Marwa A Mwaheb
Bagian Kedokteran Forensik dan Toksikologi Klinik, Universitas Fayoum, Mesir
Alamat koresponding: Marwa Ali Mwaheb, Bagian Kedokteran Forensik dan Toksikologi Klinik,
marwa.Mwaheb@yahoo.com
Abstract
Latar belakang dan tujuan: kekerasan pada anak bukanlah masalah yang jarang terjadi pada
anak anak, namun ini merupakan masalah kesehatan masyarakat yang utama di dunia. Bentuk
penganiayaan yang sering adalah pelecehan seksual terhadap anak yang memiliki konsekuensi negatif
baik pada konsekuensi kesehatan jangka pendek maupun jangka panjang, yang terlihat berupa
gangguan fisik maupun mental. Studi ini sangat penting untuk menentukan aspek demografi dan
medikolegal pelecehan seksual terhadap anak-anak di Provinsi Fayoum, Mesir, yang memiliki
implikasi klinis untuk dokter anak, psikiater yang bekerja dengan anak-anak.
Metode: Ini adalah studi multi-sisi yang dilakukan oleh Forensic Medical Authority (FMA) pada
anak anak di propinsi Fayoum. Penelitian ini merupakan analisis deskriptif kasus-kasus pelecehan
Hasil: Jumlah kasus adalah 15 korban; 80% adalah laki-laki dan 20% adalah perempuan.
Sebagian besar serangan terjadi pada 2010 (20%), 2013 dan 2014 (33%). Sampel yang dipilih berada
pada usia rata-rata 8 tahun dan rentang umur bervariasi dari 5 bulan sampai 15 tahun; 12 orang (80%)
adalah anak laki-laki dan 3 orang (20%) adalah anak perempuan. Sebanyak 40% korban berada pada
daerah perkotaan, dan 60% korban berasal dari daerah pedesaan. Tanda fisik ditemukan pada 26,7%
korban berupa abrasi dan memar di wajah, lengan bawah dan kaki, sementara tanda tersebut tidak ada
pada 73,3% sampel yang dipilih. Tanda perianal ditemukan pada 80% korban sementara tidak ada
Kesimpulan: Penelitian ini telah menunjukkan bahwa tingkat buta huruf orang tua terhadap
sampel yang dipilih lebih tinggi daripada populasi orang lain (populasi umum), yang tampaknya
menjadi salah satu penyebab masalah ini. Korban utama adalah anak-anak yang usianya berkisar dari
Pendahuluan
Pelecehan seksual pada anak (Child Sexual Abuse/CSA) adalah pengalaman
hidup yang sangat rumit yang menjadi masalah besar pada masyarakat dan menjadi
fokus bagi kalangan legislatif dan profesional. Untuk mengetahui pentingnya
pelecehan sexual anak (CSA) di seluruh dunia, kami mulai menyaring literatur yang
berkembang yang ditulis mengenai masalah pelecehan seksual, yang diterbitkan oleh
korban dewasa yang selamat dan liputan media yang membahas mengenai masalah
pelecehan seksual. Beberapa aspek kesamaan antara pelecehan seksual anak dan
"jigsaw puzzle. Dalam kedua tuduhan anak itu sangat penting. Juga jelas bahwa
tanda-tanda fisik yang dapat dengan mudah ditemukan oleh pemeriksa yang
berkualifikasi untuk penuntutan pidana, dan akibatnya menghasilkan konsekwensi
pada perlindungan anak. Hal ini juga tidak bernilai dimana tanda fisik selalu menjadi
kasus pada inspeksi tertutup dan dan cermat dalam mengambil keputusan akhir. Hal
ini dapat dikatakan, pada CSA, penyelidikan yang pertama dan selanjutnya adalah
temuan anal ini, diperkenalkan pada anak terpilih dengan tanpa pelecehan dan anak
anak dengan gangguan medis yang berpengaruh buruk pada anus. Tinjauan literatur
menunjukkan bahwa berbagai penelitian sebelumnya telah membuat sebuah
perbandingan pada tanda-tanda dianus di antara beberapa kelompok anak-anak;
Tanda-tanda anal sering diambil dalam memeriksa anak-anak dengan dugaan CSA
yang pada akhirnya bertujuan untuk memberikan advokasi pada proses pengadilan.
Namun, belum jelas sejauh mana kepercayaan dapat diatur pada tanda-tanda tertentu
daripada tanda yang lain. Bahkan ada sedikit jaminan tentang hubungan antara tanda-
tanda anal yang diamati dalam penyingkapan atau kecurigaan harus menimbulkan
kekhawatiran tentang kemungkinan CSA dan kebutuhan untuk penyelidikan
selanjutnya. Dua puluh tahun terakhir telah mencatat statistik pelecehan seksual anak
di kalangan remaja yang mencapai 6% dan 62% untuk wanita dan 3% dan 31% untuk
laki-laki. Selain itu, Sistem Pelaporan Berbasis Insiden, yang merupakan salah satu
pemandu resmi yang menyediakan data tentang pelecehan seksual yang dilaporkan ke
pihak berwenang, menunjukkan bahwa pelecehan seksual paling dominan di kalangan
remaja berbeda dengan kelompok usia lainnya, dan 33% dari semua korban dalam
usia 13-17 tahun. Penting untuk dicatat bahwa tingkat prevalensi berdasarkan insiden
tercatat kemungkinan karena meremehkan masalah ini dan hanya separuh dari semua
korban remaja yang akan memberitahu seseorang tentang insiden yang terjadi pada
pihak berwenang.
Metode
Penelitian ini bersifat deskriptif, melihat kembali kasus catatan Forensik Medical
Authority (PMA) yang dilaporkan pada gubernur Fayoum mengenai kasus pelecehan
seksual anak yang diselidiki pada periode 2010 hingga 2014. Sampel yang dipilih
mencakup anak-anak sejak lahir hingga usia 18 tahun, Yang dinilai oleh FMA
sehubungan dengan masalah yang diteliti. Penelitian saat ini tidak menyelidiki kasus
yang mencatat gejala penyakit yang mensimulasikan pelecehan seksual terhadap anak.
Variabel utama yang diteliti adalah data demografis (umur, jenis kelamin, tempat
tinggal), temuan fisik dan temuan genital.
Analisa statistik
Data dikumpulkan dan dikode untuk memudahkan pengolahan data;
Kemudian mereka masuk ganda ke dalam Microsoft Access dan data
kemudian diproses menggunakan software SPSS versi 18 di pada Window 7.
Sebuah analisis deskriptif sederhana berupa angka dan persentase untuk data
kualitatif, dan alat penghitungan aritmetika sebagai pengukuran tendensi
sentral, standar deviasi yang digunakan sebagai ukuran dispersi untuk data
parametrik kuantitatif, dan uji statistik inferensial.
Untuk data kuantitativ non parametric
Non paired variable
Uji Mann whitneys dalam membandingkan antar dua variable independent
Uji Chi squares dilakukan untuk membandingkan antara dua atau lebih grup
qualitative. Level p < 0,05 diambil sebagai nilai potong yang signifikan
Hasil
Jumlah total kasus sebanyak 15 korban; 80% adalah laki laki dan 20% perempuan
yang hanya melaporkan ke Forensic Medical Authority (FMA). Kejadian kasus
banyak terjadi pada tahun 2010 (20%), 2013, dan 2014 (33%). Usia rata-rata adalah 8
tahun dan dengan usia berkisar antara 5 bulan sampai 15 tahun, 12 (80%) adalah laki-
laki dan 3 (20%) adalah perempuan. 40% penderita berasal dari daerah perkotaan,
sedangkan 60% korban berasal dari daerah pedesaan. Tanda fisik ditemukan pada
26,7% korban berupa abrasi dan memar di wajah, lengan bawah dan kaki, sementara
tanda tersebut tidak ditemukan pada 73,3% korban. Tanda-tanda perianal ditemukan
pada 80% korban, sementara tanda-tanda tersebut tidak ada pada 20% korban. Tidak
ada hubungan yang signifikan antara temuan, investigasi, dan waktu. Tabel 2
menunjukkan bahwa usia rata-rata anak-anak adalah 8,6 2,8 tahun, 80% adalah laki-
laki, dengan 60% berasal dari pedesaan, 26,7% anak-anak memiliki tanda fisik;
Sementara 80% memiliki tanda-tanda perianal. Ada peningkatan nyata dalam kasus
pada tahun 2013 dan pada tahun 2014 seperti yang ditunjukkan pada Gambar 1. Studi
ini juga mencatat adanya perbedaan statistik dengan p-value <0,05 antara laki-laki dan
perempuan sehubungan dengan usia dengan mean tertinggi pada antara laki-laki.
Sebaliknya, penelitian ini juga mencatat tidak ada perbedaan statistik dengan p-value>
0,05 pada hubungan dengan tempat tinggal, di samping adanya tanda-tanda fisik dan
perianal dan tahun seperti yang terlihat pada Tabel 3. Penelitian ini juga menunjukkan
bahwa tidak signifikan secara statistik Perbedaan dengan nilai <0,05 antara yang
tinggal diperkotaan dan pedesaan, dengan umur, jenis kelamin, tanda fisik dan
perianal dan tahun kejadian seperti yang terlihat pada Tabel 4 di bawah ini. Gambar 2
mengilustrasikan bahwa tidak ada perbedaan signifikan secara statistik dengan nilai p
<0,05 antara anak-anak dengan dan tanpa tanda perianal terhadap umur, jenis
kelamin, tempat tinggal dan tanda fisik.