Anda di halaman 1dari 30

I.

PENDAHULUAN

A. Judul Praktikum
Karbohidrat
B. Tujuan Praktikum
Mengenali beberapa sifat monosakarida disakarida, dan polisakarida.
II. TINJAUAN PUSTAKA

Energi sangat diperlukan pada setiap langkah mahluk hidup, tanpa adanya
energi berarti tidak ada kehidupan. Sebagian besar porsi dari makanan/pakan yang
dikonsumsi oleh ternak atau manusia digunakan untuk memnuhi kebutuhan energy,
karena reaksi anabolisme dan katabolisme dalam tubuh memerlukan energy
(Dahlqvist, 1987).
Salah satu dari berbagai macam sumber energi adalah karbohidrat. Karbohidrat
berasal dari kata karbon (C) dan hidrat (H2O) yang secara umum menyatakan unsur
penyusunannya, yaitu unsur karbon (C), hydrogen (H), dan oksigen (O). Secara
biokimiawi, karbohidrat merupakan molekul polihidroksil-aldehida atau
polihidroksil-keton, atau senyawa yang menghasilkan salah satu maupun kedua jenis
senyawa tersebut bila dihidorlisis. Karbohidrat mengandung gugus karbonil (dalam
bentuk aldehid atau keton) dan gugus hidroksil (Lehninger, 1997).
Karbohidrat merupakan makanan sumber energi yang paling penting. Satu
gram karbohidrat dapat menghasilkan energi sebesar 4 kkal. Walaupun karbohidrat
tidak dianggap esensial seperti asam amino dan asam lemak esensial, tetapi makanan
sehari-hari harus mengandung sejumlah karbohidrat karena karbohidrat penting untuk
kesehatan dan kesejahteraan manusia. Karbohidrat diperlukan untuk menyediakan
oksaloasetat (melalui asam piruvat) yang bersama-sama dengan asetil KoA
diperlukan untuk memulai siklus TCA (Dahlqvist, 1987). Fungsi lain dari karbohidrat
adalah, menjaga aktifitas otak, pembentukan sel darah merah dan sistem syaraf, dan
membantu dalam proses metabolism protein dan lemak (Poedjiadi, 1994).
Menurut Poedjiadi (1994), pada manusia dan hewan, karbohidrat disimpan
dalam bentuk gula otot (glikogen). Pada tumbuhan, karbohidrat ditemukan dalam
bentuk pati, dan selulosa, dimana keduanya merupakan pembentukan struktur dan
komponen utama dinding sel. Pada bakteri karbohidrat ditemukan dalam bentuk
peptidoglikan yang menyusun dinding bakteri. Menurut Mamus dkk.(2006), bagi
seorang atlet yang mau bertanding, mengonsumsi karbohidrat lebih
direkomendasikan karena oksidasi dari karbohidrat cepat dan kemampuanya untuk
dicerna dan diserap cepat daripada protein dan lipid.
Pada awalnya, istilah karbohidrat digunakan untuk golongan senyawa yang
mempunyai rumus (CH2O)n, yaitu senyawa-senyawa yang n atom karbonnya tampak
terhidrasi oleh n molekul air. Akan tetapi, pengertian ini dinyatakan tidak tepat
karena munculnya beberapa senyawa yang memiliki rumus molekul (CH2O)n dan
bukan tergolong karbohidrat, misalnya asam asetat (CH3COOHC2H4O2 (CH2O)2
((Lehninger, 1997).
Klasifikasi karbohidrat berdasarkan zat penghidrolisisnya digolongkan menjadi
empat golongan, yaitu monosakarida, oligosakarida, polisakarida, dan glikosida.
Monosakarida atau gula sederhana merupakan senyawa-senyawa yang mengandung
lima atau enam atom karbon (C). Karbohidrat yang mengandung lima atom karbon
disebut pentosa sedangkan yang mengandung enam atom karbon disebuk heksosa.
Monosakarida juga merupakan polihidroksi aldehida yang disebut aldosa dan
polihidroksi keton disebut ketosa (Sastrohamidjojo, 2005).
Menurut Sumardjo (2009), monosakarida adalah suatu persenyawaan yang
tidak dapat diperkecil lagi dengan cara hidrolisis, netral, mudah larut dalam air,
kelarutannya dalam alkohol kecil, dan tidak larut dalam dietileter.banyak
monosakarida yang mempunyai rasa manis dan apabila dipanaskan mencair sambil
memecah, akhirnya membentuk arang.
Oligosakarida merupakan senyawa berisi dua atau lebih gula sederhana yang
dihubungkan oleh pembentukan asetal antara gugus aldehida atau gugus keton
dengan gugus hidroksil. Bila dua gula digabungkan diperoleh disakarida, bila tiga
diperoleh trisakarida dan seterusnya ikatan penggabungan bersama sama gula ini
disebut ikatan glikosida (Sastrohamidjojo, 2005).
Disakarida terdiri atas dua monosakarida yang dihubungkan oleh suatu ikatan
glikosidik, ikatan kovalen yang terbentuk antara dua monosakarida melalui reaksi
dehidrasi (Campbell dkk., 2002).
Polisakarida, di mana di dalamnya terikat lebih dari satu gula sederhana yang
dihubungkan dalam ikatan glikosidik. Makromolekul ini merupakan polimer monosakarida
atau polimer turunan-turunan monosakarida. Polisakarida meliputi pati, sellulosa dan dekstrin
(Sastrohamidjojo, 2005).
Glikosida dibedakan dari oligosakarida dan polisakarida yaitu oleh kenyataan
bahwa mereka mengandung molekul bukan gula. Bagian gula yang biasa disebut
glikon sedangkan bagian bukan bunga gula disebut sebagai aglikon atau genin.
Apabila dlikon dan aglikon saling terikat maka senyawa ini desebut sebagai glikosida
(Sastrohamidjojo, 2005).
Pada tumbuhan flavonoid terikat pada gula sebagai glikosida dan aglikon
flavonoid yang mungkin terdapat dalam satu tumbuhan dalam bentuk kombinasi
glikosida. Aglikon flavonoid (yaitu flavonoid tanpa gula terikat) terdapat dalam
berbagai bentuk struktur (Sastrohamidjojo, 2005).
Glukosa merupakan salah satu tipe monosakarida yang terbentuk padatan
Kristal berwarna putih dengan rumus molekul C6H12O6. Glukosa berasa manis dan
desebut dekstrosa karena strukturnya sebagian besar berada dalam bentuk D- yakni
D- glukosa. Glukosa merupakan monomer yang ditemukan di alam sebagai dimer
sampai polimer. Karbohidrat yang dikonsumsi tubuh umumnya diubah menjadi
glukosa dan mengalami sirkulasi dalam tubuh. Dalam perdagangan, glukosa dibuat
dri hidrolisis amilum. di alam, glukosa dihasilkan dari reaksi antara karbondioksida
dan air dengan bantuan sinar matahari dan klorofil dalam daun (Mulyono, 2006).

Gambar 1. Struktur D-glukosa (Sumardjo, 2009).


Menurut Keenan, dkk. (1986), fruktosa merupakan suatu ketosa yang
mempunyai sifat memutar cahaya terpolarisasi ke kiri, oleh sebab itu disebut juga
levulosa. Fruktosa mempunyai rumus C6H12O6, anggota dari ketosa, adalah suatu gula
Kristal yang terdapat bersama glukosa dalam madu dan buah-buahan. Fruktosa
mempunyai rasa lebih manis dari pada gula tebu atau sukrosa. Reaksi kimia dan
analisis menunjukan bahwa molekul fruktosa mengandung 5 gugus hidroksil dan
gugus karbonil keton pada C-2 dari rantai 6 karbon.

Gambar 2. Struktur L-Fruktosa (Sumardjo, 2009).


Selain di madu dan buah-buahan, fruktosa juga diperoleh dari hidrolisis inulin.
Inulin merupakan polisakarida yang tersusun atas unit-unit fruktosa. Kristal fruktosa
berbentuk prisma dan terurai pada suhu 1030C-1050C. Senyawa ini larut dalam air
dan larutnya dapat menunjukkan peristiwa mutarotasi. pemanasan fruktosa dengan
larutan fenil hidrazin dapat membentuk fruktosazon (Sumardjo, 2009).
Menurut Mcgilvery dkk. (1996), maltosa adalah suatu disakarida yang
terbentuk dari dua molekul glukosa dengan rumus molekul C12H22O11. Ikatan yang
terjadi adalah antara atom karbon nomor 1 dan atom karbon no 4. oleh karena itu,
maltosa masih mempunyai gugus OH glikosida sehingga masih mempunyai sifat
mereduksi.

Gambar 3. Maltosa (bentuk cincin dan bentuk reduksi) (Sumardjo, 2009).


Menurut Sumardjo (2009), maltosa terdapat dalam berbagai jenis padi-padian
yang sedang berkecambah. Maltosa diperoleh dari hidrolisis amilum oleh pengaruh
enzine amilase. Maltosa merupakan bahan makanan penting bagi tubuh sehingga
sering ditambahkan pada suhu bubuk atau makanan anak-anak untuk meningkatkan
kadar karbohidrat. Apabila dilakukan uji, mala maltosa akan bereaksi positif terhadap
pereaksi fehling, benedict, dan tollens. Maltosa mudah larut dalam air biasa dan
memiliki rasa yang lebih manis dibandingkan laktosa tetapi tidak lebih manis
dibandingkan sukrosa.
Amilum atau dikenal sebagai zat pati atau zat tepung merupakan suatu
glukason. Amilum praktis tidak larut dalam air dingin, tetapi apabila dipanaskan
dengan air yang cukup, zat ini akan terdiri atas dua fraksi. Fraksi tidak larut disebut
amilopektin sedangkan fraksi yang larut disebut amilosa. Amilum mempunyai rumus
molekul (C6H10O5)n (Sumardjo, 2009).
Amilum juga merupakan cadangan persediaan makanan bagi tanaman. Pada
tanaman amilum terdapat pada akar, umbi, atau biji tanaman. Amilum berfungsi
sebagai sumber kalori yang sangat penting untuk tubuh, karena sebagian besar
karbohidrat dalam makanan terdapat dalam bentuk amilum. rasa amilum tidak manis
dan terbentuk pada proses asimilasi tanaman. Tanaman yang banyak mengandung
amilum antara lain ubi kayu, kentang, sagu, dan jenis gandum (Sumardjo, 2009).
Sukrosa atau disebut juga gula tebu merupakan oligosakarida yabg tersusun atu
glukosa dan fruktosa. Sukrosa mempunyai sifat memutar cahaya terpolarisasi ke
kanan sedangkan froksa dalam jumlah yang ekuimolekuler. Sukrosa banyak ditemui
di dalam tanaman, seperti tebu, nanas, bit, dan wortel. Selain itu sukrosa bukan gula
pereduksi dan tidak membentuk osazon. Sukrosa mempunyai rumus molekul
C12H22O11 (McGilvery dkk., 1996).
Gambar 4. Struktur Sukrosa (Sumardjo, 2009).
Hidrolisis amilum dengan asam mineral encer akan menghasilkan molekul-
molekul glukosa. Namun, apbila amilum dihidrolisis dengan amylase, bukan glukosa
yang diperoleh melainkan maltose. Hidrolisis amilum oleh pengaruh enzim amylase
menjadi moleku-molekul maltose tidak berjalan spontan, tetapi bertahap dengan hasil
antara berupa dekstrin. Tidak seluruh amilum dapat diubah menjadi maltosa oleh
pengaruh enzim amilase (Sumardjo, 2009). Menurut McGilvery dkk. (1996), dalam
ludah dan cairan yang dikeluarkan oleh pancreas manusia terdapat amilase yang
bekerja terhadap amilum. oleh enzim amilase, amilum diubah menjadi maltose dalam
bentuk maltosa.

Gambar 5. Struktur Amilosa dan Amiluopektin (Sumardjo, 2009).


Reagen Fehling terdiri dari Fehling A (CuSO-4) dan Fehling B (NaOH dan KNa
tartarat) (Sumardjo, 2009). Menurut Sutikno (2008), pembuatan larutan Fehling A
menggunakan 34,6 gram CuSO4 dalam 0,5 liter aquades yang ditempatkan ke dalam
gelas piala besar dan dalam keadaan dingin. Reagen fehling B debuat dengan cara
325 gram K-Na-Tartarat ditambahkan dengan 154 gram NaOH, kemudian larutan
dalam 1 liter aquades. Pereaksi dibuat dalam keadaan dingin.
Uji fehling bertujuan mengetahui adanya gugus aldehid. Prinsip uji Fehling
yaitu menggunakan gugus aldehid pada gula untuk mereduksi senyawa CuSO4
menjadi Cu2O (endapan merah bata). Pemanasan ketika percobaan ini bertujuan agar
aldehid pada sampel terbongkar ikatanya dan dapat bereaksi dengan ion OH-
membentuk asam karboksilat. Reaksi positifnya akan menghasilkan Cu2O (endapan
merah bata) yang merupakan hasil sampingan dari reaksi pembentukan asam
karboksilat (Sumardjo, 2009).
Menurut Sumardjo (2009), uji Moore merupakan uji karbohidrat untuk
mengetahui adanya gugus alkali. reagen yang digunakan adalah NaOH (alkali/basa)
yang berfungsi sebagai sember ion OH- yang akan berikatan dengan rantai aldehid
dan membentuk aldol aldehid (aldehida dengan cabang gugus alkanol). Reaksi positif
dari uji Moore adalah terbentuknya larutan berwarna merah kecoklatan.
Uji hidrolisa merupakan uji pemecahan molekul gula, pati dan selulosa yang
kompleks menjadi molekul monosakarida. Sukrosa akan dihidrolisa menjadi glukosa
dan fruktosa sedangkan maltose akan dihidrolisa menjadi glukosa dan glukosa.
Amilum akan dihidrolisa menjadi monosakaridanya. Uji ini mudah dilakukan dengan
mendidihkan larutan atau suspens karbohidrat tersebut. Reagen dalam uji ini adalah
Fehling A dan Fehling B (Keenan dkk., 1986).
Uji Molish merupakan uji karbohidrat untuk membedakan senyawa
karbohidraty dengan senyawa bukan karbohidrat. Reaksi positif adanya karbohidrat
ditandai dengan terbentuknya cincin furfural violet. Pereaksi Molish terdiri dari
larutan -naftol untuk membentuk senyawa berwarna (Sumardjo, 2009).
Uji Iod digunakan untuk menguji polisakarida. Reagen yang digunakan adalah
iodium (I2). Bila larutan uji diberi iod maka akan terjadi perubahan warna pada
larutan menjadi biru, artinya larutan uji tersebut mengandung Iod. Setelah dilakukan
pemanasan, warna biru pada larutan akan hilang karena molekul amilum meregang
sehingga iod lepas dari kumparan amilum. Namun, setelah didinginkan larutan akan
kembali menjadi biru (Winarno, 1997).
Uji Luff merupakan uji karbohidrat untuk mengidentifikasikan disakarida
(khususnya maltosa). Larutan Luff terdiri dari gabungan larutan dari CuSO4, asam
nitrat, dan NaCO3. HNO3 untuk mengasamkan, sedangkan CuSO4 berguna untuk
memutuskan ikatan. Terkadang Na2CO3 tidak perlu digunakan, karena dapat
digantikan posisinya dengan pemanasan. Hasil positif uji Luff tampak dari warna
larutan yang berubah menjadi merah bata. Uji Luff juga dilakukan untuk melihat
manakah disakarida disakarida yang bersifat gula pereduksi (aldosa) (Sumardjo,
2009).
III. METODE

A. Alat dan Bahan


1. Alat
a. Busen / water bath e. Pro pipet
b. Penjepit tabung reaksi f. Rak tabung reaksi
c. Pipet tetes g. Tabung reaksi
d. Pipet ukur h. Vortex
2. Bahan
a. Indikator PP i. Larutan H2SO4 10%
b. Kertas label j. Larutan H2SO4 pekat
c. Korek api k. Larutan Iod
d. Larutan amilum l. Larutan maltosa
e. Larutan Fehling A m. Larutan sukrosa
f. Larutan Fehling B n. NaOH 10%
g. Larutan fruktosa o. Reagen Luff
h. Larutan glukosa p. Reagen Molisch

B. Cara Kerja
a. Uji Fehling
Larutan glukosa, sukrosa, fruktosa, maltosa, dan amilum masing-masing
diambil 2 ml lalu dimasukan ke dalam tabung reaksi yang berbeda. Reagen
Fehling A dan B masing-masing sebanyak 2 ml ditambahkan ke dalam setiap
tabung reaksi. Larutan NaOH 10 % sebanyak 4 tetes ditambahkan ke dalam
setiap tabung reaksi. Setiap tabung reaksi kemudian dipanaskan dengan
busen atau water bath sampai mendidih. Perubahan yang terjadi diamati dan
dicatat.
b. Uji Moore
Larutan glukosa, sukrosa, fruktosa, maltosa, dan amilum masing-masing
diambil sebanyak 5 ml lalu dimasukan ke dalam tabung reaksi yang berbeda.
Larutan NaOH 10% sebanyak 5 ml ditambahkan ke dalam setiap tabung
reaksi. Setiap tabung reaksi kemudian dipanaskan dengan busen atau water
bath sampai mendidih. Perubahan yang terjadi diamati dan dicatat.
c. Hidrolisa
Larutan glukosa, sukrosa, fruktosa, maltosa, dan amilum masing-masing
diambil 5 ml. Larutan H2SO4 10% sebanyak 1 ml ditambahkan ke dalam
setiap tabung reaksi. Setiap tabung reaksi dipanaskan hingga mendidih lalu
didinginkan.
Setelah tabung reaksi dingin, larutan NaOH 10% sebanyak 2 ml dan
indikator PP sebanyak 2 tetes. Setiap tabung ditambahkan reagen Fehling A
dan B masing-masing sebanyak 2 ml. setiap tabung reaksi dipanaskan
kembali hingga mendidih. Perubahan yang terjadi diamati dan dicatat.
d. Iod Test
Larutan glukosa, sukrosa, fruktosa, maltosa, dan amilum masing-masing
diambil sebanyak 5 ml lalu dimasukkan ke dalam tabung reaksi yang
berbeda. Kemudian larutan iod sebanyak 5 tetes ditambahkan ke dalam
setiap tabung reaksi. Perubahan yang terjadi diamati dan dicatat.
e. Luff Test
Larutan glukosa, sukrosa, fruktosa, maltosa, dan amilum masing-masing
diambil sebanyak 5 ml lalu dimasukkan ke dalam tabung reaksi yang
berbeda. Reagen Luff sebanyak 2 ml ditambahkan ke dalam setiap tabung
reaksi. Setiap tabung reaksi kemudian dipanaskan dengan busen atau water
bath sampai mendidih. Perubahan yang terjadi diamati dan dicatat.
f. Molisch Test
Larutan glukosa, sukrosa, fruktosa, maltosa, dan amilum masing-masing
diambil sebanyak 5 ml lalu dimasukkan ke dalam tabung reaksi yang
berbeda. Reagan Molish sebanyak 2 ml ditambahkan ke dalam setiap tabung
reaksi lalu dikocok menggunakan vortex sampai homogen. Larutan H2SO4
pekat 1 ml ditambahkan ke dalam setiap tabung reaksi melalui dinding
secara perlahan. Perubahan yang terjadi diamati dan dicatat.
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil
Tabel 1. Hasil Pengamatan Uji Fehling
Warna Dipanaskan
Sampel Warna +Fehling +NaOH
Endapan Warna
A+B 10%
Glukosa Bening Hijau tua Hijau tua Ada Orange
Fruktosa Bening Biru tua Biru tua Ada Orange
Biru
Sukrosa Bening Biru terang Ada Merah bata
terang
Maltosa Bening Hijau tua Hijau tua Ada Merah bata
Biru
Amilum Bening Biru terang Tidak ada -
terang

Tabel 2. Hasil Pengamatan Uji Moore


Warna Dipanaskan
Sampel Warna +NaOH
Endapan Warna
10%

Glukosa Bening Bening Tidak ada Coklat tua

Fruktosa Bening Bening Tidak ada orange

Sukrosa Bening Bening Tidak ada Bening

Maltosa Bening Bening Tidak ada Coklat muda

Amilum Bening Bening Tidak ada Kuning bening

Tabel 3. Hasil Pengamatan Uji Molisch


Ditambah Molisch Ditambah H2SO4
Warna
Sampel Terbentuk
awal Warna Terbentuk Warna
cincin
Putih keruh
Bening
Fruktosa Bening Tidak ada + ungu + Ada
keruh
bening
Putih keruh
Bening
Glukosa Bening Gumpalan + ungu + Ada
keruh
bening
Putih keruh
Bening
Sukrosa Bening Gumpalan + ungu + Ada
keruh
bening
Putih keruh
Bening
Maltosa Bening Gumpalan + ungu + Ada
keruh
bening
Putih keruh
Bening
Amilum Bening Gumpalan + ungu + Ada
keruh
bening

Tabel 4. Hasil Pengamatan Uji Luff


Warna Warna +
Sampel Warna dipanaskan
awal Luff
Glukosa Bening Biru muda Orange, ada endapan merah bata
Fruktosa Bening Biru muda Orange, ada endapan merah bata
Sukrosa Bening Biru muda Biru kecoklatan; ada endapan
Maltosa Bening Biru muda Orange, ada endapan merah bata
Amilum Bening Biru muda Biru (tetap) ; tidak ada endapan

Tabel 5. Hasil Pengamatan Uji Iod


Warna
Sampel
Awal Akhir
Glukosa Bening Kuning muda
Fruktosa Bening Kuning muda
Sukrosa Bening Kuning muda
Maltosa Bening Kuning muda
Amilum Bening Biru kehitaman (pekat)

Tabel 6. Hasil Pengamatan Hidrolisa


Warna
Sampel Awal + Fehling + Fehling + NaOH Endapan
hidrolisa A B 10%
Ungu + Biru Bening +
Glukosa Bening Ada
biru tua kehitaman ungu
Bening +
Ungu +
Fruktosa Bening Biru gelap kuning + Ada
biru tua
ungu
Biru, Bening +
Biru +
Sukrosa Bening bening ungu Ada
ungu
berbuih
Biru, Bening +
Ungu,
Maltosa Bening bening ungu Ada
bebuih
berbuih
Bening +
Biru, Biru
Amilum Bening kuning + Tidak Ada
terang terang
ungu

B. Pembahasan
Karbohidrat berdasarkan zat penghidrolisanya digolongkan menjadi
monosakarida, oligosakarida, polisakarida, dan glikosida. Pada percobaan ini
dilakukan beberapa jenis uji karbohidrat, antara lain uji Fehling, uji Moore, uji
Molish, uji Luff, uji Iod, dan uji hidrolisa.
Uji Fehling dilakukan dengan tujuan mengidentifikasi keberadaan gula
pereduksi yang mengandung gugus aldehid dalam suatu senyawa atau larutan.
Reagen yang digunakan dalam pengujian ini adalah Fehling A dan Fehling B.
Fehiling A berwarna biru dan di dalam air mengandung senyawa CuSO4.
Fehling B tidak berwarna dan di dalam air mengandung garam KNa tartarat dan
senyawa NaOH. Larutan Fehling akan bereaksi dengan gula pereduksi
membentuk endapan merah bata (Cu2O).

Gambar 6. Reaksi dalam Uji Fehling (Sunarya dkk., 2007)


Dalam pereaksi Fehling Cu2+ terdapat dalam bentuk ion kompleks yang
akan direduksi menjadi ion Cu+ dalam Susana basa. Maka, akan terbentuk
endapan Cu2O sebagai hasil sampingan. Golongan karbohidrat yang
direaksikan dengan larutan Fehling A dan Fehling B akan menunjukan rekasi
positif terhadap larutan Fehling dengan membentuk endapan merah bata di
akhir reaksi. Larutan yang bereaksi negative terhadap larutan Fehling akan
mengalami perubahan warna larutan menjadi biru kehijauan.
Para identifikasi karbohidrat, ion Cu2+ direduksi menjadi ion Cu+, dalam
suasana basa diendapkan sebagai Cu2O. Reaksinya adalah sebagai berikut :
Cu2+ + karbohidrat Cu+
2Cu+ + 2OH- Cu2O + H2O
(Sumardjo, 2009)
Mula-mula larutan glukosa, fruktosa, sukrosa, maltosa, dan amilum
dimasukan ke dalam tabung-tabung reaksi sebanyak 2 ml. larutan Fehling A
dan B ditambahkan pada setiap tabung reaksi. Larutan NaOH 10% sebanyak 4
tetes juga ditambahkan pada setiap tabung reaksi. Pada percobaan ini, larutan
NaOH 10% berfungsi sebagai larutan media yang dapat memicu terbentuknya
endapan merah bata di akhir reaksi. Hal ini di sebabkan karena ion Cu2+ yang
terdapat di dalam larutan Fehling hanya dapat bereaksi dengan gugus aldehida
dalam suasana asam.
Setelah penambahan larutan NaOH, masing-masing larutan yang sudah
ada di dalam tabung reaksi dipanaskan hingga mendidih (sampai terjadi
perubahan warna pada larutan). Tujuan pemanasan adalah membongkar ikatan
gugus aldehid pada sampel di dalam tabung reaksi sehingga dapat bereaksi
dengan ion OH- membentuk asam karnoksilat. Cu2O (endapan merah bata)
yang terbentuk adalah produk sampingan dari reaksi pembentukan asam
karboksilat.
Berdasarkan hasil pengujian, larutan sukrosa, dan maltosa bereaksi positif
terhadap larutan Fehling karena menghasilkan endapan merah bata. Larutan
fruktosa, glukosa, dan amilum bereaksi negatif terhadap larutan Fehling. Pada
larutan maltosa bereaksi positif karena memiliki gugus aldehid yang dapt
bereaksi positif dengan ion OH- untuk membentuk asam kaboksilat dan Cu2O.
sedangkan sukrosa seharusnya bereaksi negatif terhadap Fehling karena sukrosa
tidak mempunyai gugus hemiasetal (keton atau aldehid dan alkohol) sehingga
sukrosa tidak berada dalam kesetimbanagn dalam suatu bentuk keton atau
aldehid.
Seharusnya larutan fruktosa dan glukosa juga menghasilkan endapan
merah bata. Secara teori fruktosa dan glukosa di dalamnya terdapat keton
sehingga seharusnya terjadi tautomerisasi pada saat larutan Fehling
ditambahkan dan setelah pemanasan monomer didalamnya terhidrolisis
sehingga terbentuklah endapan merah bata. Penyebabnya karena kesalahan dan
ketidaktelitian praktikkan pada saat percobaan, misalnya proses pemanasan
yang tidak sempurna.
Reaksi negatif dari amilum ditunjukan dengan terbentuknya warna biru
karena larutan amilum bereaksi negatif terhadap Fehling karena amilum
merupakan polisakarida yang tidak mempunyai gugus keton maupun aldehid.
Uji Moore pada karbohidrat bertujuan untuk mengetahui ada atau
tidaknya gugus alkali dalam suatu senyawa atau larutan. Secara khusus, uji ini
juga bertujuan untuk membedakan gugus keton dan gugus aldehid dalam suatu
senyawa atau larutan. Adanya gugus ketosa ditandai dengan tidak terbentuknya
di akhir reaksi. Sebaliknya, adanya gugus aldosa ditandai dengan terbentuknya
endapan di akhir reaksi. Reaksi yang terjadi di dalam uji Moore adalah

Gambar 7. Reaksi pada Uji Moore (Sumardjo, 2009)


Mula-mula, larutan glukosa, fruktosa, sukrosa, maltose, dan amilum
dimasukan ke dalam tabung-tabung reaksi sebanyak 5 ml. larutan NaOH 10%
ditambahkan pada setiap tabung reaksi sebanyak 5 ml. larutan NaOH pada
percobaan ini berfungsi sebagai sumber ion OH- (alkali) yang akan berikatan
dengan rantai aldehid dan membentuk aldol aldehid (aldehid dengan cabang
gugus alkanol) yang berwarna kekuningan. Setelah dilakukan penambahan
NaOH, setiap tabung reaksi dipanaskan hingga mendidih. Tujuan dilakukan
pemanasan adalah membuka ikatan karbon dengan ikatan hydrogen yang
terdapat pada gugus aldehid agar kemudian dapat berikatan dengan OH dari
larutan NaOH.
Berdasarkan hasil percobaan, larutan glukosa, fruktosa, maltose bereaksi
positif terhadap larutan NaOH 10% sedangkan amilum dan sukrosa bereaksi
negatif. Larutan glukosa, fruktosa, maltose bereaksi positif terhadap larutan
NaOH 10 % karena merupakan gula reduksi. Gula reduksi adalah semua gula
yang memiliki kemampuan untuk mereduksi dikarenakan adanya gugus aldehid
atau keton bebas.
Sukrosa bereaksi negatif terhadap larutan NaOH 10 % karena sukrosa
merupakan gula non-reduksi yang tidak mempunyai gugus aldehid, sehingga
warna yang ditimbulkan adalah bening. Amilum bereaksi negatif terhadap
larutan NaOH 10% terlihat dari warna larutan yang berwarna kuning bening.
Penyebab amilum bereaksi negatif karena amilum merupakan polisakarida yang
tidak mempunyai gugus keton atau aldehid.
Uji hidrolisa bertujuan untuk memecah senyawa polisakarida yang
terdapat dalam suatu senyawa atau larutan menjadi monosakarida. Hasil
hidrolisis dan non-hidrolisis yang terjadi dalam suatu reaksi akan menunjukan
hasil yang berbeda karena proses penguraian polisakarida menjadi
monosakarida penyusunnya memerlukan energi panas. Selanjutnya, uji ini akan
dilanjutkan dengan uji Fehling untuk menguji senyawa monosakarida dari
proses hidrolisis tersebut.
Mula-mula, larutan glukosa, fruktosa, sukrosa, maltose, dan amilum
sebanyak 5 ml dimasukkan ke dalam masing-masing tabung reaksi. Larutan
H2SO4 10% sebanyak 1 ml ditambahkan pada setiap tabung reaksi kemudian
dipanaskan hingga mendidih dan didinginkan. Larutan H2SO4 10% pada
percobaan ini berfungsi sebagai larutan penghidrolisis yang memecahkan ikatan
pada polisakarida menjadi monosakarida. Proses pemanasan bertujuan
mempercepat reaksi penguraian senyawa karbohidrat menjadi molekul yang
lebih kecil. Setelah didinginkan tabung reaksi ditambahkan larutan NaOH 10%
sebanyak 2 ml, indikator PP sebanyak 2 tetes, larutan Fehling A dan B masing-
masing sebanyak 2 ml. setiap tabung reaksi dipanaskan kembali.
Penambahan larutan NaOH bertujuan untuk menetralkan larutan H2SO4
yang sebelumnya telah ditambahkan ke dalam larutan. Suasana netral
dibutuhkan supaya larutan H2SO4 tidak mempengaruhi konsentrasi larutan
dalam reaksi selanjutnya. Penambahan 2 tetes indikator PP agar larutan dapat
bereaksi dengan larutan Fehling setelah mengalami proses hidrolisis.
Penambahan larutan Fehling untuk menguji monosakarida yang telah
dihasilkan dari reaksi hidrolisis tersebut. Reaksinya adalah

Gambar 8. Reaksi hidrolisis suatu polisakarida (Setiawati, 2013)


Berdasarkan hasil percobaan, larutan glukosa, fruktosa, sukrosa, dan
maltose bereaksi positif dengan larutan Fehling dengan terbentuknya endapan
merah bata di akhir reaksi. Disakarida maupun polisakarida telah terhidrolisis
dari penyusunnya. Sebenarnya, glukosa dan fruktosa tidak mengalami hidrolisis
karena kedua jenis karbohidrat tersebut sudah merupakan monosakarida.
Seharunya amilum bereaksi positif dengan larutan Fehling, karena
amilum merupakan senyawa polisakarida. Terjadinya kenegatifan pada amilum
karena kesalahan pada saat pengambilan sample dan pemanasan.
Uji Iod bertujuan mengidentifikasi polisakarida. Reagennya adalah
larutan iod yang merupakan I2 terlarut dalam kalium iodida. Polisakarida
biasanya terdapat dalam bentuk rantai heliks yang dapat berikatan dengan
iodine. Monosakarida dan disakarida tidak berbentuk heliks sehingga kedua
senyawa tersebut tidak dapat berikatan dengan larutan iodin.
Gambar 9. Amiloheliks dengan monomer glukosa (Winarno, 1997)
Polisakarida akan bereaksi positif terhadap larutan iod yang ditunjukan
darri perubahan warna larutan yang spesifik, tergantung dari jenis
karbohidratnya. Senyawa amilopektin dalam amilum akan mengalami
perubahan warna larutan menjadi violet sedangkan senyawa glikogen dan
dextrin akan berubah warna menjadi merah kecoklatan. Karena uji ini juga
dapat membedakan amilum dan glikogen.
Mula-mula, larutan glukosa, fruktosa, sukrosa, maltose, dan amilum
sebanyak 5 ml dimasukkan ke dalam masing-masing tabung reaksi. Larutan iod
sebanyak 5 tetes ditambahkan pada setiap tabung reaksi. Pada percobaan ini,
larutan iod berfungsi sebagai ion kompleks yang akan berikatan dengan rantai
heliks yang dimiliki oleh polisakarida. Untuk membentuk kompleks berwarna
biru.
Berdasarkan hasil percobaan, hanya amilum yang bereaksi positif
terhadap larutan iod yang ditunjukkan oleh warna biru kehitaman pada larutan.
Hal ini sesuai dengan teori karena hanya amilum yang mempunyai struktur
heliks sehingga bisa berikatan dengan larutan iod. Reaksi yang terjadi : I2 +
amilum I2 amilum.
Larutan glukosa, fruktosa, sukrosa, dan maltosa, bereaksi negatif terhadap
larutan Iod dengan perubahan warna larutan menjadi kuning muda (glukos,
fruktosa, sukrosa, dan maltose). Warna kuning muda merupakan warna larutan
iod yang terlarut dalam larutan glukosa, fruktosa, sukrosa, dan maltosa.
Uji Luff dilakukan untuk mengidentifikasikan keberadaan gula pereduksi
yang mengandung gugus aldehid (-CHO). Uji Luff dapat diikatan secara khusus
menguji maltose. Komponen utama reagen Luff adalah CuO. CuO akan
tereduksi oleh gugus aldehid dalam senyawa monosakarida untuk membentuk
endapan Cu2O (merah bata) sebagai produk sampingan. reaksi positif pada uji
Luff ditandai dengan adanya endapan merah. Reaksinya adalah

Gambar 10. Reaksi pada uji Luff (Sumardjo, 2009)


Mula-mula, larutan glukosa, fruktosa, sukrosa, maltosa, dan amilum
sebanyak 5 ml dimasukkan ke dalam masing-masing tabung reaksi. Reagen
Luff sebanyak 2 ml ditambahkan pada setiap tabung reaksi. Setiap tabung
reaksi dipanaskan hingga mendidih. Fungsi perlakuan pemanasan adalah untuk
membi=ongkar ikatan gugus aldehid pada larutan sampel sehingga gugus
aldehid dapat bereaksi dengan reagen Luff membentuk asam karboksilat.
Berdasarkan hasil percobaan, larutan glukosa, fruktosa, dan maltosa
bereaksi positif terhadap reagen Luff yang ditunjukkan oleh perubahan warna
alrutan menjadi merah bata. Hal ini terjadi karena larutan glukosa, fruktosa, dan
maltose mempunyai gugus gugus aldehid yang diakhir reaksi membentuk Cu2O
sebagai produk sampingan. Pada sukrosa dan amilum reaksi ditunjukkan
dengan tidak terjadinya perubahan warna setelah pemanasan, tetap berwarna
biru kecoklatan (sukrosa) dan biru kehitaman (amilum) setelah penambahan
reagen luff dan tidak terdapat endapan. Larutan sukrosa dan amilum tidak
mempunyai gugus aldehid. Amilum merupakan polisakarida yang sama sekali
tidak mengandung gugus aldehid.
Uji Molish bertujuan untuk mengidentifikasi keberadaan senyawa
karbohidrat. Prinsip dari uji ini adalah dehidrasi senyawa karbohidrat oleh
H2SO4 pekat untuk membentuk cincin furfural ungu. Reaksi positif pada uji ini
ditandai dengan munculnya cincin berwarna merah-ungu di antara permukaan
lapisan larutan asam dan sampel. Reagen Molish tediri dari larutan -naftol.
Pada dasarnya, monosakarida bersifat stabil dalam larutan asam encer
walaupun mengalami pemanasan. Namun, jika monosakarida dipanasakan
dalam larutan asam pekat akan terbentuk derivate atau cincin furfural sebagai
hasil pelepasan molekul air dari suatu senyawa. Reaksi yang terjadi pada uji
Molish adalah

Gambar 11. Reaksi pada Uji Molisch (Winarno, 1997)


Mula-mula, larutan glukosa, fruktosa, sukrosa, maltose, dan amilum
sebanyak 5 ml dimasukkan ke dalam masing-masing tabung reaksi. Reagen
Molish sebanyak 2 ml ditambahkan pada setiap tabung reaksi lalu dikocok
dengan vortex. Larutan H2SO4 pekat ditambahkan melalui dinding tabung secra
perlahan. Pengocokan dengan vortex bertujuan untuk mencampurkan semua
komponen yang ada di dalam larutan. Penambahan larutan H2SO4 pekat secara
perlahan agar tidak bercampur dengan larutan lain, yang mana H2SO4 pekat
menghidrolisis ikatan pada senyawa sakarida untuk menghasilkan cincin.
Teknik penambahan H2SO4 pekat perlu diperhatikan, jika langsung dituangkan
ke dalam tabung reaksi, cincin mrnjadi pecah sehingga tidak terbentuk.
Berdasarkan hasil percobaan, larutan glukosa, fruktosa, sukrosa, maltose,
dan amilum bereaksi positif terhadap reagen Molish dengan terbentuknya
cincin furfural ungu diantara kedua larutan. Dapat disimpulkan larutan glukosa,
fruktosa, sukrosa, maltose, dan amilum merupakan senyawa karbohidrat.
V. KESIMPULAN

Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan, dapat ditarik kesimpulan sebagai


berikut:
1. Glukosa menunjukan reaksi positif terhadap uji Fehling, uji Moore, uji
Molisch, uji Luff, dan uji Hidrolisa. Glukosa merupakan karbohidrat
sederhana atau monosakarida, merupakan gula reduksi, dan memiliki gugus
aldehid.
2. Fruktosa merupakan monosakarida dan gula pereduksi yang menunjukan
reaksi positif terhadap uji Fehling, uji Moore, uji Molisch, uji Luff, dan uji
Hidrolisa.
3. Sukrosa menunjukan reaksi positif terhadap uji Moore, uji Molisch, dan uji
Hidrolisa. Sukrosa merupakan disakarida, merupakan gula nonreduksi, dan
tidak mempunyai gugus aldehid.
4. Maltosa menunjukan reaksi positif terhadap uji Fehling, uji Moore, uji
Molisch, uji Luff, dan uji Hidrolisa. Maltosa merupakan disakarida,
merupakan gula reduksi, dan memiliki gugus aldehid.
5. Amilum menunjukan reaksi positif terhadap uji Molisch, uji Iod, dan uji
Hidrolisa. Amilum merupakan polisakarida, merupakan gula nonreduksi,
dan tidak memiliki gugus aldehid.
DAFTAR PUSTAKA

Campbell, N.A., Jane B. R dan Lawrence G. M. 2002. Biologi edisi 3. Erlangga.


Jakarta.
Dahlqvist, A. 1987. Karbohidrat. Dalam:Pengetahuan Gizi Mutakhir:Energi dan Zat-zat
Gizi. PT. Gramedia, Jakarta.
Keenan, C.W., Kleinfelter, D. C., dan Wood, J. H. 1986. Ilmu Kimia untuk
Universitas edisi ke 6. Erlangga, Jakarta.
Lehninger, A. L. 1997. Dasar-Dasar Biokimia. Erlangga, Jakarta.
Mamus, R. T., Santos, M. G., Campbell, B., dan Kreider, R. 2006. Biochemical
Effect of Carbohydrate Supplementation in a Simulated Competition of Short
Terrestrial Duathlon. Journal of The Internasional Society of Sports Nutrition.
3(2) : 6 11.
McGilvery, Robert, W., dan Gerald, W. G. 1996. Biokimia. Airlangga University
Press, Jakarta.
Mulyono, 2006. Membuat Reagen Kimia di Laboratorium. PT. Bumi Aksara, Jakarta.
Poedjiadi, A. 1996. Dasar- Dasar Biokimia. UI Press, Jakarta.
Sastrohamidjojo, H. 2005. Kimia Dasar. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.
Setawati, N. R. 2013. Hidrolisis Suatu Polisakarida. FT Universitas Pasudan,
Bandung.
Sumardjo, D. 2009. Pengantar Kimia Buku Panduan Kuliah Mahasiswa Kedokteran.
Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta.
Sunarya, Yayan, dan Setiabudi, a. 2007. Mudah dan aktif belajar kimia. Setia Purna
Inves, Bandung.
Sutikno. 2008. Pengaruh Pemblansiran Irisan Buah Sukun (Artocarpus communis)
Terhadap Pencoklatan dan Kadar Pati Sebagai Alternatif. Jurnal Fakultas
Sains dan Teknologi UIN. 5(3) : 23-24.
Winarno, W. G. 1997. Kimia Pangan dan Gizi. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.
LAMPIRAN

Gambar 1. Uji Fehling

Keterangan dari kiri ke kanan:


1. Larutan Glukosa
2. Larutan Maltose
3. Larutan Amilum
4. Larutan Sukrosa
5. Larutan Fruktosa

Gambar 2. Uji Luff

Keterangan dari kiri ke kanan:


1. Larutan Glukosa
2. Larutan Maltose
3. Larutan Sukrosa
4. Larutan Amilum
5. Larutan Fruktosa
Gambar 3. Uji Iod

Keterangan dari kiri ke kanan


1. Larutan sukrosa
2. Larutan fruktosa
3. Larutan glukosa
4. Larutan amilum
5. Larutan maltose

Gambar 4. Uji Molisch

Keterangan dari kiri ke kanan


1. Larutan fruktosa
2. Larutan amilum
3. Larutan sukrosa
4. Larutan maltose
5. Larutan glukosa
Gambar 5. Uji Hidrolisa

Keterangan dari kiri ke kanan:


1. Larutan Glukosa
2. Larutan Maltosa
3. Larutan Sukrosa
4. Larutan Amilum
5. Larutan Fruktosa

Gambar 6. Uji Moore

Keterangan dari kiri ke kanan :


1. Larutan maltosa
2. Larutan glukosa
3. Larutan fruktosa
4. Larutan sukrosa
5. Larutan amilum

Anda mungkin juga menyukai