kita dan dijumpai pada semua makanan, yakni

makanan dari tanaman (sayur, buah, dan kacang-kacangan) atau

pun dari hewan (daging, jeroan, ikan sarden, dan lainnya). Kadar

asam urat akan meningkat atau abnormal ketika ginjal tidak

mampu mengeluarkannya melalui urin, sehingga dapat

menyebabkan nyeri sendi, benjolan-benjolan pada bagian tubuh

tertentu (thopi) seperti pada jari kaki dan gangguan pada saluran

kemih.

Goutatritis juga dapat diartikan sebagai sebuah penyakit

dimana terjadi penumpukan asam urat dalam tubuh secara

berlebihan, baik akibat produksi meningkat, pembuangan yang

menurun, atau akibat peningkatan asupan makanan kaya purin.

Pada umumnya pria lebih banyak terserang goutatritis, dan

kadar asam urat pria cenderung meningkat sejalan dengan

perjalanan usia. Sedangkan wanita presentasinya lebih kecil,

dimana peingkatannya juga cenderung berjalan sejak dimulainya

masa menopause. Ini karena wania mempunyai hormon esterogen


yang ikut membantu pembuangan asam urat lewat urine.

Sementara pada pria kadar asam uratnya cenderung lebih tinggi

karena tidak mempunyai hormon esterogen tersebut. Ketika wanita

sudah tidak mempunyai hormon esterogen saat mengalami

menopause barulah wanita tersebut memungkinkan terkena

goutatritis.

2.3.2 Penyebab Goutatritis

Penyebab utama terjadinya goutatritis adalah karena adanya

deposit / penimbunan kristal asam urat dalam sendi. Penimbunan

asam urat sering terjadi pada penyakit dengan metabolisme asam

urat abnormal dan kelainan metabolik dalampembentukan purin

dan ekskresi asam urat yang kurang dari ginjal.

Beberapa faktor lain yang mendukung, seperti:

1 Faktor genetik seperti gangguan metabolisme purin yang

menyebabkan asam urat berlebihan (hiperurisemia), retensi

asam urat, atau keduanya.

2 Penyebab sekunder yaitu akibat obesitas, diabetes mellitus,

hipertensi, gangguan ginjal yang akan menyebabkan

pemecahan asam yang dapat menyebabkan hiperurisemia.

3 Karena penggunaan obat-obatan yang menurunkan ekskresi

asam urat sepertiaspirin, diuretic, levodopa, diazoksid, asam

nikotinat, aseta zolamid dan etambutol.


4 Mengkomsumsi makanan yang mengandung kadar purin

yang tinggi adalah jeroan yang dapat ditemukan pada

hewan misalnya sapi, kambing dan kerbau.

2.3.3 Patofisiologi

Perjalanan penyakit goutatritis sangat khas dan mempunyai 3

tahapan. Tahap pertama disebut tahap goutatritis akut. Pada tahap

ini penderita akan mengalami serangan artritis yang khas dan

serangan tersebut akan menghilang tanpa pengobatan dalam waktu

5 7 hari. Karena cepat menghilang, maka sering penderita

menduga kakinya keseleo atau terkena infeksi sehingga tidak

menduga terkena penyakit goutatritis dan tidak melakukan

pemeriksaan lanjutan. Karena serangan pertama kali ini singkat

waktunya dan sembuh sendiri. Setelah serangan pertama, penderita

akan masuk pada goutatritis interkritikal. Pada keadaan ini

penderita dalam keadaan sehat selama jangka waktu tertentu.

Jangka waktu antara seseorang dan orang lainnya berbeda. Ada

yang hanya satu tahun, ada pula yang sampai 10 tahun, tetapi rata-

rata berkisar 1 2 tahun. Panjangnya jangka waktu tahap ini

menyebabkan seseorang lupa bahwa ia pernah menderita serangan

goutatritis atau menyangka serangan pertama kali dahulu tidak ada

hubungannya dengan penyakit goutatritis.

Tahap kedua disebut sebagai tahap goutatritis akut

intermiten. Setelah melewati masa goutatritis interkritikal selama


bertahun-tahun tanpa gejala, penderita akan memasuki tahap ini,

ditandai dengan serangan artritis yang khas. Selanjutnya penderita

akan sering mendapat serangan (kambuh) yang jarak antara

serangan yang satu dengan serangan berikutnya makin lama makin

rapat dan lama, serangan makin lama makin panjang, serta jumlah

sendi yang terserang makin banyak.

Tahap ketiga disebut sebagai tahap goutatritis kronik

bertofus. Tahap ini terjadi bila penderita telah menderita sakit

selama 10 tahun atau lebih. Pada tahap ini akan terjadi benjolan-

benjolan di sekitar sendi yang sering meradang yang disebut

sebagai tofus. Tofus ini berupa benjolan keras yang berisi serbuk

seperti kapur yang merupakan deposit dari kristal monosodium

urat. Tofus ini akan mengakibatkan kerusakan pada sendi dan

tulang di sekitarnya.

2.3.4 Klasifikasi Goutatritis

Penyaki Goutaritis dapat diklasifikasikan menjadi dua yaitu, yaitu :

primer dan sekunder.

1 Gouatritist Primer

Goutatritis primer adalah goutatritis yang

disebabkan oleh faktor gnetik dan lingkungan. Pada

penyakit goutatritis primer ini, 99 % penyebabnya belum

diketahui (idiopatik). Namun, kombinasi faktor genetik dan

hormonal diduga yang menjadi penyebab terganggunya


metabolisme. Akibatnya, produksi asam urat juga ikut

meningkat. Goutatritis jenis ini jiga dapat diakibatkan kaena

berkurangnya pengeluaran asam urat dari tubuh.

2 Goutatritis Sekunder

Goutatristis sekunder biasanya timbul karena

adanya komplikasi dengan penyakit lain (hipertensi dan

artherosklerosis). Penyebab penyakit goutatritis sekunder

antara lain karena meningkatnya produksi asam urat akibat

nutrisi, yaitu mengkonsumsi makanan dengan kadar purin

tinggi. Purin adalah salah satu senyawa basa organic

menyusun asam nukleat (asam inti dari sel) dan termasuk

dalam kelompok asam amino, unsure pembentuk protein.

2.3.4 Tanda dan Gejala Goutatritis

Tanda dan gjal penyakit Goutatritis bisa dilihat sebagai berikut :

1 Hiperurisemia.

2 Goutatritis akut, bersifat eksplosif, nyeri hebat, bengkak,

merah, teraba panas pada persendian, dan akan sangat

terasa pada waktu bangun tidur di pagi hari.

3 Terdapat Kristal urat yang khasdalam cairan sendi.

4 Terdapat tofi dengan pemeriksaan kimiawi.

5 Telah terjadi lebih dari satu serangan akut.

6 Adanya serangan pada satu sendi, terutama sendi ibu jari

kaki.
7 Sendi terlihat kemerahan.

8 Terjadi pembengkakan asimetris pada satu sendi

9 Tidak ditemuan bakteri pada saat serangan dan inflamasi.

2.3.5 Komplikasi Goutatritis

Komplikasi yang muncul akibat Gouatritis adalah sebagai berikut :

1 Batu ginjal

Terjadi pembentukan massa keras seperti batu di dalam

ginjal, bisa menyebabkan nyeri, pendarahan, penymbatan

aliran kemih atau infeksi. Air kemih jenuh dengangaram-

garam yang dapat membentuk batu seperti kalsium,asam

urat, sistin, dan minerl struvit (campuran magnesium,

ammonium, fosfat).

2 Persendian menjadi rusak hingga menyebabkan pincang.

3 Peradangan tulang, kerusakan ligament, dn tendon.

4 Gagal ginjal

5 Penykit jantung koroner

Karena diduga Kristal asam urat akan merusak endotel

(lapisan bagian dalam pembuluh darah) koroner.


2.3.6 Pengobtan Goutatritis

Apabila terkena penyakit ini, maka harus dilakukan pengobatan

sebagai berikut :

1 Obat anti peradangan non steroid.

2 Jika penyakit ini mengalami 1-2 sendi, suatu larutan Kristal

kortikosteroid bisa disuntikkan langsung ke dalam sendi.

3 Obat pereda nyeri ditambahkan untuk mengendalikan

nyeri.

4 Obat-obatan seperti probenesid atau sulfinpirazon

berfungsin untuk menurunkan kadar asam urat dalam darah.

2.3.7 Pengaturan Pola Makan Untuk Penderita Goutatritis

Untuk menghindari penyakit Goutatritis, kita harus memperhatikan

pola makan sebagaimana penggolongan berikut :

1 Untuk golongan A, konsumsilah makanan yang

mengandung purin tinggi (150-800 mg setiap 100 gram

makanan), misalnya hati, ginjal, otak, jantung, paru, jeroan,

udang, remis, kerang, sarden, herring, abon, dendeng, ragi

(tape), alcohol serta makanan kaleng.

2 Untuk golongan B, konsumsilah makanan yang

mengandung purin sedang (50-150 mg setiap 100 gram

makanan),misalnya ikan yang tidak termasuk golongan A,

daging sapi, kerang-kerangan, kembang kol, bayam,


asparagus, bumcis, daun singkong, daun papaya, dan

kangkung.

3 Untuk golongan C, konsumsilah makanan yang

mengandung purin lebih ringan (0-50 mg setiap 100 gram

makanan), misalnya keju, susu, telur, sayuran lain dan

buah-buahan.

2.3.8 Pencegahan Goutartitis

Selain pengaturan pola makan itu sendiri, kita masih bisa

melakukan pencegahaan penyakit Goutatritis dengan hal-hal

berikut :

1 Minum banyak air.

2 Mengurangi makanan yang kaya protein.

3 Bila memiliki kelebihan berat badan, maka segera

turunkan.

4 Tidak mengkonsumsi minuman beralkohol

Alkohol akan meningkatkan asam laktat plasma. Asam

laktat ini bisa menghambat pengeluaran asam urat dari

tubuh. Karena itu, orang yang sering mengkonsumsi

minuman beralkohol memiliki kadar asam urat yang lebih

tinggi dibandingkan orang yyang tidak mengkonsumsinya.


5. Mengkonsumsi cukup vitamin dan mineral

Konsumsi vitamin yang cukup, sesuai dengan kebutuhan

tubuh akan dapat mempertahankan kondisi kesehattan yang

baik.

Pencegahan sejak dini memang harus dilakukan sebagai

upaya untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan di

kemudian hari. Sebab, bagaimanapun juga penyakit selamanya

akan menjadi penyakit. Artinya, masuknya penyakit dalam tubuh

kita adalah sebuah indikasi tidak baik untuk masa depan kita

sendirri. karena, hal ini akan menyebabkan munculnya penyakit-

penyakit lain jika tidak segera dilakukan pencegahan.


KERANGKA KONSEP

Kerangka Konsep Penelitian

Faktor-faktor yang Tingkat pengetahuan wanita


mempengaruhi wanita menopause terhadap resiko terjadinya
menopause : Goutatritis di

1. Umur 1. Pengertian Goutatritis


2. Pendidikan 2. Penyebab Goutatritis
3. Media massa 3. Tanda dan gejala Goutaritis
/sumber 4. Komplikasi Goutatritis
informasi 5. Pengobatan Goutatritis
4. Sosial ekonomi 6. Pengaturan pola makan untuk
dan budaya penderita Goutatritis
5. Lingkungan 7. Pencegahan goutatritis
6. Pengalaman

Baik Cukup Kurang


76-100% 56-75% <56%

Keterangan :

: Diteliti

: Tidak diteliti

Anda mungkin juga menyukai