Laporan Kimor 1 (Aspirin Dan Kafein)
Laporan Kimor 1 (Aspirin Dan Kafein)
PENDAHULUAN
A Judul
Analisis Aspirin dan Kafein dalam Tablet
B Tujuan
1. Menentukan kadar aspirin suatu tablet.
2. Menentukan kadar kafein suatu tablet.
II. TINJAUAN PUSTAKA
A Alat
1. Buret 9. Lumpang porselin dan mortal
2. Corong 10. Neraca digital
3. Erlenmeyer 250 ml 11. Pipet tetes
4. Gelas ukur 12. Pipet ukur
5. Kawat kasa 13. Pro pipet
6. Kertas saring 14. Sendok pengaduk
7. Kompor 15. Statif
8. Labu ukur 100 ml
B Bahan
1. Alkohol 95% 7. Larutan Iodium 0,1 N
2. Aquades 8. Larutan Na2S2O3 0,1 N
3. Indikator kanji / amilum 1% 9. Larutan NaOH 0,1 N
4. Indikator PP 10. Tablet aspirin (Aspirin)
5. Larutan H2SO4 10% 11. Tablet kafein (Panadol)
6. Larutan HCl 0,1 N
C Cara Kerja
1. Percobaan Analisis Aspirin
Tablet aspirin sebanyak satu butir ditimbang dan dicatat merk dan kadar
aspirinnya. Tablet aspirin digerus dalam lumpang porselin, kemudian
dimasukan ke erlenmeyer. Lumping porselin dicuci dengan alkohol 95%
sebanyak 25 ml dan bilasanya dimasukan ke dalam erlenmeyer. Setelah itu,
Erlenmeyer goyang selama 5 menit, dan dipanaskan dengan busen atau
kompor dengan api yang sedang sampai mendidih.
Sesudah mendidih, larutan tersebut didiamkan sampai tidak terlalu panas
kemudian dimasukan ke labu ukul 100 ml dan ditambahkan aquades sampai
tanda batas merah. Larutan yang telah diencerkan, diambil 20 ml dengan
pipet ukur, dan dimasukan ke dalam erlenmeyer. Larutan di dalam
erlenmeyer ditambahkan 5 ml aquades dan tiga tetes indikator PP. Setelah
itu, larutan dititrasi dengan larutan NaOH 0,1 N hingga berwarna merah
muda atau pink. Percobaan ini diulang sebanyak dua kali lalu kadar Aspirin
dihitung beserta volume NaOH 0,1 N dicatat. Menentukan kadar Aspirin
dengan mengunakan rumus :
100 0,01802
20
Kadar (%) = 100%
A Hasil
Tabel 1. Hasil Analisis Kadar Aspirin
Kadar Kaffein
Volume NaOH (ml) berat Tablet (gr)
% Mg/tablet
5,1 4,9 5.0 0,594 75,84 450,5
B Pembahasan
Pada percobaan ini adalah menentukan besarnya kadar aspirin dan kafein
yang terkandung dalam sebutir tablet. Kegiatan pertama adalah menganalisis
kadar aspirin. Langkah pertama yang dilakukan adalah tablet aspirin ditimbang
dan dicatat merknya, kemudian tablet aspirin digerus dengan menggunakan
lumpang porselin hingga berbentuk serbuk, tujuannya agar nanti tablet bisa
cepat larut.
Proses kedua, serbuk aspirin dimasukan ke dalam erlenmeyer, sisa-sisa
serbuk pada lumpang porselin dicuci dan dibilas dengan alkohol 95% tujuannya
agar serbuk aspirin yang tertinggal pada lumpang porselin dapat larut. Alasan
menggunanakan pelarut alkohol karena aspirin merupakan senyawa non polar
yang tidak bisa larut dalam air (senyawa polar) tetapi dapat larut dalam alkohol
yang merupakan senyawa non polar. Serbuk hasil bilasan dari alhohol
dimasukan ke dalam erlenmeyer, kemudian erlenmeyer digoyang 5 menit
tanpa ditutup agar alkohol cepat menguap.
Larutnya serbuk aspirin pada alkohol sesuai dengan prinsip yang
digunakan dalam ekstraksi adalah Like Dissolve Like, yaitu senyawa polar akan
larut dalam senyawa polar sedangkan senyawa non polar akan larut dalam
senyawa non polar (Khopar, 1990).
Erlenmeyer yang telah dikocok kemudian di panaskan dengan api yang
sedang, sampai larutan mendidih. Menurut Yuwono (2005), pemanasan suatu
larutan bertujuan untuk mempercepat reaksi, sehingga senyawa yang akan
dilarutkan dapat larut dengan sempurna dalam pelarut. Maka pada percobaan
ini senyawa aspirin dapat lebih cepat larut dan alkohol dapat menguap sehingga
diperoleh kadar aspirin yang benar-benar sesuai .
Percobaaan ini juga terdapat penambahan aquades dalam larutan, hal ini
bertujuan untuk membuat larutan menjadi lebih encer sehingga jarak antar
molekulnya menjadi lebih longgar. Fungsi dari indikator phenolphtalein dalam
reaksi ini yaitu untuk mengetahui titik akhir titrasi. Indikator ini akan berwarna
merah pada suasana asam dan netral. Indikator ini akan berwarna bening
sebelum direaksikan, dan setelah dititrasi berwarna merah muda yang
menunjukan bahwa larutan bersifat basa.
Larutan aspirin dititrasi dengan larutan NaOH 0,1 N, maka dalam
percobaan ini menggunakan titrasi alkalimetri karena titran yang digunakan
bersifat basa, dan aspirin sebagai zat yang dititrasi bersifat asam. Selain itu
berdasarkan cara titrasinya, titrasi aspirin termasuk dalam titrasi langsung
karena langsung mereaksikan zat uji dengan larutan baku. Dalam reaksi
netralisasi ini, gugusan - gugusan karbonil mengalami reaksi dalam persamaan
reaksi kima sebagai berikut:
Gambar 3. Reaksi Aspirin dan NaOH (Hart, 1990)..
Kadar aspirin yang tertera dalam tablet adalah 500 mg dengan berat tablet
594 mg / 0,594 gram. Berdasarkan hasil percobaan volume titran rata-rata yang
digunakan adalah 5 ml dan kadar aspirin yang terhitung adalah 75,84% dengan
berat tablet sebesar 450,5 mg/tablet. Data tersebut menunjukan bahwa dalam
sebuah tablet aspirin dengan berat 0,594 gram mengandung aspirin 450,5 mg.
Terdapat perbedaan antara data yang diperoleh dengan data yang tertera.
Berdasarkan data dari percobaan, diperoleh kadar aspirin yang lebih rendah
49,5 mg dari data yang tertera pada kemasan yaitu 450,5 mg/tablet padahal
seharusnya 500 mg/tablet. Perbedaan data yang diperoleh disebabkan adanya
kemungkinan 49,5 mg tersebut merupakan senyawa lain yang terkandung
dalam tablet tersebut. Selain itu adanya kesalahan dan ketidaktelitian yang
dilakukan praktikan pada saat percobaan, contohnya masih tertinggalnya serbuk
aspirin dalam lumping porselin, kelebihan menitrasi larutan aspirin, dan lain-
lain.
Pada kegiatan kedua yaitu analisis kadar kafein dalam tablet. Langkah
awal yang dilakukan hampir sama dengan analisis aspirin, yaitu menimbang
berat tablet, mencatat merk tablet, dan kandungan kafein dalam tablet. Tablet
digerus dengan lumping porselin hingga menjadi serbuk bertujuan kafein laryt
dalam pelarut alkohol sehingga dapat memaksimalkan reaksi dan juga untuk
memperluas bidang permukaaann sehingga reaksi pada saat titrasi dapat
berlangsung lebih cepat.
Lumpang dibilas dengan menggunakan alkohol 95% agar serbuk kafein
yang tertinggal pada lumping porselin dapat larut. Alasan menggunakan
alkohol sama dengan analisis aspirin, dimana kafein sukar larut dalam air tetapi
dapat larut dalam pelarut alkohol. Serbuk hasil gerusan dan hasil bilasan dari
alkohol dimasukan ke dalam labu ukur kemudian digoyang-goyang selama 5
menit tanpa ditutup agar alkohol cepat menguap.
Larutan H2SO4 10% sebanyak 5 ml ditambahkan ke dalam labu ukur
secara perlahan-lahan melalui didnding labu ukur, untuk menghindari percikan
larutan. Larutan H2SO4 10% bersifat eksotermis, Sebagaimana penjelasan
(Khopar, 1990) bahwa eksotermis merupakan proses pelepasan panas dari suatu
sistem ke lingkungan, sehingga dalam percobaan ini tidak dilakukan proses
pemanasan seperti yang dilakukan pada percobaan analisis aspirin. Larutan
H2SO4 10% berfungsi sebagai katalis antara larutan iod dan larutan Na2S2O3.
Larutan iod 0,1 N juga ditambahkan ke dalam labu ukur sebanyak 20 ml.
penambahan larutan iod berfungsi memutuskan ikatan rangkap pada kafein
secara adisi. Dalam reaksi ini, iod akan memutuskan ikatan rangkap yang
terdapat pada kafein menjadi ikatan tunggal. Reaksinya sebagai berikut:
Anderson, W. 1975. Organic Chemistry. Pretice Hall Book Company, Ney York.
Atkins, R. C., dan Carey, F. A. 1997. Organic Chemestry edisi ke-2. McGraw-Hill,
Boston.
Beale, J. M., dan Block, J. H. 1987. Organic Medical and Pharmaceutical Chemestry.
McGraw-Hill, Boston.
Hart, H. 1990. Kimia Organik-Suatu Kuliah Singkat edisi ke-6. Erlangga, Jakarta.
Karyadi, B. 1994. Kimia 2. Balai Pustaka, Jakarta.
Keenan, C. W., Kleinfelter, D. C., dan Wood,J. H. 1989. Ilmu Kimia untuk
Universitas edisi ke -6. Erlangga, Jakarta.
Khopar, S. M. 1990. Konsep Dasar Kimia Analitik. UI Press, Jakarta.\
Kowalksi, R. E. 2010. Terapi Hipertensi. Penerbit Qanita, Bandung.
Mulyono, Drs. 2009. Membuat Reagen Kimia di Laboratorium. Bumi Aksara,
Jakarta.
Nurdina dan samosir, N. E. 2013. Pengaruh Kafein Terhadap Kualitas Tidur
Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatra Utara. E-Jurnal FK-USU
1(1) :1-5.
Pendergarast, M. 2011. Caffeine. http://faculty.washinton.edu/chudeler/caff. 17 Maret
2015.
Shearn, M. 1989. Farmakologi Dasar dan Klinik. Gramedia Pustaka, Jakarta.
Stahl, E. 1985. Analisis Obat Suara Kromotografi dan Mikroskopis. ITB, Bandung.
Syukri, S. 1999.Kimia Dasar I. ITB, Bandung.
Yuwono, T. 2005. Biologi Molekular. Erlangga, Jakarta
LAMPIRAN
= 75,84%
mg/tablet = 10020 18,02