Anda di halaman 1dari 17

TINJAUAN PUSTAKA

1.1 PELAYANAN PENCEGAHAN PENYAKIT MENULAR (P2M)

1.1.1 Definisi

Penyakit menular adalah penyakit yang disebabkan oleh agent infeksi

atau toksin, yang berasal dari sumber penularan atau reservoir, yang

ditularkan/ ditransmisikan kepada penjamu (host) yang rentan.

P2M yaitu satu program untuk mengurangi atau memberantas penyakit

menular yang diadakan pada tingkat nasional dan mengikut sertakan tidak

saja semua petugas puskesmas tetapi juga seluruh anggota masyarakat.

1.1.2 Tujuan

1) Menemukan kasus penyakit menular sedini mungkin.

2) Mengurangi berbagai faktor resiko lingkungan masyarakat yang

memudahkan terjadinya penyebaran penyakit menular di suatu tempat.

3) Memberikan proteksi khusus kepada kelompok masyarakat tertentu agar

terhindar dari penularan penyakit.

1.1.3 Sasaran

1) Ibu hamil, balita, dan anak-anak sekolah

2) Masyarakat

3) Kelompok - kelompok tertentu masyarakat yang berisisko tinggi.


1.1.4 Program P2M

a. Upaya Pencegahan Penyakit

Surveilans epidemiologi merupakan kegiatan pengamatan terhadap

penyakit atau masalah kesehatan pada suatu wilayah, yang kegiatannya

meliputi: pengumpulan, panyajian, analisis data kesakitan dan kematian

panyakit menular dan tidak menular. Oleh sebab itu, adanya penyebab

terjadinya wabah dan bencana yang menjadi masalah kesehatan saat ini

terutama di Indonesia, diperlukan kegiatan surveilans epidemiologi.

Wabah merupakan peningkatan kejadian kesakitan atau kematian,

yang meluas secara cepat baik dalam jumlah kasus maupun luas daerah

penyakit, dan dapat menimbulkan bencana. Sedangkan kejadian luar

biasa (KLB) adalah salah satu status diterapkan di Indonesia untuk

mengklasifikasikan peristiwa menyebabkan suatu wabah penyakit, suatu

kejadian dinyatakan luar biasa jika terdapat :

1) Timbulnya suatu penyakit menular yang sebelumnya tidak ada atau

tidak dikenal.

2) Peningkatan kejadian penyakit atau kematian dua kali lipat atau lebih

dibandingkan dengan periode sebelumnya.

3) Jumlah penderita baru dalam 1 bulan menunjukan kenaikan dua kali

lipat atau lebih bila dibandingkan dengan angka rata-rata perbulan

dalam tahun sebelumnya.


Pembahasan Tifoid

A. Pengertian Tifoid

Tifus abdominalis (demam tifoid) adalah penyakit infeksi bakteri akut


yang diawali diselaput lendir usus dan jika tidak diobati, secara progresif
menyerbu jaringan diseluruh tubuh (Tambayong, 2000: 142).
Tifus abdominalis (demam tifoid, enteric fever) ialah penyakit infeksi
akut yang biasanya mengenai saluran cerna dengan gejala demam lebih dari 7
hari, gangguan pada saluran cerna, dan gangguan kesadaran (Arif
Mansjoer,1999: 432)

A. Etiologi
Tifus abdominalis kuman penyebabnya adalah salmonella typhi
(basil gram-negatif) yang memasuki tubuh melalui mulut dengan
perantaraan makanan dan minuman yang telah terkontaminasi. Kuman ini
dalam tinja, kemih, atau darah, masa inkubasinya sekitar 10 hari
(Tamboyang, 2000:142).

B. Gejala klinis

Beberapa gejala klinis yang sering terjadi pada demam tipoid adalah sebagai
berikut :
1. Demam
Demam atau panas merupakan gejala utama demam tifoid. Suhu
tubuh turun naik yakni pada pagi hari lebih rendah atau normal, sementara
sore dan malam hari lebih tinggi. Demam dapat mencapai 39-400 C.
intensitas demam akan makin tinggi disertai gejala lain seperti sakit
kepala, diare, nyeri otot, pegal, insomnia, anoreksia, mual, dan muntah.
2. Gangguan saluran pencernaan
Sering ditemukan bau mulut yang tidak sedap karena demam yang
lama. Bibir kering dan pecah-pecah. Lidah terlihat kotor dan ditutupi
selaput kecoklatan dengan ujung dan tepi lidah kemerahan dan tremor.
3. Gangguan kesadaran
Umumnya terdapat gangguan kesadaran berupa penurunan
kesadaran ringan, sering ditemui kesadaran apatis. Bila gejala klinis berat,
tidak jarang penderita sampai somnolen dan koma.
4. Hepatosplenomegali
Pada penderita demam tifoid, hati dan atau limpa sering ditemukan
membesar. Hati terasa nyeri bila ditekan.(Magurrobin, 12 Mei 2011)

C. Pemeriksaan laboratorium

1. Uji Widal
Maksud uji widal adalah untuk menentukan adanya agiutinin dalam
serum penderita tersangka demam tifoid yaitu :
a. Agiutinin O (Dari tubuh kuman)
b. Agiutinin H (Fiagela kuman)
c. Agiutinin Vi (sampai kuman)
Dari ketiga agiutinin tersebut hanya agiutini O dan H yang digunakan
untuk diagnosis demam tifoid, semakin tinggi titernya semakin besar
kemungkinan terinfeksi kuman ini.

2. Kultur darah
Hasil biakan darah yang positif memastikan demam tifoid, akan tetapi
hasil negatif tidak menyingkirkan demam tifoid. Hal ini dapat disebabkan
beberapa hal sebagai barikut.
a. Telah mendapat terapi antibiotik, bila pasien sebelum dilakukan
kultur darah telah mendapat antibiotik, pertumbuhan, kuman dalam media
biakan terhambat dan hasil mungkin negative.
b. Volume darah yang kurang (diperlukan kurang lebih 5 cc darah) bila
darah yang dibiak terlalu sedikit hasil biakan bisa negative.
c. Riwayat vaksinasi. Vaksinasi dimasa lampau menimbulkan antibodi
dalam darah pasien. Antibodi (agiutinin) ini dapat menekan bakteri hingga
biakan darah dapat negatif.
d. Saat pengambilan darah setelah minggu pertama, pada saat aglutinin
semakin meningkat Istirahat.

Pengobatan
1. Istirahat dan perawatan, dengan tujuan mencegah komplikasi dan
mempercepat penyembuhan. Tirah baring dan perawatan sepenuhnya
ditempat seperti makan, minum, mandi, buang air kecil, dan buang air
besar akan membantu mempercepat masa penyembuhan. Dalam
perawatan perlu sekali dijaga kebersihan tempat tidur, pakaian, dan
perlengkapan yang dipakai.
2. Diet dan Terapi Penunjang.(simtomatik dan suportif), dengan tujuan
mengembalikan rasa nyaman dan kesehatan pasien secara optimal.
3. Diet yang diberikan yaitu nasi dengan lauk pauk rendah selulosa dan
menghindarai sementara sayuran yang berserat,dapat di berikan dengan
aman pada pasien demam tifoid.
4. Pemberian antimikroba, dengan tujuan menghentikan dan mencegah
penyebaran kuman.

Obat-obatan antimikroba yang sering digunakan untuk mengobati


demam tifoid adalah sebagai berikut:
a. Kloramfenikol dosis yang diberikan 4 x 500 mg per hari dapat
diberikan secara per oral atau intravena. Diberikan sampai 7 hari bebas
panas
b. Tiamfenikol dosis dan efektivitas tiamfenikol pada demam
tifoid hampir sama dengan kloramfenikol, akan tetapi komplikasi
hamotologi seperti kemungkinan terjadinya anemia aplastik lebih rendah
dibandingkan dengan kloramfenikol. Dosis tiamfenikol adalah 4 x 500 mg,
demam rata-rata menurun pada hari ke-5 sampai ke-6.
c. Kotrimaksazol. Dosis untuk orang dewas adalah 2 x 2 tablet (1
tablet mengandung sulfametoksazol 400 mg dan 80 mg trimetoprim)
diberikan selama 2 minggu. (widodo, 2006 : 1753).
Pencegahan
1. Perbaikan sanitasi lingkungan hidup
a. Penyediaan air yang aman,terlindung dan terawasi
b. Tidak terkontaminasi dengan lalat dan serangga lain
c. Kotoran dan sampah,harus benar ,sehingga tidak mencemari
lingkungan
d. Pengawasan terhadap kebersihan lingkungan
e. Budayakan prilaku hidup bersih dan lingkungan bersih
2. Peningkatan hygiene makanan dan minuman
a. Hati-hati pilih makanan yang sudah di proses
b. Panaskan kembali secara benar yang sudah dimasak
c. Hindarkan kontak antara makanan mentah dengan yang sudah
masak
d. Menyuci tanggan dengan sabun
e. Permukaan dapur di bersihkan dengan cermat
f. Lindungi makanan dari serangga
(Diyan, 01 juli 2011)
HASIL DAN PEMBAHASAN

2.1 Masalah di Pelayanan Pencegahan Penyakit Menular (P2M)

2.1.2 Dokumentasi Program Pencegahan Penyakit Menular di

Puskesmas Sukabumi tahun 2016.

a. Diare

Angka Nasional untuk kejadian diare adalah 374/1000 per

penduduk dalam satu tahun. Angka target yang didapat di Puskesmas

Sukabumi pada tahun 2016 dengan jumlah penduduk 30.749 adalah 754

kasus. Dan dari data yang dilihat pada bulan Januari - September

sebanyak 754 kasus, jadi penemuan kasus diare masih belum termasuk

kedalam KLB.

DIARE TAHUN 2016

350
300
250
Axis Title

200
150
100
50
0
Sukabumi Sukabumi Nusantara
Indah Permai
Laki-laki 261 52 26
Perempuan 325 50 23

Grafik 1 : Banyaknya Pasien Diare Tahun 2016


b. DBD

Angka kesakitan (IR) untuk kejadian DBD adalah 60/100.000

peduduk x jumlah penduduk dalam satu tahun. Angka capaian yang

didapat di Puskesmas Sukabumi pada tahun 2016 dengan jumlah

penduduk 30.749 adalah 58 kasus. Dan dari data yang dilihat dalam

setahun sebanyak 58 kasus, jadi penemuan kasus DBD masih belum

termasuk kedalam KLB.

DBD TAHUN 2016


10
9
8
7
Axis Title

6
5
4
3
2
1
0
SEPT OKT NOV DESE
JAN FEBR MAR APRI AGU
MEI JUNI JULI EMB OBE EMB MBE
UARI UARI ET L STUS
ER R ER R
LAKI-LAKI 5 9 4 5 2 0 1 0 0 1 2
PEREMPUAN 6 4 3 4 1 1 2 1 0 1 1

Grafik 2 : Banyaknya Pasien DBD Tahun 2016

c. ISPA

Angka kesakitan untuk kejadian ISPA adalah 10% x jumlah

penduduk. Angka capaian yang didapat di Puskesmas Sukabumi pada

tahun 2016 dengan jumlah penduduk 30.749 adalah 166 kasus. Dan
dari data yang dilihat pada bulan Januari - September sebanyak 166

kasus, jadi penemuan kasus ISPA masih belum termasuk kedalam KLB.

ISPA TAHUN 2016


35
30
25
Axis Title

20
15
10
5
0
Pneumoni Asma PPOK
Laki-laki 1 31 25
Perempuan 1 25 19

Grafik 3 : Banyaknya Pasien ISPA tahun 2016

d. TB Paru

CDR (Case Detection Rate) TB adalah perhitungan kasus TB Paru


dengan BTA (+) yaitu 160/100.000 x jumlah penduduk. Angka capaian
yang didapat di Puskesmas Sukabumi pada tahun 2016 dengan jumlah
penduduk 30.749 adalah 55 kasus. Dan dari datayang dilihat pada
bulan Januari - Desember sebanyak 55 kasus, jadi penemuan kasus TB
Paru masih belum termasuk kedalam KLB.
TB PARU TAHUN 2016
120
100
80
Axis Title

60
40
20
0
Suspek TB Semua Kasus Baru
Kasus TB BTA (+)
Baru
Laki-laki 119 31 25
Perempuan 115 25 19

Grafik 4 : Banyaknya pasien TB Paru tahun 2016

e. Malaria

Annual Parasite Incidence (API) Malaria adalah perhitungan untuk

angka kesakitan kasus Malaria yaitu jumlah penderita positif /jumlah

penduduk x 1.000mil. Dan dari data yang dilihat dalam 1 tahun 1 kasus

malaria. Angka API malaria 0.03 yang didapat di Puskesmas Sukabumi

pada tahun 2016 dengan jumlah penduduk 30.749, jadi penemuan kasus

malaria tidak termasuk kedalam KLB.

f. Kusta

Angka kesakitan untuk kejadian Kusta adalah 5/100.000 jumlah

penduduk. Angka capaian yang didapat di Puskesmas Sukabumi pada

tahun 2016 dengan jumlah penduduk 30.749 adalah 6 kasus. Dan dari
data yang dilihat pada bulan Januari - September sebanyak 6 kasus, jadi

penemuan kasus Kusta masih belum termasuk kedalam KLB

g. Campak

Angka kesakitan untuk kejadian Campak adalah 20/10.000 jumlah

penduduk. Angka capaian yang didapat di Puskesmas Sukabumi pada

tahun 2016 dengan jumlah penduduk 30.749 adalah 52 kasus. Dan dari

data yang dilihat pada bulan Januari - September sebanyak 52 kasus,

jadi penemuan kasus Campak masih belum termasuk kedalam KLB

Kelurahan Sukabumi
60
Axis Title

40
20
0
laki-laki
Perempuan

laki-laki Perempuan
Sukabumi 41 21

Grafik 5 : Banyaknya Pasien Campak Tahun 2016

h. Tifoid

Angka Nasional untuk kejadian tifoid adalah 157/100.000 per

penduduk dalam satu tahun. Angka capaian yang didapat di Puskesmas

Sukabumi pada tahun 2016 dengan jumlah penduduk 30.749 adalah 365

kasus (66%). Dan dari data yang dilihat pada bulan Januari - November
sebanyak 365 kasus, jadi penemuan kasus Tifoid masih termasuk

kedalam Penyakit Endemik.

TIFOID TAHUN 2016

160
140
120
100
TIFOID

80
60
40
20
0
Sukabumi Sukabumi Nusantara
indah Indah
laki-laki 125 23 15
Perempuan 156 21 15

Grafik 6 : Banyaknya Pasien TIFOID Tahun 2016

2.1.3 Latar Belakang Pengambilan Tifoid sebagai Masalah

Angka kejadian Tifoid menurut data di Puskesmas Sukabumi pada

bulan JanuariNovember 2016 adalah 365 kasus yang terdiri dari tiga

kelurahan yaitu kelurahan Sukabumi 281 kasus , Sukabumi indah 62 kasus

dan Nusantara 30 kasus. Dari data urutan tempat kejadian kelurahan

Sukabumi paling tinggi.


Table 1.1 Rekap Tifoid 2016

BULAN
KELURAHAN TOTAL
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
SUKABUMI 38 24 37 34 33 31 20 26 17 - 21 281
SUKABUMI
1 3 6 11 7 5 2 4 2 - 3 62
INDAH
NUSANTARA - - 3 6 5 7 2 2 2 - 3 30
TOTAL 37 27 46 51 45 43 24 32 21 - 27 373

Table 1. 2 Prioritas Masalah Kesehatan Th 2016

Kriteria Tifoid Kusta Campak

Tingkat urgensi 4 3 4

(u)

Tingkat keseriusan 3 4 3

(s)

Tingkat 3 2 2

perkembangan (g)

Uxsxg 36 24 24

Berdasarkan table diatas dapat disimpulkan bahwa prioritas masalah program

P2M di puskesmas sukabumi bandar lampung adalah Tifoid


FISHBONE
2.1.5 Pemecahan masalah

a. Menjalankan program P2M serta melakukan kerjasama lintas sektor

dengan PROMKES dan KESLING

b. Peningkatan kinerja

c. Bekerjasama lintas sektor untuk upaya pemberian atau penyuluhan tentang

pentingnya menjaga kebersihan lingkungan serta diri sendiri

d. Meningkatkan minat masyarakan melakukan PHBS Ex. Cuci tangan

dengan standar WHO

2.1.6 Alternative pemecahan masalah

a. Pengawasan rumah sehat secara berkala dan berkelanjutan

b. Pembentukan Kader Kader sebagai contoh di masyarakat

c. Menyembuhkan penderita, hingga ia tidak lagi menjadi sumber infeksi

d. Pemberantasan vector (pembawa penyakit) Ex. Lalat dengan pengunaan

yellow trap atau karton yang dilumuri lem


KESIMPULAN DAN SARAN

3.1 Kesimpulan

3.1.1 Pencegahan Penyakit Menular (P2M)

Tifoid merupakan penyakit infeksi parasit yang disebabkan oleh Salmonella typhi
yang menyerang sistem pencernaan dan ditandai dengan ditemukannya bentuk
bulan sabit di dalam darah. Infeksi tifoid memberikan gejala berupa demam,
dehidrasi ringan-berat, gangguan kesadaran, serta gangguan pencernaan.
Peningkatan penyakit tifoid di wilayah kerja puskesmas sukabumi tahun 2016
dikarenakan masih kurang nya target pencapaian rumah sehat dan jamban sehat
diwilayah tersebut.

Saran

4.2.1 Pencegahan Penyakit Menular

a. Untuk pihak puskesmas agar terus menjalakan progrman P2M terutama


untuk penyakit tifoid dengan mengadakan pengawasan rumah sehat
secara berkala dan meningkatkan kualitas kesehatan masyarakat.
b. Bagi masyarakat di harapkan kesadarannya tentang pencegahan penyakit
tifoid agar memperbaiki lingkungan seperti menjaga kebersihan, dan
menerapkan prilaku PHBS
c. Bagi pasien yang telah terkena tifoid agar diberikan edukasi untuk rutin
minum obat sampai habis beristirahat cukup serta menerapkan PHBS.

ANALISIS MASALAH, PENYEBAB MASALAH DAN CARA PEMECAHAN

Puskesmas : Sukabumi
Bulan : Januari
Tahun : 2017

Anda mungkin juga menyukai