BAB I
PENDAHULUAN
praktek kerja acuan dan perancah dilaksanakan dengan perancah metode system dan
konvensional. Dalam pelaksanaannya dilapangan penggunaan perancah system ini
banyak menggunakan peralatan berat dan beberapa diantaranya menggunakan alat bantu
lain dalam pemasangan.
Pada dasarnya pelaksanaan pekerjaan acuan perancah tipe system terdiri dari dua
buah pekerjaan (bagian pekerjaan), yaitu merakit acuan atau fabrikasi dan mendirikan
perancah.
Marakit perancah/fabrikasi semua dilakukan secara manual dan pelaksanaan
pekerjaannya dapat dilakukan diluar area kerja yang akan dipasang acuan, maka untuk
perakitan awal perlu dilakukan pengukuran yang teliti, setelah diperoleh ukuran barulah
perakitan dilakukan dengan sedemikian rupa.
Setelah fabrikasi selesai, acuan siap didirikan pada posisinya, biasanya untuk
pekerjaan besar menggunakan alat berat karena acuan yang sangat berat dan dapat juga
menggunakan tenaga manusia untuk pekerjaan yang dapat dijangkau.
Untuk pemasangan pekerjaan lanjutan pada bangunan bertingkat tidak perlu
dilakukan pengesetan ulang apabila mempunyai ukuran yang sama, acuan cukup
dipindahkan saja dengan menggunakan alat berat.
Dalam pelaksanaan pekerjaan bekesting dilapangan beban-beban yang bekerja
pada perancah dan bekesting perlu untuk dipertimbangkan sebelum pelaksanaan
dilakukan. Adapun beban yang bekerja pada suatu pekerjaan perancah dan bekesting
adalah sebagai berikut :
a. Beban vertikal.
Beban yang diakibatkan oleh berat sendiri campuran beton, bahan bekesting,
peralatan kerja dan beban kerja.
b. Beban tambahan dari air campuran beton.
Secara umum dapat disebabkan air yang berlebihan pada pencampuran beton. Bahwa
berat beton 2,0 sampai 2,4 ton/m3. Namun berat beton saat pengecoran mempunyai
berat yang lebih besar, karena untuk volume 1 m3 diperlukan air 80 120 liter air
untuk pencampuran tingkat kemudahan pekerjaan dan proses hidrasi pasta semen
serta kebutuhan pemeliharaan campuran.
c. Beban getaran.
Getaran yang mungkin timbul selama pelaksanaan pekerjaan beton dapat disebabkan
penggunaan alat getar dan pergerakan pekerja/peralatan kerja.
d. Beban kejut.
Diakibatkan oleh proses pengangkutan campuran serta tindakan mematikan dan
menghidupkan mesin kerja dan pengaruh tinggi pencurahan campuran beton.
e. Beban horizontal.
Diakibatkan oleh pengaruh angin (beban angin) selama pekerjaan berlangsung, hal
ini untuk gedung tinggi.
Pada pelaksanaan praktek dilapangan selain dengan acuan dan perancah tipe
system digunakan juga beberapa peralatan pendukung dan bagian perancah tradisional
sebagai pembantu pengkombinasian sebagai perbandingan pelaksanaan tipe tradisional
dengan tipe system.
Untuk itu adanya beberapa opsi yang perlu dipertimbangkan sebagai upaya untuk
mengefisienkan perancah dan bekesting, sebagai berikut :
a. Pemilihan rencana geometris ukuran bangunan.
Untuk mengefisienkan perancah bekesting dapat diupayakan dari perancanaan selagi
tidak merusak aspek keindahan serta kreativitas dalam arsitektur bangunan.
b. Pemilihan bahan bangunan.
Pemilihan bahan adiktive dapat mempercepat keuntungan seting time beton. Dengan
memperpendek setting time berarti mempercepat waktu pembongkaran beton.
c. Pemilihan teknologi perancah dan bekesting.
Hal ini dapat meningkatkan efisiensi siklus pemakaian perancah bekesting.
Pemilihan bahan perancah yang dapat tahan lama dapat mengurangi biaya perawatan.
d. Bantuan dari Form Work dan Scaffolding specialist.
Hal ini akan melengkapi perencanaan pekerjaan yang baik di lapangan, dan akan
menjadi pertimbangan yang baik.
1.2 Tujuan
Setelah melaksanakan praktek perancah diharapkan mahasiswa dapat :
1. Mengenal dasar-dasar pelaksanaan perancah system peri dengan baik dan
memahaminya serta dapat membandingkannya dengan cara konvensional.
2. Merakit berbagai acuan dan perancah sederhana sesuai dengan prosedur
pelaksanaan.
3. Mengenal berbagai macam alat dan bahan dalam perancah system peri dan
dapat mengoperasikannya sesuai dengan fungsinya.
4. Mampu menimbulkan keuntungan dan kelemahan penggunaan perancah
system peri dan membandingkannya dengan cara konvensional.