Anda di halaman 1dari 23

uji syukur yang dalam kami sampaikan ke hadiran Tuhan Yang Maha Pemurah, karena berkat

kemurahanNya makalah ini dapat kami selesaikan sesuai yang diharapkan. Dalam
makalah ini kami membahas
KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA

. Terjadinya kecelakaan kerja tentu saja menjadikan masalah yang besar bagi kelangsungan suatu
usaha atau sistem. Kerugian yang diderita akibat kecelakaan kerja itu cukup merugikan seperti
adanya korban jiwa, korban luka, biaya pengobatan, dan terjadinya kerusakan properti. Dalam
proses pendalaman materi Keselamatan dan Kesehatan Kerja ini, tentunya kami mendapatkan
bimbingan, arahan, dan pengetahuan, untuk itu rasa terima kasih yang dalam-dalamnya kami
sampaikan kepada:

Bapak IR Saleh Alwaini, selaku ketua yayasan Stikes Binawan

Bapak
Prof., Dr., dr. Azrul Azwar, MPH, selaku ketua Stikes Binawan

Bapak Dr., M. Toris Z. MPH., Sp.KL, selaku ketua prodi keselamatan dan kesehatan kerja

Bapak Husen., ST.K3, Msi, selaku dosen keselamatan dan kesehatan kerja.

Ibu Lulus Suci Hendrawati, Msi, selaku dosen komputer.

Rekan-rekan mahasiwa yang telah banyak memberikan masukan untuk makalah ini. Demikian
makalah ini kami buat semoga bermanfaat, Jakarta, April 2014 Penyusun

Chaayooooooo !!!!!!!!

Skip to content

Beranda
aBout my pRofiLe
Buku Tamu
ceRita_huMoor
ExspRessi_Q
PandanganQ_tentang

Kesehatan dan Keselamatan Kerja di Pertambangan

Jun1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Kondisi keselamatan dan kesehatan kerja (K3) perusahaan di Indonesia secara umum
diperkirakan termasuk rendah. Pada tahun 2005 Indonesia menempati posisi yang buruk jauh di
bawah Singapura, Malaysia, Filipina dan Thailand. Kondisi tersebut mencerminkan kesiapan
daya saing perusahaan Indonesia di dunia internasional masih sangat rendah. Indonesia akan sulit
menghadapi pasar global karena mengalami ketidakefisienan pemanfaatan tenaga kerja
(produktivitas kerja yang rendah). Padahal kemajuan perusahaan sangat ditentukan peranan mutu
tenaga kerjanya. Karena itu disamping perhatian perusahaan, pemerintah juga perlu
memfasilitasi dengan peraturan atau aturan perlindungan Keselamatan dan Kesehatan Kerja.
Nuansanya harus bersifat manusiawi atau bermartabat.

Keselamatan kerja telah menjadi perhatian di kalangan pemerintah dan bisnis sejak lama. Faktor
keselamatan kerja menjadi penting karena sangat terkait dengan kinerja karyawan dan pada
gilirannya pada kinerja perusahaan. Semakin tersedianya fasilitas keselamatan kerja semakin
sedikit kemungkinan terjadinya kecelakaan kerja.

Di era globalisasi dan pasar bebas WTO dan GATT yang akan berlaku tahun 2020 mendatang,
kesehatan dan keselamatan kerja merupakan salah satu prasyarat yang ditetapkan dalam
hubungan ekonomi perdagangan barang dan jasa antar negara yang harus dipenuhi oleh seluruh
negara anggota, termasuk bangsa Indonesia. Untuk mengantisipasi hal tersebut serta
mewujudkan perlindungan masyarakat pekerja Indonesia; telah ditetapkan Visi Indonesia Sehat
2010 yaitu gambaran masyarakat Indonesia di masa depan, yang penduduknya hidup dalam
lingkungan dan perilaku sehat, memperoleh pelayanan kesehatan yang bermutu secara adil dan
merata, serta memiliki derajat kesehatan yang setinggi-tingginya.

Pelaksanaan Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) adalah salah satu bentuk upaya untuk
menciptakan tempat kerja yang aman, sehat, bebas dari pencemaran lingkungan, sehingga dapat
mengurangi dan atau bebas dari kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja yang pada akhirnya
dapat meningkatkan efisiensi dan produktivitas kerja.

Kecelakaan kerja tidak saja menimbulkan korban jiwa maupun kerugian materi bagi pekerja dan
pengusaha, tetapi juga dapat mengganggu proses produksi secara menyeluruh, merusak
lingkungan yang pada akhirnya akan berdampak pada masyarakat luas.
Penyakit Akibat Kerja (PAK) dan Kecelakaan Kerja (KK) di kalangan petugas kesehatan dan
non kesehatan kesehatan di Indonesia belum terekam dengan baik. Jika kita pelajari angka
kecelakaan dan penyakit akibat kerja di beberapa negara maju (dari beberapa pengamatan)
menunjukan kecenderungan peningkatan prevalensi. Sebagai faktor penyebab, sering terjadi
karena kurangnya kesadaran pekerja dan kualitas serta keterampilan pekerja yang kurang
memadai. Banyak pekerja yang meremehkan risiko kerja, sehingga tidak menggunakan alat-alat
pengaman walaupun sudah tersedia. Dalam penjelasan undang-undang nomor 23 tahun 1992
tentang Kesehatan telah mengamanatkan antara lain, setiap tempat kerja harus melaksanakan
upaya kesehatan kerja, agar tidak terjadi gangguan kesehatan pada pekerja, keluarga, masyarakat
dan lingkungan disekitarnya.

Setiap orang membutuhkan pekerjaan untuk memenuhi kebutuan hidupnya. Dalam bekerja
Keselamatan dan kesehatan kerja (K3) merupakan faktor yang sangat penting untuk diperhatikan
karena seseorang yang mengalami sakit atau kecelakaan dalam bekerja akan berdampak pada
diri, keluarga dan lingkungannya. Salah satu komponen yang dapat meminimalisir Kecelakaan
dalam kerja adalah tenaga kesehatan. Tenaga kesehatan mempunyai kemampuan untuk
menangani korban dalam kecelakaan kerja dan dapat memberikan penyuluhan kepada
masyarakat untuk menyadari pentingnya keselamatan dan kesehatan kerja.

Indonesia memiliki berbagai sektor industri yang salah satunya yaitu pertambangan.
Pertambangan memiliki peran yang sangat penting dalam pembangunan nasional. Pertambangan
memberikan peran yang sangat signifikan dalam perekonomian nasional, baik dalam sektor
fiscal, moneter, maupun sektor riil. Peran pertambangan terlihat jelas dimana pertambangan
menjadi salah satu sumber penerimaan negara; berkontribusi dalam pembangaunan daerah, baik
dalam bentuk dana bagi hasil maupun program community development atau coorporate social
responsibility; memberikan nilai surplus dalam neraca perdagangan; meningkatkan investasi;
memberikan efek berantai yang positif terhadap ketenagakerjaan; menjadi salah satu faktor
dominan dalam menentukan Indeks Harga Saham Gabungan; dan menjadi salah satu sumber
energy dan bahan baku domestik.

Salah satu karakteristik industri pertambangan adalah padat modal, padat teknologi dan memiliki
risiko yang besar. Oleh karena itu, dalam rangka menjamin kelancaran operasi, menghindari
terjadinya kecelakaan kerja, kejadian berbahaya dan penyakit akibat kerja maka diperlukan
implementasi Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) pada kegiatan pertambangan.

Terjadinya kecelakaan kerja tentu saja menjadikan masalah yang besar bagi kelangsungan suatu
usaha. Kerugian yang diderita tidak hanya berupa kerugian materi yang cukup besar namun lebih
dari itu adalah timbulnya korban jiwa yang tidak sedikit jumlahnya. Kehilangan sumber daya
manusia ini merupakan kerugian yang sangat besar karena manusia adalah satu-satunya sumber
daya yang tidak dapat digantikan oleh teknologi apapun.

Upaya pencegahan dan pengendalian bahaya kerja yang dapat menyebabkan terjadinya
kecelakaan dan penyakit akibat kerja dapat dilakukan dengan penerapan Keselamatan dan
Kesehatan Kerja di tempat kerja. Secara keilmuan K3, didefinisikan sebagai ilmu dan penerapan
teknologi tentang pencegahan kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja. Dari aspek hukum K3
merupakan kumpulan peraturan perundang-undangan yang mengatur tentang perlindungan
keselamatan dan kesehatan kerja.

Melalui peraturan yang jelas dan sanksi yang tegas, perlindungan K3 dapat ditegakkan, untuk itu
diperlukan peraturan perundang-undangan yang mengatur tentang K3. Bahkan ditingkat
internasionalpun telah disepakati adanya konvensi-konvensi yang mengatur tentang K3 secara
universal sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, baik yang dikeluarkan
oleh organisasi dunia seperti ILO, WHO, maupun tingkat regional.

Ditinjau dari aspek ekonomis, dengan menerapkan K3, maka tingkat kecelakaan akan menurun,
sehingga kompensasi terhadap kecelakaan juga menurun, dan biaya tenaga kerja dapat
berkurang. Sejalan dengan itu, K3 yang efektif akan dapat meningkatkan produktivitas kerja
sehingga dapat meningkatkan hasil produksi. Hal ini pada gilirannya kemudian dapat mendorong
semua tempat kerja/industri maupun tempat-tempat umum merasakan perlunya dan memiliki
budaya K3 untuk diterapkan disetiap tempat dan waktu, sehingga K3 menjadi salah satu budaya
industrial.

Dengan melaksanakan K3 akan terwujud perlindungan terhadap tenaga kerja dari risiko
kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja yang dapat terjadi pada waktu melakukan pekerjaan
di tempat kerja. Dengan dilaksanakannya perlindungan K3, diharapkan akan tercipta tempat
kerja yang aman, nyaman, sehat dan tenaga kerja yang produktif, sehingga akan meningkatkan
produktivitas kerja dan produktivitas perusahaan. Dengan demikian K3 sangat besar peranannya
dalam upaya meningkatkan produktivitas perusahaan, terutama dapat mencegah korban manusia.
Oleh karena itu, kami membahas tentang Kesehatan dan Keselamatan Kerja di salah satu industri
yaitu industri pertambangan batubara yang merupakan industri besar diwilayah Indonesia.

B. Tujuan

Tujuan dari penulisan makalah ini adalah:

1. Untuk mengetahui Kecelakaan kerja tambang.


2. Untuk mengetahui peran K3 dalam mencegah kecelakaan kerja guna meningkatkan
kesehatan dan keselamatan kerja.
3. Untuk mengetahui Sistem Manajemen K3 Pertambangan.

BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Kesehatan dan Keselamatan Kerja

Keselamatan dan kesehatan kerja difilosofikan sebagai suatu pemikiran dan upaya untuk
menjamin keutuhan dan kesempurnaan baik jasmani maupun rohani tenaga kerja pada khususnya
dan manusia pada umumnya, hasil karya dan budayanya menuju masyarakat makmur dan
sejahtera. Sedangkan pengertian secara keilmuan adalah suatu ilmu pengetahuan dan
penerapannya dalam usaha mencegah kemungkinan terjadinya kecelakaan dan penyakit akibat
kerja.

Keselamatan dan kesehatan kerja (K3) tidak dapat dipisahkan dengan proses produksi baik jasa
maupun industri. Perkembangan pembangunan setelah Indonesia merdeka menimbulkan
konsekwensi meningkatkan intensitas kerja yang mengakibatkan pula meningkatnya resiko
kecelakaan di lingkungan kerja.

Hal tersebut juga mengakibatkan meningkatnya tuntutan yang lebih tinggi dalam mencegah
terjadinya kecelakaan yang beraneka ragam bentuk maupun jenis kecelakaannya. Sejalan dengan
itu, perkembangan pembangunan yang dilaksanakan tersebut maka disusunlah UU No.14 tahun
1969 tentang pokok-pokok mengenai tenaga kerja yang selanjutnya mengalami perubahan
menjadi UU No.12 tahun 2003 tentang ketenaga kerjaan.

Dalam pasal 86 UU No.13 tahun 2003, dinyatakan bahwa setiap pekerja atau buruh mempunyai
hak untuk memperoleh perlindungan atas keselamatan dan kesehatan kerja, moral dan kesusilaan
dan perlakuan yang sesuai dengan harkat dan martabat serta nilai-nilai agama. Untuk
mengantisipasi permasalahan tersebut, maka dikeluarkanlah peraturan perundangan-undangan di
bidang keselamatan dan kesehatan kerja sebagai pengganti peraturan sebelumnya yaitu
Veiligheids Reglement, STBl No.406 tahun 1910 yang dinilai sudah tidak memadai menghadapi
kemajuan dan perkembangan yang ada.

Peraturan tersebut adalah Undang-undang No.1 tahun 1970 tentang keselamatan kerja yang
ruang lingkupnya meliputi segala lingkungan kerja, baik di darat, didalam tanah, permukaan air,
di dalam air maupun udara, yang berada di dalam wilayah kekuasaan hukum Republik Indonesia.
Undang-undang tersebut juga mengatur syarat-syarat keselamatan kerja dimulai dari
perencanaan, pembuatan, pengangkutan, peredaran, perdagangan, pemasangan, pemakaian,
penggunaan, pemeliharaan dan penyimpanan bahan, barang produk tekhnis dan aparat produksi
yang mengandung dan dapat menimbulkan bahaya kecelakaan.

Walaupun sudah banyak peraturan yang diterbitkan, namun pada pelaksaannya masih banyak
kekurangan dan kelemahannya karena terbatasnya personil pengawasan, sumber daya manusia
K3 serta sarana yang ada. Oleh karena itu, masih diperlukan upaya untuk memberdayakan
lembaga-lembaga K3 yang ada di masyarakat, meningkatkan sosialisasi dan kerjasama dengan
mitra sosial guna membantu pelaksanaan pengawasan norma K3 agar terjalan dengan baik.

B. Sebab-sebab Kecelakaan

Kecelakaan tidak terjadi begitu saja, kecelakaan terjadi karena tindakan yang salah atau kondisi
yang tidak aman. Kelalaian sebagai sebab kecelakaan merupakan nilai tersendiri dari teknik
keselamatan. Ada pepatah yang mengungkapkan tindakan yang lalai seperti kegagalan dalam
melihat atau berjalan mencapai suatu yang jauh diatas sebuah tangga. Hal tersebut menunjukkan
cara yang lebih baik selamat untuk menghilangkan kondisi kelalaian dan memperbaiki kesadaran
mengenai keselamatan setiap karyawan pabrik.

Penyebab dasar kecelakaan kerja :


1. Faktor Personil
1. Kelemahan Pengetahuan dan Skill
2. Kurang Motivasi
3. Problem Fisik
4. Faktor Pekerjaan
1. Standar kerja tidak cukup Memadai
2. Pemeliharaan tidak memadai
3. Pemakaian alat tidak benar
4. Kontrol pembelian tidak ketat

Penyebab Langsung kecelakaan kerja

1. Tindakan Tidak Aman


1. Mengoperasikan alat bukan wewenangnya
2. Mengoperasikan alat dg kecepatan tinggi
3. Posisi kerja yang salah
4. Perbaikan alat, pada saat alat beroperasi
5. Kondisi Tidak Aman
1. Tidak cukup pengaman alat
2. Tidak cukup tanda peringatan bahaya
3. Kebisingan/debu/gas di atas NAB
4. Housekeeping tidak baik

Penyebab Kecelakaan Kerja (Heinrich Mathematical Ratio) dibagi atas 3 bagian Berdasarkan
Prosentasenya:

1. Tindakan tidak aman oleh pekerja (88%)


2. Kondisi tidak aman dalam areal kerja (10%)
3. Diluar kemampuan manusia (2%)

C. Masalah Kesehatan Dan Keselamatan Kerja

Kinerja (performen) setiap petugas kesehatan dan non kesehatan merupakan resultante dari tiga
komponen kesehatan kerja yaitu kapasitas kerja, beban kerja dan lingkungan kerja yang dapat
merupakan beban tambahan pada pekerja. Bila ketiga komponen tersebut serasi maka bisa
dicapai suatu derajat kesehatan kerja yang optimal dan peningkatan produktivitas. Sebaliknya
bila terdapat ketidak serasian dapat menimbulkan masalah kesehatan kerja berupa penyakit
ataupun kecelakaan akibat kerja yang pada akhirnya akan menurunkan produktivitas kerja

Kapasitas Kerja

Status kesehatan masyarakat pekerja di Indonesia pada umumnya belum memuaskan. Dari
beberapa hasil penelitian didapat gambaran bahwa 30-40% masyarakat pekerja kurang kalori
protein, 30% menderita anemia gizi dan 35% kekurangan zat besi tanpa anemia. Kondisi
kesehatan seperti ini tidak memungkinkan bagi para pekerja untuk bekerja dengan produktivitas
yang optimal. Hal ini diperberat lagi dengan kenyataan bahwa angkatan kerja yang ada sebagian
besar masih di isi oleh petugas kesehatan dan non kesehatan yang mempunyai banyak
keterbatasan, sehingga untuk dalam melakukan tugasnya mungkin sering mendapat kendala
terutama menyangkut masalah PAHK dan kecelakaan kerja.

Beban Kerja

Sebagai pemberi jasa pelayanan kesehatan maupun yang bersifat teknis beroperasi 8 24 jam
sehari, dengan demikian kegiatan pelayanan kesehatan pada laboratorium menuntut adanya pola
kerja bergilirdan tugas/jaga malam. Pola kerja yang berubah-ubah dapat menyebabkan kelelahan
yang meningkat, akibat terjadinya perubahan pada bioritmik (irama tubuh). Faktor lain yang
turut memperberat beban kerja antara lain tingkat gaji dan jaminan sosial bagi pekerja yang
masih relatif rendah, yang berdampak pekerja terpaksa melakukan kerja tambahan secara
berlebihan. Beban psikis ini dalam jangka waktu lama dapat menimbulkan stres.

Lingkungan Kerja

Lingkungan kerja bila tidak memenuhi persyaratan dapat mempengaruhi kesehatan kerja dapat
menimbulkan Kecelakaan Kerja (Occupational Accident), Penyakit Akibat Kerja dan Penyakit
Akibat Hubungan Kerja (Occupational Disease & Work Related Diseases).

D. Kecelakaan Kerja Tambang

Pengertian Batubara

Batubara adalah batuan yang berasal dari tumbuhan yang mati dan tertimbun endapan lumpur,
pasir, dan lempung sselama berjuta-juta tahun lamanya. Adanya tekanan lapisan tanah bersuhu
tinggi serta terjadinya gerak tektonik mengakibatkan terjadinya kebakaran atau oksidasi yang
mengubah zat kayu pada bangkai tumbuh-tumbuhan menjadi tumbuhan yang mudah terbakar
yang bernama batubara.

Batubara merupakan salah satu sumberdaya energi yang banyak terdapat di dunia, selain minyak
bumi dan gas alam. Batubara sudah sejak lama digunakan, terutama untuk kegiatan produksi
pada industri semen dan pembangkit listrik. Batubara sebagai energi alternatif mempunyai nilai
ekonomis yang cukup tinggi sehingga dapat menggantikan peran bahan bakar minyak (BBM)
dalam kegiatan produksi untuk industri tersebut. Apalagi beberapa tahun terakhir ini harga BBM
terus mengalami kenaikan dan hal ini sangat dirasakan dampaknya terutama dalam hal
kebutuhanya sebagai sumber nergi bagi berbagai aktivitas perekonomian dunia.

Batu bara adalah sisa tumbuhan dari jaman prasejarah yang berubah bentuk yang awalnya
berakumulasi dirawa dan lahan gambut. Penimbunan lanau dan sedimen lainnya, bersama
dengan pergeseran kerak bumi (dikenal sebagai pergeseran tektonik) mengubur rawa dan
gambut yang seringkali sampai ke kedalaman yang sangat dalam. Dengan penimbunan tersebut,
material tumbuhan tersebut terkena suhu dan tekanan yang tinggi. Suhu dan tekanan yang tinggi
tersebut menyebabkan tumbuhan tersebut mengalami proses perubahan fisika dan kimiawi dan
mengubah tumbuhan tersebut menjadi gambut dan kemudian batu bara.
Pembentukan batubara dimulai sejak Carboniferous Period (Periode Pembentukan Karbon atau
Batu Bara) dikenal sebagai zaman batu bara pertama yang berlangsung antara 360 juta sampai
290 juta tahun yang lalu. Mutu dari setiap endapan batu bara ditentukan oleh suhu dan tekanan
serta lama waktu pembentukan, yang disebut sebagai maturitas organik. Proses awalnya
gambut berubah menjadi lignite (batu bara muda) atau brown coal (batu bara coklat) Ini
adalah batu bara dengan jenis maturitas organik rendah. Dibandingkan dengan batu bara jenis
lainnya, batu bara muda agak lembut dan warnanya bervariasi dari hitam pekat sampai kecoklat-
coklatan. Mendapat pengaruh suhu dan tekanan yang terus menerus selama jutaan tahun, batu
bara muda mengalami perubahan yang secara bertahap menambah maturitas organiknya dan
mengubah batubara muda menjadi batu bara sub-bitumen. Perubahan kimiawi dan fisika terus
berlangsung hingga batu bara menjadi lebih keras dan warnanya lebh hitam dan membentuk
bitumen atau antrasit. Dalam kondisi yang tepat, penigkatan maturitas organik yang semakin
tinggi terus berlangsung hingga membentuk antrasit.

Pengertian Kerja tambang

Pengertian adalah Setiap tempat pekerjaan yang bertujuan atau berhubungan langsung dengan
pekerjaan penyelidikan umum, eksplorasi, study kelayakan, konstruksi, operasi produksi,
pengolahan/ pemurnian dan pengangkutan bahan galian golongan a, b, c, termasuk sarana dan
fasilitas penunjang yang ada di atas atau di bawah tanah/air, baik berada dalam satu wilayah atau
tempat yang terpisah atau wilayah proyek.

Yang dimaksud kecelakaan tambang yaitu :

1. Kecelakaan Benar Terjadi


2. Membuat Cidera Pekerja Tambang atau orang yang diizinkan di tambang oleh KTT
3. Akibat Kegiatan Pertambangan
4. Pada Jam Kerja Tambang
5. Pada Wilayah Pertambangan

Penggolongan Kecelakaan tambang

1. Cidera Ringan (Kecelakaan Ringan)

Korban tidak mampu melakukan tugas semula lebih dari 1 hari dan kurang dari 3 minggu.

1. Cidera Berat (Kecelakaan Berat)

Korban tidak mampu melakukan tugas semula lebih dari 3 minggu.

1. Berdasarkan cedera korban, yaitu :

Retak Tengkorak kepala, tulang punggung pinggul, lengan bawah/atas, paha/kaki


Pendarahan di dalam atau pingsan kurang oksigen
Luka berat, terkoyak
Persendian lepas

1. Berdasarkan penelitian heinrich:

Perbuatan membahayakan oleh pekerja mencapai 96% antara lain berasal dari:

1. Alat pelindung diri (12%)

b. Posisi kerja (30%)

c. Perbuatan seseorang (14%)

d. Perkakas (equipment) (20%)

e. Alat-alat berat (8%)

f. Tata cara kerja (11%)

g. Ketertiban kerja (1%)

Sumberlainnya diluar kemampuan dan kendali manusia.


E. Tindakan Setelah Kecelakaan Kerja

Manajemen K3

1. Pengorganisasian dan Kebijakan K3


2. Membangun Target dan Sasaran
3. Administrasi, Dokumentasi, Pelaporan
4. SOP

Prosedur kerja standar adalah cara melaksanakan pekerjaan yang ditentukan, untuk memperoleh
hasil yang sama secara paling aman, rasional dan efisien, walaupun dilakukan siapapun,
kapanpun, di manapun. Setiap pekerjaan Harus memiliki SOP agar pekerjaan dapat dilakukan
secara benar, efisien dan aman

1. Rekrut Karyawan & Kontrol Pembelian


2. Inspeksi dan Pengujian K3
3. Komunikasi K3
4. Pembinaan
5. Investigasi Kecelakaan
6. Pengelolaan Kesehatan Kerja
7. Prosedur Gawat Darurat
8. Pelaksanaan Gernas K3
Manajemen K3 memiliki target dan sasaran berupa tercapainya suatu kinerja K3 yang optimal
dan terwujudnya ZERO ACCIDENT dalam kegiatan Proses Produksi .

Pedoman Peraturan K3 Tambang

1. Ruang Lingkup K3 Pertambangan : Wilayah KP/KK/PKP2B/SIPD Tahap


Eksplorasi/Eksploitasi/Kontruksi & Produksi/Pengolahan/Pemurnian/Sarana Penunjang
2. UU No. 11 Tahun 1967
3. UU No. 01 Tahun 1970
4. UU No. 23 Tahun 1992
5. PP No. 19 Tahun 1970
6. Kepmen Naker No. 245/MEN/1990
7. Kepmen Naker No. 463/MEN/1993
8. Kepmen Naker No. 05/MEN/1996
9. Kepmen PE. No.2555 K/26/MPE/1994
10. Kepmen PE No. 555 K/26/MPE/1995
11. Kepmen Kesehatan No. 260/MEN/KES/1998
12. Kepmen ESDM No. 1453 K/29/MEM/2000

F. Sistem manajemen k3 di pertambangan

Manajemen Resiko Pertambangan adalah suatu proses interaksi yang digunakan oleh perusahaan
pertambangan untuk mengidentifikasi, mengevaluasi, dan menanggulangi bahaya di tempat kerja
guna mengurangi resiko bahaya seperti kebakaran, ledakan, tertimbun longsoran tanah, gas
beracun, suhu yang ekstrem,dll. Jadi, manajemen resiko merupakan suatu alat yang bila
digunakan secara benar akan menghasilkan lingkungan kerja yang aman,bebas dari ancaman
bahaya di tempat kerja.

Adapun Faktor Resiko yang sering dijumpai pada Perusahaan Pertambangan adalah sebagai
berikut :

Ledakan

Ledakan dapat menimbulkan tekanan udara yang sangat tinggi disertai dengan nyala api. Setelah
itu akan diikuti dengan kepulan asap yang berwarna hitam. Ledakan merambat pada lobang
turbulensi udara akan semakin dahsyat dan dapat menimbulkan kerusakan yang fatal

Longsor

Longsor di pertambangan biasanya berasal dari gempa bumi, ledakan yang terjadi di dalam
tambang,serta kondisi tanah yang rentan mengalami longsor. Hal ini bisa juga disebabkan oleh
tidak adanya pengaturan pembuatan terowongan untuk tambang.

Kebakaran
Bila akumulasi gas-gas yang tertahan dalam terowongan tambang bawah tanah mengalami suatu
getaran hebat, yang diakibatkan oleh berbagai hal, seperti gerakan roda-roda mesin, tiupan angin
dari kompresor dan sejenisnya, sehingga gas itu terangkat ke udara (beterbangan) dan kemudian
membentuk awan gas dalam kondisi batas ledak (explosive limit) dan ketika itu ada sulutan api,
maka akan terjadi ledakan yang diiringi oleh kebakaran.

Pengelolaan Risiko menempati peran penting dalam organisasi kami karena fungsi ini
mendorong budaya risiko yang disiplin dan menciptakan transparansi dengan menyediakan dasar
manajemen yang baik untuk menetapkan profil risiko yang sesuai. Manajemen Risiko bersifat
instrumental dalam memastikan pendekatan yang bijaksana dan cerdas terhadap pengambilan
risiko yang dengan demikian akan menyeimbangkan risiko dan hasil serta mengoptimalkan
alokasi modal di seluruh korporat. Selain itu, melalui budaya manajemen risiko proaktif dan
penggunaan sarana kuantitatif dan kualitatif yang modern, kami berupaya meminimalkan potensi
terhadap kemungkinan risiko yang tidak diharapkan dalam operasional.

Pengendalian risiko diperlukan untuk mengamankan pekerja dari bahaya yang ada di tempat
kerja sesuai dengan persyaratan kerja Peran penilaian risiko dalam kegiatan pengelolaan diterima
dengan baik di banyak industri. Pendekatan ini ditandai dengan empat tahap proses pengelolaan
risiko manajemen risiko adalah sebagai berikut :

1. Identifikasi risiko adalah mengidentifikasi bahaya dan situasi yang berpotensi


menimbulkan bahaya atau kerugian (kadang-kadang disebut kejadian yang tidak
diinginkan).
2. Analisis resiko adalah menganalisis besarnya risiko yang mungkin timbul dari peristiwa
yang tidak diinginkan.
3. Pengendalian risiko ialah memutuskan langkah yang tepat untuk mengurangi atau
mengendalikan risiko yang tidak dapat diterima.
4. Menerapkan dan memelihara kontrol tindakan adalah menerapkan kontrol dan
memastikan mereka efektif.

Manajemen resiko pertambangan dimulai dengan melaksanakan identifikasi bahaya untuk


mengetahui faktor dan potensi bahaya yang ada yang hasilnya nanti sebagai bahan untuk
dianalisa, pelaksanaan identifikasi bahaya dimulai dengan membuat Standart Operational
Procedure (SOP). Kemudian sebagai langkah analisa dilakukanlah observasi dan inspeksi.
Setelah dianalisa,tindakan selanjutnya yang perlu dilakukan adalah evaluasi resiko untuk menilai
seberapa besar tingkat resikonya yang selanjutnya untuk dilakukan kontrol atau pengendalian
resiko. Kegiatan pengendalian resiko ini ditandai dengan menyediakan alat deteksi, penyediaan
APD, pemasangan rambu-rambu dan penunjukan personel yang bertanggung jawab sebagai
pengawas. Setelah dilakukan pengendalian resiko untuk tindakan pengawasan adalah dengan
melakukan monitoring dan peninjauan ulang bahaya atau resiko.

Secara umum manfaat Manajemen Resiko pada perusahaan pertambangan adalah sebagai berikut
:

1. Menimalkan kerugian yang lebih besar


2. Meningkatkan kepercayaan pelanggan dan pemerintah kepada perusahaan
3. Meningkatkan kepercayaan karyawan kepada perusahaan

Guna menghindari berbagai kecelakaan kerja pada tambang bawah tanah, terutama dalam bentuk
ledakan gas perlu dilakukan tindakan pencegahan. Tindakan pencegahan ledakan ini harus
dilakukan oleh segenap pihak yang terkait dengan pekerjaan pada tambang bawah tanah tersebut.
Beberapa hal yang perlu dipelajari dalam rangka pencegahan ledakan adalah :

1. Pengetahuan dasar-dasar terjadinya ledakan, membahas:


1. Gas-gas yang mudah terbakar/meledak
2. Karakteristik gas
3. Sumber pemicu kebakaran/ledakan
4. Metoda eliminasi penyebab ledakan, antara lain:
1. Pengukuran konsentrasi gas
2. Pengontrolan sistem ventilasi tambang
3. Pengaliran gas (gas drainage)
4. Penggunaan alat ukur gas
5. Penyiraman air (sprinkling water)
6. Pengontrolan sumber-sumber api penyebab kebakaran dan ledakan
7. Teknik pencegahan ledakan tambang
1. Penyiraman air (water sprinkling)
2. Penaburan debu batu (rock dusting)
3. Pemakaian alat-alat pencegahan standar.
4. Fasilitas pencegahan penyebaran kebakaran dan ledakan, antara
lain:
1. Lokalisasi penambangan dengan penebaran debu batuan
2. Pengaliran air ke lokasi potensi kebakaran atau ledakan
3. Penebaran debu batuan agak lebih tebal pada lokasi rawan
4. Tindakan pencegahan kerusakan akibat kebakaran dan
ledakan:
1. Pemisahan rute (jalur) ventilasi
2. Evakuasi, proteksi diri, sistemperingatandini, dan
penyelamatansecara tim.

Sesungguhnya kebakaran tambang dan ledakan gas tidak akan terjadi jika sistem ventilasi
tambang batubara bawah tanah itu cukup baik.

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Kecelakaan kerja tambang adalah suatu kejadian yang tidak diinginkan atau tidak dikehendaki
yang benar-benar terjadi dan membuat cidera pekerja tambang atau orang yang diizinkan di
tambang oleh KTT sebagai akibat kegiatan pertambangan pada jam kerja tambang dan pada
wilayah pertambangan.

Peran K3 sebagai suatu sistem program yang dibuat bagi pekerja maupun pengusaha, kesehatan
dan keselamatan kerja atau K3 diharapkan dapat menjadi upaya preventif terhadap timbulnya
kecelakaan kerja dan penyakit akibat hubungan kerja dalam lingkungan kerja. Pelaksanaan K3
diawali dengan cara mengenali hal-hal yang berpotensi menimbulkan kecelakaan kerja dan
penyakit akibat hubungan kerja, dan tindakan antisipatif bila terjadi hal demikian.

Manajemen Resiko Pertambangan adalah suatu proses interaksi yang digunakan oleh perusahaan
pertambangan untuk mengidentifikasi, mengevaluasi, dan menanggulangi bahaya di tempat kerja
guna mengurangi resiko bahaya seperti kebakaran, ledakan, tertimbun longsoran tanah, gas
beracun, suhu yang ekstrem, dll. Jadi, manajemen resiko merupakan suatu alat yang bila
digunakan secara benar akan menghasilkan lingkungan kerja yang aman, bebas dari ancaman
bahaya di tempat kerja. Pentingnya kebutuhan pengelolaan K3 dalam bentuk manajemen yang
sistematis dan mendasar agar dapat terintegrasi dengan manajemen perusahaan yang lain.
Integrasi tersebut diawali dengan kebijakan dari perusahaan untuk mengelola K3 dengan
menerapkan suatu Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3).

B. Saran

Kesehatan dan keselamatan kerja sangat penting dalam pembangunan karena sakit dan
kecelakaan kerja akan menimbulkan kerugian ekonomi (lost benefit) suatu perusahaan, kerugian
pada diri pekerja, bahkan kerugian pada Negara. Oleh karena itu kesehatan dan keselamatan
kerja harus dikelola secara maksimal bukan saja oleh tenaga kesehatan tetapi seluruh masyarakat
khusunya masyarakat pekerja di pertambangan tersebut guna meminimalisir segala kerugian
yang dapat terjadi.

Tentang iklan-iklan ini

Share this:

Twitter
Facebook6

Terkait

Laporan Kunjungan di PT Geo Dipa Diengdalam "Tugas Kuliah Semester 4"

Pestisida pada petanidalam "Tugas Kuliah Semester 4"

Penjernihan Airdalam "Tugas Kuliah Semester 3"

This entry was posted on Juni 1, 2012, in Tugas Kuliah Semester 4 and tagged K3, K3
dipertambangan, kecelakaan kerja tambang, masalah kesehatan dan keselamatan kerja, sebab-
sebab kecelakaan tambang, sistem manajemen K3 dipertambangan, Undang-undang K3.
Bookmark the permalink. 21 Komentar

Navigasi pos

Laporan Kunjungan di PT Geo Dipa Dieng

Awal Juni 2012

21 thoughts on Kesehatan dan Keselamatan Kerja di Pertambangan

1. eva melisa berkata:

Juli 16, 2012 pukul 12:39 pm

thanks a lot for you.

Balas

o evynurhidayah berkata:

Oktober 5, 2012 pukul 5:29 pm

you are welcome


:)

Balas

2. beni berkata:

Oktober 26, 2012 pukul 2:24 am

Sangat bermanfaat terima kasih !

Balas

3. herman susilo berkata:

November 14, 2012 pukul 12:30 am


tqs to info nya.salam safety

Balas

o evynurhidayah berkata:

November 14, 2012 pukul 2:34 am

oke,,,sama-sama
semoga bermanfaat.. :)

Balas

4. octaria berkata:

November 26, 2012 pukul 1:27 am

tq yabermanfaat banget nie pas bnget dengn bidangq saat ini tentang adm.safety

Balas

o evynurhidayah berkata:

November 30, 2012 pukul 5:34 am

ok sama2..
smoga bisa bermanfaat

Balas

5. Abdullah Tw berkata:

Desember 13, 2012 pukul 10:58 am

Mantap dan berguna

Balas
o evynurhidayah berkata:

Januari 14, 2013 pukul 5:54 am

makasiih,, :)

Balas

6. nu adjah berkata:

Desember 19, 2012 pukul 6:49 pm

sangatsangat bermanfaat dan mudah dimengerti. terima kasih

Balas

o evynurhidayah berkata:

Januari 14, 2013 pukul 5:54 am

kembali kasiih.. :)

Balas

7. Muliawan berkata:

Januari 18, 2013 pukul 6:31 am

mkasi yaa,.sangat bermanfaat bagi org2 awam sperti sy,..

Balas

o evynurhidayah berkata:

Januari 21, 2013 pukul 3:37 am

sama sama,,, :)
Balas

8. Hasrat Zega berkata:

Januari 28, 2013 pukul 4:51 pm

Thanx ea
ini kan mjd bgian dri isi mkalah kmi :)

Balas

o evynurhidayah berkata:

Februari 25, 2013 pukul 5:05 am

oke.

semoga bermanfaat :)

Balas

9. abdul latif berkata:

Februari 6, 2013 pukul 11:00 am

thanks atas artikel.y,,,ini sangat bermanfaat,sekali lg thanks,,,,

Balas

o evynurhidayah berkata:

Februari 25, 2013 pukul 5:04 am

sama2 :)

Balas
10. KEMAL PASHA berkata:

Februari 15, 2013 pukul 6:17 am

terima kasih.

Balas

11. haris setyawan (@haris_setyawan_) berkata:

April 10, 2013 pukul 4:12 am

ada beberapa masukan buat artikelnya mbak evy dari saya,

1. saya mau menanyakan tentang kutiban sbb :



Metoda eliminasi penyebab ledakan, antara lain:
Pengukuran konsentrasi gas
Pengontrolan sistem ventilasi tambang
Pengaliran gas (gas drainage)
Penggunaan alat ukur gas
Penyiraman air (sprinkling water)
Pengontrolan sumber-sumber api penyebab kebakaran dan ledakan
Teknik pencegahan ledakan tambang
Penyiraman air (water sprinkling)
Penaburan debu batu (rock dusting)
Pemakaian alat-alat pencegahan standar.
Fasilitas pencegahan penyebaran kebakaran dan ledakan, antara lain:
Lokalisasi penambangan dengan penebaran debu batuan
Pengaliran air ke lokasi potensi kebakaran atau ledakan
Penebaran debu batuan agak lebih tebal pada lokasi rawan
Tindakan pencegahan kerusakan akibat kebakaran dan ledakan:
Pemisahan rute (jalur) ventilasi
Evakuasi, proteksi diri, sistemperingatandini, dan penyelamatansecara tim.
.
kalau dari hirarki pengendalian bahaya (eliminasi, subtitusi, engginering, administrasi
dan APD) point2 di atas menurut saya bukan metode ELIMINASI saja. tapi ada peranan
metode ENGGINERING, ADMINISTRASI. jadi mungkin bisa dipisahkan masing2
metode.

2. Berdasarkan kenyataan di lapangan, khususnya pertmbangan batu bara di indonesia,


adalah menggunakan metode pertambangan open pit, jadi bukan pertambangan di dalam
tanah, jadi potensi bahaya nya pun berbeda. kebanyakan permasalahan K3 di
pertambangan batu bara di Indonesia adalah di sektor PIT cLEARING, hauling batu bara,
maintenance alat(plant), blasting, dan kebakaran/ledakan yang berasal dari fuel storage
bisa dilihat dalam kepmen 555 tahun 1995.

3. DI BAB I di point E. Tindakan Setelah Kecelakaan Kerja kurang menyentuh sesuai


poin nya. padahal disitu ada point tindakan setelah kecelakaan kerja, tetapi tidak ada
tulisan yang membahas hal-hal apa yang dilakukan setelah terjadi kecelakaan
kerja(meliputi dari investigasi yang seperti apa, pelaporan yang sperti apa, maupun
rekomendasi tindakan perbaikan)

oke goodluck semangat berkaya

Balas

12. dedy saputra berkata:

Mei 30, 2013 pukul 12:40 pm

thanks atas infonya bsa buat perbandingan sma laporanku,,

Balas

o evynurhidayah berkata:

Juni 4, 2013 pukul 4:52 am

okoks..

semoga bermanfaat.. :)

Balas

Berikan Balasan

Cari bErdasarkan JuduL


Sugeng Rawuuh

Hellow....^^
Glitterfy.com - Welcome Glitter Graphics To my Blog..... makaciih udda berkunjung......... dunia
terasa sempurna jika kita bisa saling berbagi ilmu pada sesama,,,, Ooiaa.. jGn luppa...
comment,,kritik,,ato saran dr tmen2 ea...biar Blog Q lbih baeg Q tunggu pko'nya... => (NB)
menjadi baik ittuw mudah,,tp menjadi benar ittuw susah, karena benar bagi kita blum tntu

benar bg org lain,,, Chayoo........!!!


Glitterfy.com - Piglet Glitter Graphics

my Kalender

Juni 2012

M T W T F S S

Apr Nov

1 2 3

4 5 6 7 8 9 10

11 12 13 14 15 16 17
Juni 2012

M T W T F S S

18 19 20 21 22 23 24

25 26 27 28 29 30

Like me..^^

my Blog Stats

226,500 hits

saHabat_Q

Isnainicandra
langkah catatanku
lkppikom
irfanhandi
coretan hati
goresan hati memeii
wangonvillage
am4nk04
alumongga anandita
hanya seorang 'phia'
catatan elfarizi
gubuknya itaita
liliesre
catatankika
ninokeyiz's journey
dita's blog
lentera hati
annachanhokidoki
rantinghijau
adietcandra
dewi rosani
Ariez Rpc05
Goresan Hitam
deqipersmuslimah
Ardhi QHSE
Lagi Lagi Halaman Guna Guna
fauzanmm
cumakatakata
peta pemikiran

my_doCument

cerita hari ini


ceRita_humoor
curahan hati
KUHP
Praktek_Q
seLaRik ceRita Hari ini
Tugas Kuliah Semester 1
Tugas Kuliah Semester 2
Tugas Kuliah Semester 3
Tugas Kuliah Semester 4

kabar bLogQ

Arsip

Maret 2014
Maret 2013
November 2012
Juni 2012
April 2012
Maret 2012
Januari 2012

Meta

Mendaftar
Masuk log
RSS Entri
RSS Komentar
WordPress.com

ini aQuw

Blog di WordPress.com. | The Bouquet Theme.

Ikuti

Ikuti evynurhidayah

Kirimkan setiap pos baru ke Kotak Masuk Anda.

Bergabunglah dengan 28 pengikut lainnya.

Buat situs dengan WordPress.com

Anda mungkin juga menyukai