PENDAHULUAN
1
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana prinsip kerja dan prinsip analisis menggunakan HPLC?
2. Bagaimana menentukan komponen zat aditif pada bahan makanan dengan
HPLC?
1.3 Tujuan
1. Dapat mengetahui prinsip kerja dan prinsip analisis menggnakan HPLC.
2. Dapat menentukan komponen zat aditif pada bahan makanan.
2
BAB II
DASAR TEORI
3
yang sering digunakan adalah natrium benzoat. Menurut SNI 01-0222-1995, batas
maksimum pemakaian natrium benzoat adalah 1 g/kg.
Identifikasi zat pengawet dapat dilakukan menggunakan kromatografi
lapis tipis (KLT), spektrofotometri UV-Vis, High Performance Liquid
Chromatography (HPLC). Analisis menggunakan metode HPLC memiliki
keunggulan antara lain cepat, kemampuan pemisahan dan resolusi yang baik,
preparasi sampel mudah, serta dapat menggunakan detector yang sesuai dengan
analit. Zat aditid umumnya bersifat polar dan larut dalam air sehingga cocok jika
dipisahlan menggunakan HPLC fase terbalik.
HPLC merupakan salah satu teknik pemisahan campuran berdasarkan
pada perbedaan keseimbangan distribusi komponen sampel antara dua fasa: diam
(kolom) dan gerak (sistem pelarut yang mengalir). Menurut Sumar Hendayana
(2006), prinsip kerja dari HPLC adalah pemisahan absoprsi dan desorpsi yang
berulang kali dari komponen yang dipisahkan. Pada saat komponen tersebut
dibawa oleh fase gerak mengalir sepanjang kolom. Pemisahan ini terjadi karena
adanya perbedaan kecepatan migrasi dari masing-masing komponen yang
didasarkan oleh adanya perbedaan koofisien distribusi dari komponen tersebut
antara kedua fasa.
Analisis dengan menggunakan HPLC dapat dilakukan dengan analisis
kualitatif maupun kuantitatif. Analisis kualitatif HPLC didasarkan pada waktu
retensi untuk identifikasi. Identifikasi dapat diandalkan apabila waktu retensi
sampel dibandingkan dengan larutan standar. Adapun analisis kuantitatif pada
HPLC didasarkan pada perbandingan waktu retensi sampel dan standar yang
sama, penentuan kadar dilakukan berdasarkan hubungan (korelasi) dengan
menggunakan larutan standar seri pada waktu retensi tertentu, berdasarkan area
kromatogram, ataupun berdasarkan tinggi puncak kromatogram.
4
BAB III
METODOLOGI
3.1 Alat
1. Kaca a rloji
2. Labu ukur 1000 mL
3. Labu ukur 100 mL
4. Labu ukur 50 mL
5. Pipet ukur 1 & 5 mL
6. Kertas saring
7. HPLC
3.2 Bahan
1. Sampel sirup (Mogu-mogu)
2. Metanol
3. Natrium benzoat
4. Akuades
5. K2HPO4
6. KH2PO4
3.3 Prosedur Kerja
1. Preparasi sampel
Sampel ditimbang sebanyak 5 g sampel dan dimasukkan ke dalam
labu ukur 100 mL, kemudian diencerkan dengan metanol 60% sampai
tanda batas dan didiamkan selama semalam sampai larutan mengendap.
Disaring larutan yang didapat kemudian didiamkan.
2. Persiapan larutan baku standar natrium benzoat
Ditimbang natrium benzoat sebanyak 50,2 mg dan dimasukkan ke
dalam labu ukur 50 mL. Larutkan natrium benzoat dengan metanol 0%
kemudian diencerkan dengan akuabies sampai tanda batas. Pipet
sebanyak 0,5; 1; 2; 3; dan 4 mL larutan tersebut kemudian dimasukkan
dalam labu ukur 50 mL. Encerkan dengan metanol 60% hingga tanda
batas. Saring larutan dan tampung filtrat sebagai larutan baku standar
natrium benzoat.
5
3. Persiapan fase gerak buffer fosfat 6,8
Sebanyak 0,8709 g K2HPO4 dan 0,68 KH2PO4 ditimbang. Larutkan
dengan akuabides dan masukkan dalam labuukur 1000 mL. Encerkan
dengan akuabides sampai tanda batas.
4. Persiapan larutan metanol 60%
Sebanyak 600 mL metanol pekat diencerkan dengan 400 mL
akuabides dalam labu takar 1000 mL.
5. Optimasi alat HPLC
Alat HPLC dioptimasi sebagai berikut:
1) Kolom oktadesisilan
2) Fase gerak buffer fosfat : metanol (92 : 8)
3) Laju alir 1 mL/menit
4) Detektor UV pada = 225 nm
5) Volume injeksi 10 20
6
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
10 759112
20 1282050
40 2533110
60 3847199
80 5028188
Sampel 510931
Luas area
6000000 y = 64212x + 24201
5000000 R = 0.9992
4000000
Luas Area
3000000
2000000
1000000
0
0 20 40 60 80 100
Konsentrasi Natrium Benzoat (ppm)
7
Penentuan kadar Natrium Benzoat dalam %b/b
mg Na benzoat = 7,58 x 0,05 L
mg Na benzoat = 0,379 mg
% (b/b) =
0,379
% (b/b) = x 100%
50,2
% (b/b) = 0,754%
Jadi, kadar natrium benzoat pada sampel sebesar 0,754%
4.2 Pembahasan
Zat aditif pada makanan dan minuman adalah zat-zat yang ditambahkan
selama proses produksi agar mutu dan kestabilan dari suatu produk tetap
terjaga. Terdapat berbagai jenis zat aditif yang digunakan oleh para
8
produsen seperti natrium benzoat, vitamin C dan kafein. Ketiga zat aditif
tersebut mempunyai sifat kepolaran dan gugus kromofor yang berbeda yang
menyebabkan senyawa tersebut dapat menyerap sinar UV. Pada HPLC,
detektor yang spesifik hanya akan mendeteksi sampel secara spesifik dan
selektif. Dan pada percobaan kali ini detektor yang digunakan yait sinar UV
dengan panjang gelombang 225 nm. Zat aditif atau bahan pengawet yang
sering digunakan adalah natrium benzoat yang berdasarkan SNI 01-0222-
1995 batas maksimum pemakaian natrium benzoat pada makanan atau
minuman adalah 200 mg 1 g per kg. Dalam sistem fasa terbalik, campuran
pelarut buffer fosfat dan metanol (92:8) akan menghasilkan pemisahan yang
optimum pada natrium benzoat, semakin banyak buffer fosfat maka waktu
elusi sampel akan semakin cepat, ini dikarenakan adanya pengaruh pH dari
larutan buffer fosfat yang rendah dan banyaknya komposisi buffer pada
campuran.
9
BAB V
KESIMPULAN
5.1 Kesimpulan
Natrium benzoat merupakan salah satu zat aditif pada makanan yang
dosisnya diatur dan diawasi karena dapat menimbulkan keracunan yang
bersifat karsinogenik. Identifikasi natrium benzoat dapat dilakukan
menggunakan HPLC dengan prinsip pemisahan analit berdasarkan
kepolarannya. Adapun analisis dari HPLC yaitu sampel yang diinjeksikan
akan terurai dan terpisah berdasarkan perbedaan afinitasnya. Kadar natrium
benzoat pada sampel yang kami gunakan sebesar 7,58 ppm atau 0,0758 g/kg
atau setara dengan 0,754 %b/b. Kadar ini masih dalam batas aman,
mengingat batas maksimum kadar benzoat dalam makanan atau minuman
dalam SNI sebesar 1g/kg.
5.2 Saran
Sebaiknya sehari sebelum praktikum dilakukan, praktikan sudah
melakukan preparasi sampel, sehingga hasil yang didapat lebih akurat.
10
DAFTAR PUSTAKA
Hendayana, Sumar., 2006, Kimia Pemisahan : Metode Kromatografi dan Elektroforesis
Modern. Bandung : PT Remaja Rosdakarya.
Husni, E., Samah, A., dan Ariati, R., 2008, Analisa Zat Pengawet dan Protein dalam
Makanan Siap Saji Sosis, Jurnal Sains dan Teknologi Farmasi, 13, 1-6.
Winarno, F.G. dan B.S.L. Jenni., 1983., Kerusakan Bahan Pangan dan Cara
Pencegahannya. Bogor : Galia Indonesia.
Winarno, F.G., 1984., Kimia Pangan dan Gizi., Jakarta : Gramedia
Wiyantoko, Bayu dan Purbaningtias, T.E., 2017, Panduan Praktikum Kromatografi.
Yogyakarta : UII
11
Lampiran
Lampiran 1. Skema Kerja
1. Preparasi sampel
12