1. Pengertian Jamur
Struktur tubuh jamur tergantung pada jenisnya. Ada jamur yang satu
sel, misalnya khamir, ada pula jamur yang multiseluler membentuk
tubuh buah besar yang ukurannya mencapai satu meter, contohnya
jamur kayu. Tubuh jamur tersusun dari komponen dasar yang disebut
hifa. Hifa membentuk jaringan yang disebut miselium. Miselium
menyusun jalinan-jalinan semu menjadi tubuh buah.
1. Parasit obligat
1. Parasit fakultatif
1. sporofit
merupakan jamur pelapuk dan pengubah susunan zat organik yang
mati. Jamur saprofit menyerap makanannya dari organisme yang
telah mati seperti kayu tumbang dan buah jatuh. Sebagian besar
jamur
saprofit mengeluar-kan enzim hidrolase pada substrat makanan
untuk mendekomposisi molekul kompleks menjadi molekul
sederhana sehinggamudah diserap oleh hifa.
2. Pertumbuhan Dan Reproduksi Jamur
1. Peranan Jamur
Berapa jenis jamur yang dapat dimakan serta berapa jenis yang dapat
dimakan tapi tidak membahayakan.
Jamur dibedakan menjadi 2 golongan yaitu :
Jamur Yang Tidak Berbahaya
1. Manfaat Jamur
Atasi flu. Di China dan Jepang, jamur shiitake telah digunakan selama
berabad-abad untuk mengatasi demam dan flu. Lentinan, yang
diisolasi dari batang jamur shiitake, dinyatakan menstimulasi sistem
kekebalan tubuh, membantu melawan infeksi, dan menunjukkan
aktivitas antitumor
BAB IV
BAHASAN PARASIT MALARIA
1. Pengertian
Penularan penyakit malaria dari orang yang sakit kepada orang sehat,
sebagian besar melalui gigitan nyamuk. Bibit penyakit malaria dalam
darah manusia dapat terhisap oleh nyamuk, berkembang biak di
dalam tubuh nyamuk, dan ditularkan kembali kepada orang sehat
yang digigit nyamuk tersebut. Jenis-jenis vektor (perantara) malaria
yaitu: Anopheles Sundaicus, nyamuk perantara malaria di daerah
pantai, Anopheles Aconitus, nyamuk perantara malaria daerah
persawahan, Anopheles Maculatus, nyamuk perantara malaria
daerah perkebunan, kehutanan dan pegunungan, Penularan yang lain
adalah melalui transfusi darah. Namun kemungkinannya sangat kecil.
1. Diagnosa Malaria
Sebagaimana penyakit pada umumnya, diagnosis malaria
didasarkan pada manifestasi klinis (termasuk anamnesis), uji
imunoserologis dan ditemukannya parasit (Plasmodium) di dalam
darah penderita. Manifestasi klinis demam seringkali tidak khas dan
menyerupai penyakit infeksi lain (demam dengue, demam tifoid)
sehingga menyulitkan para klinisi untuk mendiagnosis malaria
dengan mengandalkan pengamatan manifestasi klinis saja, untuk
itu diperlukan pemeriksaan laboratorium sebagai penunjang
diagnosis sedini mungkin. Secara garis besar pemeriksaan
laboratorium malaria digolongkan menjadi dua kelompok yaitu
pemeriksaan mikroskopis dan uji imunoserologis untuk mendeteksi
adanya antigen spesifik atau antibody spesifik terhadap
Plasmodium. Namun yang dijadikan standar emas (gold standard)
pemeriksaan laboratorium malaria adalah metode mikroskopis untuk
menemukan parasit Plasmodium di dalam darah tepi. Uji
imunoserologis dianjurkan sebagai pelengkap pemeriksaan
mikroskopis dalam menunjang diagnosis malaria atau ditujukan
untuk survey epidemiologi dimana pemeriksaan mikroskopis tidak
dapat dilakukan. Sebagai diagnosa banding penyakit malaria ini
adalah demam tifoid, demam dengue, ISPA. Demam tinggi, atau
infeksi virus akut lainnya.
2. Bahaya Penyakit Malaria
1. Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaan dengan mikroskop cahaya Pewarnaan mikroskopik
dengan pewarnaan giemsa sampai saat ini masih merupakan baku
emas pemeriksaan malaria. Walaupun demikian hasil
pembacaannya hannya dapat dipercaya jika dilakukan oleh seorang
yang berpengalaman. Selain untuk menegakan diagnosis,
pemeriksaan mikroskopik dapat digunakan untuk mengevaluasi
hasil pengobatan dan hal ini tidak dapat diterapkan dengan uji cepat
malaria maupun teknik PCR. Kekurangannya adalah subjektivitas
pemeriksa, terutama dalam hal mendiagnosis infeksi campuran atau
infeksi dalam jumlah parasit yang rendah. Selain itu pada infeksi
P.falciparum yang stadium lanjutnya berada di kapiler alat dalam
(sekuestrasi), parasit tersebut sulit ditemukan dalam darah tepi
hingga memerlukan pemeriksaan serial darah ( 3 kali dalam 48 jam
) untuk memastikan ada tidaknya parasit.
Konsentrasi parasit malaria dalam darah cukup merata sehingga
pengambilan darah rutin dapat dilakukan pada ujung jari atau tumit
kaki (pada bayi). Morfologi parasit yang optimal dapat dilihat dengan
membuat sediaan darah yang diwarnai giemsa yang diambil dari
ujung jari segera. Akhir akhir ini darah vena dengan antikoagulan
lebih sering digunakan sebagai bahan pemeriksaan. Hal yang harus
diperhatikan adalah jumlah darah yang diambil harus sesuai dengan
volume antikoagulannya. Jika digunakan tabung komersial yang
berisis antikoagulan maka tabung tersebut harus diisi penuh dengan
darah penderita (sesuai dengan batasnya ). Hal tersebut untuk
menghindari ketidaktepatan rasio darah dan antikoagulan yang
dapat mempengaruhi morfologi parasit malaria.
Jika pembuatan sediaan darah yang mengandung antikoagulan
dilakukan 24 jam setelah pengambilan darah maka jumlah parasit
dapat berkurang sampai 50% dan morfologi parasit sudah berubah.
Oleh karena itu, sangat penting untuk segera (< 1jam) membuat
sediaan darah tipis dan tebal dari darah dengan antikoagulan
tersebut. Bahkan jika dilakukan setelah 6 jam pengambilan darah
jumlah parasit mulai berkurang.
Morfologi malaria terlihat optimal pada sediaan darah tipis yang
diwarnaai giemsa, tetapi sensitifitasnya rendah. Dengan
menggunakan sediaan darah tebalsensitivitas sediaan darah
mikroskopik akan meningkat sampai 10 kali disbanding sediaan
darah tipis. Hal ini yang perlu diperhatikan adalah lamanya
pewarnaan yang optimal, yaitu 30 menit dengan giemsa 3 %.
Pewarnaan cepat dengan giemsa yang lebih tinggi tidak dianjurkan,
karena jika jumlah parasit rendah dalam darah, sering kali parasit
yang ada tidak terwarnai.
Prinsip : mewarnai apusan darah menggunakan pewarna giemsa
agar sel eritrosit yang terinfeksi parasit mlaria dapat terlihat kelainan
morfologinya.
2. Pengobatan dan Pencegahan Penyakit Malaria
Memutus rantai penularan dengan memilih mata rantai yang paling
lemah. Mata rantai tersebut adalah penderita dan nyamuk malaria.
Seluruh penderita yang memiliki tanda-tanda malaria diberi
pengobatan pendahuluan dengan tujuan untuk menghilangkan rasa
sakit dan mencegah penularan selama 10 hari. Bagi penderita yang
dinyatakan positif menderita malaria setelah diuji di laboratorium,
akan diberi pengobatan secara sempurna. Bagi orang-orang yang
akan masuk ke daerah endemis malaria seperti para calon
transmigran, perlu diberi obat pencegahan.
Obat obat antimalaria,diantaranya :
Klorokuin
Klorokuin adalah bentuk sintetik 4-aminokuinolin, diproduksi dalam
bentuk garam fosfat untuk pemberian secara oral. Ekskresi
klorokuin melalui urin dengan mas paruh 3-5 hari, namun waktu
paruh eliminasi terminal mencapai 1-2 bulan. Klorokuin bersifat
skizontosida darah yang sangat efektif untuk semua jenis
plasmodium pafa manusia dan gametosida terhadap P.vivax,
P.ovale dan P.malariae. Mekanisme kerja klorokuin adalah
menghambat polimerisasi produk sisa hemoglobin (heme) menjadi
hemozoin di dalam vakuol pencernaan parasit sehingga
menghilangkan toksisitas parasit karena pembentukan heme bebas.
Kina dan Kuinidin
Kina mulai dipakai sebagai OAM sejak tahun 1632. Obat ini
merupakan alkaloid kinkona yang dibuat dari ekstrak pohon kinkona
di Amerika Selatan. Kuinidin adalah dekstrorotatori stereoisomer
dari kina. Mekanisme kerja kina sebagai OAM belum sepenuhnya
dipahami, diduga menghambat detoksifikasi heme parasit dalam
vakuola makanan.
Proguanil
Proguanil adalah suatu biguanid yang dimetabolisme dalam tubuh
(melalui enzim CYP2C19) menjadi bentuk aktif sikloguanil.
Sikloguanil menghambat pembentukan asam folat dan asam
nukleat, bersifat skizontosida darah yang bekera lambat,
skizontosida jaringan terhadap P.falcifarum, P.vivax, P.ovale, dan
sporontosida.
Tetrasiklin
Tetrasiklin bersifat skizontosida darah untuk semua spesies
plasmodium yang bekerja lambat, skizontosida jaringan untuk
P.falcifarum.
Klindamisin
Obat ini menghambat fase awal sintesis protein. Klindamisin bersifat
skizontosida darah yang bekerjalambat terhadap P.falciparum dan
harus diberikan dalam kombinasi dengan OAM lain seperti kina atau
klorokuin.
1. Tindakan-tindakan Pencegahan
2. Usahakan tidur dengan kelambu, memberi kawat kasa, memakai
obat nyamuk bakar, menyemprot ruang tidur, dan tindakan lain
untuk mencegah nyamuk berkembang di rumah.
3. Usaha pengobatan pencegahan secara berkala, terutama di daerah
endemis malaria.
4. Menjaga kebersihan lingkungan dengan membersihkan ruang tidur,
semak-semak sekitar rumah, genangan air, dan kandang-kandang
ternak.
5. Memperbanyak jumlah ternak seperti sapi, kerbau, kambing, kelinci
dengan menempatkan mereka di luar rumah di dekat tempat
nyamuk bertelur.
6. Memelihara ikan pada air yang tergenang, seperti kolam, sawah
dan parit. Atau dengan memberi sedikit minyak pada air yang
tergenang.
7. Menanam padi secara serempak atau diselingi dengan tanaman
kering atau pengeringan sawah secara berkala
8. Menyemprot rumah dengan DDT.
BAB V
PENUTUP
1. Kesimpulan
Nematoda yang hidup sebagai parasit di dalam darah dan jaringan
dapat dibagi menjadi 3 golongan : Cacing filaria dan cacing
dracunculus, invansi larva migrans di dalam kulit; jaringan di bawah
kulit dan alat-alat dalam oleh larva nematoda dan, parasit yang
jarang terdapat, di dalam jaringan hati, ginjal, paru-paru, mata dan
subkis.
1. Saran