Anda di halaman 1dari 4

UNIVERSITI KUALA LUMPUR

MALAYSIAN INSTITUTE OF AVIATION TECHNOLOGY

TAMADUN ISLAM DAN TAMADUN ASIA

SEJARAH RINGKAS DI BAGHDAD

USTAZ WAN TERMIZI BIN WAN MOHAMAD

MUHAMMAD HAKIM BIN FADZIL 53211117258


MUHAMMAD HANIF BIN ROSLAN 53211117251
MUHAMMAD SHAFIQ BIN HAMIDUN 53211117242
ISWAN ALIFI BIN AZILAN 53211117259

3XBME2
KEDATANGAN ISLAM KE BAGHDAD
Pengganti Khalifah Abu al-Abbas, al-Mansur, memindahkan pusat pemerintahan mereka
daripada Damsyik ke Baghdad di Iraq berhampiran ibu negara Parsi lama, malah menggunakan
kembali batu-batu dari binaan Parsi bagi membina bangunan di pusat pentadbiran baru mereka.
Bani Abbasiyyah membangunkan pemerintahan muslim mereka dan meniru pemerintahan
mutlak Parsi. Mereka turut mengalu-alukan kedatangan orang bukan Arab Muslim ke sana. Hal
ini membantu mengintegrasikan budaya Arab dan Parsi tetapi langkah ini mengasingkan banyak
penyokong berbangsa Arab mereka. Kerajaan Bani Abbasiyyah (Arab: al-Abbsidn)
ialah nama yang diberi bagi Khalifah Baghdad iaitu empayar kedua Islam selepas penyingkiran
pemerintahan Kerajaan Bani Ummaiyyah. Kerajaan ini merampas kuasa pada tahun 750 selepas
mereka berjaya mengalahkan tentera Ummaiyyah dalam medan peperangan. Kerajaan ini
berkembang selama dua kurun tetapi secara perlahan-lahan mengalami zaman kejatuhan selepas
kebangkitan tentera berbangsa Turki yang mereka cipta. Kerajaan ini akhirnya berakhir pada
tahun 1258 selepas Hulagu Khan iaitu seorang panglima tentera Mongol menghancurkan
Baghdad. Kerajaan Abbasiyyah amat bergantung kepada sokongan orang Parsi dalam usaha
mereka menjatuhkan Kerajaan Bani Ummaiyyah.

Pusat peradaban Islam di Baghdad/ Irak


Pada masa pemerintahan Bani Abbasiyah, Baghdad menjadi pusat kegiatan intelektual, musik,
puisi, kesastraan dan filsafat mulai berkembang. Sinar ilmu pengetahuan tambah bercahaya yang
demikian karena negara-negara bagian dari kerajaan Islam raya berlomba-lomba dalam memberi
kedudukan terhormat kepada para ulama dan para pujangga.
Adapun zaman keemasan khusus dalam bidang ilmu pengetahuan adalah periode yang sedang
kita bicarakan, demikian Jarji Zaldan melukiskan masa daulat Abbasiyah IV, karena dalam masa
tersebut berbagai ilmu pengetahuan telah matang, pertumbuhannya telah sempurna dan berbagai
kitab yang bermutu telah cukup banyak dikarang terutama ilmu bahasa, sejarah, geografi, adab,
dan filsafat.
Pada awal sejarahnya, ilmu-ilmu berkembang dalam bidang qiraah, tafsir dan hadits dan
kemudian menyusul ilmu fiqh. Ilmu-ilmu ini bertambah subur, sesuai dengan evolusi kemajuan
masyarakat. Telah diketahui bahwa ilmu fiqh telah matang dan berkembang kaidah-kaidahnya
pada masa daulat Abbasiyah II. Dari ijtihad dan semangat riset, maka para ahli pengetahuan, para
alim ulama berhasil menemukan berbagai keahlian berupa penemuan keahlian bidang-bidang
ilmu pengetahuan.
Baghdad yang merupakan ibukota Irak menjadi tempat pilihan Khalifah al-Mansur. Baghdad
yang memiliki wilayah strategis, cukup menjadi syarat sebagai ibukota yang diperlukan oleh
Khalifah al-Mansur.
Khalifah al-Mansur ini telah mengadakan penyelidikan terkait keistimewaan pada tempat yang
telah dipilih untuk menjadi ibukota kerajaannya, dan telah melibatkan diri di dalam membuat
segala persiapan dan pelaksanaannya.
Dalam membangun kota ini, Khalifah mempekerjakan ahli bangunan terdiri dari arsitektur-
arsitektur, tukang batu, tukang kayu, ahli lukis, ahli pahat, dan lain-lain. Mereka didatangkan dari
Syiria, Mosul, Basrah, dan Kufah yang berjumlah sekitar 100.000 orang.
Sejak awal berdirinya, kota ini sudah menjadi pusat peradaban dan kebangkitan ilmu
pengetahuan dalam Islam. Setelah masa al-Manshur, kota Baghdad menjadi lebih termasyur lagi
karena perannya sebagai pusat perkembangan peradaban dan kebudayaan Islam. Masa keemasan
kota Baghdad terjadi pada zaman pemerintahan Khalifah Harun al-Rasyid (786-809 M) dan
anaknya al-Mamun (813-833).
Banyak para ilmuan dari berbagai daerah datang ke kota ini untuk mendalami ilmu pengetahuan
yang dituntutnya. Dari kota inilah memancar sinar kebudayaan dan peradapan Islam keseluruh
dunia. Prestise, supremasi ekonomi, dan aktivis intelektual merupakan tiga keistimewaan kota
ini. Kebesarannya tidak terbatas pada negeri Arab, tetapi meliputi seluruh negeri Islam. Baghdad
ketika itu menjadi pusat peradapan dan kebudayaan yang tertinggi di dunia. Ilmu pengetahuan
dan sastra berkembang pesat. Banyak buku filsafat yang sebelumnya dipandang sudah mati
dihidupkan kembali dengan diterjemahkan ke dalam bahasa Arab. Khalifah al-Makmum
memiliki perpustakaan yang dipenuhui dengan beribu-ribu buku ilmu pengetahuan. Perpustakaan
itu bernama Bait al-Hikmah.

Kemunduran Baghdad
Semua kemegahan, keindahan, dan kehebatan kota Baghdad yang dibangun pertama kali oleh
khalifah al-Manshur itu hanyalah tinggal kenangan. Semuanya seolah-olah hanyut dibawah oleh
sungai Tigris, setelah kota ini dibumihanguskan oleh tentara Mongol dibawah pimpinan Hulagu
Khan tahun 1258 M.
Di luar daerah kekuasaan Mongol berkuasa daulah keturunan Turki. Mereka barkuasa dari
perbatasan Siria di sebelah Timur sampai keperbatasan Mesir di sebelah Barat, terdiri daulah
Mamluk di Mesir dan Daulah Ustmani di Asia Kecil. Sedangkan keturunan Arab berkuasa di
Yaman dan Maghribi.
Pada masa itu Dunia Islam yang dikuasai oleh Jenghis Khan terpecah belah, saling serang
menyerang satu sama lain, sehingga tidak ada sebuah kerajaan besar yang menjadi tumpuan
harapan umat Islam dan sempat membangun. Hanya ada satu cabang di India yang memiliki
kekuasaan yang stabil, namun sayang harus bersaing dengan umat Hindu sehingga praktis juga
tidak sempat membangun. Sultan-sultan Mamluk di Mesir, walaupun daerahnya tidak mengalami
penyerbuan Mongol, tetapi diserbu oleh Salibiyah, ditambah lagi sultan-sultan Mamluk bukan
dari satu keturunan sehingga secara praktis daulah Mamluk pun tidak sempat membangun.
Dengan demikian masa Mongol ini merupakan masa perpecahan yang sangat parah di dalam
sejarah kebudayaan Islam. Semua bangunan kota, termasuk istana tersebut dihancurkan. Pasukan
Mongol itu juga meruntuhkan perpustakaan yang merupakan bidang ilmu dan membakar buku-
buku yang terdapat didalamnya.
Selain itu, penguasaan Mongol atas daulah Islam hampir memusnahkan unsur Arab dan
bahasanya, juga agama Islam. Dengan tindakan pemusnahan, pembakaran, dan pembunuhan
selama peperangan maka ratalah kota daerah yang dikuasai. Mereka bunuh penduduknya,
mereka rampas hartanya, mereka runtuhkan gedung-gedungnya, mereka bakar kutubul
khanahnya, maka musnahlah perbendaharaan kebudayaannya. Namun suatu hal yang luar biasa
bahwa Jenghis Khan yang merunthkan semua itu, diantara keturunannya ada yang bangun
menjadi pemelihara dan pembangun kembali agama dan kebudayaan Islam.
Pada tahun 1400 M, kota ini diserang pula oleh pasukan Timur Lenk, dan tahun 1508 M oleh
tentara oleh tentara kerajaan Safawi. Dan sekarang Kota Baghdad, ibu kota Irak sekarang
memang mengambil lokasi yang sama, tetapi ia sama sekali tidak mencerminkan kemajuan kota
Baghdad lama.

RUJUKAN

https://ms.wikipedia.org/wiki/Kerajaan_Bani_Abbasiyah
http://moslempurnama.blogspot.my/2014/12/sejarah-berdirinya-kota-baghdad.html
https://ms.wikipedia.org/wiki/Sejarah_Islam#Zaman_Perkembangan_Islam
https://en.wikipedia.org/wiki/Islam_in_Iraq
http://lathifatuss.blogspot.my/2013/05/sejarah-peradaban-islam-baghdad-kairo.html

Anda mungkin juga menyukai