Anda di halaman 1dari 8

Asuhan Keperawatan pada Malformasi Anorektal

1. Pengkajian
a. Pengumpulan Data
1) Identitas
a) Identitas anak
Nama, umur, jenis kelamin, agama, kedudukan klien dalam keluarga, tanggal
masuk rumah sakit, tanggal pengkajian, diagnosa medis, nomor rekam medic,
alamat.
b) Identitas Orang tua
Nama ayah, nama ibu, umur, pendidikan, pekerjaan, agama dan alamat.
2) Riwayat kesehatan
a) Riwayat kesehatan sekarang
Pada pengkajian keperawatan dapat ditemukan penyumbatan anus (anus tidak
normal), tidak adanya mekonium, adanya kembung dan terjadi muntah pada 24-
48 jam setelah lahir. Atau pada bayi laki-laki dengan fistula urinaria didapatkan
mekonium pada urin, dan pada bayi perempuan dengan fistula urogenital
ditemukan mekonium pada vagina.
b) Riwayat Kesehatan dahulu
(1) Riwayat Parental
Kesehatan ibu selama hamil, kapan hari pertama haid terakhir (HPHT),
imunisasi TT, nutrisi selama ibu hamil dan kebiasaan atau perilaku ibu
sewaktu hamil yang merugikan bagi perkembangan dan pertumbuhan janin,
seperti : kebiasaan merokok, minum kopi, minum minuman keras,
mengkonsumsi narkoba dan obat obatan secara sembarang.
(2) Riwayat intranatal
Lamanya kehamilan, jenis dan lamanya partus, jenis pertolongan persalinan,
berat badan lahir, keadaan bayi lahir awal, awal timbulnya pernafasan,
tangisan pertama dan tindakan khusus.
(3) Riwayat neonatal
Skor APGAR (warna, sianosis, pucat, ikhterik), mucus yang berlebihan
paralisis, konvulsi, demam, kelainan congenital, kesulitan menghisap,
kesulitan pemberian makan atau ASI.
(4) Riwayat kesehatan Keluarga
Mengkaji kemungkinan adanya anggota keluarga uang mengalami gangguan
seperti yang dialami klien atau gangguan tertentu yang berhubungan
langsung dengan gangguan system gastrointestinal.
1. Pemeriksaan Fisik
a. Daerah perineum
Inspeksi dengan cermat daerah perineum secara dini untuk mencari
hubungan fistula ke kulit. Untuk melihat adanya mekonium (apakah keluar dari
vagina atau keluar bersama urine untuk melihat adanya garis hitam yang
menentukan letak fistel.
b. Abdomen
Memeriksa tanda-tanda obstruksi usus (perut kembung). Amati adanya
distensi abdomen. Ukur lingkar abdomen. Dengarkan bising usus ( 4 kuadran).
Perkusi abdomen. Palpasi abdomen (mungkin kejang usus).
c. Kaji hidrasi dan status nutrisi
Timbang berat badan tiap harri dan amati muntah proyektif (karakteristik
muntah).
d. TTV
Ukur suhu badan (umumnya terjadi peningkatan), frekuensi pernafasan
(terjadinya takipnea atau dispnea), nadi (terjadinya takikardia).
e. Observasi manifestasi malformasi anorektal.
f. Pemeriksaan colok dubur pada anus yang tampak normal, tapi bila tidak dapat
masuk lebih 1 2 cm berarti terjadi atresia rektum.
2. Diagnosa Keperawatan
a. Pra Operatif
1) Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan penekanan torakal sekunder
terhadap distensi abdomen.
2) Kekurangan volume cairan berhubungan dengan muntah.
3) Ansietas pada orang tua berhubungan dengan tindakan/prosedur pembedahan.
b. Post operatif
1) Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan penurunan kapasitas paru
sekunder terhadap pemberian anestesi.
2) Nyeri akut berhubungan dengan trauma jaringan.
3) Inkontinensia defekasi berhubungan dengan perubahan defekasi yang tak
terkontrol.
4) Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan kolostomi.
5) Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan perawatan tidak adekuat, trauma
jaringan post operasi.
6) Intoleransi aktivitas berhubungan dengan penumpukan asam laktat sekunder
terhadap tirah baring.
3. Rencana Keperawatan
Pra Operatif
Diagnosa Tujuan/kriteria hasil Intervensi Rasional
Ketidakefektifan Setelah dilakukan tindakan 1. Posisikan anak 1.Untuk efisiensi ventilasi
pola nafas keperawatan selama 3 x 24 pada posisi maksimum
berhubungan jam diharapkan pasien yang nyaman 2 t 2. Takikardi, disritmia dan
dengan penekanan menunjukkan pola nafas dengan perubahan tekanan dapat
torakal sekunder efektif dengan frekuensi dan penggunaan menunjukkan efek
terhadap distensi kedalaman rentang normal. bantal 30 hipoksia sistemik pada
abdomen. Kriteria hasil : 2. Catat TTV dan fungsi jantung.
1. Pasien tidak merasa irama jantung 3. 3. Dapat memperbaiki
sesak 3. Berikan O2 dan mencegah hipoksia
2. Frekuensi pernafasan sesuai dengan 4. 4. Biasanya bunyi nafas
pasien nolmal (16-20 kebutuhan menurun.
kali/ menit) 4. Auskultasi 5. 5.Mengindikasikan
3. Pasien tidak tampak bunyi nafas adanya kekurangan
memakai alat bantu catat adanya oksigen ke jaringan.
pernafasan bunyi nafas
4. Tidak terdapat tanda- adventisius
tanda sianosis seperti :
krekel,mengi
5. Inspeksi
adanya sianosis
Kekurangan Setelah dilakukan tindakan 1. Ukur jumlah 1. Mengidentifikasi
volume cairan keperawatan selama 3 x 24 InputOutput adanya
berhubungan jam diharapkan pasien tidak cairan. Timbang ketidakseimbangan.
dengan muntah. mengalami popok jika 2. Pada keadaan
kekurangan volume cairan diperlukan. dehidrasi turgor kulit
Kriteria hasil : 2. Inspeksi turgor tidak elastis.
1. Mempertahankan urine kulit. 3. Keadaan dehidrasi
output sesuai dengan usia 3. Ukur tanda- diidentifikasi dg
dan BB, tanda vital. adanya perubahan
2. Elastisitas turgor kulit 4. Inspeksi adanya TTV :
baik, membran mukosa distensi takikardi,hipotensi,
lembab, tidak ada rasa abdomen. peningkatan suhu.
haus yang berlebihan. 5. Kolaborasi 4. Peningkatan tekanan
3. Tekanan darah, nadi, suhu berikan cairan abdomen ditandai
tubuh dalam batas normal IV. dengan adanya perut
4. Distensi abdomen meurun kembung.
5. Tidak ada tanda- tanda 5. Mengganti cairan dan
dehidrasi, elektrolit yang
hilang.
Ansietas pada Setelah dilakukan tindakan 1.Identifikasi 1. Dengan memberikan
orang tua keperawatan selama 3 x 24 ketidaktahuan. kejelasan dari
berhubungan jam diharapkan ansietas orang 2. Peningkatan keluarga agar sedikit
dengan tindakan / tua pasien berkurang support tenang.
prosedur Kriteria hasil : terhadap 2. Dengan support akan
pembedahan 1. Tingkat ansietas hanya keluarga menurunkan cemas
ringan sampai sedang tindakan atau 3. Meningkatkan rasa
2. Memahami prosedur prosedur tsb optimis dengan
tindakan yang akan dijalani tindakan tepat. pembedahan
oleh anaknya 3. Menjelaskan
tentang
prosedur tepat
waktu.

Post operatif
Diagnosa Tujuan/kriteria hasil Intervensi Rasional
Ketidakefektifan Setelah dilakukan tindakan 1. Catat kecepatan/ 1. Pernafasan mengorok/
pola nafas keperawatan selama 3 x 24 kedalaman pengaruh anestesi
berhubungan jam diharapkan pasien pernafasan, menurunkan ventilasi
dengan penurunan menunjukkan pola nafas auskultasi bunyi dan dapat
kapasitas paru efektif dengan frekuensi dan nafas, amati mengakibatkan
sekunder terhadap kedalaman rentang normal. adanya pucat, hipoksia
pemberian Kriteria hasil : sianosis. 2. Dapat mendorong
anestesi 1. Frekuensi pernafasan 2. Posisikan klien ekspansi paru optimal
pasien normal (16-20 dengan dan meminimalkan
kali/ menit) meninggikan tekanan isi ke
2. Pasien tidak merasa kepala 30. abdomen pada rongga
sesak 3. Ubah posisi thorak
3. Pasien tidak tampak secara periodik 3. Meningkatkan
memakai alat bantu 4. Berikan O2 pengisian udara
pernafasan sesuai kebutuhan seluruh segmen paru.
4.Memaksimalkan
sediaan O2 untuk
pertukaran gas dan
penurunan kerja
pernafasan
Nyeri akut Setelah dilakukan tindakan 1. Kaji dan catat 1. Digunakan untuk
berhubungan keperawatan selama 3 x 24 adanya mengetahui keadaan
dengan trauma jam diharapkan nyeri pada peningkatan nyeri klien untuk
jaringan. anak berkurang atau hilang nyeri menentukan tindakan
Kriteria hasil : 2. Hindari palpasi pengurangan nyeri
1. Nyeri berkurang atau area pembedahan 2. Agar terhindar dari
hilang kecuali jika peningkatan rasa
2. Ekspresi wajah rileks diperlukan nyeri pasca operasi.
3. Tanda-tanda vital normal 3. Berikan 3. Berkurangnya
4. Skala nyeri 1-0. lingkungan yang stimulus nyeri.
nyaman dan 4. Digunakan untuk
tenang farmakoterapi untuk
4. Kolaborasi nyeri
pemberian
analgesik sesuai
ketentuan dan
pantau
keefektifannya.
Kerusakan Setelah dilakukan tindakan 1. Inspeksi warna 1. Kemerahan bengkak
integritas kulit keperawatan selama 3 x 24 ukuran luka. mengidentifikasi
berhubungan jam diharapkan fungsi 2. Bersihkan adanya kerusakan
dengan kolostomi. fisiologis kulit normal permukaan kulit integritas kulit.
Kriteria hasil : dg menggunakan 2. Petrolatum
1. Memiliki warna kulit air dengan sabun membersihkan feses
normal lunak/petrolatum yang menempel
2. Mendemonstrasikan 3. Gunakan balutan 3. Menurunkan iritasi
aktivitas perawatan kulit teknik aseptik kulit.
rutin yang efektif
3. Tidak terdapat infeksi
Risiko tinggi infeksi Setelah dilakukan tindakan 1. Ukur suhu tubuh 1. Peningkatan suhu
berhubungan keperawatan selama 3 x 24 setiap 4 jam tubuh menunjukkan
dengan perawatan jam status kekebalan pasien 2. Gunakan teknik terjadinya infeksi
tidak adekuat, meningkat septik dan sistemik.
trauma jaringan Kriteria hasil : aseptik medik 2. Mencegah terjadinya
post operasi 1. Suhu tubuh sesuai yang 3. Lakukan infeksi dan sepsis.
diharapkan perawatan luka 3. Untuk meminimalkan
2. Tidak didapatkan infeksi dengan hati-hati resiko infeksi.
berulang agar luka tetap 4. Dengan balutan dapat
bersih meningkatkan
4. Ganti balutan kelembaban dan
luka setelah 3 mempercepat
hari post operasi penyembuhan luka
dengan cara; luka 5. Digunakan untuk
dialas betadin pencegahan infeksi
dan tutup dengan secara sistemik
kasa kering.
5. Kolaborasi
pemberian
antimikrobial/
antibiotik sesuai
kebutuhan.
Intoleransi Setelah dilakukan tindakan 1. Periksa tingkat 1. Dapat digunakan
aktivitas keperawatan selama 3 x 24 toleransi fisik untuk mengetahui
berhubungan jam diharapkan anak toleran anak tingkat kelelahan
dengan terhadap aktivitas 2. Beri periode anak.
penumpukan asam Kriteria hasil : istirahat dan tidur 2. Istirahat digunakan
laktat sekunder 1. Tidak ada keluhan yang sesuai untuk menghemat
terhadap tirah 2. Tidak ada takikardia dan dengan energi dan kelelahan
baring takipnea bila melakukan kondisinya dapat berkurang
aktivitas 3. Berikan 3. Lingkungan yang
3. Kebutuhan aktivitas klien lingkungan yang tenang dapat
terpenuhi tenang dan meningkatkan
nyaman rentang istirahat
L klien untuk
penghematan energi.

4. Evaluasi
Setelah dilakukan perawatan diharapkan pasien:
a. menunjukkan pola nafas efektif dengan frekuensi dan kedalaman rentang normal.
b. kekurangan volume cairan teratasi.
c. Nyeri berkurang.
d. fungsi fisiologis kulit normal dan risiko infeksi teratasi.

Anda mungkin juga menyukai