Anda di halaman 1dari 20

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kematian adalah suatu proses yang dapat dikenal secara klinis pada seseorang
melalui pengamatan terhadap perubahan yang terjadi pada tubuh mayat. Perubahan
itu akan terjadi dari mulai terhentinya supli oksigen. Manifestasinya dapat dilihat
setelah beberapa menit, jam dan seterusnya.5
Dalam kasus tertentu, salah satu kewajiban dokter adalah membantu penyidik
menegakkan keadilan. Untuk itu dokter sedapat mungkin membantu menentukan
beberapa hal seperti saat kematian dan penyebab kematian tersebut.5
Sampai saat ini, penggantungan adalah penyebab kematian karena asfiksia yang
paling sering ditemukan karena dapat dilakukan dimana dan kapan saja dengan seutas
tali, kain, dasi atau bahan apa saja yang dapat melilit leher. Demikian pula dengan
pembunuhan dan hukuman mati dengan cara penggantungan sudah digunakan sejak
zaman dahulu.5
Kasus gantung hampir sama dengan penjeratan. Perbedaan nya terletak pada
asal tenaga yang dibutuhkan untuk memperkecil lingkaran jerat. Pada penjeratan
tenaga datang dari luar sedangkan pada kasus gantung tenaga tersebut berasal dari
berat badan korban sendiri, meskipun tidak seluruh berat badan digunakan.5
Sampai saat ini, masih sering diperlukan bantuan dokter untuk memeriksa
orang yang didapati mati dalam keadaan tergantung. Masalahnya adalah apakah
orang tersebut mati tergantung karena perbuatannya sendiri (bunuh diri) atau dibunuh
dengan cara menggantungkan korban atau apakah tidak mungkin korban digantung
sesudah dimatikan untuk menghilangkan jejak pembunuhan.5
Itulah urusan utama dokter untuk menjelaskan kepada penyidik dan kalangan
pengadilan mengenai segala sesuatu yang berkaitan dengan korban mati tergantung.5

Judul : Gantung Diri dan Penjeratan 1


Pembimbing : dr. Rita Mawarni, Sp.F
BAB II

TINJAUAN KEPUSTAKAAN

2.1 Gantung Diri


2.1.1 Definisi
Terdapat beberapa definisi tentang penggantungan ( hanging ). Salah satunya,
yakni; Penggantungan ( hanging ) adalah keadaan dimana leher dijerat dengan ikatan,
daya jerat ikatan tersebut memanfaatkan berat badan tubuh atau kepala. Ada pula
yang mendefinisikan sebagai suatu keadaan dimana terjadi konstriksi dari leher oleh
alat penjerat yang ditimbulkan oleh berat badan seluruhnya atau sebagian. Dengan
demikian berarti alat penjerat sifatnya pasif, sedangkan berat badan sifatnya aktif
sehingga terjadi konstriksi pada leher.mKasus gantung hampir sama dengan
penjeratan. Perbedaannya terdapat pada asal tenaga yang dibutuhkan untuk
memperkecil lingkararan jerat. Kematian karena penggantungan pada umunya bunuh
diri.3
Bunuh diri ( suicide ) dapat di definisikan sebagai : perbuatan merusak diri
sendiri yang berhasil. Sedangkan perbuatan merusak diri sendiri yang dilakukan
dengan keinginan destruktif, tetapi tidak nyata atau ragu ragu (sering disebut
sebagai sikap bunuh diri) merupakan defibisi dari percobaab bunuh diri
(parasuicide).3
2.1.2 Pembagian Hanging
Berdasarkan letak simpul atau titik gantung terbagi:
a) Typical hanging
adalah penggantungan tubuh dimana titik gantung atau simpul tali berada
tepat diatas pertengahan tulang occiput. Dalam situasi seperti ini
kemungkinan penekanan arteri di daerah leher maksimum.3
b) Atypical hanging

Judul : Gantung Diri dan Penjeratan 2


Pembimbing : dr. Rita Mawarni, Sp.F
Adalah semua penggantungan tubuh dengan titik gantung atau simpul tali
berada disemua tempat selain daripada di tengah occiput.3

A B

C D

Gambar 1. Letak titik gantung (A) typical hanging, (B,C,D) atypical hanging.

Berdasarkan sempurna tidaknya penggantungan, yaitu:


a) Complete Hanging (penggantungan sempurna)
Artinya seluruh tubuh menggantung sempurna.3

Gambar 2. Complete hanging

Judul : Gantung Diri dan Penjeratan 3


Pembimbing : dr. Rita Mawarni, Sp.F
b) Parsial Hanging (penggantungan tidak sempurna)
Artinya hanya sebagian tubuh tergantung atau tubuh tergantung dengan posisi
duduk, berlutut, bersandar, atau telungkup.3

Gambar 3. Parsial hanging


Berdasarkan motif daripada penggantungan, yaitu:
a) Suicidal Hanging
b) Accidental Hanging
c) Homicidal Hanging3
2.1.3 Patologi dan penyebab parasuicide dan suicide
Paling sering diserrtai dengan penyakit depresi. Mungkin pula terjadi pada
alkoholisme, skizofrenia, gangguan kepribadian atau ketergantungan obat. Sejumlah
kecil percobaan bunuh diri dan berhasil tidak menunjukkan adanya bukti gangguan
psikiatrik. Biasanya multifaktorial: kepribadian, faktor sosial dan penyakit psikiatrik
memainkan peranan yang berbeda beda. Penyakit fisik merupakan faktor penting,
terutama pada usia lebih tua. Faktor resiko tinggi termasuk umur, golongan
sosioekonomi, profesi (terutama dokter), jenis kelamin pria, penyakit fisik, kebiasaan
minum alkohol dan obat, kehilangan pekerjaan.3
2.1.4 Posisi Gantung Diri
Posisi korban pada kasus gantung diri bisa bermacam macam, kemungkinan
tersering :
1) Kedua kaki tidak menyentuh lantai (complete hanging)

Judul : Gantung Diri dan Penjeratan 4


Pembimbing : dr. Rita Mawarni, Sp.F
2) Duduk berlutut (biasanya menggantung pada daun pintu)
Untuk posisi ini ada yang menyebutkan dengan istilah penggantungan parsial.
Istilah ini digunakan jika beban berat badan tubuh tidak sepenuhnya menjadi
kekuatan daya jerat tali. Pada kasus tersebut berat badan tubuh tidak seluruhnya
menjadi gaya berat sehingga disebut penggantungan parsial. Bahan yang digunakan
biasanya tali, ikat pinggang, kain, dan lain-lain.
Pada kebanyakan kasus korbannya meninggal. Gejalanya yang penting
sehubungan dengan penggantungan adalah:
a. Kehilangan tenaga dan perasaan subyektif
b. Perasaan melihat kilatan cahaya
c. Kehilangan kesadaran, bisa disertai dengan kejang-kejang
d. Keadaan tersebut disertai dengan berhentinya fungsi jantung dan pernafasan3
3) Berbaring ( biasanya di bawah tempat tidur )
Accidental Hanging
Penggantungan yang tidak disengaja ini dapat dibagi dalam dua kelompok : yang
terjadi sewaktu bermain atau bekerja dan sewaktu melampiaskan nafsu seksual
yang menyimpang (Auto erotic Hanging)
Homicidial Hanging
Pembunuhan dengan metode menggantung korbannya relatif jarang dijumpai,
cara ini baru dapat dilakukan bila korbannya anak anak atau orang dewasa yang
kondisinya lemah, baik lemah oleh karena menderita penyakit, di bawah
pengaruh obat bius, alkohol atau korban yang sedang tidur. Pembunuhan dengan
cara penggantungan sulit untuk dilakukan oleh seorang pelaku.3
2.1.5 Penyebab atau mekanisme kematian pada penggantungan
1) Asfiksia. Merupakan penyebab kematian yang paling sering. Mekanisme
terjadinya asfiksia, yaitu:
a) Bila pengikat di atas kartilago thyroid maka basis lidah akan ditolak ke
atas dan ke belakang terhadap posterior faring sehingga traktus
respiratorius tertutup dan akhirnya terjadi asfiksia

Judul : Gantung Diri dan Penjeratan 5


Pembimbing : dr. Rita Mawarni, Sp.F
b) Bila pengikatan di bawah kartilago thyroid maka secara langsung akan
menekan laring dan menimbulkan tanda-tanda asfiksia yang lebih jelas.
c) Konstriksi umum dari jaringan akan menimbulkan penutupan komplit
atau parsial dari pembuluh darah besar di leher (arteri carotis communis)
dan ini akan menimbulkan anemia pada otak dan tekanan pada nervus
laringeus hingga akan menimbulkan shock.
2) Apopleksia (kongesti pada otak). Tekanan pada pembuluh darah vena
menyebabkan kongesti pada pembuluh darah otak dan mengakibatkan kegagalan
sirkulasi.
3) Kombinasi dari asfiksia dengan apopleksia
4) Iskemia serebral. Hal ini akibat penekanan dan hambatan pembuluh darah arteri
yang memperdarahi otak
5) Syok vaso vagal. Perangsangan pada sinus caroticus menyebabkan henti jantung
6) Fraktur atau dislokasi vertebra servikalis. (Pada korban yang dihukum gantung).
Pada keadaan dimana tali yang menjerat leher cukup panjang, kemudian
korbannya secara tiba-tiba dijatuhkan dari ketinggian 1,52 meter maka akan
mengakibatkan fraktur atau dislokasi vertebra servikalis yang akan menekan
medulla oblongata dan mengakibatkan terhentinya pernafasan. Biasa yang
terkena adalah vertebra servikalis ke-2 dan ke-3.3
2.1.6 Gambaran Post Mortem
A. Pemeriksaan Luar
1. Tanda penjeratan pada leher
Hal ini sangat penting diperhatikan oleh dokter dan keadaannya bergantung
kepada beberapa kondisi:
a) Tanda penjeratan jelas dan dalam jika tali yang digunakan kecil
dibandingkan jika menggunakan tali yang besar
b) Bentuk jeratannya berjalan miring (oblik) pada bagian depan leher, dimulai
pada leher bagian atas di antara kartilago tiroid dengan dagu, lalu berjalan

Judul : Gantung Diri dan Penjeratan 6


Pembimbing : dr. Rita Mawarni, Sp.F
miring sejajar dengan garis rahang bawah menuju belakang telinga. Tanda
ini semakin tidak jelas pada bagian belakang.
c) Tanda penjeratan tersebut berwarna coklat gelap dan kulit tampak keras
dan berkilat. Pada perabaan kulit terasa seperti perabaan kertas perkamen,
disebut parchmentisasi.
d) Pada tempat dimana terdapat simpul tali yaitu pada kulit di bagian bawah
telinga, tampak daerah segitiga pada kulit dibawah telinga
e) Pinggirannya berbatas tegas dan tidak terdapat tanda-tanda abrasi
disekitarnya
f) Jumlah tanda penjeratan kadang-kadang pada leher terlihat 2 buah atau
lebih bekas penjeratan. Hal ini menunjukkan bahwa tali dijeratkan ke leher
sebanyak 2 kali
2. Kedalaman dari bekas penjeratan menunjukkan lamanya tubuh tergantung
3. Jika korban lama tergantung, ukuran leher menjadi semakin panjang
4. Tanda-tanda asfiksia, yaitu mata menonjol keluar, perdraahan berupa ptekia
tampak pada wajah dan sub konjungtiva. Lidah menjulur menunjukkan adanya
penekanan pada bagian leher
5. Air liur mengalir dari sudut bibir di bagian yang berlawanan dengan tempat
simpul tali. Keadaan ini merupakan tanda pasti penggantungan ante mortem
6. Lebam mayat paling sering terlihat pada tungkai
7. Posisi tangan biasanya dalam keadaan tergenggam
8. Urin dan feses biasanya keluar.1
B. Pemeriksaan Dalam
Cara insisi yang biasa digunakan adalah I shape incision yaitu insisi yang
dimulai dari bawah dagu sampai symphisis pubis dengan membelokkan pisau ke kiri
setentang pusat.
1. Jaringan yang berada di bawah jeratan berwarna putih, berkilat dan perabaan
seperti perkamen karena kekurangan darah, terutama jika mayat tergantung
cukup lama pada jaringan di bawahnya mungkin tidak terdapat cedera lain.

Judul : Gantung Diri dan Penjeratan 7


Pembimbing : dr. Rita Mawarni, Sp.F
2. Platisma atau otot lain disekitarnya mungkin memar atau rupture pada beberapa
keadaan. Kerusakan otot ini lebih banyak terjadi pada kasus penggantungan
yang disertai dengan tindakan kekerasan.
3. Lapisan dalam dan bagian tengah pembuluh darah mengalami laserasi atau
rupture. Resapan darah hanya terjadi di dalam dinding pembuluh darah
4. Fraktur tulang hyoid jarang terjadi. Fraktur ini biasanya terdapat pada
penggantungan yang korban nya dijatuhkan dengan tali penggantung yang
panjang dimana tulang hyoid mengalami benturan dengan tulang vertebra.
Adanya efusi darah disekitar fraktur menunjukkan bahwa penggantungannya
ante mortem.
5. Fraktur kartilago thyroid jarang terjadi
6. Fraktur 2 buah tulang vertebra servikalis bagian atas. Fraktur ini sering terjadi
pada korban hukuman gantung
7. Paru-paru kongesti, edematous, vena cava penuh dengan darah yang gelap
8. Jantung kiri kosong.1
2.1.7 Aspek medikolegal
1. Apakah kematian disebabkan oleh penggantungan? Pertanyaan ini sering
diajukan kepada dokter pemeriksa dalam persidangan. Hal ini dapat
diperkirakan melalui pemeriksaan seperti dibawah ini :

a. Dengan teliti memeriksa jejas jeratan, baik pada pemeriksaan luar maupun
pemeriksaan dalam.

b. Adanya air liur yang mengalir dari sudut bibir.

c. Tanda-tanda asfiksia post mortem, seperti penonjolan bola mata. Lidah dan
perdarahan berupa petekia pada wajah.5

2. Apakah penggantungan tersebut merupakan bunuh diri, pembunuhan atau


kecelakaan? Biasanya faktor di bawah ini dapat dijadikan bahan pertimbangan.

Judul : Gantung Diri dan Penjeratan 8


Pembimbing : dr. Rita Mawarni, Sp.F
a. Penggantungan biasanya merupakan tindakan bunuh diri, kecuali
dibuktikan lain. Usia tidak menjadi masalah untuk melakukan bunuh diri
dengan cara ini. Pernah da laporan kasus dimana seorang anak berusian 12
tahun bunuh diri dengan penggantungan. Kecelakaan yang menyebabkan
penggantungan jarang terjadi kecuali pada anak-anak berusia dibawah 12
tahun.

b. Cara terjadinya penggantungan

c. Bukti-bukti tidak langsung di tempat kejadian

d. Tanda beupa jejas penjeratan

e. Tanda-tanda kekerasan atau perlawanan.5

PERBEDAAN PENGGANTUNGAN ANTE-MORTEM DAN POST MORTEM5


Penggantungan ante-mortem Penggantungan post-mortem
1. Tanda-tanda penggantungan 1. Tanda-tanda post-mortem
ante-mortem bervariasi, menunjukkan kematian
tergantung dari cara kematian yang bukan disebabkan
korban. penggantungan.

2. Tanda jejas jeratan miring, 2. Tanda-tanda jejas jeratan


berupa lingkaran terputus (non- biasanya berbentuk
continuous) dan letaknya pada lingkaran utuh (continuous)
leher bagian atas. agak sirktiler dan letaknya
pada bagian leher tidak
begitu tinggi.

3. Simpul tali biasanya tunggal,


3. Simpul tali biasanya lebih
terdapat pada sisi leher.
dari satu, diikatkan dengan
kuat dan diletakkan pada

Judul : Gantung Diri dan Penjeratan 9


Pembimbing : dr. Rita Mawarni, Sp.F
4. Ekimosistampak jelas pada bagian depan leher.
ssalah satu sisi dari jejas
4. Ekimosis pada salah satu
penjeratan. Lebam mayat
sisi jejas penjeratan tidak
tampak diatas jejas jerat dan
ada atau tidak jelas. Lebam
pada tungkai bawah.
mayat terdapat pada bagian
tubuh yang menggantung
sesuai dengan posisi mayat
setelah meninggal.

5. Pada kulit ditempat jejas jeratan


5. Tanda parchmentasi tidakn
teraba seperti perabaan kertas
ada atau tidak begitu jelas.
perkamen, yaitu tanda
parchmentasi.

6. Sianosis pada wajah, bibir,


6. Sianosis pada bagian wajah,
telinga, dll, sangat jelas terlihat
bibir, telinga, dll, tergantung
terutama jika kematian karena
dari penyebab kematian.
afiksia.

7. Wajah membengkak dan mata 7. Tanda-tanda pada wajah


mengalami kongesti dan agak dan mata tidak terdapat,
menonjol, disertai dengan kecuali jika penyebab
gambaran pembuluh darah vena kematian adalah pencekikan
yang jelas pada bagian kening (strangulasi) atau sufokasi.
dan dahi
8. Lidah tidak terjulur kecuali
8. Lidah bisa terjulur atautidak pada kasus kematian akibat
sama sekali pencekikan.

Judul : Gantung Diri dan Penjeratan 10


Pembimbing : dr. Rita Mawarni, Sp.F
9. Penis. Ereksi penis disertai 9. Penis. Ereksi penis dan
dengan keluarnya cairan sperma cairan sperma tidak ada.
sering terjadi pada korban pria. Pengeluaran feses juga tidak
Demikian juga sering ditemukan ada.
keluarnya feses.

10. Air liur ditemukan menetes dari


10. Air liur tidak ditemukan
sudut mulut, dengan arah
yang menetes pada kasus
vertikal menuju dada. Hal ini
selain kasus penggantungan.
merupakan pertanda pasti
penggantungan ante-mortem
Tabel 1. Perbedaan Penggantungan Ante-Mortem dan Post Mortem

PERBEDAAN PENGGANTUNGAN BUNUH DIRI DENGAN PEMBUNUHAN 5


Penggantungan pada bunuh diri Penggantungan pada pembunuhan
1. Usia. Gantung diri lebih sering 1. Tidak mengenal batas usia,
terjadi pada remaja dan orang karena tindakan pembunuhan
dewasa. Anak-anak dibawah dilakukan oleh musuh atau
umur 10 tahun atau orang lawan dari korban dan tidak
dewasa diatas usia 59 tahun tergantung pada usia.
jarang ditemukan bunuh diri

2. Tanda jejas jeratan, bentuknya


2. Tanda jejas jeratan berupa
miring, berupa lingkaran
lingkaran tidak terputus,
terputus (non-continuous) dan
mendatar letaknya dibagian
terletak pada bagian atas leher.
tengah leher, karena usaha
pelaku pembunuhan untuk
3. Simpul tali, biasanya hanya membuat simpul tali.
satu simpul yang letaknya pada
bagian samping leher. 3. Simpul tali biasanya lebih

Judul : Gantung Diri dan Penjeratan 11


Pembimbing : dr. Rita Mawarni, Sp.F
dari satu pada bagian depan
leher dan simpul tali tersebut
4. Riwayat korban. Biasanya
terikat kuat.
korban mempunyai riwayat
untuk mencoba bunuh diri
4. Sebelumnya korban tidak
dengan cara lain.
mempunyai riwayat untuk
bunuh diri.
5. Cedera. Luka-luka pada tubuh
korban yang bisa
menyebabkan kematian
5. Cedera berupa luka-luka
mendadak tidak ditemukan
pada tubuh korban biasanya
pada kasus bunuh diri.
mengarah pada pembunuhan.

6. Racun. Ditemukan raccun


dalam lambung korban,
6. Terdapatnya racun berupa
misalnya arsen, sublimat,
asam opium hidrosianat atau
korosif, dll. Tidak bertentangan
kalium sianida tidak sesuai
dengan kasus bunuh diri. Rasa
dengan kasus pembunuhan,
nyeri yang disebabkan racun
karena untuk hal ini perlu
tersebut mungkin mendorong
waktu dan kemauan dari
korban untuk melakukan
korban itu sendiri. Dengan
gantung diri.
demikian maka kasus
penggantungan tersebut
7. Tangan tidak dalam keadaan
adalah karena bunuh diri.
terikat, karena sulit untuk
7. Tangan yang dalam keadaan
gantung diri dalam keadaan
terikat mengarahkan dugaan
tangan terikat.
pada kasus pembunuhan.

8. Kemudahan. Pada kasus bunuh

Judul : Gantung Diri dan Penjeratan 12


Pembimbing : dr. Rita Mawarni, Sp.F
diri, mayat biasanya ditemukan
tergantuk pada pada tempat
8. Pada kasus pembunuhan,
yang mudah dicapai oleh
mayat ditemukan tergantung
korban atau sekitarnya
pada tempat yang sulit
ditemukan alat yang digunakan
tercapai oleh korban dan alat
untuk mencapai tempat
yang digunakan untuk
tersebut
mencapai tempat tersebut
tidak ditemukan.
9. Tempat kejadian. Jika kejadian
berlangsung di dalam kamar,
dimana pintu, jendela,
9. Tempat kejadian. Bila
ditemukan dalam keadaan
sebaliknya pada ruangan
tertutup dan terkunci dari
ditemukan terkunci dari luar,
dalam, maka pasti kasusnya
maka penggantungan adalah
merupakan bunuh diri.
kasus pembunuhan.

10. Tanda-tanda perlawanan, tidak


ditemukan pada kasus gantung
dir.
10. Tanda-tanda perlawanan
hampir selalu ada kecuali
korban sedang tidur, tidak
sadar atau masih anak-anak.
Tabel 2. Perbedaan Penggantungan Bunuh Diri Dengan Pembunuhan
2.2 Penjeratan
Asfiksia yang terjadi pada penjeratan berbeda dengan asfiksia yang terjadi pada
penggantungan. Pada penjeratan, ikatan yang terjadi pada waktu penjeratan
merupakan faktor yang menyebabkan terhalangnya jalan nafas, sedangkan pada
penggantungan, berat badan korban yang menjadi faktor terpenting.7
2.2.1 Definisi

Judul : Gantung Diri dan Penjeratan 13


Pembimbing : dr. Rita Mawarni, Sp.F
Penjeratan (strangulation by ligature) adalah suatu strangulasi berupa tekanan
pada leher korban akibat suatu jeratan dan menjadi erat karena kekuatan lain bukan
karena berat badan korban.7
2.2.2 Etiologi kematian pada penjeratan
Ada tiga penyebab kematian pada penjeratan (strangulation by ligature), yaitu:
Asfiksia, karena saluran nafas tertutup.
Iskemi otak, darah arteri tidak mengalir lagi ke otak.
Venous congestion, aliran arteri masih masuk ke otak sementara aliran vena
tertutup
Vagal refleks1
2.2.3 Jenis-jenis penjeratan
a) Manual strangulation , dilakukan dengan tangan dan tangan tidak perlu
melingkari leher korban.
b) Palmar strangulation, dilakukan dengan kedua tangan, dimana tangan kanan
pelaku ditekan horizontal pada mulut korban dibantu tangan kiri yang
menekan vertical sehingga telapak tangan kiri menekan leher korban bagian
depannya.
c) Garroting atau penjeratan dengan alat, dilakukan dengan menyerang korban
dari belakang dan menjeratnya dengan alat penjerat.4,7
Ciri-ciri penjeratan dengan tangan (Manual Strangulation dan Palmar
Strangulation):
- Manual strangulation biasa dilakukan bila korbannya lebih lemah dari si
pelaku, seperti orang tua, anak-anak, wanita gemuk.
- Adanya luka lecet pada bahu si korban berbentuk bulan sabit yang
disebabkan oleh kuku si pelaku.
- Patahnya tulang lidah disertai dengan resapan darah di jaringan ikat dan otot
sekitarnya.

Judul : Gantung Diri dan Penjeratan 14


Pembimbing : dr. Rita Mawarni, Sp.F
- Sembabnya kutub pangkal tenggorokan (epiglotis) dan jaringan longgar di
sekitarnya dengan bintik-bintik perdarahan.
- Jika mekanisme kematiannya karena asfiksia maka akan dijumpai tanda-
tanda asfiksia.
- Jika mekanisme kematiannya inhibisi vagal, kelainan terbatas pada bagian
leher disertai tanda-tanda asfiksia.
- Waktu yang dibutuhkan untuk melaukan pencekikan sekitar 30 detik sampai
beberapa menit.4,7
Ciri-ciri penjeratan dengan alat (Garroting):
- Alat penjerat yang biasanya dibawa oleh pelaku seperti tali, kawat, dan lain-
lain. Sedangkan alat yang biasa dibawa korban seperti selendang, dasi,
stocking atau kain lainnya.
- Jumlah lilitan satu dengan simpul mati.
- Alat penjerat berjalan mendatar, luka lecet umumnya melingkari leher
secara keseluruhan.
- Dapat ditemukan luka bulan sabit, yang disebabkan oleh kuku (baik kuku
penjerat atau kuku korban).
- Resapan darah dalam otot dan jaringan ikat leher serta kelenjar gondok,
tergantung dari besarnya tekanan alat penjerat, dan luas permukaan alat.
- Patah tulang lidah (Os hyoid) tidak lazim kecuali didahului dengan
pencekikan.
- Bila mekanisme kematiannya asfiksia, maka pada pemeriksaan dalam dan
luar akan ditemukan kelainan mayat akibat mati lemas: lebam mayat yang
lebih gelap dan luas, sianosis, bintik perdarahan pada mata, busa halus putih
keluar dari mulut, darah tetap cair, dan sembabnya organ dalam tubuh.
- Bila mekanisme kematiannya inhibisi vagal, maka kelainan yang ditemukan
terbatas pada alat penjerat dengan luka lecet tekan akibat alat penjerat.4,7
2.2.4 Cara kematian pada penjeratan
Ada tiga cara kematian pada kasus penjeratan (strangulation by ligature) yaitu:

Judul : Gantung Diri dan Penjeratan 15


Pembimbing : dr. Rita Mawarni, Sp.F
a)Pembunuhan (paling sering)
Pembunuhan pada kasus jeratan dapat dijumpai pada kejadian infanticide
dengan menggunakan tali pusat, psikopat yang saling menjerat dan hukuman
mati (zaman dahulu).1
b)Kecelakaan
Kecelakaan pada kasus jeratan dapat dijumpai pada bayi yang terjerat oleh tali
pakaian, orang yang bersenda gurau dan pemabuk. Vagal refelek menjadi
penyebab kematian pada orang yag bersenda gurau.1
c)Bunuh diri
Pada kasus bunuh diri dengan jeratan dilakukan dengan melilitkan tali secara
berulang ndimana satu ujung difiksasi dan ujung lain ditarik. Antara jeratan dan
leher dimasukkan tongkat lalu memutar tongkat tersebut. Hal ini penting yang
perlu kita perhatikan pada kasus jeratan, antara lain:
- Arah jeratan mendatar atau horizontal
- Lokasi jeratan lebih rendah dari lokasi penggantungan
- Jenis simpul penjerat
- Bahan penjerat, misalnya tali, kaos kaki, dasi, serbet, dll
- Pada kasus pembunuhan biasanya kita tidak menemukan alat yang
digunakan untuk menjerat1
2.2.5 Pemeriksaan post mortem
a. Pemeriksaan luar
Bekas jeratan di leher berwarna merah kecoklatan, bersambung di bawah atau
setentang kartilago thyroid, lecet disekitar jeratan karena perlawanan korban, kadang-
kadang ada vesikel halus. Ini menunjukkan korban masih hidup waktu dijerat. Warna
bekas jeratan berwarna kemerahan karena tali segera dilepas atau longgar setelah
korban dijerat. Bila tetap dijerat dalam waktu lama bisa didapati warna bekas jeratan
kecoklatan seperti kertas perkamen. Kematian biasanya berlangsung lebih lama dari
hanging karena korban memberi perlawanan dengan menegangkan leher sehingga
proses kematian berlangsung lama. Itu sebabnya tanda-tanda asfiksia pada penjeratan

Judul : Gantung Diri dan Penjeratan 16


Pembimbing : dr. Rita Mawarni, Sp.F
lebih jelas terlihat. Muka terlihat membengkak atau membiru, mata melotot, begitu
juga lidah menjulur. Bintik perdarahan pada kening, temporal, kelopak dan bola mata
lebih jelas. Bisa didapati keluar feses dan urin. Karena strangulasi umumnya karena
pembunuhan maka sering didapati tanda-tanda perlawanan. Bila terdapat kejang
mayat maka perhatikan apakah ada benda yang dipegang seperti rambut, kancing atau
robekan baju pelaku. Hal ini penting untuk mengetahui siapa pelaku kejahatan.1

A B

Gambar 4. (A) warna kemerahan bekas jeratan tampak pada leher, (B) sianosis pada
ujung-ujung jari tangan

b. Pemeriksaan dalam
Paling penting pemeriksaan daerah leher dimana terdapat lebam di setentang
dan sekitar penjeratan. Dijumpai fraktur tulang krikoid dan tulang rawan trakea
lainnya. Mukosa laring dan trakea menebal dan berwarna merah, kadang disertai
perdarahan kecil. Paru-paru kongesti dengan tanda-tanda pembendungan, tardieus
spot, begitu juga tanda-tanda perbendungan pada organ lain.1
2.3 Pasal-pasal yang berhubungan dengan penjeratan dan gantung diri
Pada buku kedua KUHP BAB XIX tentang kejahatan terhadap nyawa. Berikut
merupakan pasal-pasal yang terkandung dalam BAB XIX KUHP:
Pasal 338

Judul : Gantung Diri dan Penjeratan 17


Pembimbing : dr. Rita Mawarni, Sp.F
Barang siapa dengan sengaja merampas nyawa orang lain diancam karena
pembunuhan dengan pidana penjara paling lama 15 tahun.2
Pasal 339
Pembunuhan yang diikuti, disertai, atau didahului oleh perbuatan pidana
dilakukan dengan maksud untuk mempersiapkan atau mempermudah
pelaksanaannya, atau untuk melepaskan diri sendiri maupun peserta lainnya dari
pidana dalam hal tertangkap tangan, ataupun untuk memastikan penguasaan
barang yang diperolehnya secara melawan hukum, diancam dengan pidana
penjara seumur hidup atau selama waktu tertentu, paling lama 20 tahun.2
Pasal 340
Barang siapa dengan sengaja dengan rencana terlebih dahulu merampas nyawa
orang lain, dianca karena pembunuhan dengan rencana, dengan pidana mati atau
atau pidana penjara seumur hidup atau selama waktu tertentu paling lama 20
tahun.2
Pasal 345
Barang siapa dengan sengaja mendorong orang lain untuk bunuh diri,
menolongnya, dalam perbuatan itu atau memberi sarana kepadanya untuk itu
diancam dengan pidana penjara paling lama 4 tahun kalau orang itu jadi buniuh
diri.2

BAB III

KESIMPULAN

Penggantungan (hanging) adalah keadaan dimana leher dijerat dengan ikatan,


daya jerat ikatan tersebut memanfaatkan berat badan tubuh atau kepala. Sedangkan,
Penjeratan (strangulation by ligature) adalah suatu strangulasi berupa tekanan pada

Judul : Gantung Diri dan Penjeratan 18


Pembimbing : dr. Rita Mawarni, Sp.F
leher korban akibat suatu jeratan dan menjadi erat karena kekuatan lain bukan karena
berat badan korban.
Perbedaan antara hanging dan strangulasi antara lain ,pada hanging seperti
Suicide, bekas talinya miring dan nonkontinu, lilitan diatas k.thyroid, Dasar dr bekas
tali seperti kertas perkamen, jarang dijumpai abrasi, ekhimosis, bekas kuku, jarang
luka-luka pada kulit, subkutis, otot, jarang fraktur/dislokasi vertebralis, hanya pd
judicial hanging, air ludah keluar dr sudut mulut, tardeus spot kadang-kadang, muka
pucat, leher teregang, tanda perlawanan (-). Pada strangulasi seperti homicide,
horizontal dan kontinu, lilitan Dibawah k.thyroid, warna merah kecoklatan, sering
terjadi bekas, sering dijumpai luka, jarang dijumpai fraktur, keluar darah dari hidung
dan mulut, tardeus spot sering dijumpai, muka kongesti , leher tidak teregang, dan
tanda perlawanan (+).

DAFTAR PUSTAKA

1. Amir, Amri. 2016. Ilmu Kedokteran Forensik Edisi Kedua. Medan: Ramadahan

2. Azhari, Dimas Agung, dkk. 2012. Referat Penggantungan (Hanging). [Online]


Tersedia di http://www.documents.tips. Diunduh pada tanggal 24 November
2016

Judul : Gantung Diri dan Penjeratan 19


Pembimbing : dr. Rita Mawarni, Sp.F
3. Fikasari, Devi. 2008. Gantung Diri (Hanging). [Online] Tersedia di
http://www.gantung-diri-makalah.pdf. Diunduh pada tanggal 21 November
2016
4. Idries, Abdul Munim & Agung Legowo Tjiptomartono. 2011. Penerapan Ilmu
Kedokteran Forensik dalam Proses Penyidikan. Jakarta: Sagung Seto (SS)
5. Singh, Surjit. Ilmu Kedokteran Forensik. Medan

6. Vira, Diah. 2012. Penjeratan dalam Forensik. [Online] Tersedia di


http://www.penjeratan-dalam-forensik-blogspot.com. Diunduh pada tanggal 21
November 2016

Judul : Gantung Diri dan Penjeratan 20


Pembimbing : dr. Rita Mawarni, Sp.F

Anda mungkin juga menyukai