Anda di halaman 1dari 12

Pelecehan sexual pada anak di wilayah Fayoum, Mesir (2010-2014)

Marwa A Mwaheb
Bagian Kedokteran Forensik dan Toksikologi Klinik, Universitas Fayoum, Mesir

Alamat koresponding: Marwa Ali Mwaheb, Bagian Kedokteran Forensik dan Toksikologi Klinik,

Fakultas Kedokteran , universitas Fayoum , Mesir. Tel: 0201006267354; Email:

marwa.Mwaheb@yahoo.com

Abstract

Latar belakang dan tujuan: kekerasan pada anak bukanlah masalah yang jarang terjadi pada

anak anak, namun ini merupakan masalah kesehatan masyarakat yang utama di dunia. Bentuk

penganiayaan yang sering adalah pelecehan seksual terhadap anak yang memiliki konsekuensi negatif

baik pada konsekuensi kesehatan jangka pendek maupun jangka panjang, yang terlihat berupa

gangguan fisik maupun mental. Studi ini sangat penting untuk menentukan aspek demografi dan

medikolegal pelecehan seksual terhadap anak-anak di Provinsi Fayoum, Mesir, yang memiliki

implikasi klinis untuk dokter anak, psikiater yang bekerja dengan anak-anak.

Metode: Ini adalah studi multi-sisi yang dilakukan oleh Forensic Medical Authority (FMA) pada

anak anak di propinsi Fayoum. Penelitian ini merupakan analisis deskriptif kasus-kasus pelecehan

seksual anak yang didokumentasikan dalam lima tahun terakhir (2010-2014)

Hasil: Jumlah kasus adalah 15 korban; 80% adalah laki-laki dan 20% adalah perempuan.

Sebagian besar serangan terjadi pada 2010 (20%), 2013 dan 2014 (33%). Sampel yang dipilih berada

pada usia rata-rata 8 tahun dan rentang umur bervariasi dari 5 bulan sampai 15 tahun; 12 orang (80%)

adalah anak laki-laki dan 3 orang (20%) adalah anak perempuan. Sebanyak 40% korban berada pada

daerah perkotaan, dan 60% korban berasal dari daerah pedesaan. Tanda fisik ditemukan pada 26,7%

korban berupa abrasi dan memar di wajah, lengan bawah dan kaki, sementara tanda tersebut tidak ada

pada 73,3% sampel yang dipilih. Tanda perianal ditemukan pada 80% korban sementara tidak ada

ditemukan pada 20% .

Kesimpulan: Penelitian ini telah menunjukkan bahwa tingkat buta huruf orang tua terhadap

sampel yang dipilih lebih tinggi daripada populasi orang lain (populasi umum), yang tampaknya

menjadi salah satu penyebab masalah ini. Korban utama adalah anak-anak yang usianya berkisar dari

usia 6-12 tahun.


Kata kunci: pelecehan seksual pada anak, kedokteran forensic, fayoum.

Pendahuluan
Pelecehan seksual pada anak (Child Sexual Abuse/CSA) adalah pengalaman
hidup yang sangat rumit yang menjadi masalah besar pada masyarakat dan menjadi
fokus bagi kalangan legislatif dan profesional. Untuk mengetahui pentingnya
pelecehan sexual anak (CSA) di seluruh dunia, kami mulai menyaring literatur yang
berkembang yang ditulis mengenai masalah pelecehan seksual, yang diterbitkan oleh
korban dewasa yang selamat dan liputan media yang membahas mengenai masalah
pelecehan seksual. Beberapa aspek kesamaan antara pelecehan seksual anak dan
"jigsaw puzzle. Dalam kedua tuduhan anak itu sangat penting. Juga jelas bahwa
tanda-tanda fisik yang dapat dengan mudah ditemukan oleh pemeriksa yang
berkualifikasi untuk penuntutan pidana, dan akibatnya menghasilkan konsekwensi
pada perlindungan anak. Hal ini juga tidak bernilai dimana tanda fisik selalu menjadi
kasus pada inspeksi tertutup dan dan cermat dalam mengambil keputusan akhir. Hal
ini dapat dikatakan, pada CSA, penyelidikan yang pertama dan selanjutnya adalah
temuan anal ini, diperkenalkan pada anak terpilih dengan tanpa pelecehan dan anak
anak dengan gangguan medis yang berpengaruh buruk pada anus. Tinjauan literatur
menunjukkan bahwa berbagai penelitian sebelumnya telah membuat sebuah
perbandingan pada tanda-tanda dianus di antara beberapa kelompok anak-anak;
Tanda-tanda anal sering diambil dalam memeriksa anak-anak dengan dugaan CSA
yang pada akhirnya bertujuan untuk memberikan advokasi pada proses pengadilan.
Namun, belum jelas sejauh mana kepercayaan dapat diatur pada tanda-tanda tertentu
daripada tanda yang lain. Bahkan ada sedikit jaminan tentang hubungan antara tanda-
tanda anal yang diamati dalam penyingkapan atau kecurigaan harus menimbulkan
kekhawatiran tentang kemungkinan CSA dan kebutuhan untuk penyelidikan
selanjutnya. Dua puluh tahun terakhir telah mencatat statistik pelecehan seksual anak
di kalangan remaja yang mencapai 6% dan 62% untuk wanita dan 3% dan 31% untuk
laki-laki. Selain itu, Sistem Pelaporan Berbasis Insiden, yang merupakan salah satu
pemandu resmi yang menyediakan data tentang pelecehan seksual yang dilaporkan ke
pihak berwenang, menunjukkan bahwa pelecehan seksual paling dominan di kalangan
remaja berbeda dengan kelompok usia lainnya, dan 33% dari semua korban dalam
usia 13-17 tahun. Penting untuk dicatat bahwa tingkat prevalensi berdasarkan insiden
tercatat kemungkinan karena meremehkan masalah ini dan hanya separuh dari semua
korban remaja yang akan memberitahu seseorang tentang insiden yang terjadi pada
pihak berwenang.

Metode
Penelitian ini bersifat deskriptif, melihat kembali kasus catatan Forensik Medical
Authority (PMA) yang dilaporkan pada gubernur Fayoum mengenai kasus pelecehan
seksual anak yang diselidiki pada periode 2010 hingga 2014. Sampel yang dipilih
mencakup anak-anak sejak lahir hingga usia 18 tahun, Yang dinilai oleh FMA
sehubungan dengan masalah yang diteliti. Penelitian saat ini tidak menyelidiki kasus
yang mencatat gejala penyakit yang mensimulasikan pelecehan seksual terhadap anak.
Variabel utama yang diteliti adalah data demografis (umur, jenis kelamin, tempat
tinggal), temuan fisik dan temuan genital.

Analisa statistik
Data dikumpulkan dan dikode untuk memudahkan pengolahan data;
Kemudian mereka masuk ganda ke dalam Microsoft Access dan data
kemudian diproses menggunakan software SPSS versi 18 di pada Window 7.
Sebuah analisis deskriptif sederhana berupa angka dan persentase untuk data
kualitatif, dan alat penghitungan aritmetika sebagai pengukuran tendensi
sentral, standar deviasi yang digunakan sebagai ukuran dispersi untuk data
parametrik kuantitatif, dan uji statistik inferensial.
Untuk data kuantitativ non parametric
Non paired variable
Uji Mann whitneys dalam membandingkan antar dua variable independent
Uji Chi squares dilakukan untuk membandingkan antara dua atau lebih grup
qualitative. Level p < 0,05 diambil sebagai nilai potong yang signifikan
Hasil
Jumlah total kasus sebanyak 15 korban; 80% adalah laki laki dan 20% perempuan
yang hanya melaporkan ke Forensic Medical Authority (FMA). Kejadian kasus
banyak terjadi pada tahun 2010 (20%), 2013, dan 2014 (33%). Usia rata-rata adalah 8
tahun dan dengan usia berkisar antara 5 bulan sampai 15 tahun, 12 (80%) adalah laki-
laki dan 3 (20%) adalah perempuan. 40% penderita berasal dari daerah perkotaan,
sedangkan 60% korban berasal dari daerah pedesaan. Tanda fisik ditemukan pada
26,7% korban berupa abrasi dan memar di wajah, lengan bawah dan kaki, sementara
tanda tersebut tidak ditemukan pada 73,3% korban. Tanda-tanda perianal ditemukan
pada 80% korban, sementara tanda-tanda tersebut tidak ada pada 20% korban. Tidak
ada hubungan yang signifikan antara temuan, investigasi, dan waktu. Tabel 2
menunjukkan bahwa usia rata-rata anak-anak adalah 8,6 2,8 tahun, 80% adalah laki-
laki, dengan 60% berasal dari pedesaan, 26,7% anak-anak memiliki tanda fisik;
Sementara 80% memiliki tanda-tanda perianal. Ada peningkatan nyata dalam kasus
pada tahun 2013 dan pada tahun 2014 seperti yang ditunjukkan pada Gambar 1. Studi
ini juga mencatat adanya perbedaan statistik dengan p-value <0,05 antara laki-laki dan
perempuan sehubungan dengan usia dengan mean tertinggi pada antara laki-laki.
Sebaliknya, penelitian ini juga mencatat tidak ada perbedaan statistik dengan p-value>
0,05 pada hubungan dengan tempat tinggal, di samping adanya tanda-tanda fisik dan
perianal dan tahun seperti yang terlihat pada Tabel 3. Penelitian ini juga menunjukkan
bahwa tidak signifikan secara statistik Perbedaan dengan nilai <0,05 antara yang
tinggal diperkotaan dan pedesaan, dengan umur, jenis kelamin, tanda fisik dan
perianal dan tahun kejadian seperti yang terlihat pada Tabel 4 di bawah ini. Gambar 2
mengilustrasikan bahwa tidak ada perbedaan signifikan secara statistik dengan nilai p
<0,05 antara anak-anak dengan dan tanpa tanda perianal terhadap umur, jenis
kelamin, tempat tinggal dan tanda fisik.

Table1. definisi tanda tanda per anal pada penelitian ini.


Reflek dan dilatasi Pengamatan konstan pada pembukaan anus memiliki tanda
minimal pada pemeriksaan bokong, otot sphinter eksternal dan
internal juga relaksasi
Kelemahan Mengamati penurunan tonus otot dubur, ini bukan temuan
dyramic, tidak ada perubahan diameter saat diperiksa.
menganga Pelebaran anus sehingga terlihat, lubang anus atau rectum
terlihat, durasi dari pemeriksaan harus diamati, sebagai
tandastatis. Amati pelebaran anus lebih dari sekedar kelemahan
anus
Fisura/laserasi Peri anal robek atau terpisah, kulit permukaan dan dalam
terlihat dari lubang anus
Kemerahan Kulit dan atau lendir merah; pelebaran pada kapiler
menghasilkan kemerahan
Pembengkakan Darah vena di pleksus vena pada jaringan peranal terkumpul;
vena perianal menghasilkan perubahan warna keunguan yang bengkak yang
mungkin terlokalisir atau disebarkan, namun dapat dibedakan
dari lebam
Tag Ujung anal atau kulit perianal menonjol, akibatnya simetri
lipatan kulit perianal terganggu
Luka Jaringan yang menggantikan jaringan normal setelah
penyembuhan luka ternyata berserat
Memar Darah pada kulit dan atau jaringan subkutan terkumpul. Ini
adalah akibat langsung dari kerusakan yang terjadi pada kapiler
atau pembuluh darah yang lebih besar sehingga terjadi
kebocoran darah ke jaringan dan akibatnya menyebabkan
perubahan warna pada kulit
Diskusi
Definisi umum kekerasan pada anak dan CSA sebagai aspek spesifik
penganiayaan anak - semakin disadari di seluruh dunia sebagai hal yang penting bagi
strategi pencegahan yang efektif. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) telah
mendefinisikan pelecehan seksual terhadap anak-anak sebagai: menggunakan anak
dalam aktivitas seksual yang tidak sepenuhnya disadari, di mana anak tidak dapat
memberikan informed consent untuk atau kepada, dimana perkembangan fisik dan
mental anak tersebut belum selesai dan tidak dapat memberikan persetujuan, atau
melanggar hukum atau tabu pada masyarakat. Pelecehan seksual terhadap anak
dipandang sebagai kegiatan antara anak dan orang dewasa atau anak yang usia
perkembangannya dalam hubungan pertanggungjawaban, kepercayaan dan kekuatan.
Dalam kegiatan yang disengaja untuk menikmati atau mengisi kebutuhan orang lain.
Ini juga termasuk didalamnya, tetapi tidak dibatasi untuk, Mendorong atau memaksa
anak untuk terlibat dalam kegiatan seksual yang terlarang, penggunaan anak dalam
pelacuran atau praktik seksual terlarang lainnya dan atau penggunaan anak dalam
eksploitasi kegiatan pornografi.
Pencocokan dengan temuan survey nasional dan internasional CSA lebih terlihat
semu pada wanita daripada laki-laki, meskipun tingkat CSA di antara laki-laki juga
diamati. distribusi gender pada CSA yang sebenarnya dapat terjadi karena deteksi dan
pelaporan di antara laki-laki. Alasannya adalah perhatian dari orang tua, guru, dokter
anak, dan profesional perawatan anak lainnya tentang CSA terutama kepada anak
perempuan. Anak laki-laki tampaknya menolak mengungkapkan pelecehan seksual
karena takut dihukum, stigma terhadap homoseksualitas, dan studi epidemiologi
komunitas tentang harga diri. Mereka kemudian dapat terlibat kedalam sistem
perlakuan peradilan pidana atau sistem penyalahgunaan zat terlarang, yang
menggambarkan laki-laki dengan CSA, dalam penelitian epidemiologi klinis dan
komunitas.
Otoritas medis forensik di gubernur Fayoum hanya mencatat 15 kasus, meskipun
jumlah sebenarnya lebih besar. Artinya, karena takut skandal dan berdasarkan
kebiasaan dan tradisi masyarakat, inilah kasus kasus yang telah terdaftar di provinsi
Fayoum, Mesir.
Penelitian terhadap 15 korban ini terutama berfokus pada CSA di wilayah
Fayoum, meskipun ada variasi dalam jumlah kasus CSA dari penelitian ini yang juga
tidak terkait dengan meningkat dalam kasus dari 3 per tahun pada 2010 hingga 5
kasus pada 2014. Peningkatan kasus dapat terlihat dengan 2 arah: kemungkinan
adanya peningkatan dalam perkembangan CSA dalam peningkatan perhatian dan
kepedulian masyarakat dan para profesionalisme, atau ini dapat dikenali dengan
peningkatan pengenalan dan rujukan. Sejalan dengan penelitian yang dilakukan di
Arab Saudi pada akhirnya menggambarkan karakteristik sosio-medis dan forensik
dari kasus pelecehan anak yang tercatat di rumah sakit ibu dan anak-anak (KIA) dan
forensic and legal center (FLC) di Dammam, Arab Saudi, melaporkan serangan fisik
dan seksual. Pada korban yang berusia kurang dari 18 tahun di KIA dari tahun 2008
sampai akhir 2010 dan FLC dari tahun 2006 sampai akhir 2010. Temuan ini
menunjukkan bahwa 87 kasus dilaporkan di mana 85% serangannya yang berakibat
akhir seksual, 12,6% serangannya bukan tindakan seksual dan 2.3% digabungkan
(baik pelecehan seksual maupun non-seksual) Jumlah kasus pelecehan anak yang
dilaporkan selama masa studi di kedua pusat menunjukkan adanya peningkatan kasus
dari 6 per tahun di tahun 2006 menjadi 21 kasus pada tahun 2010.
Demikian pula, dengan tiga studi dari National Incidens Studies di AS tentang
kekerasan dan penelantaran anak pada tahun 1979, 1986 dan 1993 menunjukkan
peningkatan yang luar biasa dalam kejadian semua bentuk penganiayaan anak, namun
penelitian keempat (2005) tentang kekerasan pada anak memperlihatkan hasil
sebaliknya.
Studi terbaru di SriLanka menunjukkan kecenderungan pelecehan selama
bertahun-tahun dalam periode pasca perang, prevalensi lebih pada tahun 2009 dan
2012. Kejadian kekerasan pada anak menngkat pada di tahun 2014.
Tinjauan terbaru dan terkini dari dua sumber utama lainnya adalah retrospektif
dari orang dewasa yang melaporkan pengalaman CSA dan studi tentang anak-anak
yang menjalani evaluasi forensik untuk CSA, mendukung anggapan bahwa anak-anak
sering menunda pengungkapan kekerasan. Sudah diketahui bahwa pengungkapan
ditentukan oleh interaksi faktor-faktor yang kompleks yang terkait dengan
karakteristik anak, lingkungan keluarga, dampak masyarakat, sikap budaya dan
masyarakat.
Dalam penelitian ini, jelas bahwa 80% adalah laki-laki dan 20% adalah
perempuan. Ini hanya dilaporkan dari FMA ke CSA di 2010-2014. Ini tidak sesuai
dengan penelitian lain yang menunjukkan bahwa prevalensi pelecehan seksual
sebelum usia 18 tahun adalah 10,14%, dimana 8% adalah laki-laki dan 75,2%
perempuan. Studi lain yang dilakukan di Nigeria pada seratus sembilan puluh
sembilan kasus kekerasan. Lima puluh delapan remaja mengatakan mereka
mendapatkan kekerasan pertama kali pada usia 7-12 tahun. Terdapat beberapa
perbedaan yang nyata pada kekerasan seksual pada laki-laki dan perempuan
(p=0,014).
Juga, pada penelitian ini memperlihatkan kejadian CSA banyak terjadi pada
daerah pedesaan (60%) dibandingkan daerah perkotaan sekitar 40%. Pada penelitan
lain yang sama mengatakan total 83,3% dari korban berasal dari kelas social rendah.
Hasil penelitian saat ini menunjukkan bahwa tanda-tanda fisik ditemukan pada
26,7% korban berupa abrasi dan memar di wajah, lengan bawah dan kaki, sementara
tidak ditemukan pada 73,3% korban, tanda-tanda perianal ditemukan pada 80%
korban, tidak ditemukan 20% di antaranya. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian lain
yang menunjukkan hasil pemeriksaan fisik yang berada dalam batas normal pada 80
Persentase anak korban pelecehan seksual. Tidak adanya temuan fisik dapat
dijelaskan oleh beberapa faktor. Banyak bentuk pelecehan seksual tidak menyebabkan
cedera fisik. Meskipun perwakilan publik dan penegak hukum dapat mematok pada
penetrasi vagina dan Tanda perianal, pelecehan seksual tanpa penetrasi yang berupa
percumbuan, oro-genital, rabaan genital atau anal, dan kontak alat kelamin tanpa
penetrasi. Bila dugaan pelecehan seksual telah terjadi dalam 72 jam didapat
perdarahan atau cedera akut, pemeriksaan harus segera dilakukan pada korban.
Kebanyakan korban kekerasan seksual tidak mencari bantuan medis dalam waktu
seminggu hingga sebulan setelah kekerasan terjadi, sehingga abrasi dan luka
superficial dapat sembuh dalam 24 hingga 48 jam.
Kesimpulan
Pelecehan seksual anak telah menyebabkan masalah serius, tidak hanya
berdampak bagi korban, tetapi juga untuk masyarakat secara keseluruhan, dan ini
tidak dapat diabaikan lagi. FMA di daerah Fayoum hanya mencatat 15 kasus, meski
jumlah sebenarnya jelas melebihi angka ini. Artinya, karena takut akan skandal dan
kebiasaan dan tradisi masyarakat. Situasi ini telah diidentifikasi di Fayoum, Mesir,
dimana merespons dengan berbagai program pencegahan dan intervensi. Kekerasan
pada anak lebih sering terjadi pada kelas sosial ekonomi yang lebih rendah, daripada
status sosio-ekonomi yang lebih tinggi, status tidak penting bagi keselamatan anak-
anak. Anak di usia 6-12 tahun merupakan korban utama.
Sampel ini diibaratkan sebagai puncak gunung es. Ini bisa menjadi pemicu bagi
penelitian prospektif yang mencakup rumah sakit dan masyarakat. Selanjutnya, survei
berbasis populasi secara umum diperlukan untuk menentukan secara tepat domain
CSA serta faktor risiko dan perlindungan keluarga dan masyarakat luas.
Penelitian ini secara klinis penting bagi dokter anak, psikiater, dan spesialis
kesehatan mental lainnya yang menangani anak-anak di Fayoum, sebagai penemuan
awal kekerasan pada anak, mengurangi kejadian, dan kompleksitas dari isu kejiwaan.

Anda mungkin juga menyukai