Anda di halaman 1dari 19

BAB I

PENDAHULUAN

Peradangan pada telinga tengah (otitis media) merupakan keadaan yang sering terjadi.
Otitis media merupakan peradangan sebagian atau seluruh mukosa telinga tengah, tuba eustachius,
antrum mastoid dan sel-sel mastoid. Otitis media terbagi menjadi otitis media supuratif dan otitis
media non supuratif. Masing-masing golongan memiliki bentuk akut dan kronis. Pada otitis media
supuratif dibagi menjadi otitis media akut (OMA) dan otitis media supuratif kronis (OMSK).
Begitu pula otitis media serosa (non supuratif) dibagi menjadi otitis media serosa akut dan otitis
media serosa kronis. (1)
Otitis media akut dengan perforasi membran timpani dapat berlanjut menjadi otitis media
supuratif kronis jika prosesnya sudah lebih dari 2 bulan. Hal itu dapat disebabkan oleh terapi yang
tidak adekuat, virulensi kuman tinggi, daya tahan tubuh pasien rendah atau hygiene buruk. OMSK
dibagi menjadi OMSK tipe aman (benigna) dan OMSK tipe bahaya (maligna). Umumnya OMSK
tipe benigna tidak menimbulkan komplikasi yang berbahaya sedangkan kasus OMSK maligna
sebagian besar berlanjut pada komplikasi yang berbahaya. Di negara berkembang, otitis media
diduga menjadi penyebab kematian 50.000 balita per tahun karena komplikasi OMSK, namun hal
ini jarang terjadi di negara maju. (1,2)
Suatu penelitian oleh Muhamad Faris Pasyah dan Wijana pada 94 penderita OMSK
didapatkan komplikasi terbanyak pada OMSK adalah mastoiditis (32%), selanjutnya yaitu
kolesteatoma (17%), abses retroaurikuler (15%), sensorineural hearing loss (4%), paralisis
nervus facialis (3%), labirinitis (2%), abses otak (1%), abses bezold (1%). Pada dasarnya
keberhasilan pengobatan penyakit infeksi bakteri dengan antibiotik merupakan hasil akhir dari 3
komponen, yaitu penderita, bakteri dan antibiotika. Hal ini disebabkan karena penyakit infeksi
bakteri adalah manifestasi klinik dari interaksi antara penderita dan bakteri. (2,3)
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Anatomi Telinga (1,4)


2.1.1 Anatomi Telinga Luar
Telinga luar terdiri dari daun telinga dan liang telinga (meatus akustikus eksterna) sampai
membrane timpani. Daun telinga terdiri dari tulang rawan elastin dan kulit. Daun telinga berfungsi
untuk mengumpulkan dan menghubungkan suara menuju meatus akustikus eksterna.
Liang telinga berbentuk huruf S, terdiri dari tulang rawan pada 1/3 bagian luar dan tulang
pada 2/3 bagian dalam. Panjang liang telinga kira-kira 2,5 3 cm. pada 1/3 bagian luar kulit liang
telinga terdapat banyak kelenjar serumen (kelenjar keringat) dan rambut sedangkan 2/3 bagian
dalam hanya terdapat sedikit kelenjar serumen. Liang telinga juga berfungsi untuk meningkatkan
sensitifitas telinga dalam 3000 Hz 4000 Hz.

Gambar 1. Anatomi Telinga Luar

Membrane timpani terletak antara telinga luar dan telinga tengah. Membrane timpani
berbentuk bundar dan cekung bila dilihat dari arah liang telinga dan terlihat oblique terhadap

2
sumbu liang telinga. Bagian atas disebut pars flaksida (membrane sharpnell) yang terdiri dari dua
lapisan yaitu bagian luar ialah lanjutan epitel kulit liang telinga dan bagian dalam dilapisi oleh sel
kubus bersilia, seperti epitel mukosa saluran napas. Pada pars flaksida terdapat daerah yang disebut
atik. Ditempat ini terdapat aditus ad antrum, yaitu lubang yang menghubungkan telinga tengah
dengan antrum mastoid. Bagian bawah disebut pars tensa (membrane propria). Pars tensa
mempunyai satu lapis lagi ditengah yaitu lapisan yang terdiri dari serat kolagen dan sedikit serat
elastin yang berjalan secara radier dibagian luar dan sirkuler pada bagian dalam. Pada membrane
timpani terdapat bayangan penonjolan bagian bawah maleus yang disebut umbo. Dari umbo
bermula suatu reflex cahaya (cone of light) yang merupakan pantulan cahaya dari luar. Pantulan
ini kearah bawah yaitu pada pukul 7 untuk membrane timpani kiri dan pukul 5 utnuk membrane
timpani kanan. Pada membrane timpani terdapat 2 macam serabut yaitu serabut sirkuler dan radier
yang menyebabkan munculnya reflex cahaya berbentuk kerucut. Membrane timpani dibagi dalam
4 kuadran yaitu kuadran anterior-superior, kuadran anterior-inferior, kuadran posterior superior
dan kuadran posterior-inferior. Pembagian kuadran ini berguna untuk menyatakan letak perforasi
membrane timpani.

Gambar 2. Anatomi Membran Timpani

2.1.2 Anatomi Telinga Tengah


Telinga berbentuk kubus dengan :
Batas luar : membrane timpani
Batas depan : tuba eustachius
Batas bawah : vena jugularis (bulbus jugularis)
3
Batas belakang : aditus ad antrum, kanalis fasialis pars vertikalis
Batas atas : tegmen timpani (meningen / otak)
Batas dalam : berturut-turut dari atas ke bawah kanalis semisirkularis horizontal, kanalis
fasialis, tingkap lonjong (oval window), tingkap bundar (round window) dan
promontorium.

Didalam telinga tengah terdapat tulang-tulang pendengaran yang tersusun dari luar
kedalam yaitu maleus, inkus dan stapes. Tulang pendengaran didalam telinga tengah saling
berhubungan. Prosesus longus maleus melekat pada membrane timpani, maleus melekat pada
inkus dan inkus melekat pada stapes. Stapes terletak pada tingkap lonjong yang berhubungan
dengan koklea. Hubungan antara tulang-tulang pendengaran merupakan persendian.
Didalam telinga tengah terdapat saluran yang menghubungkan antara telinga tengah
dengan nasofaring yang disebut tuba eustachius. Tuba eustachius terdiri atas tulang rawan pada
2/3 arah nasofaring dan 1/3 bagian terdiri atas tulang. Pada anak tuba berukuran lebih pendek, lebh
lebar dan kedudukannya lebih horizontal dibandingkan tuba pada dewasa. Panjang tuba dewasa
adalah 37,5 mm dan pada anak dibawah 9 bulan adalah 17,5 mm. Fungsi tuba ini adalah untuk
ventilasi, drenase sekret dan menghalangi masuknya sekret dari nasofaring ke telinga tengah.
Secara fisiologik terdapat mekanisme pencegahan masuknya mikroba kedalam telinga tengah oleh
silia mukosa tuba eustachius, enzim dan antibodi. Tuba biasanya dalam keadaan tertutup dan baru
terbuka apabila oksigen diperlukan masuk ke telinga tengah atau pada saat mengunyah, menelan
dan menguap. Pembukaan tuba dibantu oleh otot tensor veli palatine apabila perbedaan tekanan
berbeda antara 20-40 mmHg.

4
Gambar 3. Anatomi Telinga Tengah

2.1.3 Anatomi Telinga Dalam


Telinga dalam terdiri dari koklea (rumah siput) yang berupa dua setengah lingkaran dan
vestibuler yang terdiri dari 3 buah kanalis semisirkularis. Ujung atau puncak koklea disebut
helikotrema, menghubungkan perilimfa skala timpani dengan skala vestibule. Berdasarkan
panjangnya, komponen fungsional koklea dibagi menjadi tiga kompartemen longitudinal yang
berisi cairan. Duktus koklear yang ujungnya tidak terlihat di kenal sebagai skala media, yang
merupakan kompartemen tengah. Bagian yang lebih diatasnya adalah skala vestibuli yang
mengikuti kontur dalam spiral dan skala timpani yang merupakan kompartemen paling bawah
yang mengikuti kontur luar dari spiral. Skala vestibuli terkunci dari telinga tengah oleh oval
window, tempat stapes menempel. Sementara itu, skala timpani dikunci dari telinga tengah dengan
bukaan kecil berselaput yang disebut round window. Didalam skala vestibule dan skala timpani
terdapat cairan yang disebut perilimfa sedangkan pada skala media terdapat cairan yang disebut
endolimfa. Dasar skala vestibule disebut membrane vestibule (reissners membrane) sedangkan
dasar skala media adalah membrane basalis, dimana pada membrane ini terdapat organ corti.
Organ corti, yang terletak di atas membran basilaris di seluruh panjangnya, mengandung sel
rambut yang merupakan reseptor suara. Pada skala media terdapat bagian yang berbentuk lidah
yang disebut membrane tektoria.

5
Gambar 4. Anatomi Telinga Dalam

2.2 Fisiologi Pendengaran (5)

Sistem pendengaran adalah salah satu organ tubuh manusia yang paling sensitif karena
dapat mendeteksi getaran sekecil diameter atom hidrogen, dan merespons seribu kali lebih cepat
daripada fotoreseptor visual. Energi suara sebagian besar hilang saat suara dipindahkan dari telinga
tengah (rongga udara) ke telinga bagian dalam. Namun, ada dua fitur kompensasi telinga tengah
yang mengakibatkan hilangnya energi minimal saat memasuki koklea. Yang pertama adalah aksi
pemindahan impedansi yang sesuai karena perbedaan ukuran antara membran timpani dan oval
window dan yang kedua adalah tindakan pengungkitan multiplikatif ossicles (malleus, incus, dan
stapes). Kedua faktor ini memungkinkan suara ditransmisikan secara efektif dari udara ke koklea
yang diisi cairan dengan kehilangan energy yang minimal.
Pergerakan maksimum membran basilar bergantung pada frekuensi stimulus. Nada
frekuensi rendah menyebabkan perpindahan maksimal pada ujung apikal membran basilar
sementara nada frekuensi tinggi menghasilkan perpindahan maksimal ke ujung basal koklea.
Pergerakan membran basilar menyebabkan gerakan geser antara stereosilia dan membran tektorial.
Defleksi stereosilia yang dihasilkan mengubah probabilitas pembukaan saluran ion yang sensitif
secara mekanis. Perpindahan Stereosilia ke satu arah membuat saluran selektif kation di dekat
6
ujung stereosilia terbuka, dan memungkinkan ion mengalir ke sel rambut dan menghasilkan
depolarisasi. Ini akan membuka kanal Ca2 + dengan tekanan tegangan pada sel soma rambut, dan
menyebabkan pelepasan neurotransmiter. Defleksi ke arah lain menurunkan probabilitas
terbukanya saluran ion dan menyebabkan hiperpolarisasi.

2.3 Otitis Media Supuratif Kronis


2.3.1 Definisi
Otitis media supuratif kronis (OMSK) adalah infeksi kronis di telinga tengah dengan
perforasi membrane timpani dan sekret yang keluar dari telinga tengah terus menerus atau hilang
timbul. OMSK merupakan lanjutan dari otitis media akut dengan perforasi membrane timpani
yang prosesnya sudah lebih dari 2 bulan.(1)
OMSK adalah infeksi yang umumnya terkait dengan status sosial ekonomi yang buruk atau
kondisi yang berkaitan dengan kemiskinan seperti kekurangan gizi, lingkungan yang terlalu padat
dan tidak bersih, kesehatan yang buruk (daya tahan tubuh rendah), serta infeksi saluran pernapasan
bagian atas yang berulang. OMSK dapat menjadi penyebab umum gangguan pendengaran, cacat
tubuh, kinerja di sekolah pada anak menjadi tidak baik, dan kadang-kadang dapat menyebabkan
komplikasi yang fatal terutama di negara-negara yang miskin sumber daya.(6,7)

2.3.2 Klasifikasi.(1)
OMSK dibagi menjadi 2 jenis yaitu :
1. OMSK tipe aman (tipe mukosa / tipe benigna) : terjadi proses peradangan yang terbatas
pada mukosa dan biasanya tidak mengenai tulang. Perforasi pada OMSK tipe aman adalah
perforasi tipe sentral pada OMSK tipe aman jarang menimbulkan bahaya dan tidak terdapat
kolesteatoma.
2. OMSK tipe bahaya (tipe tulang / tipe maligna) : OMSK yang disertai dengan kolesteatoma.
Perforasi pada OMSK tipe bahaya letaknya di marginal atau atik, terkadang terdapat juga
kolesteatoma pada OMSK dengan perforasi subtotal. Pada OMSK tipe bahaya sering
terjadi komplikasi yang fatal. Pada kasus yang lebih lanjut dapat terlihat adanya abses atau
fistel retroaurikuler, polip atau jaringan granulasi di liang telinga luar yang berasal dari
dalam telinga tengah, terlihat kolesteatoma pada telinga tengah, sekret berbentuk nanah
dan berbau khas atau terlihat bayangan kolesteatoma pada foto rontgen mastoid.

7
Berdasarkan aktivitas sekret, OMSK dibagi menjadi :
1. OMSK aktif : OMSK dengan secret yang keluar secara aktif dari kavum timpani.
2. OMSK tenang : OMSK dengan kavum timpani yang terlihat basah atau kering.

2.3.3 Letak Perforasi


Perforasi membrane timpani dapat terletak di daerah sentral, marginal atau atik. Perforasi
sentral terletak pada pars tensa membran timpani, sedangkan di seluruh tepinya masih ada sisa
membran timpani. Pada perforasi marginal sebagian tepi perforasi langsung berhubungan dengan
annulus atau sulkus timpanikum dan pada perforasi atik, perforasi terletak di pars flaksida.(1)
Proses sebelum terjadinya perforasi membran timpani adalah edema yang hebat pada
mukosa telinga tengah dan hancurnya sel epitel superficial, serta terbentuknya eksudat yang
purulen di kavum timpani yang menyebabkan tekanan tinggi dalam ruang telinga tengah, sehingga
mendorong pars tensa membran timpani kearah meatus acusticus eksterna (MAE). Apabila
tekanan eksudat tidak berkurang, maka terjadi iskemia, akibat tekanan pada kapiler-kapiler, serta
timbul tromboflebitis pada vena-vena kecil dan nekrosis mukosa dan submukosa. Hal inilah yang
mengakibatkan rupturnya membran timpani sehingga eksudat keluar ke MAE.(8)

2.3.4 Patofisiologi
OMSK diprakarsai oleh episode infeksi akut. Patofisiologi OMSK dimulai dengan iritasi
yang selanjutnya diikuti oleh pembengkakan pada mukosa telinga tengah. Respon inflamasi
menyebabkan munculnya edema mukosa. Peradangan yang terus berlanjut akhirnya menyebabkan
ulserasi mukosa dan kerusakan lapisan epitel. Upaya host untuk mengatasi infeksi atau inflamasi
bermanifestasi sebagai jaringan granulasi, yang dapat berkembang menjadi polip di dalam ruang
telinga tengah. Pada OMSK, imunitas selular yang dimediasi sel T berperan dalam pembentukan
jaringan granulasi. Siklus pembengkakan, ulserasi, infeksi, dan pembentukan jaringan granulasi
dapat menyebabkan hancurnya margin tulang di sekitarnya dan akhirnya menyebabkan berbagai
kompli kasi OMSK.(9)

8
2.3.5 Diagnosis
Pada prinsipnya penegakan diagnosis OMSK berpedoman atas hasil dari pemeriksaan
klinis (anamnesis dan pemeriksaan fisik) serta dapat dibantu dengan pemeriksaan penunjang lain.
Dari anamnesis didapatkan riwayat otorea menetap atau berulang lebih dari 2 bulan. OMSK yang
terbatas di telinga tengah hanya menyebabkan tuli konduktif. Bila terdapat tuli campur dapat
menandakan komplikasi ke labirin. Otorea dan supurasi kronik telinga tengah dapat menunjukkan
pada pemeriksaan pertama sifat-sifat dari proses patologi yang mendasarinya. Umumnya otorea
pada otitis media kronik bersifat purulen (kental, putih), atau mukoid (seperti air dan encer)
tergantung stadium peradangannya. Sekret mungkin juga encer atau kental, bening atau berupa
nanah. Pemeriksaan penunjang dapat berupa foto rontgen mastoid serta kultur dan uji resistensi
kuman dari sekret telinga.(10)

2.3.6 Komplikasi
OMSK memiliki potensi untuk menjadi serius karena komplikasinya yang mengancam
kesehatan bahkan kematian. Bentuk komplikasi ini tergantung pada kelainan patologik yang
menyebabkan otore.(1)
OMSK dapat menyebar dari telinga tengah hingga melibatkan mastoid, saraf wajah,
labirin, sinus lateral, meninges dan otak yang dapat berlanjut menjadi abses mastoid, kelumpuhan
saraf wajah, tuli, trombosis sinus lateral, meningitis dan abses intrakranial.(6)
Komplikasi OMSK terjadi jika terdapat infeksi pada telinga tengah dan menjalar ke
struktur sekitarnya. Sawar pertama sebagai pertahanan adalah mukosa kavum timpani yang sama
seperti mukosa saluran napas yang mampu melokalisasi infeksi. Jika sawar pertama runtuh,
terdapat sawar kedua yaitu dinding kavum timpani dan sel mastoid. Bila sawar ini runtuh maka
struktur lunak disekitarnya akan terkena. Bila infeksi melampaui sawar tulang, suatu pertahanan
ketiga yaitu jaringan granulasi akan terbentuk.
Penyebaran komplikasi pada OMSK dapat melalui beberapa cara yaitu sebagai berikut : (1)
a. Penyebaran hematogen : biasanya terjadi pada otitis media supuratif akut atau eksaserbasi
akut. Penyebaran melalui osteotrombofeblitis dapat diketahui dengan adanya :
Komplikasi terjadi pada awal suatu infeksi atau eksaserbasi akut, dapat terjadi pada
hari pertama atau kedua sampai hari ke sepuluh.
Gejala prodromal tidak jelas seperti didapatkan pada gejala meningitis lokal.

9
Pada operasi, didapatkan dinding tulang telinga tengah utuh, dan tulang serta lapisan
mukoperiosteal meradang dan mudah berdarah, sehingga disebut juga mastoiditis
hemoragika.
b. Penyebaran melalui erosi tulang : biasanya terjadi pada kasus kronis. Penyebaran ini dapat
diketahui bila :
Komplikasi terjadi beberapa minggu atau lebih setelah awal penyakit.
Gejala prodromal infeksi lokal biasanya mendahului gejala infeksi yang lebih luas,
misalnya paresis n. fasialis ringan yang hilang timbul mendahului paresis n.fasialis
yang total, atau gejala meningitis local mendahului gejala meningitis purulen.
Pada operasi dapat ditemukan lapisan tulang yang rusak diantara fokus supurasi dengan
struktur sekitarnya. Struktur jaringan lunak yang terbuka biasanya dilapisi oleh
jaringan granulasi.
c. Penyebaran melalui jalan yang sudah ada : penyebaran cara ini dapat diketahui bila :
Komplikasi terjadi pada awal penyakit
Ada serangan labirinitis atau meningitis berulang, mungkin dapat ditemukan fraktur
tengkorak, riwayat operasi tulang atau riwayat otitis media yang sudah sembuh.
Komplikasi intrakranial mengikuti komplikasi labirinitis supuratif.
Pada operasi dapat ditemukan jalan penjalaran melalui sawar tulang yang bukan oleh
karena erosi.

Klasifikasi komplikasi otitis media supuratif kronis oleh beberapa penulis :


a. Adams dkk (1989)
Komplikasi di telinga tengah
1. Perforasi membrane timpani persisten :
Suatu lubang pada membrane timpani yang tidak dapat menutup secara spontan
dalam waktu 3 bulan setelah perforasi. Upaya penutupan perforasi membrane
timpani permanen secara konservatif masih diperlukan oleh karena terapi secara
operatif memerlukan peralatan yang tidak selalu tersedia serta memerlukan biaya
yang tidak sedikit.

10
Perforasi membran timpani permanen dapat menyebabkan infeksi yang ditandai
dengan sekresi mukoid atau mukopurulen, sehingga penderita OMSK sering
mengeluhkan keluar cairan kental dan kadang berbau. (11)
2. Erosi tulang pendengaran
3. Paralisis nervus fasialis :
Dalam tulang temporal, saraf fasialis dibagi dalam 3 segmen, yaitu segmen labirin,
segmen timpani, dan segmen mastoid. Segmen labirin merupakan bagian terpendek
(2-4 mm) terletak di antara akhir kanal akustikus internus dan ganglion
genikulatum. Segmen timpani (panjang kira-kira 12 mm) terletak di antara bagian
distal ganglion genikulatum dan berjalan ke arah posterior telinga tengah,
kemudian naik ke arah tingkap lonjong dan stapes, lalu turun dan kemudian terletak
sejajar kanalis semisirkularis horizontal. Segmen mastoid merupakan segmen
terpanjang (1,5- 2 cm) berjalan mulai dari dinding medial dan superior kavum
timpani, selanjutnya berjalan ke arah kaudal menuju foramen stilomastoid. Setelah
keluar dari dalam tulang mastoid, saraf fasialis menuju kelenjar parotis dan
membagi diri untuk mensarafi otot-otot wajah.
Nervus fasialis dapat terkena penyebaran infeksi langsung ke kanalis fasialis pada
otitis media akut. Paralisis saraf fasialis dpat menyebabkan adanya gangguan
pendengaran, kebocoran cairan serebrospinal, stenosis kanalis akustikus eksternus,
terbentuknya kolesteatom dan cedera vaskuler.(12)

Komplikasi di telinga dalam


1. Fistula labirin :
Fistula labirin termasuk komplikasi tersering yang disebabkan oleh kolesteatom
pada otitis media supuratif kronis tipe bahaya . Fistula labirin disebabkan karena
terjadinya erosi tulang oleh kolesteatom sehingga terdapat hubungan antara telinga
dalam dan struktur di sekitarnya. Fistula labirin paling banyak terjadi pada kanalis
semi sirkularis lateral, tetapi juga bisa ditemukan pada lokasi lain seperti pada oval
window, promontorium dan lokasi lainnya. Pemerikasaan CT scan temporal dapat
dilakukan untuk pemeriksaan penunjang yang dapat memperlihatkan adanya fistula

11
pada labirin serta memperlihatkan gambaran kolesteatom yang menyebabkan erosi
daerah kapsul otik.
Penatalaksanaan fistula labirin bertujuan untuk mencegah terjadinya tuli
sensorineural yang lebih berat dan mengurangi keluhan terjadinya episode vertigo.
Penatalaksanaan fistula labirin ini dilakukan pada saat operasi dengan teknik
timpanomastoidektomi dinding runtuh (open technique) atau
timpanomastoidektomi dinding utuh (closed technique).(13)
2. Labirinitis supuratif
Labirinitis bakteri (supuratif) mungkin terjadi sebagai perluasan infeksi dari rongga
telinga tengah melalui fistula tulang labirin oleh kolesteatom atau melalui foramen
rotundum dan foramen ovale tapi dapat juga timbul sebagai perluasan infeksi dari
meningitis bakteri melalui cairan yang menghubungkan ruang subaraknoid dengan
ruang perilimf di koklea, melalui akuaduktus koklearis atau melalui daerah kribrosa
pada dasar modiolus koklea. Penderita otitis media kronik yang kemudian tiba-tiba
vertigo, muntah dan hilangnya pendengaran harus waspada terhadap timbulnya
labirinitis supuratif. (14)
3. Tuli saraf (sensorineural)
Tuli saraf/persepi (Sensori Neural Hearing Loss ), dapat terjadi dari gangguan
transmisi sesudah koklea. Gangguan transmisi ini dapat terjadi karena kerusakan
hair cell dalam koklea atau kerusakan nervus cranial. (15)

Komplikasi ekstradural
1. Abses ekstradural
Terkumpulnya nanah diantara duramater dan tulang. Hal ini dapat disebabkan oleh
erosi tegmen timpani atau mastoid akibat jaringan granulasi dan kolesteatoma pada
OMSK. Gejala dapat berupa nyeri telinga hebat dan nyeri kepala. Pada foto rontgen
mastoid dapat terlihat kerusakan di lempeng tegmen.(1)
2. Trombosis sinus lateralis
Trombosis sinus lateralis terjadi karena adanya tromboflebotik yang menyebar
melalui pembululuh darah. Perluasan progresif pada trombus dapat menyebabkan

12
tertutupnya jalan di lumen. Trombus yang terbentuk dapat meluas ke sinus sagital,
sinus kavernosus, vena jugularis internal dan vena subklavia.
Pengobatan trombosis sinus lateral berdasarkan pada kontrol infeksi oleh bedah
debridement dan terapi antibiotik yang intens. Antibiotik intravena perlu diberikan
untuk meminimalkan penyebaran hematogen.(16)

Komplikasi ke susunan saraf pusat


1. Meningitis
Merupakan komplikasi paling sering ke susunan saraf pusat dari otitis media akut
ataupun kronis. Keadaan ini dapat terlokalisasi atau umum. Pada keadaan umum,
bakteri akan ditemukan pada pemeriksaan likuor serebrospinal. Gambaran klinik
meningitis biasanya berupa kaku kuduk, kenaikan suhu tubuh, mual, muntah yang
terkadang muncrat serta nyeri kepala hebat.(1)
2. Abses otak
Adalah kumpulan bahan supuratif pada parenkim otak yang disebabkan oleh
bakteri piogenik. Abses otak merupakan infeksi sekunder dari fokus-fokus infeksi
dari otogenik, odontogen, trauma, tindakan bedah kranium, infeksi lain ditubuh
yang menyebar ke otak secara hematogen.
Penanganan abses otak dapat dilakukan dengan konservatif atau operatif tergantung
stadium abses dan pertimbangan lain. Penanganan konservatif meliputi perawatan
umum, terapi kausal dan pemberian anti edema otak. Penanganan operatif
dilakukan dengan aspirasi dan eksisi. Dan akhir-akhir ini dikembangkan cara CT
guided stereotactic aspiration dan endoscopy stereotactic. (17)
3. Hidrosefalus otitis
Hidrosefalus otitis ditandai dengan peninggian tekanan likuor serebrospinal yang
hebat tanpa adanya kelainan kimiawi dari likuor itu. Pada pemeriksaan terdapat
edema papil. Gejala dapat berupa nyeri kepala menetap, diplopia, pandangan yang
kabur, mual dan muntah. Keadaan ini diperkirakan oleh tertekannya sinus lateralis
yang mengakibatkan kegagalan absorbs likuor serebrospinal oleh lapisan
araknoid.(1)

13
b. Souza dkk (1999)
Komplikasi intratemporal
Komplikasi di telinga tengah
1. Paresis nervus fasialis
2. Kerusakan tulang pendengaran
3. Perforasi membrane timpani

Komplikasi ke rongga mastoid


1. Petrositis
Gejala yang dapat ditemukan pada petrositis antara lain diplopia, karena kelemahan
n.VI. Sering disertai rasa nyeri didaerah parietal, temporal atau oksipital oleh
karena terkenanya n.V, terdapat otore yang persisten, terbentuklah suatu sindrom
yang disebut sindrom gradenigo.(1)
2. Mastoiditis koalesen

Komplikasi ke telinga dalam


1. Labirinitis
Labirinitis merupakan inflamasi pada telinga dalam yang disebabkan oleh bakteri
atau virus yang biasanya merupakan komplikasi penyakit telinga tengah atau
komplikasi infeksi virus dari berbagai penyakit. Labirinitis dibagi atas labirinitis
lokalisata (labirinitis serosa) dan labirinitis difusa (labirinitis supuratif). Keluhan
dari penyakit ini berupa gangguan vestibular, vertigo dan gangguan fungsi
pendengaran sensorineural hearing loss. Terapi dengan pengawasan yang ketat dan
terus menerus untuk mencegah perluasan.(14)
2. Tuli saraf (sensorineural)

Komplikasi ekstratemporal
Komplikasi intrakranial
1. Abses ekstradura
2. Abses subdural

14
Abses subdural adalah suatu kumpulan nanah yang dapat terbentuk selama
pengobatan empyema subdural, atau infeksi yang mungkin terlokalisir sejak awal.
Abses subdural cenderung terbentuk sepanjang falx atau antara lobus oksipital dan
tentorium. Abses subdural menghasilkan efek neurologis lokal. Dengan demikian,
abses pada aspek medial belahan otak yang melibatkan korteks motor
menyebabkan kelumpuhan kaki kontralateral serta berpengaruh terhadap lengan
dan wajah.(18)
3. Abses otak
4. Meningitis
5. Tromboflebitis sinus lateralis
6. Hidrosefalus otikus
Komplikasi ekstrakranial
1. Abses retroaurikular
2. Abses bezolds
Bezold abses merupakan abses yang melibatkan leher. Pada pasien yang memiliki
riwayat cholesteatoma atau operasi mastoid akan berisiko tinggi terkena abses
Bezold. Pasien mungkin hadir dengan gejala akut atau kronis, dengan waktu onset
gejala sampai diagnosis mulai dari 3 hari sampai 3 tahun. Pasien biasanya hadir
dengan keluhan nyeri leher, massa leher, nyeri post aurikuler, otalgia, otorrhea, atau
gangguan pendengaran. Yang kurang umum, mereka mungkin juga menderita
demam, sakit kepala, gangguan pendengaran, kelumpuhan wajah, atau
limfadenopati serviks.(19)

c. Shambough (2003)
Komplikasi intratemporal
1. Perforasi membrane timpani
2. Mastoiditis akut
Mastoiditis akut adalah sebuah infeksi pada mastoid, yaitu bagian tulang temporal
tengkorak yang berada di belakang telinga yang berisi ruang terbuka untuk udara.
Cavum timpani dari telinga tengah berhubungan dengan antrum mastoid.

15
Supurasi pada mastoid dapat menyebabkan meningitis atau abses serebral. Terdapat
pula struktur lain disekitarnya seperti kanalis fasialis, sinus sigmoidalis dan sinus
lateralis. Sel mastoid dapat mengalami infeksi dan inflamasi yang seringkali
disebabkan oleh infeksi telinga tengah yang belum terselesaikan.
Temuan klinis mastoiditis akut adalah otitis media berulang, otalgia, demam,
pembengkakan auricular, eritema, nyeri postauricular atau supraauricular, dan
tonjolan pada auricle, gangguan pendengaran, nyeri di daerah mastoid,
pembengkakan, kemerahan, terdapat riwayat makanan yang buruk, kehilangan
berat badan, mudah tersinggung, muntah, diare atau anemia berat yang memerlukan
transfusi sel darah merah.(20)
3. Paresis n.fasialis
4. Labirinitis
5. Petrositis

Komplikasi ekstratemporal
1. Abses subperiosteal

Komplikasi intracranial
1. Abses otak
2. Tromboflebitis
3. Hidrosefalus otikus
4. Empyema subdural

2.3.7 Penatalaksanaan
a. Penatalaksanaan OMSK(3)
OMSK Benigna tenang : keadaan ini tidak memerlukan pengobatan, dan dinasehatkan
untuk jangan mengorek telinga, air jangan masuk ke telinga sewaktu mandi, dilarang
berenang dan segera berobat bila menderita infeksi saluran nafas atas. Bila fasilitas
memungkinkan sebaiknya dilakukan operasi rekonstruksi
(miringoplasti,timpanoplasti) untuk mencegah infeksi berulang serta gangguan.

16
OMSK Benigna aktif : Prinsip pengobobatannya adalah membersihkan liang telinga
(ear toilet) dan kavum timpani. Serta pemberian antibiotika yaitu topikal antibiotik (
antimikroba) dan sistemik.
Antibiotika topikal yang dapat dipakai pada otitis media kronik adalah :
1. Polimiksin B atau polimiksin E Obat ini bersifat bakterisid terhadap kuman gram
negatif, Pseudomonas, E. Koli Klebeilla, Enterobakter, tetapi resisten terhadap gram
positif, Proteus, B. fragilis Toksik terhadap ginjal dan susunan saraf.
2. Neomisin Obat bakterisid pada kuma gram positif dan negatif, misalnya :
Stafilokokus aureus, Proteus sp. Resisten pada semua anaerob dan Pseudomonas.
Toksik terhadap ginjal dan telinga.
3. Kloramfenikol Obat ini bersifat bakterisid terhadap : Stafilokokus, koagulase
positif 99%, Stafilokokus, koagulase positif 95%, Stafilokokus group A 100%, E.
Koli 96%, proteus sp 60%, proteus mirabilis 90%, klebsiella 92%, enterobakter 93%,
pseudomonas 5%.
OMSK maligna : Pengobatan yang tepat untuk OMSK maligna adalah operasi.
Pengobatan konservatif dengan medikamentosa hanyalah merupakan terapi sementara
sebelum dilakukan pembedahan. Bila terdapat abses subperiosteal, maka insisi abses
sebaiknya dilakukan tersendiri sebelum kemudian dilakukan mastoidektomi.

b. Penatalaksaan komplikasi OMSK


OMSK dengan komplikasi intratemporal atau intrakranial harus segera dirawat, diberikan
antibiotik dosis tinggi selama 7-15 hari dan tindakan mastoidektomi.
Pada OMSK dapat terjadi kelainan patologi seperti jaringan granulasi maupun
kolesteatoma yang merupakan sumber infeksi yang disertai rusaknya membrane timpani
dan gangguan pendengaran. Untuk menanggulangi hal tersebut seringkali diperlukan
tindakan pembedahan untuk eradikasi jaringan patologi dan modifikasi anatomi
timpanomastoid untuk mencegah infeksi berulang dan memulihkan fungsi pendengaran.
(21)

17
2.3.8 Prognosis
Prognosis pasien dengan OMSK baik apabila mengupayakan pencegahan infeksi.
Pemulihan terkait hilangnya pendengaran bervariasi tergantung penyebabnya. Tuli konduktif
dapat dikoreksi dengan tindakan operasi. Tujuan dari perawatan ini adalah untuk memulihkan
pendengaran pasien.
Kebanyakan morbiditas OMSK berhubungan dengan tuli konduktif serta cairan yang berbau busuk
yang keluar dari telinga yang mengalami gangguan sehingga memunculkan stigma sosial.
Mortalitas OMSK berhubungan dengan komplikasi intrakranial sedangkan OMSK sendiri
bukanlah suatu penyakit yang fatal.
Untuk perforasi membrane timpani yang terjadi dapat sembuh dengan sendirinya, namun dalam
beberapa kasus dapat juga bersifat persisten sehingga menyebabkan gangguan pendengaran ringan
hingga sedang. Bila gangguan ini terjadi pada 2 tahun pertama kehidupan, maka adanya gangguan
ini dapat diasosiasikan dengan gangguan proses belajar dan berkurangnya daya edukasi. (9)

18
BAB III
KESIMPULAN

Otitis media supuratif kronis (OMSK) adalah infeksi kronis di telinga tengah dengan
perforasi membrane timpani dan sekret yang keluar dari telinga tengah terus menerus atau hilang
timbul dan merupakan lanjutan dari otitis media akut dengan perforasi membrane timpani yang
prosesnya sudah lebih dari 2 bulan. OMSK umumnya terkait dengan status sosial ekonomi yang
rendah juga kesehatan diri yang buruk. OMSK dapat menyebabkan komplikasi yang fatal. (1,6)
Terdapat 2 jenis OMSK yaitu OMSK tipe aman dan OMSK tipe bahaya. Pada OMSK tipe
aman perforasi nya hanya terbatas pada mukosa dan bisanya tidak menimbulkan komplikasi yang
fatal. Sedangkan pada OMSK tipe bahaya dapat disertai kolesteatoma dan komplikasi yang fatal.
Berdasarkan aktivitas sekretnya, OMSK dibagi menjadi OMSK aktif dan OMSK tenang. OMSK
aktif ialah keadaan dimana terdapat sekret yang keluar secara aktif dari liang telinga yang
bermasalah sedangkan pada OMSK tenang terlihat kavum timpani kering atau basah.(1)
Penegakan diagnosis OMSK berpedoman atas hasil dari pemeriksaan klinis (anamnesis
dan pemeriksaan fisik) serta dapat dibantu dengan pemeriksaan penunjang lain berupa foto rontgen
mastoid serta kultur dan uji resistensi kuman dari sekret telinga.(22)
OMSK memiliki potensi untuk menjadi serius karena komplikasinya yang mengancam
kesehatan bahkan kematian. OMSK dapat menyebar dari telinga tengah hingga melibatkan
mastoid, saraf wajah, labirin, sinus lateral, meninges dan otak yang dapat berlanjut menjadi abses
mastoid, kelumpuhan saraf wajah, tuli, trombosis sinus lateral, meningitis dan abses
intrakranial.(1,6)
Prognosis pasien dengan OMSK baik apabila mengupayakan pencegahan infeksi.
Pemulihan terkait hilangnya pendengaran bervariasi tergantung penyebabnya. Tuli konduktif
dapat dikoreksi dengan tindakan operasi. Untuk perforasi membrane timpani yang terjadi dapat
sembuh dengan sendirinya, namun dalam beberapa kasus dapat juga bersifat persisten sehingga
menyebabkan gangguan pendengaran ringan hingga sedang.(9)

19

Anda mungkin juga menyukai