Anda di halaman 1dari 363

MODEL PERMUKAAN DIJITAL

Eddy Prahasta

INFORMATIKA

Bandung
Model Permukaan Dijitai
Penyusun : Eddy Prahasta
Penerbit : Informatika Bandung
Pemasaran : BI-Obses
Pasar Buku Palasari No. 82
Bandung 40264
Telp.(022)7317812
Fax. (022)7317896
Cetakan Pertama : September 2008
ISBN : 978-979-1153-50-8

Copyright 2008 pada Penerbit INFORMATIKA Bandung


TERIMA KASIH
Bismillah hirrohmarinirrohiim,

Banyak hal yang mungkin saja tidak akan terwujud di dalam


buku ini jika tidak ada orang-orang yang cukup mempengaruhi
spirit, pemildran, dan memberikan bantuan pada penulis. Oleh
karena itu, pada ruang yang sangat terbatas ini, penulis ingin
menyampaikan ucapan terima-kasihnya kepada:
I) Prof. DR Ir. Jacub Rais yang memberikan banyak dukungan di
dalam menuliskan buku-buku terkait Geodesi & Geomatika.
2) DR Eka Djunarjah & Ir. Irdam Adil MT yang membantu penulis
dalam melahirkan ide-ide seputar geodesi, geomatika, dan hidro-
oseanografi.
3) Ir. Holy Bina Wijaya yang memberikan beberapa saran
terkait materi penulisan.
4) Rekan-rekan di penerbit "Informatika" Bandung yang banyak
mendukung dan memberikan fasilitas penerbitan buku ini.
5) Keluarga di rumah Amancik Utih, Srikasbudi Rejeki,
Sumiati, Umar Abdurrahman, dan Ali Abdurrahman yang
selalu mendukung penulis untuk tents berkarya.
6) Pihak-pihak lain yang tidak bersedia dituliskan namanya.

Semoga Allah membalas semua kebaikan dengan kebaikan yang jauh


lebih besar lagi. Amien...

Juli 2008,

(Penulis)
Terima Kasih
Digital Terrain (Elevation) Model
PRAKATA

Bismillah hirrohmannirrohiim,

Alhamdulillah, penulis telah banyak mendapatkan kemudahan


sedemikian rupa sehingga buku ini dapat diselesaikan dengan baik.
Mudah-mudahan, tulisan ini dapat membantu pihak-pihak yang
terkait dengan bidang-bidang yang hingga kini menjadi human
interest yang sangat strategis; bidang-bidang yang menyediakan
(layer-layer) informasi spasial (model ketinggian/kedalaman)
aktual (baik dijital maupun analog).

Model permukaan dijital (DTM/DEM) pada dasarnya merupakan


sekumpulan koordinat titik-titik tiga dimensi ([x,y,z] atau [X,4,z])
[yang diharapkan dapat] mewakili bentuk suatu permukaan
(secara representatif). Wujud koordinat-koordinat ini dapat berupa
titik-titik dengan lokasi-lokasi acak semata atau yang dapat
dibentuk segitiga-segitiga, (raster) grid, atau membentuk pola-pola
garis kontur. Dengan model permukaan ketinggian (atau
kedalaman) ini, setiap pengguna dapat memperoleh suatu
gambaran (pola-pola) strategis yang sudah melekat-erat (inherent)
di atasnya; apalagi jika (di atasnya) ditambahkan layer landcover
sebagai inspirator. Selain itu, di atas model permukaan ini,
pengguna juga dapat melakukan beberapa analisis terkait bidang-
bidang kerekayasaan; menampilkan garis-garis kontur,
kemiringan, menghitung volume galian & timbunan, membuat
profil (melintang & memanjang), viewshed, line of sight, dan lain
sebagainya. Meskipun demikian, seiring dengan meningkatnya
kebutuhan analisis dan pemodelan, dimensi ketiga (vertikal) yang
direpresentasikan tidak selalu hams merupakan (dimensi)
ketinggian (z atau h) atau kedalaman (d) milik permukaan (fisik)
bumi. Ternyata, beberapa besaran atau variabel lain yang masih
terkait sifat fisik bumi (misalkan suhu & tekanan udara, curah

Prakata v
hujan, (medan) gayaberat, dan lain sejenisnya [termasuk polusi
udara di dalamnya]) juga dapat dengan baik dimodelkan sebagai
permukaan yang (hampir atau diasumsikan) kontinyu.

Pada situasi inilah hadir beberapa sistem perangkat lunak pengolah


data DTM/DEM sebagai solusi. Global Mapper, Surfer, dan
QuickGrid adalah bagian dari solusi ini. Ketiga perangkat lunak ini
memiliki kemampuan-kemampuan (features) dasar (umum) yang
wajib dimiliki oleh setiap sistem (yang sejenis) di dalam mengelola
data DTM hingga akhirnya menjadi grid dan garis kontur yang siap
untuk dianalisis lebih lanjut (sesuai dengan kebutuhan
penggunanya). Ketiganya sangat praktis & user-friendly hingga
mudah untuk dipahami dan kemudian digunakan (bahkan) oleh
seorang pemula sekalipun. Meskipun demikian, ketiga perangkat
lunak ini memiliki keunggulan (khusus) tersendiri; tidak ada sistem
yang benar-benar unggul di semua sisi (bidang). Global Mapper &
Surfer adalah sistem komersial, sementara QuickGrid adalah sistem
free software & opensource; sehubungan dengan hal ini pengguna
akan (dapat) melihat konsekuensinya pada sistem yang
bersangkutan.

Demikian banyak dan luasnya tema atau kajian yang terkait


dengan model permukaan dijital. Selain itu, kajian inipun
menyentuh beberapa bidang, aplikasi, dan disiplin keilmuan.
Demikian pula halnya dengan perangkat lunak terkait DTM yang
sebenarnya sangat beragam (baik jenis, feature, maupun
fungsionalitasnya); sementara itu, di lain pihak, kemampuan
penulis beserta bahasannya yang terdapat di dalam tulisan ini
sangatlah terbatas. Oleh karena itu, pada kesempatan ini, penulis
mengharapkan kritik dan saran yang dapat mendukung
pembuatan karya-karya (tulisan) yang lebih baik lagi pada masa
yang akan datang.

Juli 2008

(Penulis)

Model Permukaan Dijital


DAFTAR ISI
Ucapan Terirria Kasih ..................................................................iii
Prakata..................................................................................

Daftar Isi ....................................................................................vii

BAB 1
Overview Model Permukaan Dijital [DTM/DEM] ...

1.1 Pengertian DTM............................................... 6


1.2 Jervis DTM ................................................... 10
1.2.1 DTM irrigular ........................................................11
1.2.1.1 DTM Acak ..............................................11
1.2.1.2 DTM Kontur ...........................................12
1.2.2 DTM Regular ..............................................................12
1.2.2.1 DTM Grid ...............................................12
1.2.2.2 DTM Rectangular ......................................13
1.2.2.3 DTM Triangular .......................................13
1.2.2.4 DTM Profil ............................................14
1.3 Representasi DTM.......................................... 14
1.3.1 Garis-garis Kontur .............................................14
1.3.2 Grids .....................................................................16
1.3.3 TIN....................................................................

1.4 Metode Pengukuran DTM............................... 21


1.5 Perangkat Lurkak Pengolah data DTM........... 28

BAB 2
Sutler: Perangkat Lunak Pengolah Data 'mu............ 31

2.1 Kebutuhan Sistem......................................... 33


2.2 Proses Instalasi ............................................ 34
2.3 Features Milk Surfer..................................... 34
BAB 3
Pertama Kali Menggunakan Aplikasi Surfer............ 45
3.1 Membuka & Menutup Surfer.......................... 45
3.2 Dokumen Lembar Kerja ................................ 47
3.3 Menampilkan Data/Informasi Ketinggian...... 48
3.4 Menampilkan File Grid.................................. 50
Daftar Isi
3.5 Menampilkan Peta Kontur................................ 50
3.6 User-Interface...................................................... 51
3.6.1 Menubar..................................................................... 52
3.6.2 Toolbar........................................................................ 53
3.7 File SRF Surfer................................................ 54
3.8 Fasilitas Help................................................... 55
BAB 4
File-file Data Aplikasi Surfer....................................... 57
4.1 Susunan Data................................................... 58
4.2 Format File Data ............................................. 61
4.3 Menggunakan Lembar Kerja Surfer................... 65
4.4 Memanipulasi Data........................................... 66
4.4.1 Statistics................................................................ 66
4.4.2 Sort........................................................................ 68
4.4.3 Transform.............................................................. 69
BAB 5
Proses Gridding Untuk File Data Surfer...................... 71
5.1 Proses Gridding Aplikasi Surfer........................ 73
5.2 Seputar Gridding ............................................ 82
5.2.1 Batas-batas & Interval Grid ..................................83
5.2.2 Cross-Validation & Kesalahan ...............................88
5.2.3 Overview Metode Gridding Surfer ...........................89
5.2.4 Pencarian Titik-titik Data ...................................97
5.2.5 Format File Hasil Gridding ................................. 102
5.2.6 Gridding Fungsi Matematis ................................. 103
BAB 6
Membuat Peta Kontur & Modifikasi Tampilannya..... 109
6.1 Membuat Peta Kontur.................................... 111
6.2 Grid & Komponen Peta Kontur....................... 114
6.2.1 Pengaturan Sumbu Y Kiri ................................... 116
6.2.2 Pengaturan Sumbu Y Kanan................................. n8
6.2.3 Pengaturan Sumbu X Bawah............................... 118
6.2.4 Pengaturan Sumbu X Atas................................... 118
6.3 Modifikasi Properties Peta Kontur.................. 119
6.3.1 Wama Isian & Penghalusan Garis Kontur............ 120
6.3.2 Interval Kontur ................................................ 124

Model Permukaan Dijital


6.3.3 Label Kontur ....................................................... 126
6.3.4 Sudut Pandang.................................................... 13o
6.3.4 Skala Numerik & Batas ....................................... 132
6.3.5 Menampilkan Scalebar........................................... 132
6.4 Membuat Kontur dari File DEM .................. 135
6.5 Tool Navigasi & Pemberian Anotasi dan Simbol 138
6.6 File Komposisi Peta Surfer SRF.................... 143
BAB 7
Pengaruh Breaklines, Faults, dan Blanking File.......... 145
7.1 Strulaur & Contoh Blanking Milik Surfer ...... 147
7.2 Blanking File Pada Proses Gridding................. 149
7.2.1 Breaklines ............................................................ 15o
7.2.2 Implementasi Breaklines pada Surfer............... 152
7.2.3 Dengari & Tanpa Breaklines................................ 153
7.2.4 Perbedaan Breaklines Polyline & Polygon.............. 158
7.2.5 Faults....................................................................... 160
7.2.6 Membuat Blanking File untuk Breaklines
dan atau Faults .................................................. 169
7.3 Blanking File untuk File Hasil Gridding.......... 173
7.4 Meng-edit File Hasil Gridding.......................... 176
7.5 Catatan ....................................................... 179
BAB 8
Manipulasi & AnaUse_ Lanjut Pada File Grid.......... 181
8.1 Variogram........................................................ 182
8.1.1 Membuat Variogram......................................... 183
8.1.2 Proses Gridding Metode Kriging.......................... 191
8.2 Grid Math............................................................ 192
8.3 Grid Calculus ..................................................... 194
8.4 Filter........................................................................ 205
8.5 Spline Smooth..................................................... 209
8.6 Transform................................................................. 211
8.7 Mosaic...................................................................... 212
8.8 Convert.................................................................... 214
8.9 Extract.................................................................................... 215

Daftar lsi
BAB 9
Tampilan Tiga Diniensi DTM................................. 217
9.1 Wireframe........................................................ 217
9.1.1 Properties Z Axis............................................... 219
9.1.2 Properties Left Axis ........................................... 222
9.1.3 Properties Bottom Axis ...................................... 222
9.1.4 Properties Wireframe.................................................... 222
9.1.5 Tampilan Wireframe yang Diblok.......................... 229
9.2 Surface............................................................ 230
9.2.1 General........................................................................... 232
9.2.2 Mesh............................................................................... 235
9.2.3 Lighting ......................................................................... 236
9.2.4 Overlays......................................................................... 237
9.2.5 View................................................................................ 237
9.2.6 Scale............................................................................... 238
9.2.7 Limits.............................................................................. 238
9.2.8 Background..................................................................... 238
9.2.9 Tampilan 3D Surface yang Diblok......................... 238
9.3 Shaded ReliefMap....................................... 239
BAB 1O
Objek-objek Tambahan Surfer Beserta. Tampilan
Kornbinasinya........................................................ 243
10.1 BaseMap........................................................ 244
10.1.1 Menampilkin BaseMap.............................................. 245
10.1.2 Menampilkan Citra Dijital sebagai BaseMap........ 247
10.1.3 Mendijitasi Unsur di atas BaseMap........................ 248
10.2 PostMap......................................................... 249
10.2.1 Menampilkan PostMap ............................................ 249
10.2.2 Meng-customize PostMap............................................ 250
10.2.3 Mengklasifikasikan PostMap................................... 251
10.3 ImageMap...................................................... 253
10.4 Vector Map...................................................... 256
10.4.1 Membuat Vector Map................................................. 256
10.4.2 Merubah Properties Vector Map............................ 257
10.5 Memposisikan & Meng-overlay-kan Peta........ 259
10.5.1 Meng-overlay-kan Peta....................................... 26o
10.5.2 Men-stack-kan Peta ............................................. 263
10.5.3 Catatan Layer-Layer untuk Overlay........................ 266

Model Perrnukaan Dijital


BAB 11
Analisis Terhadap File Grid................................................ 267
11.1 Volume Galian & Timbunan........................................ 268
11.1.1 Menghitung Volume Gunung atau Buldt ........... 273
11.1.2 Menghitung Volume Dauau atau Sungai........... 276
11.1.3 Menghitung Lintasan......................................... 278
11.2 Profil Memanjang ....................................................... 280
11.3 Residual..................................................... 285

BAB 12
Mencetak Komposisi Dokumen Plot Surfer ........................ 289
12.1 Import........................................................................ 290
12.1 Meng-import File Data ...................................... 291
12.2 Meng-import File DTM/DEM.................................. 292
12.3 Mengimport File Basemap................................... 293
12.2 Menambahkan Objek Tambahan.................................. 295
12.3 Export Dalam BentukSofteopy................................... 297
12.4 Meneetak & Komposisi Peta....................................... 301
12.4.1 Setting Halaman................................................. 301
12.4.2 Mencetak Dokumen Plot....................................... 303

BAB 13
Otomkasi Fungsionalitas Surfer Dengan Scripting.......... 305
13.1 Modul Scripter Milik Surfer........................................ 306
13.2 Contoh Program Sederhana........................................ 307
13.3 Hirarki Objek, Functions & Properties-nya ................ 308
13.4 Contoh-contoh Program.................................. 312
13.4.1 Menampilkan Program Aplikasi Surfer............... 312
13.4.2 Menyisipkan Dokumen Plot dan
WorkSheet Kosong........................................... 313
1
3.4.3 Menampilkan File Data....................................... 316
1344 Menampilkan File SRF ......................................... 317
13.4.5 Proses Gridding & Peta Kontur........................... 318
13.4.6 Proses Gridding & Permukan 3-Dimensi............. 319

BAB 14
Global Mapper: Perangkat Lunak Pen.golah DEM ............... 321
14.1 Overview
Fungsionalitas ................................................................... 322
323
14.2 Features Detil

Daftar lsi
14.3 Data Contoh.................................................. 329
14.4 Historis......................................................... 330
14.5 Kebutuhan Sistem 333
BAB 15
Pertama Kali Menggunakan Global Mapper............ 335
15.1 Membuka Aplikasi ........................................ 335
15.2 Membuka/Menampillean File Data
DEM/DTM................................................... 336
15.3 Menutup Tampilan File Data ........................ 342
15.4 Menutup Aplikasi........................................... 342

BAB 16
Mendapatkan Data Spasial Secara
Online & Settings Awal Global Mapper..................... 343
16.1 Find Data Online................................................... 344
16.2 Download Free Maps............................................ 345
16.3 Display Settings/Projection .................................. 350
16.4 Manage Loaded Data............................................ 363
BAB 17
User Interface Utama Milik & Manipulasi Tampilan
Unsur-unsur Spasial Layer Global Mapper.............. 377
17.1 Zoom In................................................................ 379
17.2 Zoom Tool............................................................. 381
17.3 Zoom to Scale......................................................... 382
17.4 Zoom Out...................................................... 383
17.5 Pan............................................................... 383
17.6 Full View............................................................... 384
17.7 Hill Shading........................................................... 384
17.8 Elevation Shader .................................................. 385
BAB 18
Mengelola Data Spasial Format Vektor.................. 387
18.1 Meng-over/ay-lean Data Vektor .................... 388
18.2 Menampilkan Atribut Data Vektor................. 390
18.3 Mengelola Atribut Data Vektor....................... 392
at I Model Permukaan Dijital
18.4 Membuat File Proyeksi [PRJ] ........................... 396
18.3 Membuat Data Vektor....................................... 399
18.3.1 Membuat Unsur Titik......................................... 399
18.3.2 Menyimpan Layer Baru Secara Permanen......... 403
18.3.3 Membuat Unsur Titik dengan Cara Lain............ 405
18.3.4 Membuat Layer Unsur Garis ............................. 406
18.3.5 Membuat Layer Unsur Poligon .......................... 408
18.3.6 Membuat Area Shapes.......................................... 409
18.3.7 Membuat Line Shapes ........................................... 411

18.3.8 Membuat Range Ring(s) ......................................... 411

18.4 Merubah Simbol Unsur-unsur Vektor................. 413


BAB 19
Koordinat, Hitungan Jarak, Profil & Volume............ 417
19.1 Setting Tampilan Default................................. 418
19.2 Melihat Koordinat Horizontal &
Ketinggian...................................................... 419
19.3 Mengukur Jarak............................................... 421
19.4 Menghitung Volume Galian & Timbunan............ 423
19.5 Membuat Profil & Line of Sight......................... 427
BAB 20
Meng-Import, Registrasi Citra,
dan Manipulasi DEM................................................. 433
20.1 Meng-Import File DEM....................................... 433
20.1.1 File DEM Grid ASCII........................................... 435
20.1.2 Kontur Shapefile ArcView.................................... 438

20.2 Merekfifikasi Citra Dijital ................................... 42


20.3 Memotong DEM................................................ 447
20.4 Membuat Mosaic DEM.................................... 449
BAB 21
Pembuatan Peta/Layer Kontuir & Viewshed ............. 453
21.1 Membuat Peta Kontur....................................... 454
21.2 Membuat Viewshed........................................... 457

BAB 22
Tampilan DEM Tiga Dimensi.................................... 463
22.1 Menampilkan Permukaan 3D............................. 463
Daftar Isi
BAB 23
Mengelola DEM Dengan Baris-baris Kode............... 473
23.1 Penulisan Baris Kode..................................... 473
23.2 Script Pertama............................................. 474
23.3 Membuat Garis Kontur.................................. 476
23.4 Tampilan 3 Dimensi...................................... 477
23.5 Batch File .................................................... 477
BAB 24
Overview Perangkat Lunak DTM Opensource
"Quickgrid" ........................................................... 479
24.1 Features QuickGrid....................................... 479
24.2 Instalasi QuickGrid......................................... 481

24.3 Pertama Kali Menjalankan QuickGrid............. 481

24.4 Manipulasi Tampilan Unsur Spasial............... 483


24.5 Menampilkan Data DTM................................. 484
24.6 Kasus File Data Dengan Volume Besar.......... 487
24.7 Menyimpan File Hasil Gridding .................... 492
24.8 Menampilkan File Grid.................................. 494
24.9 Menampilkan Outline Data............................ 495
24.10 Menampilkan Lokasi Data........................... 496
24.11 Menampilkan Grid Berwarna....................... 497
24.12 Menampilkan Permukaan 3 Dimensi........... 498
24.13 Meng-customize Tampilan........................... 500
24.14 Meng-edit Properties Tampilan Peta............ 504
24.15 Pilihan Seputar GRID.................................. 510
24.16 Menyimpan Hasil Secera Permanen............. 512

Lampiran A............................................................ 515


Lampiran B............................................................ 519
Lampiran C........................................................... 523
Lampiran D........................................................... 529
Lampiran E........................................................... 533
Daftar Pustaka...................................................... 535
Model Permukaan Dijital
BAB

1
OVERVIEW MODEL PERMUKAAN

DIJITAL [DTM/DEM]

Hingga saat ini, makin banyak bidang, aplikasi, atau aktivitas yang
memerlukan data spasial baik sebagai masukan (basisdata
spasial) maupun sebagai keluaran (produk akhir). Jajaran bidang
atau aplikasi pengguna produk strategic' tersebut diantaranya
adalah geodesi (geomatika), surveying, hidrografi, oseanografi,
coastal, hidrologi, kartografi, fotogrametri 2, pertanahan dan

(Data) permukaan dijital [berikut /ayer tematiknya] (misalkan landcover) dapat


memberikan (informasi mengenai) pola-pola atau gambaran strategis bagi
penggunanya.
2 Fotogrametri (Photogrammetty) merupakan suatu teknik pengindraan jauh
(foto) udara, inovasi terkini yang memanfaatkan kamera udara beresolusi
tinggi dengan kompensasi gerakan kemuka dan bantuan teknologi navigasi
(yang berbasiskan) satelit sebagai panduan pilot di sepanjang blok foto
(jalur terbang). Pada saat ini, fotogrametri telah membantuk baseline bagi
banyak usaha dan studi di bidang sistem informasi geografis (GIS) dan
sistem informasi pertanahan (LIS) [Magellan05]. Atau, fotogrametri adalah
teknik pengukuran koordinat-koordinat tiga dimensi yang menggunakan foto
(udara) seuagai media utama untuk diamati / diukur [ArtiCm05].

Bab 1 Overview Model Permukaan Dijital (DTM/DEM)


keamanan, kelautan, navigasi/tracking, lingkungan, perkebunan,
ilmu-ilmu terkait kebumian (geofisika, geologi, tambang,
minyak), perencanaan (planning), rekayasa teknik sipil,
periklanan, realestate, parawisata, militer, dan lain sebagainya
hingga ke bidang per-telekornunikasian yang tengah menjadi
bisnis mainstream pada saat ini hingga beberapa tahun ke depan.
Dengan kenyataan ini meningkatnya variasi dan jumlah
aktivitas3 spatial-related ini beberapa literatur bahkan sudah
berani secara optimis menyatakan bahwa sekitar 8o% (atau
sebagian yang lain menyatakan 85%) data bisnis terkait dengan
komponen spasial (yang diimplementasikan dalam bentuk dua
atau tiga dimensi).

3 Aktivitas spatial-related ini juga dipercepat dengan tersedianya data spasial


gratis oleh beberapa institusi (terutama di luar negeri). Sebagai contoh
adalah USGS yang menyediakan data model ketinggian permukaan digital
(terutama SRTM seamless), beberapa citra dijital (raster-image) hasil
rekaman sensor-sensor satelit untuk beberapa coverage di permukaan
bumi, dan layer-layer vektor secara gratis (dan sebagian komersial).
Demikian pula dengan google earth berikut layanan sejenis yang
menyediakan gambaran citri dijital (raster-image) permukaan bumi dengan
detil dan Skala yang makin baik lagi dari waktu-ke-waktu. Bahkan lembaga
yang sama juga sedang membangun sebuah layanan (rencananya akan
dinamakan sebagai google ocean) yang akan menyajikan data permukaan
atau topografi (sejenis DEM/DTM) dasar laut tiga dimensi (lihat pustaka
[Detik08]). Sementara itu, dengan adanya layanan google earth yang
menyediakan tampilan citra dijital permukaan bumi dengan resolusi yang
semakin balk ini, beberapa negara (India, Australia, Rusia, Korea Selatan,
dan Thailand) merasa keberatan. Mereka merasa keberatan dengan
tampilan lokasi-lokasi gedung pemerintah dan lokasi-lokasi terkait aktivitas
militer yang juga turut dimunculkan. Mereka meminta Google Earth untuk
memburamkan area di sekitar unsur-unsur sensitif ini. Mereka (beralasan
atau) kawatir kemunculan informasi sensitif ini akan mengundang aksi-aksi
terorisme (informasi selengkapnya dapat dilihat pada pustaka [Tempo07]);
sebuah dilema sharing data spasial yang mengundang keterbukaan fisik
secara global, antara suatu manfaat di satu sisi dan sebuah kerugian di sisi
yang lain. Siapa yang lebih beruntung dan siapa yang dirugikan?

Model Permukaan Dijital


p

Gambar 1.1: Contoh Tamp:Ian Peta Topograf: (Berkontur)

Meskipun demikian, jika dilihat dari dimensi dasarnya, data spasial


di atas dapat dikelompokkan menjadi dua bagian: 2D (horizontal,
[x,y], atau planimetris4) dan 3D (horizontal plus vertikal [x,y,z],
atau terkadang disebui. juga sebagai topografi). Bagian yang
pertama, adalah data spasial atau peta yang hanya memiliki
informasi spasial berdimensi horizontal (landscape). Wujudnya
dapat berbentuk: (a) data numerik (tetapi kebanyakan dalam format
softcopy) pasangan absis dan ordinat (beserta field atau atributnya)
lokasi titik kontrol (atau bencmark), kota, pelabuhan udara,
tambang, sumur, kantor, atau unsur-unsur points of interest (Poi)
lainnya; (b) pasangan absis dan ordinat titik-titik yang membentuk
unsur-unsur spasial tipe garis (line atau polyline) dan poligon
(region atau polygon); (c) atau dalam bentuk gambar/peta

4
Peta planimetrik adaiah gambaran horizontal mengenai unsur-unsur peta di atas
bidang datar (dua dimensi) tanpa informasi ketinggian (seperti halnya
garis-garis kontur atau titik-titik ketinggian pada peta topografi).

iP Bab 'I Overview Model Permukaan Dijital (DTM/DEM)


analog (hardcopy). Sementara bagian yang kedua (bisa jadi)
adalah data spasial atau peta yang sama dengan bagian yang
pertama tetapi dilengkapi dengan data, field (kolom), dimensi,
atau layer aspek atau pemodelan ketinggian (vertikal). Wujudnya
item tambahan ini dapat berupa: (a) pasangan titik-titik koordinat
[x,y,z], (b) garis-garis kontur, (c) raster-grid, (d) TIN, dan lain
sebagainya (softcopy maupun hardcopy).
Interval --,. 1.

r Kontur
2

Gads
Kontur

Gambar 1.2: Contoh Tampilan Penurunan Gars Kontur dari Realitas

Item tambahan atau data model permukaan dijital di atas dengan


asumsi bahwa keduanya sudah dalam bentuk dijitaladalah
"selisih" dari data spasial bagian yang kedua dengan bagian yang
pertama. Dan seperti telah disinggung, wujud selisih ini dapat
berbentuk (format) field ketinggian (z), layer garis kontur, raster-
grid, atau TIN. Data-data jenis ini, pada scat ini, banyak diperlukan
bagi pendukung proses-proses analisis: (a) potensi perambatan
(propagasi) & pantulan sinyal-sinyal; (b) pola-pola garis-garis
kontur; (c) volume galian & timbunan; (d) profit (melintang dan
memanjang); (e) pembuatan wireframed; (f) efek visual 3D; (g)
simulasi/simulator; (h) dan lain sebagainya.

Sebagaimana tersurat dari namanya, hampir semua model


permukaan dijital berurusan dengan informasi ketinggian (terlepas

4 E Model Permukaan Dijital


dari masalah bagaimana dan apapun sistem koordinat dan datum
yang menjadi referensinya) permukaan bumi [terrain] sebagai
masukan (proses) pemodelannya. Oleh karena makin banyak
aktivitas (eksplorasi dan eksploitasi) manusia yang memerlukan
informasi profil dan detil ketinggian permukaan bumi yang dinamis
ini, sementara di lain pihak luas permukaan bumi tidak bertambah,
maka kebutuhan model permukaan dijital (yang aktualpun)
meningkat jauh dari pada masa-masa sebelurnnya. Informasi
mengenai model permukaan dijital sudah merupakan kebutuhan
yang sangat penting dan rutin pada mileniurn ketiga ini.

p
Gambar 1.3: Contoh Tampilan Model Permukaan Dijital
.

Meskipun demikian, pengguna dapat mengaplikasikan analogi,


teknik, atau metode-metode numerik yang terkait dengan model
permukaan dijital ini (termasuk perangkat lunaknya) pada data-data
selain ketinggian permukaan bumi/tanah (terrain) ash. Penggunaan
model permukaan dijital tidak (selalu atau hams) terbatas pada
"ketinggian/kedalaman permukaan tanah/bumi" semata. Para
pengguna sangat dimungkinkan untuk berkreasi dengan data,
besaran, atau "model" tiga dimensi lainnya yang dibentuk oleh
implementasi algoritma-algoritma atau perangkat lunak yang
bersangkutan. Oleh karena itu, setiap pengguna bahkan juga dapat
mengaplikasikan item atau suatu besaran lain yang dapat
dimodelkan sebagai suatu fungsi relatif dari lokasi-lokasi

Bab 1 Overview Model Permukaan Dijital (DTM/DEM)


horizontalnya5, z = f(x,y). Dengan demikian, sebagai contoh,
dengan metode numerik terkait model permukaan dijital,
pengguna dapat memodelkan atau mendapatkan permukaan
kontinyu (dari variabel): (a) suhu udara, (b) tekanan, (c) (medan)
gayaberat (beserta anomalinya), (d) curah-hujan, (e) hingga
prediksi kekuatan sinyal-sinyal, (1) dan bahkan "harga" 6 tanah
beserta komoditi-komoditi lainnya dari sejumlah pengamatan di
titik-titik sample (data diskrit) yang berlokasi di "lapangan".
Model peimukaan dijital lontinyu' ini sangat penting untuk
mendukung aktivitas kerja sehari-hari jajaran aplikasi, bidang,
dan atau profesi di atas.

1.1 Pengertian DTM


Pada konteks ini, nampaknya, tidak ada permukaan dijital yang
sempurna. Hal ini disebabkan oleh karena teknik-teknik
pembuatannya (development) tidak/belum sanggup "menangkap",
44

mengukur", atau bahkan "mengamati" semua kompleksitas yang


dimiliki oleh permukaan bumi yang sebenarnya. Oleh karena itu,
tidak heran, jika di dalam bahasan permukaan dijital, akan selalu
dimunculkan terminologi sampling, representasi, atau bahkan
"model" sebagai pengganti "realitas" yang bersifat dinamis.
Sehubungan dengan hal ini, berbagai teknik sampling,
representasi, atau pemodelan yang digunakan akan senantiasa

5 Selain dengan fungsi matematis, representasi permukaan juga


dimungkinkan dengan image permukaan itu sendiri, yang secara eksplisit
memberikan nilai-nilai ketinggian di sekumpulan titik, yang mengisyaratkan
tanpa hubungan fungsional sama sekali dengan koordinat-koordinat
horizontalnya (non-gridding).
6
Meskipun nature permukaan bumi/tanah (yang kontinyu) di mana
konsepnya melatar-belakangi ide, asumsi, dan algoritma-algoritma model
permukaan dijital sangat berbeda dengan nature (model) penentuan
"harga" tanah (yang diskrit), tetapi jika perlu, pengguna bisa saja
memodelkan permukaan harga tanah (hingga menjadi/seolah kontinyu)
dengan menggunakan metode-metode numerik model permukaan dijital
(termasuk perangkat lunak terkait).

6
I Model Permukaan Dijital
mempengaruhi permukaan dijital itu sendiri (sebagai hasil) beserta
produk-produk yang menjadi turunannya. Oleh sebab itu, istilah
permukaan dijital lebih sering digantikan oleh "model permukaan
dijital".

Sebenarnya, konsep pembuatan model-model dijital untuk


permukaan tanah belum terlalu lama ditemukan. Penggunaan istilah
"model permukaan dijital" (DTM)-pun barn dipopulerkan oleh (dua
orang) engineer Amerika Serikat (Miller dan La Flamme) yang
bekerja di laboratorium Fotogrametri MIT (Massachusetts Institute
of Technology) di akhir tahun 1950-an. Walaupun demikian, pada
scat ini, model permukaan dijital 7 telah memiliki pengertian (detil)
yang beragam dan sering dideskripsikan di dalam beberapa
literatur dengan menggunakan kalimat-kalimat baik yang masih
bersifat umum maupun yang sudah cenderung definitif (relatif
detil). Oleh karena itu, walaupun pengertiannya (secara umum)
dapat dikerucutkan, tetapi teks atau clause-nya masih saja
bervariasi. Sebagai contoh, berikut adalah beberapa deskripsi
diantaranya8:
a) Model kuantitatif (numerik) permukaan tanah (topografi) dalam
bentuk dijital.
b) Merupakan data topografi (khususnya aspek ketinggian
permukaan bumi atau terrain features) dalam format dijital
beserta beberapa produk turunannya (s!ope9 dan aspeetio).
Merupakan sekumpulan (hasil) pengamatan (data) ketinggian di
I beberapa lokasi yang terdistribusi di atas permukaan bumi.
P d) Merupakan representasi statistik diwakili oleh sejumlah besar
titik-titik yang dipilih dan koordinat tiga dimensinya [x,y,z]
diketahui atau dihitung permukaan kontinyu [tanah/bumi].
e) Sekumpulan titik-titik yang diketahui koordinat ruangnya
[x,y,z] yang diharapkan dapat mewakili karakteristik main
bentuk permukaan fisik (tanah/bumi) tiga dimensi.
f
r
Selanjutnya akan banyak dituliskan sebagai DTM.
8
Deskripsi ini diambil dari berbagai sumber.
9
Slope adalah gradien atau kemiringan (lereng) (model) permukaan.
io Aspect aoalah arah kemiringan (model) permukaan.

Bab 1 Overview Model Permukaan Dijital (DTM/DEM)


0 Masukan data, model-model data, dan algoritma-
algoritma yang diperlukan untuk pemodelan
permukaan tanah/bumi atau permukaan
lainnya.
g) Representasi numerik dari suatu konfigurasi
(ketinggian) permukaan tanah (terrain) yang
terdiri dari jaringan titik-titik yang rapat dan
diketahui koordinat-koordinat tiga dimensinya
(x,y,z)n.
h) Memiliki pengertian yang dapat dibagi menjadi
dua bagian: (1) merupakan sekumpulan titik-
titik data yang koordinat ruangnya diketahui
(hasil pengukuran) di permukaan bumi yang
(informasinya) disimpan di dalam suatu media
yang dapat dibaca oleh perangkat sistem
komputer;. (2) sekumpulan titik-titik baru yang
koordinat ruangnya merupakan basil interpolasi
sekumpulan titik-titik data.
i) Memiliki pengertian yang dapat dirangkai dari
kata-kata pembentuknya: (1) digital yang
berarti dapat dibaca dan dituliskan dalam
media penyimpanan pada sistem komputer; (2)
elevation yang berarti datanya mengenai tinggi
permukaan tanah/bumi; dan (3) model yang
berarti suatu usaha atau proses di dalam
memberikan gambaran visual topografi dengan
cara yang semudah mungkin untuk dipahami.

Gambar 1.4: Conteh Tampilan Titik-titik Data (Definitif) & Model Permukaan Dijital
Dtambil den pustaka [Basic00].

Model Permukaan Dijital


Sebagaimana deskripsinya yang beragam, bahasan yang pada
awalnya memiliki objektif otomasi di bidang fotogrametri &
kartografi beserta kesesuaian' dengan sistem-sistem informasi
geografis ini, di dalam banyak literatur, sering pula dirujuk dengan
menggunakan beberapa istilah yang berbeda. Istilah-istilah yang
dimaksud diantaranya adalah: (1) digital terrain model (DTM); (2)
digital elevation model (DEW); (3) digital terrain data (DTD); (4)
digital terrain elevation data (DTED); (5) digital ground model
(DGM); (6) digital surface model (DSM); atau (7) digital

12
Kompatibelitas dan juga memberikan dukungan penyediaan layer
"ketinggian" untuk menjadi bagian dari analisis spasial di dalam sistem
informasi geografis.
13
Walaupun secara umum, pada hampir semua literatur, DTM dan DEM
dianggap memiliki pengertian yang sama, tetapi ada sedikit literatur yang
membedakan keduanya secara detil. Sebagai contoh adalah pustaka
[InfoTerra05] yang menguraikan bahwa DEM memperhitungkan
(mengukur) titik-titik(unsur-unsur) tertinggi yang terletak di bawah tinggi
nominal pengamat (sebagai contoh adalah sensor setelit) yang melayang-
layang di atas permukaan bumi. Oleh karena itu, DEM juga akan meliput
data-data ketinggian (bagian paling atasnya) unsur-unsur bangunan,
(pucuk atau bagian atasnya) pepohonan (vegetasi), beserta objek-objek
lainnya yang menonjol dari permukaan bumi dan dapat dikenali oleh
(sensor) pengamat. Sementara itu, DTM hanya memperhitungkan
ketinggian permukaan bumi (bagian bawah atau 'alas' ,nsur-unsur spasial
yang menonjol). Oleh karena itu, sebagai contoh, model-model ketinggian
yang dibuat dengan cara mendijitasi peta-peta topografi (khususnya garis-
garis konturnya) hanya akan menghasilkan DTM. Sedangkan yang
diturunkan atau diekstrak dari sensor-sensor satelit (SPOT, RadarSat,
Ikonos, Aster, dll.) adalah DEM (raster-grid). Walaupun demikian, beberapa
sumber data dengan resolusi yang lebih tinggi, seperti halnya Lidar,
menurut beberapa literatur, produknya dapat diproses hingga dapat
menghasilkan balk DEM maupun DTM. Sementara itu, pustaka
[TerraWeb05] menjelaskan bahwa DEM merupakan representasi topografi
atau elevasi dari suatu area atau wilayah dengan basis piksel-demi-piksel
dalam format raster. Sementara bilangan dijital (DN) yang terdapat pada
setiap piksel DEM adalah sama dengan nilai ketinggian pada keseluruhan
wilayah atau area individu piksel yang bersangkutan. Artinya, menurut
sumber ini, DEM sudah pasti berstruktur raster. Sementara itu, di lain
pihak, di bidang pengolahan citra dijital dan penginderaan jauh yang
sedang berkembang pesat ini istilah DEM lebih populer da.i pada DTM.

Bab 7 Overview Model Permukaan Dijital (DTM/DEM)


height model (DHM). Walaupun demikian, karena yang paling
sering dan umum digunakan adalah istilah yang pertama, maka di
dalam tulisan inipun akan digunakan istilah yang sama untuk
merujuk hal model permukaan dijital.

1 .2 j e lls D TM
Untuk merepresentasikan suatu model permukaan', distribusi
titik-titik data yang bersangkutan juga perlu diperhitungkan.
Titik-titik data ini hams berjumlah cukup dan distribusinya
(kerapatannya) sesuai dengan defil permukaan yang akan
direpresentasikannya spesifikasi output perlu dipertimbangkan
pada saat pengambilan (sampling atau pengukuran) datanya.
Sehubungan dengan hal ini, dari polanya, pengambilan titik-titik
data DTM dapat dikelompokkan menjadi dua jenis 15: (1)
irregular dan (2) regular.

14 Menyangkut jumlah (kerapatan) titik sampling dan distribusinya di dalam


merepresentasikan suatu model permukaan, di dalam beberapa literatur
terkait fotogrametri dan DTM permukaan (terrain) dapat dibagi ke dalam
beberapa kelas; baik secara kualitatif, kuantitatif, maupun kombinasi dari
keduanya. Dad klasifikasi ini akan hadir item rekomendasi mengenai
kerapatan titik sample per-hektar-nya.
15 Pengelompokkan pola (titik-titik data) DTM menjadi seperti ini tidak terlepas
dari asal-usul DTM yang terkait (secara historis) dengan bidang
fotogrametri. lni merupakan salah satu contoh pengelompokkan DTM.
Dalam beberapa pustaka, pengelompokkan seperti ini dapat juga dilihat
pada subjek distribusi titik (data) DTM. Sebagai contoh lain, pustaka
[Makarovic76] mengelompokkan pola-pola grid ke dalam tiga bagian: (1)
regular (2) irregular, dan semi-regular. Bagian pertama terdiri dari square,
rectangular, triangular, dan rhomboidal. Bagian kedua terdiri dari triangular,
quadrilateral, dan polygonal. Dan bagian ketiga terdiri dari irregular points
on equidistance profiles dan heterogeneous square grids. Dari pustaka
seperti ini kita ketahui bahwa jenislklasifikasi/pengelompokkan seperti ini
terdapat lebih dari satu (masing-masing tidak mutlak), bergantung sudut
pandang, dan terkadang terdapat overlaps.

Model Permukaan Dijital


1.2.1 DTM Irrigular
Pada DTM irregular, titik-titik data dipilih (cenderung secara
subjektif) oleh pengamat berdasarkan prioritas objek atau unsur di
dalam pandangan visualnya. Titik-titik data yang diambil
cenderung merupakan titik-titik yang menggambarkan perubahan
permukaan bumf (topografi). Kemudian, titik-titik data ini dicatat
atau direkam ke dalam suatu media yang bisa dibaca dan
dituliskan kembali oleh peripheral milik sistem komputer. Jika
diperhatikan, dan kemudian di-plot, maka akan nampak bahwa
koordinat-koordinat planimetris titik-titik yang terekam beserta
jarak-jarak antara satu sama lainnya tidak memiliki keteraturan
atau pola-pola tertentu.

1.2.1.1 DTM Acak


Contoh pertama dari jenis DTM irregular adalah DTM acak. Pada
umumnya DTM seperti ini didapat secara langsung dari hasil
pengukuran di lapangan atau survey terestris sebagaimana halnya
pembuatan peta situasi berkontur. Pada DTM ini, antara titik-titik
sample (koordinat-koordinat definitif) kemungkinan besar tidak
terdapat selang atau jarak yang teratur. Selain itu, pada kasus survey
terestris, surveyor tidak (terlalu) memfokuskan cliri pada jarak-jarak
di antara titik-titik sample-nya. Yang paling is fokuskan atas dasar
kemampuan visualnya dalam melihat dan memilih unsur-unsur
adalah pengambilan titik-titik sample yang sekiranya merupakan
titik-titik di mana perubahan bentuk topografinya cukup menonjol
dan bersifat representatif (significant features); atau titik-titik di
mana perubahan dimulai.
11 15
11

12
14
. 16
10 13 17
15

1
18

Gambar 1.5: Contoh Tampilan DTM Acak

Bab 1 Overview Model Permukaan Dijital (DTMIDEM)


1.2.1.2 DTM Kontur
DTM kontur juga termasuk ke dalam jenis DTM irregular karena is
tidak memiliki keteraturan jika dilihat dari sebaran planimetrisnya
jarak antar titik sampe tidak memiliki keteraturan jarak satu sama
lainnya. Sebaran planimetris DTM ini, pada kenyataannya,
merupakan susunan koordinat (absis, ordinat) di sepanjang garis-
garis kontur terkait. Susunan koordinat ini dihasilkan dari suatu
proses atau prosedur sampling dimana titik-titik tersebut memiliki
nilai (bacaan) ketinggian (z) yang (di-set) sama besar (konstan atau
tertentu).
I 1
***
1 V

V
I

1
1

***
V * * * *
.11 .11

Gambar 1.6: Contoh


Tampilan DTM Kontur

1.2.2 DTM
Regular
DTM regular adalah DTM yang (paling tidal() memiliki sebuah
komponen planimetris [balk yang ke arah absis atau ordinat] (atau
bahkan keduanya) dengan pola atau keteraturan jarak tertentu.

1.2.2.1 DTM Grid


Contoh yang nyata dari jenis DTM regular adalah DTM grid. Pada
DTM grid, posisi planimetris titik-titik sample-nya memiliki jarak-
jarak yang sama antara titik-titik yang bersebelahan. Pada
umumnya, DTM ini memiliki interval absis dan ordinat yang
nilainya sama atau konstan (membentuk geometri bujur-sangkar).

1 Model Permukaan Dijital


DTM grid memiliki keteraturan dalam jarak ke arah absis dan
ordinat.

76 68 69 57
74 66
7.1 61
...............
71 63 68 63

67 62 66 62

Gambar 1.7: Contoh Tampilan DTM Grid

1.2.2.2 DTM Rectangular


DTM rectangular juga merupakan DTM jenis regular. DTM ini
sangat mirip dengan DTM grid; hanya saja, interval atau jarak ke
arah absis dan ke ordinatnya tidak sama. Akibatnya, titik-titik
sample-nya membentuk geometri empat-persegi-panjang. DTM
rectangular memiliki keteraturan dalam jarak ke arah absis dan
ordinat.

44 4 39
1
*
53 46 a

52 49

67
.... 54
6
7
......
68

83 71 67 Gambar 1.8: Contoh Tampilan DIM Rectangular

1.2.2.3 DTM Triangular


Dalam hal membentuk geometri tertentu, DTM triangular juga
mirip dengan grid dan rectangular. Hanya jasa, DTM triangular
membentuk geometri segitiga-segitiga (sama sisi atau sama kaki

Bab 1 Overview Model Permukaan Dijital (DTM/DEM) I 13


asal konsisten). Pada DTM triangular, sebaran planimetiis titik-titik
sample-nya menggambarkan keteraturan tertentu pada jarak atau
interval; minimal salah satu komponen koordinatnya.

1.2.2.4 DTM Profit


DTM profil terdiri dari susunan koordinat titik-titik yang
merepresentasikan profil tertentu. Pada DTM ini, jarak atau
interval salah satu komponen koordinatnya (absis atau ordinat)
akan sama (regular). Pada umumnya, DTM jenis ini dihasilkan
dari suatu proses "scanning" model foto dalam arah absis atau
ordinat. Walaupun demikian, untuk menghemat memori
penyimpanan, pada umumnya titik-titik sample yang direkam
merupakan tiitk-titik yang merepresentasikan perubahan
ketinggian atau kemiringan permukaan yang bersangkutan.

1.3 Re p resent asi DTM


Pada umumnya, DTM disajikan dengan menggunakan tiga
metode16: garis-garis kontur, grids atau raster-grids (matriks titik-
titik ketinggian seperti halnya DEM atau citra satelit), dan TIN.

1.3.1 Garis-Garis Kontur


Garis-garis kontur atau isoline adalah garis-garis khayal yang
menghubungkan titik-titik yang memilild nilai (tertentu)
ketinggian yang sama (konstan). Metode ini merupakan bentuk
representasi yang paling familiar untuk permukaan tanah baik
dalam format analog maupun dijital. Peta-peta garis kontur
dengan interval tertentu ini banyak tersedia dalam skala yang
sangat bervariasi.

16 Ketiga
metode penyajian (akhir) DTM ini terkadang disebut pula sebagai
model, format, atau implementasi DTM.

Model Permukaan Dijital


Garnbar 1.9: Contoh Tamp'lan (Peta) Garis-Garis Kontur

Akurasi garis-garis kontur ini akan bergantung


pada jenis data yang menjadi masukannya:
primer atau turunan. Jika garis-garis kontur ini
didapatkan secara langsung dari proses
pengolahan foto udara sebagai data primer
dengan menggunakan perangkat stereo-plotter,
maka akurasi garis-garis konturnya akan tinggi.
Sementara jika garis-garis kontur ini dibuat
berdasarkan titik-titik data (x,y,z), maka posisi-
posisi garis-garis kontur hams diinterpolasikan
dari titik-titik data tersebut. Walaupun demikian,
bentuk representasi permukaan dalam bentuk
garis-garis kontur ini memiliki suatu
"kelemahan", yaitu permukaan yang
bersangkutan hanya disajikan di sepanjang
garis-garis isoline tersebut. Sementara anomali
yang terdapat diantara garis-garis kontur
tersebut tidak dapat diperlihatkan.
Bab 1 Overview Model Permukaan Dijital (DTMIDEM)
Ketika disajikan dalam bentuk hardcopy, setiap garis kontur"
digambarkan sebagai garis kontinyu yang mengikuti interval
kontur di sepanjang permukaan. Setiap garis kontur ini, secara
teoritis, terdiri dari (atau direpresentasikan oleh) titik-titik sample
yang jumlahnya tidak terbatas. Walaupun demikian, ketika
seorang operator mendijitasi peta kontur untuk menghasilkan
DTM, garis-garis kontur ini di-sampling-kan (didijitasi
sedemikian rupa) sehingga sistem komputernya tidak (dapat)
menyimpan "semua" titik yang terdapat di sepanjang garis-garis
yang bersangkutan. Oleh karena itu, pada umumnya, seorang
operator hanya akan mendijitasi atau memilih titik-titik (verteks)
yang dianggap sudah representatif.

1.3.2 Grids
Grids (terkadang disebut juga sebagai grid atau raster-grids)
merupakan struktur matriks yang digunakan untuk merekam relasi-
relasi topologi yang terdapat di antara titik-titik data secara implisit.
Tetapi karena struktur data grids ini serupa dengan struktur
penyimpanan array komputer dijital, maka penanganan matriks
data ketinggiannya sangatlah sederhana. Selain itu, sebagai
konsekuensi lain dari struktur ini, algoritma-algoritma yang terkait
dengan pemodelan DTM yang berbasiskan grid cenderung bersifat
"straight-forward". Meskipun demikian, di lain pihak, kerapatan
titik-titik grid regular ini, nampaknya, belum dapat diadaptasikan
secara penuh untuk memenuhi kompleksitas relief permukaan
bumi. Oleh karena itu, diperlukan sejumlah besar titik-titik data
untuk menyajikan permukaan tanah dengan tingkat akurasi yang
diinginkan. Sebagai ilustrasi, berikut adalah contoh atau gambaran
struktur umum (blok data) yang dimiliki oleh grids (kasus matriks

17
Dari segi kartografis, sebagai representasi produk akhir di bidang survey
dan pemetaan, penggambaran garis-garis kontur harus mematuhi
beberapa ketentuan. Misalnya: (1) garis kontur merupakan garis kontinyu
yang membentuk kurva tertutup; (2) antara suatu garis kontur dengan
garis kontur yang lain tidak boleh bersinggungan atau berimpit; (3) dan
lain sebagainya.

le Model Permukaan Dijital


nilai-nilai ketinggian). Perbedaan yang muncul di dalam setiap
spesifikasi atau deskripsi format DTM raster-based (software-
specified) pada umumnya terletak pada detil header beserta
jumlah dan jenis item (parameter) yang terdapat di dalamnya.

0 0 1 23 3 2 2 2
0 0 0 0 1.
0 1 Struktur
Gambar 1.10: Contoh Tampilan 2 Dalam Bentuk Raster-Grids
13DTM
o 0 o 0 1 1 2 1 2 2
0 0 0 1 1 2 2 3 3 3 3
0 0 1 1 2 2 3 3 3 3 3 18
Sebagai ilustrasi,
1 0 berikut
1 1 2 adalah contoh tampilan
3 2
DTM raster-
3 3 3
based yang 1nilai-nilai Ketinggiannya
1 1 1 2 3 3 3 3 dikelompokkan
2 2 ke dalam
beberapa kelas dan wama.
1 1 2 2 2 3 3 3 2 2
1 2 2 u 3 33 3 2 2
2 2 3 3 3 3 3 2 3 3

3 3 .3 3 2 2 2 El 1 0 2 3
080, (480,512
93 3 3 3 3 i i 2 2 3 )A
si

18
Menggunakan perangkat lunak sistem informasi geografis sebagai
displayer.

Bab 1 Overview Model Permukaan Dijital (DTM/DEM)


Raster Grid
.44 Ke tin gg ian
0 - 400
F f---1 4 00 - 70 0

I I I 7 00 - 110 0
______ 1100 - 1350
______ 1350 - 1700
gm 1700 - 2000
______ 2000 - 2400
sin 2400 - 2700 MI
2700 - 3100 o Data

Gambar 1.11: Contoh Tampilan DTM Dalam Bentuk Raster-Grids

Di dalam konteks DTM grids, sering pula digunakan terminologi


lattice untuk merujuknya; yaitu interpretasi permukaan grids yang
disajikan oleh sejumlah titik sample yang berukuran sama (equally
spaced) yang direferensikan terhadap titik awal yang sama (origin)
dan jarak sampling konstan yang sama pula dalam arah absis (x)
dan ordinat (y). Setiap mesh point (atau grid atau piksel) ini berisi
nilai ketinggian (z) untuk lokasi yang bersangkutan yang merujuk
pada nilai dasarnya19. Sementara itu, nilai-nilai ketinggian
permukaan untuk lokasi-lokasi yang terletak di antara mesh point
(milik lattice yang bersangkutan) dapat ditaksir dengan
menginterpolasikan beberapa nilai ketinggian milik mesh point
yang bersebelahan. Nampalmya20, inilah yang terjadi pada DTM
hasil proses gridding (file *.GRD) perangkat lunak Surfer.

Sebagai contoh adalah tinggi permukaan laut rata-rata atau mean sea level
(MSL).
20Akan nampak jelas ketika pengguna mengeksport file hasil gridding-nya ke
dalam format teks ASCII.

18 Model Permukaan Dijital


Di dalam sebuah lattice, setiap mesh point merepresentasikan
sebuah nilai ketinggian di atas permukaan; hanya saja nilai ini
hanya berlaku di pusat sel-grid yang bersangkutan. Jadi hal ini tidak
mengimplikasikan bahwa nilai ketinggian tersebut milik
keseluruhan area sel-grid (atau piksel) terkait. Walaupun demildan,
sistem grid yang lain (sebagai contoh adalah categorical grids atau
surface grids) bisa saja menganggap bahwa setiap sel-grid
merupakan sel bujur sangkar dengan nilai atribut ketinggian
konstan. Artinya, nilai ketinggiannya akan mewakili keseluruhan
area sel-grid yang bersangkutan; atau semua lokasi yang terdapat di
dalam setiap sel-grid yang bersangkutan dianggap memiliki nilai
ketinggian (z) yang sama. Hal inilah yang nampaknya teijadi pada
kebanyakan file data DEM (USGS DEM *.dem, SRTM, dan lain
yang setipe) yang dimunculkan oleh perangkat lunak Global
Mapper dan ArcView (extensions 3D Analyst & Spatial Analyst).

1.3.3 TIN
TIN triangulated irregular network merupakan suatu model
alternatif bagi DTM atau DEM raster-grid biasa. Model yang
pertama kali dikembangkan di awal tahun 1970-an ini merupakan
cara yang sederhana dalam membangun sebuah permukaan dijital
dari sekumpulan titik-titik data yang terdistribusi secara tidak
teratur. Model ini sangat menarik karena kesederhanaannya dan
sifat ekonomisnya. Oleh karena itu, beberapa prototipe paket
program aplikasi contouring yang bermunculan pada tahun 1980-an
menggunakan TIN sebagai model permukaan dijital.

Titik-titik sample yang terdistribusi secara tidak teratur ini dapat


digunakan untuk merepresentasikan permukaan tanah dengan
jumlah titik sample yang lebih besar (rapat) untuk wilayah dengan
detil yang banyak dan bervariasi, dan jumlah titik sample yang lebih
kecil untuk area dengan jumlah detil yang minim (perhatikan gambar
1.13 di bawah: area yang memiliki lebih banyak detil spasial akan
memilila titik-titik data lebih banyak dan rapat, demikian pula dengan
ukuran geometri segitiganya yang lebih kecil;

Bab 1 Overview Model Permukaan Dijital (DTM/DEM)


sebaliknya, area yang relatif datar tidak memiliki detil spasial yang
banyak dan rapat sehingga kerapatan titik-titik datanya berkurang
dan ukuran geometri segitiga lebih besar). Oleh karena itu, sample
ruang yang tidak teratur seperti ini lebih efisien dari pada sample
teratur (seperti halnya raster-grid) dalam merepresentasikan sebuah
permukaan. Pada model TIN ini, setiap titik sample yang
bersebelahan dihubungkan satu sama lain dengan garis-garis untuk
membentuk geometri segitiga-segitiga bebas tetapi non-
overlapping. Di dalam setiap segitiga ini, permukaan yang
bersangkutan diwakili oleh sebuah bidang datar.

Dengan memanfaatkan bentuk segitiga-segitiga ini, setiap keping


mosaik (bidang datar segitiga) permukaan dipastikan akan "pas"
dengan yang bersebelahan. Oleh karena itu, bentuk permukaannya
akan kontinyu setiap permukaan segitiga didefinisikan oleh
nilai-nilai ketinggian yang terdapat pada ketiga sudutnya. Sebagai
ilustrasi, berikut adalah gambaran umum mengenai struktur DTM
vector-based yang diimplementasikan dalam bentuk TIN.
Perbedaan antara TIN yang satu dengan yang lainnya (software-
specified dan standard) pada umumnya terletak pada struktur detil,
header, beserta implementasinya struktur "topologi" (nodes,
edges, adjacent, x, y, z) yang bisa jadi berbeda antara suatu
standard dengan standard yang lain.

Node rdinat
1 xi ,y1 ,zi
2 x2 ,y2 ,z2
3 x3 ,y3 ,z3
4 x4 ,y4 ,z4
5 )5 3.5 ,z5
6 x6 ,,.6 ,z6
7 x7 ,y7 ,z7
8 x6 ,y8 z8

Gambar 1.12: Contoh Tampilan Struktur Umum DTM Dalam Bentuk TIN

Model Permukaan Dijital


Sebagai ilustrasi, berikut adalah contoh tampilan DTM vector-
based dalam bentuk TIN yang nilai-nilai ketinggiannya dibagi ke
dalam beberapa kelas dan ditampilkan bersama dengan
Iokasi-
lokasi titik datanya dan garis-garisnya yang membentuk segitiga-
segitiga.

TIN
Ketin ggr ia

Garin TIN

1000 - 1050

950 - 1000

900 - 950

850 - 900

ni 750
000 - 050
- 800
s m i 700 750
_____ 550 - 700

ME 500 - 550

Gambar 1.13: Contoh Tampilan DTM Daiam Bentuk TIN

1.4 Metode Pengukuran DTM


Untuk mendapatkan DTM, setiap pengguna dapat menempuh berbagai
metode pengukuran. Metode' yang sangat bervariasi ini diantaranya
adalah:
Survey topografi (terestrial): dengan menggunakan alat-alat ukur
sipat-datar dan atau theodolit (To, Ti, atau bahkan total-station),
seorang surveyor dapat memperoleh peta situasi beserta titik-titik

Sebenarnya, secara garis besar, di daiam beberapa literatur, beberapa


diantara motode ini termasuk ke dalam metode yang lebih umum
pengindraan jauh. Tetapi karena masing-masing sudah memiliki ciri dan
detil tersendiri dan sering dibahas terpisah (spesifik), maka penulis
membedakannya. Metode-metode yang dimaksud pada tulisan ini adalah
fotogrametri, pengindraan jauh, dan pengindaraan jauh lainnya.

Bab 1 Overview Model Permukaan Dijital (DTM/DEM)


ketinggian (x,y,z) di beberapa lokasi yang dipilih
topografi. Data titik-titik ketinggian (bersama
dengan koordinat-koordinat planimetrisnya)
definitif ini bisa jadi merupakan basil hitungan
(plus adjustment) surveyor, atau merupakan hasil
perekaman dan hitungan (plus adjustment)
otomatis program aplikasi yang terdapat di dalam
perangkat total-station-nya postprocessing.
Berdasarkan keberadaan sebaran titik-titik
definitif ini, baik secara manual maupun otomatis,
pengguna dapat membentuk DTM. Metode ini
sangat baik (dalam mendapatkan detil berskala
besar) dan memiliki akurasi yang tinggi, tetapi
sayangnya hanya efisien jika dilakukan pada area
yang relatif sempit.

Gambar 1.14: Contoh Tampilan Saat Survey Topografi

q Fotogrametri (foto udara): dengan menggunakan


sensor pasif (kamera) yang terpasang di pesawat
terbang (air-craft), pengamat akan memperoleh
foto-foto udara (blok) sepanjang beberapa jalur
terbang yang bersebelahan. Kemudian, dengan
mengamati (baik secara manual, semi-otomatis,
maupun otomatis dengan

22 Model Permukaan Dijital


menggunakan perangkat pendukung metode-metode
fotogrametri) beberapa foto (baik dalam bentuk analog maupun
dijital) yang memiliki overlaps dan sidelaps ini sehingga
membentuk stereo-photo (pairs) pengguna juga akan
mendapatkan (pada sub-sistem perangkat perekaman
otomatisnya) koordinat-koordinat titik-titik DTM dengan pola-
pola (sebaran) seperti yang telah disinggung sebelumnya.
Fotograrnetri sangat menjanjikan produk DTM/DEM dengan
kualitas yang sangat baik detil-detil yang lengkap dan
beragam dengan jangkauan (produk) skala kecil hingga besar.
Selain itu, sesuai dengan perkembangan teknologi yang terkait
dengan perangkat-perangkat pendukungnya (termasuk sensor &
platform terbangnya), tersedia cukup banyak varian (sub)
metode di seputar teknik pengamatan fotogrametri yang selalu
berkembang dan menjadi trend ini.

Gambar 1.15: Contoh Tampilan Survey (Pemotretan) Foto Udara

Bab 1 Overview Model Permukaan Dijital (DTM/DEM)


q Satelit pengindraan jauh (remote sensing):
sensor-sensor (hampir semuanya pasif) yang
terpasang pada beberapa wahana satelit
tertentu dapat menghasilkan rekaman-rekaman
dijital yang overlap atau sidelap (oblique, atau
dua band forward-backward pada kasus citra
basil rekaman sensor Aster) satu sama lainnya
sehingga dapat membentuk stereo-image.
Kemudian, dengan memperhitungkan sejumlah
koreksi (pre-processing) & beberapa titik
kontrol dan bantuan perangkat lunak
tertentu22, DTM dapat diekstrak dari stereo-
image yang bersangkutan. Contoh beberapa
satelit yang dapat menghasilkan citra-citra
dijital yang kemudian dapat diproses menjadi
DTM adalah IRS iC, SPOT, ASTER, IKONOS,
QuickBird, RadarSat, dan lain sebagainya.

Gambar 1.16: Contoh Tampilan Perekaman Citra Satelit


22 Sebagai colitoh adalah PCI Geomatica OrthoEngine dan Erdas Imagine.

24 Model Permukaan Dijital


q Metode kartografi 23: DTM dibuat dengan cara melakukan dijitasi
manual (tablet digitizing) atau scanning (dengan menggunaan
perangkat scanner) terhadap garis-garis kontur yang ada (peta
analog). Kemudian, pada umumnya, hasil-hasil proses ini
divektorkan (pada kasus scanning) dan di-tagging dengan
informasi ketinggian (sesuai dengan label konturnya).

Tab l et

D i gi t iz e r

Gambar 1.17: Contoh Tampilan


Perekaman DTM dari Peta Topografi
(Garis-Garis Kontur) dengan Tablet

q Survey Hidrografi dan Batimetri24: pengamat yang terdapat


di atas platform (kendaraan air) mengukur kedalaman
(pemeruman) perairan di titik-titik sample (fiks perum di
sepanjang lajur perum [sounding line]) dengan menggunakan
perangkat echo-sounder25. Hasil pengamatan ini merupakan
ukuran kedalaman bersama dengan koreksi-koreksinya 26 .
Sementara itu, bersamaan dengan pengamatan nilai-nilai

23
Beberapa literatur menyebutnya sebagai metode "digitized contours".
24 Bagian dari survey hidrografi.
25
Untuk kebutuhan ketelitian tinggi dan persentase cakupan area survey
bawah air yang lebih balk, pada umumnya, juga digunakan perangkat
multibeam echosounder atau swat sonar [Poer05] sebagai pengganti dari
singlebeam echosounder yang membutuhkan waktu survey atau
pengamatan yang lebih lama dan data yang tidak rapat (sangat diskrit).
26
Yang didapat dari pengamatan tersendiri; bar-check dan kecepatan akustik
bawah air (jika ada).

Bab 1 Overview Model Permukaan Dijital (DTM/DEM) 125


kedalaman ini, juga dilangsungkan pengamatan-pengamatan
terhadap parameter-parameter yang digunakan untuk mendapatkan
koordinat definitif horizontalnya biasanya, pada saat ini
digunakan perangkat receiver GPS (dulu perangkat optis).
Akhirnya, setelah nilai-nilai kedalamannya direferensikan terhadap
datum vertikal tertentu (dan koreksi-koreksi pasang-surutnya juga
telah diperhitungkan), maka setiap data kedalaman (z) definitif ini
memiliki pasangan koordinat horizontal definitif (x,y atau X,4
[bujur,lintang]) pula (x,y,z) atau (X,(1),z)27. Pasangan-pasangan
koordinat definitif inilah yang membentuk DTM topografi dasar
laut batimetri.

Gambar 1.18: Contoh Tampilan Survey Batimetri

Pengindraan jauh lainnya: sesuai dengan perkembangan teknologi,


pada saat ini sudah banyak perangkat dengan teknologi baru
(kebanyakan sensor-sensor aktif) yang dapat dibawa oleh pesawat
terbang2 8 (aircraft) untuk merekam dan atau mengirimkan data
spasial ke ground-station-nya termasuk

27
Sesuai dengan sinkronisasi waktu pengamatan vertikal dan horizontalnya.
28
Platform yang digunakan untuk mengangkut perangkat terkait (terutama
pada masa yang akan datang) cenderung mengecil hingga tak berawak
seperti halnya pesawat model, UAV (unmanned aerial vehicles) untuk di
udara (topografi), dan AUV (autonomous underwater vehicles) untuk di laut
(batimetri).

26 I Model Permukaan !Nita!


DTM sebagai hasil ekstraksinya. Sebagian besar platform yang
digunakan mirip dengan platform yang dipakai pada metode
fotogrametri, tetapi produk yang dihasilkan tidak jauh dari
pengindraan jauh yang berbasiskan satelit. Perangkat (sistem) yang
dapat digunakan pada metode ini adalah (1) Radar (radio detection
and ranging), sensor aktif yang menggunakan bagian gelombang
radio di dalam spektrum elektromagnetik; (2) Lidar 29 (light
detection and ranging), sensor aktif yang menggunakan bagian
gelombang ultraviolet, cahaya tampak, dan infra-merah di dalam
spektrum elektromagnetik; (3) Laser (light amplication by
stimulated emision of radiation); (4) Ifsar (interferometric
synthetic aperture radar); Sonar (sound navigation and ranging);
(5) SRTM (shuttle radar topography mission) yang menggunakan
pesawat ulang-alik; dan lain sebagainya.

1.4*
JJ
41,04 G P S

Scan angle

Reference

station

29 Terkadang juga dirujuk


sebagai Laser Altimetry or Airborne Laser Terrain Mapping (ALTM).

Bab I Overview Model Permukaan Dijital (DTMIDEM)


1.5 Perangkat Lunak Pengolah data
DTM
Sejak hadirnya konsep dan implementasi (data) DTM, DEM, atau
istilah lain yang masih merujuk kepadanya, konsep dan
implementasi sistem3 (perangkat lunak) pengolahannya juga
dilakukan dan dikembangkan. Sistem ini bisa terkait (dedicated)
perangkat (keras) pengukuran DTM itu sendiri atau tidak sama
sekali. Sistem pengolahan ini bisa bersifat komersial atau
opensource.

30 Sistem, sensor, alat, atau perangkat ukur di bidang hidrographi/batimetrik


(echo-sounder), terestris (theodolit, waterpass, EDM, total-station), dan
ekstra-terestris (khususnya receiver GPS) yang dapat (mendukung untuk)
menghasilkan data DTM/DEM (hampir semuanya) memiliki harga yang
(relatif) jauh lebih murah, bisa diraba, dan dapat digunakan secara
langsung & aktif dari pada sistem remote sensing (khususnya yang
berbasiskan platform satelit dan pesawat terbang). Oleh karena itu, pada
kelompok sistem yang pertama, pengguna dapat terlibat lebih jauh di
dalam proses pengamatan (operasional) di lapangan. Lebih jauh lagi, pada
kelompok sistem yang pertama, pengguna dapat mengukur &
menghasilkan data, dapat melihat, memperhatikan, dan bahkan memegang
fisik sensor yang bersangkutun; hal ini tentu saja akan menambah banyak
sekali pemahaman (teori & praktek) pengguna yang bersangkutan.
Sementara itu, pada kelompok yang kedua, (hampir 100%) pengguna
hanya membeli data (dengan katagori produk atau kelas tertentu) pada
agen-agen yang menyediakannya; sama sekali tidak terlibat di dalam
proses pengamatannya. Kenyataan ini mencerminkan kecenderungan
sangat konsumtifnya terhadap data spasial walaupun hasil-hasil
analisisnya sangat bermanfaat bagi berbagai bidang atau aplikasi;
kebanyakan pemakai dari kalangan geosciences, perencana, rekayasa
teknik sipil, dan lain sejenisnya adalah end-user. Nampaknya, masih
banyak diperlukan kepeloporan dan kerja-keras selama bertahun-tahun di
bidang-bidang elektronika, fisika, kimia, astronomi, penerbangan, space-
geodesy, mekanika, informatika, matematika, telekomunikasi, dan system
engineering untuk mendalami platform beserta sensor-sensor terkait
hingga dapat membangun ini semua secara bertahap secara konsisten
dalam jangka waktu yang panjang; terhindar dari sebutan komunitas yang
berprilaku data consumtif semata.

28. I Model Permukaan Dijital


Untuk perangkat lunak pengolah yang terkait perangkat keras
pengukurannya, sistem ini juga berfungsi sebagai pengintegrasi
(hingga terjadi integrasi antara data dinaensi horizontal [x,y] atau
[X.,(1)] dan vertikal [z] yang berasal dari sensor-sensor atau
perangkat yang berbeda), pemberi koreksi (data hasil kalibrasi
kecepatan perambatan gelombang di dalam media yang
bersangkutan, data hasil prosedur barcheck [terutama pada kasus
perangkat ukur echo-sounder] data beberapa offset posisi sensor,
dan kondisi aktual platform terkait setiap saatnya [pitch, roll,
yaw] akan dihitung sehingga menghasilkan data horizontal dan
vertikal yang terkoreksi), dan pem-filter data (membuang data
yang dianggap `buruk' [tidal( akan digunakan di dalam proses
adjustment untuk menghasilkan posisi titik definitif]). Setelah itu,
data titik-titik DTM-nya dianggap sudah benar (definitif), sistem
ini dapat segera mengksport-nya ke dalam format tiga-kolom
(x,y,z) atau (X,O,z) file teks ASCII (atau lembar kerja semacam
Ms. Excel), atau bahkan boleh saja langsung melakukan proses-
proses gridding, contoring, dan beberapa analis Iainnya
(mengkonversikannya ke format raster-grid, membuat viewshed,
menghitung volume galian dan timbunan, menggambarkan profil
melintang dan memanjang, menganalisis line of sight, dan lain
sebagainya).

Jika pengguna telah mengekport data DTM ini, maka perangkat


lunak yang lain (yang fidak terikat pada perangkat pengukurannya)
juga dapat berperan dalam melakukan pemrosesan lanjut seperti di
atas (gridding, contouring, dan lain sebagainya); sebagai contoh
p dari perangkat lunak kelompok ini adalah Surfer, Global Mapper,
ArcView 3D Analysis, dan ER Mapper. Jumlah sistem seperti ini
jauh lebih banyak dari pada jenis yang pertama. Sistem yang
kebanyakan bersifat komersial ini dapat ditemui di pasaran.
Sementara itu pula, seiring dengan munculnya slogan keterbukaan
di dunia komputer dan perangkat lunak, sistem pengolahan DTM-

Bab 1 Overview Model Permukaan Dijital (DTM/DEM)


pun kedatangan beberapa sistem opensource yang cukup handal
dalam melakukan tugas-tugas tertentu (sebagai contoh adalah
QuickGrid & Surfit).

Model Permukaan Dijital


BAB

2
SURFER: PERANG KAT LUNAK

PENGOLAH DATA DTM

Golden Software Inc. merupakan sebuah institusi pengembang


perangkat lunak komersial yang berlokasi di Golden, Colorado,
Amerika Serikat. Perusahaan yang didirikan pada bulan Maret
tahun 1983 ini telah dirintis oleh Dan Smith (yang ketika itu masih
berstatus mahasiswa di jurusan teknik pertambangan di CSM 1) dan
Patrict Madison (yang ketika itu masih menjadi seorang intruktur
sains komputer di institusi akademis yang sama). Seiring dengan
kemajuan teknologi perangkat lunak dan perangkat keras, produk-
produk Golden Software Inc. terus berkembang hingga menjadi
salah satu diantara produk-produk papan atas di bidang scientific
graphics software.

Surfer merupakan produk perang lunak pertama (1985) milik


Golden Software Inc. Perangkat lunak yang pertama kali berjalan di
atas sistem operasi DOS ini terdiri dari beberapa modul

1
Colorado ,3chool of Mines.

Bab 2 Surfer. Perangkat Lunak Pengolah Data DTM


independent yang masing-masing terpisah 2 sesuai dengan
fungsionalitasnya. Untuk mengintegrasikannya, pada saat itu,
dibuatlah sebuah (executable program) modul user interface
(menu-utama) yang berfungsi sebagai perantara yang dapat
menjembatani pengguna dengan modul-modul tersebut. Setahun
kemudian, 1986, perusahaan yang sama juga telah meluncurkan
produk yang kedua, Grapher. Kemudian, secara berturut-turut,
dilanjutkan dengan MapViewer (1990), Didger (1996), Strater
(2004), dan seterusnya. Walaupun demikian, hingga sejauh ini,
Surfer baru mengalami major update pada tahun 1987 dan 1989
(ketika itu masih versi DOS), hingga akhirnya juga
diimplementasikannya dalam lingkungan sistem operasi Ms.
Windows pada tahun 19943

Meskipun bentuk masukan, keluaran, dan representasi DTM/DEM


(secara keseluruhan) sangat bervariasi sebagaimana telah diulas
pada bab sebelumnya masukan utama (data) Surfer adalah baris-
baris data diskrit yang diimplementasikan di dalam sebuah file teks
atau lernbar-kerja. Setiap bans data merepresentasikan koordinat
planimetris (absis dan ordinat) beserta sebuah field lainnya yang
akan dijadikan sebagai koordinat ketinggian (vertikal, elevation,
atau Z) titik sample yang diamati di lapangan. Representasi
DTM Surfer kebanyakan dalam bentuk (peta) garis-garis kontur
(beserta permukaan dan wireframe-nya) yang properties-nya dapat
di-customize dan dikombinasikan dengan layer(s) lainnya.
Sementara output-nya dapat disusun baik dalam bentuk hardcopy
maupun softcopy.

2 Keseluruhan program aplikai Surfer terbagi ke dalam beberapa modul


terpisah yang dapat dipanggil (dieksekusi) oleh menu atau berdiri sendiri.
Modul-modul tersebut diantaranya adalah: Surfer.Exe, Surf.Exe, Grid.Exe,
PIot.Exe, dan lain sebagainya.
3 Versi pertama yang berjalan pada platform sistem operasi Ms. Windows.

32 Model Permukaan Dijital


2.1 Kebutuhan Sistem
Sebelum benar-benar melakukan proses instalasi dan kemudian
menggunakan perangkat lunak Surfer pada sistem komputernya,
sebaiknya, setiap pengguna memperhatikan system requirements
yang disyaratkan untuk versi yang bersangkutan. Kebutuhan-
kebutuhan sistem 4 yang dimaksud diantaranya adalah:
a) Prosesor. Untuk menjalankan fungsi-fungsinya, Surfer
memerlukan prosesor pentium atau yang sejenisnya (compatible).
b) Sistem Operasi. Surfer dapat berjalan pada sistem komputer
dengan sistem Operasi Ms. Windows g8, Me, 2000, XP, atau yang
lebih baru lagi. Khusus sistem operasi Ms. Windows 95 dan NT,
keduanya tidak secara khusus dikecualikan tetapi memang sudah
tidak didukung.
c) Resolusi Monitor. Surfer dalam menjalankan fungsinya
memerlukan resolusi monitor dengan ketentuan minimal 800x600
piksel atau yang lebih baik lagi. Sementara untuk
penggambarannya, diperlukan (paling sedikit) 256 warna.
d) Ruang penyimpanan. Surfer memerlukan ruang penyimpanan
untuk program dan data-data terkait sekitar 20 Mb plus 13 Mb
tambahan.
e) RAM. Untuk data yang sederhana, Surfer memerlukan paling
sedikit memori RAM 32 Mb. Sementara untuk mendukung
pengelolaan dengan volume data yang besar seperti halnya bitmap
besar dan permukaan tiga dimensi, pengguna sangat disarankan
untuk menyediakan memori sebesar 128 Mb ke atas untuk RAM-
nya.
f) Hardcopy Output. Untuk mendapatkan hasil cetakan produk
(output) Surfer, sistem komputernya perlu dilengkapi dengan
perangkat printer atau plotter yang didukung oleh Ms. Windows.

4 System requiremets akan berkembang sesuai dengan versi perangkat


lunak yang bersangkutan.

Bab 2 Surfer. Perangkat Lunak Pengolah Data DTM I 33


2.2 Proses Instalasi
Setelah yakin bahwa sistem komputernya telah memenuhi system
requirements-nya, pengguna dapat segera melakukan proses instalasi 5
perangkat lunak Surfer dengan langkah-langkah berikut:
a) Setelah CD terkait dimasukkan ke dalam player-nya (CD ROM),
maka pada umumnya, program aplikasi (autorun) yang bersangkutan
secara otomatis akan memunculkan kotak dialog "Setup Options".
b) Pada kondisi ini, untuk melakukan instalasi program aplikasi
Surfer, pengguna hanya perlu menekan (meng-klik) pilihan yang
terletak paling atas - "Install Surfer". Setelah itu akan muncul seri
kotak dialog "Surfer - InstallShield Wizard".
c) Sementara itu, pada kasus dimana beberapa saat setelah CD
dimasukkan tetapi kotak dialog "Setup Options" tidak muncul secara
otomatis, pengguna dapat secara langsung men-doubleclick file
"SetUp.Exe" yang terdapat di dalam root directory CD installer yang
bersangkutan hingga muncul seri kotak dialog "Surfer - InstallShield
Wizard".
d) Langkah-langkah detil instalasi ini dapat dilakukan dengan mengikuti
petunjuk yang terdapat di dalam seri kotak dialog "Surfer
-InstallShield Wizard" - dengan menentukan nama (sub) direktori
dimana surfer akan diletakkan dan menekan tombol "Next" sesuai
kebutuhan, dan akhirnya diselesaikan dengan penekanan tombol
"Finish". Proses ini akan berlangsung dengan singkat.

2.3 Features MIlik Surfer


Surfer merupakan suatu paket program perangkat lunak aplikasi
pembuatan kontur dan pemetaan permukaan tiga dimensi yang pada
saat ini berjalan pada sistem operasi Ms. Windows. Perangkat lunak ini
dapat dengan mudah dan cepat dalam mengkonversikan

5
Hasil proses instalasi juga dapat diikuti, jika perlu, dengan proses setting
pada file "Surfer.lni" yang terdapat pada (sub) direktori program terkait.

3ik I Model Permukaan Dijital


data-data 3D milik pengguna ke dalam bentuk-bentuk yang sangat
indah dan bervariasi: (1) garis-garis kontur; (2) permukaan solid;
(3) permukaan wireframed; (4) vektor; (5) image; (6) relief
(bayangan); dan (7) post maps. Dengan menggunakan Surfer,
sebenarnya, banyak aspek peta yang dapat di-customized untuk
menghasilkan bentuk-bentuk presentasi yang diinginkan.
Sehubungan dengan hal ini, maka berikut adalah beberapa features
perangkat lunak Surfer yang telah diduk - ung oleh berbagai
fungsionalitasnya:
q Membuat Peta Kontur. Peta-peta kontur Surfer dibuat sedemikian
rupa hingga memungldrikan setiap penggunanya untuk memanipulasi
semua parameter peta yang bersangkutan. Pemakai bisa menerima
pilihan default cerdas milik Surfer secara otomatis ketika membuat
peta kontur; atau men-double-click-nya untuk memodifikasi unsur-
unsur yang diperlukan. Selain itu, pengguna juga dimungkinkan untuk
menampilkan peta kontur dengan jangkauan dan interval tertentu, atau
bahkan kontur dengan nilai ketinggian tertentu saja. Setelah itu,
pemakai juga dapat rnemberikan warna isian (baik skala keabuan
maupun warna-warna tertentu secara individu) pada area yang terdapat
diantara garis-garis kontur untuk menghasilkan tampilan-tampilan
yang sangat menarik (dazzling) pada petanya.

Gambar 2.1: Contoh Tampilan Peta-Peta Kontur Polos, Skala Keabuan, dan Berwarna

q Membuat Peta Permukaan (3D). Sebagai produk yang berciri khas,


peta-peta permukaan 3 dimensi buatan Surfer melibatkan bayangan
(shading) dan warna untuk menekankan unsur-unsur yang

Bab 2 Surfer. Perangkat Lunak Pengolah Data DTM


terkandung (implisit) di dalam datanya. Untuk memberikan tampilan
dengan memperhatikan aspek-aspek lainnya, Surfer juga
memungkinkan setiap pemakainya untuk merubah parameter-
parameter pencahayaan (lighting) dan sudut-sudut pandang (display
angle dan tilt) dengan cara meng-click-kan tombol mouse-nya.
Sementara itu, tampilan overlay beberapa peta permukaan-pun
dimungkinkan untuk membentuk suatu komposisi informasi spasial
yang iebih impresif.

Gambar 2.2: Contoh Tampilan Peta Permukaan 3 Dimensi & Skala Warnanya
(Legenda)

q Membuat Peta Wirefrarne 3D. Surfer mampu membuat peta


wireframe 3D dari data hasil pengukuran pengguna untuk
memberikan tampilan tiga dimensi yang sangat mengesankan. Selain
itu, untuk memenuhi kebutuhan spesifik pengguna, Surfer juga
menyediakan features yang memungkinkan pemakaian: (1) zone
warna; (2) penyekalaan tampilan, X,Y,Z yang masing-masing
independent; (3) tampilan proyeksi ortografik atau perspektif; (4)
merubah sudut-sudut pandang dan ketinggian sehingga tanapilan
wireframe dapat diputar bila dilihat dari beberapa sudut; (5)
menentukan pilihan garis-garis wireframe (X, Y, dan atau Kontur [Z])
yang akan ditampilkan secara individual; dan (6) pengguna juga
dimungkinkan untuk meletakkan (men-drape-kan) peta kontur
berwarna di atas wireframe.

Model Permukaan Dijital


Gambar 2.3: Contoh Tampilan Peta Wireframe 3D: Kontur (Z) dan Planimetris (X dan Y)

q Membuat Peta Vektor. Surfer dapat membuat peta-peta (simbol anak


panah) vektor yang memperlihatkan besar dan arah data di titik-titik
yang bersangkutan di atas petanya. Pengguna dapat membuat peta
vektor seperti ini berdasarkan informasi yang terdapat di dalam sebuah
grid atau dua grid yang terpisah. Kedua komponen peta vektor ini
besar dan arah secara otomatis akan dibuat dari sebuah grid dengan
cara menghitung gradien permukaan yang bersangkutan.
7

5-

9-

3-

2-

Gambar 2A: Contoh Tampilan Peta Peta Vektor Surfer

Bab 2 Surfer. Perangkat Lunak Pengolah Data DTM


u Membaca berbagai data DEM. Peta-peta citra Surfer
menggunakan warna-warna yang berbeda di dalam menyajikan
informasi ketinggian di dalam file (raster) grid-nya. Selain itu, Surfer
juga bisa secara langsung membaca dan kemudian menampilkan data-
data yang berasal dari DTM atau raster-grid (DEM) lainnya yang
telah diimplementasikan (oleh perangkat lunak lainnya) ke dalam
format-format: GRD (Surfer), DEM (USGS6), DDF (SDTS), HDR
(Gtopo3o), dan DTED (*.dt*). DTM seperti ini dapat diasumsikan
setingkat (dapat diperlakukan sama) dengan file hasil proses
gridding (*.GRD) Surfer sendiri.

Gambar 2.5: Contoh


Tampilan Permukaan
3D (Surface) dari DEM
Format USGS (*.DEM)

q Membuat Peta Relief. Surfer juga berkemampuan untuk membuat


sebuah tampilan peta relief dari sebuah file grid (*.grd) hasil proses
gridding atau bahkan dari file DEM format USGS (*.DEM). Tampilan
peta ini menggunakan wama-warna yang berbeda untuk menandai
gradien dan arah permukaan relatif terhadap arah sumber cahaya yang
didefinisikan oleh pengguna.

6
Format sebelum SDTS.

Model Permukaan Dijital


Gambar 2.6: Contoh
Tampilan Peta Relief
dari DEM Format USGS
(*.DEM)

q Membuat Peta Posisi. Peta posisi post map


adalah sebuah peta yang menggambarkan simbol-
simbol lokasi-lokasi planimetris (absis, ordinat)
titik-titik data berikut sebuah labelnya yang
diperlukan. Sajian ini sangat berguna dalam
memberikan gambaran visual mengenai distribusi
atau sebaran data yang bersangkutan di dunia
nyata. Untuk membuatnya dengan menggunakan
Surfer, pengguna hanya perlu menyediakan suatu
file yang berisi koordinat-koordinat planimetris
beserta sebuah field label yang diperlukan.
70 52 75 50 75 45

-
-g t _

Gambar 2.7: Contoh


25
Tampilan Peta Posisi
(Post Map) Beserta Peta Kontur Hasil Interpolasinya

Bab 2 Surfer: Perangkat Lunak Pengolah Data DTM 39


Menampilkan Peta Dasar. Untuk memberikan gambaran mengenai
konteks lokasi dimana tempat peta hasil olahan Surfer, perangkat
lunak ini juga bisa meng-import peta-peta lainnya yang berfungsi
sebagai peta dasar. Peta dasar ini dapat diimplementasikan dalam
berbagai format (baik raster maupun vektor): DXF, BLN, WMF,
DLG, SHP, MIF, dan lain sebagainya. Setelah peta dasar ini di-
import, pengguna dapat mengkombinasikannya (meng-overlay-kan)
dengan peta-peta lainnya (produk olahan Surfer).

Gambar 2.8: Contoh Tampilan Peta Dasar Yang Di-overlay-kan Dengan Peta Kontur
Produk Surfer

q Meng-overlay-kan Peta. Surfer memungkinkan para penggunanya


untuk meng-overlay-kan beberapa peta produknya secara bersamaan:
contour, wireframe, vector, base, dan post map. Sebagai contoh,
berikut adalah overlay lapisan peta kontur dan data di atas peta
wireframe (dan permukaan) di dalam sebuah tampilan merupakan
suatu bentuk relaitas 3D yang sangat mengesankan.

Model Permukaan Dijital


Gambar 2.9: Contoh Tampilan Overlay Beberapa Peta Produk Surfer: Surface, Post,
dan Contour

o Melakukan Gridding. Untuk data x,y,z (raw data) yang menjadi


masukannya, Surfer memiliki beberapa metode gridding yang
memungkinkan pembuatan kontur, wireframe, vektor, citra, dan
relief yang akurat. Data ini bisa saja tersebar secara acak di atas peta
(sesuai lokasinya di lapangan), tetapi kemudian metode gridding
Surfer akan menginteipolasikannya ke dalam bentuk-bentuk grid
dengan interval-interval tertentu yang dapat di-set sendiri oleh
pengguna.

Gambar 2.10: Contoh Tampilan Sebaran Titik Data & Titik Grid

Bab 2 Surfer Perangkat Lunak Pengolah Data DTM


q Menggunakan Pemodelan Variogram. Dengan bantuan Surfer,
pengguna juga dapat memakai subsistem pemodelan variogram yang
tersedia untuk menaksir secara kuantitatif kontinyuitas spasial
datanya. Subsistem variogram yang disediakan Surfer dapat
dimanfaatkan untuk memilih secara optimal mengenai model yang
paling sesuai pada saat proses gridding yang memakai algoritma
Kriging. Surfer menggunakan sebuah grid variogram sebagai dasar
representasi data internal; sekali saja grid ini dibuat, variogram
eksperimental terkait bisa dihitung dengan cepat.

Lag Distance

Gambar 2.11: Contoh Tampilan Grafik Variogram Vs. Lag Distance

q Mendefinisikan Faults dan Breaklines pada saat proses


Gridding. Untuk mengakomodasi fenomena-fenomena alamiah
yang tidak jarang terjadi (kasus kusus), Surfer juga memungkinkan

42 I Model Permukaan Dijital


bagi setiap penggunanya untuk mendefinisikan fenomenafauits7
dan breaklines8 pada saat proses gridding berlangsung.

Gambar 2.12: Contoh Tampilan Kemungkinan Fault atau Breaklines

Faults (patahan) implementasi di dalam Surfer adalah sebuah file blanking


dua dimensi yang mendefinisikan sebuah garis yang akan bertindak sebagai
suatu barrier bagi aliran informasi ketika proses gridding tiba. Dengan
demikian, ketika proses gridding, data yang berada di suatu sisi fault tidak
secara langsung digunakan untuk menghitung node (titik) grid yang berada di
sisi lain fault tersebut.
8 Breaklines menurut terminologi Surfer merupakan file blanking tiga dimensi

yang mendefinisikan sebuah garis dengan nilai-nilai X,Y,Z di setiap


verteksnya. Ketika algoritma gridding melihat sebuah breakline, algoritma ini
akan menghitung nilai Z titik yang terdekat di sepanjang breakline yang
bersangkutan, dan menggunakan nilai-nilai ini untuk dikombinasikan dengan
data titik-titik yang berdekatan untuk menghitung nilai titik (node) grid.
Walaupun demikian, tidak seperti faults, breaklines bukanlah suatu barrier
bagi aliran informasi sehingga algoritma gridding dapat melintasinya untuk
menggunakan data titik-titik yang berada di sisi lain breakline yang
bersangkutan.

Bab 2 Surfer. Perangkat Lunak Pengolah Data DTM


q Features Iainnya :(1) Surfer dapat membaca secara langsung dan
kemudian menampilkan DEM/DTM produk USGS baik format raster-
grid (*.DEM) maupun vektor SDTS (*.DDF) beserta deskripsinya,
DTM USGS ini akan setingkat dengan file grid Surfer; (2) Surfer dapat
digunakan untuk mendefinisikan file batas-batas (pada umumnya
sebagai file BLN) yang kemudian dapat disertakan di dalam proses
gridding; (3) Surfer menyediakan pemrograman bahasa script (GS
Scripter) yang dapat dikombinasikan dengan bahasa pemrograman
komputer (VB, Delphi, C++, dan Perl) di dalam sebuah aplikasi; (4)
Surfer dilengkapi dengan banyak fungsional9 di dalam mengolah
lembar kerja; (5) Surfer dilengkapi dengan object manager yang dapat
menyederhanakan proses editing objek-objek yang tergabung di dalam
sebuah dokumen; (6) Surfer dapat mengeksport file-filenya ke dalam
format: WMF, CLP, DXF, CGM, TIF, BMP, JPG, TGA, PNG, PCX,
DCX, WPG, PCT, SHP, BNA, dan BLN.

Text
z:.;: Color Scale
Map

E "-Ed Z Axis

.El"+"" Right Axis

01-11-1 Left Axis

EIH Top Axis


Gambar 2.13: Contoh Tampilan Object Manager

9
Surfer dapat mengolah lembar kerja hingga 5 juta bads, meng-import dan
menuliskan data fire lembar kerja yang ber-ekstensi DAT, TXT, SLK, XLS,
WKx, WRx, CSV, BNA, dan BLN, menghitung statistik data, transformasi
data dengan menggunakan fungsi matematis, mengurutkan, dan mencetak
data.

44 Model Permukaan IDijital


BAB

3
PERTAMA KALI MENGGUNAKAN

APLI KAS I SURFER

Bagi seorang pemula, tentu saja, keseluruhan fungsionalitas dan


features milik Surfer belum dapat dikuasai. Tidak mudah untuk
menguasai sesuatu secara install. Oleh karena itu, kebanyakan
pengguna pada saat pertama kali mengenalnya, hanya menguasai
fungsionalitasnya secara umum. Tidak masalah, karena memang
itulah yang terjadi. Sehubungan dengan hal ini, pada bab ini akan
diuraikan materi-materi yang diperlukan oleh setiap pengguna yang
barn' mengenal perangkat lunak Surfer.

3.1 Membuka & Menutup Surfer


Bagi seorang pemula2 sekalipun, setelah program aplikasi Surfer
diinstalasi pada sistem komputernya, untuk mengoperasikan

Sementara bagi pengguna yang tidak tergolong sebagai pemula, is dapat


secara langsung melewati bab ini dan beralih pada bab-bab selanjutnya.
2
13agi pemula (yang sama sekali belum pernah menggunakan aplikasi Surfer),
sebaiknya, bab ini tidak dilewatkan begitu saja. Sementara bagi yang sud0
berpengalaman, bab ini bisa dilompati.

Bab 3 Pertama kali Menggunakan Aplikasi Surfer


perangkat lunak ini adalah sangat sangat mudah. Hanya diperlukan
beberapa menit saja untuk menyelesaikan tahap awal. Di dalam
waktu yang sangat singkat ini is dapat menjalankan langkah-
langkah awal yang penting membuka dan kemudian menutup
(mengakhiri) program aplikasi Surfer.

Berikut adalah contoh tampilan layar monitor (user-interface atau


semacam integrated development environment) setelah program
aplikasi Surfer untuk pertamakalinya dieksekusi melalui pemanggilan
menu "Start Programs Golden Software Surfer i Surfer".

D o k urn en Aktif
F i l e E d i t Vi e w D ra w A r ra n * , . ri d M ap Wi n dow H el p

Pbtl
klenubar -3
11-2 1 2
111,141,1,I,'1,11.1.1 il -1I,111,.1,11,

Rulers

P,Ige Outline

Plot 11iud

Gambar 3.1: Contoh Tampilan Awal (Default) Aplikasi Surfer

46 I Model Permukaan Dijital


Seperti yang terlihat pada gambar di atas, secara umum, Surfer
langsung memunculkan dokumen baru/kosong dengan tipe
(dokumen) plot (dengan nama "plot.") sebagai default. Untuk
menutup dokumen ini, pengguna hanya perlu menggunakan menu
"File Close"; clan untuk menyimpan segala perubahan yang
dilakukan atas dokumen tersebut, tekan tombol "Yes", dan tekan
tombol "No" untuk tidak menyimpan perubahan yang terjadi.
Sementara itu, untuk membuka sebuah dokumen plot yag barn,
pengguna hanya perlu memakai menu "File INew", kemudian
pilihlah (klik) "Plot Document" dan tekan tombol "OK" pada kotak
dialog "New" yang muncul. Akhirnya, jika pengguna ingin
mengakhiri segala aktivitasnya yang berkenaan dengan aplikasi
Surfer, is perlu menggunakan menu "File I Exit".

3.2 Dokumen Lembar Kerja


Seperti halnya aplikasi-aplikasi perangkat lunak yang lain, Surfer
juga memiliki tipe-tipe dokumen yang khas lembar kerja. Pada
umumnya, tipe dokumen Surfer ini digunakan untuk memasukkan
data koordinat-koordinat (x,y,z) yang akan diproses lebih lanjut.
Jika tipe dokumen ini aktif (clicked), maka Surfer akan
menampilkan user-interface yang sedikit berbeda dengan menu
milik tipe dokumen plot. Setiap pengguna dapat dengan mudah
menampilkan tipe dokumen ini dengan menggunakan cara yang
sama sebagaimana menampilkan dokumen bare tipe plot di atas.
Hanya saja, ketika muncul kotak dialog "New", yang dipilih adalah
"Worksheet" (lembar kerja).
I

Bab 3 Pertama kali Menggunakan Aplikasi Surfer


Gambar 3.2: Contoh Tampilan Dokumen Tipe Lembar Kerja Milik Surfer

3.3 Menampilkan Data/Informasi


Ketinggian
Apapun metode pengukuran yang ditempuh oleh pengguna untuk
mendapatkan data atau informasi ketinggian definitifnya, aplikasi
Surfer hanya memerlukan tiga field (item) informasi saja: koordinat
planimetris (absis, ordinat) beserta (model) ketinggiannya (z).
Ketiga item informasi spasial ini dapat dituliskan dalam bentuk
dijital dengan bantuan perangkat lunak pengolah kata atau lembar
kerja yang cukup sederhana seperti halnya notepad, wordpad, atau
bahkan Ms. Excel. Format penulisannya dapat dimulai oleh sebaris
header yang berisi tiga konstanta string yang masing-masing
merepresentasikan nama item yang bersangkutan, kemudian diikuti
oleh baris-demi-baris data dengan urutan yang sesuai dengan nama
item pada header-nya. Atau, pengguna bisa secara langsung
mengetikkan datanya baris-demi-

48 Model Permukaan Dijital


bans (x, y, z) tanpa harus terlebih dahulu mengetikkan header-nya.
Setelah selesai, pengguna dapat menyimpan baris-baris data
koordinat ini ke dalam file teks baik dengan el stensi file *.dat,
maupun *.xls.

Untuk menampilkan baris-baris data koordinat ini, pada kondisi


aplikasi Surfer baru diaktifkan 3, pengguna hanya perlu memakai
menu "File I Open". Kemudian, pada kotak dialog "Open" yang
baru muncul (khususnya listbox "Files of type"), is dapat
menentukan tipe file data tersebut cliimplementasikan: [1] Golden
software data (*.dat); [2] Excel spreadsheet (*.xls); atau [3] ASCII
data (*.txt). Setelah ditentukan tipe filenya, pengguna memiliki
kebebasan dalam menentukan (sub-direktori) lokasi di mana file
tersebut berada.

ormat Data Window Help


[7

Gambar 3.3: Contoh Tampilan Data (sample) untuk Surfer

3
Pada kond:si ini, tampilannya akan nampak seperti gambar 3.1.

Bab 3 Pertama kali Menggunakan Aplikasi Surfer


3.4 Menampilkan File Grid
Sebagai kelanjutan dari tampilan data mentahnya (*.DAT),
pengguna juga dapat menampilkan file grid yang merupakan hasil
proses gridding perangkat lunak Surfer yang dimasukkannya.
Sehubungan dengan hal ini, pada kondisi awal (lihat gambar 3.1),
pengguna dapat menampilkan dokumen tipe grid dengan memakai
menu "File' Open"; dan pada saat muneul kotak dialog "Open", pilih
file yang berekstensi *.GRD.

rt. Surfer fDEMOGRID.GRD1 D okmn en aktif

Rio File View gptions Window Help ff X


.

X:0 Y: 0 2. '90 7'12203979492


++ ++++++++++++ ++++++ ++ +
++++++++ +++++++++++ +
+++++ + +++ ++ + + + NrZtleS+ + +
+ + ++ + + ++ ++++
,+ ++ + + ++ ++++ +
'+ + ++ + + + ++ ++++
+ + t+ +++ + +++ ++++
+ + +++++ ++ + ++ + + +++
++++ +++++ + + + + +++++++
++4 +++ + + + ++++++ ++ +
+++ ++ + + + ++ + +++ +
+++ +++++ + + + +++ + +++ +

Gambar 3.4: Contoh Tampilan File Grid Surfer

3.5 Menampilkan Peta Kontur


Sebagai kelanjutan langkah-langkah awal di alas, juga dalam
rangka mengekplorasi Surfer, pengguna dapat segera melompat
ke tahap berikutnya untuk melihat peta kontur yang telah dibuat
sebagai demo peta kontur adalah produk Surfer yang

Model Permukaan Dijital


representatif. Pada kondisi awal4, untuk menampilkan peta kontur,
pengguna hanya perlu memakai menu "MaplContour Map New
Contour Map". Kemudian, pada saat muncul kotak dialog "Open Grid",
arahkan pointer file ke sub-direktori di mana nama-nama filenya
(secara default *.GRD)5 bisa ditampilkan dalam bentuk kontur.

Pile Edit View Draw Arrange Grid Map Window Help

-..OH-H Right Axis


.-.]]-H Left Axis
g. Top Axis
1:11H Bottom Axis

Map: Contours 11.73 cm. 12.34 cm ,12.47 cm x 16.05 Cril 4

Gambar 3.5: Contoh Tampilan Peta Kontur di dalam Surfer

3.6 User-interface
Seperti nampak pada tampilan gambar 3.3, 3.4, dan 3.5, aplikasi
I
Surfer memiliki komponen user interfaces yang berbeda untuk

4 Pada kondisi ini, tampilannya akan nampak seperti gambar 3.1. Pada
kondisi seperti gambar 3.2 (yang aktif bukan dokumen plot, tetapi sheet),
pengguna perlu terlebih dahulu mengaktifkan (memperbesar) dokumen
plot-nya, atau menon-aktifkan (mengecilkan) child window sheet-nya.
5
File masukan yang diperlukan oleh aplikasi Surfer untuk menampilkan peta
kontur adalah yang berekstensi *.GRD, *.DEM, *.HDR, *.DDF, *.DTO, *.DT1,
dan *.DT2.
6 Dalam pengertian sederhana menubar, atau toolbars.

Bab 3 Pertama kali Menggunakan Aplikasi Surfer


setiap tipe dokumennya. Keaktifan dokumen tipe plot ini akan
banyak memunculkan bentuk (komponen) user-interface.
Sementara dokumen-dokumen Surfer tipe lembar kerja dan grid
memiliki komponen user-interface yang lebih sedikit. Walaupun
demikian, setiap pengguna dapat mengenali dan kemudian
mencoba segala fungsionalitas yang terkait dengan perangkat
lunak Surfer melalui komponen-komponen user-inteiface yang
muncul.

3.6.1 Menubar
Diantara tipe-tipe dokumen Surfer, plot memiliki komponen user-
interface dengan jumlah paling besar. Ten tu saja hal ini sangat
terkait dengan segala fungsionalitas yang clisediakan aplikasi Surfer
untuk analisis, evaluasi, dan presentasi tipe dokumen hasil proses
gridding (*.GRD) yang telah dilakukan sebelumnya dan disajikan di
dalam dokumen tipe plot. Sehubungan dengan ini, berikut adalah
menu-menu yang terkait dengan keaktifan dokumen tipe plot.
arrange Eal
Order Objects Data. C on to u r Ma p Contents
Variogram E as e Ma p.. . Ea st Tutorial
Order Overlay Function... M ap Im ag e Menu Commands
Math., . M ap ... S ha de d
Align Objects Calculus,. , R el ie f M ap ,..: Automation Help
V ec to r Ma p
Filter. , Spine Check for Update
Wi re fr a me ...
6; eak Smooth... Golden Software on the Web
S u rf ac e. ,.
Blank... Feedback
Convert.Extract
... Transform...
Mosaic, ..
13
Maps.
Overlay Kfies
Volume, .. Break Anat. yerle
Slice...
Residuals..,

Grid Node Editor, .,

G a r n h a r 3 . 6 a : C o n t o h T a m p l l a n M e n u S u r f e r P a d a S a a t A k t if D o k u m e n T i p e Plot

Model Permukaan Dijital


Ed_

Ctrl+N 1 Text
Ctrl+O I Car, l'... R.,7-1-_. Page !I Polygon
Close 1 Actual Size ! PolyLjne
,., -
:71::'!+:' !!
Ctrl+S Full Screen : Simbol
Save Zoom l' : Rectangle
Paste Ctrl+V '
Save As... Pan Realtime Rounded Rect
Import...'j Paste 2pecial... i ! Elapse
Export... Delece De, i Redraw F5 i__:.
- . .. ... ... _ ... .... . _
! v. Auto Redraw
Page Setup,. . Select Al/ Ctri+A
New Window
Print... Ctrl+P i L:-...,,..!.. ,. ' 40 Rulers
, Cascade
Invert Selection ', Drawing Grid
Preferences... ________. . Tile Horizontal
Toolbars,,,
Tile Vertical
Exit v Status Bar
Arrange Icons
y, Object Manager
. 1 Plotl

Gambar 3.6b: Contoh Tampilan Menu Surfer Pada Saat Aktif


Dokumen "ripe Plot

3.6.2 Toolbar
Sebagai pelengkap komponen user-interface menubar, berikut
adalah toolbar (main, drawing, map) yang terkait dengan keaktifan
dokumen tipe plot di dalam lingkungan pengembangan perangkat
lunak Surfer.

Bab 3 P e r ta m a k a li Me ng g una k a n A p l ik a si Surfer


New Worksheet

New

Save Print Copy Undo Object Manager

Zoom Realtime

Pan Realtime Symbol


Zoom In 3D Trackball Ilipse
Zoom Red Polygon Round Rectangle

Wireframe Map

Base Map 42 3D Surface


0

Contour Map 1-Grid Vector Map


Classed Post Map Image Map

Shaded Relief Maps


Garnbar 3.7: Contoh Tampilan 3 Toolbar Surfer Pada Saat Aktif Dokumen Tipe Plot

3.7 File SRF Surfer


Ketika pengguna telah selesai menyusun sebuah layout peta atau
drawing bisa terdiri dari berbagai jenis peta produk aplikasi
Surfer di dalam dokumen (window) tipe plot, is dapat
menyirnpan komposisi ini sebagai file SRF. File ttniggal ini akan
berisi semua komponen informasi (skala, format, beserta
properties lainnya) yang diperlukan untuk membuat layout yang

4I Model Permukaan Dijital


bersangkutan. Pengguna dapat membuat file ini dengan memakai
menu "File I Save" atau "File I Save As", kemudian pada list box
"Save as type"-nya, tentukanlah "Surfer files (*.srf)" sebelum
menentukan nama file yang menjadi output-nya. Sebaliknya,
pengguna juga dapat melihat contoh-contoh file jenis ini yang
terdapat di dalam sub-direktori samples yang tersedia dengan
memakai menu "File I Open". Sebagai ilustrasi, berikut adalah
beberapa diantaranya:

Er'..-1-rArb:-. PrersuteP*II-e ..
Aaff!,_,TempErdurEs
p,, ~ ..
..-.:c inthe Nprti-ern 1-Irn;iti,,,

-
:c-4.- iu.
4 F '4 , --,,;Q
-
:37- ,, ;,i...r, h ,
,* tf41 ri, .
\ 4
.4
--- \
);:t" ti

.,.. \ 4-4. i 1-
$ i 7.
..
)1". 6 S k 4'
,,,,,,,, , '--.
- inlvtrailre A:
rk 1 -' 1.41
A
. Valli:41Hk,',
.

A `47., .,

Gambar 3.8: Contoh Tampilan File Surfer (*.SRF)

I
3.8 Fasilitas Help
Untuk mendapatkan keterangan atau deskripsi lengkap yang
terkait dengan segala fungsionalitas dan terminologi yang
digunakan oleh Surfer, Golden software telah menyediakan
online help lihat menu yang terdapat pada gambar 3.6a. Menu
"Help I Contents" dapat dimanfaatkan oleh pengguna untuk
mendapatkan keterangan mengenai bagaimana cara memperoleh
bantuan dari online help (menu), website Golden Software Inc.
(browsing Internet), atau via email.

Bab 3 Pertama kali Menggunakan Aplikasi Surfer


Menu "Help 'Tutorial" dapat digunakan oleh pemakai untuk
mendapatkan online tutorial yang memberikan materi introduksi
mengenai features yang dimiliki oleh Surfer. Menu "Help I Menu
Commands" bisa dimanfaatkan oleh pemakai untuk mendapatkan
informasi mengenai perintah-perintah (sub-menu) yang terkait
dengan dokumen aktif (plot, grid, dan lembar kerja). Menu "Help
lAutomation Help" dapat dimanfaatkan oleh pengguna untuk
mendapatkan gambaran mengenai hirarki atau struktur objek yang
dimiliki oleh Surfer. Menu "Help I Check for update" dapat
digunakan oleh user Surfer untuk via koneksi internet secara
otomatis meng-update versi Surfer yang bersangkutan menjadi yang
terbaru.

urfer. Help .71_1)(1


Hide 8,,rr.Th Forward
0 ID Pr i nt Opti o ns F or um

Contents Index
Type in the keyword to
This tutorial is designed to introduce you to some of Surfer's
find:
features. We cannot cover all aspects of the program in a tutorial,
so this tutorial teaches the basics of Surfer. After you have
completed the tutorial, you should be able to begin creating your
grid *drawing own grids and maps.
grid blank
grid calculus
grid columns If you find you still have questions after you have completed the
grid convert tutorial, you should consider reviewing the material in the User's
i grid data Guide or accessing the rest of Surfer's extensive online help.
grid density Usually, the answers to your questions are found in these
grid divisions locations However, if you find you still have questions, do not
grid done notificatio hesitate to contact Golden Software's technical support. We are
grid extract happy to answer your questions before they become problems.
grid file
grid hle format

Lesson 1 - Creating an XYZ Data File shows you how to import a


data file and how to create a new data file.

Gambar 3.9: Contoh Tampilan Online Help Surfer

Model Permukaan Dijital


D A B

FILE-FILE DATA APLIKASI

SURFER

File data, bagi pengguna aplikasi Surfer, adalah suatu hal yang
mutlak keberadaannya. Melalui file masukan (awal) inilah kebutuhan
pengguna dapat dipenuhi oleh aplikasi Surfer secara tuntas. File ini
harus berisi informasi mengenai raw data atau berupa kumpulan
baris-baris koordinat definitif (absis, ordinat, dan "ketinggian") yang
merupakan representasi hasil pengukuran yang telah sebelumnya
dilakukan di lapangan. Dengan perangkat lunak seperti Surfer,
pengguna sangat berharap untuk dapat mentranformasikan hasil-hasil
pengukurannya yang banyak menggunakan resouce (waktu,
biaya, dan SDM) hingga sangat bernilai ke suatu bentuk atau
representasi lain yang dapat memberikan pengertian baru dan suatu
nilai tambah yang signifikan.
Pada dasarnya, file data seperti ini hanya berisi baris-baris koordinat
yang akan digunakan untuk membuat file grid. Setiap baris (titik)
data yang terdapat di dam file tersebut terdiri dare

Bab 4 File-file Data Aplikasi Surfer


tiga item (nilai): absis (X), ordinat (Y), dan "ketinggian" 1 (Z). Pada
setiap barisnya, penulisan nilai-nilai item ini secara konsisten
dipisahkan oleh karakter separator2. Nilai-nilai X dan Y ini akan
mendefinisikan posisi planimetris (2D) titik-titik hasil pengukuran
di atas peta; sementara koordinat Z-nya 3 mendefinisikan suatu nilai
atau besaran tertentu (sebagai contoh adalah ketinggian) yang
berlokasi di posisi planimetris tersebut. Surfer memungkinkan
penggunanya untuk menyisipkan banyak baris data di dalam suatu
file data. Jurnlah ini hanya dibatasi oleh memori komputernya.
Contoh yang umum untuk koordinat planimetris (XY) adalah bujur-
lintang, easting-northing koordinat suatu proyeksi peta atau
koordinat lokal; sementara koordinat Z-nya bisa berupa ketinggian
topografi, kedalaman permukaan air (pada kasus peta batimetri
pada bidang hidro-oseanografi), dan lain sebagainya.

4.1 Susunan Data


Sebagaimana telah disinggung pada bab sebelumnya, pengguna
dapat menampilkan bans bans datanya dengan menggunakan menu
"File I Open". Kemudian, pada saat muncul kotak dialog "Open",
pengguna perlu menentukan value yang terdapat pada list box
"Files of type" agar kotak dialog yang bersangkutan menampilkan
nama-nama file yang sesui dengan kebutuhan pengguna. Atau,
karena secara default kotak dialog "Open" menampilkan nama-
nama file yang tipenya dikenali oleh Surfer (list box "Files of type"
bernilai "All recognized types"), pengguna bisa langsung meng-
klik nama file data yang dibutuhkan.

1 Item atau field numerik yang nilai-nilainya akan diperlakukan (dimodelkan)


sebagaimana (nature) ketinggian permukaan bumi (terrain).
2 Pengguna, sebagai contoh, dapat menggunakan spasi atau koma sebagai
karakter separator. Yang penting, dengan keberadaan karakter ini, aplikasi
Surfer dapat mengenali (membaca) dengan benar item nilai-nilai
sebagaimana dimaksudkan oleh pengguna di dalam file data yang
bersangkutan.
3
Dengan demikian, implementasi dad nilai koordinat Z ini bisa apa saja, dan tidak
harus selalu nilai ketinggian permukaan bumi.

511, Model Permukaan Dijital


Setiap pengguna tidak perlu selalu
menempatkan atau menampilkan kembali baris-
baris datanya di dalam window lembar kerja
sebagai proses awal dalam menjalankan suatu
operasi yang memerlukan file-file data (seperti
halnya gridding). Setelah pengguna memilih
salah satu format file datanya, maka baris-baris
data yang bersangkutan di-load ke memori dan
kemudian ditampilkan di dalam sebuah window
lembar kerja internal4 Surfer. Jika pengguna
ingin secara langsung memeriksa, memanipulasi,
atau bahkan meng-edit baris-baris datanya dari
dalam aplikasi Surfer, inilah saat yang tepat.
Seperti terlihat pada tampilan contoh buis-baris
data yang sudah benar (sample), nilai-nilai
datanya (absis, ordinat, ketinggian) harus
terorganisasikan dalam bentuk baris dan kolom.
Secara default, Surfer mengharapkan data absis
terletak pada kolom A (pertama), ordinat pada
N am a file
data
1 Plan
7 imett i
_______ A IJ B
1,AlisisUtm rdinatUtw4Tekanan Ch T nub r Suhu
2 558834 48 9247819.44 76.00 1350.00f 74
00 27.00:
14 am a file
data
H
3
_A I C 13
isLon J,OrdinatLaticuhu Tekanan ih
105.53064T1 -.53460i
_____________________________ Tir a_ 27.00
3 76.0011350.00 74 00

kolom B (kedua), dan ketinggian pada kolom C


(ketiga). Walaupun demikian, urutan penulisan
nilai-nilai seperti ini tidak bersifat mutlak, atau
tidak terlalu penting, karena Surfer bisa
diperintahkan untuk mengubah urutan
pembacaan kolom nilai-nilai tersebut.
Gambar 4.1: Contoh Tampilan Isi File Data Dengan Urutan Kolom Yang Berbeda
4
Tampilannya sangat mirip dengan lembar kerja milik perangkat lunak Ms. Excel.

Bab 4 File-file Data Aplikasi Surfer 59


Sebagaimana terlihat pada contoh file data di atas (gambar 4.1),
bads-bads data (nilai-nilai numerik) basil pengamatan di lapangan
dapat disimpan di dalam kolom-kolom mana saja balk dengan
atau tanpa keterangan (judul kolom atau header) pada baris
pertamanya. Meskipun demikian, walaupun cukup membantu setiap
pengguna dalam memahami baris-baris datanya, sebenarnya,
header sama sekali tidak diperlukan oleh aplikasi Surfer. Selain itu,
sebagai feature tambahan, Surfer juga akan mengabaikan baris-
baris data yang tidak lengkap terdapat blank-cell pada salah satu
item yang diperlukan. Akibatnya, karena satu dan lain hal,
pengguna boleh saja menuliskan koordinat-koordinat planimetris
pada baris-baris datanya sementara item yang dijadikan Z-nya
dikosongkan. Meskipun demikian, baris-baris data yang tidak
lengkap ini akan diabaikan selama proses gridding.

File data Surfer boleh berisi hingga sejumlah besar cell, baris,
dan kolom data'. Pada file data ini, pengguna dapat memasukkan
segala informasi yang terkait dengan titik-titik datanya, baik tipe
string maupun numerik (seperti nomor pengenal, nama, alamat,
dan lain sebagainya). Pengguna dapat menentukan kolom tipe
numerik mana saja yang akan diperhitungkan di dalam proses
gridding. Dengan demikian, nilai-nilai absis, ordinat, dan
ketinggian dapat menempati kolom mana saja di dalam file
datanya. Selain itu, sebagaimana terlihat pada gambar 4.1, yang
paling penting adalah bahwa di dalam file data Surfer
dimungkinkan untuk berisi beberapa kolom atau item data
(misalnya "Tekanan" dan "Suhu") yang kemudian "dijadikan"
model ketinggian sehingga nantinya dapat dihasilkan beberapa
peta kontur, permukaan, dan profil dengan menggunakan
koordinat-koordinat planimetris yang sama. Sebagai tambahan,

5 Ukuranfile data yang dapat ditangani oleh Surfer sangat bergantung pada
memori (RAM) yang tersisa. Makin besar ukuran file datanya, makin
panjang waktu prosesnya. Menurut spesifikasi teknisnya (online help),
lembar kerja Surfer dapat terdiri dari (maksimal): 1 milyar bads, 1 milyar
kolom. Selain itu, menurut spesifikasi yang sama, Surfer memiliki presisi
numerik 15 dijit, resolusi numerik sebesar 2.22 E-16, nilai absolut
maksimum 1.79769E+308, dan nllai absolut minimum 2.22507E-308.

Model Permukaan Dijital


untuk memenuhi beberapa kebutuhan tampilan, pengguna juga
dimungkinkan untuk menambahkan beberapa kolom penunjang
tampilan. Sebagai contoh, pada saat menampilkan post map (peta
lokasi-lokasi titik di lapangan), setiap pengguna dapat memakai
nilai-nilai yang terdapat di dalam kolom-kolom lain untuk
menyatakan nama (nomor pengenal), kode simbol, dan sudut rotasi
yang diperlukan untuk merepresentasikan lokasi-lokasi yang
bersangkutan.

4.2 Format File Data


File data untuk Surfer bisa dibuat dengan beberapa cara: lembar
kerja & ASCII text editor milik Surfer sendiri, atau bahkan program
aplikasi lainnya yang format penulisannya didukung oleh Surfer.
Setiap pengguna, bergantung pada kondisinya, bebas memilih cara
yang paling mudah untuknya.
Recognized Types F o r m a t f i l e da t a
Grid Files rd,'.dem,'.hdr ddf '.dt0 dtl
4- I
Microsoft SYLK (x.slk)
Lotus 1-2.3 and Symphony rw??)
Comma Separated Variables rcsv}
ASCII Data (%.txt) Surfer supported
Golden Software Data (x. dat)
Atlas Boundary (x.bna)
Golden Software Blanking (x.bir-r)
A l l F i l e s ( -. 1

Gambar 4.2: Contoh Tampilan Format File Data Yang Didukung Surfer

Jika pengguna telah memutuskan bahwa pemilisan file datanya


akan dilakukan dengan memakai perangkat lunak di luar aplikasi
Surfer, maka is bisa melihat berbagai kemungkinan formatnya
(gambar 4.2). Jika ragu dengan format lainnya, sebaiknya
pengguna memilih format ASCII data (*.ixt) yang cukup
transparan dan sudah familiar. Selain itu, pengguna memiliki

Bab 4 File-tile Data Aplikasi Surfer


banyak pilihan perangkat lunale yang dapat menghasilkan file data
dalam format ini. Untuk menentukan format file datanya, pertama
kali, Surfer akan melihat ekstension (files of type) file yang
bersangkutan. Jika pengguna memaksakan nama file (terutama
dalam bentuk biner) yang tidak dikenali' oleh aplikasi Surfer, maka
perangkat lunak ini akan memunculkan kotak dialog "Import File
Types" yang akan meng-usulkan prosedur import bagi file yang
bersangkutan.

stat.out
File type not recognized!

Excel Spreadsheet (".xls)


Microsoft SYLK r.sk) Lotus
123 (VIKA) ('....41(4) Lotus
123 Cv,iK3)
Lotus 123 (WK1) (x.wk1)
Lotus 123 [V/KS) ['mks) Lotus
Symphony [WRK) rwrk) G amba r 4.3: C onto h
Ta mpi lan Ko tak Dial og
"Impo rt File Ty pes"

Walaupun demikian, jika file data yang tidak


dikenali tersebut diimplementasikan
dalam bentuk file ASCII (non-biner), aplikasi
Suffer tetap akan membacanya dan masih memberikan
kesempatan pada penggunanya untuk menafsirkan baris-baris
datanya dengan cara memunculkan kotak dialog "Data Import
Options", meskipun datanya sembarang (tidak terkait Surfer).

6 Mulai dari perangkat iunak word-processor yang torgolong besar hingga


text-editor yang tergolong kecil dan sederhana (termasuk sample/source-
code dari beberapa bahasa pemrograman dan yang open-source).
Hal ini bisa terjadi pada saat, pengguna menentukan files of type-nya sebagai
All files (*.*), dan kemudian is menentukan nama file yang berekstensi di luar
daftar terkait Surfer, atau ekstensinya dikenali sebagai format file data Surfer
tetapi isinya tidak sesuai dengan spesifikasi data Surfer.

Model Permukaan Dijital


Data Import Options

Delimiters Text Qualifiers - OK I


r Space f Coma "Double Quote'
r Tab fi Semicolon 'Single Quote'
Cancel

Other:

Skip leading spaces File ASCII


E :Treat consecutive delimiters 1.1.
Preview of file CAdate talAtikk ark' 1_1i file data 1

o n ! i h a n v
,
a ..,......o o. n...t o h //
d a t a ' i
y a n g : ; . a l a h
293 3931

Gambar 4.4: Contoh Tampilan Kotak Dialog "Data Import Options"

Sehubungan dengan hal di atas (lihat gambar 4.2 dan 4.3), maka
berikut adalah format file data yang didukung oleh Surfer:
q Ms. Excel Spreadsheet (*.xls): adalah file data Surfer yang dituliskan
dengan menggunakan format lembar kerja perangkat lunak aplikasi
Ms. Excel.
q Microsoft SYLK (*.slk): adalah file data Surfer yang dituliskan
dengan menggunakan format lembar kerja aplikasi Ms. SYLK
(symbolic link). File tipe ini akan mempertahankan informasi yang
terkait dengan pemformatan lembar-kerja khusus seperti halnya lebar
kolom dan tipe-tipe tampilan format nurneriknya. Meskipun

I
demildan, jika pengguna telah mengimplementasikan file datanya
dengan format tipe ini dan dengan menggunakan perangkat lunak
lain, maka bisa jadi lembar kerja yang bersangkutan akan berisi detil
informasi pemformatan tampilan yang tidak dikenali oleh Surfer.
q Lotus 123 (*.wk*): adalah file data Surfer yang dituliskan dengan
menggunakan format lembar kerja perangkat lunak aplikasi Lotus
123.

Bab 4 File-file Data Aplikasi Surfer

It
q Symphony (*.wr*): adalah file data Surfer yang dituliskan dengan
menggunakan format lembar kerja perangkat lunak aplikasi
Symphony.
q Comma separated variables (*.csv) atau comma delimited: adalah file
data (format file teks ASCII) Surfer yang dituliskan dengan
menggunakan karakter (tanda) koma sebagai tanpa pemisah
(separator) diantara nilai-nilainya pada setiap baris datanya. Format
ini, pada umumnya, merupakan salah satu pilihan pada sub-menu
"Export" atau "Save As" milik perangkat lunak pengolah kata atau
lembar kerja. Walaupun demikian, sebenarnya, format ini (comma
delimited) identiks dengan format milik Surfer sendiri (Golden
Software Data [*.dat]).
q ASCII Data (*.txt): adalah file data Surfer yang pada umumnya
dituliskan dengan menggunakan perangkat lunak apalikasi text editor,
word-processor, atau spreadsheet, dan kemudian disimpan di dalam
format file teks ASCII dengan nama ekstensi filenya "*.txt".
Sementara itu, untuk memisahkan nilai-nilai yang terdapat di dalam
setiap baris datanya, pengguna dapat memakai karakter spasi, tab,
atau koma (asal konsisten).
q Golden Software Data (*.dat): adalah file data Surfer yang dituliskan
dalam format file teks ASCII dan dengan ekstensi default *.dat. Untuk
memisahkan nilai-nilai yang terdapat di dalam setiap baris datanya
bisa digunakan karakter (tanda) koma, titik-koma, tab, atau spasi.
Selain dengan menggunakan window lembar kerja Surfer sendiri, file
ini bisa dibuat dengan menggunakan perangkat lunak lain seperti
halnya text editor, word-processor, atau spreadsheet.

GSI Data Export Options

Delimiter
I3K. . . ii
Tab r Semicolon
-
(4' Comma Space Cancel Gambar 4.5: Contoh
_3 Tampilan Kotak Dialog
Text Qualifier: I" [Double quote] Yang Memungkin User
Untuk Allemilih Tanda
Pemisah Antar Nilai

8 Gunakanlah perangkat lunak notapad untuk membaca dan melihat ini dari
beberapa file *.DAT (terutama yang berukuran relatif kecil) yang merupakan
sample milik Surfer.

Model Permukaan Dijital


4.3 Menggunakan Lembar Kerja Surfer
Seperti telah disinggung di muka, pengguna juga dapat
memanfaatkan Surfer untuk secara langsung merekam data hasil
pengukuran di lapangan koordinat planimetris dan ketinggian.
Pengguna dapat melakukan proses data entry ini dengan langkah-
langkah seperti berikut:
a Pada kondisi awal9, gunakan menu "Filel New" hingga muncul
kotak

dialog "New". Kemudian, pada kotak dialog yang bare muncul ini,
pilih (klik) "Workwheet" dan tekan tombol "OK".

q Setelah penekanan tombol "OK" di atas, maka Surfer akan


menampilkan window dokumen lembar kerjabo yang masih
kosong. Pengguna dapat segen memasukan nilai-nilai numerik
maupun string yang terkait dengan file data yang bersangkutan
di dalam active-cell.
q Setelah semua atau sebagian datanya dimasukkan ke dalam window
lembar kerja, maka pengguna masih dimungkinkan untuk meng-edit
Gambar 4.6:
nilai-nilai yang telah diketikkan dengan cara mengaktifkan (klik)
Contoh cell
Tampilan
yang bersangkutan dan kemudian meng-edit nilai yang bersangkutan
Kotak Dialog "New'
di dalam active-cell editbox (atau menekan tombol F2).
q Setelah baris-baris data koordinat yang telah diketikkan dianggap
tidak mengandung kesalahan, maka langkah terakhir adalah
menyimpannya secara permanen di dalam bentuk file. Pengguna

9 Sesaat setelah mengaktifkan perangkat lunak Surfer dan tampilannya akan


nampak seperti (tidak jauh) pada gambar 3.1
10
Lihat gamt-ar 3.2.

Bab 4 File-file Data Aplikasi Surfer I 85


dapat melakukan hal ini dengan memakai menu "File' Save" atau
"File I Save As". Kemudian, pada saat muncul kotak dialog "Save
As", pengguna dapat memilih format keluarannya dengan cara
menentukan nilai untuk "Save as type" (termasuk "Golden Software
Data [*.datj" di dalamnya), mengetikkan nama file yang bersangkutan
di dalam textbox "File name", dan m'nekan tombol "Save". Ketika
muncul kotak dialog seperti pada gambar 4.5, pilihlah salah satu
karakter yang akan dijadikan sebagai separator (delimiter) sebagai
pemisah setiap nilai pada baris datanya.

Hama file data

A B E A
Koordinat active-cell 2 ID I Nama iAbss Ordinal 4Kedalaman
3
171-02 1263.031 5239.48,1 -89.82
4
5 3T2-01 i 1384.37, 5502.34L -79.38

Gambar 4.7: Contoh Tampilan Lembar Kerja Data Surfer

4.4 Memanipulasi Data


Setelah baris-baris data koordinatnya tersusun rapi di dalam
window lembar kerja Surfer, terlepas dari mekanisme untuk
memasukkannya (diketik secara langsung dengan Surfer atau
dibuat dengan bantuan perangkat lunak lain), pengguna
dimungkinkan untuk memanipulasinya. Bentuk-bentuk manipulasi
tersebut adalah sort, transform, dan statistics.

4.4.1 Statistics
Untuk lebih memahami baris-baris datanya (juga sebagai
pertimbangm pada penentuan batas-batas grid-nya), pengguna

88 I Model Permukaan
dapat terlebih dahulu menampilkan statistik yang bersangkutan.
Untuk mendapatkan informasi ini, pengguna perlu menempuh
langkah-langkah seperti berikut:
o Buatlah blok (dengan cara menyorotn) baris dan kolom data
yang

statistikaya diperlukan.

A B C E EMI
mr.rztw.
550034 48 t.9247819.44t 715.00 1350 001 74 03 27 00
62 46:g25463676.00[1297.010L12I 00 25 30
1
4 70.60 9252706.76l 75.00 1202 0067.00 24.00

SlAl U I M.xls
Gambar 4.8: Contoh Tampilan Data yang Tersorot di daiam
Lembar Kerja Surfer

q Gunakan menu "Data' Statistics". Pada saat muncul kotak dialog


"Statistics", tentukanlah apa dan bagaimana informasi statistik yang
bersangkutan akan
Statistics r:71 1. ditampilkan (item to
Select items to compute: computes, data, dan
iE First input row results).
its Lae input row

10 Number of values

Minimum
Maximum

ny Range
if Data Results
r Sample Show in a window

OK Cancel

Gambar 4.9: Contoh Tampilan Kotak Dialog "Statistics"

11
Untuk membuat blok di atas lembar kerja Surfer, pengguna hanya perlu
memindahkan kursor ke cell awal. Kemudian, tekan tombol SHIFT bersan-
taan dengan tombol tanda panah (atas, bawah, kiri, atau kanan) sehingga
dapat diarahkan ke akhir bloknya. Hasilnya, data yang terdapat di dalam
blok akan tersorot warna hitam.
Bab IC File-file Data Aplikasi Surfer
q Tekan tombol "or untuk segera mendapatkan informasi statistik
(kotak dialog "Statistics Results") baris-baris datanya.
.. ,,
. _.,..,..,.
., ..
Statistics Results
.Column A Calumn C
;First input row 8_Fcc;umn2 2
'Last input row 444. 44 44
'Number of values 1 43 43
'Number of missing values 0 0 0
Sum 2696822814.00E+08- 3252
Ivlinimum 558634.4819234540.5 73
'Maximum 690776.619343054 3 77
Ranae 132142.13108613.78 4
Mean 627168.099291891 8 75.628
,Standard deviation 30457 25829693.843 1.0348
1 ..

Gambar 4.10: Contoh


Llose 1 Copy Tampilan Kotak Dialog
"Statistics Results"

4.4.2 Sort
Selain dapat memperoleh informasi statistiknya, jika merasa akan
lebih nyaman, pengguna juga dimungkinkan untuk mengurutkan
baris-baris datanya menurut kolom tertentu (balk membersar
maupun mengecil). Untuk memenuhi kebutuhan ini, pengguna
dapat menempuh langkah-langkah seperti berikut:
q Sorotlah baris-baris dan kolom-kolom data yang akan dikenai oleh
operasi pengurutan (lihat contoh tampilan gambar 4.8).
q Gunakan menu "Data I Sort" hingga muncul kotak dialog "Sort".
q Pada kotak dialog yang baru muncul ini, pilihlah (pada listbax yang
tersedia) kolom-kolom yang menjadi dasar pengurutan (first / primer,
next/sekunder, last/tersier) beserta masing-masing mode pengurutannya
(radiabutton ascending / membesar atau descending/mengecil).
q Tekan tombol "OK" untuk segera memulai proses pengurutan.

Model Permukaan iDijital


4.4.3 Transform
Di dalam Surfer, pengguna dapat memasukkan (atau mengetikkan)
baris-baris data yang kemudian dianggap sebagai data pokok
(primer), sementara itu fungsi-fungsi yang terkait dengan lembar
kerjanya dapat pula digunakan untuk menghitung dan menuliskan
baris-baris data lainnya yang merupakan turunan (derived, atau data
sekunder dan tersier) atau merupakan hasil transformasi dari data
pokok di atas. Pekerjaan seperti ini merupakan hal yang sudah
umum di dalam aplikasi yang berbasiskan lembar kerja
(spreadsheet). Sehubungan dengan hal ini pula, Surfer
mengimplementasikan fungsionalitas transformasi miliknya ke
dalam persamaan-persamaan yang bisa sekaligus melibatkan
beberapa fungsi standard matematis.

Sebagai ilustrasi pemakaian, pengguna bisa saja menuliskan baris-


baris data koordinat absis (X) di kolom A, ordinat (Y) di kolom B,
dan nilai kedalaman hasil ukuran [batimetri atau pada proses
sounding] (Z) di kolom C dokumen lembar kerja Surfer. Tetapi
karena, dalam contoh ini, data kedalamannya belum terkoreksi
(katakanlah) minimal koreksi barcheck maka kita perlu
memperhitungkan koreksi ini dan kemudian menuliskan nilai-nilai
kedalaman definitifnya (Z yang dianggap benar atau bebas dari
kesalahan) pada kolom lainnya (misalkan D). Oleh karena itu,
dengan mengandaikan rumus koreksinya12 (Ether) adalah Z*0.25-
(3.127, maka nilai definitifnya adalah nilai Z+koreksi. Selain
perhitungan koreksi seperti ini, Surfer juga dapat mewujudkan
transformasi lainnya untuk menghasilkan nilai-nilai turunan di
dalam lembar kerjanya.

Untuk mengimplementasikan transformasi di dalam Surfer,


pengguna dapat mencontoh langkah-langkah seperti berikut:

12 Untuk
menentukan koreksi barcheck perlu dilakukan pengamatan
tersendiri. Hasil pengamatan ini akan menentukan pola koreksi yang
mendekati rumus matematis tertentu. Rumus matematis ini bisa jadi tidak
sama untuk setiap daerah survey. Oleh karena itu, pada kasus ini,
persarnaan yang dituliskan merupakan pengandaian semata.

Bab 4 File-file Data Aplikasi Surfer


q Tampilkan baris-baris datanya di dalam window lembar kerj a Surfer.
q Gunakan menu "Data' Transform" hingga muncul kotak dialog
"Transform".
q Pada saat muncul kotak dialog di atas, ketikan nomor baHs dimana
baris pertama datanya berada (pada texibox "First row") dan ketikkan
nomor baris di mana baris terakhir datanya berada (pada textbox "Last
row").
q Pada combobox "Transform equation", ketikkan rumus matematis
yang menyatakan fungsi transformasi yang bersangkutan. Pada
combobox ini, setiap (nama) variabel mewakili nilai-nilai yang
terdapat pada kolom yang bersangkutan. Selain itu, jika diperlukan,
pengguna juga dapat melibatkan fungsi-fungsi yang tersedia di dalam
listbox "Function name" dengan cara menekan tombol "Insert" setelah
memilih fungsi yang bersangkutan.
Tekan tombol "OK" untuk mendapatkan basil transformasinya.

Transform TPC
Transform equation: OK
ID = C + C"0.25 - 0.127
Cancel
First row: Last row:
Functions <<
12 F44

n Treat text and empty cells as 0.0

Function name:
Insert
LOG10( X )

MAI X. Y )

MIN(X,Y )

POW) X, Y)

R2Df X 1

Gambar 4.11: Contoh Tampilan Kotak Dialog "Transform"

Model Permukaan Dijital


BAB

PROSES GRIDDING UNTUK FILE


DATA SURFER

Surfer merupakan salah satu paket perangkat lunak pembuat


kontur dan permukaan (3D) dijital yang berbasiskan grid'
sekumpulan (matriks atau array) titik-titik ketinggian (hasil
interpolasi) yang berjarak (interval) konsisten (teratur) baik dalam
arah absis maupun ordinat sehingga membentuk jaringan persegi
panjang, bujur-sangkar, atau grid. Dengan demildan, semua fungsi
atau prosedur analisis spasial (khususnya interpolasi data
ketinggian) yang terdapat pada aplikasi Surfer akan bergantung
pada keberadaan dan distribusi titik-titik 2 grid ini. Surfer
mengimplementasikan informasi titik-titik grid ini ke dalam file
khusus dengan ekstensi GRD (*.GRD). File ini merupakan hasil

/ Di dalam terminologi aplikasi Surfer, grid adalah daerah (area) yang


berbentuk segi-empat yang terdiri dari bans dan kolom.
2
Titik grid atau node grid adalah titik perpotongan antara baris (terdiri dari
titik-titik yang memiliki ordinat yang sama) dan kolom dari titik-titik
yang memiliki absis yang sama) grid.

Bab 5 Proses Gridding Untuk File Data Surfer


dari proses gridding file data (koordinat x,y,z
basil pengukuran di lapangan) yang menjadi
masukannya.


Gambar 5.1 Contoh Tarnpilan Data Hasil Pengainatan & Hasil Gridding
* __
00


Proses ___________________* * *
Proses gridding adalah Gridding
suatu tahapan dimana
baris-baris
*
* * (titik-titik)
data koordinat pengamatan
(XpYZ) yang

*
o esecara
planimetris tidak terdistribusi
Interpalasi
menurut
* 0 aturan tertentu (berpola acak3)
C
ditransformasikan sedemikian rupa hingga
* 0 o e
akhirnya menjadi sejumlah baris-baris
* * * (titik-titik)
* * File
File Eta
koordinat baru (XiYiZ) yang berlokasiGdir i titik-titik
d
(sudut) grid tertentu. Nilai-nilai absis dan ordinat
titik-titik grid (XiYi) barn ini dihitung
berdasarkan penentuan koordinat absis dan
ordinat titik awal grid (X0Y0) yang ditambahkan
dengan interval-interval jarak (baik yang ke arah
absis dan ordinat, dan Dy) yang dikalikan dengan
(indeks baris [4] dan kolom [Id) posisi grid yang
bersangkutan. (Xi,Y;) =
+ (LDx, IyDy) Sementara itu, nilai-nilai
ketinggian titik grid-nya (Z) dihitung dengan
cara menginterpolasikannya dari sejumlah nilai-
nilai ketinggian pengamatan yang posisi
planimetrisnya
3
Terdistribusi secara acak bila dilihat dari sisi planimetris semata, atau di
dalam dimensi XY tidak nampak pola-pola pengamatan tertentu. Oleh
karena sifat acak ini, maka terdapat berbagai kemungkinan adanya
lubang" (pada umumnya diimplementasikan sebagai titik-titik grid atau
intermediate points) dimana data yang diperlukan tidak ditemukan pada
lokasi yang diperlukan.

Model Permukaan Dijital


berdekatan (bertetanggaan) dengan titik grid yang bersangkutan.
Untuk memenuhi kebutuhan ini, aplikasi Surfer menyediakan
beberapa metode (interpolasi) gridding .

5.1 Proses Gridding Aplikasi Surfer


Untuk menghasilkan file grid (*.GRD), baik pada kondisi file
datanya sudah atau belum muncul di dalam dokumen lembar-kerja
aplikasi Surfer, pengguna hanya perlu menempuh langkah-langkah
seperti berikut:
q Aktifkan (klik) window dokumen tipe "Plot"4 yang sudah muncul
terlebih dahulu. Atau, jika tidak terdapat window yang dimaksud,
pengguna bisa membuatnya dengan menggunakan menu "File I New"
- "Plot document", dan seterusnya.
Setelah window dokumen plot-nya aktif, gunakan menu "Grid I Data"
hingga muncul kotak dialog "Open". Pada kotak dialog ini, tentukan
nama (format) file data yang dapat dibaca secara langsung oleh Surfer.

Open. X

Look in: stat_utm

STAT UTM.DAT

File name: [STAT_UTM.xls Open

Cancel
Files of type: All Recognized Types Cancel

Gambar 5.2: Contoh Tampilan Kotak Dialog 'Open"

4
Seperti pada kondisi tampilan awal.

Bab 5 Proses Gridding Untuk File Data Surfer


q Setelah nama file-nya ditentukan dan pengguna menekan tombol
"Open", maka muneullah kotak dialog "Grid Data..." yang
menampilkan resume informasi (bagian statistik) baris-baris file
datanya berikut pilihan-pilihan default yang dapat digunakan untuk
menghasilkan file grid Surfer.

Grid Data - C : data_ta bstat_utniWAT_UThi xLs


Data Columns 143 data

paints) : Column A: AbsisUtm Filter Data...


., Cancel
Column B: OrdinaiLltm View C ata

Column E: Tinggi Statistics P Grid Report

G ridding Method--
- __________
r . Advanced Options... Cross Validate...
11(Jiging
Output Grid File
dataiab\stat_utm\STAT_LITM.grd

Grid Line Geometry


Minimum Maximum Spacing # of Lines
X Direction: 1558634.48 1690776.61 1334.78899 100

Ditection: 19234540.5 9343054.28 1339.578298 r82

Gambar 5.3: Contoh Tampilan Kotak Dialog "Grid Data"

q Seperti terlihat pada gambar 5.3 di atas, di dalam kotak dialog ini
terdapat tiga listbox yang dapat digunakan untuk merubah atau
menentukan kolom-kolom mana saja yang terdapat di dalam file
data Surfer yang akan dibaca sebagai kolom X, Y, dan Z. Pada
umumnya, jika tiga kolom pertama bertipe numerik, maka Surfer secara
default akan merekomendasikan ketiga kolom ini sebagai kolom X, Y,
dan Z. Tetapi karena rekomendasi default ini tidak selalu sesuai
dengan urutan penulisan (juga kebutuhan) data terkait, maka untuk hal
inilah ketiga listbox ini dibuat.

144 I Model Permukaan Dijital


Column A: AbsisU tm

Y: i Column B: OrdinatUtrn

Z: Column E: Tingqi
Column D: CI
Column E: Tin i
Column Suhu Gambar 5.4: Contoh Tampilan
Column G 3 ListBox yang Digunakan
Column H untuk Merubah Kolom

q Untuk mencegah terjadinya duplikasi5 data, data yang berimpit secara


planimetris, atau lokasi data yang terlalu dekat satu sama lain, Surfer
juga dilengkapi dengan pengaturan toleransi6 absis dan ordinat dengan
besaran tertentu; Surfer menyediakan tombol "Filter Data".

Filter

Duplicate Data
OK
] To Keep: 1-First
Cancel
X Tolerance: 0.015

Y Tolerance: 10.012

Data Excitation Filter (eg. x = -999 OR y >= -999 OR 2 = -999)

Gambar 5.5: Contoh Tampilan Kotak Dialog "Filter"

5
Titik yang sama direkam ke dalam lebih dari satu baris data di dalam lenibar
kerja Surfer. Jika terjadi duplikasi data, secara default, Surfer akan
memperhitungkan baris data yang pertama kali dibaca. Sementara itu, baris-
baris data yang lainnya (duplikasi baris data) akan diabaikan.
6
Pengguna dapat menentukan nilai-nilai toleransi yang diperlukan.

Bab 5 Proses Gridding Untuk File Data Surfer


q Untuk melihat kembali isi file data (data values) yang akan
mengalami proses gridding, pengguna dapat menekan tombol "View
Data" hingga muncullah window "View Data" dalam mode view
(tidak bisa di-edit).
View Data

A 13 c D!E F
1 AbsisUtm OrdinatUtm :Ch Suhu
2 558634.48 9247E19.44 rekanan 74_06 27 00
73.0174 1350.00,
3 568262.4.0l 9254E35.701 75.002, 1297.00L 121.001 25.00
4 581178 90 9252706.76I_75.00 1202.013 1117.002400j
581757.29l 9271826.591. .74.00..1341.00 89 00 23.001

Gambar 5.6: Contoh Tampilan Kotak Window "View Data"

q Sementara itu, pengguna juga bisa menampilkan informasi statistik


(Report data masukan) lengkapnya dengan cara menekan tombol

IN Surfer - Report]

File Edit

Data Statistics Report

Mon Aug 22 15:27,38 2005

Data Source
Source Data File Name: C \claia_tanstat _utm\STAT UTrvl A B
X Column:
Y Column:

7 Column:

"Statistics" yang tersedia.


Gambar 5.7: Contoh Tampilan Report Data Lembar 1

16 I Model Permukaan Dijital


Catatan: pengguna dapat menyimpan (ke dalam format file TXT
maupun RTF) informasi lengkap statistik ini (untuk kepentingan lebih
jauh) ke dalam file tersendiri dengan menggunakan menu "File' Save"
atau "File 'Save As" yang tersedia pada window yang bersangkutan.
Contoh tampilan (report lengkap) informasi statistik seperti ini yang
telah diimplementasikan ke dalam file RTF dapat dilihat pada bagian
lampiran A.

q Pada listbox "Gridding Method", pilihlah metode gridding yang akan


digunakan. Sebagai pilihan default, aplikasi Surfer memberikan
(rekomendasi) "Kriging" (lihat gambar 5.3 di atas) dari seluruh
metode yang tersedia di dalamnya. Walaupun demikian, pengguna
dapat memilih metode yang lainnya (tersedia) dan sesuai dengan
kebutuhannya.
Gridding Method
Inverse Distance to a Power
Inverse Distance to a Power

Kriging
Minimum Curvature
Modified Shepard's Method

Natural Nei hbor

Polynomial Regression
Radial Basis Function
Triangulation with Linear Interpolation Gambar 5.8: Contoh Tampilan
Moving Average Metode-Metode Gridding
Data Metrics

q Jika diperlukan, pengguna juga dapat menekan tombol "Advanced


Options" untuk menentukan detil parameter yang terkait dengan
metode gridding yang dipilih. Sebagai contoh, jika pengguna memilih
metode "Nearest Neighbor" dan kemudian menekan tombol
"Advanced Options", maka Surfer akan memunculkan kotak dialog
"Nearest Neighbor Advanced Options". Pada kotak dialog ini
pengguna dapat menentukan jarak dan sudut (range dan angle) pada
tab "General", sementara itu dengan tab "Breaklines and Faults"-nya,
pengguna dapat menambahkan file-file yang berisi data-data batas-

Bab 5 Proses Gridding Untuk File Data Surfer


batas dan ketinggian breaklines dan faults untuk mendukung
proses gridding-nya secara akurat.
m Pada editbox "Output grid file", dengan bantuan tombol (icon)
"Change Filename", tentukan nama file grid yang menjadi hasil
proses gridding-nya. Pengguna bisa menerima pilihan default dan
usulan Surfer atau menentukan sendiri.
q Pada beberapa editbox yang terdapat di dalam frame atau groupbox
"Grid line geometry", isikanlah nilai-nilai yang akan digunakan
sebagai batas-batas minimum, maksimum, dan jarak (interval) untuk
grid yang bersangkutan (dengan mempertimbangkan nilai-nilai
minimum-maksimum datanya). Usahakan nilai-nilai ini "genap"7 dan
mudah untuk dikenali.

Grid Line Geometry-


Minimum Maximum _________Spacin9_______ # ofLines
X Direction: 1559000 1690000 11000 1132

Y Direction: 9235000 19342000 rl 000 hoe

Gambar 5:9: Contoh Tampilan Batas & Interval Gild

qTekan tombol "Cross Validate" untuk mendapatkan informasi


taksiran (pendekatan) kualitas relatif di titik-titik datanya
(berdasarkan metode gridding terpilih). Setelah tombol ini ditekan,
akan muncul kotak dialog "Cross Validation".

Kehpatan nilai perpuluhan tertentu sesuai dengan jarak grid-nya.

.18 1 Model Permukaan Dijital


Cross Valid tion

Number of random points to validate: 146


Select validation points within these hmits--- Cancel
Minimum Masiimum
X Direction: 558634.48 1690778.61

Y Direction: 9234540.5 9343054.28 Fo7 Report

Direction: 9 1576

Exclude data within this distance of the validation point: -

X Tolerance: Y Tolerance: 0

DOSS Validation Results File


CAdala_lab stat_utm STAT_UTMXV.dat

Gambar 5.10: Contoh Tampilan Kotak Dialog "Cross Validation"

q Jika checkbox "Report" dan tombol "OK"-nya ditekan, maka kotak


dialog yang bersangkutan akan ditutup dan kemudian disusul dengan
kemunculan sebuah report "Cross Validation Report" seperti tampilan
berikut.

Bab 5 Proses Gridding Untuk File Data Surfer


Surfer - Repart6
File Edit

Cross Validation Report

Wed Sep 07 14:21:35 2005

Data Source

Source Data File Name: C ldata_tab\stat_utm\STAT UTM.xls


X Column: A
Y Column:
Z Column:

Gridding Rules
Gridding Method: Kriging
Kriging Type: Point

Polynomial Drift Order: 0


Kriging std. deviation grid: no

Gambar 5.11: Contoh Tampilan Report "Cross Validation Report"

Catatan: pengguna juga dapat menyimpan (ke dalam format file TXT
maupun RTF) informasi lengkap report ini (untuk kepentingan lebih
jauh) ke dalam file tersendiri dengan menggunakan menu "File' Save"
atau "File I Save As" yang tersedia pada window yang bersangkutan.
Contoh tampilan (report lengkap) informasi cross-validation seperti
ini yang telah diimplementasikan ke dalam file RTF dapat dilihat pada
bagian lampiran B.

q Jika file basil "Cross Validation" ini dibuka (dalam hal ini file
"Stat_UtmXv.Dat"), maka akan nampak seperti berikut.

Model Permukaan Dijital


STAT_UTMXV.dat
A I B C D E F G
1 X "ID" "Estimate" "
"nData" --
Residual"

558634.5 9247819 74 2'98.5041627 24 50416272 43


3 568262.5 9254637 121 3 111.139217 -9 86076321 43
4 581178.8 9252707 187 4 113.426706 -73.5732941 43
5 581757.3 9271827 89 5 188.702253,99.70225314 43
6 1592728 6 9255693' 127 6 183180487 56.18048739 43
7 608120.2 9254298 98 7 187.380141 89.38014051 43
8 630359.6 9242775 67 8 143.233797 76.23379675 43
9 645179.5 9234541, 57 9 76.1222052 21.12220519 43
10 650179.7 9253378 126 10'94.9217201 -31.0782799 43
11 630665.7 9255614 254 11 147.447144 -106.552856 43
12 629591.4 9266271 234 12 286 847611 52.84761143 43
13 642511.9 9264873 182 13 175.080524 -6.919475511 43 +;
11 \STAT_LIITMXV/ I 1 4 11

Gambar 5.12: Contoh Tampilan "Cross Validation" Kualitas Relatif (Estimasi)

q Pada kotak dialog "Grid Data...", tekanlah tombol "OK" untuk segera
memulai proses gridding yang sebenarnya. Jika pengguna
sebelumnya telah mengaktifkan chekbox "Grid Report", maka
window report yang bersangkutan akan segera muncul. Akhir proses
ini adalah keberadaan file grid dengan ekstension *.GRD.

Bab 5 Proses Gridding Untuk File Data Surfer I 01


er - gridreport rtf
Me Ed i t

Gridding Report

Wed Sep 07 14:59:22 2005


Elasped time for gridding: 1.77 seconds

Nearest Neighbor Statistics


Separation 'Delta ZI

Minimum: 6333.1982017618 3
25%-tile: 10113.615476861 29
Median: 11797.182065005 86
75%-tile: 13026.885813613 187
Maximum: 16954.065755403 333

Midrange: 11643.631978582 168


Range: 10620.867553641 330
Interquartile Range: 2913.2703367521 158

Gam bar 5.13: Contoh Tampilan Window "Grid Report"

Catatan: pengguna juga dapat menyimpan (ke dalam format file TXT
maupun RTF) informasi lengkap grid report ini (untuk kepentingan
lebih jauh) ke dalam file tersendiri dengan menggunakan menu "File I
Save" atau "File Save As" yang tersedia pada window yang
bersangkutan. Contoh tampilan (report lengkap) informasi grid-report
seperti ini yang telah diimplementasikan ke dalam file RTF dapat
dilihat pada bagian lampiran C.

5.2 Seputar Gridding


Proses gridding di atas telah selesai dengan penekanan tombol
"OK" pada kotak dialog yang bersangkutan. Hasilnya adalah
sebuah file dengan ekstension * GRD (grid). Proses gridding
ini cukup mudah dan sederhana; apalagi jika pengguna memakai

Model Permukaan Dijital


pilihan-pilihan default yang direkomendasikan oleh Surfer.
Setelah itu, pengguna bisa bergegas untuk segera memanfaatkan
segala fungsionalitas (seperti halnya membuat peta garis kontur,
profil, dan lain sebagainya) dan features yang dimiliki oleh
perangkat lunak Surfer dan didasarkan pada masukan file grid-
nya. Walaupun demikian, sebenarnya, masih terdapat beberapa
hal yang perlu dipahami dan didiskusikan lebih lanjut dari proses
gridding. Berikut adalah beberapa di antaranya.

5.2.1 Batas-batas & Interval Grid


Seperti dapat dilihat pada kotak dialog "Grid Data..." (pada gambar
5.3 atau 5.9), pengguna memiliki kebebasan dalam menentukan
nilai-nilai yang akan dijadikan sebagai batas-batas grid dan interval
grid itu sendiri. Walaupun demikian, Surfer menghitung nilai-nilai
minimum dan maksimum X dan Y dari file data XYZ-nya.
Kemudian, Surfer menggunakan nilai-nilai ini sebagai koordinat
default minimum dan maksimum grid-nya. Surfer menggunakan
arah sumbu yang berjangkauan data paling besar sebagai acuan.
Sebagai contoh, pada kasus di atas jangkauan ke arah absis (Xm.-
Xmin) idalah 132142.13 sementara jangkauan data ke arah
ordinatnya (Ymax-Ymin) adalah 108513.78. Maka Surfer
memberikan angka tertentu (sebagai contoh adalah 5o atau loo)
sebagai nilai jumlah garis grid yang membujur. Dengan asumsi
jumlah 100 garis grid untuk kolom seperti di atas, maka dengan
perbandingan (proporsional) nilai jangkauan masing-masing akan
didapat bilangan bulat (pendekatan) jumlah garis grid yang
melintang sebesar 82. Berdasarkan nilai-nilai inilah kemudian
Surfer menghitung nilai-nilai interval grid baik ke arah vertikal
maupun horizontal dengan menggunakan rumus-rumus:
Y
X Xinin Y
max inm
SpacingX =( ma" ) dan SpacingY = (
JmlGarisX 1 JmlGarisY 1

Surfer menggunakan nilai-nilai default ini dengan harapan nilai-


nilai interval grid ke arah vertikal dan horizontalnya tidak berbeda

Bab 5 -- Proses Gridding Untuk File Data Surfer I 83


jauh. Walaupun demikian, nilai-nilai ini memang tidak sama. Inilah
pilihan default yang disediakan oleh Surfer. Meskipun demikian,
jika masih boleh memilih, setiap pengguna tenth saja akan
cenderung merubah nilai-nilai intervalnya (sehingga nilai interval
baik ke arah absis maupun ordinatnya akan sama besar) beserta
koordinat minimum dan maksimumnya. Akibatnya, akan didapat
nilai-nilai jumlah baris (# of lines) dan nilai jumlah kolom grid (#
of lines) yang bath. Nilai-nilai jumlah baris (Jm1GarisY) dan
kolom (JmlGarisX) ini dihitung berdasarkan rumus-rumus:
(Y max Y min ) + 1 , dan ( X max X min )+1
SpacingY SpacingX

Selain itu, berdasarkan informasi statistik sebelumnya (baik pada


kotak dialog "Grid Data.." maupun kotak dialog "Cross
Validation"), sebenarnya, dapat diperkirakan apakah keseluruhan
(atau hanya sebagian) lokasi titik-titik grid (terutama yang terluar)
terdapat di dalam domain spasial (direpresentasikan sebagai
poligon convex-hull seperti contoh pada gambar 5.14 di bawah ini)
data-data DTM-nya. Atau, jika ingin lebih jelas lagi mengenai
informasi ini, pengguna bisa menampilkan titik-titik grid, lokasi
titik-titik data, beserta convex hull8 yang dibentuk oleh distribusi
atau lokasi-lokasi data pengukuran yang bersangkutan di dalam
sebuah "layer" seperti contoh berikut.

8
Convex Hull adalah poligon (area tertutup sempurna) yang dibentuk oleh
segmen-segmen garis lurus yang menghubungkan titik-titik terluar dari
suatu sebaran dalam hal ini sebaran lokasi-lokasi titik data hasil survey
lapangan. Convex Hull merupakan bentuk geometri yang sebenarnya
merepresentasikan domain spasial titik-titik data yang bersangkutan.

89 f Model Permukaan Dijital


Titik grid
Wail
Gambar 5.14: Contoh Tampilan Lokasi Titik Data & Titik Gridnya

Masalahnya, batas-batas (min-max) koordinat data ketinggian,


batas-batas grid, dan convex hull hampir selalu berbeda (secara
signifikan). Seperti nampak pada contoh gambar 5.14 di atas,
setelah sebaran datanya diketahui dan di-plot, kemudian
ditentukan batas-batas gridnya (yang sebenarnya masih terletak di
dalam wilayah minimum dan maksimum sebaran koordinat
planimetrisnya). Akhirnya, situasinya akan nampak jelas setelah
convex hull lokasi-lokasi datanya juga di-plot. Bentuk convex hull
berbeda jauh dari poligon batas gridnya, dan meninggalkan
banyak ruang kosong dimana titik-titik (node) grid (nilai
ketinggiannya akan diinterpolasi dari data pengukuran lapangan)
terletak di luar convex hull.

Inilah masalah yang sebenarnya terdapat titik-titik grid yang


berlokasi di luar domain spasial data DTM-nya. Keberadaan titik-

Bab 5 Proses Gridding Untuk File Data Surfer st:


titik grid seperti ini memerlukan pengandaian, asumsi, atau
mengundang pemikiran ke arah kemungkinan berlakunya
ekstrapolasi'. Sementara itu, di lain pihak, di bidang DTM/DEM,
mayoritas pembahasan adalah hal-hal mengenai interpolasi beserta
seluk-beluk metode-metodenya. Ekstrapolasi kelanjutan dari
interpolasi ke suatu lokasi di luar domain (data) spasialnya
(planimetris) sangat beresiko (karena tanpa kontrol sementara
nilai yang sebenarnya sama sekali tak terduga [terutama di area-
area perbukitan dan ber-gunung dengan bentuk topografi yang
kompleks]) dan memerlukan pemahaman yang sangat
komprehensif dan dalam terhadap aspek keterkaitan antara
masing-masing variabel yang terlibat. Oleh karena itu, ekstrapolasi
sering kali dihindarkanl pada kasus seperti ini.

Selain itu, jika penentuan nilai-nilai batas grid ini kurang "pas"
(meskipun bentuk atau batas luar convex hull-nya cukup dekat
dengan bentuk grid, tetapi jika batas grid-nya masih relatif dekat
dengan baths convex hull-nya), terdapat beberapa titik-titik grid
(biasanya titik-titik yang terluar atau bahkan titik-titik yang
terletak di sekitarnya) yang berpotensi untuk tidak mendapatkan
data dengan jumlah dan arah (kuadran) yang cukup untuk
mendapatkan nilai (di titik-titik grid) interpolasi terbaiknya.

Sebagai ilustrasi, pada gambar 5.15 berikut (sub a hingga sub d di


bawah ini) terlihat kondisi (poligon convex-hull versus batas-batas

9
Ketidakberadaan data di beberapa sisi lokasi estimasi menyebabkan
ekstrapolasi menjadi semacam proses peng-estimasian yang kurang
handal; proses ini Iebih merupakan suatu tebakan semata ketimbang
sebagai sebuah deduksi (pengambilan kesimpulan yang bersifat numerik),
walaupun demikian terkadang dapat juga memberikan suatu manfaat
sebagai pendekatan di titik-titik yang cukup dekat dengan convex hull
terkait [Watson92].
Contoh lain juga terjadi pada kasus pemilihan titik-titik kontrol (GCPs) untuk
koreksi geometri citra dijital. Pada kasus ini, distribusi titik-titik kontrol
diusahakan tersebar secara merpta di seluruh extent citra agar potensi
kesalahannyapun (jika ada) tersebar secara homogen dan tanpa
ekstrapolasi.

1 Model Permukaan Dijital


grid) yang berlainan: a) bentuk convex-hull-nya menyebabkan
beberapa titik grid berlokasi di luar domain spasial; b) meskipun
bentuk convex hull-nya sudah mendekati bentuk grid-nya
(sebenarnya hampir tidak mungldn), masih terdapat banyak titik
grid yang berlokasi di luar domain spasialnya; c) tidak ada titik
grid di luar convex hull (semua di dalam spasial domain); d) semua
titik grid di dalam spasial domain dengan jumlah dan distribusi
data yang cukup baik. Pada kasus a) dan b) jika pengguna ingin
memaksakan batas-batas gridnya dalam kondisi demikian, maka is
perlu "kernbali" ke lapangan untuk mengukur dan mendapatkan
beberapa data tambahan sehingga kondisinya (paling tidak) akan
mirip dengan kasus c) atau d); konsekuensinya adalah perluasan
waktu, biaya, dan tenaga. Pilihan lain adalah merubah batas-batas
gridnya hingga menjadi lebih kecil tetapi masih berlokasi di dalam
convex-hull-nya.
Convex hull
Convex hull
Grid luar
ti
Gri Ion 4'
1I
4
.

C 0

Gambar 5.15: Contoh Tampilan Convex Hull, Grid, dan Lokasi Data

Sebagai tambahan, makin manyak jumlah garis grid, makin banyak


jumlah (rapat) node grid yang dihasilkan. Hal ini tentu saja akan
lebih menghaluskan gambar garis-garis kontur yang didapat.
Meskipun demikian, di sisi yang lain, hal ini juga berpotensi untuk
menjadi suatu kelemahan. Makin banyak jumlah node grid-nya,
makin lama waktu yang diperlukan untuk menunggu selesainya

Bab 5 Proses Gridding Untuk File Data Surfer


proses gridding dan penggambaran garis konturnya; sementara
ukuran filenya juga lebih besar. Dengan demikian, walaupun
nampaknya sepele dan sangat mudah, pekerjaan menentukan
nilai-nilai baths koordinat grid beserta intervalnya memerlukan
sikap kehati-hatian.

5.2.2 Cross-Validation & Kesalahan


Dari gambar 5.11 dan 5.12 di atas kita dapat mengetahui laporan
yang menyangkut cross-validation. Pada umumnya, cross-
validation dapat dianggap sebagai salah satu metode yang objektif
di dalam menaksir kualitas metode gridding, atau sebagai
pembanding kualitas relatif milik dua atau lebih kandidat metode-
metode gridding yang akan dipilih. Sehubungan dengan hal ini,
sejak Surfer versi barn, cross-validation bisa dipakai bersama
dengan semua metode gridding yang tersedia. Sebagai feature
tambahan, informasi yang terkandung di dalam cross-validation
juga dapat digunakan untuk menaksir variasi spasial di dalam
kualitas gridding dan menjadi petunjuk di dalam data sampling.

Untuk sekumpulan titik-titik lokasi pengamatan yang tersebar secara


acak di lapangan, cross-validation memungkinkan pengguna untuk
menaksir kualitas relatif grid yang bersangkutan dengan cara
menghitung kesalahan proses gridding. Di Surfer, kesalahan ini
dihitung dengan mengabaikan data (pengamatan) pertama, dan
menggunakan baris-baris data sisanya untuk dikenai algoritma
(gridding) terpilih untuk menginterpolasikan sebuah nilai di lokasi
pengamatan pertama. Maka dengan memakai nilai data pengamatan
yang sebenarnya di lokasi yang bersangkutan, kesalahan interpolasi
atau gridding (error:11) dihitung dengan rumus:
error = nilai hasil interpolasi nilai pengamatan

Lihat nilai nilai pada kolom "Residual" yang merupakan selisih kolom
"Estimate" dari kolom "Z" pada gambar 5.12. Makin besar nilainilai
yang terdapat pada kolom "Residual", makin buruk kualitas relatif
metode gridding-nya. Artinya, pada kasus seperti ini, nilai interpolasi
(estimasi) berbeda jauh dari nilai hasil pengamatan. Metode gridding-
nya kurang memberikan hasil yang representatif.

81- 1 Model Permukaan Dijital


Tahap berikutnya, data pengamatan pertama digunakan kembali
bersama dengan yang lain, sementara (baris) yang kedua
tidal( digunakan. Maka dengan menggunakan data-data yang
tersisa ini beserta algoritma gridding terpilih, akan dihasilkan nilai
estimasi di lokasi pengamatan yang kedua. Nilai kesalahan di titik
pengamatan yang kedua akan segera diketahui dengan cara
mengurangi nilai estimasi (interpolasi) dengan nilai data hasil
pengamatan di lokasi yang bersangkutan. Demikian terns berulang,
kesalahan akan dihitung di setiap titik data pengamatan.

Terkait dengan nilai-nilai kesalahan (error) di setiap titik


pengamatan ini, Surfer menyediakan informasi (gambar 5.11 dan
5.12) statistik (kuantitatif) mengenai kolom-kolom "Residual" dan
"Z " sebagai ukuran kualitas metode gridding-nya. Berdasarkan
pengamatan terhadap nilai-nilai kualitas ini pengguna dapat
memilih metode gridding yang "terbaik" untuk data pengamatan
lapangannya pada saat itu.

5.2.3 Overview Metode Gridding Surfer


Seperti telah nampak pada gambar 5.3 dan 5.8, telah diketahui
bahwa untuk mendukung proses gridding-nya, Surfer
menyediakan beberapa metode. Metode-metode tersebut di
antaranya adalah:
q Untuk metode inverse distance yang bersifat exact: Inverse
distance to a power. Metode yang sederhana, mudah
dimengerti, dan banyak memiliki dokumentasi ini merupakan
interpolator dengan bobot kebalikan jarak yang bisa bersifat exact
atau smoothing. Dengan metode ini, selama proses interpolasi,
setiap data (nilai ketinggian) diberi bobot yang sesuai dengan
jaraknya terhadap lokasi node grid yang akan diinterpolasi nilai
ketinggiannya. Sementara itu, untuk mengendalikan besar
pengaruh jarak di dalam pembobotannya, juga dilibatkan fungsi
pangkat (power) pada rumusannya. Makin besar jarak ini, makin
kecil bobotnya.

Bab 5 Proses Gridding Untuk File Data Surfer


Pada umumnya, metode ini akan berlaku sebagai exact interpolator.
Ketika menghitung nilai-nilai ketinggian node grid, nilai-nilai bobot
untuk setiap data ini berada dalam satuan fraksi jumlah (sigma)
dari bobot ini sama dengan to. Tetapi ketika suatu data
dianggap berimpit (posisi planimetrisnya) dengan node grid, maka
jarak di antara keduanya adalah o.o. Pada kasus seperti ini, bobot data
yang bersangkutan adalah 1.0, sementara data-data yang lain berbobot
0.0, artinya (pada kasus seperti ini) nilai ketinggian data tersebut akan
diadopsi menjadi nilai ketinggian node grid.
Salah satu karakteristik metode yang cepat untuk gridding ini
dengan jumlah data yang kuranf dari 500 bafis pengguna dapat
memakai search type "All Data" 2 dengan relatif cepat adalah
kecenderungannya dalam membentuk pola garis-gaits kontur yang
bersifat konsentrik (bull's-eye) di sekitar titik-titik datanya. Meskipun
demikian, pengguna dapat mengurangi pengaruh bull's-eye ini.
Sehubungan dengan ini, maka rumus interpolasinya akan menjadi:
Salah satu karakteristik metode yang cepat untuk gridding
Z
i

P
Z =____D

1
Pu
D

Untuk metode inverse distance yang bersifat


smoothing: v Z

(D + S) P

(Du + S)P

Keterangan:

Z adalah nilai ketinggian node (titik-titik) grid (hasil


interpolasi).
12 Meskipundemikian, pilihan search type "All Data" ini belum tentu yang
terbaik masih bergantung pada beberapa kondisi.

0, I Model Permukaan Dijital


Z adalah nilai ketinggian titik-titik data (hasil pengukuran)
yang terletak di sekitar lokasi node grid yang nilai
ketinggiannya akan diinterpolasi.
D,j adalah nilai jarak (planimetris) antara lokasi titik data
terhadap lokasi node grid yang nilai ketinggiannya akan
diinterpolasi.
P adalah nilai pangkat bobot (weighting power atau power
parameter). Secara default, Surfer menyediakan nilai 2 untuk
pangkat bobot ini.
S adalah parameter smoothing. Secara default, Surfer
memberikan nilai o untuk parameter smoothing.

Kriging. Kriging merupakan metode gridding yang bersifat


fleksibel dan geostatistical yang sangat bermanfaat di berbagai
bidang dan menyediakan tampilan visual dengan daya tarik
yang kuat bagi data yang tersebar secara tidak teratur. Metode
ini berusaha untuk mengekspresikan trends yang terkandung di
dalam data hasil pengukuran sehingga, sebagai contoh, titik-
titik tinggi yang terdapat di sepanjang punggung bukit dapat
dihubungkan berbeda dengan tipe titik-titik tinggi yang

terisolasi oleh garis-garis kontur bull's eye. Pada metode kriging milik
Surfer terdapat beberapa komponen: (1) model variogram, (2) tipe
drift, dan (3) nugget effect.
Model variogram (bisa dipilih) akan menentukan sifat ketetanggaan
titik-titik lokal pengamatan beserta bobotnya yang digunakan ketika
menginterpolasikan nilai ketinggian setiap node grid. Untuk
memenuhi kebutuhan ini, Surfer menyediakan beberapa model
variogram: eksponensial, gauss, wave (hole-effect), linier, kuadratik,
kuadratik-rasional, dan sperikal. Jika pengguna tidak mengetahui
secara pasti mengenai model yang tepat untuk proses gridding
datanya, Surfer menyarankan untuk menggunakan model variogram
linier dengan besar skala = 1.
Tipe drift akan memberikan pengaruh yang signifikan pada proses
gridding (interpolasi) dimana di dalam pola sebaran datanya terdapat
lubang13 yang cukup besar, atau ketika Surfer terpaksa hams

13 Tidaktersedia sejumlah data ukuran yang cukup untuk menginterpolasikan nilai


ketinggian node grid tertentu.

Bab 5 Proses Gridding Untuk File Data Surfer 91


melakukan ekstrapolasi14 keluar domain spasial datanya. Surfer
menyediakan tiga pilihan untuk tipe drift: (1) None, (2) Linear, dan
(3) Quadratic. Pilihan pertarna digunakan untuk kondisi dimana
datanya cenderung terdistribusi secara merata. Pilihan ini pula yang
digunakan jika pengguna tidak mengetahui secara pasti sebaran
datanya. Artinya, dengan tipe drift ini, interpolasinya menggunakan
model "ordinary kriging". Sementara itu, pilihan tipe drift linear dan
quadratic digunakan untuk mengimplementasikan model "universal
kriging". Walaupun demikian, penggunaan kedua tipe drift ini harus
didasarkan pada informasi atau pengetahuan mengenai
kecenderungan datanya di lapangan. Jika datanya cenderung
maka gunakanlah pilihan yang kedua. Tetapi jika datanya
bergelombang kuadratik, gunakan pilihan yang ketiga.
Nugget effect15 digunakan jika di dalam kumpulan datanya
(diasumsikan) terdapat potensi kesalahan. Komponen ini, biasanya,
terimplikasikan di dalam model variogram yang dipilih sebelumnya.
Penyertaan komponen nugget effect akan menyebabkan metode
kriging menjadi interpolator yang bersifat smoothing. Makin besar
komponen ini, makin smooth hasil gridding-nya.

u Minimum curvature. Metode ini telah secara luas digunakan di


berbagai bidang sains kebumian. Hasil gridding-nya, merupakan
suatu permukaan yang cenderung halus, tetapi hasilnya masih
tetap diusahakan sedekat mungkin dengan realitasnya (data hasil
ukuran). Oleh karena itu, metode ini bukanlah suatu exact
interpolator; artinya, data-datanya tidak selalu diperlakukan
secara exact. Metode ini, dalam usaha menghasilkan nilai
interpolasi ketinggian sebuah node grid yang halus, akan
mengulang eksekusi (proses interasi) suatu persamaan terhadap
beberapa node grid yang lain. Hitungan nilai ketinggian node grid
ini akan terus berlangsung hingga nilai perubahannya lebih kecil
dari nilai max residual atau jumlah iterasi maksimum yang
ditentukan. Surfer memberikan nilai
default max residual = Sementara itu, Surfer

14
Hal ini yang sebenarnya sebisa mungkin dihindari.
15 Satuan komponen nugget effect adalah kuadrat satuan data pengamatan.

Model Permukaan Dijital


menyarankan untuk memberikan nilai iterasi maksimum sebesar
jumlah node grid-nya, atau bahkan dua kali nilai ini.

q Modified shepard's method. Metode ini, sebenarnya,


menggunakan inverse distance yang diberi bobot kuadrat terkecil.
Meskipun mirip dengan inverse distance to a power, metode ini
melibatkan bobot kuadrat terkecil untuk rnengeliminasi efek
"bull's-eye" di dalam tampilan garis-garis kontur hasil gridding-
nya. Sebagai tambahan, seperti halnya metode yang menjadi
"moyangnya", metode ini bisa bertindak balk sebagai exact
interpolator maupun smoothing interpolator.
Metode16 ini memulai kerjanya dengan menghitung least squares fit17
lokal permukaan kuadrat di sekitar setiap lokasi data pengamatan.
Kemudian, parameter quadratic neighbors yang bersangkutan akan
menentukan ukuran ketetanggaan lingkaran dengan radius yang
cukup untuk menjangkau tetangga lokal ini lokalnya dengan
menyebutkan jumlah tetangga lokalnya.

q Natural neighbor. Metode yang cukup populer di beberapa bidang


ini menggunakan algoritma bobot rata-rata dari data-data
pengamatan yang bertetanggaan, dimana bobot ini berbanding
lurus dengan luas "borrowed area"18 di dalam poligon thiessen.
Metode ini tidak akan melakukan ekstrapolasi di luar domain
(convex-hull lokasi) datanya.

q Nearest neighbor. Metode gridding ini akan menandai nilai-nilai


ketinggian yang lokasinya (planimetris) paling dekat ke setiap
node grid. Metode ini akan sangat berguna bagi data-data dengan
sebaran dengan jarak yang (mendekati) sama, tetapi masih perlu
dikonversikan ke file grid Surfer. Atau, sangat sesuai bagi data-
data yang bentuk distribusinya mirip dengan sebuah grid, tetapi
masih memiliki "lubang" di beberapa kandidat lokasi

16
Surfer menggunakan algoritma metode Shepard kuadratik termodifikasi
milik Franke dan Nielson (1980).
17 Jumlah parameter yang akan dipecahkan sama dengan jumlah
persamaannya.
18 Area yang diasosiasikan terhadap poligon thiessen target yang diambil dari
poligon yang telah ada.

Bab 5 Proses Gridding Untuk File Data Surfer


node grid-nya. Metode ini sangat efektif dalam mengisi beberapa
"lubang" tersebut.

u Polynomial regression. Metode ini sangat baik digunakan


untuk mendefinisikan (dalam skala besar) pola dan
kecenderungan yang terdapat di dalam datanya. Metode ini,
sebenarnya, bukanlah sebuah inperpolator karena tidak berusaha
untuk melakukan prediksi nilai-nilai ketinggian yang sebelumnya
tidak diketahui. Untuk memenuhi kebutuhan ini, Surfer
menyediakan beberapa tipe permukaan kecenderungan yang
dapat dipilih: (1) simple planar surface, (2) bilinear saddle, (3)
quadratic surface, (4) cubic surface, dan (5) user-defined
polynomial. Metode ini menggunakan persamaan: Z(x,y) = A +
Bx Cy.
q Radial basis function. Interpolasi ini berbeda dengan
kelompok metode interpolasi data sebagaimana pada umumnya. Di
dalam hal kemampuannya untuk merepresentasikan data dan
menghasilkan permukaan yang halus, metode multi-kuadratik
dianggap beberapa pihak sebagai yang terbaik. Oleh karena itu,
Surfer memberikan pilihan default "Multiquadratic" bagi item
"Basic function"-nya. Semua metode yang termasuk ke dalam
kelompok ini merupakan exact interpolator sehingga selalu
berusaha mempertahankan data aslinya. Meskipun demikian,
setiap pengguna juga dimungkinkan untuk memasukkan faktor
penghalusan hingga dapat menghasilkan permukaan yang lebih
halus.

q Triangulation with linear interpolation. Surfer memakai


triangulasi delaunay optimal untuk metode ini. Algoritma yang
digunakan akan menghasilkan bentuk segitiga-segitiga kecil (di
atas grid) dengan cara menggambarkan garis-garis penghubung
antar titik data. Hasilnya, Setiap segitiga ini akan mendefinisikan
sebuah bidang datar dengan kemiringan dan ketinggian yang
ditentukan oleh ketiga titik datanya. Metode yang bersifat exact
interpolator ini sangat sesuai untuk data yang terdistribusi secara
merata.

q Moving average. Metode gridding ini memberikan nilai-nilai


ketinggian untuk node grid dengan cara menghitung nilai rata-

:1 Model Permukaan Dijital .


rata ketinggian dari data-data yang terletak di dalam wilayah
"search ellips" milik node gridr9 yang bersangkutan. Oleh
karena itu, untuk memanfaatkan metode ini, pengguna perlu
menentukan bentuk "search ellips"-nya (radius 1, radius 2, dan
angle) beserta jumlah data minimum yang akan dilibatkan. Jika
jumlah data (aktual) yang didapat bernilai lebih kecil dari pada
jumlah data minimum yang ditentukan, maka node grid yang
bersangkutan akan di-blanked-kan oleh Surfer. Akhirnya, nilai
ketinggian node grid akan diperoleh dengan cara menghitung
rata-rata aritmetik dari nilai-nilai ketinggian data-data yang
terdapat di dalam wilayah "search ellips" node grid yang
bersangkutan.

q Local polynomial. Metode ini menghitung nilai ketinggian node


grid dengan memakai bobot kuadrat terkecil (least square fit)
terhadap data-data yang terletak di dalam wilayah "search
ellips" node grid yang bersangkutan. Untuk orde 1, persamaan
yang digunakan adalah F(x,y) = A + Bx + Cy. Sementara untuk
orde 2, persamaannya adalah F(x,y) = A + Bx + Cy + Dxy + Ex2
+ Fy 2 .
Sebagai ilustrasi, berikut adalah tampilan-tampilan (dengan
menggunakan pilihan default) peta-peta kontur yang dihasilkan dari
contoh data pengamatan ketinggian (x,y,z) yang sama tetapi
menggunakan metode gridding yang berbeda.

immum
Kriging

Gambar 5.15a: Contoh Tampilan Hash! Gridding Metode Kriging & Minimum Curvature

is Node grid terletak ditengah "search ellips" yang bersangkutan.

Bab 5 -- Proses Gridding Untuk File Data Surfer


Gambar 5.15b: Contoh Tampilan Hasil Gridding Metode Modified Shepard, Natural
Neighbor

nearest
neighbor

Gambar 5.15c: Contoh Tampilan Hasil Gridd'ng Metode Nearest Neighbor, Polynomiani
Reg.
Gambar 5.15d: Contoh Tampilan Hasil Gridding Metode Radial Basis Func, &
Triangulation

Model Permukaan Dijital

radia

basi
Gambar 5.15e: Contoh Tampilan Hasil Gridding Metode Moving Average & Local
Polynomual

pengguna int I iiliki kebebasan penuh dalam menggunakan


salah satu metode gridding yang paling sesuai dengan
kebutuhannya. Untuk itu, memang, ia masih perlu mencoba
beberapa metode (seperti di atas) untuk diterapkan pada file data
yang sama. Kemudian, ia dapat mengevaluasi hasil-hasilnya
(tampilan peta kontur sebagai alat evaluasi metode gridding).
Metode gridding terbaik adalah metode yang dapat menghasilkan
representasi garis-garis kontur yang paling dekat dengan
realitasnya di permukaan bumi. Hal ini akan lebih mudah lagi jika
si pengguna sudah memiliki pengalaman yang cukup di bidang
survey dan pengukuran lapangan dengan berbagai karakter atau
variasi medan permukaan buminya.

5.2.4 Pencarian Titik-titik Data


Jika pengguna telah memilih metode gridding-nya, seperti terlihat
pada gambar 5.3 di atas, maka ketika ia menekan tombol
"Advanced Options" akan muncullah kotak dialog dengan nama
awal metode gridding terpilih, plus "Advanced Options". Detil atau
items pilihan yang terdapat di dalam kotak dialog yang muncul
(sebagai konsekuensi dari penekanan tombol "Advanced Options")

Bab 5 Proses Gridding Untuk File Data Surfer


sangat bergantung pada metode gridding yang terpilih. Pengguna
dapat mencoba satu-persatu 2 metode gridding yang tersedia (milik
Surfer) jika ingin mengetahui lebih jauh mengenai "Advanced
Options" terkait. Walaupun demikian, sebagai cortoh, jika
pengguna memilih metode inverse distance to a power dan
kemudian menekan tombol "Advanced Options", maka yang akan
muncul adalah kotak dialog "Inverse Distance Advanced Options".
Dan, untuk menentukan bagaimana (mekanisme) Surfer melakukan
pencarian atau seleksi (pemilihan) titik-titik data yang akan
digunakan di dalam proses gridding, pengguna dapat segera
mengaktifkan tab "Search" (gambar 5.16).

Pilihan "No search" jika check box terkait diaktifkan akan


menyebabkan Surfer tidak melakukan proses pencarian sama
sekali, tetapi sebagai gantinya, is secara otomatis akan
melibatkan semua 21 baris data titik ketinggian di dalam rangka
menginterpolasikan nilai-nilai ketinggian setiap node grid-nya.
Untuk jumlah data yang termasuk kecil (maksimum 250 titik 22)

20 Pembahasan mengenai metode gridding berikut "Advanced Options"-nya


satu persatu merupakan suatu bahasan yang detil dan cukup panjang.
Antara satu metode gridding dengan yang lain bisa jadi memiliki detil item
'Advanced Options" yang sama, sebagian ada yang sama, atau bahkan
berberda sama sekali; terutama jika menyangkut aspek-aspek jumlah tiitk
minimum dan arah kuadran proses pencarian titik-titik data untuk proses
gridding, breaklines, faults, dan lain sebagainya.
21 Karena semua titik digunakan, maka titik-titik data yang lokasinya Iebih
jauh dari node grid-pun akan digunakan untuk menginterpolasikan nilai
ketinggian node grid yang bersangkutan. Tetapi karena pembobotannya
berdasarkan kebalikan jarak-jaraknya, maka titik-titik data yang jauh
lokasinya akan memiliki andil yang relative kecil dari pada titik-titik data
yang lokasinya dekat. Walaupun demikian, beberapa pihak boleh saja
menilai bahwa cara ini kurang fair karena pada kondisi-kondisi tertentu,
data yang berlokasi Iebih jauh itu dapat sangat mengurangi akurasi nilai
hasil interpolasi; apalagi jika memperhitungkan nilai-nilai titik tetangga
terdekat beserta kuadaran-kuadran lokasi-lokasi datanya yang merupakan
masukan interpolasi.
22 Surfer menganggap baris data maksimum 250 sebagai jumlah data yang kecil
(lihat online help dengan topik "Search Type").

90 Model Permukaan Dijital


dan lokasi titik-titik datanya tersebar secara merata, pilihan ini
sering kali digunakan karena akan mempercepat proses gridding23.
Inverse Distance Advanced Options

Genera eaklines and Faults

r No Search (use all of the datal Search Ellipse


Radius 1: 1000
Number of sectors to search:
Radius 2: ribk--
Maximum number of data to use
from ALL sectors:
! Angle: 0

Maximum number of data to use


from EACH sector:
Minimum number of data in all
sectors (node is blanked if fewer)
Blank node if more than this many
sectors are empty:

Cancel

Gambar 5.16: Contoh Tampilan Tab "Search"

Sementara itu, ketika lokasi titik-titik datanya terdistribusi


berkelompok (di dalam beberapa cluster), maka sangat disarankan
untuk melakukan pencarian titik data per-sektor: 4 sektor atau 8
sektor24. Tipe pencarian per-sektor ini juga sangat sesuai jika titik-
titik datanya dihasilkan dari suatu proses pengukuran dengan rute
poligon (traverse) antar titik data memiliki jarak yang relatif
besar. Penailihan dengan 1 sektor akan menyebabkan Surfer hanya
menggunakan titik-titik data yang terdapat di dalam sate kuadran

23
Uraian detil dari pernyataan ini dapat dilihat pada online help Surfer dengan topik
"Search Type".
24
Ibid.

Bab 5 Proses Gridding Untuk File Data Surfer 99


(arah) saja. Hal ini tentu saja akan menghasilkan slopes (gradien)
antar titik (di dalam rute pengukuran poligon) yang tidal( realistis.
Tetapi dengan pencarian 4 atau 8 sektor 25, Surfer akan
mengeliminasi masalah ketidak-realistisan int

32 sektor

8 sektor

Gambar 5.17: Contob Tampilan sektor untuk Proses Pencanan Titik-Titik Data

Sebagai ilustrasi mengenai perlunya penyeleksian titik-titik data


untuk mendapatkan interpolasi nilai ketinggian, berikut adalah
gambaran lokasi titik-titik data yang berada di sekitar suatu node
grid (yang terletak di tengah-tengah).

25 Dengan Surfer, pengguna dapat mendefinisikan hingga maksimum 32


sektor pencarian.

Model Permukaan Dijital


IV
72 68 I

57
66
.. 67
/

76
61
------3
e--
84 72
----
89.,.,
fir 83
85
84 75 7
III 76 II 3

Gambar 5.18: Contoh Tampilan Lokasi Node Grid & Titik-Titik Data di Sekitarnya

Dan gambar 5.18 ini, jika Surfer hanya mencari 4 titik data terdekat
saja (tanpa memandang kuadran lokasi asal datanya), maka akan
didapat 4 titik data yang berlokasi di kuadran I. Dan, hasil
interpolasi nilai ketinggian node grid yang akan diperoleh akan
berkisar antara 57 hingga 67. Padahal, jika titik-titik data yang
terletak di kuadran III juga diperhitungkan, maka akan nampak
bahwa nilai interpolasi ketinggian untuk node grid yang sama sangat
berpotensi untuk mencapai nilai 80-an (di luar domain ketinggian 57
67). Begitu pula jika titik-titik data yang berlokasi di kuadran
lain juga diperhitungkan. Hasilnya sangat berpotensi untuk berbeda
secara signifikan (beberapa meter)! Demikian pula, tentu saja, hasil-
hasil penggambaran garis-garis konturnyapun akan berbeda secara
signifikan karena perbedaan di dalam pemilihan titik-titik data
masukan pada proses gridding-nya. Oleh karena itu, walaupun
nampaknya sangat sepele, penentuan atau penyelesian titik-titik data
yang akan dilibatkan di dalam proses

Bab 5 Proses Gridding Untuk File Data Surfer


gridding (seperti telah direpresentasikan oleh items yang terdapat di
dalam tab "Search") sangatlah penting. Pengaruhnya sangat
signifikan dan tidak bisa dianggap remeh seperti halnya penentuan
metode gridding-nya sendiri.

5.2.5 Format File Hasil Gridding


Setelah semua parameter gridding-nya ditentukan, maka sebelum
menekan tombol "OK" untuk segera memulai proses gridding-nya,
pengguna sebaiknya terlebih dahulu menekan tombol yang terletak
paling kanan yang terdapat di dalam frame "Output grid file". Jika
tombol ini ditekan, pengguna dapat menentukan sendiri (ketimbang
pilihan default) nama file berikut tipe file grid (save as type) yang
dihasilkan oleh Surfer yang bersangkutan. Sebagai ilustrasi, berikut
disajikan contoh file basil proses gridding yang disimpan di dalam
format file ASCII (GS ASCII (*.grd)).

STALU Identifikasi file grid ASCII

File Edit Form. _ew Help Bads

_
DSAA
" ' a 132
1 111 7 -
108
.-- - 559000 690000
Min x ..,9235000 9342000
____er 9.635 566.920

min y I 58.942 58.847 58. 02 60.488 61. 673 ., B aris nilai Z node grid
61.120 61.096 60.9 765 60.499 62.923 .
MillZ 60.233 60.155 60.404 61.465 62.650 63.836
63.449 63.560 63.595 63.543 63.392 63.132
61.596 62.456 63.641 64.815 65.998 67.184 Blok data
Contoh65.365
Gambar 5.19:65.008 65.676
Tampilan 65.936
File Hasil 66.141
Proses 66.287
Gridding
66.326 66.168
Format65.904
ASCII 65.516 64.995 64.339
64.981 66.247 67.407 68.486 69.526 70.585
66.522 67.010 67.463 67.881 68.261 68.601
102 68.898 69.146 69.342 69.477 69.546 69.538 j .
68.608 68.109 66.640 65.670 64.683 64. 081...r.Model Permukaan Dijital
l. B is ntlai Z node grid
69.576 70.776 71.804 72.700 73.521 7 4 . 3 3 7
7

Walaupun demikian, jika pengguna memilih format ASCII XYZ


(*.Dat) sebagai keluaran hasil proses gridding-nya, maka yang akan
didapat adalah file teks yang berisi baris-baris koordinat (absis,
ordinat, dan ketinggian) node grid-nya seperti pada tampilan
berikut (gambar 5.2o). Pengguna, secara bebas, dapat memilih
format keluaran proses gridding ini. Pemilihan format ini akan
bergantung pada kebutuhan pengguna: (1) apakah akan diproses
dalam Surfer dengan menampilkan garis-garis kontur beserta
profilnya, sebagai contoh; (2) apakah akan diproses lebih lanjut
dengan menggunakan perangkat lunak lainnya.

stat_otro.dat - Notepad 14-


File Edit Format
View
Help AYtIX
640000 9236000 58. 942
641000 9236000 58. 847
642000 9236000 58. 887
3 000 9236000 59. 302
44000 92_ 00 60.488
64114,0 92 00 61.673
63A.80 9237000 61. 0
63 5000 9237000 61. 6
636000 9237000 60. 973
637000 9237000 60. 765
638000 9237000 60.499
639000 9237000 60. 233
640000 9237000 60.155 Gambar 5.20: Contoh
641000 9237000 60.404 Tampilan File Hasil
Proses Gridding Format
ASCII XYZ (*.Dat)

5.2.6 Gridding Fungsi Matematis


Selain dari metode-metode pendukung proses gridding seperti
yang telah disebutkan sebelumnya, meskipun agak jarang
digunakan, Surfer juga menyediakan fasilitas gridding yang
didasarkan pada fungsi matematis yang didefinisikan sendiri oleh
pengguna. Dengan fasilitas ini, pengguna dapat membuat sebuah

Bab 5 Proses Gridding Untuk File Data Surfer


file grid yang pada gilirannya dapat dibentuk menjadi (model) 26
permukaan matematis (murni) yang tidak terkait sama sekali dengan
data ukuran lapangan yang merupakan hasil rekaman persamaan
(fungsi) matematis dengan dua variabel bebasnya: z
y).

Sebagai ilustrasi, berikut adalah contoh langkah-langkah yang dapat


ditempuh dalam mengeksplorasi fasilitas yang bersangkutan:
1. Gunakan menu "Gridl Function" hingga muncul kotak dialog
"Grid Function".
2. Pada kotak dialog yang baru muncul ini, khususnya di dalam
textbox "Enter a function of the form z=f(x,y)", ketikkan sebuah
fungsi matematis27 di dalam notasi atau format penulisan yang
didukung oleh Surfer. Sebagai contoh adalah persamaan
z=(pow(x,2)+pow(y,2))*(sin(8*atan2(x,y))) yang ekivalen dengan
persamaan: z=(x2+y2)*sin(8*ArcTan(x/y)). Pengguna memiliki
kebebasan28 di dalam mengetikkan fungsi matematis29 (apa saja)
ke dalam textbox ini untuk memenuhi keperluannya.
3. Pada textbox "Minimum" x dan y, ketikkan nilai awal (minimum atau
batas bawah) untuk nilai-nilai x dan y (koordinat grid minimum) yang
akan dikenakan terhadap fungsi yang telah terdefinisi sebelumnya.
4. Pada textbox "Maximum" x dan y, ketikkan nilai akhir (maksimum
atau batas atas) untuk nilai-nilai x dan y (koordinat grid maksimum)
yang akan dikenakan terhadap fungsi yang sama.

2 6
File grid untuk model matematis ini bisa jadi dibuat dengan tujuan-tujuan
pengujian hasil-hasil,pemodelan atau analisis terhadap suatu masalah yang
dampak (fungsi)nya dapat direpresentasikan dengan bentuk tiga dimensi.
27 Keterangan mengenai format penulisan fungsi matematis yang didukung
oleh Surfer dapat dilihat pada online help-nya yang berjudul
"Mathematical Functions".
28
Bebas asal valid di dalam terminologi Surfer.
29
Fungi matematis ini akan dijalankan sekali untuk menghasilkan setiap nilai z
milik node grid-nya. Oleh karena itu, jumlah node grid dan hitungan fungsi
akan bergantung pada nilai-nilai minimum, maksimum, dan pertambahan
nilainya (increment).

Model Permukaan Dijital


5. Pada textbox "Increment" x dan y, ketikkan nilai-nilai pertambahan
(interval atau ukuran grid) balk dalam arah x maupun y.
6. Klik tombol "Change Filename" untuk menentukan file hasil
proses gridding matematisnya.
7. Tekan tombol "OK" untuk rnemulai proses gr-idding-nya.

Enter a function of the foim Z = f KY).


z = (pow(x.2) + pow(y.,21) x(sin(8'atan2(x..y)))
Cancel

Maximum:

Increment: 11.0

C: \clata_eddy\mathgrd.grd

Gambar 5.21: Contoh Tampilan Kotak Dialog "Grid Function"

Contoh tampilan basil atau representasi lanjut dari proses gridding di


atas adalah sebagai berikut:

Gambar 5.22: Contoh Tampilan Kontur & Permukaan Model Matematis

Bab 5 Proses Gridding Untuk File Data Surfer Q.


Jika pengguna memakai fungsi z=sin(sqrt(pow(x,2)+pow(y,2))-0.5)
pada kotak dialog "Grid Function", maka yang didapat adalah
tampilan seperti berikut.

Gambar 5.23: Contoh Tampilan Kontur & Permukaan dengan Model Matematis Hainnya

Sebagai referensi 30 , berikut adalah fungsi-fungsi matematis yang


dapat digunakan oleh para pengguna Surfer dalam membentuk
permukaan 3 dimensi.

Fungsi Trigonometri

No Nama Fungsi Keterangan


1 Sin(x) Sinus
2 Cos(x) Kosinus
3 Tan(x) Tangen
4 Asin(x) Arkus Sinus
5 Acos(x) Arkus Kosinus
6 Atan(x) Arkus Tangen, x dintara -pi/2 dan +pi/2
7 Atan2(x) Arkus Tangen, x diantara -pi dan +pi

3
Lihat online help Surfer dengan topik "Mathematical Functions".

los Model Permukaan Dijital


Fungsi Bessel
No Nama. Fungsi Keterangan
1 Jo(x) Fungsi-fungsi Bessel tipe pertama di
J1(x) x derajat o, 1, dan n.
Jn(n,x)
4 Yo(x) Fungsi-fungsi Bessel tipe kedua di x derajat
Y1(x) o, 1, dan n. nilai-nilai x tidak boleh negatif.
Yn(n,x)

Fungsi Eksponensial
No Nama Fungsi Keterangan
1 Exp(x) Fungsi eksponen, ex
2 Sinh(x) Sinus hiperbola
3 Cosh(x) Kosinus hiperbola
4 Tanh(x) Tangen hiperbola
5 Ln(x) Logaritma alamiah, x hares positif
6 Logio(x) Logaritma basis 10, x hares positif
7 Pow(x,y) X pangkat y

Fungsi Statistik
No Nama Fungsi Keterangan
1 Sum(a..z) Menghitung nilai total dari nilai-nilai milik
beberapa kolom data pada bads yang sama
2 Avg(a..z) Menghitung nilai rata-rata dari nilai-nilai
milik beberapa kolom data pada baris yang
sama
3 Std(a..z) Menghitung nilai deviasi standar dari nilai-
nilai milik beberapa kolom data pada baris
yang sama
4 RowMin(a.. z) Menghitung nilai minimum dari nilai-nilai
mill beberapa kolom data pada baris yang
sama
5 RowMax(a..z) Menghitung nilai maksimum dari nilai-
nilai milik beberapa kolom data pada baris
yang sama

Bab 5 Proses Gridding Untuk File Data Surfer rT10%-t1


Fungsi Lainnya
No Nama Fungsi Keterangan
1 Min(x,y) Mencari nilai minimum antara x dan y
2 Max(x,y) Mencari nilai maksimum antara x dan y
3 Randn (x,y) Bilangan acak distribusi normal gauss
dengan nilai tengah x dan deviasi standar y.
4 Rand(x) Bilangan acak dengan distribusi
uniform antara o dan x.
5 Row() Jumlah bans
6 Ceil(x) Mendapatkan bilangan bulat terkecil
yang lebih besar atau sama dengan X.
7 Floor(x) Mendapatkan bilangan bulat terbesar
yang lebih kecil atau sama dengan x.
8 Scirt(x) Mendapatkan akar dari x, x tidak
boleh negatif.
9 fAbs(x) Mendapatkan nilai absolut dari x.
10 fMod(x,y) Mendapatkan pecahan hasil (bagi) x/y.
11 D2R(x) Konversi dari derajat ke radian.
12 R2D(x) Konversi dari radian ke derajat.

Model Permukaan Dijitai


BAB

MEMBUAT PETA KONTUR St

MODIFIKASI TAMPILANNYA

Kontur, garis-garis kontur, atau bahkan peta kontur 1 adalah garis-


garis (hayal) yang menghubungkan lokasi-lokasi titik-titik yang
memiliki nilai ketinggian2 yang sama. `Struktuf yang berbasiskan
vektor ini sangat efektif di dalam memberikan gambaran visual tiga
dimensi pada manusia di atas media dua dimensi. Selain itu,

Di dalam beberapa literatur, terutama di dalam konteks tertentu, garis-garis


kontur terkadang juga dirujuk dengan istilah-istilah sebagai berikut: level
set, isorithm, isoline, isogram, isopleth, isobars, isotherm, dan lain
sebagainya.
2 Di dalam berbagai aplikasi, ide pembuatan garis-garis kontur ini tidak selalu
digunakan untuk merepresentasikan nilai nilai ketinggian, tetapi juga untuk
nilai-nilai lainnya (balk yang bersifat alamiah atau man-made) yang dapat
dimodelkan sebagai dimensi ketiga. Nilai-nilai lain tersebut di antaranya
adalah tekanan, curah-hujan, suhu, (anomali & undulasi) gayaberat,
kekuatan sinyal, dan masih banyak lagi.

Bab 6 Membuat Peta Kontur & Modifikasi Tampilannya


bentuk representasi vektor3 ini, sangat memungkinkan untuk
dianalisis4 lebih lanjut guna menghasilkan produk-produk
turunannya. Oleh karena itu, hingga saat ini, dari sekian banyak
kemungldnan lain, garis-garis kontur merupakan bentuk yang paling
umum digunakan manusia di dalam upayanya untuk
merepresentasikan (sebagian) realitas (model ketinggian)
permukaan bumi (tiga dimensi) atau topografi.

Peta kontur adalah produk pertama DTM atau DEM yang masih
sangat dominan hingga saat ini. Terutama pada masa-masa yang
lalu dimana kebanyakan prosesnya dilakukan secara manual, dan
analisis yang dilakukan dengan basis visual masih menjadi pilihan
utama. Dari produk pertama ini dapat dihasilkan beberapa produk
turunan. Hingga pada saat ini, masih banyak pekerjaan atau
aplikasi baik yang memiliki basis operasional manual maupun
dijital yang dilakukan atas dasar atau (paling tidak dengan
pertimbangan) pola-pola 5 garis kontur yang terpampang di atas
peta. Pekerjaan tersebut di antaranya adalah perencanaan rute jalan
raya, saluran air, alternatif jalur pipa, site-plan, analisis
perambatan sinyal, dan lain sebagainya. Kebanyakan aplikasi ini
bernuansa survey, pemetaan, dan civil work. Oleh karena itu, peta

3 Garis-garis kontur merupakan salah satu bentuk representasi (dari data


aslinya) ketinggian, tetapi bentuk yang satu ini memiliki beberapa
keistimewaan. Salah satunya adalah kemudahannya untuk dianalisis
hingga dapat menghasilkan produk-produk turunan yang juga bermanfaat.
Terkadang, kebanyakan manusia malah akan lebih cepat memahami
permukaan bumi melalui sajian peta kontur ketimbang secara langsung
diberi angka-angka ketinggiannya.
4
Baik secara manual di atas kertas maupun secara otomatis dengan
menggunakan perangkat lunak yang terkait dengan survey, pemetaan, atau
sistem informasi geografis.
5 Sering kali, dengan cara melihat pola-pola garis kontur, pengguna sudah
dapat secara langsung menebak keberadaan (lokasi) sungai dan kemana
arah alirannya. Demikian pula dengan pekerjaan perencanaan rute jalan
atau jalur pipa, dengan melihat pola-pola konturnya pada skala yang cukup,
gambaran umumnya tidak jarang sudah nampak di depan mata.

1
07 1 Model Permukaan Dijital
kontur beserta perangkat lunak terkait sudah sangat dikenal di
bidang-bidang ini.

Seperti halnya penyajian peta-peta dengan tema-tema yang lain,


peta kontur produk aplikasi Surfer (pada umumnya) tidak disajikan
begitu saja sebagai layer tunggal yang miskin informasi. Surfer
memungkinkan setiap penggunanya untuk meng-customise peta-
peta konturnya hingga tampilannya sesuai dengan kebutuhan (mirip
sebuah layout peta). Sehubungan dengan hal ini, maka berikut akan
dibahas langkah-langkah bagaimana: (1) membuat atau
menampilkan peta kontur; (2) menentukan interval kontur; (3)
menentukan degradasi warna untuk area-area antar-kontur; (4) label
kontur; (5) sudut pandang; (6) menentukan skala tampilan (7)
menambahkan anotasi, simbol, dan lain sejenisnya.

6.1 Membuat Peta Kontur


Untuk membuat peta kontur dengan menggunakan Surfer,
pengguna hanya perlu mengikuti langkah-langkah sederhana
seperti berikut:
1. Dalam kondisi user-interface dokurnen tipe plot yang aktif,
gunakanlah menu "Map I Contour Map I New Contour Map".
2. Kemudian, pada kotak dialog "Open Grid" yang muncul, ketikkan
nama file grid yang akan dijadikan dasar pembuatan peta konturnya.
Sebagai contoh adalah file "Helens2.Grd" yang pada umumnya
terdapat di dalam sub-direktori sample Surfer. Kemudian tekan
tombol "Open".
3. Setelah penekanan tombol di atas, Surfer segera menampilkan (secara
default) peta kontur (di dalam window tipe plot) bersama dengan
keterangannya yang dimuat di dalam window object manager yang
terletak di sebelah kirinya.

Bab 6 Membuat Peta Kontur & Modifikasi Tampilannya


y 1=M11+H
ap
Right Axis
la+F4 Left Axis E.
To p Axis
-El. Bottom
Axis 2l
Co ntours

Gambar 6.1: Contoh Tampilan Defaolt Window Peta


Kontur Berikut Window Object
Manager-nya.

Setelah melihat peta konturnya, jika


pengguna kurang puas6 dengan
tampilannya, apalagi jika ia juga sudah
membandingkan dengan realitasnya di
permukaan bumi (dan membuat sketsanya
dengan balk), maka ia bisa saja
melakukan beberapa hal seperti

6 Terutama pada area-area yang keseluruhan


permukaannya sangat tidak beraturan
(apalagi nampak seolah dis-kontinyu dengan
hadirnya banyak man-made features,
breaklines dan faults) dan tidak mudah untuk
diinterpolasikan secara sederhana oleh suatu
model matematis untuk wilayah-wilayah yang
luas.

'112 Model Pe
berikut (peta kontur sebagai alat evaluasi pengukuran di lapangan dan
metode gridding yang telah digunakan):
1. Melakukan pengukuran ulang, dan mengkombinasikan hasil ukuran
dengan data yang sudah ada, kemudian melakukan proses gridding
kembali.
2. Atau, memeriksa data yang sudah ada, membuang (mem-filter) data
yang dianggap lurang balk', menambah (mengukur ulang) data di
lokasi-lokasi yang `oolong', dan melakukan proses gridding ulang.
3. Melibatkan data (ke dalam DTM) untuk aspek-aspek breaklines, faults,
atau bahkan melakukan blanking7 untuk area atau unsur spasial
tertentu.

Jika ketiga langkah tersebut masih menyebabkan tampilan garis-


garis konturnya kurang memuaskan 8 , maka pengguna dapat
memutuskan untuk menempuh salah satu dari dua langkah
tambahan berikut:

7 Pembahasan mengenai aspek-aspek breaklines, faults, dan blanking dan


pengaruhnya terhadap DTM diberikan pada bab tersendiri (bab 7).
8 Proses gridding (interpolasi) dilakukan atas dasar [interpolasi] rumus
matematika (yang termasuk sederhana) belaka, sementara itu, di lain pihak,
mata dan logika visual manusia (yang diperoleh dari tambahan segudang
latihan dan pengalaman pengamatan lapangannya) sangat kompleks dan
tidak mudah untuk dimodelkan. Oleh karena itu, tidak heran, jika garis-garis
kontur hasil gridding perangkat lunak ('objektif'), pada kondisi tertentu
(terkadang), tidak memuaskan manusia ('subjektif). Pada situasi inilah,
menurut penulis, pengguna dapat meng-edit atau meng-adjust garis-garis
kontur tersebut hingga terasa lebih logis menurut (akal) visual manusia. Hal
ini tentu saja tidak semata dilakukan atas dasar subjektifitas manusia, tetapl
juga atas dasar (atau pertimbangan) kenyataan bahwa: (1) data hasil
pengamatan belum tentu memiliki jumlah dan distribusi yang benar-benar
representatif; (2) setiap metode gridding berikut advanced options-nya
memiliki kekhasan (khususnya kekurangan dan kelebihan) tersendiri
(menghasilkan garis-garis kontur yang berbeda satu sama lainnya
[perhatikan gambar 5.15a hingga 5.15e pada sub-bab 5.2.3 bab 5
sebelumnyaj); (3) data DTM belum tentu dapat merekam atau memodelkan
dengan balk semua unsur-unsur spasial yang memiliki kekhasan tertentu
dengan segala konsekuensi matematisnya (paling tidak terdapat beberapa
alternatih atau asumsi yang terkait dengan kekhasan unsur spasial di sini).

Bab 6 -- Membuat Peta Kontur & Modifikasi Tampilannya


a) Mengeksport peta kontur ke dalam format perangkat lunak GIST atau
CAD, meng-editu (online atau on-screen digitizing) garis-garis
konturnya (menggeser-geser dan menghapus yang sudah ada atau
menambahkannya yang bare) dengan memanfaatkan perangkat lunak
tersebut (plus me-maintain [tagging] atribut ketinggiannya), langsung
melakukan re-gridding dengan perangkat lunak lairmya (dengan
menggunakan informasi atribut ketinggiannya) atau langsung
mengekport kembali (reverse) ke format Surfer dan kemudian
melakukan re-gridding kembali.
b) Atau, jika hanya untuk memenuhi kebutuhan sesaat (drawing),
pengguna bisa segera mengeksportnya ke format data perangkat
lunak GIS atau CAD, kemudian meng-edit (online atau on-screen
digitizing) garis-garis konturnya hingga mendekati bentuk
permukaan bumi sebenarnya dan kemudian memasukkan (tagging)
nilai-nilai atribut ketinggiannya pada masing-masing garis kontur
tersebut.

6.2 Grid az Komponen Peta Kontur


Pada saat penggambaran petanya, kita bisa melihat bahwa
sebenarnya garis-garis kontur direpresentasikan oleh vektor atau
sekumpulan segmen-segmen garis lurus (yang relatif pendek) yang
bersebelahan (dan saling tersambung) dalam membentuk suatu
kurva yang tertutup 12 . Segmen-segmen garis ini dibentuk dengan
eara menghubungkan titik-titik perpotongan antara garis kontur

1
9
Geographic information system; sistem informasi geografis.
Computer aided design.
Berdasarkan ingatan visual pada saat pengukuran di lapangan, sketsa yang
dibuat di lapangan, feeling, dan peta topografi atau situasi yang sudah ada
untuk area studi yang sama.
12
Di dalam peta kontur, garis kontur bisa merepresentasikan kurva-kurva
tertutup berdasarkan segmen-segmen yang membentuknya. Atau, is juga
bisa merepresentasikan kurva-kurva tertutup berdasarkan segmen-segmen
pembentuknya dan batas-batas pinggir peta konturnya. Yang jelas, garis-
garis kontur tidak putus, menggantung, atau bercabang di dalam peta-peta
kontur.

114 1 Model Permukaan Dijital


dengan garis grid-nya. Sementara itu, koordinat (X, Y) titik-titik
potong ini ditentukan dengan cara menginterpolasikan 13 nilai-nilai
ketinggian (Z) yang terdapat pada node grid yang tepat
bersebelahan.

Ketika pengguna rnemulai proses gridding, sebenarnya, is juga


mendefinisikan batas-batas grid. Batas-batas ini, pada gilirannya,
akan menentukan jangkauan yang dimiliki oleh peta konturnya.
Oleh karena itu, khusus pada perangkat lunak Surfer, peta kontur
tidak dapat dibuat melebihi batas grid-nya. Walaupun demikian,
setiap pengguna dapat membuat peta kontur yang memiliki
jangkauan wilayah yang lebih kecil dari pada jangkauan hasil
gridding-nya. titik potonq

46 49 52 54

z node
gad

titik potting
4

Gambar 6.2:
Contoh
Tampilan
Penggambaran
Kontur 50

13
Pada proses gridding, nilai z akan diinterpolasikan untuk koordinat (x,y)
tertentu (diketahui) berapa nilai z untuk koordinat x,y tertentu.
Sementara pada proses contouring, nilai-nilai (x,y) akan diinterpolasikan
untuk ketinggian (z) tertentu (diketahui) berapa nilai x,y untuk ketinggian
z tertentu.

Bab 6 Membuat Peta Kontur & Modifikasi Tampilannya 11


Seperti terlihat pada gambar 6.i, Surfer menggambar peta kontur
dengan berbagai pilihan default. Sebagai tambahan yang tidak kalah
pentingnya, pada gambar itu juga terlihat bahwa setiap peta kontur
Surfer disertai dengan window object manager-nya yang
merepresentasikan komponen-komponen peta kontur yang bisa di-
customize sesuai dengan kebutuhan. Komponen-komponen tersebut
antara lain adalah: interval kontur, warna isian, faktor kehalusan,
atribut garis kontur, hachures, skala, sumbu, arah peta, latar-
belakang, dan lain sebagainya.

Setelah tampilan garis-garis kontur itu sendiri, sumbu-sumbu yang


menyatakan koordinat garis-garis kontur tersebut merupakan hal
yang sama pentingnya (basic properties). Sumbu-sumbu itu
merepresentasikan sistem koordinat yang digunakan sebagai alat
representasi. Oleh karena itu, berikut adalah beberapa langkah yang
digunakan untuk mengatur properties sumbu-sumbu peta kontur di
atas.

6.2.1 Pengaturan Sumbu Y Kid


Untuk mengatur properties sumbu Y yang terletak paling kiri,
pengguna hanya perlu menempuh langkah-langkah berikut:
r. Doubleclick-lah item "Left Axis" yang terdapat di dalam window
object manager hingga muncul kotak dialog "Map: left axis
properties".
2. Pada kotak dialog yang baru muncul ini, aktifkan tab "General".
3. Pada textbox yang tersedia, ketikkan title (misalkan "sumbu
Y"), tentukan kedua offset-nya.
4. Tekan tombol "Font" untuk menentukan jenis font, warna, dan
ukuran title-nya.
5. Tekan tombol "Axis attributes" untuk menentukan style, warna,
dan ketebalan garis sumbunya.
6. Aktifkan checkbox "Show" Magi label sumbu koordinatnya. Tentukan
sudut penulisan label dan offset-nya jika perlu.

Mode! Permukaan Dijital


7. Tekan tombol "Label Format" untuk menentukan format penulisan
label ordinatnya.
8. Tekan tombol "Font" untuk menentukan jenis, warna, dan ukuran font
bagi penulisan label ordinatnya.

Map: Left Axis Properties

General Ticks Scaling Grid Lines


Title Labels

Sumbu Y E' Show Angle: 1270

Offset:
Offset along axis: [0.00 in ____
Offset from axis: 0.00 in Label Format.., J Font...

Font... Angle: 10
Axis Plane

Axis Attributes:
xy YZ

OK Cancel Apply

Gambar 6.2a: Contoh Tampilan Kotak Dialog "Map Left Axis Properties"

9. Aktifkan tab "Ticks", dan tentukan arah (di dalam atau di luar area
peta kontur) dan panjang milk major (garis yang agak panjang di
setiap label ordinat) dan minor ticks (beberapa garis yang agak
pendek di antara label ordinat) yang diperlukan untuk sumbu y
sebelah kiri.
10. Aktifkan tab "Smiling", tentukan koordinat minimum, maksimum,
interval antar major ticks, ordinat major tick pertama, dan ordinat
major tick terakhir.
11. Aktifkan tab "Grid Lines", jika perlu, aktifkan checkbox "Major grid
lines" untuk menampilkan grid atau garis horizontal dari setiap major

Bab 6 Membuat Peta Kontur & Modifikasi Tampilannya 111


ticks dan aktifkan checkbox "Minor grid lines" untuk menampilkan
grid atau garis horizontal dari setiap minor ticks.
12. Tekan tombol-tombol "Apply" dan "OK" untuk keluar kotak
dialog "Map: left axis properties" dan segera menerapkan hasil
setting properties-nya.

6.2.2 Pengaturan Sumbu Y Kanan


Jika diperlukan, dengan cara yang sama seperti di atas, setiap
pengguna juga dapat mengatur properties milik sumbu y sebelah
kanan. Walaupun demikian, pada umumnya, sumby y sebelah kanan
jarang diberi informasi lengkap seperti halnya sumbu y sebelah kiri.
Artinya, biasanya properties sumbu y sebelah kanan di-set secara
default saja (tidak mengalami perubahan apapun).

6.2.3 Pengaturan Sumbu X Bawah


Sebagaimana halnya sumbu y sebelah kiri, sumbu x yang terletak di
bawah (bottom axis) pada umumnya diberi beberapa informasi
tambahan; termasuk title-nya. Artinya, properties sumbu ini perlu
dirubah sesuai dengan kebutuhan. Untuk merubah properties sumbu
ini, pengguna perlu menempuh cara yang sama dengan pada bahasan
sub-bab 6.2.1 di atas (pengaturan sumbu y kiri). Walaupun demikian,
di sini ada sedikit perbedaan; yang perlu di-double-click adalah
"Bottom Axis" sebagai pengganti "Left Axis".

6.2.4 Pengaturan Sumbu X Atas


Seperti halnya sumbu y kanan, properties sumbu x atas (top axis)
jarang sekali dirubah; diambil setting default. Walaupun demikian,
jika pengguna merasa perlu untuk merubahnya, gunakanlah cara
yang sama sebagaimana merubah setting properties milik sumbu x
bawah (bottom axis).

8 Model Permukaan Dijital


Gambar 6.2b: Contoh Tampilan Peta Kontur yg Properties Absis & Ordinatnya telah
Dirubah

6.3 Modifikasi Properties Peta Kontur


Setelah peta konturnya dimunculkan (seperti pada contoh gambar
6.1 di atas), pengguna dapat memodifikasi tampilan default-nya
hingga sesuai dengan kebutuhan. Untuk memodifikasi tampilan
default ini, pengguna perdu melakukan double-click terhadap
tampilan peta konturnya (yang muncul di dalam dokumen tipe plot)
atau terhadap icon (checkbox) "Contours" yang terdapat di dalam
window object manager-nya. Setelah itu, akan muncul kotak dialog
"Map: Contours Properties" yang siap digunakan.

Bab 6 Membuat Peta Kontur & Modifikasi Tampilannya 110


63..1 Wama Isian & Penghalusan Garis Kontur
Setelah muncul kotak dialog "Map: Contours Properties", aktifkan
(klik) tab "General". Untuk mewarnai (pada umumnya dalam
terminologi skala keabuan) area-area yang terdapat di antara
masing-masing garis kontur, pengguna perlu mengaktifkan (klik)
checkbox "Fill Contours". Tetapi untuk menampilkan legenda
(keterangan) warna-warna isiannya, pengguna perlu mengaktifkan
(klik) checkbox "Color Scale". Sedangkan untuk mendapatkan
tampilan garis-garis kontur yang lebih baik (halus), pengguna juga
dapat mengaktifkan checkbox "Smooth Contours" berikut
pilihannya yang tersedia.

Map: Contours Properties


- Filled Contours -=Smoothing Blanked Regions-
Levels View 1 Scale
: IV Fill Contours
Input
I 17 GridScale
color File I Amount: 1Low ;P !
Smooth
rEmamah\FIELENS2.GRD
Contotar 01:1:
; None

Line: Invisible

Fault Line Properties:


li ne pr op er tie s
Gambar 6.3: Contoh Tampilan Kotak Dialog "Contours Properties" tab "General"

O Apply
K
Setelah tombol-tombol "Apply" dan "OK" ditekan, maka aplikasi
Surfer akan memberikan tampilan peta kontur seperti contoh
berikut.
120 1 Model Permukaan Dijital
2600
t 2600
2400
2300
2200
2100
2000
1600
1800
1700
1600
1500
1400
1300
1200
1100
1000
GOO
800
700
558000 560000 562000 564000 566000 600

Gambar 6.4: Contoh Tampilan Peta Kontur dengan Pola Isian Warna & Legendanya
(Colorscale)

Jika pengguna kurang puas dengan warna default colorscale


(greyscale) milik surfer, is bisa menggantinya dengan warna-warn
atau pallete yang lain dengan cara:
a) Munculkan kotak dialog "Map: Contours Properties" seperti di atas.
Aktifkan checkbox "Fill Contours" & "Color Scale"-nya.
b) Aktifkan (klik) tab "Levels", dan klik "Fill" bingga inuncul kotak dialog
"Fill". ,12sj
1

OK
FillP&tern.

Cancel
Foregnaund Color
Affected Levek
First: 1
kath.grotind color. Ma=
sal: 11
Ga mb ar 6 .4 a: C on to h
Tam pi la n K ot ak D ia lo g " Fil l" ackgmqnd IvIode

Bab 6 Membuat Peta Kontur & Modifikasi Tampilannya 121


c) Pada kotak dialog yang bare muncul ini, tekan tombol "Foreground
color" hingga muncul kotak dialog "Color Spectrum".

Color Spectrum _11 2(i


Old-Crick to insert new nodes, Del to remove

Color: 50% Black

111111-111117 Load.
END EEENE I
REEL I Save...

Data to Color Mapping

r Use data limits


Minimum:
OK
Maxim= 2600
Cancel

Gambar 6.4b: Contoh Tampilan Kotak Dialog 'Color Spectrum"

d) Pada kotak dialog yang barn muncul ini, tekan tombol "Load" hingga
bermuncullanlah nama-nama file pallete milik Surfer yang terdapat di
dalam sub-direktori " \ surfer \samples \ ". Sebagai contoh, pilihlah
salah satu di antaranya ("landsea") dengan mengklik-nya. Tekan
tombol "Open". Kemudian telan pula tombol "OK".
e) Pada kotak dialog "Fill" yang masih terbuka, tekan tombol "OK". Dan

pada kotak dialog "Map: Contours Properties" yang juga masih


terbuka tekan tombol "Apply" dan "OK"

Model Permukaan Dijital


2600
2500
2400
2300
____2200
2100
2000
1900
1800
1700
1600
1500
1400
1300
1200
1100
1000
900
800
700
600

558000 560000 6 62000 56 4000 566 000

Gambar 6.4c: Contoh Tampilan Peta Kontur dengan Pallete lain

Bab 6 Membuat Peta Kontur & Modifikasi Tampilannya


Smoothing Smoothing
r Smooth CoilOum :
1.7
Smooth Contom
t.

LAmount: 1High

Gambar 6.4a: Contoh Tampilan Peta-Peta Kontur dengan Smooth & tanpa Smooth;
Kasus Smoothing yang Tidak Menghasilkan Perberbedaan yang Signifikan

6.3.2 Interval Kontur


Sebenarnya, setiap pengguna bisa saja menggambarkan garis-garis
kontur untuk ketinggian (atau ke dalaman) berapapun bebas
tanpa aturan selama datanya mendukung. Tetapi, karena ingin
memenuhi banyak hal yang terkait dengan masalah-masalah
kesederhanaan, kemudahan, dan tuntutan, hal ini tentu saja tidak
dilakukan. Penggambaran garis-garis kontur yang terdapat pada
peta topografi (juga batimetri) hanya dilakukan untuk nilai-nilai
ketinggian tertentu saja yang sudah dianggap representatif,
"standard", atau kebiasaan. Meskipun demikian, kebanyakan garis-
garis kontur yang terdapat pada peta-peta jenis ini 14 masih tidak
disertai dengan informasi ketinggiannya. Oleh karena itu, sebagai
pengganti, peta ini (untuk kemudahan pembacaan) perlu

14 Terutama peta-peta yang tidak jelas asal-usulnya.

Oki Model Permukaan Dijital


dilengkapi dengan label-label ketinggian15 beserta informasi mengenai
interval konturnyam.

Dengan menggunakan Surfer, untuk merubah interval kontur17 sesuai


kebutuhan:
a) pada saat muncul kotak dialog "Map: Contours Properties" seperti di
atas, pengguna perlu terlebih dahulu mengaktifkan (klik) tab "Levels".
b) Kemudian, pada kondisi ini, lakukan click atau double-click terhadap
judul kolom "Level" hingga muncul kotak dialog "Contour Levels".

Hach
is Terutama
Yes No pada garis-garis
click 800 No No
kontur indeks.
1000 No No
16
Beda nilai ketinggian di antara No
1200 setiap garis kontur dengan No kontur lain yang
garis
1400 1111111.1 No No
tepat bersebelahan. 1600 MUNE Yes No
17 Gambardapat
Pengguna 6.5: memilih 1800
nilai interval kontur
I-: untukNopeta konturnya
No sesuai
Contoh 2000 I No No
dengan kebutuhan. Walaupun 2200 demikian, pada kebanyakan kasus (khususnya
Tampilan Kotak No_____No
di Indonesia), nilai interval
Dialog "Contours kontur adalah nilai (bilangan)
2400 skala peta dibagi
No_____No
2600 ___________ Yes No
dengan bilangan
Properties" tab 2000. Dengan demikian, sebagai contoh, jika peta
konturnya
"Levels" akan disajikan di dalam peta berskala 1:25,000, maka interval
konturnya adalah 25,000 dibagi 2000 - 12.5 OK meter. Sementara
Cancel itu, Asebagai
pply
alternatif lainnya, pustaka [Agor80] (tepatnya di halaman 344) memberikan
keterangan lain bahwa interval kontur adalah 20 m dibagi dengan jumlah
cm di dalam setiap km-nya, atau 50 feet dibagi dengan jumlah inch di dalam
setiap mil-nya. Dengan demikian, sebagai contoh dengan aturan ini, pada
peta skala 1:50,000, maka 1km di lapangan - 2 cm di peta. Artinya interval
konturnya adalah 20 dibagi 2 - 10 meter.

Bab 6 - Membuat Peta Kontur & Modifikasi Tampilannya


c) Pada kotak dialog yang bare muncul ini, ketikkan nilai interval kontur
di dalam textbox "Interval", ketikkan nilai minimum kontur di dalam
textbox "Minimum", dan ketikkan nilai maksimum kontur di dalam
textbox "Maximum". Pengguna dapat melihat nilai-nilai referensi ini
di atasnya sebagai pertirnbangan; pada kasus ini kontur minimum
adalah 684 dan maksimum adalah 2547. Setelah itu, tekan tombol
"OK".

Contour Leveis

Data Limits: 684 to 15,47

Contour
Use Defaults 1
inimurrr. 11000

kifaxhum: 12500
OK
6.3.3 Label
Interval: f5cKontur Gambar 6.5a: Contoh
Cancel Tampilan Kotak Dialog
Setelah interval konturnya ditentukan, maka informasi berikutnya
"Contours Levels"
yang tidak kalah pentingnya (label kontur) peril" ditentukan.
Adapun langkah-langkah yang perlu dilakukan adalah sebagai
berikut:
1. Masih pada kotak dialog dan tab yang sama dengan di atas, kliklah
"Label" yang terdapat di dalam tab aktif hingga muncul kotak dialog
"Labels".
2. Pada kotak dialog yang bare muncul ini, tentukan parameter-
parameter yang menentukan tampilan label-label konturnya. Jika
perlu, pengguna bisa menekan tombol-tombol "Font" & "Format"
untuk menentukan parameter font (terutama ukuran dan jenis font-
nya) dan format label secara detil.

Model Permukaan Dijital


Labels

-Label Stacing---

Cutve Tolerance: 11.1


Label to Label Distance: 2.10 in

Label to Edge Distance: 10.50 ire

-Affected Levels--
.._ iOrient Labels Uphill

First: 1 Font:::

Format_
Set: 1

Gambar 6.5b: Contoh Tampilan Kotak Dialog "Labels"

3. Tekan tombol "OK".

Surfer, secara default, hanya menampilkan label-label kontur milik


kontur indeks. Pengguna bisa saja merubah ketentuan ini.
Misalkan, untuk menampilkan label kontur tertentu, pengguna
hanya perlu meng-klik (atau double-click) basis label yang
bersangkutan hingga bernilai "Yes" pada kolom "Label" (lihat
gambar 6.5 di atas). Sebaliknya, untuk menghilangkan label kontur
tertentu, kliklah (atau double-click) basis label yang bersangkutan
hingga bernilai "No".
Bab 6 Membuat Peta Kontur & Modifikasi Tampilannya
Gambar 6.5c: Contoh Tampilan Kontur dengan Labelnya

Setelah garis-garis konturnya berlabel sesuai dengan kebutuhan,


maka langkah berikutnya adalah mengatur posisi label-label terseb
ut. Pengaturan ini sangat diperlukan jika pengguna akan
menampilkannya bersama dengan objek-objek lain atau bahkan
kelak akan mencetaknya pada media hardcopy. Yang menjadi
tujuan pengaturan lokasi label kontur ini adalah kejelasan
informasi yang bersangkutan. Sebagai ilustrasi, berikut adalah
langkah-langkah yang diperlukan untuk mengatur posisi-posisi
label kontur:
1. Munculkan peta kontur yang ada. Pada window "Object Manager",
klik-kanan objek atau icon "Contours" Eg hingga muncul menu
konteksnya.
2. Pada menu kontek yang barn muncul ini, pilihlah item "Edit Contour

Label" hingga semua label kontur diberi garis penutup warna Ham.
Pada kondisi inilah pengguna dapat memindahkan se tiap label kontur
dengan cara men-drag-nyu (di sepanjang garis kontur yang
bersangutan) ke lokasi yang diinginkan.

Model Permukaan Dijital


mode
edit 1-
labels

Gambar 6.5c1. Contoh Tampilan Label Kontur Awal & Akhir

Keterangan: pada saat kotak dialog dan tab yang masih aktif ini,
pengguna dapat melakukan setting lanjut terhadap parameter-
parameter bentuk garis kontur (style, warna, dan lebar garis kontur
dengan meng-klik "Line"), isian area kontur (pola, warna latar-
belakang, warna depan dengan meng-klik "Fill"), dan hatch. Features
label dan bentuk garis kontur (termasuk warna dan ketebalannya)
sangat diperlukan untuk membedakan garis kontur yang satu dengan
yang lain. Sebagai contoh, pada kasus dimana data ketinggiannya
bercampur antara topografi dan batimetri (terutama di sekitar pantai

Bab 6 Membuat Pete Kontur & Modifikasi Tampilannya


seperti halnya gambar 6.to di bawah), maka hams dibedakan antara
kontur positif (topografi atau daratan), nol (garis pantai), dan negatif
(batimetri). Perbedaan ini akan lebih efektif dinyatakan jika
menggunakan representasi label dan bentuk garis kontur itu sendiri.

6.3.4 Sudut Pandang


Secara default, untuk menampilkan peta konturnya, Surfer
menentukan parameter-parameter: field of view 450, tilt 900, dan
rotation 00. Walaupun demikian, jika pengguna menghendaki
tampilan yang sedikit berbeda, is dapat merubah ketiga parameter
ini secara interaktif. Untuk merubahnya, pengguna hanya perlu
menempuh langkah-langkah seperti berikut:
1. Double-click-lah icon "Contours" (yang terdapat di dalam window

"Object Manager" yang pada umumnya terdapat di sebelah kin


tampilan peta konturnya) hingga muncul kotak dialog "Map:
Contours Properties".
2. Pada kotak dialog yang baru muncul ini, aktifkan tab "View".
Kemudian geser-geserlah scrollbar milik parameter-parameter field
of view, tilt, dan rotation sedemikian rupa hingga tampilannya sesuai
dengan kebutuhan.
3. Jika perlu, pengguna dapat mengaktitkan radio button "Perspective"
untuk mendapatkan tampilan perspektifnya.
4. Tekan tombol-tombol "Apply" dan "OK" hingga tampilan kotak dialog
"Map: Contours Properties" segera menghilang dan digantikan oleh
tampilan peta kontur yang berubah sesuai dengan seting baru ke tiga
parameter tersebut.

Model Perrnukaan Dijital


General I Levels. View Limits I Background

F Projection

Perspective
Field Orthoqraphic
Tilt
of 45'

View

Rotation: 30-'

OK

Gambar 6.6: Contoh Tampilan Kotak Dialog "Map: Contours Properties" tab "View"

Gambar 61: Contoh Tampilan Peta Kontur dengan Settings Baru

Bab 6 Membuat Peta Kontur & Modifikasi Tampilannya


6.3.4 Skala Numerik & Batas
Dengan menggunakan kotak dialog yang sama, pengguna juga
dapat menentukan skala (numerik), batas, dan latar tampilan peta
konturnya. Adapun langkah-langkah yang diperlukan adalah sebagai
berikut:
1. Double-click-lah icon yang terdapat pada "Object Manager" untuk
munculkan kotak dialog "Map: Contours Properties".
2. Untuk menentukan skala tampilan peta konturnya, aktifkan tab
"Scale", dan masukkan nilai-nilai (pada beberapa textbox yang
tersedia) yang merepresentasikan skala yang bersangkutan (X
scale dan Y scale). Surfer secara default akan membuat tampilan
yang proporsional antara sumbu X dan Y.
3. Untuk menentukan batas-batas tampilan peta konturnya, aktifkan
tab "limits", dan masukkan nilai-nilai (pada beberapa textbox yang
tersedia) yang merepresentasikan batas-batas yang bersangkutan
(xMin, xMax, yMin, dan yMax). Surfer secara default akan
membuat tampilan dengan batas-batas datanya.
4. Tekan tombol "Apply" dan "OK".

6.3.5 Menampilkan Scalebar


Jika pengguna memerlukan tampilan komponen scalebar (skala
batang) pada peta konturnya, is dapat menempuh beberapa langkah
seperti berikut:
1. Munculkan peta konturnya.
2. Pada object manager, khususnya pada object map, klik-kanan
hingga muncul menu konteksnya.
3. Pada menu konteks yang muncul, pilih item "Scale Bar" hingga
muncul kotak dialog "Scale Bar".

Model Permukaan Dijital


Cut
Copy
Delet
H- e
H Object ID...
2
Zoom Selected
Order Objects
Rotate...
Free Rotate
Transform...
1111==111111111
Digitize
Break Apart L herlay
Properties
Gambar 6.7a: Contoh
Tampilan Menu
Konteks object map

4. Pada kotak dialog yang barn muncut ini, tentukan beberapa


properties scalebar-nya (jumlah segmen/cycles scalebar, panjang
segmen, dan jarak antar-label scalebar).

Scale Bar
General
Labels.
Number of Cycles: 13
Font...

cycle Spacing: 11500


Format....
Label Increment: J1500
Angle:
X axis axis Z artis 70 u
A
Line Properties

Gambar 6.7b: Contoh


OK Cancel Tampilan Kotak
Dialog "Scale Bar"

Bab 6 Membuat Peta Kontur & Modifikasi Tampilannya


5. Jika perlu, pengguna dapat: (1) mengaktifkan radio button "X axis"
untuk membuat scalebar berdasarkan absis; (2) mengaktifkan radio
button "Y axis" untuk membuat scalebar berdasarkan ordinat; (3)
mengaktifkan radio button "Z axis" untuk membuat scalebar
berdasarkan ketinggian (z); (4) menekan tombol "Font" untuk
menentukan warna, ukuran, dan jenis font untuk label scalebar; (5)
menekan tombol "Format" untuk menentukan format penulisan angka
di dalam scalebar; (6) menekan tombol "Line Properties" untuk
menentukan warna dan pola garis scalebar; (7) kalau perlu,
menentukan sudut (angle) penulisan label scalebar; dan tekan tombol
"OK".

5112000

peta
:511 Woo

k:ontu
r
' * ) c / A ) ( \
:
Y ;

558000 560000 562000 564000 566000

Gambar 6.7c: Contoh Tampilan Scalebar pada Peta Kontur

6. Untuk meng-edit properties scalebar yang telah ada, pengguna hanya


perlu meng-klik objek scalebar yang bersangkutan, kemudian meng-
klik-kanannya hingga muncul menu konteksnya. Pada menu kontek
tersebut pilihlah item "Properties" hingga muncul kotak dialog "Map
Scale Properties" yang tampilannya mirip dengan kotak dialog "Scale
Bar" (gambar 6.7b di atas). Pada kotak dialog tersebut update-lah
properties yang diperlukan.
7. Surfer memungkinkan para.penggunanya untuk membuat lebih dari
satu scalebar. Sebagai contoh, pengguna boleh membuat satu

Model Permukaan Dijital


komponen scalebar lagi untuk menampilkan penyekalaan data
ketinggian; prosesnya sama saja dengan yang pertama (ikuti langkah-
langkah 1 hingga 7). Hanya saja, pada kotak dialog "Scale Bar" di atas,
yang diaktifkan adalah radio button "Z axis".

6.4 Membuat Kontur dari File DEM


Seperti telah disinggung sebelumnya bahwa Surfer dapat
memanfaatkan file DTM lain (DEM) di dalam aplikasinya. File DEM
ini dapat disetarakan dengan file grid (hasil proses gridding) Surfer.
Oleh karena itu, sebagai ilustrasi, berikut adalah contoh langkah-
langkah yang bisa ditempuh di dalam menampilkan peta kontur
berdasarkan file DEM:
1. Sama dengan cara sebelumnya, gunakan menu "Map 'Contour
Map I New Contour Map".
2. Pada kotak dialog "Open Grid" yang muncul, tepatnya pada combobox
"Files of type", pilih tipe "USGS DEM (*.dem)".
3. Kemudian, gunakan mouse click untuk memindahkan pointer ke
file DEM yang dimaksud (Misalkan adalah file "9192.dem").
4. Pada kondisi ini, jika pengguna menekan tombol "Grid Info", maka
sebagian dari informasi mengenai file DEM yang bersangkutan akan
muncul di bagian bawah kotak dialog ini.

Bab 6 Membuat Peta Kontur & Modifikasi Tampilannya


Open Grid

Look jrr, dem_usgs 4' al itiE


(modem sdts texas_24000_files di 9391.dem
[t 3678_penting.dem it 9464,dem
it 9192.dem Eli 9558.dem
el9367_penting.dern
Ed 9387c.dem
nania file dem

tipe raster grid, dein us gs .

File name: Open

Files of lype: USGS DEM j .den) Cancel

Name: BROADDLIS, TX-24000 LAT:: 3 15 0.0000 A Grid irk <<

Size: 487 rows x 402 columns


Spacing: X=30 meters, Y=30 meters, Z=1 meters
Projection: UTM
Zone: 15

Gambar 6.8: Contoh Tampilan Kotak Dialog "Open Grid"

5. Tekan tombol "Open" untuk segera meraunculkan tampilan (plot) peta


konturnya.

Model Permukaan Dijital


347 0000 -

348 6000 -

346 6000 -

340 4000 -

346 2000 -

346 0000 -

345 8000 -
370000 372000 3741100 37 6000 378000 380000

Gambar 6.9: Contoh Tampilan DEM1

Keterangan: File DEM18 ini merupakan DTM produk


USGS19 yang
dapat di-download secara gratis di website
http://data.geocomm.com/. Pada saat ini, format file
DTM yang disajikan oleh institusi tersebut adalah
SDTS (*.ddf) yang juga sebenarnya sudah didukung
oleh Surfer. Walaupun demikian, penulis
menggunakan format *.dem yang juga dapat dibaca
oleh Surfer dan untuk memenuhi tujuan
kemudahan pembacaan oleh perangkat lunak
lainnya karena struktur data file *.dem yang jauh
lebih

18 Sample yang digunakan pada contoh ini merupakan bagian (sebagian kecil
saja) dari DEM negara bagian Texas, Amerika Serikat.
19
US Geological Survey.

Bab 6 Membuat Peta Kontur & Modifikasi Tampilannya 131


sederhana. Penulis mendapatkan file DEM ini sebagai hasil konversi2
dari format SDTS hasil download.

6.5 Tool Navigasi sst Pemberian Anotasi


dan Simbol
Setelah peta konturnya dibuat dan ditampilkan, pengguna dapat
mengeksplorasi representasinya dengan menggunakan too/ navigasi
yang tersedia. Selain itu, jika masih diperlukan, pengguna juga
dapat menambahkan beberapa anotasi dan simbol dengan
menggunakan beberapa tombol yang lainnya.

Gambar 6.10: Contoh


Tampilan DEM2
20 Pengguna dapat memperoleh secara gratis tool pengkonversi DTM format
SDTS ke format DEM ini (file "SDTS2DEM.EXE") di beberapa website, di
antaranya adalah: http://www.cs.arizona.edukopovistaisdts2dem/ dan
http://www.gisdatadepot.com/dem/sdts2dem.html. Sementara itu, contoh
keterangan mengenai konversinya dapat dilihat pada pustaka [Prahasta04]
halaman 198. Sementara itu, pembahasan konversi format SDTS ke format
lainnya dibahas pustaka yang sama pada halaman 189 sampai 200.

Model Permukaan Dijital


Zoom Realtime
Rectangle
Polyline Ellipse

1 1
\ I= 0

Object Manager Polygon Round Rectangle


Pan Realtime Zoom Reck 36 Trackball Symbol

Gambar 6.11: Contoh Tampilan Tool Navigasi & Simbol

Keterangan:
1. Tombol atau toggle iQ "Object Manager" digunakan untuk
memunculkan atau menghilangkan tampilan (window) "Object
Manager". Ketika "Object Manager" tidak muncul, maka
keseluruhan ruang akan digunakan untuk menampilkan peta
kontur.
2. Tombol "Help" k? digunakan untuk memunculkan online help
milik aplikasi Surfer.
3. Tombol 1 "Select" digunakan untuk memilih, memindahkan, atau
merubah ukuran objek.

4. Tombol n
"Pan Realtime" digunakan untuk menggeser-geser
(paning) tampilan peta konturnya.
5. Tombol ca.
"Zoom Realtime" digunakan untuk memperkecil
(zoom out dengan cara men-drag ke arah bawah) atau
memperbesar (zoom in dengan cara men-drag ke arah atas)
tampilan unsur-unsur spasial yang terdapat di dalam peta
konturnya.
6. Tombol "Zoom In" digunakan untuk memperbesar tampilan
(dengan cara meng-klik).
7. Tombol a, "Zoom Out" digunakan untuk memperkecil tampilan
(dengan cara meng-klik).

Bab 6 Membuat Peta Kontur & Modifikasi Tampilannya


8. Tombol "Zoom Rect" digunakan untuk memperbesar tampilan
sesuai dengan rectangle (batas) yang dibentuk oleh kursor mouse-
nya.
9. Tombol C..) "Rotate" digunakan untuk merotasikan tampilan peta
kontur dengan cara men-drag -nya ke arah yang diinginkan.

Gambar 6.12: Contoh Tampilan Peta Kontur Terotasi

10. Tombol "3D Trackball" digunakan untuk merotasikan dan

men-zoom peta yang terpilih dalam 3D.


ii. Tombol T "Text" digunakan untuk menambahkan objek text
(anotasi) ke dalam peta kontur. Caranya adalah dengan: meng-
klik tombol yang bersangkutan; meng-klik kursor di posisi
dimana teks atau anotasinya akan diletakkan di atas peta kontur;
ketika muncul kotak dialog "Text" tentukan warna, ukuran, jenis
font, beserta teks yang bersangkutan, dan tekan tombol "OK"
untuk menutup kotak dialog "Text" dan menampilkan teks yang
bersangkutan di atas tampilan peta konturnya. Untuk meng-edit-
nya, pengguna hanya perlu men-double-click objek yang
bersangkutan di dalam "Object Manager"-nya hingga muncul

Model Permukaan Dijital


kotak dialog "Text Properties". Pada kotak dialog yang baru
muncul ini, tentukan properties teks (warna, jenis font, ukuran,
dan teks itu sendiri) yang diinginkan.

E A Text
Cil-CEI Map
p Right
LeftAxi!-Cli+-
HTopAxi!
21-4-1
Bottom

Object
Manager
Gambar 613 Contoh
Tampilan Peta Kontur
Berikut 2 text tambahan & Object
Manager-nya

12. Tombol a"Polygon" digunakan untuk menggambar objek poligon di


dalam peta kontur.
13. Tombol "Polyline" digunakan untuk menambahkan objek poliline di
dalam peta kontur.
14. Tombol * "Symbol" digunakan untuk menggambarkan objek simbol
titik di dalam peta kontur. Untuk menggambar simbol, tekan tombol
ini, dan klikkan kursor di posisi dimana simbol akan ditempatkan (di
atas peta kontur). Untuk merubah simbolnya, double-click baris
"Symbol" yang terdapat pada object manager hingga muncul kotak
dialog "Symbol Properties", pada kotak dialog ini, tentukanlah warna,
ukuran, dan jenis simbol yang diperlukan.
15. Tombol D "Rectangle" digunakan untuk menambahkan objek segi-
empat di dalam peta kontur.

Bab 6 - Membuat Peta Kontur & Modifikasi Tampilannya


16. Tombol 1= "Round Rectangle" digunakan untuk menggambarkan
objek segi-empat bersudut tumpul di dalam peta kontur.
17. Tombol C) "Ellipse" digunakan untuk menambahkan objek
berbentuk clips di dalam peta kontur.

Elk'D Ellipse
1:1(.. Rounded Rectangle
Rectangle
rectangle E `+' Symbol
polyline fl
Polyline g object
round
Polygon RA manager
rectangle A Symbol Text
Li OD Map

Bukit el siteIlipse EIH Right Axis a -HA Left


,,
peta Axis .1:11 - 1 - H Top Axis
k o n t u r ' ' f l
Bottom Axis

co nt o ur

Gambar 6.14: Contoh Tampilan Peta Kontur, Objek Tambahan, dan Object Manager-nya

Keterangan: sebagian fungsi-fungsi yang terdapat pada toolbar


(gambar 6.11) di atas juga diimplementasikan dalam bentuk menubar.

Draw Arrange Grid


Text Polygon PolyLine
Symbol:.
Rectangle

Rounded Rect

Gambar 6.15: Contoh Tampilan Menubar Text & Symbol

Model Permukaan Dijital


6.6 File Komposisi Peta Surfer SRF
Setelah semua komponen peta konturnya (baik sebagai layout atau
drawing) lengkap di dalam window (dokumen) plot, maka
pengguna dapat menyimpannya secara permanen sebagai file Surfer
[`.SRF]. Adapun langkah-langkahnya adalah:
1. Gunakan menu "File 'Save" atau "FilejSave As", atau langsung
menekan icon 12 "Save" hingga muncul kotak dialog . "Save As"
2. Pada kotak dialog yang baru muncul ini, khususnya pada textbox "File
name"-nya ketikkan nama filenya (misalkan "kontur").
3. Tekan tombol "Save" untuk menyimpan file yang bersangkutan
beserta rnenghilangkan kotak dialog "Save As"

Untuk memanggil file layout peta ini misalkan untuk kemudian


di-edit atau di-update lebih lanjut pengguna perlu menggunakan
menu "File I Open" hingga muncul kotak dialog "Open". Pada
kotak dialog yang baru muncul ini, navigasikan pointer filenya ke
direktori atau sub-direktori dimana file SRF-nya berada. Sementara
itu, jika pengguna ingin mengolahnya lebih lanjut dengan
menggunakan perangkat lunak lainnya (misalkan aplikasi GIS atau
CAD), maka is dapat menggunakan menu "File I Export".
Kemudian, pada kotak dialog "Export" yang muncul, pilihlah
format file (baik raster maupun vektor) yang diinginkan (pada
combobox "Save as type"). Pada textbox "File name"-nya ketikkan
nama file hasil eksport, dan tekan tombol "Save" untuk memulai
proses eksport file Surfer ke format lainnya sekaligus
menghilangkan tampilan kotak dialog "Export".

Bab 6 Membuat Peta Kontur & Modifikasi Tampilannya


Model Permukaan Dijital
BAB

PEN GARU H BREAKLINES,

FAULTS, DAN BLANKING FILE

Sebagaimana telah disinggung pada bab-bab sebelumnya bahwa


DTM atau DEM merupakan representasi (ketinggian) permukaan
bumi dalam bentuk dijital. Seperti halnya peta (topografi), data
DTM dan DEM-pun dapat diukur dan kemudian disajikan
kembali baik pada skala kecil maupun skala besar. Data DTM
yang berkualitas baik akan sangat representatif (dan akurat);
sangat mendekati bentuk yang sebenarnya. Oleh karena itu, DTM
seperti ini akan berisi data apa adanya; terutama dalam
merepresentasikan unsur-unsurnya dalam skala besar yang berisi
unsur spasial buatan manusia yang memilik pola-pola spasial
yang cenderung khas.

Unsur-unsur yang memiliki pola-pola yang khas seperti ini (baik


unsur-unsur alamiah maupun buatan manusia) juga merupakan
komponen data milik DTM itu sendiri yang perlu dilibatkan (jika
ada); walaupun dalam bebera kasus, beberapa pihak memang sama
sekali tidak memperhitungkan keberadaannya. Lebih dari

Bab 7 Pengaruh Breaklines, Faults, dan Blanking File


pada itu, keberadaan unsur-unsur seperti ini dapat mengundang
konsekuensi tertentu pada proses gridding-nya. Meskipun
demildan, tidak semua metode gridding yang tersedia
(khususnya milik Surfer) telah mengakomodasikan keberadaan
unsur-unsur khusus ini. Dengan adanya unsur-unsur seperti ini,
sebenarnya, titik-titik data basil pengukuran DTM tidak bisa
begitu saja dimasukkan secara langsung ke dalam proses
gridding untuk kemudian menghasilkan peta (garis-garis kontur).
Jika unsur-unsur seperti ini tidak diperhitungkan keberadaannya,
maka garis-garis kontur yang dihasilkannya akan berpotensi
untuk tidak representatif.

Sehubungan dengan hal di atas, maka agar DTM-nya akurat


(berkualitas tinggi), beberapa peneliti (di seputar bidang-bidang
Fotogrametri dan Geodesi) sangat menyarankan untuk secara
eksplisit melibatkan unsur-unsur dengan pola-pola khas seperti
ini ke dalam DTM itu sendiri. Dan, sebagai respon positif
terhadap saran ini, beberapa pengembang telah melengkapi
perangkat lunak terkait DTM-nya dengan fasilitas blanking file
sebagai implementasi dari konsep-konsep breaklines, faults, dan
blocking (blanking).

Blanking file, khususnya dalam terminologi Surfer, adalah file teks


ASCII yang berisi sekumpulan pasangan koordinat yang
mendefinisikan satu atau lebih unsur spasial polygon atau polyline
yang merepresentasikan suatu area (polygon) atau kurva (polyline)
pembatas. Aplikasi Surfer menggunakan blanking file ini untuk
mengimplementasikan fenomena-fenomena breaklines, faults, dan
titik-titik grid dimana pengguna tidak ingin menampilkan garis-
garis konturnya. Pada fenomena yang terakhir ini, blanking
merupakan suatu proses `peniadaan' atau `pengabaian'data titik-
titik grid (yang terdapat di dalam file GRD) yang terdapat di dalam
area-area yang didefinisikan di dalam blanking file (BLN).

Model Permukaan Dijital


7.1 Struktur Contoh Blanking Milk
Surfer
File blanking, seperti telah disinggung, digunakan untuk
merepresentasikan informasi batas. File comma-delimited ASCII
ini terdiri dart baris-baris pasangan koordinat (x,y) yang
mendefinisikan sekumpulan polygon, polyline, atau point.
Sementara itu, item atau nilai z (ketinggian atau kedalaman)
merupakan suatu optional (khususnya diperlukan untuk
mendefinisikan breaklines). Secara ringkas, struktur file teks
blanking [yang berekstensi BLN] milik Surfer dapat digambarkan
sebagai berikut:
JumlahTitik, Tanda, Pengenal 1

X2, Y2 Xn, yn
JumiahTitik, Tanda, Pengenal 2
Xi, Yi
X2, Y2

Xn, Yn

Keterangan:
a) Jumlah titik adalah nilai
(bilangan bulat) yang menyatakan jumiah pasangan koordinat
yang akan membentuk unsur blanking yang bersangkutan.
b) Tanda adalah nilai atau bilangan bulat yang menyatakan status
akan berlakunya blanking; nilai 1 untuk blanking yang akan
diberlakukan di dalam batas unsur blanking itu sendiri, dan nilai o
untuk blanking yang akan diberlakukan di -War batas unsur
blanking.
c) Pengenal adalah nomor pengenal atau id (identifier) yang
diberikan pada objek atau unsur-unsur blanking agar mudah
dibedakan sate sama lainnya.
d) Jika jumlah titiknya sama dengan 1, maka blanking tersebut
merupakan unsur titik (biasanya dengan ketinggian tertentu).

Bab 7 Pengaruh Breaklines, Faults, dan Blanking File


e) Jika jumlah titiknya lebih dari satu dan pasangan koordinat
awalnya sama dengan koordinat akhirnya, maka blanking
tersebut merupakan unsur polygon atau area tertutup sempurna;
sementara yang lain dianggap sebagai kurva ataupo/yline.

Sebagai ilustrasi, berikut adalah contoh salah satu file blanking


Surfer [SLN] yang melibatkan tiga (3) buah polygon: "1", "2", dan
53,1,"1"
612549.746, 9344336.793, 0
610034.751, 9341612.220, 0

556517.794, 9344336.793, 0
612549.746, 9344336.793, 0
34,1,"2"
691981.592, 9288378.235, 0
685694.093, 9287330.304, 0

691981.592, 9233886.740, 0
691981.592, 9288378.235,
0 9,1,"3"
636835.597, 9334187.264, 20
636835.597, 9329687.406, 20

644074.497, 9334187.264, 20
636835.597, 9334187.264, 20

Jika di plotbersama dengan data ketinggian (DTM) hasil


pengukurannya di lapangan, maka ketiga unsur (dalam hal ini
berbentuk poligon) yang terdapat di dalam file blanking di atas akan
nampak seperti berikut:

148 Model Permukaan Dijital


'
2_
0340000 - +1
7
+16
+98
032 000(1- perairam

487 101
'0502
03013000 - +376
+124457
410 2 4503

920 0000 - +403 +387


,
+3 16
+273 4301 its27

4234 4132
026 0000 -
4127 408pp +2 54
+121 +187
+126 )
474.
9240000 - +67 perairan
560000 58 0000 600000 6201000 540000 6152000 08000

Gambar 7.1: Contoh Tampilan unsur-unsur blanking perairan & bangunan, dan titik-titik
data

7.2 Blanking File Pada Proses Gridding


Dalam aplikasi Surfer, blanking file diperlukan di dalam beberapa
event. Yang pertama, is diperlukan ketika pengguna melakukan
proses gridding terhadap area-area yang berisi unsur-unsur spasial
yang termasuk ke dalam breaklines atau faults. Artinya, file yang
bersangkutan diperlukan (bersama dengan data DTM-nya) untuk
membentuk suatu file gridding dengan memperhitungkan aspek-
aspek keberadaan breaklines dan atau faults. Oleh karena itu,
dalam hal ini, blanking file merupakan implementasi dari
breaklines dan atau faults.

Bab 7 Pengaruh breaklines, Faults, dan Blanking File I 149


7.2.1 Breaklines
Breaklines, pada dasarnya, merupakan unsur-unsur spasial yang
memifild bentuk kurva-linier (polyline atau polygon bila dilihat
dan atas) dan (kehadirannya akan) merepresentasikan suatu
perubahan (gradien atau slope) permukaan tanah yang tiba-tiba
(biasanya digambarkan oleh garis-garis kontur yang cukup rapat).
Pada umumnya, breaklines diasosiasikan dengan adanya
fenomena-fenomena unsur-unsur muka-tanah seperti halnya
dinding vertikal (baik buatan manusia [termasuk bangunan]
maupun yang bersifat alamiah), batas-batas jalan (dengan asumsi
tertentu), garis-garis punggung bukit, bahu-jalan, sungai
(streamlines), saluran air, batas air, dan lain sebagainya yang
sejenis.

Walaupun demikian, terkadang, terminologi breaklines tidak


bersifat mutlak; tetapi relatif. Sebagai contoh, jika pengguna
mengukur topografi (ketinggian) di suatu wilayah daratan berikut
kedalaman sungai di beberapa titik di kedua sisinya (pinggir) plus
di beberapa titik di dalam sungai itu sendiri untuk mendapatkan
profil (garis-garis kontur) daratan dan kedalaman sungainya
secara keseluruhan, maka keberadaan unsur sungai tersebut tidak
menyebabkan hadirnya suatu breaklines. Tetapi jika pengguna
hanya mengukur topografi (ketinggian) daratan berikut
kedalaman sungai di beberapa titik di sepanjang kedua sisinya,
sementara titik-titik kedalaman di dalam sungainya tidak diukur
sama sekali, maka keberadaan unsur sungai tersebut sangat
berpotensi untuk mengundang hadirnya breaklines; unsur sungai
(dalam hal ini) tidak akan di-grid (atau tidak akan
diinterpolasikan) karena kedalaman-kedalaman detilnya (di
dalamnya) tidak diukur; tetapi diasumsikan.

Dengan logika yang hampir sama karena secara teoritis bangunan


didirikan di atas fondasi bidang datar (dengan toleransi tertentu)
hingga tidak akan dilalui oleh garis kontur dan tidak akan di-
gridding (atau tidak akan cliinterpolasikan berapapun nilai
ketinggiarmya) maka banyak pihak yang mengasumsikan bahwa

I Model Permukaan Dijital


kehacliran unsur-unsur (polygon batas) bangunan juga
menyebabkan hadirnya breaklines. Dengan logika seperti ini,
bangunan akan diblok dari lalulintas garis-garis kontur sehingga
garis-garis tersebut hanya dapat melewati di sekelilingnya (tidak
memotong).

Kondisi yang kurang lebih sama juga terjadi pada beberapa kasus
pengukuran batimetri di sekitar pantai. Kedalaman diukur di
beberapa titik yang terletak di laut (perairan), sementara titik-titik
kedalaman (atau ketinggian) yang terletak di pantai dan daratannya
tidak diukur sama sekali. Jika data kedalaman ini dijadikan (begitu
saja) sebagai masukan proses gridding, maka titik-titik yang
terdapat di sekitar garis pantai dan wilayah daratan yang sebenarnya
tidak diukur sama sekali juga akan mendapatkan nilai-nilai
ketinggian atau kedalaman sebagai hasil dari proses interpolasi
@ridding). Tentu saja nilai-nilai hasil interpolasi ini sangat
meragukan karena tanpa dasar (data pengukuran) sama sekali. Oleh
karena itu, pada kasus seperti ini, garis pantai beserta wilayah
daratannya biasanya diblok dari proses gridding; pada proyek
seperti ini yang diperinkan hanyalah titik-titik kedalaman (garis
kontur) yang terletak di laut (batimetri).

Demikian pula sebaliknya, jika dilakukan survey topografi di


wilayah daratan di sekitar perairan (atau pantai). Meskipun pada
surveynya hanya diukur topografi (ketinggian) di wilayah daratan
saja (sementara kedalaman di titik-titik wilayah perairannya tidak
diukur sama sekali), proses griddingnya tetap saja dapat
menghasilkan nilai-nilai kedalaman (hasil interpolasi) di titik-titik
yang termasuk ke dalam wilayah perairan. Tentu saja nilai-nilai
kedalaman hasil interpolasi ini juga tidak didukung oleh data yang
sebenarnya di wilayah yang bersangkutan. Oleh karena itu, pada
kondisi ini, wilayah pantai (batas daratan dan perairan) perlu
dijadikan sebagai breaklines agar nilai-nilai hasil interpolasinya
valid. Kecuali jika memang baik ketinggian di titik-titik yang
termasuk wilayah daratan maupun kedalaman di titik-titik wilayah
perairannya sama-sama diukur; tidak perlu breaklines di dalam

Bab 7 Pengaruh Breaklines, Faults, dan Blanking File


proses gridding-nya dan nilai-nilai hasil interpolasi di kedua
wilayah tersebut dianggap valid (didukung data pengamatan).

Selain dari unsur-unsur yang telah disebutkan di atas, unsur lain


yang sering juga dirujuk sebagai pengundang kehadiran breaklines
adalah ridgelines. Ridgelines merupakan punggung bukit atau batas
dua daerah aliran sungai (DAS) yang (tepat) bersebelahan. Unsur
ini dapat diwakili oleh breaklines yang masing-masing komponen
titiknya (verteksnya) memiliki ketinggian tertentu.

7.2.2 Implementasi Breaklines pada Surfer


Breaklines, menurut terminologi Surfer, merupakan file blanking
tiga dimensi (seperti contoh di atas) yang mendefinisikan garis
(polyline atau polygon) yang terdiri dari nilai-nilai x,y,z pada
setiap verteknya (titik pembentuk garis). Ketika algoritma
(metode) gridding menjumpai suatu breakline, maka Surfer akan
menghitung nilai z (ketinggian) _ titik yang terdekat dengan
breakline yang bersangkutan, dan kemudian menggunakan nilai z
tersebut bersama dengan data DTM hasil ukuran untuk
menghitung nilai ketinggian di titik grid (node).

Surfer menggunakan interpolasi limier untuk menentukan nilai-nilai


di antara verteks breakline ketika proses gridding berlangsung.

.
Breakline milik Surfer bukanlah suatu halangan i bagi aliran
informasi, oleh karena itu, metode (algoritma) gridding dapat
melintasi suatu breakline untuk menggunakan (data pengukuran)
titik (jika ada) yang berlokasi di seberang breakline yang
bersangkutan. Jika titik yang dimaksud terletak (terlalu

Perhatikan keterangan sebelumnya yang menyatakan bahwa proses


gridding atas data kedalaman di titik-titik yang terletak di perairan sekitar
pantai (batimetri) juga dapat menghasilkan nilai nilai ketinggian di titik-titik
wilayah daratannya. Sebaliknya, proses gridding atas data ketinggian di
titik-titik di daratan (topografi) di sekitar pantai juga dapat menghasilkan
(interpolasi) nilai-nilai kedalaman di titik-titik wilayah perairannya (atau laut).
Breaklines dapat ditembus oleh proses gridding.

Model Permukaan Dijital


dekat) pada breakline itu sendiri, maka nilai
milik breakline tersebut yang akan diarnbil
(sebagai prioritas). Meskipun demikian, suatu
breakline tidak diperbolehkan untuk memotong
sesama breakline atau fault.
Algoritma pencarian gridding Surfer memakai
rasio anisotropi tertentu ketika menentukan
jarak ke suatu breakline. Ketika Surfer
menghitung jarak ini, kehadiran breakline tidak
berpengaruh pada hitungan ketinggian atau
kedalamannya. Kehadiran breakline dengan
jumlah yang banyak dan kompleks akan
memperpanjang proses gridding secara
signifikan. Sernentara itu, Surfer tidak
memperbolehkan adanya breakline jika
pengguna mengambil pilihan "No Search"
(semua data digunakan) pada metode gridding-
nya [lihat gambar 7.3 di bawahl. Sebagai
informasi, berikut adalah metode-metode
gridding Surfer yang mendukung penggunaan
breaklines di dalam DTM-nya:
1. Inverse Distance to a Power
2. Kriging
3. Minimum Curvature
4. Nearest Neighbor
5. Radial Basis Function
6. Moving Average
7. Data Metrics
8. Local Polynomial

7.2.3 Dengan & Tanga Breaklines


Sebagai ilustrasi, berikut adalah langkah-
langkah yang diperlukan untuk melakukan
gridding dengan metode yang mendukung
breaklines (yang terimplementasi dalam 3 unsur
poligon di atas):
1. Ketika aktif dokumen tipe plot, Gunakan menu
"Grid Data" hingga muncul kotak dialog
"Open".
2. Pada kotak dialog yang barn muncul, arahkan
pointer ke sub-direktori dan file data DTM-nya
(misalkan "data_ukur.txt"). Kemudian tekan tombol
"Open" hingga muncul kotak dialog "Grid Data".

Bab 7 Pengaruh Breaklines, Faults, dan Blanking File


3. Pada kotak dialog yang baru muncul ini: (1) tentukan fields atau items

yang akan menyediakan data x,y, dan z-nya; (2) tentukan batas-batas
koordinat beserta jumlah garis grid atau spasi gridding-nya (di dalam
frame "Grid line geometry"); dan (3) tentukan nama file hasil
gridding-nya (misalkan "data_ukur.grd").
4. Pada combobox "Gridding Method", pilihlah salah satu metode yang
mendukung breaklines (misalkan "Radial basis function").
Grid Data - C:tbuku_dtm1stat_utmdata_ukur.txt
Data Columns (43 data points)

X: Column A: AB SIS Filter Data..


nancel
Y: 1Column 8: ORDINAT View Data

Z: Column C: TINGGI Statistics 1--


Grid Report

Gridding Method
R ad yl Basis Function Advanced Options... Cross Validate...

Output Grid File


1C:\bukudtm\statutm\ dataukur.ord

Grid Line Geomerr,i


Minimum Maximum Spacing # of Lines
Direction: 558634.49 1B90776 61 1334.78999 1100
i
Y Direi-hori .92 -14540.5 93431 a54.2811339.676296 182

Gambar 7.2: Contoh Tampilan Kotak Dialog "Grid Data"

5. Pada kondisi ini, tekanlah tombol "Advanced Options" hingga muncul

kotak dialog "Radial basis advanced options".


6. Pada kotak dialog yang barn muncul ini, aktifkan tab "Search" dan
non-aktifkan checkbox "No Search (use all of the data)". Tentukan: (a)
jumlah sektor pencarian data (misalkan 4); (b) jumlah maksimum data
yang akan digunakan untuk setiap sektornya (misalkan to).

Mode! Permukaan Dijital


Ra tat Basis Advanced Options

General Search I Breaklines


Search Ellipse
1 No Search (use all of the data)
Radius 1: 85500
Number of sectors to search:
Radius 2: 05500
Maximum number of data to use 43 Angle: 0
from ALL sectors:
Maximum number of data to use
from EACH sector:
Minimum number of data in all
sectors (node is blanked if fewer) I
Blank node if more than this many
sectors are empty:

OK Cancel

Gambar 7.3: Contoh Tampilan Kotak Dialog "Grid Data", tab "Search"

7. Aktifkan tab "Breaklines". Dan tekan tombol Pi ' "Change filename"


hingga muncul kotak dialog "Open". Pada kotak yang baru muncul ini,
arahkan pointer file ke sub-direktori dan file yang merepresentasikan
informasi unsur breaklines (misalkan file "unsurblokbln" yang telah
dimunculkan di atas). Tekan tombol "Open" hingga kotak dialog
"Open" menghilang.
Radial Basis Advanced Options

General j Search i Breaklines

File Containing Breaklines -

V:iuku_dtrn stal_utm unsurblak.bln

3 traces, 96 vertices loaded Clear


Gambar 7.4: Contoh
Tampilan Kotak Dialog
"Grid CK Cancel Data", tab
"Breaklines"

Bab 7 Pengaruh Breaklines, Faults, dan Blanking File 155


8. Tekan tombol "OK" hingga kotak dialog "Radial basis advanced
options" segera menghilang. Dan, ketika kotak dialog "Grid Data"
muncul kerribali, tekanlah tombol "OK" untuk menghilangkan
kemuncularmya sekaligus memulai proses gridding.

Sebagai perbandingan, lakukan proses gridding sekali lagi dengan


menggunakan metode gridding yang sama tetapi tanpa melibatkan
breaklines sama sekali (ulangi langkah 1 hingga 4 dan langsung
diikuti oleh penekanan tombol "OK" pada kotak dialog "Grid Data"
hingga Surfer segera melakukan proses gridding). Kemudian,
bandingkan hasilnya dalam bentuk garis-garis kontur.

Gambar 7.5: Contoh Tampilan Gans Kontur dengan & tanpa "Breaklines"

Untuk lebih jelas lagi, pengguna dapat menampilkan masing-


masing hasil gridding di atas (dalam bentuk garis-garis kontur)
berikut polygon atau polyline brealines-nya yang telah diberi
warna.

Model Permukaan Dijital


Gambar 7.6: Contoh Tampilan Garis Kontur dengan & tanpa "Break/Thee' (berwarna)

Sebagairnana terlihat pada gambar 7.6 di atas, bahwa keberadaan


breaklines (polygon berwarna) tidak menghalangi aliran informasi
ke titik-titik yang berada di seberangnya. Dan, dengan
menggunakan breaklines-pun proses gridding-nya tetap
menghasilkan nilai-nilai ketinggian atau ke dalaman (garis-garis
konrtur) yang sebenarnya tidak didukung oleh data pengamatan.
Walaupun demikian, penggunaan breaklines (pada contoh gambar
7.6 di atas [paling kanan]) menghasilkan pola garis kontur yang
lebih sejajar dengan dan mendekati bentuk breaklines itu sendiri;
dan lebih dari itu, salah satu breaklines di atas yang berupa
bangunan (atau lapangan) yang diasumsikan memiliki ketinggiaan
yang sama (datar 20 meter) tidak diterjang oleh garis-garis kontur.

Setelah mendapatkan tampilan garis-garis kontur seperti di atas,


satu langkah atau pekerjaan yang masih tersisa adalah setelah
diberlakukannya breaklines bagaimana caranya agar peta kontur
tersebut menjadi seperti berikut (garis-garis kontur yang terdapat di
dalam polygon breaklines sama sekali musnah):

Bab 7 Pengaruh Breaklines, Faults, dan Blanking File


dg. breaklines

Satu langkah tersisa


(blocking atau
blanking file hasil
gridding) yang
dimaksud di atas
dibahas pada sub-
bab 7.3 di bawah.
Gambar 7.7: Contoh Tarnpilan
Garis Kontur dengan & tanpa
"Breaklines" (blocked)
7.2.4
Perbedaan
Breaklines Po!
Wine &
Polygon
Seperti telah
terlihat pada daftar
koordinat yang
merepresentasikan
ketiga unsur di atas
(sub-bab 7.1)
bahwa breaklines
yang bersangkutan
berbentuk polygon;
pasangan koordinat
awal dengan
akhirnya identik.
Meskipun
demikian, wujud
breaklines tidak
selalu polygon;
bahkan lebih
banyak yang
direpresentasikan
sebagai unsur
polyline.
Breaklines tersebit
dibuat dengan
bentuk poligon
dengan tujuan
tambahan.

Pada dasarnya,
contoh breaklines
di atas terdiri dari 1
polygon (bangunan
yang terletak di
tengah) dan 2
polyline (batas air-
darat yang terletak
paling kiri dan
kanan). Kedua
breaklines polyline
tersebut dibentuk
dengan menyusun
pasangan
koordinat-koordinat
dari kanan-atas ke
arah kiri-bawah di
dalam file teks
BLN-nya.
Sementara itu,
untuk menjadi
polygon, data
koordinat polyline
yang paling kiri
ditambahkan
pasangan koordinat
titik yang sedikit
lebih kiri (dengan
ordinat yang sama),
koordinat pojok

Model Permukaan
Dijital
kiri-atas grid, dan koordinat titik awalnya. Sementara itu, untuk
kedua, agar menjadi breakline polygon, data koordinat polyline-nya
hanya perlu ditambahkan pasangan-pasangan koordinat titik yang
sedikit lebih bawah (dengan absis yang sama), koordinat sudut
kanan-bawah grid, dan koordinat titik awalnya.

Perbedaan breaklines polygon dan polyline akan nampak jelas.


Jika breaklines polygon (atau campuran dengan polyline)
ditampilkan, maka tombol "Fill" yang terdapat di dalarn kotak
dialog yang bersangkutan akan aktif hingga bisa ditekan untuk
mengisi area-area yang bersangkutan dengan warna yang
diinginkan (beserta properties lainnya). Itulah yang terjadi pada
ketiga breaklines di atas (gambar-gambar 7.1, 7.6, dan 7.7). Pada
kasus campuran, tombol yang sama tetap aktif, tetapi yang dapat
diberi warna isian hanya breaklines yang bertipe polygon.

Gambar 7.8: Contoh Tampilan "Breaklines" Campuran: polygon & polyline

Selain dari sedikit perbedaan tampilan breaklines itu sendiri


sebagai akibat berpedaan tipe, pengguna juga dapat melihat
perbedaan pada hasil proses gridding-nya. Berikut adalah
tampilan hasil proses gridding terhadap data yang sama, tetapi

Bab 7 Pengaruh Breaklines, Faults, dan Blanking File


dengan menggunakan breaklines 1 polygon dan dua polyline
(gambar 7.S sebelah kanan).

Gambar 7.9: Contoh Tampilan perbedaan hasil antara breaklines polygon & polyline

Seperti nampak dari gambar 7.9, sama sekali tidak terdapat


perbedaan pada garis-garis kontur yang didukung oleh data
pengukurannya (di tengahj); keduanya (gambar kiri dan kanan)
nampak sama; baik itu breaklines tipe polygon, polyline, atau
campuran keduanya. Perbedaan hanya nampak pada wilayah yang
tidak didukung oleh data pengukuran sama sekali (wilayah di
sekitar kiri-atas dan kanan-bawah). Dengan demikian,
implementasi breaklines yang sama balk dalam bentuk
polygon maupun polyline tidak akan berpengaruh; apalagi jika
nantinya diblok 2 (hanya digunakan pada wilayah yang didukung
data pengamatan).

7.2.5 Faults
Fault atau patahan adalah salah sate fenomena clam yang
merepresentasikan pergeseran suatu permukaan bumi (yang pada

2
Lihat pembahasannya pada sub-bab 7.3 di bawah ini.

160
Model Permukaan Dijital
umumnya terjadi) secara horizontal (sesuai dengan garis linier
yang memiliki arah dan panjang tertentu). Fenomena alam ini
tentu saja akan mempengaruhi ketinggian titi-titik yang terdapat di
sekitarnya. Hal ini akan terlihat jelas jika pengamat melakukan
pengukuran ketinggian (topografi) di daerah yang mengandung
fault; perhatikan pola konturnya.

Sebagai salah satu perangkat lunak pengolah data ketinggian diiital,


Surfer-pun memiliki kemampuan modeling mengenai fault yang
terdapat di dalam area pengukuran DTM-nya. Dalam terminologi
Surfer, fault merupakan suatu blanking file yang berisi pasangan
titik-titik dua-dimensi yang mendefinisikan garis yang akan
bertindak sebagai penghalang (barrier) aliran informasi (ke sisi
yang berlawanan) ketika proses gridding berlangsung. Pada Surfer,
secara teknis, titik-titik data yang terdapat di salah satu sisi fault
tidak digunakan secara langsung untuk menghitung nilai-nilai titik-
titik grid (node) yang terletak di sisi lainnya.

Jika fault merupakan unsur polygon sempurna, maka algoritma


atau metode yang bersangkutan akan melakukan gridding di
interior polygon tersebut. Tetapi jika fault-nya merupakan unsur
polyline, maka algoritma gridding dapat melakukan pencarian di
sekitar akhir fault untuk mendapatkan sebuah data titik yang
terletak di sisi lainnya. Walaupun demikian, jarak yang lebih
panjang ini akan mereduksi bobot data titik ini di dalam proses
gridding terkait. Jika titik ini terletak secara langsung di atas
garis fault, maka random round-off error milik Surfer akan
menentukan sisi mana yang akan mendapatkan data titik ini.

Sehubungan dengan hal ini, maka berikut adalah metode-metode


gridding milik Surfer yang sudah mendukung keterlibatan aspek
fault:
i. Inverse Distance to a Power
2. Minimum Curvature
3. Nearest Neighbor
4. Data Metrics

Bab 7 Pengaruh Breaklines, Faults, dan Blanking File


Sebagai ilustrasi, berikut adalah contoh pasangan-pasangan
koordinat yang membentuk fault (tipe polyline) di dalam file BLN
Surfer (susunannya sama dengan breaklines [sub-bab 7.1] di atas
tetapi tanpa item nilai ketinggian).
4,1,''1"
610189.269, 9233886.740
626641.052, 9263635.832
655996.184, 9290087.735
691981.592, 9322668.699

Sebagai ilustrasi pula, berikut adalah tampilan contoh fault dan


breaklines untuk wilayah yang sama dengan sebelumnya.

Gambar 7.10: Contoh Tampilan breaklines & fault

Berikut adalah contoh langkah-langkah yang perlu dilakukan untuk


melakukan proses gridding yang melibatkan breaklines dan fault
sekaligus di wilayah studi yang sama:
1. Gunakan menu "Grid I Data" hingga muncul kotak dialog "Open".
2. Pada kotak dialog yang barn muncul ini, arahkanpointer-nya ke sub-
direktori dimana file data hasil pengukuran DTM-nya berada; sebagai
contoh adalah "e:\buku_dtm\stat utm \data_ukur.txt". Kemudian,
tekan tombol "Open" hingga kotak dialog "Open" menghilang dan
digantikan oleh kotak dialog "Grid Data".

Model Permukaan Dijital


3. Pada kotak dialog yang barn muncul ini: (x) tentukan fields atau items

yang akan menyediakan data x,y, dan z-nya; (2) tentukan batas-batas
koordinat beserta jumlah garis grid atau spasi gridding-nya (di dalam
frame "Grid line geometry"); dan (3) tentukan nama file hasil
gridding-nya (misalkan "breakfault.grd").
4. Pada combobox "Gridding Method", pilihlah salah satu metode yang
mendukung fault [breaklines bersifat optional]; misalkan "Minimum
Curvature".

Data Columns (43 data points) DK


-___ea
X: Column A: ABSIS Fitter Data..
Cancel
Y: Column B: OFIDINAT View Data

Z:{ Column C: TINGGI Statistics Grid llopott

Gridding Method
Minimum CUIVat.lxe Advanced Options... Doss Validate...

O u t p u t G r i d F i l e
EALuku_dtn-Nstat_utm breakfault.grd

-Gild Line Geometry


1
Minimum Maximum # of Lines
100
X Direction: 558634.48 1690776.61

Y Direction: 19234540.59343054.28 11339.676296 82

i i P " t " ' * " -


r n R r r P t n g l
M l r e i l l r
P r

Gambar 7.11: Contoh Tampilan kotak dialog "Grid Data"

5. Pada kondisi ini, tekanlah tombol "Advanced Options" hingga muncul


kotak dialog "Minimum Curvature Advanced Options".
6. Pada tab "General" yang secara default aktif, rubahlah nilai item yang
dirasakan perlu; atau biarkan nilai item "Maximum Iteration"-nya
tetap dengan nilai default-nya yang senilai 100,000 agar proses
gridding-nya berjalan mulus.
Bab 7 Pengaruh Breaklines, Faults, dan Blanking File
Minimum Curvature Advanced 0 , 2d
General Breaklines and Faults

Maximum Residual, Anisotwy -


Ratid
Maximum Peratian

Relaxation Factor: Ji

Internal Tension: 13

Gambar 7.12: Contoh


Tampilan tab "General"

7. Tekan tab "Breaklines


and Faults".
Kemudian tekan
tombol "Change
Filename" Cam yang
terdapat di sebelah
kanan textbox "File
containing fault
traces" hingga
muncul kotak dialog
"Open". Path kotak
dialog yang baru
muncul ini, arahkan
pointer ke sub-
direktori yang berisi
file STN definisi
koordinat-koordinat
fault; sebagai contoh
adalah "faults.bln".
8. Jika di dalam wilayah
studinya terdapat
breaklines, tekan pula
tombol

"Change Filename"
aii; yang terdapat di
sebelah kanan textbox
"File containing
breaklines" hingga
muncul kotak dialog
"Open". Pada kotak
dialog yang baru
muncul ini, arahkan
pointer ke sub-
direktori yang berisi
file BLN definisi
koordinat-koordinat
breaklines; sebagai
contoh adalah
"brealdine.bln".

Gambar 7.13: Contoh Tampilan


tab "Breaklines and Faults"
Minimum Curvature Advanced CIptio

General Blealdines and Faults

File Containing Rreaklines


]E: buku dtrrAstal. utm',breakiine.bln

= 3 traces. 96 '.vertices loaded Clear

File Containing Fault Traces -

rE:4buku_dtra4stal_utmVauh.bln

1 traces-, 4 vertices loaded


Clear

OK

Cancel
Model Permukaan Dijital
9. Pada kondisi ini, tekan tombol "OK" hingga kotak dialog "Minimum
Curvature Advanced Options" menghilang dan kembali ke tampilan
kotak dialog "Grid Data".
10. Pada kotak dialog yang muncul kembali ini, tekan tombol "OK" untuk
menghilangkannya dan segera memulai proses gridding.
11. Munculkan hasil gridding-nya dalam bentuk peta kontur.

Gambar 7.14: Contoh Tampilan Kontur hasil fault & breaklines

Catatan: gambar yang sebelah kiri adalah garis-garis kontur yang


melibatkan breaklines dan fault sekaligus di dalam wilayah studinya.
Nampak bahwa pada gambar yang sama breaklines masih dapat
mengirirnkan data hingga terdapat dua kontur yang sebenarnya tidak
didukung oleh data pengukuran. Unsur bangunan sudah sesuai teori
karena tidak diterjang oleh garis kontur. Kehadiran fault atau sesar
menyebabkan bergesernya sambungan atau3 terusan garis-garis kontur
di seldtar garis patahan yang bersangkutan. Sementara itu, gambar
sebelah kanannya memperlihatkan hasil gridding yang sama (sebelah
kiri) tetapi kemudian diblok4 dengan menggunakan file BLN
breaklines yang sama. Hasil blocking akan menghilangkan garis-garis

3 Pada beberapa lokasi bahkan terlihat hilangnya (tidak sekedar bergeser)


sambungan garis-garis kontur.
4 Bahasan rnengenai proses blocking terhadap file hasil gridding dengan
menggunakan file BLN breaklines ini akan dibahas pada sub-bab 7.3
berikutnya.

Bab 7 Pengaruh Breaklines, Faults, dan Blanking File


kontur yang terdapat di dalam polygon polygon breaklines. Blocking
sama sekali tidal( mempengaruhi fault.

Seperti telah disinggung bahwa (garis) fault yang sama dapat


direpresentasikan baik sebagai unsur polyline (telah digunakan di
atas) maupun polygon. Jika fault di atas dimplementasikan
sebagai polygon, maka kemungkinannya menjadi dua; polygon
fault kin dan kanan.

Gambar 7.15: Contoh Tampilan Polygon Fault Kiri dan Kanan

Kedua fault polygon ini dibuat dengan memodifikasi pasangan


koordinat-korodinat fault polyline di atas dengan
memperhitungkan koordinat sudut-sudut yang menjadi batasnya.
Sebagai ilustrasi, berturut-turut adalah isi file fault polygon kiri
dan kemudian yang kanan. ut
81"1"
610189.269, 9233886.740
626641.052, 9263635.832
655996.184, 9290087.735
691981.592, 9322668.699
691981.592, 9344336.793
556517.794, 9344336.793
556517.794, 9233886.740
610189.269, 9233886.740

Model Permukaan Dijital


6,1, "1"
610189.269, 9233886.740.
626641.052, 9263635.832
655996.184, 9290087.735
691981.592, 9322668.699
691981.592, 9233886.740
610189.269, 9233886.740

Keterangan: bentuk contoh breaklines dan fault yang berbentuk


polygon (terlalu besar) seperti ini tidak dapat dieksekusi (secara
bersamaan) pada proses gridding (yang sama) karena kedua polygon
fault tersebut akan memotong breaklines-nya; mungkin perlu dicoba
dengan file fault polygon yang wilayahnya lebih sempit. Tetapi jika
kedua fault polygon ini digunakan (secara bergantian) dalam proses
gridding (menggunakan ke-n langkah seperti di atas) tanpa
breaklines sama sekali (tetapi langkah no 8 tidak dilakukan) maka
akan menghasilkan tampilan sebagai berikut.

akibat polygon fault kin akibat polygon fault kanan

Gambar 7.16: Tampilan basil gridding dg Polygon Fault Kiri dan Kanan tanpa breaklines

Seperti yang nampak pada gambar 7.16 di atas bahwa fault yang
sama jika diimplementasikan sebagai polygon yang berbeda (kiri-
kanan), maka akan menghasilkan pola garis kontur yang tidak
sama secara signifikan; walaupun pola umumnya tetap sama.

Bab 7 Pengaruh Breaklines, Faults, dan Blanking File


Kemudian, jika kita melakukan blocking 5terhadap kedua file basil
gridding (hasil penerapan kedua fault di atas [kiri-kanan]) dengan
menggunakan file BLN breaklines, maka tampilan-tampilannya
akan nampak seperti contoh berikut.

Gambar 7A7: Contoh Tampilan hasil fault kiri-kanan & blocking

Seperti yang nampak pada gambar 7.17 di atas bahwa dengan tidak
diterapkannya breaklines (hasil fault hanya diblok berdasarkan file
breakline), maka pola konturnya masih memerlukan perbaikan;
garis-garis kontur memotong garis-garis batas air-darat dan
bangunan. Alternatif yang perlu dicoba adalah dengan melakukan
proses gridding dengan mempertimbangkan breaklines, kemudian
pada proses gridding selanjutnya digunakan fault polygon kiri dan
kanan. Tetapi, di dalam Surfer, nampaknya tidak mudah dilakukan
karena metode yang mendukung fault pasti juga mendukung
breaklines. Sementara itu, baik masuldcan fault dan atau breaklines
(proses gridding) adalah data mentah (data x,y,z) dan hasilnya
adalah file grid (*.GRD).

5
Teknisnya dibahas pada sub-bab 7.3 di bawah ini.

168 Model Permukaan Dijital


7.2.6 Membuat Blanking File untuk Breaklines
dan atau Faults
Sebagaimana telah dibahas di muka bahwa informasi mengenai
breaklines dan atau faults merupakan hal yang penting (jika ada di
dalam wilayah studi). Informasi ini merupakan bagian esensial dari
data DTM (terutama yang vector-based sebagaimana yang dikelola
oleh Surfer) itu sendiri. Pengguna dapat membuat file breaklines dan
fault ini dalam beberapa cara:
1. Menggunakan perangkat text-editor sederhana seperti
halnya notepad atau wordpad.
a) Dapatkan pasangan titik-titik koordinat yang menjadi batas atau
verteks breaklines atau faults-nya. Data ini bisa diperoleh dari
survey di lapangan atau bahkan menginterpretasikannya dari foto
udara, citra satelit, peta atau dari sumber-sumber lain sebagainya.
b) Bukalah program aplikasi text-editor, ketikkan pasangan-
pasangan koordinat yang dimaksud [breaklines memiliki item z
dan fault tanpa item z]. Sisipkan di atasnya informasi header
(jumlah pasangan titik, kode berlaku status blanking [1 atau o],
dan identitas unsur yang bersangkutan [diapit oleh tanda kutip
ganda]). Format penulisan file ini hares sesuai dengan aturan
dan contoh yang telah dibahas pada sub-bab 7.1 di atas.
c) Simpanlah sedemikian rupa hingga file teks ASCII-nya
berekstensi ".BLN" (sebagai contoh adalah "faults.bln").

C fautt_ka - Notepad k.
File Edit Format View Help

610189.269, 9233886.740
626641.052, 9263635.832
655996.184, 9290087.735
691981.592, 9322668.699
691981.592, 9233886.740
610189.269, 9233886.740
Gambar 7.18: Contoh Tampilan file
teks blanking (*.BLN) untuk fault

Bab 7 Pengaruh Breaklines, Faults, dan Blanking File


2. Menggunakan kemampuan lembar-kerja aplikasi Surfer.
a) Dapatkan data atau pasangan koordinat breaklines atau faults
yang akan diketikkan ke dalam file.
b) Pada menu utama Surfer, pilih "FilelNew" hingga muncul kotak
dialog "New".
c) Pada kotak dialog yang barn muncul ini, pilih item 'Worksheet"
dan tekan "OK" hingga kotak dialog ini menghilang dan muncul
dokumen lembar kerja Surfer.
d) Pada kembar kerja Surfer yang baru muncul ini, ketikkan baris-
baris (pasangan) data koordinat dan header sebagaimana yang
diketikkan pada aplikasi notepad di atas.

rt-- Surfer - fault


File Edit Format Data Window Help

int fault
Al 5
A 13
1 1
2 610189.269! 9233886.741
626641 .052 9263635.8321
655996.184 9290067.735
691981,592 9322668.699
6 691981.592 9233886.741
7 610189.269 9233886.741

Gambar 7.19: Contoh Tampi[an Dokumen Lembar kerja Surfer

Model Permukaan Dijital


e) Simpanlah sebagai file *.BLN (blanking) dengan menggunakan
menu "File' Save" atau "File' Save As", atau dengan hanya
menekan icon "Save" 6] hingga muncul kotak dialog "Save As".
Pada kotak dialog yang barn muncul ini, khususnya pada
combobox "Save as type", pilihlah item "Goldel software blanking
(*.bin)". Pada textbox "File name"-nya ketikkan nama file
blanking yang akan dibuat (Misalkan "break.bln" atau "fault.bln").
Kemudian tekan tombol "Save" untuk memastikannya.

3. Mendijitasi unsur secara interaktif.


a) Di dalam dokumen plot milik Surfer (yang aktif adalah dokumen

plot2, dan seterusnya), munculkan layer-layer peta dasar (jika


ada), lokasi-lokasi data pengukuran lapangan, atau (kalau perlu)
garis-garis kontur basil gridding-nya yang dapat dijadikan
referensi secara visual.
b) Aktifkan (Idik) salah satu objek (post Hi, base 3, contours atau
lainnya) yang sudah ada di dalam object manager hingga objek
yang bersangkutan (ada di dalam object manager) tersorot warna
biro tua.
c) Klik-kanan mouse pada objek tersebut hingga muncul menu kontek,
dan pilih item "Digitize", atau langsung gunakan menu "Map I
Digitize" hingga kursor berubah bentuk menjadi cross-hair.
d) Pada saat inilah pengguna dapat melakukan dijitasi titik-titik
(verteks awal hingga akhir) yang menjadi elemen-elemen
blanking file (baik sebagai implementasi breaklines, faults, atau
hanya untuk bloking) dengan cara meng-klik kursor mouse di
titik-titik yang bersangkutan. Surfer akan merekam data
koordinat-koordinat posisi klik kursor pada window tersendiri
(dengan nama default "digit.bln"), sementara lokasi titik-titiknya
di atas peta (dokumen plot) disimbolkan dengan warna plus
berwarna merah.

Bab 7 Pengaruh Breaklines, Faults, dan Blanking File


File Edit
623700.516007, 9262164.20977
636765.848873; 9265179.29675
644806.058797, 9277742.11512
655861.333677, 9282767.23806
668926.666544, 9300857.69387

511:130:1 SZIE61:1 1E01:101:1 ' MEOW eamm


111

Gambar 7.20: Contoh Tampilan titik-titik file blanking beserta koordinatnya

e) Setelah semua titik blanking terdijitasi secara interaktif, dan


koordinatnya telah terekam di dalam window "digit.bln", maka
pengguna dapat menyimpannya secara permanen dengan
menggunakan menu "File I Save", "File I Save As", atau cukup
dengan menekan icon "Save" hingga muncul kotak dialog

"Surfer" yang menanyakan apakah koordinat-koordinat ini akan


disimpan ke dalam file "digithln".
f) Pada kotak dialog yang baru muncul ini, tekan tombol "Yes"
hingga muncul kotak dialog "Save As".
g) Pada kotak dialog yang baru muncul ini, khususnya pada textbox
"File name", ketikkan nama file sebenarnya yang diinginkan

Model Permukaan Dijital


untuk menyimpan koordinat-koordinat blanking hasil dijitasi.
Nama ini tidak harus sama dengan default-nya yang
direkomendasikan oleh Surfer ("digit"). Setelah itu, tekan tombol
"Save".

Keterangan: ketika pengguna melihat (membuka) isi file ini dengan


rnenggunakan aplikasi text-editor, maka Surfer secara default
menambahkan header yang herupa dua bilangan bulat; yang pertama
menyatakan jumlah koordinat basil dijitasi yang membentuk
blanking yang bersangkutan, dan yang kedua adalah 1 (menyatakan
bahwa blanking akan diberlakukan di dalam wilayah blanking yang
bersangkutan).

7.3 Blanking File untuk File Has!! Gridding


Sebagai pelengkap proses gridding, baik yang memperhitungkan
keberadaan unsur-unsur breaklines dan atau faults (terutama yang
berbentu polygon) maupun yang tidak sama sekali, Surfer telah
dilengkapi dengan fungsionalitas blocking atau blanking terhadap
suatu area tertentu. Dengan fungsionalitas ini, pengguna Surfer
dapat melakukan blanking (penghilangan) file grid di dalam atau
bahkan di luar suatu area yang didefinisikan.

Sebagai ilustrasi, berikut adalah langkah-langkah yang perlu ditempuh


untuk melakukan blanking:
1. Munculkan file basil gridding (dalam bentuk garis-garis kontur) yang
akan diblok (di-blanking).
2. Buatlah unsur polygon (juga dalam format file teks BLN) yang akan
dijadikan sebagai batas-batas bloknya.
3. Gunakan menu "Gridjilank" hingga muncul kotak dialog "Open
Grid".
4. Pada kotak dialog yang barn muncul ini, arahkan pointer ke direktori
atau sub-direktori dimana file grid (basil proses gridding Surfer
f*.GRIA atau yang setara dengannya r*.DEM, 1) yang akan diblok
berada.

Bab 7 Pengaruh Breaklines, Faults, dan Blanking File


Look jri: stat_utm

i a.breablok etilfaulthi X0 kriging gDmoving_a.


gDbreak_fault 6 iDinverse_distance
lengkapGRID GRID
Lirid Into >>
gLbreakline jkk.dem natural_ni
locaLpoIInOm GRID nearest"
gdata_metrik Gambar
;' RiDContoh
7.21: kontur_blk
Tampilan Kotak
GRID
.Dialog "Open Grid"
Atr, data ',kis krig_b[ok ;trnminirrium_cur
1

P ,:pfaultk g;DFTig_hiokyy g;Dmodified_shepard


5. Setelah
a file yang dimaksud Jada (nampak), kliklah file tersebut
kemudian tekan tombol "Open" hingga muncul kotak dialog
4
"Open".
11 Den

6. Pada
Files ofkotak
lype: dialog yang barn
All Fiec,ognized Iype muncul ini, arahkan
__ pointer ke direktori
Cancel
E
atau sub-direktori di mana file BLN untuk blocking-nya berada.
Setelah nama filenya ditentukan, tekan tombol "Open" hingga muncul
aPen

Lankin: :Etat_orn cI
E
kotak dialog "Save Grid As".
breaklines_pin pankai
coba unsurblok
1!-- . fault
faultka
Fault_k

wl faults
File name: Open
Cancel

Files of type: 167inclary Files (" IDInj

Gambar 7.22: Contoh Tampilan Kotak Dialog "Open"

Model Permukaan Dijital


7. Pada kotak dialog yang Baru muncul ini, khususnya pada textbox "File
name", ketikkan nama file grid basil proses blocking-nya.

Save Grid As
:z12_(J
,
SOS in: t're 71-
gibreablok: gip faultki oe gLnakural_ni
:Arcibreak. Fauit gLinverse_distance cngkaP U~ionearesk_r
al_polinom
+A iEibreakiirie URiOkontur_blk gib Riamincur_fault ;Rio out
+AtOdata metrik krig_blok arninimum_cur gLPolinom_ri
r
gpdata_ukur RlD 1
krig_bloio4y
R1 0 amodified_51-iepard g;oradial
faultka a kiting moving_average radial_baE,
1
File name: blocked

Save as twie; Surfer 7 (". grd) Cancel

Gambar 7.23: Contoh Tampilan Kotak Dialog "Save Grid As'

8. Tekan tombol "Save" hingga kotak dialog yang bersangkutan segera


menghilang dan proses blanking atau blocking terhadap file grid
segera dimulai.
9. Tampilkan file grid basil blocking dalam bentuk garis-garis kontur,
dan perhatikan perbedaan-perbedaan tampilannya dengan
sebelumnya.

Gambar 7.24: Contoh Tampilan Sebelum & Sesudah Blocking

Bab 7 Pengaruh Breaklines, Faults, dan Blanking File I 115


Catatan: (1) file teks ASCII blanking atau blocking sangat manfaat
untuk menghilangkan titik-titik grid (node) atau tampilan garis-garis
kontur yang sebenarnya tidak didukung oleh data pengukuran di
lapangan; (2) struktur file blanking atau blocking sama persis dengan
file BLN untuk breaklines atau faults, hanya saja tidak diperlukan
item ketinggian pada setiap titik atau verteknya sebagaimana halnya
breaklines; (3) dengan kode status blanking o (parameter tanda),
sebagai pengganti default 1, pengguna dapat memperoleh basil yang
berkebalikan dengan gambar 7.24 di atas; (4) unsur-unsur yang
terdapat di dalam file blanking atau blocking perlu berstruktur
polygon (tertutup sempurna) agar hasilnya sesuai dengan harapan.

Gambar 7.25: Contoh Tampilan Sebelum & Sesudah Blocking Terbalik (Tanda =
0)

Catatan: untuk melakukan blocking terbalik (sesuai dengan)


seperti pada gambar 7.25 di atas, sebaiknya, di dalam file

BLN-nya hanya terdapat sebuah polygon saja.


s

7.4 Meng-edit File Hasil Gridding


Dalam rangka memblok atau `memperbaild hasil gridding-nya,
Surfer juga menyediakan cara lainnya; secara langsung meng-
edit nilai-nilai (item) ketinggian milik titik-titik (node) grid
hasil proses gridding. Sebagai ilustrasi, berikut adalah langkah-
langkah yang diperlukan untuk memenuhi kebutuhan ini:
1. Gunakan menu "Grid I Grid Node Editor" hingga muncul kotak
dialog
"Open Grid".

Model Permukaan Dijital


2. Pada kotak dialog yang baru muncul ini, arahkan pointer ke direktori
atau sub-direktori dimana file grid (terutama file *.GRD dan *.DEM)
yang akan di-edit berada. Jika ada, klik kursor pada nama filenya dan
tekan tombol "Open" hingga tampilan aplikasi Surfer berubah.
3. Pada tampilan ini, akan nampak titik-titik grid milik file yang sedang
di-edit berikut garis-garis kontur representasinya. Jika pengguna
mengklik salah satu titik grid tersebut, maka titik grid yang
bersangkutan akan aktif dan ditandai oleh warna merah, sementara
nilai (item) ketinggian grid yang bersangkutan ditampilkan pada
textbox "Z" yang berada di atasnya (bersama dengan informasi
koordinat asli dan baris-kolomnya).

1012...
Fiie _View _Optior& Window. -Help_ 1
D

1
+++4+ +++++ +++++ +++++++++++++++ +44 + +++
-++++ +++++ ++++ +++++++ ++++++++++ +++++ +++.-+++++
-++++ +++++++++++++++++1+++++++4+4'++++4+ 4+ ++ +444++++
-++++ +++++++++++++++++,++++++++++ ++++++ ++ 4+ +++ +++++++++
++4++ +++++++++++++++++ ++++++++++ +++++ 4+ + ++ 4+4 +++++++
-+++ ++++++++++++++++++ +++++++++++ +++++ + + ++ +++++++++ ++++++
-.............................................................................44+ ++++++++++++++++++ +++ ++ + ++++++++++++
......................................................+++
-+++ +++++++++++++++++++ +++++++++++++ +++ + + +++++++++++++++
-+++ ++++++++++++++++++++ +++++++++++++ ++ + +++++++++++++++++
++++ +++++++++++++++++++++ +++++++++++++ ++ + ++++++++++++++++++
+ ++ ++++++++++++++++++++++ +++++++++++++ +
+ ++++++++++++++++++
+++ +++++++++++++++++++++++ ++++++++++++++ + ++++++++++++++++++
+++ ++++++++++ +++++++++++++ +++++++++++++ + ++++++++++++++++++
-4 +++++++++ ++++++++++++++ ++++++ ++++ 4+ +++++++
............... +++++++++++++++ 444++ ++++++ ++ 4+ ++++
++++++++ +++++++++++++++ +++++ ++++++ ++ 4 +++++++++++++++++++
+4+4++++ ++++++++++++1' +++ ++ ++++++++.....................................++++++
-+++++++ ++++++++++++ Fitt Window +++ ++ +++++++++ +
++++++ ++++++++++++ ++ +44++++ +4+444+
+++++ +++++++++++ +44. +,++++ +++++++ +++4+++++++
44++ +++++++++++ +++4- ZOOM In +4 ++4+'4+4+4 +4+4+4+4++++
+++ +++++++++++ +++++ ++++++ +++ ++4+4+44+4+-
++ ++++++++++ 44+++ -I- ZOOM out +++++++ +++++++++++ +++
++ +4+4+4++++ +++++ +A- +++++++++++++++++++ +++++
++
+++++++++ +++++ + Redraw +++++++++++++++++++ +++++
++++++++ +++4+4+ ++ +++++++++++++++++ +++++ +
++++++ +++++++++ ++{'+ y. sh,, Contours ++ +++++ +44+44++ ++
+++++ ++++++++++ +++ 4- ++++++ +++++++++++++ +++
++++ ++++++++++. +4++ , ++++++++++++4+++++++++ +++ ++++
4.4.4. +++4.4.44++ +++++ ,onwur,eve6... +4++++++++++++4++ ++++ ++++++++++
+++++++++++ ++++ ++++++++++++++++
+++++++-++- +++++ ++++ +4+++++4++4+++++++++ +
+++++++ ++ +++++ ++4., +++++ ++++++++++++++++++++ +++++
+4.+++++ ++++++++++++*t. Blank Node +++++++++++++++++++ +++++
++++++ +++++++++++++++ + ++ ++++++++ +++++++++ +++++ 1. 1
+++4 ++++++++++++++++ Unblank Node ++44 +++++++++++++++++++++

Blank the current node Grid Info,,

G a m b a r 7 .2 6 : C o n t o h Tam p i l a n G r i d N o de E d it o r m i n k S u r f e r

Bab 7 Pengaruh Breaklines, Faults, dan Blanking File . in


4. Pada saat pengguna mengldik sebuah titik (node) grid dan mengklik-

kanan mouse hingga muncul menu konteks, kemudian memilih item


"Blank Node", maka Surfer akan mengganti nilai ketinggian node
yang bersangkutan (existing hasil proses gridding) dengan nilai baru
yang dianggap besar sekali (1.7o14E+o38) sebagai implementasi dari
blocking atau blanking. Hanya saja, untuk benar-benar membentuk
sebuah blocking atau blanking pada file grid secara langsung,
pengguna perlu mengulangi langkah ini beberapa kali hingga yang
diblok itu beberapa grid sekaligus (yang bersebelahan) yang
membentuk batas atau area tertentu.
5. Begitu blanking atau blocking dilakukan pada beberapa titik (node)
grid yang bersebelahan, biasanya, elemen-elemen garis kontur yang
terdapat di dekatnya segera akan terhapus.
++++T ,,,,,,,, 4.4- T .............................

4 .1 7..
. + +
, ++
titik +++++++-L*0++++
grid
- + + + + . , + + + + + + ,
+ _ , . . - - , + + + + + + .
p u t u s + +
--1-++++++ ,-++++++++++ ++++++++,
++++*.i. ++, .1.1.
, ++++++++++++ ++++_........4-++++,
aktif ++,++++++++++++ .r.i._++++++++.
+ + , . . - + + +4+4+7 .+.+1 +- +
++++
++++
+++ +++++-++++++++++ ++.+ + + + + + +
f 1 . + + + + + + + + + + + ++++++++++
+++++++++ +++;.1
+++++++ +
+ + + + + + + + + + + ++++
++++++++++++++- +
++* +++ 1 blanking
F++++++++ ++ +++ +++++++.
-++++++ +++ ++1- +++-
F++++++ ++++ +++ +++4-
F++++ ++++++++++ +++++4* +++++-
F++*, ++++++ ++++++ ..I.-4 ---4-4+44.4-4..

Gambar 7.27 Contoh Tampilan Kontur Terputus Akibat Blanking Titik-titik (Node) Grid

6 Ketika pengguna mengklik suatu grid node, maka nilai ketinggian milik grid
node yang bersangkutan akan dimunculkan pada textbox "Z" yang terletak
di sebelah atas. Pengguna bisa saja meng-edit (atau meng-update) nilai
ketinggian ini dengan cara menimpa nilai yang muncul ini dengan nilal yang
lain dan kemudian dikuti dengan penekanan tombol "Save" (atau dengan
menu "FileiSave"). Perhatikanlah ketika nilai ketinggian milik suatu node di-
edit, maka kemungkinan besar terdapat perubahan (arah) pada garis kontur
yang bersangkutan. Dengan demikian, cara seperti ini dapat digunakan
untuk merubah atau meng-edit garis kontur langsung dari file grid-nya.
Walaupun demikian, pekerjaan ini tiriaklah mudah karena harus
memperkirakan berapa sebenarnya nilai ketinggian yang 'pas' untuk suatu
perubahan yang diharapkan oleh pengguna.
118 I Model Permukaan Dijital
1

6. Jika pengguna merasa bahwa semua titik grid yang diperlukan (yang
menjadi concern) sudah di-blanking, maka is dapat menyimpan file
grid basil editing ini dengan menggunakan menu "File' Save" atau
"File I Save As".
I
Catatan: (i) Karena jarak (spasi absis dan ordinat (Warn satuan
koordinat lapangan) antar titik atau node grid cukup besar, maka
menurut penulis, basil blanking-nya akan lebih kasar dari pada yang
didapat dari blanking yang didefinisikan oleh file BLN (berisi
koordinat-koordinat titik). (2) pada saat meng-edit nilai-nilai
ketinggian titik-titik grid, sebetulnya pengguna juga dapat
`memperbailci' (menggeser dan menambah) garis-garis konturnya
hingga nampak lebih Caranya, pengguna perlu memasukkan

nilai yang dianggap terbaik (juga dengan memperhatikan existing


kontur dan nilai-nilai ketinggian di titik-titik grid yang berada
clisebelahnya) pada textbox "Z" di atasnya, sebagai pengganti nilai
konstanta blanking (1.7014E+038). Kemudian, simpanlah file grid-
nya dan tampilkan kembali di dalam "Grid Node Editor". Walaupun
demikian, proses ini akan memakan waktu yang tidak sedikit
(iteratif), sementara penggunapun memiliki problem besar; is
sebenarnya tidak mengetahui secara pasti mengenai nilai yang
terbaiknya hingga kemudian dapat mengbasilkan garis-garis kontur
yang paling baik dan logis menurutnya.

7.5 Catatan
Proses gridding (interpolasi) dilakukan atas dasar [interpolasi]
rumus matematika (yang termasuk sederhana) belaka, sementara itu,
di lain pihak, kemampuan analisis mata beserta logika visual
manusia (yang juga diperoleh dari tambahan segudang latihan dan
pengalaman pengamatan lapangannya) sangat kompleks dan tidak
mudah untuk dimodelkan atau dibandingkan. Oleh karena itu, tidak
heran, jika garis-garis kontur hasil proses gridding perangkat
lunak (`objektif), pada kondisi tertentu (terkadang), tidak
memuaskan manusia (`subjektif). Pada situasi inilah, setidaknya
menurut penulis, pengguna dapat meng-edit atau meng-adjust
garis-garis kontur tersebut hingga terasa lebih logis.

Bab 7 Pengaruh Breaklines, Faults, dan Blanking File


Hal ini tentu saja tidak semata dilakukan atas dasar subjektifitas
manusia itu sendiri, tetapi juga atas dasar (atau pertimbangan)
kenyataan bahwa: (1) data basil pengamatan belum tentu memiliki
jumlah dan distribusi yang benar-benar representatif; (2) setiap
metode gridding berikut advanced options-nya memiliki kekhasan
(khususnya kekurangan dan kelebihan) tersendiri (hingga
menghasilkan garis-garis kontur yang berbeda satu sama lainnya
[perhatikan gambar 5.15a hingga 5.15e pada sub-bab 5.2.3 bab 5
sebelumnya]); dari kenyataan inipun sebenarnya proses gridding
dapat dikatakan masih bersifat relatif (bergantung pada metode,
advanced options-nya, beserta asumsi-asumsi yang mendasarinya)
atau bahkan `subjektif. (3) data DTM belum tentu dapat merekam
atau memodelkan dengan baik semua unsur-unsur spasial yang
memiliki kekhasan tertentu (khususnya untuk breaklines dan faults)
dengan segala konsekuensi model dan asumsi matematisnya. Masih
tersedia ruang dan waktu untuk berkreasi di seputar asumsi dan
model matematis terkait hingga dapat menghasilkan garis-garis
kontur alternatif.
Seperti terlihat pada beberapa tampilan di atas, pada umumnya
garmbar yang bersangkutan dibentuk dari lebih dari satu layer
(contours, data pengukuran, breaklines, faults, dan lain
sejenisnya). Untuk rnenampilkan mereka di dalam satu window
dan dalam skala yang sama, maka coverage (limits) mereka perlu
disamakan satu sama lainnya. Pengguna dapat menjadikan salah
satunya sebagai referensi (biasanya yang memiliki domain absis
dan ordinat paling besar). Sebagai contoh, aktifkan salah satu
layer-nya (misalkan dengan cara mengldik objek "Contours" M)
kemudian lakukan double-click atasnya (atau klik-kanan dan pilih
item "Properties" pada menu konteks yang muncul) hingga muncul
kotak dialog "Map: Contours Properties". Pada kotak yang barn
muncul ini, aktifkan tab "Limits" hingga nampak ke-empat textbox
yang menyatakan nilai-nilai: xMin. xmax, yMin, dan yMax.
Catatlah ke-empat nilai ini. Kemudian, dengan cara yang sama,
aktifkan dan munculkan kotak dialog dan tab "Limits" milik layer
lainnya (objek lain yang terdapat pada object manager). Edit-lah
nilai-nilai xMin. xmax,' yMin, dan yMax hingga sama dengan
referensi (yang tercatat).

Model Permukaan Dijital


BAB

MAN I PU LAS I Sc ANAL! SA LANJUT


PADA FILE GRID

Di dalam Surfer, file grid (kumpulan titik-titik atau node yang satu
sama lain memiliki spasi absis dan ordinat yang teratur berikut
masing-masing item z-nya yang merupakan hasil interpolasi)
merupakan bahan baku yang esensial. Tanpa bahan baku ini (file
GRD dan yang setaral), dianalisis lebih lanjut beserta tampilan dua
atau tiga dimensi model ketinggiannya tidak dapat dimunculkan.
Sehubungan dengan hal ini, berikut akan dibahas beberapa cara
untuk memanipulasi atau menganalisis lanjut file grid Surfer.

1 File file
DTM atau DTM yang diimplementasikan dalam format-format
perangkat lunak sistem informasi geografis, CAD, penginderaan jauh, dan
model permukaan dijital yang bisa dibaea dan kemudian bisa diproses oleh
Surfer hingga pets garis-garis konturnya bisa secara langsung ditampilkan
tanpa melalui proses gridding kembali (seperti halnya *.DEM, *.HGT, *.NED,
*.DLG, *.GRD, dan lain sebagainya).

Bab 8 Manipulasi & Analisa Lanjut pada File Grid 181


8.1 Variogram
Variogram2 merupakan suatu fungsi yang mencirikan (hubungan)
kebergantungan spasial yang hadir diantara variabel-variabel yang
berlokasi di titik-titik sample (pengukuran) yang berbeda.
Kebergantungan ini dapat diasumsikan sebagai sebuah fungsi jarak
yang memisahkan nilai-nilai milik variabel-variabel yang
bersangkutan. Makin kecil jaraknya, makin kecil pula nilai
variogramnya; sebaliknya makin besar jaraknya, makin besar pula
nilai variogramnya. Oleh karena itu, model variogram dapat
dikatakan simple3 jika kebergantungan ini diukur pada variabel yang
sama, dan boleh dikatakan crossed' jika diukur diantara variabel
yang berbeda.

Implementasi (model) variogram pada konteks permukaan dijital


sering kali merupakan suatu fungsi tiga-dimensi; oleh karena itu,
terdapat 2 variabel bebas [arah 0, dan jarak pemisah dan sebuah
tidak-bebas [nilai fungsi variogram F(0,d)]. Pemodelan variogram
ini dimaksudkan untuk secara kuantitatif menaksir

2 Terkadang disebut pula gambar (plot) semivarians atau semivariogram


sebagai fungsi jarak dari sebuah titik.
Kovariansi dari sinyal-sinyal sejenis (misalkan temperatur saja, hanya
gayaberat saja, atau jarak semata) yang sering disebut pula sebagai
kovariansi-diri atau auto-covariance. Dalam konteks lain, kondisi ini
terkadang disebut pula sebagai isotropik; kovariansi antara sinyal satu
dengan sinyal yang lain merupakan fungsi jarak semata. Variogram simple
merupakan fungsi yang selalu memiliki nilai-nilai nol atau positif; karena
merupakan bentuk variansi (kuadrat simpangan baku).
4 Kovariansi-silang atau kovariansi dari sinyal-sinyal yang berlainan jenis
(misalkan jarak dan arah). Dalam konteks ini pula sering dirujuk sebagai an-
isotropik; kovariansi antara sinyal satu dengan yang lainnya dinyatakan
dalam fungsi jarak dan arah. Nilai fungsi ini bisa negatif, nol, dan positif
karena merupakan bentuk kovariansi. Variogram-silang ini akan bernilai
positif ketika nilai dua variabel memiliki kecenderungan untuk berubah ke
arah-arah yang same. Sementara itu, nilai ini juga dapat menjadi negatif
ketika kedua nilai variabelnya memiliki kecenderungan perubahan dengan
arah-arah yang berlawanan. Dan akan bernilai nol jika kedua variabel
cenderung berubah saling-bebas (tidak bergantung satu same lainnya).

Model Permukaan Dijital


kontinyuitas atau kekasaran spasial milik data DTM yang
bersangkutan. Variogram milik sekumpulan data merupakan sebuah
statistik deskriptif kuantitatif yang dapat disajikan dalam bentuk
grafts kontinyuitas data. Dan, tujuan Surfer melibatkan aspek
variogram ini adalah sebagai pertimbangan yang optimal di dalam
memilih model variogram yang tersedia ketika pengguna melakukan
proses gridding dengan menggunakan metode Kriging.

Pada umumnya, analisis yang terkait dengan variogram akan


terdiri dart dua bagian; (i) variogram eksperimental yang dapat
dihitung berdasarkan data pengamatan lapangannya, dan (2)
variogram model yang dianggap sesuai dengan (sangat mendekati
karakter) datanya.

8.1.1 Membuat Variogram


Sebagai ilustrasi, berikut adalah langkah-langkah yang diperlukan
untuk membuat (model) variogram dari sekumpulan data titik
pengukuran di lapangan:
1. Pada saa aktif dokumen "Plot", gunakan menu "Grid IVariogram 'New
Variogram" hingga muncul kotak dialog "Open".
2. Pada kotak dialog yang bare muncul ini, arahkan pointer file ke
direktori dan sub-direktori dimana file data (misalkan "data_ukur.txt")
yang menanapung items x,y,z hasil pengukuran lapangan.

batas breaki21 3 data dataav


blarky , brealdne data.daLXV L]fault
bln MO:E.1 breaklines Mdata.txt . L] fault_ka
blok',ILI breaklines_ph Sdata_ukur fault ki
-A blok.xy Li..] coba ir data_u ui LL] Faults
I break li ] cobi N. data_ukurXV id pantai

Gambar 8.1:
Filenames daL3_ukur contoh tampilan
kotak dialog
Files of ype: 1.411 Recognized Types Cancel "Open"

Bab 8 Manipulasi & Analisa Lanjut pada File Grid 188 .


3. Setelah tombol "Open" ditekan, muncullah kotak dialog "New
Variogram".
4. Pada kotak dialog yang bare muncul ini, tentukan items datanya (yang
terdapat di dalam frame "Data Columns") dan perhatikan stdistik
datanya yang terdapat di dalam listbox "Statistic".

New Variogram

Data General
Data Columns-- - Duplicate Data
X: Column A: ADSIS To Keep:

Y: 'Column 8: ORDINA.T X Tolerance:

2: ['Column C: TINGGI Y Tolerance:

Data Exclusion Filter (eg, x.-998 OR yr..-999 OR 2=-999)


date Statistics

Statistic Z
Minimu 558634.480000 9234540.500000 9.000000
m 25%- 608120.230000 9266271.310000 57.000000
tile 629463.110000 9294426.400000 124.000000
Median 646268.650000 9316326.170000 301.000000 Li]
75Z-tile

OK Cancel

Gambar 8.2: contoh tampilan kotak dialog "New Variogram", tab "Data"

5. Aktifkan tab "General" untuk memperoleh informasi lebih jauh mengenai


datanya (grid variogram5 dan pilihan de-trending6 datanya).

5 Max lag distance merupakan jarak maksimum yang digunakan pada


pemodelan variogram yang bersangkutan. Secara default, nilai ini
mendekati sepertiga dari nilai jangkauan diagonal data pengamatannya.
Sementara itu, angular divisions yang bernilai 180 dan radial divisions
senilai 100 merupakan pilihan yang sudah cukup balk untuk kebanyakan
kasus.

Model Permukaan Digital


New Variograrn

Data General

Variograrn Grid--------
Max Lag Distance:

Angular Divi&-ions:

Radial Divisions: ii Di]

Detrend
Do net detrend the data
C Linear: Znew = Z [ AX + BY + C I
C` Quadratic: Znew = Z - [ + +

r Generate Repoct

Gambar 8.3: contoh tampilan kotak dialog "New Variogram", tab "General"

6. Tekan tomboi. "OK" hingga grafik variogramnya segera muneul.

Pilihan ini menawarkan opsi penanganan lanjut untuk universal kriging.


Pilihan yang umum adalah "Do not detend the data". Walaupun demikian,
jika pengguna mengetahui betul kecenderungan kuat ada pada datanya, is
dapat mengambil pilihan (radio button)"Linear".

Bab 8 Manipulasi & Analisa Lanjut pada File Grid 5


Column C: TINGGI
Direction: 0.0 Tolerance: 90.0

1
14

4-I 1

- 2 ' 4 =
\
4(

Variogram
Y Axis
EIH-H X Axis

Gambar 8.4: contoh tampilan grafik (model)


Variogram

Keterangan: (1) garis-garis hitam yang ditandai dengan simbol titik


atau dot di antaranya merupakan variogram eksperimental omni-
directional, sementara garis yang berwarna biro merupakanfirstpass at
a fitted variogram model. (2) dari gambar 8.4 ini pengguna dapat
menilai apakah model variogramnya cenderung linier, sebagian
lingkaran (sperikal), atau eksponensial. (3) jika variogram
eksperimentalnya tidak memiliki titik potong tidak-nol di sumbu y,
maka modelnya bisa jadi memerlukan nugget effect. Jika pengguna
belum merasa puas dengan tampilan dan informasi variogram seperti
ini, maka langkah-langkah berikut masih diperlukan. Tetapi,
sebaliknya, jika pengguna sudah merasa puas (sekedar memenuhi
kebutuhan pembuatan model variogram), maka langkah-langkah
berikut (7 sampai tidak diperlukan lagi.

Lihat pustaka [Barnes].

186 I Model Permukaan Dijital


7. Double-click-lah gambar (atau objek) grafik variogramnya hingga
muncul kotak dialog "Variogram Properties".
8. Pada kotak dialog yang barn muncul ini, pengguna dapat melihat dan

meng-edit berbagai properties milik model fungsi variogramnya.


Secara default, Surfer menampilkan tab "Experimental" untuk
pertama kali.
Variogram Properties

Experimental Statistics

Lag Direction Estimator Type: ]Variogram


Direction: 0
Max Lag Dist W00
Tolerance: 190
Number of Lags: 125
S te.p 30
Amount:
Lag Width: 2240
'17 Auto

Step av Vertical Scale: 55500 P" Auto

tep CDAI

Gambar 8.5: contoh tampilan kotak dialog "Variogram Properties", tab "Experimental"

9. Tekan tab "Model"untuk memunculkan properties komponen-


komponen model variogramnya. Ketika pengguna meng-click baris
"Nugget Effect", maka Surfer menampilkan informasi nilai-nilai
error variance & micro variance-nya. Pengguna dapat meng-edit
nilai-nilai ini seperlunya.

Bab 8 Manipulasi & Analisa Lanjut pada File Grid


Variogram Properties

Experimental Model Statistics Plot

Variogran
k / R N E Qornponents
M Z M I N I I I I W a t a a k k e t i t i a l l . 1 . 11
L in ea r Sl op e =0 .1 6 , Ani so =1 ,

Errot
Varian.

Micro

Gambar 8.6a: contoh tampilan kotak dialog "Variogram Properties", tab "Model"

Tetapi jika pada saat ini pengguna meng-click baris "Linear", maka
Surfer akan
menampilkan
informasi yang lain; slope, jarak
Variogram Properties
Experimental, Model Statieits
Plot Vaiograrn Components

,
Ferro

-Anisotropy ---- AutoFit...


Slope: 10.16 Ratio._

Angle

(ratio) dan sudut (angle) anisotropy. Jika diperlukan, pengguna


dapat merubah kedua nilai ini sesuai dengan kebutuhan.
Gambar 8.6b: contoh tampilan kotak dialog "Variogram Properties", tab "Model"
Model Permukaan Dijital
Jika pengguna meng-click tab "Statistics", maka Surfer akan
menampilkan informasi yang lain.

ExperimentalModel
- Graph
Report
(4- Histograrr

r Histogram
Histogram
XY Scatter

Statistic ....L
Active 43 43 43
Original 43 43 43
Excluded 0 0 0
Deleted Dup. 0 0
n n

OK

Gambar 8.7: contoh tampilan kotak dialog


"Variogram Properties", tab "Statistics"

Keterangan: secara default Surfer menampilkan nilai-nilai statistik


berikut grafik histogram data absisnya. Pengguna dapat menampilkan
histogram ordinat, Z dan bahkan scatter XY-nya dengan
mengaktifkan radio button yang bersangkutan di dalam frame
"Graph". Sementara itu, pengguna juga dapat menekan tombol
"Report" untuk memunculkan informasi (di dalam window lain yang
kemudian aktif) naengenai "Variogram Grid Report" 8.

11. Jika pengguna meng-click tab "Plot", maka Surfer akan menampilkan
informasi seperti berikut; editing parameter-parameter tampilan grafik
model variogram.

a
Contoh tampilannya dapat dilihat pada lampiran D.

Bab 8 Manipulasi & Analisa Lanjut pada File Grid


Variogram Properties
Experimental'Statistics Plot
-Title
Column C: TINGGI

E Subtitle: Font...
1.7 Pairs:
r; Line:
--.
Foni... I
I Model: anemniellE

O Cancel Apply
K

Gambar 8.8: contoh tampilan kotak dialog "Variogram Properties", tab "Plot"

Keterangan: dengan merubah beberapa parameter (elemen grafik)


yang terdapat pada gambar 8.8 di atas, pengguna dapat merubah
gambar 8.4 di atas hingga lebih jelas seperti berikut.
53900

23
Field Z: TINGGI
1.0000 Direction: 0.0 Tolerance: 90.0

a@000 32
27
39006
01 24
jq :l5000
32 21
"DC00

15000 1J 26
15

10
5
Gambar 8.9: contoh
tarnpilan grafik
000 (model) Variogram hasil update

'WOG Iseas la G oases ?moo 4(60 75600 zoOoe 53700

Lag Distance

Model Permukaan Dijital


8.1.2 Proses Gridding Metode Kriging
Sebagai ilustrasi, seperti telah disinggung pada bab 5, berikut adalah
langkah-langkah yang diperlukan untuk melakukan proses gridding
dengan metode Kriging:
1. Ketika model (grafik) variogram di atas (seperti pada gambar 8.4 atau
8.9) masih muncul9 di dalam dokumen plot, gunakan menu "Grid
Data" hingga muncul kotak dialog "Open".
2. Pada kotak dialog yang baru muncul ini, arahkan pointer file ke
direktori dan sub-direktori dimana datanya berada (misalkan file
"data_ukur.txt"). Setelah itu tekan pula tombol "Open" hingga muncul
kotak dialog "Grid Data".
3. Pada kotak dialog yang barn muncul ini: (a) pada frame "Data
Columns", tentukan kolom-kolom yang akan menyediakan data x,y,
dan z; (b) pada frame "Output grid file", tentukan nama file hasil
proses gridding-nya; (c) pada frame "Grid line geometry", tentukan
parameter-parameter batas-batas koordinat dan jarak antar-grid; dan
pada combobox "Gridding Method", tentukan metode gridding-nya

4. Tekan tombol "Advanced Options" hingga muncul kotak dialog


"Kriging advanced options". Aktifkan tab "General", pada kotak
dialog yang masih aktif ini, pengguna dapat menekan tombol "Get
Variogram" (untuk mendapatkan variogram aktif atau masih muncul
pada dokumen plot-nya) hingga (pada kasus ini) muncullah baris
"Nugget effect" (sebagai komponen variogram basil hitungan
datanya) pada listbox "Variogram Model". Tetapi jika, tampilan grafik
variogramnya belum dibuat atau sudah dihapus, maka Surfer akan
memunculkan pesan kesalahan "Surfer Error: no variograms exist in
the current plot document".
5. Pada kondisi ini, pengguna dapat menentukan tipe kriging-nya (point
atau block) dan tipe drift (none, linear, atau quadratic) pada combobox
yang tersedia, menambah sub-komponen variogram (eksponensial,
linier, sperikal, logaritmik, dan lain sebagainya) dengan

Jika tampilan model variogram sudah dihapus, pengguna perlu


menampilkannya kembali dengan menggunakan langkah-langkah yang
dibahas pada sub-bab 8.1.1.

Bab 8 Manipulasi & Analisa Lanjut pada File Grid


menekan tombol "Add" dan meng-edit masing-masing parameternya
dengan menekan tombol "Edit".
6. Tekan tombol "OK" untuk keluar dari kotak dialog "Kriging
advanced options".
7. Tekan tombol "OK" untuk keluar dari kotak dialog "Grid data"
dan segera memulai proses gridding.

8.2 Grid Math


Surfer menyediakan fungsionalitas yang memungkinkan untuk
membuat sebuah file grid baru yang nilai-nilai ketinggiannya (z)
merupakan fungsi matematis (variabel tidak bebas) dari nilai-nilai
ketinggian (z) milik satu atau dua file grid masukan yang bertindak
sebagai variabel bebas (tetapi absis dan ordinatnya bersesuaian; di-
grid dengan batas-batas koordinat dan spasi-spasi yang sama).
Sebagai contoh, setiap pengguna boleh saja melakukan proses
gridding terhadap suatu data pengukuran lapangan dua kali; yang
pertama dengan metode minimum curvature (menghasilkan file
"mincur.grd") yang kedua dengn metode kriging (menghasilkan file
"kriging.grd"). Kemudian, is dapat memperoleh informasi beda
tingginya di setiap titik (node) gridnya dengan cara menghitung
selisihnya (pengurangan nilai z di setiap node grid yang
bersesuaian).

Sebagai ilustrasi, berikut adalah langkah-langkah yang dapat


ditempuh dalam menghitung selisih [c=f(a,b)=a-b] hasil proses
gridding di titik-titik grid dengan menggunakan fungsionalitas math:
1. Buatlah (siapkan atau lakukan proses gridding) dua file grid
dengan menggunakan metode yang berbeda.
2. Gunakan menu "Grid I Map" hingga muncul kotak dialog "Open Grid".
3. Pada kotak dialog yang baru muncul ini, arahkan pointer file ke sub-
direktori dan sub-direktori dimana file "mincur.grd" berada (akhirnya
menjadi "Input grid file A"), kemudian tekan tombol "Open" hingga
muncul kotak dialog "Math".

192 I Model Permukaan Dijital


4. Pada kotak dialog yang baru muncul ini, tekanlah tombol ciii;
"Change filename" yang terdapat di sebelah kanan frame "Input grid
file B" hingga muncul kotak dialog "Open Grid".
5. Pada kotak dialog yang baru muncul ini, arahkan pointer file ke
direktori dan sub-direktori di mana file "kriging.grd" berada,
kemudian tekan tombol "Open".
6. Pada kotak dialog yang kembali aktif, tekanlah tombol Gil; "Change
filename" yang terdapat di sebelah kanan frame "Output grid file C"
hingga muncul kotak dialog "Save grid as".
7. Pada kotak dialog yang baru muncul ini, ketikkan nama file grid basil
operasi grid dengan rumus math-nya (sebagai contoh adalah
"delta.grd"). Kemudian, tekan tombol "Save".
8. Pada kotak dialog aktif, khususnya pada textbox "Enter a function of
form C=f(a,b)", ketikkan rumus matematis yang menghubungkan
antara masukan dan keluaran. Sebagai contoh adalah "C=A-B"; beda
tinggi antara dua file grid.
Grid Math J.
Input Grid File A--- O
E: \buku_dtm4stat_utm\mincur.grd 0 LE;
K
nput Grid File B- Cancel

E:\buku_dtm\$tat_utm\kriging.grd 0
- Output Grid File C ____

pluku_dtm\stat utm\delta.ord cal:

Enter a function of the form C = ffA,B)


C=A-B

Gambar 8.10: contoh tampilan kotak dialog "Grid Math"

9. Tekan tombol "OK" untuk segera memulai proses.

Bab 8 Manipulasi & Analisa Lanjut pada File Grid 93


Pengguna juga dapat menampilkan representasi selisih ketinggian
(dua metode gridding) di titik-titik (node) grid ini dalam bentuk
garis-garis kontur seperti contoh berikut. Contoh di atas hanya
melibatkan rumus matematis sederhana (selisih), tetapi untuk
kebutuhan lainnya pengguna dapat menggunakan fungsi dan
operator matematis yang lebih kompleks. Sebagian fungsi
matematis yang dimaksud telah dibahas pada sub-bab 5.2.6
sebelumnya.

Gambar 8.11: contoh tampilan garis-garis kontur 'selisih ketinggian' metode-metode


gridding

8.3 Grid Calculus


Surfer menyediakan tools bagi penggunanya untuk
menginterpretasikan file-file grid-nya. Tools ini juga dapat
membantu pengguna dalam mendefinisikan dan mengkuantisasikan
karakteristik yang terdapat di dalam file grid yang bersangkutan
tetapi mungkin tidak nampak jelas bila dilihat pada sajian peta
kontur atau wireframe-nya. Tools yang dalam hitungannya
menggunakan nimus-rumus diferensial kalkulus ini membagi
layanannya ke dalam 4 bagian utama; directional derivatives,
terrain modeling, differential and integral operations, dan

Model Permukaan Dijital


spectral analysis. Setiap (analisis) bagian ini akan menghasilkan
sebuah file grid (dari data yang bersangkutan) dengan dimensi yang
sama dengan aslinya.

Sebagai ilustrasi, berikut adalah langkah-langkah yang perlu ditempuh


dalam menggunakan fungsionalitas grid calculus:
1. Gunakanlah menu "GridI Calculus" hingga muncul kotak dialog
"Open Grid".
2. Pada kotak yang barn muncul ini, arahkan pointer file ke sub-
direktori di mana file grid-nya (hasil proses gridding) berada
(sebagai contoh adalah file "kriging.grd"). Tekan tombol "Open"
hingga muncul kotak dialog "Grid Calculus".
3. Pada kotak dialog yang barn muncul ini, tekan tombol Oi3 "Change
filename" yang terdapat di sebelah kanan "Output grid file" untuk
menentukan nama file grid (misalkan "calcuoi.grd") hasil operasi ini.
4. Pada kotak dialog yang bare muncul ini, kliklah tanda plus pada baris
"Directional Derivative" untuk mendetilkan (sub) pilihan yang terdapat
di dalamnya (first derivative, second derivative, dan curvature).
5. Kemudian klik "First derivative".
Grid Calculus

r- Direction
Directional Derivative OK j
First Derivative Angle 10
Second Derivative Cancel
- Curvature
Terrain Modeling
FT. Differential & Integral Operator
Ei-j- Fourier & Spectral Analysis

Input Grid File


rE:\buku_dtm \stat_utrAkriging.grd

-Output f3rid File


utrri calcuLll .grd

C.,ambai- contoh--larripilkm1 krataldi.71cig "Grid Calcullia",-Ficsot

Bab 8 Manipulasi & Analisa Lanjut pada File Grid I 195


6. Tekan tombol "OK" untuk keluar kotak dialog dan segera memulai
proses.

Gambar 8.33: contoh tampilan asli & hasil 'Grid Calculus" First Derivative

Keterangan: dengan pilihan directional derivative first derivative,


Surfer akan menghitung gradien permukaan di sepanjang directional
line; perhatikan nilai angle di dalam kotak dialog "Grid Calculus" di
atas, perbedaan nilai angle akan menyebabkan perbedaan yang
signifikan pada file grid hasil prosesnya (termasuk tampilan peta
kontumya). Pilihan first derivative menghasilkan peta kontur yang
memperlihatkan garis-garis gradien konstan (isoline) di sepanjang
garis yang arah tetapnya ditentukan oleh nilai angle.

Jika pengguna menggunaka n (meng-ldik) pilihan "Second


derivative" pada langkah 5 di atas dan dengan default (direction)
angle 45 derajat, maka is akan mendapatkan hasil (file grid)
dengan tampilan (peta kontur) seperti berikut:
Mode! Permukaan Dijital

second derivative

G mbar 8.14: conto tampila ap i'& h sil n Calcul s" Second Derivative
Keterangan: dengan pilihan directional derivative - second
derivative, Surfer akan menghitung kecepatan perubahan gradien
permukaan di sepanjang directional line; yang arahnya ditentukan
oleh nilai angle di dalam kotak dialog "Grid Calculus" di atas,
perbedaan nilai angle akan menyebabkan perbedaan yang signifikan
pada file grid hasil prosesnya (termasuk tampilan peta konturnya).

Jika pengguna menggunakan (meng-klik) pilihan "Curvature" pada


langkah 5 di atas dan dengan default (direction) angle 45 derajat,
maka is akan mendapatkan hasil (file grid) dengan tampilan (peta
kontur) seperti berikut:

Gambar 8A5: contoh tampilan asli & hasil 'Grid Calculus" Curvature

Keterangan: dengan pilihan directional derivative - curvature, Surfer


akan menghitung kelengkungan kecepatan perubahan sudut inklinasi
permukaan tangensial garis profil yang didefinisikan oleh permukaan
di sepanjang garis yang didefinisikan arahnya oleh parameter angle.
Perbedaan nilai angle akan menyebabkan perbedaan yang signifikan
pada file grid hasil prosesnya (termasuk tampilan peta konturnya).

Jika pengguna menggunakan pilihan "Terrain Modeling", maka


Surfer akan menganalisa geometri permukaan file grid yang
menjadi masukan. Hasil pemodelan ini akan berbasiskan pada
arah gradien (arah gradien yang paling tajam/terjal) dan bukan

Bab 8 Manipulasi & Analisa Lanjut pada File Grid I.


pada arah yang didefinisikan sebelunya oleh pengguna sebagaimana
sebelumnya (melalui parameter angle seperti di atas). Dengan
demikian, Surfer (pada pilihan terrain modeling) akan menghitung
besar dan arah gradien paling terjal untuk setiap tiitk (node) grid-
nya.

Jika pengguna memakai (meng-klik) pilihan "Terrain Modeling"


pada langkah 4 dan kemudian mengklik "Terrain Slope" pada
langkah 5-nya maka yang didapat adalah basil (file grid) dengan
tampilan (peta kontur) seperti berikut:

Gambar 8.16: contoh tampilan asli & hasil "Grid Calculus" Terrain Slope

Keterangan: dengan pilihan Terrain Modeling Terrain Slope, Surfer


akan menghasilkan nilai-nilai gradien atau slope permukaan di setiap
titik-titik gridnya. Nilai-nilai ini dinyatakan dalam satuan derajat
(berdomain antara 00 hingga goo; 00 untuk sudut horizontal, goo
untuk vertikal).

Jika pengguna memakai (meng-klik) pilihan "Terrain Modeling"


pada langkah 4 dan kemudian mengklik "Terrain Aspect" pada
langkah 5-nya maka akan yang didapat adalah hasil (file grid)
dengan tampilan (peta kontur) seperti berikut:

Model Permukaan Dijital


Gambar 8A7: contoh tampilan ash & hasil "Grid Calculus" Terrain Aspect

Keterangan: dengan pilihan Terrain Modeling Terrain Aspect,


Surfer akan menghasilkan nilai-nilai argi l (ke bawah) milik gradien
(paling terjal) permukaan di setiap titik-titik gridnya. Nilai-nilai
terrain aspect ini dinyatakan dalam sudut azimuth dan dengan
satuan deraj at.

Jika pengguna memakai (meng-klik) pilihan "Terrain Modeling"


pada langkah 4 dan kemudian mengklik "Profile Curvature" pada
langkah 5-nya maka akan yang didapat adalah hasil (file grid)
dengan tampilan (peta kontur) seperti berikut:
If

Profile Curvature

Gambar 8.18: contoh tampilan ash & hasil "Grid Calculus" Profile Curvature

10
Arah yang tegak lurus terhadap arah garis kontur di permukaan dan
berlawanan dengan arah gradien.

Bab 8 Manipulasi & Analisa Lanjut pada File Grid


Keterangan: dengan pilihan Terrain Modeling - Profile Curvature,
Surfer akan menghasilkan nilai-nilai perubahan kecepatan (ke arah
downhill atau uphill) slope dalam arah gradien (berlawanan
terhadap arah aspek slope) permukaan di setiap titik-titik gridnya.
Oleh karena itu, dengan operasi ini, Surfer akan menghasilkan
garis-garis kontur dengan kecepatan perubahan slope tercuram di
sepanjang permukaan.

Jika pengguna memakai (meng-klik) pilihan "Terrain Modeling"


pada langkah 4 dan kemudian mengklik "Plan Curvature" pada
langkah 5-nya maka akan yang didapat adalah hasil (file grid)
dengan tampilan (peta kontur) seperti berikut:

Gambar 8.19: contoh tampilan asli & hasil "Grid Calculus" Plan Curvature

Keterangan: dengan pilihan Terrain Modeling - Plan Curvature, Surfer


akan mencerminkan kecepatan perubahan sudut aspek yang diukur
pada bidang horizontal; ukuran kelengkungan garis-garis kontur. Nilai
negativ mengindikasikan aliran air yang bercabang di permukaan,
sementara nilai positiv mengindikasikan aliran air yang konvergen
(menuju ke arah yang sama).

Jika pengguna memakai (meng-klik) pilihan "Terrain Modeling"


pada langkah 4 dan kemudian mengklik "Tangential Curvature" pada
langkah 5-nya maka akan yang didapat adalah hasil (file grid)
dengan tampilan (peta kontur) seperti berikut:

AOC Model Permukaan Dijital


Gambar 8.20: contoh tampilan asli & hasil 'Grid Calculus' Tangential Curvature

Keterangan: dengan pilihan Terrain Modeling Tangential


Curvature, Surfer akan mengukur kelengkungan sehubungan
dengan bidang vertikal yang tegak lurus terhadap arah gradien,
atau tangensial terhadap garis kontur.

Jika pengguna memakai (meng-klik) pilihan "Differential &


Integral Operator" pada langkah 4 dan kemudian mengklik
"Gradient Operator" pada langkah 5-nya maka akan yang didapat
adalah basil (file grid) dengan tampilan (peta kontur) seperti
berikut:

gradient operator

Gambar 8.21: contoh tampilan asli & hasil "Grid Calculus" Gradient Operator

Bab 8 Manipulasi & Analisa Lanjut pada File Grid 0


Keterangan: dengan pilihan Differential & Integral Operator
Gradient Operator, Surfer akan membuat grid slope tercuram
(besamya gradien) di titik-titik di sepanjang permukaan. Operasi ini
mirip dengan terrain-slope di atas, tetapi gradient operator
dipresentasikan sebagai bilangan (ketimbang sebagai tingkatan atau
derajat). Gradient operator akan menghasilkan nilai nol untuk
permukaan horizontal, dan mendekati tidak terbatas jika gradiennya
mendekati vertikal

Jika pengguna memakai (meng-klik) pilihan "Differential &


Integral Operator" pada langkah 4 dan kemudian mengklik
"Laplacian Operator" pada langkah 5-nya maka akan yang didapat
adalah hasil (file grid) dengan tampilan (peta kontur) seperti
berikut:
lapladan ciperatcT

Gambar 8.22: canton tampilan ash & hasil "Grid Calculus" Laplacian Operator

Keterangan: dengan pilihan Differential & Integral Operator


Laplacian Operator, Surfer akan menyediakan ukuran discharge (nilai
negativ) atau recharge (nilai positif) pada permukaan yang
bersangkutan.

Jika pengguna memakai (meng-klik) pilihan "Differential &


Integral Operator" pada langkah 4 dan kemudian mengklik
"Biharmonic Operator" pada langkah 5-nya maka akan yang
didapat adalah hasil (file grid) dengan tampilan (peta kontur)
seperti berikut:

Model Permukaan Dijital


Gambar 8.23: contoh tampilan asli & hasil "Grid Calculus" Biharmonic Operator

Jika pengguna memakai (meng-klik) pilihan "Differential &


Integral Operator" pada langkah 4 dan kemudian mengklik
"Integrated Volume" pada langkah 5-nya maka akan yang didapat
adalah hasil (file grid) dengan tampilan (peta kontur) seperti
berikut:

ti
integrated volume

Gambar 8.24: contoh tampilan asli & hasil "Grid Calculus" Integrated Volume

Dengan pilihan Differential & Integral Operator Integrated


Volume, Surfer akan memberikan informasi volume' akumulasi di
sepanjang grid dari arah barat-daya ke sudut timur-laut, atau di
sepanjang sub-grid dengan arab yang sama.

Keterangan lebih lanjut dan detil mengenai fungsi metode ini dapat dilihat
pada pustaka [Golden02] halaman 435.

Bab B Manipulasi & Analisa Lanjut pada File Grid


Jika pengguna memakai (meng-klik) pilihan "Fourier & Spectral
Analysis" pada langkah 4 dan kemudian mengklik "Grid
Correlogram" pada langkah 5-nya maka akan yang didapat adalah
hasil (file grid) dengan tampilan (peta kontur) seperti berikut:

Gambar 8.25: contoh tampilan asli & hasil "Grid Calculus" Grid Correlogram

Dengan pilihan "Fourier & Spectral Analysis Grid Correlogram,


Surfer akan menilai pola-pola spasial dan korelasi spasial yang
terdapat pada file grid masukan. Correlogram yang tergambarkan
akan memperlihatkan sejauh-mana nilai-nilai (node) grid
berkorelasi di keseluruhan grid. Nilai-nilai ini mengindikasikan
kecenderungan yang terdapat di dalam grid dan memberikan
informasi anisotropy grid yang bersangkutan.

Jika pengguna memakai (meng-klik) pilihan "Fourier & Spectral


Analysis" pada langkah 4 dan kemudian mengklik "Grid
Periodogram" pada langkah 5 di atas, maka Surfer akan membuat
periodogram; dekomposisi permukaan ke dalam akumulasi berbobot
dari banyak sinusoidal dua-dimensi. Operasi ini akan
memperlihatkan pola-pola keperiodikkan dan keber-ulangan yang
mungkin tersembunyi jika dilihat pada peta kontur atau pada
permukaan tiga-dimensinya. Pada operasi ini, Surfer menghitung
periodogram grid untuk frekuensi-frekuensi Fourier dua-dimensi.
Yang didapat dari operasi ini adalah hasil (file grid) dengan
tampilan (peta kontur) dengan domain x,y,z yang jauh lebih kecil
dari pada file gridding masukannya; tampilannya jauh lebih kecil
dan kurang sebanding untuk ditampilkan bersama (kiri-kanan).

204, Model Permukaan Dijital


8,4 Filter
Karena, nampaknya, struktur grid di dalam konteks model
permukaan dijital sama dengan raster di dalam konteks pengolahan
citra dijital, maka sebagian besar operasi-operasinyapun dapat
saling diterapkan. Demikian pula dengan konsep atau fungsionalitas
filter yang jauh lebih dahulu telah diterapkan pada citra dijital,
ternyata juga dapat diaplikasikan pada ti~ik-titik grid ketinggian;
dengan tujuan yang kurang lebih sama.

Sebagai ilustrasi, berikut adalah langkah-langkah yang dapat


ditempuh dalam melakukan operasi filtering titik-titik grid
ketinggian (hasil proses gridding data DTM):
1. Ketika aktif dokumen plot, gunakan menu "Grid1Filter" hingga
muncul kotak dialog "Open Grid".
2. Pada kotak dialog yang bare muncul ini, arahkan pointer file ke
direktori dan sub-direktori dimana file grid masukan berada
(misalkan "demos.dem"12). Kemudian tekan tombol "Open" hingga
muncullah kotak dialog "Digital Filtering".
3. Pada kotak dialog yang barn muncul ini, pengguna dapat melihat
berbagai filter yang disediakan oleh Surfer; dengan cara meng-klik
tanda plus (+). Filter-filter tersebut adalah:
a) Linear convolution filter.
User-defined filter
3 Low-pass filter
Moving average
Distance weighting
Inverse distance
Gaussian low-pass
+ General user-defined
Filter predifined

12
File ini merupakan contoh file DTM dalam format DEM (tepatnya file contoh DTM
dalam format SRTM yang telah dikonversikan ke dalam format *.DEM);
memang bukan file hasil proses gridding Surfer tetapi setara (fungsional)
dengan file hasil gridding Surfer.

Bab 8 Manipulasi & Analisa Lanjut pada File Grid


+ Low-pass filter
D Gaussian (3x3)
> 5 node + averaging (3x3)
). 5 node x averaging (3x3)
> 9 none averaging (3x3)
D Low-pass 1 (3x3)
> Low-pass 2 (3x3)
> Low-pass 3 (3x3)
High-pass filter
D Mean removal (3x3)
D High-pass 1 (3x3)
D High-pass 2 (3x3)
D High-pass 3 (3x3)
+ Order 1 derivative filter
D. Roberts row detector (3x3)
). Roberts column detector (3x3)
Prewitt row detector (3x3)
Prewitt column detector (3x3)
D Sobel row detector (3x3)
D. Sobel column detector (3x3)
FreiChen raw detector (3x3)
FreiChen column detector (3x3)
+ Order 2 derivative filter
D Laplacian 1 (3m)

D. Laplacian 2 (3x3)
D Laplacian 3 (3x3)
D. Laplacian 4 (3x3)
> Laplacian difference (3x3)
D. Difference of gaussian (7x7)
D Difference of gaussian (9x9)
+ Shift and difference filter
Hosizontal (3x3)
D Vertical (3x3)
Gradient directional filter
East (3x3)
D Southeast (3x3)
D South (3x3)
D. Southwest (3x3)
D West (3x3)
D Northwest (3x3)

105 I Model Permukaan Dijital


7

> North (3x3)


> Northeast (3x3)
+ Embossing filter
> East (3x3)
> Southeast (3x3)
> South (3x3)
> Southwest (3x3)
> West (3x3)
> Northwest (3x3)
> North (3)(3)
> Northeast (3x3)

b) Non-linear filter
,/ Order statistics filter
+ Minimum
tl Lower quartile
+ Median
+ Upper quartile
+ Maximum

+ Range
v." Moment statistics filter
Standard deviation
+ Variance
Coef. of variation
v" Other non-linear filter

Median difference
+ Threshold averging
,/ Compass gradient filter
Prewitt (3x3)
Kirsch (3x3)
+ Robinson 3-level (3x3)
Robinson 5-level (3x3)

4. [Jntuk memilih filter lobos rendah gauss untuk file gridnya, engguna
hanya perlu mengldik "Gaussian low-pass". Tekan tombol CB,
"Change filename" hingga muncul kotak dialog "Save Grid As".
5. Pada kotak dialog yang baru muncul ini, ketikkan nama file grid hasil
proses filtering file grid masukkan (sebagai contoh adalah file
"lowpass.grd"). Kemudian, tekan tombol "Save".

Bab 8 Manipulasi & Analisa Lanjut pada File Grid


6. Aturlah parameter-parameter lainnya sesuai kebutuhan; rows & cols
(ukuran filter), number of passes, alpha, edge of grid, dan blanked
node.

Digital filtering
-Input Grid Fie
17; Linear Convolution Filters
Ej User Defined Filters buktLidtriAtte_geos, dernes.dem
Low-pass Filters
- Output Grid File
Moving: verage (wpm)
Elbuku dtrn\-sta geo\lowpass.grd
Distance Weighting (mxni
Inverse Distance (men) Edge Eflects

General User-defined (mxn)


Edge of Grid: IR eplicate 2.11

at Predefined Filters alarked Nodex . 1Leave I


Nonlinear Filters
- Filter
Nurnber of Passes: j1
Flom. 5
AlPhaT
1 Cele: 5

0.00673799... 0.13533528320.3678794912 0.135335


0.01831563... 0.3679794412.1- 0.367879
0.00673794... 0.1353352832 6,3678794912 0.135335
0.00033546... 0.00673794... 0,01831563... 0.006737

Weights form a 2D bellshaped curve


ok Cancel

Gambar 8.26: contoh tampilan kotak dialog "Digital Filtering"

7. Tekan tombol "OK" untuk segera menjalankan proses filtering


terhadap file grid.

200 I Model Permukaan Dijital


Gambar 8.27: contoh tampilan grid asli dan hasil-hasil filteringnya

8.5 Spline Smooth


Dengan operasi spline smooth, Surfer menggunakan interpolasi
spline kubik untuk menghitung titik-titik grid baru. Interpolasi ini
mensimulasikan teknik drafting di mana sebuah strip yang fleksibel
(spline) dimanfaatkan untuk menggambarkan sebuah kurva yang
halus di antara titik-titik data; teknisnya dapat dilakukan
penghitungan kembali pada titik-titik grid asal atau dengan
menyisipkan tiitk-titik grid baru diantara titik-titik grid yang sudah
ada. Walaupun demikian, pada penghalusan spline ini tidak
dilakukan ekstrapolasi hingga ke luar batas file grid masukan.

Sebagai ilustrasi, berikut adalah langkah-langkah yang dapat


dilakukan untuk melakukan spline smoothing terhadap sebuah file
grid:
i) Pada saat aktif dokumen plot, gunakan menu "Grid1Spline Smooth"
hingga muncul kotak dialog "Open Grid".

Bab 8 Manipulasi & Analisa Lanjut pada File Grid I 209


2) Pada kotak dialog yang barn muncul ini, arahkan pointer file ke
direktori dan sub-direktori dimana file grid masukan berada (misalkan
file "demos.dem").
3) Tekan tombol "Open" hingga muncul kotak dialog "Spline Smooth".
4) Pada kotak dialog yang bare muncul ini, tekan tombol a "Change
filename" untuk menentukan nama file grid bare hasil operasi spline
smooth-nya (misalkan "srnooth.grd"). Pada kotak dialog ini pengguna
dapat rnenempuh cara insert nodes atau recalc grid (pilih radio button
yang bersangkutan).

Input Cirid File


\buku_dtm\sta_geo'i,demos dem

Method Number Nodes to Insert- Final Grid Size

ro' Insert Node4 , I

Recalc Grid
etween Cots:

-Output Grid File- -


E: buku dtm ata_geo \ smooth. grd

Cancel
Gambar 8.28: contoh tampilan kotak dialog 'Spline Smooth"

5) Tekan tombol "OK" untuk menyudahi proses spline smooth.

Gambar 8,29: contoh tampilan hasil spline smoothinh cara insert nodes & recalc grid

no Model Permukaan Dijital


8.6 Transform
Fungs ional it as " Gr id Trans for m" m il ik S ur fer mem il ik i
kemampuan untuk ment rans for masi kan koord ina t- koordi nat
hor izon tal (bidang xy) ti t ik -t it ik grid ma sukan; tet api t anpa
merubah ketinggiannya (z). Pilihan transformasi yang
tersedia adalah offset (translasi sebesar Ax dan Ay), penyekalaan (x
scale dan y scale ), rotasi (angle), dan pencerminan (mirror X dan
mirror Y).

Sebagai ilustrasi, berikut adalah langkah-langkah yang diperlukan untuk


mentransformasikan suatu file grid:
1. Gunakan menu "Grid 'Transform" hingga muncul kotak dialog "Open
Grid"
2. Pada kotak dialog yang baru muncul ini, arahkan pointer file ke lokasi
file grid masukan yang akan ditransformasikan; misalkan file
"demos.dem". Kemudian, tekan tombol "Open" hingga muncul kotak
dialog "Grid Transform".
3. Pada kotak dialog yang barn muncul ini, tekan tombol "Change
filename" untuk menentukan nama file grid basil transformasinya
(misalkan "trans.grd").
4. Pada combobox yang tersedia, pilihlah jenis transformasi yang akan
dilakukan; offset, scale, rotate, mirror X, atau mirror Y. kemudian,
tentukan pula parameter yang terkait dengan jenis transformasi yang
diinginkan.
Grid Transfiwin
Input Grid File OK
derri

Scale Cancel.
Operation: Scale F.25
Offset
Y Scale: 11.50
19
Output GI tale: . .. .
rE-Abuk.u._ Mirror X rrd

C;a mhar a sn zontsablanoanimak dinin g "Grid. Trans.frarnf,Sraip

Bab 8 Manipulasi & Analisa Lanjut pada File Grid 211


5. Tekan tombol "OK" untuk segera melakukan transformasi.

Gambar 8.31: contoh tampilan peta kontur asli & hasil scaling

8.7 M o s a i c
Seperti halnya perangkat lunak sistem pengolah citra dijital,
Surferpun memiliki kemampuan untuk menggabungkan beberapa
file grid (hasil proses gridding data survey) yang bersebelahan dan
memiliki sistem koordinat (referensi) yang sama; membuat mosaic
grid. Sebagai ilustrasi, berikut adalah langkah-langkah yang dapat
ditempuh untuk melakukan (membuat) mosaic grid:
1. Gunakan menu "Grid I Mosaic" hingga muncul kotak dialog
"Open Grid(s)".
2. Pada kotak dialog yang baru muncul ini, arahkan pointer file ke
salah satu file grid (misalkan "83.grd") yang akan digabungkan ke
dalam mosaic gridnya. Kemudian, tekan tombol "Open" hingga
muncul kotak dialog "Grid Mosaic".
3. Pada kotak dialog yang balm munch' ini, tekan tombol "Add"
(yang terdapat di sudut kanan atas) hingga muncul kotak dialog
"Open Grid(s)" seperti sebelumnya.
4. Pada kotak dialog yang barn muncul ini, arahkan pointer file ke file
grid yang letaknya (secara geografis) tepat bersebelahan dengan file
grid yang pertama (misalkan "84.grd"). Tekan tombol "Open".

Model Permukaan Dijital


5. Jika masih ada file grid lain yang akan dilibatkan ke dalam mosaic-
nya, pengguna perlu menekan kembali tombol "Add" seperti
sebelumnya. Sementara itu, jika ada file grid yang tidak jadi di-
mosaic-kan, pengguna perlu meng-klik baris file yang bersangkutan
(di dalam kotak dialog "Grid Mosaic") dan kemudian menekan
tombol "Remove".
6. Tekan tombol V "Change filename" untuk menentukan nama file grid
hasil mosaic (misalkan "mosaic.grd"). Pada combobox yang tersedia,
tentukan metode resample (misalkan bilinear interpolation) dan
overlap-nya (misalkan maximum).
Grid Mosaic
nput Grid Files -
Grid Filename xMin xMax Min j yMax
E \buku_dtim \sta geo 83.grd 464940 476640 3637290 3651150
E thuku_dtmlsta_geo 84.grd 476640 488310 3637260 3651120 Bereave I

Dawn 1

nesample Method Bilinear Inter elation Overlap Method: Into.. 1


Grid Extents
; Output Grid File

1E: tribuku_dtm sta_geoi,imoaic.grd


- Output Grid
Minimum
Maximum
Spacing # of Nodes
X:1464940 1488310 130 78711ai

Y: 13037250 13651150 f30 48471Ai

OK Cancel
W Calculate From Input Extents

Bleglt, boxes represent the input grids, the red box represents the
selected input grid, and the solid gray box is the output extents.

G a m b a r 8 . 3 2 : c o n t o h t a m p i l a n k o t a k d i al o g "G ri d M o s a i c"

7. Tekan tombol "OK" untuk segera mendapatkan grid mosaic-nya.


Bab 8 Manipulasi & Analisa Lanjut pada File Grid [ 213
Gambar 8.33: contoh tarnpilan 2 file grid & hasil mosaic-nya

8.8 Con v e r t
Jika pengguna memerlukan informasi hasil gridding data
surveynya dalam format lain, Surfer dapat mengkonversinya ke
dalam format-format GS binary (*.grd), GS ASCII (*.grd), ASCII
XYZ (*.dat), atau Surfer 7 (*.grd). Adapun caranya adalah sebagai
berikut:
1. Gunakan menu "Grid Convert" hingga muncul kotak dialog "Open
Grid".
2. Pada kotak dialog yang barn muncul ini, arahkan pointer file ke file
grid yang akan dikonversikan formatnya (misalkan "mosaic.grd").
Kemudian, tekan tombol "Open" hingga muncul kotak dialog "Save
Grid As".
3. Pada kotak dialog yang barn muncul ini, khususnya pada eombobox
"Save as type", tentukan tipe hasilnya [misalkan "ASCII XYZ (*.dat)"].
Sementara pada textbox "Filename"-nya tentukan nama file basil
konversinya (misalkan "mos.dat").

Model Permukaan Dijital


Save in: sta_geo

recald
+
RI D 84 gip integrated gib smooth
laplacian XE.trans
rtiobihar'monik gliplowpass
,corelo giDmosaic
t
adiffgaus gio out
:gpg.3ad_oper

File name: rricis.dat

Save-as type: Surfer 7 (':-grd) Cancel


G3 Binary rgrd)
GS ASCII .rd
ASCII KrZ r. d a
ti Surfer 7 r g d)

Gambar Gambar 8.34: contob tampilan kotak dialog "Save Grid As"

4. Tekan tombol "Save" untuk memulai proses konversi format data.

8.9 Extract
Jika pengguna telah melakukan proses gridding terhadap data
surveynya (hingga menghasilkan file GRD), dan kemudian concern
hanya pada bagian (bans dan kolom) tertentu, maka is dapat segera
mengekstraknya. Sebagai ilustrasi, berikut adalah langkah-langkah
yang dapat ditempuh untuk mengekstrak file grid:
1. Gunakan menu "Grid 1 Extract" hingga muncul kotak dialog "Open
Grid".
2. Pada kotak dialog yang bare muncul ini, arahkan pointer file ke file
grid yang akan diekstrak (misalkan "mosaic.grd"). Kemudian, tekan
tombol "Open" hingga muncul kotak dialog "Extract Grid".

Bab 8 Manipulasi & Analisa Lanjut pada File Grid


3. Pada kotak dialog yang baru muncul ini, tekan tombol "Change
filename" untuk menentukan nama file grid hasil ekstraknya
(misalkan "ekstrak.grd"). Tentukan awal dan akhir baris grid yang
akan diekstrak (row-first, row-last). Tentukan pula awal dan akhir
kolom grid yang akan diekstrak (col-first, col-last).

Input File
13K
E:',.buku_dtrAsta_geo\ rrotaie.gid
Director, # of Nodes Minimum Maximum Cancel
Spacing
464 :3637260 3651150
780 464940 438310 30

Output File-
_ -
EAbulut_dtrn4zta gethekstraLgrd

Read # of
Direction First Lae Every Nodes Minimum Maximum
in 57
-
BOW 350
301 3636730 3647730

Colt K: 50 350 301 466410 475410


LT -

Gambar 8.35: contoh tampilan kotak dialog "Extract Grid"

4. Tekan tombol "OK" untuk segera mengekstrak file grid.

21 I Model Permukaan Dijital


BAB

TA M P I LA N T I G A DI M E N S I D TM

Selain dapat dinyatakan dalam bentuk 2D (peta garis-garis kontur),


file grid DTM juga dapat diwujudkan dalam bentuk 3D. Surfer
mengimplernentasikan representasi grafis yang terakhir ini sebagai
(objek-objek) wireframe, 3d surface, dan shaded relief map.
Sehubungan dengan pentingnya hal ini, maka pada bab ini akan
dibahas bagaimana setiap pengguna dapat mewujudkan file gridnya
dalam tampilan-tampilan 3 dimensi beserta beberapa setting-nya
yang dapat dirubah-rubah sesuai dengan keb9tuhan.

9.1 Wireframe
Wireframe adalah salah representasi file grid dalam bentuk tiga
dimensi. Representasi ini merupakan blok diagram yang tersusun
oleh drawing lines yang merepresentasikan garis-garis grid absis
dan ordinat (grid baris & kolom). Pada setiap titik potong garis-
garis ini (node grid), setiap nilai (model) ketinggian digambarkan
secara proporsional. Pada wireframe, jumlah baris dan kolom pada
file grid menentukan jumlah garis x dan y yang digambarkan

Bab 9 Tam Ilan Tiga Dimensi DTM ril#11


(pada bidang horizontalnya). Selain di bidang-bidang terkait
kebumiari, representasi wireframe sering pula digunakan di
bidang-bidang CAD (computer aided design), industri, design
product, otomotif, pemodelan, simulasi, dan lain sejenisnya;
walaupun dengan objek-objek yang sama sekali tidak terkait
dengan tanah atau permukaan tanah dimana istilah DTM atau
DEM dengan wireframe-nya mulai diperkenalkan. Walaupun
demikian, pembahasan pada bab ini terbatas pada representasi
permukaan tiga dimensi untuk data ketinggian permukaan bumi
atau tanah.

Sebagai ilustrasi, berikut adalah langkah-langkah yang dapat


ditempuh untuk menampilkan wireframe milik file grid:
1. Ketika aktif dokumen plot, Gunakan menu "Map I Wireframe" atau
tekan icon "Create a new wireframe map" hingga muncul
kotak dialog "Open Grid".
2. Pada kotak dialog yang ham muncul ini, arahkan pointer file ke
direktori dan sub-direktori dimana file grid yang bersangkutan
berada (misalkan file "demos.grd").
3. Tekan tombol "Open" untuk menutup kotak dialog "Open Grid"
dan segera menampilkan tvirefrarne-nya.

Gambar 9.1: contoh tampilan wireframe Surfer

218 Model Permukaan Dijital


Pada garmbar 9.1 di atas adalah tampilan wireframe dalam kondisi
default. Tentu saja pengguna dapat mengubah properties tampilan
ini hingga benar-benar sesuai dengan kebutuhan. Walaupun
demikian, untuk mengubah properties ini, pengguna perlu
memperhatikan object manager-nya yang terletak di sebelah kiri
tampilan wireframe-nya.

m
arelt

Z Axis
.Right Axis
9.1.1ElProperties
Left Axis
Z Axis
Untuk q mengubah
Top Axis properties sumbu Z milik wireframe-nya,
pengguna
fl hanya perlu
Bottom Axis men-double-click string "Z axis" yang
terdapat di dalam
\N'it Phobject
erne manager-nya hingga muncul
Gambar kotak tampilan
9.2: contoh dialog
"Map: Z axis Properties". Kemudian, pada kotak dialog tersebut:
object manager milik wireframe Surfer
1. Aktifkan tab "General" untuk menentukan:
a) Nama (berikut offset, jenis font, dan sudut penulisannya)
sumbu z di dalam textbox "Title".
b) Label-label nilai-nilai ketinggian (beserta jenis font-, format,
offset, dan tipe penulisannya) di sepanjang sumbu z.
c) Bidang sumbu (pada umumnya default YZ).
d) Atribut garis sumbu (line properties: style, warna, dan lebarnya).

Bab 9 Tampilan Tiga Dimensi DTM

Gambar 9.3: contoh tampilan


kotak dialog "Line Properties"
e) Tekan tombol "Apply" dan "OK" untuk segera meng-update
gambar wireframe-nya sesuai dengan perubahan properties
sumbu Z yang telah dilakukan.

Map: 7 Axis Properties


General Ticks Scaling
Title Labels

Ketinggian go- Show Angie: 1270


Offset: 10.01 in
Offset along axis: 0.00 in ___
Offset from axis: Label Format... Font...
lam in
Font... Angle:
Axis Plane
C>
Axis Attributes:

OK Cancel Apply

Gambar 9.4: contoh tampilan kotak dialog "Map: Z Axis Properties", tab "General"

2. Aktifkan tab "Ticks" untuk menentukan:


a) Major ticks: arahnya (biasanya outside) dan panjangnya.
b) Minor ticks: arahnya (biasanya inside), lebarnya, dan jumlahnya
untuk setiap major tick.

220 1 Model Permukaan Dijital


map: Axis Pap ties

General Ticks Scaling

Minor Ticks----- - Major Ticks

Inside
Length:
Length: 10.07 in

Minos Ticks Per Major:

OK Cancel Apply

Gambar 9.5: contoh tampilan kotak dialog "Map: Z Axis Properties", tab "Ticks"

3. Aktifkan tab "Scaling" untuk menentukan:


a) Aktivasi penyekalaan otomatis.
b) Sumbu minimum.
c) Sumbu maksimum.
d) Interval tick
e) Major tick pertama dan terakhir.

Map: I Axis Properties 17?-11`x


General Ticks Scaling

; Automatic Scaling
Axis Minimum: X226.344754 Cross X Axis at: 1373600

Axis Maximum: ,321.0598692 Cross Y Axis at: j4325070


Major Interval: 150

First Major Tick: !250 Last Major Tick: 1300

OK Cancel Apply

Gambar 9.6: contoh tampilan kotak dialog "Map: Z Axis Properties", tab "Scaling"

Bab 9 Tampilan Tiga Dimensi DIM


9.1.2 Properties Left Axis
Untuk mengubah properties sumbu Y1 milik wireframe-nya,
pengguna hanya perlu men-double-click string "Left axis" yang
terdapat di dalam object manager-nya hingga muncul kotak dialog
"Map: Left axis Properties". Tampilan dan pilihan yang terdapat di
dalam kotak dialog ini beserta tab yang terdapat di dalamnya
sangat mirip gambar-gambar di atas (properties Z axis) hingga
pengguna dapat segera menentukan properties yang bersangkutan.
Walaupun demikian, pada kotak dialog ini terdapat tab "grid
lines"; yang pada umumnya dibiarkan dalam kondisi default
(major & minor grid lines-nya dibiarkan tidak muncul).

9.1.3 Properties Bottom Axis


Untuk mengubah properties sumbu X2 milik wireframe-nya,
pengguna hanya perlu men-double-click string "Bottom axis" yang
terdapat di dalam object manager-nya hingga muncul kotak dialog
"Map: Bottom axis Properties". Tampilan dan pilihan yang terdapat
di dalam kotak dialog ini beserta tab yang terdapat di dalamnya
juga sangat mirip gambar-gambar di atas (properties Z axis & left
axis) hingga pengguna dapat segera menentukan properties yang
bersangkutan.

9.1.4 Properties Wireframe


Untuk mengubah properties objek milik wireframe itu sendiri,
pengguna hanya perlu men-double-click string "Wireframe" yang
terdapat di dalam object manager-nya hingga muncul kotak dialog
"Map: Wireframe Properties". Kemudian, pada kotak dialog tersebut:
1. Aktifkan tab "General" untuk menentukan:
a) (Tekan tombol "Grig info" untuk) mendapatkan informasi
sekilas mengenai file grid terkait.
b) Status tampilan garis-garis yang akan di-plot: x, y, z.

Bisa juga merupakan sumbu X; bisa saling tertukar.

2
Bisa juga merupakan sumbu Y; bisa saling tertukar.

22 Model Permukaan Dijital


c) Status tampilan basis permukaan: basis (z), garis-garis vertikal di
sepanjang sumbu x dan y, nilai ketinggian, dan properties garis.
d) Status tampilan permukaan atas dan atau bawah.
e) Status tampilan garis-garis yang terhalang (hidden).
Map: Wiref mire Properties

General Z Levels I Color Zones 1 View Scale Background

Grid File: CARiku_dtm'sta geokemos.grd

Plot Lines of Constant Base


Show Base
gi X ______________
f Show Vertical Lines
y Elevation. 1226.344754

z Line Props: ___________

r.: Show Upper Surface


7
iP Remove Hidden Lines

r Show Lower Surface Border: IN one :LI

UK Cancel

Gambar contoh tampilan kotak dialog "Map: Wireframe Properties", tab "General"

Map: Wireframe Properties fRI


General 12:11 Color Zones View 1 Scale Background
Define the elevation and color for tines of constant Z

Line _____________Add

2 5 0
2 7 5
3 0 0
3 2 5

Load.

Save...

OK I Cancel MOM____Ink

2. Aktifkan tab "Z levels" untuk menentukan:


Gambar 9.8: contoh tampilan kotak dialog "Map: Wireframe Prope rties", tab "Z Lev els"

Bab 9 Tampilan Tiga Dimensi DTM L 223


a) Tekan tombol "Level" untuk menentukan interval, minimum, dan
maksimum ketinggian (kontur) yang akan ditampilkan.
Contour Levels 2
Data Limits- 226.344753954 to 321.059860192

7 Contour Use Defaults


Minimum: 225

Gambar MaBirnum: (325 9.9: contoh tampilan kotak dialog


13K
"Contour Levels"
interval; 25
Cancel

b) Tekan tombol "Line" untuk menentukan properties garis minimum


dan maksimum wireframe.

Line Spectrumr"5(1

Minh-nun-I Line Properties

Gambar 9.10 : contoh tampilan kotak dialog "Line


Spectrum"

c) Untuk rnenambahkan (khusus) garis kontur yang sesuai dengan


kebutuhan pengguna: aktifkan (klik) salah satu nilai kontur yang
muncul; tekan tombol "Add" hingga garis kontur yang
bersangkutan diduplikasi; double-click nilai kontur basil duplikasi;
pada kotak dialog "Z Level" yang muncul, ketikkan nilai kontur
yang diinginkan; dan tekan tombol "OK".

Model Permukaan Dijital

Gambar 9.11: contoh tampilan


kotak dialog "Z Level"
d) Untuk menghapus garis kontur tertentu, aktifkan garis kontur
dengan nilai ketinggian tertentu, kemudian tekan tombol
"Delete".
e) Untuk menampilkan garis-garis kontur sesuai dengan setting
properties yang telah ditentukan sebelumnya melalui file *.LVL
(level file), tekan tombol "Load". Kemudian, ketika muncul kotak
dialog "Open", arahkan pointer file ke file *.LVL yang dimaksud.
fl Untuk menyimpan setting properties (yang baru raja dilakukan)
ke dalam file *.LVL, tekan tombol "Save".

3. Aktifkan tab "Color zones" untuk menentukan:


a) Properties yang sama dengan tab aktif "Z Levels".
b) Menentukan kerlakunya-tidaknya color zone (melalui checkbox
terkait) untuk setiap (sesuai dengan nilai ketinggian) garis
konturnya beserta tampilan skala warnanya.

Map: Wireframe Properties

General Z Levels Color Zones 1 View 1 Scale Background 1

Color Zones associate a line color with a Z value


Apply zones to
Add lines of constant:
225 P'Xivi 1 / 4 1' 4:0Z
250 Delete
275 1111111111Mt gro Color Scale
300
325

Load...

OK Cancel Apply

Gambar 9.12: contoh tampilan kotak dialog "Map: Wireframe Properties", tab "Color
Zones"

Bab 9 Tampilan Tiga Dimensi DTM


zone 5

z-Dre 4 4 -__
-;acne 3

Fone
Color Zones

Gambar 9.13: contoh tampilan wireframe dengan color zone & color scale-nya
"Map: Wireframe Properties", tab "Color Zones"

4. Aktifkan tab "View" untuk menentukan:


a) Sudut-sudut pandang:fie/d of view, tilt, rotation.
b) Proyeksi: perspektif atau ortografik.

Map: Wireframe Properties TgI


General 1 Z Levels Color Zones [ View IScale Background 1
Projection

Perspective
Field
Tilt Orthographic
of _1 53'

View
-.J
Rotation: 62'

OK j Cancel Apply

Gambar 9.14 : contoh tampilan kotak dialog "Map: wireframe properties", tab "View"

228 1 Model Permukaan Dijital


Gambar 9.15: contoh tampilan wireframe dengan setting properties sudut-sudut &

proyeksi yang berbeda

5. Aktifkan tab "Scale" untuk menentukan:


a) Skala-skala: X scale, Y scale, dan Z scale.
b) Status proporsionalitas skala X dan Y (aktifkan
checkbox terkait).

Bab 9 Tampilan Tiga Dimensi DTM C.


Map: Wireframe Properties 1 I 1

General 1 Z Levels Color Zones View Scale 1 Background 1


X Scale
1.0 in.. j2280

Y Scale
1.0 in. = 12280 Map units Length: 3.72 in

1.0 in. = 83.14340949 Map units

Si Proportional XY Scaling
Length: i .50 in
r

OK Cancel A p pl y

Gambar 9.16 : contch tampilan kotak dialog "Map: wireframe properties", tab "Scale"

6. Aktifkan tab "Background" untuk menentukan:


a) Fill properties: pola & warna depan.
b) Line properties: style, warna, dan lebar garis.

Map: Wireframe Properties

Genera 11 Z Levels Color Zones 1 View Scale Background 1


- Fill Properties r. Line Properties
atyle:
I
Pattern: None Invisible

Foreground: I Color: 111.1111.

fiWidhh: 0557-1
Sample

OK Cancel

Gambar 9.17 : contoh tampilan kotak dialog "Map: wireframe properties", tab
"Background"

Model Permuk aan Dijital


9.1.5 Tampilan Wireframe yang Diblok
Jika pengguna membuat file BLN yang mendefinisikan sebuah
area, dan kemudian menjadikannya sebagai blok pada file grid-nya
(lihat sub-bab 7.3 bahasan sebelumnya), maka tampilan wireframe-
nya akan nampak seperti contoh berikut:

___4411111111111111MOMMINOMMEIMOi

Gambar 9.17ab : contoh tampilan wireframe dengan blok dalam & luar area

Bab 9 Tampilan Tiga Dimensi DTM 229


9.2 Surface
Surface (permukaan), sangat mirip dengan wireframe; tetapi surface
merupakan bayangan tiga dimensi hasil proses rendering file
gridnya. Bentuk presentasi ini dapat memberikan sajian interpretasi
visual yang mengesankan bagi datanya. Lebih jaub lagi, suatu
surface dapat di-overlay-kan dengan surface yang lainnya.

Sebagai ilustrasi, berikut adalah langkah-langkah yang dapat


ditempuh untuk menampilkan surface milik file grid:
1. Ketika aktif dokumen plot, tekan tombol A "3D Surface" atau
gunakan menu "Map I Surface" hingga muncul kotak dialog "Open
Grid".
2. Pada kotak dialog yang baru muncul ini, arahkan pointer file ke
direktori dan sub-direktori dimana file gridnya berada (sebagai contoh
adalah file "demos.grd"). Kemudian tekan tombol "Open" hingga
muncullah tampilan default surface yang bersangkutan.

n Map
21+H Z Axis CII-1-
4 1
- Right Axis ..-01-
1+1 Left Axis 0I+H
Top Axis pi-HA
Bottom Axis
3D Surface

3D Surface

Gambar 9.18 contch tampilan default 3D Surface & object manager-rya

Catatan: bersama dengan tampilan permukaan 3 dimensinya (3D


Surface), pada object manager, pengguna juga dapat melihat beberapa
komponen aktif yang menyertainya: z axis, left axis, bottom axis, dan
3D Surface. Semua komponen ini tidak berbeda dengan

Model Permukaan Dijital


milk wireframe yang telah dibahas3 pada sub-bab sebelumnya.
Kecuali komponen "3D Surface" itu sendiri yang akan dibahas.

Untuk menampilkan properties milik komponen yang dimaksud,


pengguna hanya perlu mengaktifkannya (dengan cara mengklik
baris "3D Surface" yang terdapat pada object manager-nya), dan
kemudian men-double-click-nya hingga muncul kotak dialog
"Map: 3d Surface Properties".

Map: 3D Surface Properties UN]


General Mesh Lighting Overlays View I Scale Limits 1 Background
Input Grid File
\bukum\sta_geo\demos.grd 0 1.i:
Material Color Blanked Nodes

Upper: ro' Don't draw (blank)

Shininess PO: Remap to:


Lower:

f Show Color Scale


la Show Base:
1;1 Show Overlays

OK Cancel Apply

Gambar 9.19: contoh tampilan kotak dialog "Map: 3d Surface Properties" tab "General"

3
Oleh karena itu tidak akan dibahas kembali pada topik "3D Surface": tetapi
pengguna dapat melihat pembahasan wireframe untuk komponen atau setting
properties yang serupa.

Bab 9 Tampilan Tiga Dimensi DTM I 231


9.2.1 General
Untuk mengubah general properties milik surface-nya, pengguna
hanya perlu meng-click "General" yang terdapat di dalam kotak dialog
"Map: 3D Surface Properties".
a) Aktifkan checkbox "Show color scale" & checkbox "Show base"
untuk memperjelas tampilan dasar 3d surface-nya.
b) Untuk memperlihatkan overlay (objek lain) pada permukaan yang
bersangkutan, jika memang sebelumnya telah ditentukan, aktifkan
checkbox "Show overlays".
c) Untuk mengganti warna bawah permukaan4 ( -drink terlihat jelas),
pengguna cukup menekan tombol "Lower" hingga muncul warna-
warna yang dapat clipilih. Aktifkan (klik) salah satu warna yang
diperlukan dan tekan tombol "Apply".
d) Untuk menyusun (meng-update) warna-warna permukaannya,
pengguna dapat melakukan langkah-langkah: (1) tekan tombol
"Upper" hingga muncul kotak dialog "Color Spectrum"; (2) pada
kotak dialog yang barn muncul ini, pilih dan salah satu tombol C I
yang terdapat di atas spektrum warna default-nya; (3) tekan salah
satu kotak warna yang berada di bawah tombol tersebut; (4) lakukan
langkah (2) dan (3) hingga terbentuk spektrum warna tepat di bawah
tombol-tombol (5) tekan tombol "OK" dan "Apply".

4 Default berwarna hitam.

232 I Model Permukaan Dijital


fo'insert new nod, a,Del to remove
Value:
[283.1738225

Color: 8211 6192 8112

111110111111.111111111-1- Load..,
011IDE1pC=1:10 ave
EIDE 7,3

Data to lilor Ma ring


lAer data
limit 228.3
Minimum:

Maximum: 321
Cancel

Gambar 9.20 : contoh tampilan kotak dialog "Color Spectrum

e) Pada kondisi muncul kotak dialog "Color Spectrum" seperti di atas: (1)
untuk menyimpan susunan spektrum warna yang bare saji dilakukan
ke dalam file color map (*.CLR), tekan tombol "Save"; (2) untuk
menampilkan 3d surface-nya (yang sudah muncul) dengan susunan
file color map (*.CLR), pengguna hanya perlu menekan tombol
"Load", dan pada kotak dialog "Open" yang muncul, arahkan pointer
file ke direktori dan sub-direktori dimana file color map-nya berada
(misalkan "landsea.clr", landarid.clr", "terrain.cle, "chromadepht.clr"
yang terdapat di dalam sub-direktori " surfer \ samples \").

Bab 9 Tampilan Tiga Dimensi DTM


Color Scalei 3d surface
.2 Map
Axis
Right Axis

Left Axis color


] . - scale

object manager

Gambar 9.21 : contoh tampilan 3d Surface dengan spektrum warna yang baru & color
scale

Catatan: pada kondisi ini, pengguna dapat merubah properties color


scale-nya dengan cara men-double-click objek yang bersangkutan atau
"Color Scale" yang terdapat di dalam object manager hingga muncul
kotak dialog "Color scale properties". Kemudian, tentukan properties
detilnya: label kontur minimum, maksimum, interval, sudut penulisan
label, status penyekalaan otomatis, jenis font, format label, dan
garisnya.
Color Scale Properties

General

- Label

Minimum: 230

Maximum: 3213

Interval: 5

Angle: fa
Automatic Scaling

Gambar 9.22 : contoh tampilan kotak dialog "Color Scale Properties"

234 Model Permukaan Dijital


9.2.2 Mesh
Untuk mengubah mesh (garis-garis yang menghubungkan node
grid pada bidang horizontal) properties milik surface-nya,
pengguna hanya perlu meng-click tab "Mesh" yang terdapat di
dal= kotak dialog "Map: 3D Surface Properties".
a) Pada tab yang barn dibuka ini, pengguna hanya perlu mengaktifkan
checkbox "X" dan "Y".
b) Tentukan properties garis mesh-nya dengan menekan tombol simbol
garis yang bersangkutan.
c) Tentukan frekuensi garis-garis mesh-nya, makin kecil nilainya makin
rapat garis-garis yang dibentuk.

Map: 3D Surface Properties IY*-1


General Mesh Ligfitin Draw Overlays View Scale Limits Background
Lines of Constant
X: __________ Frequency:
Y ____________ Frequency: 2 R.:

5 urfaceolfset: i2
Gambar 9.23 : contoh
tampilan kotak dialog "Map:
OK I
3D Surface Properties", tab
"Mesh"
Cancel

d) Tekan tombol "Apply"

Bab 9 Tampilan Tiga Dimensi DIM

Gambar 9.24 : contoh tampilan

3D Surface dengan Mesh-nya


9.2.3 Lighting
Untuk xnengubah lighting properties milik surface-nya, pengguna
hanya perlu meng-click "Lighting" yang terdapat di dalam kotak dialog
"Map: 3D Surface Properties".
a) Di dalam frame "Lighting", pengguna dapat menentukan tampilan
permukaan 3 dimensinya: tanpa pengaruh pencahayaan sama
sekali (pilihan none); dengan pencahayaan smooth dan flat.
Dengan beberapa control yang terdapat di dalam frame "Light
position angles", pengguna dapat menentukan sudut horizontal dan
vertikal sumber pencahayaan. Nilai-nilai sudut ini bisa dirubah
melalui kedua listbox yang tersedia, atau dengan secara langsung
men-drag simbol matahari ke lokasi yang diinginkan.
c) Dengan beberapa control yang terdapat di dalam frame "Light
colors", pengguna dapat merubah variabel-variabel ambient,
diffuse, dan specular.
Map: 3D Surface Properties

General I Meth Lighting Overlays View S ca3et I Limtts


Lighting - Light Position Angles Light Colors
None Horizontal: 140 Lkmb,e,
C Smooth \team& ME'

r Eat Diffuse

Gambar 9.25: contoh


tampilan kotak dialog "
Map: 3d Surface
Properties" tab "Lighting"

d) Tekan tombol
"Apply".

Gambar 9.26 : contoh tampilan permukaan dengan (plus sudut ver & hor) dan tanpa lighting
Model Permukaan Dijital
9.2.4 Overlays
Untuk mengubah overlays properties milik surface-nya, pengguna
hanya perlu meng-click "Overlays" yang terdapat di dalam kotak
dialog "Map: 3D Surface Properties". Tampilan overlay permukaan
ini (dengan objek atau layer lainnya) dikonversikan ke dalam
format bitmap atau image yang dikenal sebagai peta tekstur.
Pembuatan peta tekstur ini melibatkan proses stretching dan
shringking hingga dapat mengundang hadirnya distorsi. Terkait
dengan hal ini Surfer memberikan pilihan:
a) Untuk menentukan metode resample-nya, pengguna dapat memilih
pada combobox "Resample method": "Linear" (menggunakan
interpolasi bilinier untuk mengkombinasikan 4 piksel tetangganya)
atau "Nearest" (menggunajan piksel terdekat).
b) Untuk menentukan resolusinya, pemakai dapat memilihnya dari
combobox "Overlay resolution": "automatic", 64, 128, 256, 512,
atau 1024.
c) Untuk modulasi warnanya, dapat diambil salah satu dari tiga pilihan;
use surface color only, use overlay color only, atau blend overlay and
surface colors.
Map: 31.1 Surface Properties

General Meth Lighting Overlays View I Scale Limits Background


Resample Method Linear
Overlay Agsolution, [Automatic j
Color Modulation
Use surface color only
r- Use overlay color only
)Blend overlay and surlace colors

Gambar 9.27: contoh


OK Cancel Apply tampilan kotak dialog "Map:
3D Surface Properties", tab
'Overlays"

9.2.5 View
Untuk mengubah view properties milik surface-nya, pengguna
hanya perlu meng-click "View" yang terdapat di dalam kotak dialog
"Map: 3D Surface Properties". Adapun caranya, sama dengan tab
"View" milik objek wireframe What gambar 9.14 di atas).

Bab 9 Tampilan Tiga Dimensi DTM


9.2.6 Scale
Untuk mengubah scale properties milik surface-nya, pengguna
hanya perlu meng-click "Scale" yang terdapat di dalam kotak dialog
"Map: 3D Surface Properties". Adapun caranya, sama dengan tab
"Scale" milik objek wireframe (lihat gambar 9.16 di atas).

9.2.7 Limits
Untuk mengubah limits properties milik surface-nya, pengguna
hanya perlu meng-click "Limits" yang terdapat di dalam kotak
dialog "Map: 3D Surface Properties". Aktifkan checkbox "Use data
limits", atau langsung ketikkan ke-4 nilai koordinat batasnya.

9.2.8 Background
Untuk mengubah background properties milik surface-nya,
pengguna hanya perlu meng-click "Background" yang terdapat di
dalam kotak dialog "Map: 3D Surface Properties". Adapun caranya,
sama dengan tab "Background" milik objek wireframe (lihat
gambar 9.17 di atas).

9.2.9 Tampilan 3D Surface yang Diblok


Jika pengguna juga membuat file BLN yang mendefinisikan sebuah
area, dan kemudian menjadikannya sebagai blok pada file grid-nya
(lihat sub-bab 7.3 bahasan sebelumnya), maka tampilan 3d surface-
nya akan nampak seperti contoh berikut:

Model Permukaan Dijital


Gambar 9.27ab :
contoh tampilan
3D Surface
dengan blok dalam
& luar area
9.3 Shaded Relief Map
Shaded relief map merupakan peta-peta raster yang berbasiskan file
grid. Peta-peta ini menggunakan warna-warna untuk
mengindikasikan orientasi lokal permukaan relatif terhadap arah
sumber cahaya yang ditentukan sendiri oleh pengguna. Surfer
menentukan orientasi setiap sel grid, dan kemudian menghitung
pantulan sumber titik cahaya di atas permukaan gridnya. Pada kasus
seperti ini, sumber cahaya dapat dianggap sebagai matahari yang
bersinar di atas permukaan topografi. Oleh karena itu, bagian-
bagian permukaan yang tidak menghadap sumber cahaya secara
frontal akan memantulkan cahaya yang lebih sedikit ke arah yang
memandang; nampak lebih gelap.

Sebagai ilustrasi, berikut adalah langkah-langkah yang dapat


ditempuh untuk menampilkan shaded relief map milik file grid:
a) Gunakan menu "Map I Shaded relief map" atau tekan tombol "shaded
relief map" Z, hingga muncuk kotak dialog "Open Grid".
b) Pada kotak dialog yang loam muncul ini, arahkan pointer file ke
sub-direktori dimana file grid yang diperlukan berada (sebagai
contoh adalah "demos.grd"). Tekan tombol "Open" agar Surfer
segera menampilkan peta reliefnya.

El: .0 Map
,
+H Right
Gambar Axis
9.28 : contoh tampilan peta relief (relief shaded map)

RI H Left Axis
............Top Axis

Bab 9EIH
Tampilan Tiga Dimensi DTM
Bottom Axis
c) Double-click-lah string "Shaded relief map"-nya yang terdapat pada
object manager-nya hingga muncul kotak dialog "Map" shaded relief
map properties".
d) Pada kotak dialog yang barn muncul ini (tab "General" aktif secara
default), pengguna dapat melakukan beberapa setting seperti berikut:
v Light position angles: pengguna dapat melakukan setting
pencahayaan untuk reliefnya sesuai dengan asumsi sudut-sudut
vertikal dan horizontal sumber cahayanya. Pengaturan sudut-
sudut ini (pada shaded relief map) sama dengan pengaturan
sudut-sudut serupa pada 3d Surface (khususnya pada tab
"Lighting" [gambar 9.25 di atas]).
Relief parameters: untuk metode gradient-nya, pengguna dapat
memilih "Central Difference" atau "MidPoint Difference";
metode shading-nya dapat digunakan beberapa alternatif
"Simple", "Peucker's Approximation", "Lambertian Reflection",
atau "Lommel-Seeliger Law"; sementara nilai faktor skalanya
dapat dipilihkan sedemikian rupa hingga tampilannya (unsur-
unsur ketinggian) cukup jelas.
4. Colors: tombol ini digunakan untuk menentukan skala-keabuan
tampilan peta reliefnya. Secara default, Surfer menentukan
hitam-putih, tetapi dengan tombol ini, pengguna dimungkinkan
untuk menampilkan peta relief dengan skala-keabuan selain
hitam-putih (sebagai misal hijau-putih). Selain dari itu, jika
tombol ini ditekan, dan kemudian pengguna menekan tombol
"Load", maka is juga dapat menampilkan shaded relief map-nya
dengan menggunakan file color map (*.CLR)5 milik Surfer
hingga tampilannya warna-wami sebagaimana 3d Surface (lihat
sub-bab 9.2.1 di atas).

5 Walaupun demikian, jika pengguna memakai file color map (*.CLR) untuk
tampilan reliefnya, maka light position angles-nya menjadi disabled.

240
r Model Permukaan Dijital
___________________Map rap

General I View Scale I Limits Background `I


Input Grid File-
EAbuku_dtnAsta_geo demos.grd

Light Position Angles 7 - Colors


-Relief Parameters
Horizontal: [128

Vertical: bradient Method:

ICentral Difference
Shading Method:
ILambertian Reflection r Dither Elitrii.ap.

Z Scale Factor: 20
OK I Cancel ...... Apply

Gambar 9.29 : contoh tampilan kotak dialog "Shaded Relief Map Properties"

Missing data: secara default, Surfer akan menampilkan relief


dengan warna hitam pekat untuk data-data yang tidak tersedia,
tetapi dengan tombol ini, pengguna Surfer dimungkinkan untuk
menampilkan wilayah tanpa data-data
dengan warna yang lain.

e) Apabila setting telah selesai, tekan tombol


"Apply" uniuk segera memberlakukannya.

Bab 9 Tampilan Tiga Dimensi DTM 41


CIA IT
1=1:" Map Scale
r_ EID Map
H .1:1-4-1-1 Right Axis
1:1H Left Axis
Top Axis
Eli-1-1-1 Bottom Axis
.170> Shaded Relief Map

Gambar 9.30 : contoh tampilan peta relief (relief shaded


map) dengan file CLR

Keterangan: setting lebih lanjut dapat dilakukan


pengguna dengan meng-custumize items yang
terdapat di dalam tab-tab "View", "Scale",
"Limits", dan "Background". Items yang terdapat
di dalam Ke-empat tab ini serupa dengan yang
dimiliki oleh komponen-komponen wireframe dan
3d Surface, oleh karena itu, informasi terkait dapat
dilihat pada pembahasan-pembahasan mengenai
kedua komponen tersebut.
242 I Model Perm
BAB

10
OBJEK-OBJEK TAMBAHAN

SURFER BESERTA TAMPILAN

KOMBINASINYA

Sebagaimana telah disinggung sebelumnya


bahwa untuk memberikan nuansa lain yang
lebih bermakna, Surfer dapat menampilkan
beberapa objek atau layer tambahan di dalam
presentasinya. Layer-layer yang dimaksud
adalah basernap, postmap, imagemap, dan
uectormap. Basemap adalah peta dasar (sate
atau lebih data yang berformat vektor) yang
bisa dihnport ke Surfer dengan format-format
yang didukung. Pastmap adalah
sebuah layer yang menggambarkan lokasi
pengukuran
(ketinggian) di lapangan. Imagemap adalah citra
raster yang merupakan representasi ketinggian
hasil proses gridding Surfer dalam bentuk
image. Sementara vectomiap adalah layer yang
merepresentasikan besar dan arah keeuraman
(atau aliran air) dari setiap titik grid.
Setiap pengguna memiliki kebebasan di dalam
menampilkan layer-layer in Walaupun demikian,
agar komposisi tampilannya

Bab 10 Objek-objek Tambahan Surfer 10


dapat memberikan makna yang sesuai dengan kebutuhan, selain
meletakkannya secara bebas di dalam halaman dokumen plot yang
sama, pengguna dapat meletakkan layer-layer tersebut ke dalam
sebuah stack (yang kemudian dapat dijadikan sebuah objek
composite) atau overlay.

10.1 BaseMap
Basemap (di dalam Surfer) merupakan layer-layer peta yang
menampilkan batas-batas area geografis, politis, atau administratif
bersama dengan tematik lainnya (jalan, sungai, dan lain
sebagainya) yang sering dijadikan sebagai `orientasf di mana
DTM/DEM-nya berada. Surfer dapat mengkombinasikan beberapa
jenis basemap dua dimensi (yang mencakup unsur-unsur polygon,
polyline, point, text, dan bitmap) beserta objek-objek hasil
griddingnya.

Surfer mendukung format-format file vektor sebagai berikut untuk


dijadikan sebagai basemap-nyal :
a) Atlas boundary [*.BNA].
b) USGS digital line graph: [*.DLG], [*IGO], [*.LGS]
c) AutoCad drawing r.DXF1.
d) Golden software plotcall [*.PLT].
e) Golden software blanking [*.BLN]
f) Golden software boundary [*.GSB].
g) Gondel software interchange [GSI].
h) Windows clipboard (picture) [*.CLP].
i) Windows metafile (picture) [*.WMF].
j) Enhanced metafile [*.EMF].
k) ESRI shapefile [*.SHP].
1) ESRI Arclnfo export format [*.Eoo].
m) Mapinfo interchange file [*.MIF].
n) Windows bitmap [*.BM1)].

1 informasi lebih detil mengenai format-format yang didukung dapat dilihat pada
daftar "files of type" yang terdapat di dalam kotak dialog "Import File" versi
Surfer yangbersangkutan.

44 .1 Model Perrnukaan Dijital


o) JPEG compressed bitmap [*.JPG].
p) Portable network graphics bitmap [*.PNG].
q) Tagged image [*.TIF].
r) Targa (true vision) [*.TGA].
s) Paint brush [*.PCX].
t) CompuServe [*.GIF].
u) SDTS tpological vector profile [*.DDF].

10.1.1 Menampilkan BaseMap


Sebagai ilustrasi, berikut adalah langkah-langkah yang diperlukan untuk
menampilkan basemap di dalam Surfer:
a) Pada saat aktif dokumen plot, gunakan menu "Map I Base Map" atau
langsung menekan tombol Q:2 "Import a new base map file" hingga
muncul kotak dialog "Import File".
b) Pada kotak dialog yang barn muncul ini, khususnya pada combobox
"Files of type"-nya, tentukan tipe atau format file yang akan diimport
ke dalam Surfer untuk dijadikan sebagai basemap-nya. Arahkan
pointer file ke sub-direktori di mana file basemap-nya berada.
Import File .7..]
Look in: overlay ff CI*

Etr79944302 METADAT.A.shp

info jalan el
93480448 c 4.5.

File narrte. laths

Files IAN Recognized Types Cancel


Help

Gambar 10.1: contoh tampilan kotak dialog "Import Fite"Surfer

Bab 10 -- Objek-objek Tambahan Surfer


c) Setelah namanya ditentukan (di-klik), tekan tombol "Open" untuk
segera menampilkannya2.
d) Pengguna dapat menampilkan lebih dari satu (layers) basemap
(selama formatnya didukung oleh Surfer) di dalam dokumen plot;
dengan mengulang langkah-larigkah a) hingga c) di atas. Walaupun
dernikian, tampilan apa adanya di dalam window dokumen ini tidak
proporsional satu sama lainnya. Oleh karena itu, pengguna perlu
menentukan salah satu objek (layer basemap) sebagai basemap
referensi (biasanya layer yang memiliki domain spasial yang paling
luas). Tampilkanlah properties objek basemap yang dijadikan sebagai
referensi ini. Setelah itu, catatlah nilai-nilai skala dan batas-batas
areanya; huh tab "Scale" & "Limits". Kemudian, aktifkan properties
objek (layer) basemap yang lainnya satu persatu, samakan nilai-nilai
skala (tab "Scale") dan batas-batas areanya (tab "Limits"). Tekan
tombol "Apply".

Map
referensI
per Right Axis CI t-t-H Left Axis I
I:11+H Top Axis 2H-F-1 Bottom
Axis pC Base
.:1 Map A
f=11-1-H Right Axis
H I L e ft A xi s
... H-H Top Axis f=li+H Bottom base
Axis map3
CIZ? Base
E ED Map
1:11-kki Right Axis giH Left
Axis
j H-H Top Axis
-ID Bottom Axis
ClIZ:7 Base

Gambar 102: contoh tampilan tiga layer (file vektor SHP) sebagai basemap Surfer

2 Ketika ada kotak dialog yang muncui kemudian, tekan tombol "OK".

246 I Model Permukaan Dijital


Sebagaimana objek-objek Surfer yang lain, properties basemap
Surfer-pun dapat dirubah sesuai dengan kebutuhan. Caranya adalah
dengan men-double-click baris nama objek yang berada di dalam
object manager-nya. Properties yang dapat dirubah adalah basemap
(style, warna, dan lebar garis), view (sudut pandang), scale, limits,
dan background.

10.1.2 Menampilkan Citra Dijital Sebagai


BaseMap
Untuk menampilkan basemap dalam bentuk citra dijital, pengguna
perlu menempuh cara yang sama dengan di atas. Hanya saja yang
dipilih adalah file dengan format citra yang telah didukung oleh
Surfer; sebagai contph adalah *.JPG dan *.TIF (geotif). Walaupun
demikian, meskipun citra yang bersangkutan memiliki koordinat
bumi (sudah digeoreferensi), Surfer menampilkan koordinat
basemap citra ini masih di dalam satuan baris dan kolomnya. Hal ini
terlihat pada kotak dialog yang bersangkutan.

ewe MaP View Scale 1 Limits Background

Inpul File- --
rE:\buku_dimNoverlay'ioitra.tif

7-Properties Image Coordira.e.


lu

OK

Gambar 10.3. contoh tampilan kotak dialog


'Map: Base Properties"
Bab 10 Objek-objek Tambahan Surfer 247
Untuk kebutuhan tertentu, pengguna j uga dapat meng-adjust nilai-
nilai yang terdapat di dalam tab "Scale" dan "Limits" milik objek
basemap format image ini hingga dapat di-overlay-kan bersama
dengan layer vektor. Walaupun demikian, nampaknya, hasilnya
masih belum benar-benar memuaskan karena Surfer menampilkan
unsur-imsur terkait geografis ini tanpa mengacu pada sistem
koordinat, datum, atau sistem proyeksi petanya.

2 I D Ma p
FH-1 Right Axis
Raster Left Axis
-El-1-H Top Axis
CH" Bottom Axis

EIC.:;? Base
Map
--Mc/Base

EI-H Right
Axis ..1=11-H Left
Axis " 4:"i Top Axis
Ell+H Bottom Axis

Image

Gambar 10.4: contoh tampilan basemap Surfer raster & vektor

10.1.3 Mendijitasi Unsur Di atas BaseMap


Setelah basemap-nya (sangat disarankan berupa layer vektor
[dengan detil yang cukup] dengan koordinat-koordinat yang telah
merujuk pada datum dan sistem proyeksi peta tertentu)
dimunculkan di atas window dokumen dokumen plot, pengguna
dapat melakukan dijitasi unsur-unsur spasial yang diperlukan;
sebagai contoh adalah batas area studi. Kondisi ini sangat ideal
untuk melakukan dijitasi (on screen digitizing). Sementara itu,
teknis mengenai cara pendijitasiannya bisa dilihat pada sub-bab
7.2.6 sebelumnya.

I7248:1 Model Permukaan Dijital


10.2 PostMap
Postrnap adalah peta yang memperlihatkan lokasi-lokasi horizontal
(x,y) suatu unsur tipe titik dengan simbol dan labelnya. Peta jenis
ini sangat bermanfaat untuk menunjukkan distribusi dan densitas
data pengamatan lapangan DTM terkait; untuk dibandingkan dengan
hasil-hasil pengolahannya.

10.2.1 Menampilkan PostMap


Sebagai ilustrasi, berikut adalah langkah-langkah yang diperlukan untuk
menampilkanpostmap di dalam Surfer:
a) Gunakan menu "Map I Post Map INew Post Map" atau langsung saja
tekan tombol____"Post Map" hingga muncul kotak dialog "Open".
b) Pada kotak dialog yang baru muncul ini, arahkan pointer file ke sub-
direktori di mana file data DTM-nya berada (misalkan
"data_ukur.dat"). Tekan tombol "Open" agar petanya segera
ditampilkan.

S.Call. +
+
+4-
+ +
E l 11 M a P
+
=CCM + postmap Surfer RightAxis
Gambar 10.5: contoh tampilan default
++ + + 01-1-1-1 Left Axis .
4.
+
+4-
+ 21,-. Top Axis
'MOW + 2144-1 Bottom Axis
++
+ + CIM Post
+ +
MOCOCD +
+
+
Bab 10 Objek-objek Tambahan
+
+ + Surfer 24%.
x2,0000-
+ + +
+ +
+
MCan
.7.4-n-. mdto ark-r, ,_____, 6.5na:,
_____ :... 6socc.:. .1
10.2.2 Meng-Customize PostMap
Setelah ditampilkan secara default, maka dengan men-double-click
(satu persatu) objek yang terdapat di dalam object manager-nya
pengguna dapat meng-customize postmap yang muncul sesuai dengan
properties-nya. Sebagai ilustrasi, berikut disajikan.langkah-langkah
untuk meng-customize objek utamapostmap-nya:
a) Double-click-lah baris___"Post" yang terdapat pada object manager-

nya hingga muncul kotak dialog "Map: Post properties".


b) Pada kotak dialog yang barn muncul ini, aktifkan tab "General" untuk:
(1) menentukan field yang akan dijadikan (kelas) besaran simbol; (2)
menentukan field yang akan dijadikan angle simbol; (3) jenis, warna,
dan bentuk simbol default; (4) sudut dan frekuensi default simbol; (5)
ukuran simbol. Untuk simbol yang sama (tanpa kelas) field symbol &

General Labek View Scale Lirriita Background

r Data Filename Default Symbol


Del cult Angle:
[EAbuku2dtrn \stat:JtM \data' *Ur

;.Worksheet Frequen y

x ccord Column A,: ABSI!:

Y Ccord: J Column E: OR
Symbol Size-
Dllit T Symbol: None (.."' Fixed Si76" a25 ern

Angle: None r Proportional

OK Cancel A pp ly

angle diisi "None".


Gambar 10.6: contoh tampilan kotak dialog "Map: Post Properties" tab "General"

c) Aktifkan tab "Labels" untuk menentukan: (1) field yang akan dijadikan
label; (2) posisi label; (3) sudut & bidang penulisan label.

ND I Model Permukaan [Nita'


d) Tekan tombol "Apply"

Gambar 10.7: contoh tampilan postmap yang di-customize plus contours

10.2.3 Mengklasifikasikan PostMap


Disamping menampilkan postmapnya seperti di atas, pengguna
juga dimungkinkan untuk mengklasifikasikannya dengan eara yang
lebih efektif dan efisien berikut legendanya. Adapun langkah-
langkahnya adalah sebagai berikut:
a) Gunakan menu "Map I Post Map New classed postmap" atau langsung
tekan tombol _____ "Classed postmap" hingga muncul kotak dialog
"Open".
b) Pada kotak dialog yang baru muncul ini, arahkan pointer file ke sub-
direktori di mana file datanya berada. Kemudian tekan tombol "Open".
Gambar 10.8: contoh tampi lan postmap yang diklasifikasikan decara default
El_ i!,..!?1
CIU Map
1=11-H-r Right Axis
Bab 10 Objok-objek Tambahan Surfer
Lk++. Left Axis
fl Top Axis
Bottom Axis
c) Setelah peta classed postmap-nya muncul, pengguna dapat meng-
customize properties-nya dengan cara men-double-click baris "Classed
post" dan "Legend"-nya.
d) Pada saat muncul kotak dialog "Map: class map properties", tekai, tab
"General" untuk menentukan nama field ketinggian yang akan
diklasifikasikan, status kemunculan legenda, sudut, dan frekuensi
simbolnya. Tekan tab "Labels" untuk menentukan properties labelnya.
Tekan tab "Classes" untuk menentukan properties kelasnya (jumlah
kelas [dengan mengisinya di dalam listbox "Number of classes"], nilai
minimum kelas [men-double-click nilai kelas yang bersangkutan],
nilai maksimurn kelas [men-double-click nilai kelas yang
bersangkutan], dan metode klasifikasi3 [user defined, equal number,
equal intervals], jenis, warna, dan ukuran simbol kelas [dengan cara
men-double-click simbol yang bersangkutan]).

Map: Classed Post Properties

General Labels Cla ........ Vieor 1 Scale I Limits Background 1

Number of classes: Binning Meth User Defined LI

>=Minimurn
9 122.4 46.5 20 0.51 cm
122.4 235.9 20.9 9 0.51 cm
235.8 349.2 18.3 7 0.51 cm
349.2 462.6 9.3 4 0.51 cm
462.6 576.1 7.0 3 0.51 cm

OK C ncef Apply

Gambar 10.9: contoh tampilan kotak dialog "Map: Classed post properties", tab
"Classes"

e) Tekan tombol "Apply" untuk memberlakukan hasil customize.

3
Dengan memilihnya di dalam combobox "Binning method".

Model Permukaan Dijital


1
172 13
e 9
26 22 462.6 b
88228 3402 0 42
32 123 235.8 17
208 3492 + 1MA b
309 2353 a0h1224
502 1113.08
A. 578
124157
4., A
43 102 503 e 387
4.
8 3E46
9 403
12 e 127
7 1 187 m73-2348111110182
2

Classed
270 postmap
.

Gambar 10.10: contoh tampilan kotak dialog Classed postmap yang telah di-customize

10.3 ImageMap
Imagemap adalah representasi file grid [*.GRD] (atau yang setara
dengan file ini) yang disajikan oleh Surfer dalam bentuk citra raster
(image). Pada sajian ini, setiap pikselnya mewakili nilai-nilai
ketinggiannya melalui warna-warna kenampakannya. Skema warna
milik sebuah imagemap dapat disimpan ke dalam file file spektrum
warna [*.CLR] hingga dapat digunakan kembali untuk mewarnai
imagemap yang lain. Sebaliknya, sebuah imagpmap jugs dapat
ditampilkan dengan menggunakan warna-warna yang terdapat di
dalam file spektrum yang telah disediakan oleh Surfer.

Sebagai ilustrasi, berikut adalah langkah-langkah yang dapat


dilakukan untuk membuat sebuah imagemap dari file grid atau
DEM:
a) Gunakan menu "Map I Image Map" atau langsung menekan tombol
"Image Map" hingga muncul kotak dialog "Open Grid".
b) Path kotak dialog yang barn muncul ini, arahkan pointer file ke
sub-direktori di mana file grid-nya berada (sebagai contoh adalah

Bab 10 Objek-objek Tambahan Surfer


"demos.grd"); tekan tombol "Open" untuk segera menampilkan
imagemap yang bersangkutan.

= E:f Map
MH Right Axis
CH" L8ft Axis a-
H-1 Top Axis -
g. Bottom Axis
go Image Map

Gambar 10.11: contoh tampilan default imagemap

c) Setelah muncul image map-nya, jika tampilannya kurang


memuaskan, pengguna dapat merubah properties-nya dengan cara
men-double-click baris "Image Map" yang terdapat di dalam object
manager-nya hingga muncul kotak dialog "Map: Image map
properties".

Map: image Map Properties

General meiAi I Scale Limits Background

Input Grid
------
C: \buku_dtm\sta_geo\den-
los.grd

ri Interpolate Pixels Colors - Missing Data--

f- Show Color Scale


OK Cancel Apply

Gambar 10.12: contoh tampilan kotak dialog "Map: Image Map Properties"

Model Permukaan Dijital


d) Pada kotak dialog yang barn muncul ini, aktifkan tab "General".
Aktifkan (klik) checkbox "Interpolate Pixels" untuk mengaktifkan
penghalusan warna pada image map-nya; dengan menggunakan
interpolasi bilinier untuk menghitung gradasi warna-warna terkait
hingga jauh lebih smooth. Aktifkan checkbox "Show color scale"
untuk menampilkan batang skala (degradasi) warna milik image map
yang bersangkutan.
e) Tekan tombol "Color" hingga muncul kotak dialog "Color Spectrum"
untuk merubah properties milik image map yang bersangkutan hingga
degradasi warnanya dapat dirubah ke selain greyscale (hitam-putih)
dengan cara meng-klik warna yang tersedia; misalkan dengan meng-
klik tombol warna biru (baby blue) hingga degradasi warna image
map-nya akan bervariasi dart warna putih hingga biru lembut.

Color Spectrum Ctrl-

Click to insert new nodes, Del to remove

Color: Baby Blue


1 1 1 1 E M E I D E D E D " Load...

DISEIDLIWOMEE
MOO 111111111110 -
Save...
Data to Color Mapping
rko- Use data limits
;226.344754

Maximum: 321.0598682
Cancel

Gambar 10.13: contoh tampilan kotak dialog "Color Spectrum" milik


image map

f) Tekan tombol "OK" untuk kembali ke kotak dialog sebelumnya.


g) Lakukan setting properties lainnya yang terdapat di dalam tab-tab
"View", "Scale", "Limits", dan "Background" dengan cara yang sama
seperti pada objek-objek lainnya yang telah dibahas sebelumnya.

Bab 10 Obj ek- objek Tambahan Surfer


10.4 Vector Map
Vector map (terkadang juga dituliskan sebagai grid vector map)
adalah peta yang menyajikan arah-arah dan besarnya suatu data di
lokasi-lokasi (titik) tertentu. Dengan Surfer, setiap pengguna dapat
membuat vector map berdasarkan sebuah file grid atau bahkan
berdasarkan dua file grid sekaligus.

10.4.1 Membuat Vector Map


Sebagai ilustrasi, berikut adalah langkah-langkah yang dapat
ditempuh untuk menampilkan vector map berdasarkan sebuah file
grid:
a) Gunakan menu "Mai:Vector Map 'New 1.-grid vector map" atau

langsung menekan tombol t-Zr. "I.-grid vector map" hingga muncul


kotak dialog "Open Grid".
b) Pada kotak dialog yang baru muncul ini, arahkan pointer ke sub-
direktori di mana file grid (*.GRD) yang bersangkutan berada
(misalkan "demos.grd"). Kemudian tekan tombol "Open" untuk
segera menampilkan vector map-nya.
N.::..
i4-,V ." e
1... :Right +,... t '7.0--T--...
Yq
'
,
, .-..- II'
I

"ri ,-'-
Axis LeFt Axis
, EHH Top Axispi-
.- If. ; 67 7-''' i.S. -..-L Z-47 ...I:1.' "',1- . i. : ..,'
H Bottom Axis t,
ki Mir
4 C 4. "S ? Vectors ' ; '-\ -0 '1

--
i-s i r. 44- ..".

Gambar 10.14: contoh tampilan kotak dialog "Color Spectrum" milik image map

Keterangan: simbol arah (digambarkan sebagai tanda panah)


milik merepresentasikan arah ke "downhill" dari titik awal
vektor map

vektor yang bersangkutan. Sementara panjang simbol vektornya

Model Permuk aan Dijital


merepresentasikan besaran (kecuraman) kemiringannya; makin
curam kemiringannya, makin panjang vektornya. Secara default,
perangkat lunak DTM ini akan menampilkan vektor ini di setiap
node grid-nya, kecuali jika seting frekuensi terkait menyebabkan
beberapa node grid terlewati. Untuk file grid ketinggian, jika
permukaan tersebut diberi air hingga memenuhi permukaannya,
maka simbol arah (tanda panah) atau vektor yang muncul akan
memperlihatkan arah aliran air (dari titik yang bersangkutan ke titik
dengan ketinggian yang lebih rendah). Sementara panjang
vektornya akan memperlihatkan kecuramannya.

10.4.2 Merubah Properties Vector Map


Pada saat vector map-nya muncul seperti pada gambar 10.14 di
atas, pengguna men g-custornize tampilannya dengan cara
merubah beberapa properties-nya seperti berikut:
a) Double-click-lah objek (gambar) vector-nya hingga muncul kotak
dialog "Map: Vectors Properties".
b) Pada kotak dialog yang baru muncul ini, nampak tab default ("Data")
seperti berikut:

Data Symbol 1 Scaling Background

EAbukudtmsta_geo\demos.grd Of
The 2 cOmpbrients bf the
vector map (direction and magnitUde) will be
automatically generated from this single grid by
numerically computing the gradient of the
represented surface.

Gambar 10.15: contohOK Cancel


tampilan kotak dialog "Map: Vectors Properties" tab "Data"

Bab 10 Objek-objek Tambahan Surfer


c) Aktifkan tab "Symbol" untuk: merubah simbol "Vectors" dengan cara
memilihnya di dalam combobox "Style"; mengaktifkan checkbox
"Clip symbols at map limits" untuk menampilkan "Vectors" yang
terdapat di dalam batas-batas peta saja; mewarnai simbol "Vectors"
sesuai dengan degrad a si warna yang tersedia dengan memilihnya di
dalam combobox "Color Scaling" (disabled, by magnitude, by grid
file); menentukan warna dan jenis garis simbol "Vectors"-nya dengan
merubah properties "Line" dan "Fill"-nya; dan merubah frekuensi
nilai-nilai X & Y untuk memunculkan simbol vectors sesuai dengan
kisaran jumlah yang diperlukan (makin kecil nilai frekuensi, makin
banyak simbol vectors yang muncul).

Map: Vectors Properties ,11x

ScaleILimits Background I
Frequency
Properties-
Style: 17
Line

17 Clip Symbols at Map Limits :


Fill: MOM

Color Scaling

O ! Apply
K
Gambar 10.16: contoh tampllan kotak dialog "Map: Vectors Properties" tab "Symbol"

d) Tekan tab "Scaling" untuk: merubah titik asal simbol vectors dengan
cam mernilihnya di dalam combobox "Symbol Origin" (tail, center,
head); merubah metode penyekalaan simbol vectors dengan cara
memilihnya di dalam combobox "Scaling Method" (linear, square
root, logaritmic); mengaktifkan checkbox "Reverse vectors

25 Model Permukaari
orientation" untuk merubah arah vectors 1800; mengaktifkan
.checkbox "Show scale legend" untuk memunculkan legenda skalanya.

Map: Vectors Properties

Data Symbol Scaling View Scale Limits Background

Symbol Origin: Scaling Tail I r Reverse Vector Orientation


Method: Square Hoot I Show Scale Legend

Minimum 'Maximum.
Magnitude fdata) Shaft

Length: Head Length: 1.172671992E-


0.25 cm :
10.2208025363
1.27 cm
P- We Data Limits
SymbolWidth

0.25 cm

OK Cancel
Gambar 10.17: contoh
tampilan kotak dialog "Map:
Vectors Properties" tab
"Scaling"

e) Rubahlah properties yang terdapat di dalam tab "View", "Scale",


"Limits", dan "Background" persis seperti bahasan-bahasan
sebelumnya. 1

10.5 Memposisikan & Meng-overlay-kan


Peta
Di dalam Surfer, terdapat beberapa cara yang dapat ditempuh
untuk menyusun satu atau lebih objek peta di dalam satu
halaman, Cara yang paling mudah dan sederhana adalah dengan
memposisikannya (men-drag) di dalam halaman yang
bersangkutan dengan memanfaatkan mouse. Demikian pula jika

Bab 10 Objek-objek Tambahan Surfer I 214q,


objek petanya lebih dari satu, pengguna dapat meletal(kan masing-
masing secara bebas pada halaman yang sama, atau meng-over/ay-
kannya suatu objek di atas objek yang lain.

10.5.1 Meng-overlay-kan Peta


Meng-overlay-kan peta adalah menyusun beberapa objek (layer)
Surfer ke dalam sebuah komposisi yang tidak terpisahkan. Semua
layer yang menjadi komponennya akan menyatu di dalam sebuah
objek. Sebagai contoh, operasi overlay terhadap objek-objek
contour, basemap, postmap, dan surface yang memiliki domain
spasial yang sama (atau bersebelahan) akan menghasilkan sebuah
surface dengan features contour, basemap dan postmap itu
sendiri.

Sebagai ilustrasi, berikut adalah langkah-langkah yang dapat


ditempuh untuk meng-overlay-kan beberapa objek Surfer yang
dibuat dengan domain spasial yang sama:
a) Dengan cara seperti telah dibahas pada bab atau sub-bab sebelumnya,
munculkanlah lebih dari satu objek peta di dalam halaman dokumen
plot yang sama; sebagai contoh adalah objek wireframe dan contour
[dengan checkbox "Fill contour" diaktifkan] (masing-masing dibuat
berdasarkan file grid "demos.grd" [hingga memiliki domain spasial
yang sama]).

Gambar 10.18: contoh tampilan contour & wireframe dalam satu halaman

260 I Model Permukaan Dijital


b) Kemudian, gunakan menu "Edit I Select All" untuk men-select kedua
(semua) objek tersebut secara bersamaan.
c) Setelah itu, manfaatkan menu4 "Map I Overlay Maps" untuk meng-
overlay-kan kedua objek yang telah ter-select.

Overlay Contour &


Wireframe,

Gambar 10.19: contoh tampilan Overlay Contour & Wireframe

Dengan cara yang sama seperti di atas, pengguna dapat meng-overlay-


kan objek-objek contour, surface, basemap, dan postmap
sekaligus di dalam sebuah halaman dokumen plot.

4 Sebelum kedua objek ini ter-select, menu "MaplOverlay Maps" bersifat


disabled hingga tidak dapat digunakan.

Bab 10 Objek-objek Tambahan Surfer


Gambar 10.20: contoh tampilan Basemap, Postmap, dan Surface

Hingga hasilnya (akibat penggunaan menu-menu "Edit I Select All"


dan) "Map 'Overlay Maps" akan nampak seperti berikut 5:

5 Perhatikan pula di dalam window object manager-nya sebelum dan sesudah


operasi overlay, setelah operasi, hanya ada satu objek yaitu map dengan
beberapa properties-nya. Objek-objek yang sebelumnya mandiri (sebagai
contoh adalah contour, base, classed post, dan surface) sekarang telah
menyatu dan menjadi properties objek map.

262 i Model Permukaan Dijital


Nadi
Ygi Contouis

2':;7 Base
E R Classed Post
Z Axis

17-1.-H Right Axis


Left Axis

al-FH Top Axis

Gambar 10.21: contoh tampilan Overlay Basemap, Postmap, Contour, dan Surface

10.5.2 Men-stack-kan Peta

Men-stack-kan objek-objek layer peta Surfer adalah meratakan


(meng-align) domain spasial horizontal objek-objek yang
bersangkutan sedemikian rupa hingga dapat ditampilkan dalam
bentuk layer-layer dari atas ke bawah hingga membentuk suatu
tumpukan (stack). Sementara jarak (vertikal) antar-layer yang
bersangkutan bisa diatur secara interaktif (untuk setiap objek)
oleh pengguna (sesuai dengan kebutuhan).

Sebagai ilustrasi, berikut adalah langkah-langkah yang dapat ditempuh


untuk men-stack-kan beberapa objek (layer) Surfer:
a) Dengan cara yang sama dengan sebelumnya, munculkaniah beberapa
(lebih dari satu) objek (layer yang dibentuk oleh domain spasial
yang sama atau setidaknya bersebelahan) di dalam sebuah halaman
dokumen plot Surfer.
Bab 10 Objek-objek Tambahan Surfer
Gambar 10.22: contoh tampilan ke-4 objek (layer) yang akan di-stack-kan

b) Setelah muncul ke-4 objeknya (seperti pada gambar 10.22 di atas), atur-
aturlah tampilannya secara vertikal sedemikian rupa hingga
membentuk sebuah (jarak antar layer-nya sesuai kebutuhan).

Kemudian, aturlah sedemikian rupa hingga tampilan masing-masing


objek memiliki ukuran yang sama (perbedaannya tidak kentara).

Model Permukaan Dijital

Gambar 10.23: contoh tampilan


ke-4 objek (layer) yang posisi &
ukurannya sudah diatur
c) Pilihlah semua objek tersebut dengan menggunakan menu
"EditiSelect All". Gunakanlah menu "Edit' Properties" hingga muncul
kotak dialog "Map Properties" yang merupakan milik bersama
(common) ke-4 layer di atas.
d) Pada kotak dialog inilah (khususnya pada tab "View"-nya), aturlah
besarnya sudut-sudut fielf of view, rotation, dan tilt, beserta
projection-nya (perspective atau orthographic) sesuai dengan
tampilan yang diinginkan pada stack-nya. Kemudian tekan tombol
"Apply".

Map Properties

iew Background
Gambar 10.24: contoh tampilan kotak dialog "Map Properties"
Projection

: Perspective
4

Field 1 Tilt (;` Orthographic


e) Gunakan
of menu6 "Map Stack Maps'7 hingga tampilan layer-layer-nya
membentuk
View stack (tumpukan) yang rapih 10'
dari atas ke bawah. Setelah
terbentuk
45' stack-nya, sebagai optional, setiap pengguna dapat
mengkombinasikan objek-objek layer ini sedemikian rupa hingga
4
6 Menu ini akan aktif bisa layer-layer (atau objek-objek) yang bersangkUtan telah
ter-select. Rotation:
Secara praktis manfaat menuOK ini sama dengan menu "ArrangelAlign
Cancel
Objects".

Bab 10 Objek-objek Tambahan Surfer I 286


menjadi sebuah objek saja dengan (setelah terlebih dahulu memilihnya
dengan menu "Edit I Select All") cara menggunakan menu "Arrange I
Combine" (hingga muncullah objek "Composite"8 pada window milik
object manager-nya).

Gambar 10.25: contoh tampilan stack layer-layer Surfer

10.5.3 Catatan Layer-Layer untuk Overlay


Pada dasarnya, setiap objek atau layer di dalam Surfer dapat
dikombiunasikan dalam sebuah tampilan overlay. Meskipun
demikian, terdapat beberapa kekecualian yang dibatasi oleh Surfer 9:
(a) kombinasi antara wireframe & surface; (b) raster map (termasuk
image map, shaded relief map, surface, dan base map) &
wireframe, dan (c) multi-wireframe.

8 Sementara itu, pengguna dapat memisahkan kembali objek-objek yang telah


terlanjur dijadikan sebagai sebuah objek composite dengan meng-klik objek
composite yang bersangkutan dan kemudian menggunakan menu
"ArrangelBreak Apart".
9
Lihat pustaka [Golden02] halaman 373.

Model Permukaan Dijital


B A B

11
ANALI S IS TERHADAP FILE GRID

Pada awalnya, nampaknya, peta (toyer garis-garis) kontur yang


merupakan representasi (diskrit) milik data pengamatan (di
lapangan) sudah dirasakan memadai bagi sebuah implementasi ide
pemodelan tiga dimensi permukaan bumi. Tetapi, sesaat kemudian,
pemikiran mauusia berkembang sedemikian rupa hingga
menemukan ide-ide cemerlang lainnya bahwa dari layer kontur
tersebut masih dapat diturunkan beberapa informasi lanjut yang
sangat diperlukan bagi beberapa bidang atau aplikasi. Oleh karena
itu, dengan ide-ide ini, maka berdasarkan masukan dan analisis
peta kontur yang merupakan pendekatan 'terbaik' untuk realitas
permukaan bumi beserta jalur-jalur atau ketinggian referensi
yang diinginkan, hampir setiap orang dapat menghitung volume
galian, timbunan, beserta profil-profil yang diperlukan. Bahkan
lebih jauh dari itu, berdasarkan peta kontur yang sama, pengguna
juga dapat memperkirakan arah aliran air dari suatu

Bab 11 Analisis Terhadap File Grid


lokasi (perhatikan features milik vector map) dan line of sight
(LOS') antara dua titik dengan ketinggian tertentu.

Pada awal pengembangannya (manual atau semi manual?), tentu


saja, pendekatan analisis terhadap model ketinggian di atas
berbasiskan peta atau layer garis-garis kontur. Walaupun demikian,
ketika perangkat lunak digital terrain model (DTM) mulai
merambah ke seluruh dunia, pendekatannya bisa sama sekali
berbeda. Tidak berbeda jauh dengan Surfer, pendekatan atau solusi
yang ditawarkan oleh perangkat lunak seperti ini adalah dengan
terlebih dahulu melakukan proses gridding hingga akhirnya
didapatkan informasi (model) ketinggian di setiap titik grid (node)
yang interval absis dan ordinatnya dirancang (diketahui).
Kernudian, berdasarkan file grid inilah dibuat garis-garis kontur;
dengan demikian, peta atau layer kontur tidak lagi bertindak
sebagai `produk dasar' melainkan juga merupakan sebuah produk
turunan. Selain dari itu, produk turunan yang satu inipun bisa
sangat bervariasi karena metode (terkait asumsi dan model
matematisnya) yang tersediapun cukup banyak; hingga hasil
analisis terhadapnya tentu saja juga bisa sangat bervariasi.
Demikian pula dengan produk-produk yang lain yang juga
merupakan turunan atau hasil analisis produk dasar (grid), dan
bukan turunan layer kontur. Sehubungan dengan hal ini, maka
untuk mendapatkan hasil analisis, Surfer terlebih dahulu akan
meminta setiap penggunanya untuk memasukkan nama file grid-
nya (bukan nama file kontur).

11.1 Volume Galian Sz Timbunan


Pengguna Surfer dapat menghitung volume galian dan timbunan
(setidaknya) berdasarkan dua cara. Yang pertama adalah dengan
membandingkan suatu permukaan realitas yang tidak teratur

Walaupun demikian, sayang sekali, versi Surfer terbaru yang digunakan


oleh penulis masih belum memudahkan penggunanya untuk melakukan
analisis line of sight (LOS) yang sebenarnya sangat bermanfaat.

200d Model Permukaan Dijital


(yang diwakili oleh file grid) dengan suatu permukaan datar
imajiner yang diasumsikan memiliki ketinggian tertentu (referensi).
Pada kasus ini, permukaan realitas yang bersangkutan akan
dipotong (secara horizontal) oleh permukaan datar tersebut hingga
kemungkinan besar akan terdapat bagian yang terletak di atas
permukaan referensi dan sebagian yang lain terletak di bawah
permukaan datar tersebut. Total volume bagian permukaan yang
terdapat di atas permukaan referensi sering dikenal sebagai galian
(cut), sementara total volume bagian permukaan yang terdapat di
bawah permukaan referensi disebut sebagai timbunan (fill). Yang
kedua adalah kasus di mana permukaan referensinya juga
menggunakan permukaan yang tidak teratur (tidak datar); sama-
sama permukaan yang tidak teratur atau merupakan file-file grid
(yang bisa jadi merupakan file grid yang dihasilkan oleh proses
gridding dengan option atau metode yang berbeda).

permukeen
file
grid
bidang
bidang dater
ref. timbunan

Gambar 11.0: contoh tampilan profil permukaan realitas & bidang referensi

Sebagai ilustrasi, berikut adalah langkah-langkah yang dapat


ditempuh untuk menghitung volume galian dan timbunan:
a) Ketika dokumen tipe plot-nya aktif, gunakan menu "Grid' Volume"
hingga muncul kotak dialog "Open Grid".
b) Pada kotak dialog yang barn muncul ini, arahkan pointer file ke sub-
direktori dimana file grid-nya (yang merupakan representasi
permukaan realitas yang tentu saja tidak teratur) berada. Sebagai
contoh adalah file "contoh.grd", kemudian tekan tombol "Open"
hingga muncul kotak dialog "Grid Volume".

Bab 11 Analisis Terhadap File Grid


c) Pada kotak dialog yang baru muncul ini, pengguna perlu
mengaktifkan radio button "Grid File" pada frame "Upper Surface"
dan mengaktifkan radio button "Constant Z =" pada frame "Lower
Surface". Kemudian, pada textbox yang terdapat pada frame
"Lower Surface", isikan ketinggian permukaan datar yang akan
dijadikan sebagai referensi; sebagai contoh arlalah 25o.

Gri d Volume
r Upper Surface- --
f
Grid File C:\buku dtm%, sta_geo4contoh.grd
-.
Constant

Lower Surface
.
Grid

Constant Z = ,250

Z Scale Factor: 91 Cancel

Gambar 11.1: contoh tampilan kotak dialog


"Grid Volume"
Jika digambarkan, maka situasi pada saat hitungan volume galian dan
timbunan atas suatu permukaan realitas dengan permukaan datar
sebagai referensi adalah sebagai berikut:

___ bidang
datar ref.

Gambar 11.2: contoh tampilan


Permukaan realitas dan
Permukaan referensi

270 I Model Permukaan Dijital


Tetapi jika yang menjadi referensinya ("Lower Surface") juga
merupakan file grid, maka situasinya akan nampak seperti berikut:

Gambar 11.3: contoh tampilan upper surface & lower surface

d) Tekan tombol "OK" untuk segera mendapatkan hasil hitungan


galian dan timbunannya dalam bentuk report2.

2 Contoh tampilan report selengkapnya dapat dilihat pada lembaran lampiran E.


Ketika window report-nya muncul, pengguna dapat menyimpan isi report-nya
secara permanen ke dalam sebuah file dengan menggunakan menu TilelSave
As" yang terdapat di bagian atas window report-nya.

Bab 11 Analisis Terhadap File Grid


NI Surfer - Reporti
File Edit

Grid Volume Computations

Volumes
Z Scale Factor:

Total Volumes
Trapezoidal by:
Rule: 29970675
Simpson's Rule: 29971180
Simpson's 3/8 Rule: 29966829.376
Cut & Fill Volumes
Positive Volume [Cut]: 31282944.964142
Negative Volume [Fill]: 1312314.9641422
Net Volume [Cui-Fill]: 29970630

Gambar 11.4: contoh tampilan hitungan volume galian (Cut) & timbunan (Fill)

Catatan:
Sebagaimana terlihat pada contoh tampilan report-nya bahwa
terdapat 3 nilai total volume. Masing-masing dihasilkan oleh rumus-
rumus yang berbeda. Walaupun demikian, pada dasarnya, hitungan
itu menggunakan rumus umum integral ganda sebagai berikut:
X max m a x

Volume = f f (x, y).dx.dy


X min Y min
Sementara itu, ketiga rumus
implementasi hitungan volumenya
adalah sebagai berikut:
a) Rumus trapesium: G
neol

Az = Ax [G,, +2G,, + 2G3 + 2

Volume =__2[A, + 2A2 +2A3 + ... + + A nc,1]

272 1 Model Permukaan Dijital


b) Rumus Simpson:

4= [G,i +4G12 +2G1,3 +4G14 + G,,,c01]

Volume = = vA [A 1 + 421 2 + 2A 3 + 4A 4 +...+2A011+ A ncoi ] 3

c) Rumus Simpson 3/8:

3.6x
Al =______________ +3G13 +2G,4 + ...+2Gi
J ,nC01-1 G i,nCol]
8
Volume = 3 Ay [Ai + 3A2 + 3A3 + 2A4 + + 2Anc.01_i + 8

Keterangan:
a) Ax adalah spasi (interval) grid absis.
b) Ay adalah spasi (interval grid ordinat.
c) G1 adalah nilai (ketinggian) node grid.
d) i,j adalah notasi indeks untuk baris dan kolom.

11.1.1 Menghitung Volume Gunung atau Bukit


Dengan cara yang sama dengan di atas, pengguna dapat
menghitung volume area yang dianggap sebagai gunung atau bukit.
Adapun contoh langkah-langkahnya adalah sebagai berikut:
a) Berdasarkan file grid (sebagai contoh adalah "helens2.grd") yang
rnenjadi masukannya, buatlah peta atau layer kontuniya (lihat
garnbar 11.5 paling kiri).
b) Dari peta kontur ini, tentukanlah (catat atau ingatlah ketinggian) garis
kontur (poligon) yang akan digunakan sebagai bidang referensi
hitungan; misalkan 1500 meter. Rubahlah tampilan peta konturnya
(dengan menggunakan kotak dialog "Map: Contour Propertis" tab
"Levels") hingga minimum contour-nya 1500 meter (lihat gambar
11.5 yang di tengah).
c) Kemudian, edit-lah tampilan peta kontur ini sedemikian rupa hingga
yang ada (muncul) hanya kontur dengan ketinggian yang ditentukan

Bab 11 Analisis Terhadap File Grid 273


sebagai referensi (1500 m). Caranya adalah dengan menggunakan
kotak dialog "Map: Contour Propertis" tab "Levels" untuk
menentukan minimum contour 1500 dan maximum contour juga 1500
hingga yang muncul adalah gambar seperti berikut (gambar 11.5 yang
paling kanan).

kontur
minim m

Gambar 11.5: contoh tampilan peta kontur apa adanya & peta kontur dg kontur
minimum

d) Munculkanlah kontur minimum tersebut tanpa axis-nya (right, left,


top, bottom) sama sekali. Kemudian, export-lah unsur ini ke dalam
format file blanking Surfer [*.BLN] dengan menggunakan menu
"File I Export" hingga muncul kotak dialog "Export". Pada kotak
dialog yang baru muncul ini, pilih "Golden Software Blanking
(*.bin)" sebagai "Save as type", tentukan pula nama filenya (sebagai
contoh adalah "batas_gn.bin"). Tekan "Save" untuk segera
mengeksport-nya3.

3 Langkah-langkah point b), c), dan d) ini dilakukan untuk menentukan file BLN
(area atau poligon) yang akan digunakan sebagai batas file (domain
horizontal) grid. Batas atau poligon ini bisa juga didefinisikan secara interaktif
(on-screen digitizing di 'dalam surfer) atau dengan cara mengimport file batas
(poligon) ini dari peta ke dalam bentuk file BLN surfer.

24 :1 Model Permukaan Dijital


e) Blanking-lah file grid "helens2.grd" berdasarkan file-file blanking
"batas_gn.bln" di atas dengan rnenggunakan menu "Grid I Blank"
hingga menghasilkan file grid "gunung.grd".

f) Lakukan proses hitungan volume seperti di atas pada file grid yang
sudah dibatasi ini (dengan menggunakan menu "GridiVolume").
Definisikan file grid "gunung.grd" sebagai upper surface dan
permukaan konstan dengan z.--4500 sebagai lower surface
(perhatikan basil di dalam report di bawah yang menyatakan
bahwa volumenya positif (ada galian) dan sama sekali tidak ada
fimbunannya [fill o]).
t
1=11111111r He
Gambar 11.6: contah tampilan
Edi t
surface dari file grid "gunung"
Grid Volume Computations

Volumes
Total Volumes by:
Trapezoidal Rule: 10491417000
Simpson's Rule: 104916E0000
Simpson's 3/8 Rule: 10491168857.813
Cut & Fill Volumes
Positive Volume [Out]: 10491417000
Negative Volume [Fill]: 0
Net Volume [Cut-Fill]: 10491417000

Gambar 11.7: canton tampilan report hasil hitungan volume gunung

Bab 11 Analisis Terhadap File Grid 275


Catatan: jika pembuatan file blanking-nya tidak begitu mulus bila
dilakukan dengan secara langsung mengeksportnya dari kontur Surfer
ke file BLN, maka pengguna perlu mengekspornya ke format
perangkat lunak sistem informasi geografis (GIS) atau CAD (misalkan
ke shapefile AreView) dan kemudian mengedit (misalkan dengan
AreView plus extension XTool) poligon kontumya sesuai dengan
kebutuhan, setelah itu, gunakan Surfer untuk mengimport file hasil
editing ini ke dalam file blanking (*.BLN).

11.1.2 Menghitung Volume Danau atau Sungai


Dengan cara yang sama dengan di atas, pengguna dapat menghitung
volume area yang dianggap sebagai danau atau sungai. Adapun
contoh langkah-langkahnya adalah sebagai berikut:
a) Munculkan garis kontur dari file grid (misalkan file "demos.grd") yang

akan dijadikan sebagai dasar hitungan volume sungai (lihat gambar


11.8 paling kiri).
b) Dengan menggunakan kotak dialog "Map: contors properties" tab
"Level", muneulkanlah hanya garis kontur dimana ketinggian batas
tanah dan sungai dimulai (kontur minimum daratan, kontur maksimum
sungai, atau asumsikanlah sebagai ketinggian muka air); misalkan
pada garis kontur 250. Kemudian aturlah minimum contour = 250 dan
maximum contour = 25o (lihat gambar 11.8 paling kanan).

apa adanya sungai kontur m ax-mln

Gambar 11.8: contoh tampilan peta kontur apa adanya & kontur maksimum sungai

215 Model Permukaan Dijital


c) Seperti di atas, simpanlah (eksport) area kontur sungainya sebagai
file

blanking [*.bin]; misalkan sebagai file "sungai.bln".

Gambar 11.9: contoh tampilan peta sungai (kontur) & permukaan konstan

Catatan: jika pembuatan file blanking-nya tidak begitu mulus bila


dilakukan dengan secara langsung mengeksportnya dari kontur Surfer
ke file BLN, maka pengguna perlu mengekspornya ke format
perangkat lunak sistem informasi geografis (GIS) atau CAD
(misalkan ke shapefile ArcView) dan kemudian mengedit (misalkan
dengan ArcView plus free extension XTool) polylines konturnya sesuai
dengan kebutuhan (sehingga menjadi sebuah poligon tunggal), setelah
itu, g-unakan Surfer untuk mengimport (membaca) file hasil editing
(format shapefile) ini ke dalam file blanking (*.BLN). Pengguna juga
bisa mendapatkan file blanking ini dengan cara onscreen digitizing di
dalam Surfer atau mengimportnya dari peta.

d) Lakukan proses blanking terhadap file grid "demos.grd" badasarkan


file "sungai.bln" dengan menggunakan menu "Grid I Blank" hingga
menghasilkan file "sungai.grd".
e) Lakukan hitungan volume seperti di atas file dengan "sungai.grd"
sebagai upper surface dan permukaan konstan (z.=-25o) sebagai
lower surface.
Bab 11 Analisis Terhadap File Grid I 211
Surfer - Report22
File Edit

Grid Volume Computations

Volumes
Total Volumes by:
Trapezoidal Rule: -378009433.83587
.
Simpson's Rule: -377881449.68659
Simpson's 318 Rule: -378380938.63823
Cut & Fill Volumes
Positive Volume [Cut]: 0
Negative Volume [Fill]: 378009433.83587
Net Volume [Cut-Fill]: -378009433.83587

Gambar 11.10: contoh tampiian report hasil hitungan volume sungai

11.1.3 Menghitung Lintasan


Dengan cara yang sama dengan di atas, pengguna dapat
menghitung volume area yang batas-batasnya dinyatakan sebagai
koordinat-koordinat poligon suatu lintasan (jalan atau jalur).
Adapun contoh langkah-langkahnya adalah sebagai berikut:
a) Munculkan bersama antara file blanking jalur rencana4 yang
bersangkutan dengan file gridnya.

4
Mekanisme pembuatan file blanking-nya diserahkan sepenuhnya pada
pengguna: baik itu on-screen digitizing di dalam Surfer maupun hasil
import dari format eksternal.

218 I Model Permukaan Dijital


Gambar 11.11: contoh tampilan jalur rencana & peta kontur terkait

b) Lakukan proses blanking file grid "demos.grd" oleh file "jalan.bln"


hingga dihasilkan file grid "jalur.grd" (dengan mengguinakan menu
"Grid I Blank").
c) Dengan asumsi bahwa jalan akan didirikan pada ketinggian 275
meter, maka lakukanlah hitungan volume dengan ketentuan file
"jalur.grd" sebagai upper surface dan permukaan konstan dengan
ketinggian z=275 meter sebagai lower surface.

Bab 11 Analisis Terhadap File Grid I 279


Grid Volume Compu ations-

Volumes
Total Volumes by:
Trapezoidal Rule: 33713119.335118
Simpson's Rule: .31293010.998057
Simpson's 3/8 Rule: 35233566.420427
Cut & Fill Volumes
Positive Volume [Cut]: 34414756.659958
Negative Volume [Fill]: 701637.32483995
Net Volume [Cut-Fiii]: 33713119.335118

Gambar 11.12: contoh tampilan report hasil hitungan volume jalur rencana jalan

Catatan: untuk menghitung volume persegmen rencana jalan,


pengguna juga perlu membuat file blanking-nya [*.bin] persegmen
jalan. Bersama dengan hasil hitungan volume, report yang
bersangkutan juga berisi informasi leas permukaan yang
bersangkutan. Surfer belum memudahkan penggunanya untuk
mendefinisikan rencana as-jalan atau as-jalur yang didefinisikan
secara interaktif berikut lebar dan ketinggiannya untuk menghitung
volume galian dan timbunannya; semuanya hams berdasarkan file
blanking yang sudah tersedia (dibuat sebelumnya).

11.2 Profit Memanjang


Manfaat lain dari data DTM (model permukaan dijital) adalah
untuk mendapatkan profil-profil di sepanjang jalur tertentu.
Produk ini sangat diperlukan di beberapa bidang; pekerjaan
rekayasa teknik sipil, survey geodesi, dan perencanaan lainnya.
Dan dengan perangkat lunak Surfer, proses pembuatan profil

Model Permukaan Dijital


menjadi sangat mudah, cepat, dan dapat diulang secara akurat secara
objektif.

Sehubungan dengan hal ini, maka berikut adalah langkah-langkah yang


dapat ditempuh untuk membuat sebuah profil:
a) Tampilkanlah peta kontur berdasarkan file "helens2.grd".
b) Kemudian, klik-kanan mouse dan pilih item "Digitize" untuk
mendijitasi jalur profil yang diinginkan. Buatlah, sebagai contoh,
segaris jalur profil, kemudian simpanlah sebagai file blanking "jalur
prf.bln".

Garnbar 11.13. contoh tampilan peta kontur & jalur profilnya

5
Siapapun pelakunya.

Bab 11 Analisis Terhadap File Grid


c) Gunakan menu "Grid I Slice" hingga muncul kotak dialog "Open Grid".
d) Pada kotak dialog yang barn muncul ini, tentukan file "helens2.grd"
dan "jalur_prfbln" sebagai masukan hingga kemudian muncul kotak
dialog "Grid Slice".
e) Pada kotak dialog yang barn muncul ini, tekan tombol CS "Change
filename" yang terdapat di sebelah kanan frame "Output BLN file"
untuk menentukan nama file output dalam format file BLN (misalkan
`profil.bln"). Tekan tombol C4k-' "Change filename" yang terdapat di
sebelah kanan frame "Output DAT file" untuk menentukan nama file
output dalam format file DAT (misalkan "profil.dat").

Cutout BLN Fie


\buku_dtm\sta_geo\pwril.biri

Output DAT File -

E:\buku_dtrAsta_geo \profil.dat
r Set values outside grid to:
Set values in blanked oriel.:

Gambar 11.14: contoh tampilan kotak dialog "Grid Slice"

f) Tekan tombol "OK" untuk segera keluar kotak dialog dan menghitung

data profilnya.
g) Jika ditampilkan, maka isi file "profil.bln" adalah koordinat-koordinat
(x, y, z) perpotongan profilnya (koordinat-koordinat yang terdapat di
dalam file teks ASCII ini dapat digunakan untuk menampilkan profil
yang bersangkutan dengan menggunakan perangkat lunak lain
[eksternal]).

Model Permukaan Dijital


File'Edit Format ViewHelp
189 1
559639 5116165.905 1510.867
559650 5116165.651 1514.695
559680 5116164.914 1530.287
559710 5116164.178 1543.313
559740 5116163.442 1555.284
559770 5116162.706 1568.353
559800 5116161.970 1579.520
559830 5116161.233 1592.201
559860 5116160.497 1605.932 2:1

Gambar 11.15: contoh tampilan isi file teks ASCII profil BLN

h) Jika ditampilkan, maka isi file "profil.dat" adalah koordinat-koordinat


(x, y, z) perpotongan profilnya beserta dua kolom tambahan (kolom
ke-4 sebagai akumulasi jarak horizontal antar titik profit
( -fdx 2 + dy 2 atau - x1_1 )2 (y, - dan kolom ke-5
sebagai nomor atau kode unsur jalur yang bersangkutan).

profit - Notepad
Edit Format View Help
559639 5116165.905 1510.867 0 1
559650 5116165.651 1514.695 10.351 1
559680 5116164.914 1530.287 40.360 1
559710 5116164.178 1543.313 70.369 1
559740 5116163.442 1555.284 100.378 1
559770 5116162.706 1568.353 130.387 1
559800 5116161.970 1579.520 160.396 1
559830 5116161.233 1592.201 190.405 1
559860 5116160.497 1605.932 220.414 1
559890 5116159.761 1618.880 250.423 1
*
Gambar 11.16: contoh tampilan isi file teks ASCII profif DAT

Bab 11 - Analisis Terhadap File Grid 83


i) Gunakan menu "Map I Post Map 'New post map" (atau langsung
menekan tombol Li "Post Map") untuk menampilkan isi file
"profil.dat" secara grafis. Seperti yang nampak pada gambar 11.17 di
bawah (khususnya yang paling atas), tampilan data profil itu belum
merepresentasikan gambaran profil permukaan yang sebenarnya.
Sebab, gambar tersebut secara default menyajikan data absis
("Column A") sebagai "X Coord" dan data ordinat ("Column B")
sebagai "Y Coord". Padahal, seharusnya, gambar profit disajikan oleh
jarak horizontal (atau nilai absolut dari resultan vektor X dan Y)
sebagai absis (sumbu X) dan ketinggian ("Column C") sebagai ordinat
(sumbu Y).
j) Oleh karena itu, double-click-lah objek grafis yang baru muncul ini
hingga muncul kotak dialog "Map: Post Properties". Aktifkan tab
"General". Pilih field "Column D" (akumulasi jarak antar titik potong
profil) di dalam combobox Coord", dan pilih field "Column C"
(ketinggian atau z) di dalam combobox "Y Coord" (hasilnya dapat
dilihat pada gambar 11.17 yang paling bawah).

tampilan apa adanya

j 1;,53 40x.65 4,00565_s30

_ tampilan kolom D & C


s.mo

Gambar 11.17: contoh tampilan profil apa adanya & tampilan profil yang benar

Catatan: dari langkah-langkah pembuatan profil di atas, nampaknya,


Surfer belum memudahkan para penggunanya untuk mendefinisikan
(baik secara interaktif dengan menggunakan user-interface [kotak
dialog] dan on-screen digitizing maupun non-interaktif dengan file
BIN yang telah dibuat sebelumnya) sebuah jalur profil memanjang

Model Permukaan Dijital


berikut lebar profil melintang di setiap interval tertentu dari awal
hingga ujung jalur profil memanjangnya; sehingga dalam sebuah
eksekusi (run) menu "Grid I Slice" secara otomatis akan dihasilkan
beberapa (data atau file) profil sekaligus (satu profil memanjang dan
beberapa profil melintang dengan lebar tertentu di setiap interval
tertentu dari awal hingga akhir jalur profil memanjangnya).

11.3 Residual
Residu atau residual adalah perbedaan antara nilai ketinggian (z)
yang terdapat di dalam file data (hasil pengukuran atau
pengamatan di lapangan) dengan nilai ketinggian (z) hasil
interpolasi (hasil gridding) pada lokasi (koordinat XY) yang sama.
Jika nilai ketinggian hasil ukuran lebih besar dari pada nilai
ketinggian hasil interpolasinya, maka maka nilai residu dinyatakan
dengan bilangan positif. Sebaliknya, jika nilai ketinggian hasil
ukuran lebih kecil dari pada nilai ketinggian hasil interpolasinya,
maka maka nilai residu yang bersangkutan dinyatakan dengan
bilangan negatif. Representasi nilai-nilai residu ini dapat
memberikan ukuran kuantitatif sejauh-mana hasil proses gridding
(file grid) bersesuaian dengan data aslinya (pengamatan di
lapangan); makin mendekati nilai nol (o), makin baik nilai
residunya, dan makin baik pula metode griddingnya 6.
Zresidu = 41=72gridding

Di mana: Zdata adalah nilai ketinggian yang tertera di dalain file data
(hasil pengukuran); Zgtidditig adalah nilai ketinggian hasil interpolasi
(proses gridding), dan Zresidu adalah nilai residu ketinggian.

Sebagai ilustrasi, berikut adalah langkah-langkah yang diperlukan


untuk menghitung residu:

6
Oleh karena itu, nilai-nilai residu (residuals) dapat dijadikan sebagai salah
satu pertimbangan yang penting di dalam menilai atau mengevaluasi
metode gridding.

Bab 11 An a lisis Terhadap File Grid


a) Gunakan menu "Grid 'Residuals" hingga muncul kotak dialog "Open
Grid".
b) Pada kotak dialog yang baru muncul ini, arahkan pointer file ke sub-
direktori di mana file grid yang akan dijadikan sebagai dasar hitungan
residu berada (sebagai misal adalah file "kriging.grd").
c) Pada kotak dialog "Open" yang kemudian terbuka, arahkan pointer
file ke sub-direktori dimana file datanya (file masukan proses
gridding sebelumnya hingga menghasilkan file "kriging.grd") berada
(misalkan file "data_ukur.dat").
d) Ketika kemudian muncul kotak dialog "Grid Residuals", pilih
"Column A: Absis" pada combobox "X", pilih "Column B: Ordinat"
pada combobox "Y", dan pilih "Column C: Tinggi" pada combobox
"Z". Pada combobox "Store residuals in column", pilih "D".

Grid Residuals

Data Columns

X: Column A: ABSIS

Column 0: ORDINAT

7 Column C: TH1GGI

Store residuals in column: TT- 7rd

Gambar 11 18: contoh tampilan kotak dialog "Grid Residuals"

e) Tekan tombol "OK" untuk segera memproses hitungan residual yang


bersangkutan dan menampilkan hasilnya dalam dokumen tipe
worksheet Surfer (lembar kerja berberntuk baris-kolom seperti
perangkat lunak Ms. Excel).

Model Permukaan Dijital


File Edit Format Data Window Help

Al ABSIS
A
BS;S ORDINAT TINGGI
t Residuals
2 558634,48 9247819,4 74
-0,2133887'

568262,46 9254636,7 121 0 ,3346%0


4 581178,8 9252706,8 187 4,3831557
581757 29 9271826,6 98 89
-4.5877875,
67
6 592728,64 127
9 57
9255692,8
0 12
7 603120,23
6
9254298,3
630359 56 9242775,1
645179,52 9234540,5
650179,66 9253377,9 -3,67.25706i

-3,3348207
-3,3169894
-0,3038298

Gambar 11.19; contoh tampilan Tabel Residuals


Hitungan Surfer

Sebagai perbandingan, berikut adalah


tabel residual lain yang dihasilkan dari
kasus masukan file gridding lain (dengan
metode rovers distance) dan data yang
sama.
5
Bab 11 Analisis Terhadap File Grid 2
pffillrnirrirrIEWC:

C:1 VTINIGGI
4 13 C D
1 ABSIS ORDINAT INGGI Residuals
2 558634,48 9247819.4 74 -0,1787010
3 568262,46 9254636,7 121 -0,2181866
41 581178,8 9252706.8 187 0,6489140
5 581757.2 9271826.6 89 -1,8942788
6 9 9255692,8 127 -1,2545849
7 608120,23 9264298,3 98 -1,3995285
8 630359 56 9242775,1 67 -2,0580016
9 645179,52 9234540,5 57 -0,5063115
1 0 660179,66 9253377,9 126 -0,9991739

Gambar 11.20: contoh tampilan Tabel Residuals lainnya

Model Permukaan Dijital


B A B

12
MENCETAK KOMPOSISI

DOKUMEN PLOT SURFER

Mencetak objek-objek (grafis) Surfer beserta layer-layer-nya yang


sudah tergabung ke dalam sebuah komposisi merupakan bagian
akhir dari serangkaian aktivitas survey dan pemetaan. Aktivitas
tahap akhir ini merupakan bagian yang sangat menentukan karena
akan mencerminkan sejauh mana survey yang bersangkutan telah
dilakukan; dan juga merupakan sebuah dokumen resmi (bagian dari
report) yang akan diserahkan. Walaupun demikian, tntu saja,
masukkan objek-objek Surfer tersebut (di dalam komposisi) tidak
sepenuhnya merupakan hasil proses hitungan (komputasi data
survey) semata.

Di dalam sebuah komposisi yang lengkap dan informatif,


kemungkinan (besar), juga terdapat layer-layer lain yang
merupakan batas unsur administrasi, unsur sungai, unsur danau, dan
atau unsur jalanl yang telah ada sebelumnya dan disimpan di

Atau bahkan data lapangan hasil ukuran (*.DAT) dan DTM/DEM.

Bab 12 Mencetak Komposisi Dokumen Plot Surfer 2B9


dalam format selain Surfer (existing layers [untuk memenuhi
kebutuhan kartografis]). Untuk melibatkan layer-layer seperti ini di
dalam sebuah komposisi, tentu saja pengguna perlu mengimportnya
dari format semula. Selain itu, sebuah komposisi yang baik juga
memerlukan kehadiran komponen-komponen teks, anotasi, simbol,
skala, legenda, dan lain sejenisnya. Objek-objek kosmetik seperti
inipun tidal( merupakan hasil komputasi Surfer (lain halnya dengan
file grid); melainkan objek-objek tambahan.

Setelah komposisi petanya dianggap lengkap, maka setiap


pengguna dapat mengeksportnya ke dalam format citra dijital (file
image) untuk kemudian diprosesnya lebih lanjut dengan
menggunakan perangkat lunak khusus pengolah citra dijital dan
kemudian dicetak, atau pengguna juga bisa mengeksport layer-
layer-nya ke dalam format vektor untuk kemudian menjadi
masukan perangkat lunak sistem informasi geografis atau
computer aided design, atau pengguna bisa mencetalmya secara
langsung ke media hardcopy dengan menggunakan Surfer.

1 2. 1 Import
Seperti telah disinggung pada beberapa bab atau sub-bab
sebelumnya bahwa dalam rangka mengoptimalkan

fungsionalitasnya, Surfer juga dilengkapi dengan kemampuan


. import. Dengan kemampuannya yang satu ini, Surfer dapat
membaca, menyimpan kembali, dan kemudian mendayagunakan
resources spasial yang telah dituliskan dalam format-format
perangkat lunak lainnya. Adapun resources utama yang dapat
dimanfaatkan oleh Surfer adalah (I) data hasil pengamatan [yang
berisi items x, y, dan z koordinat acak] yang ekivalen dengan file
*.DAT Surfer, (2) DTM/DEM yang ekivalen dengan file *.GRD
basil proses Gridding Surfer, dan (3) layer (terutama sekali yang
berformat vektor) yang setara dengan basemap untuk Surfer.

Model Permukaan Dijital


12.1 Meng-Import File Data
Untuk mendapatkan file data pengamatan yang sudah terlanjur
diketikkan dalam format lain, pengguna Surfer perlu menempuh
prosedur import. Prosedur yang dimaksud dapat dilakukan dengan
menggunakan langkah-langkah seperti berikut:
a) Gunakan menu "File I Open" atau menu "Grid I Data" hingga muncul
kotak dialog "Open".
b) Pada kotak dialog yang bare muncul ini, tentukan "Files of types"-nya
sesuai dengan format data yang akan di-import. Pengguna Surfer
dapat memilih beberapa format data yang tersedia:
x Excel Spreadsheet (*.xls): adalah file data Surfer yang dituliskan
dengan menggunakan format perangkat lunak aplikasi Ms. Excel.
x Microsoft SYLK (*.slk): adalah file data Surfer yang dituliskan
dengan menggunakan format aplikasi Ms. SYLK (symbolic link).
x Lotus 123 (*.wk*): adalah file data Surfer yang dituliskan dengan
menggunakan format perangkat lunak aplikasi Lotus 123.
x Symphony (*.wr*): adalah file data Surfer yang dituliskan dengan
menggunakan format perangkat lunak aplikasi Symphony.
x Comma separated variables (*.csv) atau comma delimited:
adalah file data (format file teks ASCII) Surfer yang dituliskan
dengan menggunakan karakter (tanda) koma sebagai tanpa
pemisah (separator) diantara nilai-nilainya pada setiap baris
datanya.
x ASCII Data (*.txt): adalah file data Surfer yang pada urnurnnya
dituliskan dengan menggunakan perangkat lunak apalikasi text
editor, word-processor, atau spreadsheet, dan kemudian disimpan
di dalam format file teks dengan nama ekstei\si filenya

x Golden Software Data (*.dat): adalah file data Surfer yang


dituliskan dalam format file teks ASCII dan dengan ekstensi
default *.dat.
c) Arahkan pointer file ke direktori & sub-direktori dimana file data
yang bersangkutan berada. Kemudian klik nama file datanya, atau
cukup dengan mengetikkan namanya di dalam textbox "File Name".

Bab 12 Mencetak Komposisi Dokumen Plot Surfer 11'3907,::4


Look in:

breaklines

File
name:
data_ukur

Files of type: Cancel

Gambar 12.1: contoh tampilan kotak dialog "Open"

d) Tekan tombol "Open '.


e) Sesaat kemudian akan muncul file data dalam bentuk lembar kerja
Surfer yang siap dimanipulasi.

12.2 Meng-Import File DTM/DEM


Untuk mendapatkan file yang setara dengan file grid [*.GRD] basil
proses gridding, pengguna Surfer juga perlu menempuh prosedur
import. Prosedur yang dimaksud dapat dilakukan dengan
menggunakan langkah-langkah seperti berikut:
a) Gunakan menu "Map Contour Map rNew Contour Map" atau menu-
menu lainnya (misalkan menu "Map] Surface", "Map I
Wireframe", "Grid I Extract", "Grid Blank", dan lain sejenisnya)
yang dapat memunculkan kotak dialog "Open Grid".
b) Pada kotak dialog yang barn muncul ini, tentukan "Files of types"-nya
sesuai dengan format DTM/DEM yang akan di-import. Pengguna
Surfer dapat memilih beberapa format data yang tersedia:
x USGS DEM (*.dem).
x Gtopo3o (*.hdr).
x SDTS (*.ddf).
x D FED (*.dto, *.dtl, *.dt2).
Model Permukaan Dijital
c) Arahkan pointer file ke direktori & sub-direktori dimana file
DTM/DEM yang bersangkutan berada. Kemudian klik nama filenya,
atau cukup dengan mengetikkan namanya di dalam textbox "File
Name".

File name: 1dernos Open

Files of type: ILISGS DIEM Ldem)

Gambar 12.2: contoh tampilan kotak dialog "Open Grid"

d) Tekan tonabol "Open".

12.3 Meng-Import File Basemap


Untuk mendapatkan file yang setara dengan file basemap,
pengguna Surfer juga perlu menempuh prosedur import. kirosedur
yang dimaksud dapat dilakukan dengan menggunakan langkah-
langkah seperti berikut:
a) Gunakan menu "File I Import", "Map I Base Map", atau langsung tekan
icon Q".? "Base Map" hingga muncul kotak dialog "Import File".
b) Pada kotak dialog yang bare muncul ini, tentukan "Files of types"-nya
sesuai dengan format basemap yang akan di-import. Pengguna Surfer
dapat memilih beberapa format basemap yang tersedia:
x Golden software boundary (*.gsb).
x Golden software plotcall (*.pit).

Bab 12 Mencetak Komposisi Dokumen Plot Surfer I 293


x Golden software blanking (*.bin).
x Atlas boundary (*.bna).
x USGS digital line graph (*.dig).
x Autocad DXF (*.dxf).
x ESRI shapefile (*.shp).
x ESRI arcinfo export format (*.eoo).
x Mapinfo interchange format (*.mif).
x Windows metafile (*.wmf).
x Windows bitmap (*.bmp).
x JPEG (*.jpg).
x Portable network graphics bitmap (*.png).
x Tagged image (*.tif).
x Targa (*.tga).
x PCX (*.pcx).
x CompuServe bitmap (*.gif).
c) Arahkan pointer file ke direktori & sub-direktori dimana file basemap
yang bersangkutan berada. Kemudian klik nama filenya, atau cukup
dengan mengetikkan namanya di dalam textbox "File Name".

batas blankxy break01 i _j fault_ka


A blni 00 blok breakline 21i fault_ki
7[2_1 blokxy break 1 breaklines_pin:TA faults
2.._-) cobs 111 par- tai
Lail cobi di STALLITM SHP
fault [741 un.surbith

File name: f panta Open

Files of type: All Recognized Types

Gambar: 12.3: contoh tampilan kotak dialog "Import File"

d) Tekan tombol "Open".

4I Model Permukaan Dijital


Catatan: untuk menampilkan beberapa objek gambar (sebagai contoh
adalah base maps, kontur, dan lain sebagainya) secara bersamaan
(overlay) di dalam sebuah dokumen plot, pengguna perlu menyamakan
skala (tab "Scale"), domain koordinat horizontal (tab "Limits"), dan
orientasinya (tab "View") agar tampilannya proporsional.

12.2 Menambahkan Objek Tambahan


Dalam usaha untuk membentuk komposisi (tampilan) yang
informatif dan lengkap, pengguna Surfer juga dimungkinkan untuk
menambahkan beberapa objek tambahan. Objek-objek non-spasial
Surfer yang dimaksud adalah text, polygon, polyline, symbol,
rectangle, rounded rect, dan ellips. Sebagai ilustrasi, berikut
adalah contoh langkah-langkah yang dapat dilakukan untuk
menambahkan beberapa objek di atas:
a) Munculkan beberapa layer atau objek informasi spasial (sebagai
contoh adalah contour dan basemap) di dalam dokumen plot Surfer.
I I
934tUL,0-
--

OD-
), L5
//i
-----________.----
'(
MO A-
-
i
--
93[0000-
.,----

'

jjj
82800CI
MO
11---)
r --------N
-._
/.'
',,.
DJ- --------
--
50[: ,
Oil 6t,OLIDL, t,SUIDL,L,

0261:10
Gambar 12.4: contoh tampilan objek-objek contour dan basemap

Bab 12 Mencetak Komposisi Dokumen Plot Surfer I 296


b) Gunakan menu "Draw I Text" untuk menambahkan beberapa objek-
objek text Surfer ke dalam dokumen plot. Klik tombol kiri mouse di
posisi dimana objek text akan diletakkan. Kemudian, pada kotak
dialog 'Text" yang muncul, khusus di dalam textbox "Press ctrl-enter
to start a new line", ketikkan teks yang dimaksud. Untuk
menuliskannya dalam baris yang Baru, tekan tombol CTRL-ENTER
secara bersamaan. Tekan tombol "OK" atau "Enter" untuk segera
menampilkan objeknya. Jika teks yang muncul kurang memuaskan,
pengguna dapat men-double-click objek yang bersangkutan hingga
muncul kotak dialog "Text Properties". Pada saat itulah pengguna
dapat meng-updateproperties-nya hingga sesuai dengan keinginan.
c) Gunakan menu "Drawl Symbol" untuk menambahkan objek-objek
simbol yang berbentuk titik di atas peta. Klik tombol kiri mouse di
posisi dimana objek symbol akan diletakkan. Kemudian, double-click-
lah simbol yang bersangkutan hingga muncul kotak dialog "Symbol
Properties". Pada saat muncul kotak dialog ini, aturlah properties
bentuk, warna, dan ukurannya hingga tampilannya sesuai dengan
kebutuhan.
d) Gunakan menu "Draw I Rectangle" untuk menambahkan objek-objek
yang berbentuk segi-empat.
e) Gunakan menu "DrawlRounded Rect" untuk menyisipkan objek-objek
yang berbentuk persegi-empat yang bersudut turnpul.
f) Gunakan menu "Drawl Polyline" untuk menambahkan objek-objek
yang berbentuk kurva polyline.
g) Gunakan menu "Draw 1Polygon" untuk menambahkan objek-objek
yang berbentuk kurva polygon.
h) Gunakan menu "Drawl Ellipse" untuk menambahkan objek-objek
yang berbentuk ellips.

Model Permukaan Dijital


XTenaraI.11
13U 7( Legenda
9349000 - __...--------: Lao
Garis
'ThiS) Hontur
, Pantai ___>--...-- & Partial
43200 Bastr 7( Bandana
06- ,1 Bony
, Tertinbu
'V- X arang

9 300000 - M PM
...,. 1
. ..--
-
eau-o LI - ( ----\--

924.0000 -(
Pantai
p_)
,_
.../7 Timur
r_______________
060 6600x0 020600
000 580000 640000 600003 0,,:L0i00

Gambar 12.5: contob tampilan objek-objek contour, basemap, dan objek tambahan

12.3 Export Dalam Bentuk Softcopy


Jika pengguna sudah merasa puas dengan tampilan (layer-layer
hasil proses Surfer beserta kosmetiknya) yang terdapat di dalam
dokumen plat-nya, maka is dapat mengeksportnya, baik dalam
bentuk citra (image) maupun vektor, ke format dijital untuk dapat
diolah lebih lanjut (atau bahkan dicetak) dengan menggunakan
perangkat lunak lainnya2.

2 Jika format eksportnya merupakan file image, maka semua hash proses
Surfer beserta kosmetik peta yang muncul di dalam dokumen plot juga akan
muncul di dalam image yang bersangkutan (apa adanya). Tetapi jika format
eksportnya vektor, maka yang akan terbawa ke dalam file vektor hasil .
eksport adalah unsur-unsur titik (point), garis (polyline), dan area (polygon);
agar mudah untuk proses selanjutnya, lebih baik pengeksporan dilakukan
per-objek saja.

Bab 12 Mencetak Komposisi Dokumen Plot Surfer 297


Untuk rnengeksportnya dalam bentuk citra, pengguna perlu
menempuh langkah-langkah seperti berikut:
a) Munculkan objek-objek terkait di dalam dokumen plot seperti halnya
gambar 12.5 di atas.
b) Gunakan menu "File Export" hingga muncul kotak dialog "Export".
c) Pada kotak dialog yang bare muncul ini, tentukan "Save as type"-nya
sebagai salah satu format citra; misalkan "JPEG compressed Bitmap
(*.jpg)". Tentukan nama file hasil eksportnya di dalam textbox "File
Name"; misalkan "Export".

Export Tlf3
Save in, (L) buku_dln n
gambar
overlay
.sta_geo
stat_utm
surfit

File name: iexport


_aye
Save as type: JPEG Compressed Bitmap ipg) r Cancel

Selected obiect only Cancel

G am ba r 1 2. 6: c on to h tam pil an k ot ak di al og " Ex po r t"

d) Tekan tombol "Save" hingga muncul kotak dialog "JPEG


compressed...". Pada kotak dialog yang bare muncul ini, tentukan
dimensi citra yang akan di-eksport beserta nilai-nilai DPI-nya. Nampak
pada kota dialog ini bahwa ukuran nominal citra hasil eksport adalah
panjang 8.38 inch (panjang nominal) dan lebar 5.25 inch (lebar
nominal). Setiap pengguna dapat merubah ukuran citra ini so-2ra
proporsional dengan cara merubah nilai-nilai yang terdapat di dalam
frame "Bitmat size in pixels" (nilai width atau height) atau "Dot per
inch" (nilai horizontal atau vertical). Rumusnya adalah panjang
nominal adalah width per horizontal, atau lebar nominal adalah height-
per-vertical. Selain itu, pengguna juga dapat mempertahankan

Model Permukaan Dijital


aspek rasio dan kompresi otomatis beserta pilihan ke dalaman
warnanya di dalam kotak dialog ini.

JPEG Compressed Bitmap Export export.jpg


Bitmap sire in pixels
CnIor depth:
Width: 15026
True Color
Cancel
Height: 31 42
Default

- Dots per inch ---


R.' Maintain aspect ratio
Horizontal: GOO Si Automatic compression
Vertical: 600

Nominal image size is 8.38 by 5.25 inches

Gambar 12.7: contoh tampilan kotak dialog "JPEG compressed..:

e) Tekan tombol "OK".

Sementara itu, untuk mengeksportnya dalam bentuk 41e vektor,


pengguna perlu menempuh langkah-langkah seperti berikut:
a) Gunakan menu "File I Export" hingga muncul kotak dialog "Export"

(tampilannya persis seperti gambar 12.6 di atas).


b) Pada saat kuncul kotak dialog ini, di dalam combobox "Save as type"-
nya, pilihlah salah satu format file vektor tujuan; sebagai contoh
adalah "ESRI shapefile (*.shp)". Pada textbox "File Name", ketikkan
nama file basil eksportnya (misalkan "coba").
c) Tekan tombol "Save" hingga muncul kotak dialog "ESRI shapefile
export".

Bab 12 -- Mencetak Komposisi Dokumen Plot Surfer


ESRI Shapefile Export - coba.shp
.
Areas:
( Write Areas as Lines to: coba.shp

1cobaPoly
Cancel
Points:
r Write Points as Lines lo: coba.shp Defaults

( ' Write Points to Separate File:


4
IcobaPnts
.shp

r Render Marker Symbols


r Render Text
Page Scaling:
Page coordinates will be transformed into the
corresponding export coordinates.

Page Rectangle Export R eclangle


X X
Lower left: r.,4 7505612973943 i3.9173689866310 14.7505612973943 13.9173608986630

Upper right: 126.027894096204 117.243002127284 126.027894096204 117.243002127284

Scaling Source: - Application Saved

r Save Scaling Info


Gambar 12.8: contoh tampilan kotak dialog "ESRI shapefile export"

.
d) Tekan tombol "OK" pada kotak dialog yang baru muncul ini. Hasil
eksportnya, pada kasus ini, adalah "coba.shp" untuk

menampung unsur-unsur polyline, "cobapnts.shp" untuk menampung


unsur-unsur point, dan "cobapoly.shp" untuk menampung unsur-unsur
polygon.

Keterangan: pengguna dapat mengeksport objek tertentu (tidak semua


yang muncul di dalam dokumen plot) dengan terlebih dahulu
mengklik objek yang bersangkutan (perhatikan status on/off-nya
checkbox "Selected objects only' yang terdapat di dalam kotak dialog
"Export"-nya) dan kemudian menggunakan menu "File I Export"
seperti di atas.
Model Permukaan Dijital
12.4 Mencetak St Komposisi Peta
Mencetak komposisi layer-layer peta, pada umumnya, merupakan
langkah 'yang terakhif di dalam serangkaian kerja pemrosesan
data pemetaan di lapangan dan di kantor. Tahap ini merupakan
pekerjaan yang mudah tetapi terkadang bersifat krusial karena
hasilnya benar-benar akan mencerminkan apakah segala yang
telah dilakukan di lapangan telah memenuhi apa yang diminta
(rnquirements)3 Dengan demikian, hasil pekerjaan tahap akhir ini
merupakan bagian penting (report) dari proyek yang
bersangkutan.

12.4.1 Setting Halaman


Menentukan atau proses setting halaman layout, biasanya (tetapi
tidak mutlak), dilakukan sebelum tahap-tahap yang lain. Di dalam
Surfer, proses ini bahkan dapat dilakukan sebelum melakukan
proses pencetakan atau sebelum melakukan aktivitas display di atas
dokumen plot. Pekerjaan ini dilakukan dengan asumsi bahwa
pengguna telah memiliki sebuah gambaran umum bahwa tampilan
akhirnya (baik di monitor maupun di media hardcopy-nya) akan
sebesar apa dan bila dicetak akan memiliki ukuran kertas berapa
(A4, A3, A2, dan seterusnya).

3 Dari tahap akhir ini akan terlihat apakah pengamatan atau pengumpulan data
telah dilakukan di seluruh wilayah yang diminta atau tidak. Jika belum
lengkap (misalkan terdapat jalur-jalur yang belum dilalui dan hal ini diketahui
dari plotting di kantor bahwa jalur-jalur penting yang bersangkutan tidak
memiliki data sama sekali), maka tim survey yang bersangkutan harus
kembali ke lapangan untuk rnenuntaskan pekerjaannya. Inilah resiko utama
tim Survey yang ceroboh karena tidak selalu mem-plot (atau membuat
sketsanya) progress pekerjaan pengambilan datanya ketika masih di
lapangan. Oleh karena itu, mereka akan tergopoh-gopoh kembali ke
lapangan dengan resiko persediaan waktu yang makin sempit, biaya yang
membengkak, dan sumber-daya manusia yang sangat terbatas.

Bab 12 Mencetak Komposisi Dokumen Plot Surfer


Sebagai ilustrasi, berikut adalah langkah-langkah yang dilakukan
dalam menentukan atau setting ukuran halaman layout:
a) Gunakan menu "File 'Page Setup" hingga muncul kotak dialog "Page

Setup".
b) Pada kotak dialog yang bare muncul ini, pengguna dapat
menentukan: (1) ukuran kertas (letter, As, A4, A3, dan sejenisnya) di
dalam frame "Paper Size"; (2) orientasi pencetakan atau tampilan
(landscape atau portrait) di dalam frame "Orientation"; dan (3)
margin-margin kertasnya di dalam frame "Margins".
Page Setup

Margins
A5
Left: 10.64 cm
Width: 21.00 QM Right: 10.64 cm
Height: F17.80& :
Top: 0.64 cm

Orientation--
! Bottom: 10.64 cm
Portrait
OK
'!; Landscape

Gambar 12.9: contoh tampilan kotak dialog "Page Setup"

c) Tekan tombol "OK" untuk menghilangkan kotak dialog dan segera


mendapatkan halaman layout Surfer (dokumen plot) yang diminta.

Model Permukaan Dijital


Gambar 12.10: contoh tampilan ukuran halaman layout Surfer yang tepat [pas] & yang
tidak [kurang]

Jika ukuran halaman layout-nya terlalu kecil (seperti contoh pada


gambar 12.10 di atas; paling kanan), maka pengguna dapat
mengulang kembali langkah-langkah a), b), dan c) di atas dengan
konsentrasi pada pilihan paper size.

12.4.2 Mencetak Dokumen Plot


Setelah komposisi layer-layer petanya (beserta objek-objek
lainnya) ditampilkan di dalam dokumen plot pada halaman yang
tepat (seperti halnya nampak pada gambar 12.10 paling kiri), maka
proses pencetakannya ke media hardcopy dapat dilakukan dengan
langkah-langkah mudah seperti berikut:
a) Gunakan menu "File I Print" hingga muncul kotak dialog "Print".
b) Pada kotak dialog yang baru muncul inl, pilihlah printer yang
telah terpasang di dalam combobox "Name".
c) Aturlah persentase ukuran cetakan di dalam listbox "Scale".

Bab 12 Mencetak Komposisi Dokumen Plot Surfer


Print Properties
Printer
Name: I EPSON Stylus C90 Series
Status: Ready
Type: EPSON Stylus Cal Series OK
Where: USB001
Comment: Scale:
Cancer
Print Method _______ r Print range Copies
Truncate O.' All Number of copies:
r Fit to Page
r Ti l e
Overlap_________________
Gambar 12.11: contoh tampilan kotak dialog "Print"

d ) Te k a n t o m b o l " O K " .

3n4 Model Permukaan Dijital

Anda mungkin juga menyukai