Anda di halaman 1dari 12

PENGEMBANGAN INSTRUMEN EVALUASI JENIS TES

Banyak alat atau instrumen yang dapat digunakan dalam kegiatan evaluasi. Salah
satunya adalah tes. Istilah tes berasal dari bahasa Prancis, yaitu testum, berarti
piring yang digunakan untuk memilih logam mulia dari benda-benda lain, seperti
pasir, batu, tanah, dan sebagainya. Dalam perkembangannya, istilah tes diadopsi
dalam psikologi dan pendidikan. Dilihat dari jumlah peserta didik, tes dibagi menjadi
dua jenis, yaitu tes kelompok dan tes perorangan. Dilihat dari kajian psikologi, tes
dibagi menjadi empat jenis, yaitu tes intelegensi umum, tes kemampuan khusus, tes
prestasi belajar, dan tes kepribadian. Dilihat dari cara penyusunannya, tes juga
dapat dibagi menjadi dua jenis, yaitu tes buatan guru dan tes standar. Dilihat dari
bentuk jawaban peserta didik, tes dapat dibagi menjadi tiga jenis, yaitu tes tertulis,
tes lisan dan tes tindakan. Tes juga dapat dibagi menjadi dua bagian, yaitu tes
kemampuan (power twst) dan tes kecepatan (speeds test).
Secara umum yang dimaksud dengan instrumen adalah suatu alat yang memenuhi
persyaratan akademis, sehingga dapat dipergunakan sebagai alat ukur atau
pengumpulan data mengenai suatu variabel. Dalam bidang penelitian instrument
diartikan sebagai alat untuk mengumpulkan data mengenai variabel-variabel
penelitian untuk kebutuhan penelitian, sedangkan dalam bidang pendidikan
instrumen digunakan untuk mengukur prestasi belajar siswa, faktor-faktor yang
diduga mempunyai hubungan atau berpengaruh terhadap hasil belajar,
perkembangan hasil belajar, keberhasilan proses belajar-mengajar dan keberhasilan
pencapaian suatu program tertentu (Djaali & Pudji Mulyono, 2007)

Pembelajarantingkatsatuanpendidikanmerupakanwujudpelaksanaankurikulumtigkats
atuanpendidikan yang mengacupadaasumsibahwapembelajaranmerupakansistam
yang terdiridaribeberapaunsur yang sistematisyaitumasukan, proses
dankeluaranatauhasil.
Evaluasimasukanpembelajaranmenekankanpadaevaluasikarakterisitikpesertadidik,
kelengkapandankeadaansaranadanprasaranapembelajaran,
karakterisitikdankesiapan pendidik, kurikulumdanmateripembelajaran,
strategipembelajaran yang sesuaidenganmata pelajaran,
sertakeadaanlingkungandimanapembelajaranberlangsung. Evaluasi proses
pembelajaranmenekankanpadaevaluasipengelolaanpembelajaran yang
dilaksanakanolehpembelajarmeliputikeefektifanstratategipembelajaran yang
dilaksanakan, keefektifan media pembelajaran, caramengajar yang
dilaksanakandanminat, sikap, sertacara belajarpesertadidik.
Eveluasipembelajaranatauevaluasihasilbelajarantara lain menggunakan instrument-
instrument evaluasidapatberupatesdannontesuntukmelakukanpengukuranhasil
belajarsebagaiprestasibelajar,
dalamhalinipenguasaankompetensiolehsetiappesertadidik.

Tes merupakan suatu teknik atau cara yang digunakan dalam rangka melaksanakan
kegiatan pengukuran, yang di dalamnya terdapat berbagai pertanyaan, pernyataan
atau serangkaian tugas yang harus dikerjakan atau dijawab oleh peserta didik untuk
mengukur aspek perilaku peserta didik.

Ada beberapa teknik dan alat penilaian yang dapat digunakan pendidik sebagai
sarana untuk memperoleh informasi tentang keadaan belajar peserta didik.
Penggunaan berbagai teknik dan alat itu harus disesuaikan dengan tujuan penilaian,
waktu yang tersedia, sifat tugas yang dilakukan peserta didik, dan banyaknya/jumlah
materi pembelajaran yang sudah disampaikan.
Teknik penilaian adalah metode atau cara penilaian yang dapat digunakan guru
untuk rnendapatkan informasi. Teknik penilaian yang memungkinkan dan dapat
dengan mudah digunakan oleh guru, misalnya: (1) tes (tertulis, lisan, perbuatan), (2)
observasi atau pengamatan, (3) wawancara.

Pembelajarantingkatsatuanpendidikanmerupakanwujudpelaksanaankurikulumtigkats
atuanpendidikan yang mengacupadaasumsibahwapembelajaranmerupakansistam
yang terdiridaribeberapaunsur yang sistematisyaitumasukan, proses
dankeluaranatauhasil.
Evaluasimasukanpembelajaranmenekankanpadaevaluasikarakterisitikpesertadidik,
kelengkapandankeadaansaranadanprasaranapembelajaran,
karakterisitikdankesiapan pendidik, kurikulumdanmateripembelajaran,
strategipembelajaran yang sesuaidenganmata pelajaran,
sertakeadaanlingkungandimanapembelajaranberlangsung. Evaluasi proses
pembelajaranmenekankanpadaevaluasipengelolaanpembelajaran yang
dilaksanakanolehpembelajarmeliputikeefektifanstratategipembelajaran yang
dilaksanakan, keefektifan media pembelajaran, caramengajar yang
dilaksanakandanminat, sikap, sertacara belajarpesertadidik.
Eveluasipembelajaranatauevaluasihasilbelajarantara lain menggunakan instrument-
instrument evaluasidapatberupatesdannontesuntukmelakukanpengukuranhasil
belajarsebagaiprestasibelajar,
dalamhalinipenguasaankompetensiolehsetiappesertadidik.

https://nursholehahrafdiati.wordpress.com/2016/05/18/pengembangan-instrumen-evaluasi-jenis-
tes/

KONSTRUKSI INSTRUMEN EVALUASI :


TES DAN BENTUKNYA

MAKALAH
Disusun Guna Memenuhi Tugas
Mata Kuliah : Evaluasi Pembelajaran
Dosen Pengampu : Drs. Abdul Rohman, M.Ag

Disusun Oleh:
KELOMPOK II
Nur Azizah (113111136)
Nur Syifafatul Aimmah (113111137)
Siti Zubaidah (113111143)
Vika Tsani Arifah (113111167)
Waras Sriyanti (113111168)

PENDIDIKAN AGAMA ISLAM 4C


FAKULTAS TARBIYAH
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO
SEMARANG
2013
I. PENDAHULUAN
Di dunia ini tidak ada dua individu yang sama persis, baik dari segi fisik maupun
psikisnya. Hal ini merupakan salah satu bukti keagungan Allah SWT atas segala ciptaan-
Nya dan agar kita semua berbakti kepada-Nya. Adanya perbedaan individual, tentu akan
turut serta menentukan berhasil atau tidaknya individu tersebut dalam menjalankan tugas
dan kewajibannya, sehingga akan berakibat pula adanya perbedaan prestasi kerja
maupun prestasi belajarnya. Maka perlu diciptakannya alat untuk mendiagnosis atau
mengukur keadaan individu, agar dapat mengetahui adanya perbedaan antar individu
tersebut.[1]
Banyak alat atau instrumen yang dapat digunakan dalam kegiatan evaluasi. Salah
satunya adalah tes. Tes banyak digunakan untuk mengukur prestasi belajar peserta didik
dalam bidang kognitif, seperti: pengetahuan, pemahaman, aplikasi, analisis, sintesis, dan
evaluasi.[2]
Oleh karena itu, dalam makalah ini kita akan mencoba untuk mengulas sedikit
tentang konstruksi instrumen evaluasi yang meliputi tes dan bentuknya.
II. RUMUSAN MASALAH
A. Apa definisi dari tes?
B. Bagaimana langkah-langkah pengembangan instrument evaluasi dan menyusun tes?
C. Apa sajakah fungsi tes itu?
D. Apa sajakah bentuk-bentuk tes?
E. Sebutkan pengembangan instrumen evaluasi jenis tes!

III. PEMBAHASAN
A. Definisi Tes
Secara harfiah, kata tes berasal dari bahasa Perancis Kuno, yaitu
testum dengan arti: piring yang digunakan untuk menyisihkan atau memilih logam-
logam mulia dari benda-benda lain, seperti pasir, batu, tanah, dan sebagainya.[3]
Dalam bahasa Inggris ditulis dengan test yang dalam bahasa Indonesia
diterjemahkan dengan tes, ujian atau percobaan. Dalam bahasa Arab: Imtihan
(). Secara istilah testadalah alat atau prosedur yang dipergunakan dalam rangka
pengukuran dan penilaian. Menurut Anne Anastasi dalam karya tulisnya
berjudul Psychological Testing (tes) adalah alat pengukur yang mempunyai standar yang
obyektif sehingga dapat digunakan secara meluas, serta dapat betul-betul digunakan
untuk mengukur dan membandingkan keadaan psikis atau tingkah laku individu.
Menurut Lee J. Cronbach dalam bukunya berjudul Essential of Psychological
Testing, tes merupakan suatu prosedur yang sistematis untuk membandingkan tingkah
laku dua orang atau lebih. Sedang menurut Goodenough, tes adalah suatu tugas atau
serangkaian tugas yang diberikan kepada individu atau sekelompok individu, dengan
maksud untuk membandingkan kecakapan mereka, satu dengan yang lain.[4]
Sax (1980: 13) mendefinisikan tes sebagai suatu tugas atau serangkaian tugas
yang digunakan untuk mendapatkan umpan balik sistematis yang dianggap
mencerminkan trait atau atribut pendidikan atau psikologi. Selanjutnya bahwa Sax juga
menekankan bahwa tes, berisi tugas-tugas yang disusun untuk menghasilkan
pengamatan sistematis mengenai suat sifat (trait).[5]
Tes merupakan suatu teknik atau cara yang digunakan dalam rangka
melaksanakan kegiatan pengukuran, yang di dalamnya terdapat berbagai pertanyaan,
pernyataan, atau serangkaian tugas yang harus dikerjakan atau dijawab oleh peserta didik
untuk mengukur aspek perilaku peserta didik.[6]
B. Langkah-langkah Penyusunan Tes dan Pengembangan Instrumen Evaluasi
Dalam penyusunan tes diperlukan langkah-langkah yang harus diikuti secara
sistematis, sehingga dapat diperoleh tes yang lebih efektif. Langkah-langkah
tersebut, sebagai berikut:
1. Menentukan atau merumuskan tujuan tes.
2. Mengidentifikasi hasil-hasil belajar yang akan diukur dengan tes.
3. Menentukan atau menandai hasil-hasil belajar yang spesifik, yang merupakan tingkah
laku yang dapat diamati dan sesuai dengan Tujuan Instruksional Khusus (TIK).
4. Merinci bahan atau mata pelajaran yang akan diukur dengan tes.
5. Menyiapkan tabel spesifikasi.
6. Menggunakan tabel spesifikasi tersebut sebagai dasar penyusunan tes.[7]
Dalam mengembangkan instrumen, Tuckman (1978:210-116) telah menunjukan
langkah-langkah yang dapat diikuti yaitu dengan menunjukan tujuan dan variabel
yang akan diukur, menentukan indikator, menulis butir-butir instrumen, serta menguji
coba dan mengevaluasi instrumen.
Menurut Suryabrata, pengembangan spesifikasi instrumen tes, dilakukan
dengan menentukan tujuan-tujuan umum serta persyaratan tes, menyusun kisi-kisi tes,
memilih tipe-tipe soal, menentukan taraf kesukaran soal, menentukan cara
mengkompilasikan soal-soal dalam bentuk akhirnya, dan menyiapkan penulisan soal
dan penelaah soal. Berdasarkan penjelasan diatas dapat diketahui bahwa langkah-
langkah pengembangan instrumen pada dasarnya meliputi: perencanaan, persiapan,
uji coba, dan penilaian hasil ukuran.[8]
Disamping itu baik buruknya evaluasi ada ditangan evaluator, yaitu guru yang
melaksanakan proses pembelajaran dalam suatu bidang studi atau tim khusus yang
dibentuk untuk melakukan evaluasi. Artinya guru harus bertanggungjawab juga dalam
pelaksanaan evaluasi.[9]
C. Fungsi Tes
Kita mengenal bermacam-macam fungsi tes sesuai dengan tujuannya masing-
masing, yaitu:
1. Sebagai alat pengukur terhadap peserta didik. Dalam hubungan ini tes berfungsi
mengukur tingkat perkembangan atau kemajuan yang telah dicapai oleh peserta didik
setelah mereka menempuh proses belajar mengajar dalam jangka waktu tertentu.
2. Sebagai alat pengukur keberhasilan program pengajaran, sebab melalui tes tersebut akan
dapat diketahui sudah seberapa jauh program pengajaran yang telah ditentukan, telah
dapat dicapai.[10]
3. Sebagai alat untuk menentukan penempatan siswa dalam suatu jenjang atau jenis
program pendidikan tertentu (placement test).
4. Sebagai alat untuk mencari umpan balik (feed-back) guna memperbaiki proses belajar-
mengajar bagi guru maupun siswa (test formatif).
5. Sebagai alat untuk mencari sebab-sebab kesulitan belajar siswa, seperti latar belakang
psikologis, fisik, dan lingkungan sosial-ekonomi siswa.[11]
D. Bentuk-Bentuk Tes
Sebagai alat pengukur, tes dapat dibedakan menjadi beberapa jenis atau golongan,
tergantung dari segi mana atau dengan alasan apa penggolongan tes itu dilakukan.
1. Penggolongan tes berdasarkan fungsinya sebagai alat pengukur perkembangan atau
kemajuan belajar peserta didik, dibedakan menjadi enam golongan, yaitu:
a. Tes seleksi (al-Imtihan al-Intikhabiy = ) , sering dikenal dengan istilah Ujian
Saringan atau Ujian Masuk. Tes ini dilaksanakan dalam rangka penerimaan calon
siswa baru, di mana hasil tes digunakan untuk memilih calon peserta didik yang tergolong
paling baik dari sekian banyak calon yang mengikuti tes. Tes seleksi dapat dilaksanakan
secara lisan, secara tertulis, dengan tes perbuatan, dan dapat pula dilaksanakan dengan
mengkombinasikan ketiga jenis tes tersebut secara serempak.
b. Tes awal (al-Imtihan al-Mabdaiy = ) , sering dikenal dengan istilah pre-test. Tes
ini dilaksanakan dengan tujuan untuk mengetahui sejauh manakah materi atau bahan
pelajaran yang akan diajarkan telah dapat dikuasai oleh para peserta didik. Isi atau materi
tes awal pada umumnya ditekankan pada bahan-bahan penting yang seharusnya sudah
diketahui atau dikuasai oleh peserta didik sebelum pelajaran diberikan kepada mereka.
c. Tes akhir (al-Imtihan al-Nihaiy = ) , sering dikenal dengan istilah post-test.
Tes ini dilaksanakan dengan tujuan untuk mengetahui apakah semua materi pelajaran
yang tergolong penting sudah dapat dikuasai dengan sebaik-baiknya oleh para peserta
didik. Isi atau materi tes akhir adalah bahan-bahan pelajaran yang tergolong penting, yang
telah diajarkan kepada para peserta didik, dan biasanya naskah tes akhir ini dibuat sama
dengan naskah tes awal.
d. Tes diagnostik (al-Imtihan al-Fahshiy = ) . Tes ini dilaksanakan untuk
menentukan secara tepat, jenis kesukaran yang dihadapi oleh para peserta didik dalam
suatu mata pelajaran tertentu. Materi yang ditanyakan dalam tes diagnostik pada
umumnya ditekankan pada bahan-bahan tertentu yang biasanya sulit dipahami siswa. Tes
ini dapat dilaksanakan dengan secara lisan, tertulis, perbuatan atau kombinasi dari
ketiganya.
e. Tes formatif (al-Imtihan al-Yaumiy = ) , sering dikenal dengan istilah
Ulangan Harian. Tes ini adalah tes hasil belajar yang bertujuan untuk mengetahui,
sudah sejauh manakah peserta didik telah terbentuk (sesuai dengan tujuan pengajaran
yang telah ditentukan) setelah mereka mengikuti proses pembelajaran dalam jangka
waktu tertentu. Tesformatif ini biasa dilaksanakan di tengah-tengah perjalanan program
pengajaran, yaitu dilaksanakan pada setiap kali satuan pelajaran atau subpokok bahasan
berakhir atau dapat diselesaikan. Materi tes ini pada umumnya ditekankan pada bahan-
bahan pelajaran yang telah diajarkan, baik termasuk kategori mudah maupun yang
termasuk kategori sukar.
f. Tes sumatif (Imtihan al-Nisf al-Sanawiy = ) , sering dikenal dengan istilah
Ulangan Umum atau Evaluasi Belajar Tahap Akhir (EBTA). Tes ini adalah tes hasil
belajar yang dilaksanakan setelah sekumpulan satuan program pengajaran selesai
diberikan. Tes sumatif dilaksanakan secara tertulis, agar semua siswa memperoleh soal
yang sama. Tujuan tes ini adalah untuk menentukan nilai yang melambangkan
keberhasilan peserta didik setelah mereka menempuh proses pembelajaran dalam jangka
waktu tertentu.
2. Penggolongan tes berdasarkan aspek psikis yang ingin diungkap, dibedakan menjadi
lima golongan, yaitu:
a. Tes intelegensi (intellegency test), yaitu tes yang dilaksanakan untuk mengungkapkan
atau mengetahui tingkat kecerdasan seseorang.
b. Tes kemampuan (aptitude test), yaitu tes yang dilaksanakan untuk mengungkapkan
kemampuan dasar atau bakat khusus yang dimiliki oleh testee.
c. Tes sikap (attitude test), yaitu tes yang dilaksanakan untuk mengungkap predisposisi
atau kecenderungan seseorang untuk melakukan suatu respon tertentu terhadap dunia
sekitarnya, baik berupa individu-individu maupun obyek-obyek tertentu.
d. Tes kepribadian (personality test), yaitu tes yang dilaksanakan untuk mengungkapciri-ciri
khas dari seseorang yang banyak sedikitnya bersifat lahiriah.
e. Tes hasil belajar atau tes pencapaian (achievement test), yaitu tes yang dilaksanakan
untuk mengungkap tingkat pencapaian prestasi belajar.[12]
3. Penggolongan tes berdasarkan obyek yang dites:
a. Tes individual (individual test), yaitu suatu tes yang dalam pelaksanaannya memerlukan
waktu yang cukup panjang (untuk waktu yang sama penguji hanya dapat mengetes
seorang calon).
b. Tes kelompok (group test), yaitu tes yang dilakukan terhadap beberapa murid dalam
waktu yang sama.[13]
4. Penggolongan tes berdasarkan waktu yang disediakan bagi teste untuk menyelesaikan
tes.
a. Power test, yaitu tes di mana waktu yang disediakan buat teste untuk menyelesaikan tes
tersebut tidak di batasi.
b. Speed test, yaitu tes di mana waktu yang disediakan buat testee untuk menyelesaikan tes
tersebut di batasi. [14]
5. Penggolongan tes berdasarkan bentuk responnya (sifatnya).
a. Tes Verbal (Verbal test), yaitu tes yang menggunakan bahasa (ungkapan kata atau
kalimat) sebagai alat untuk melaksanakan tes. Tes verbal terdiri dari: tes lisan (oral
test) dan tes tulisan (written test).
b. Tes Non Verbal (Nonverbal test), yaitu tes yang tidak menggunakan bahasa (ungkapan
kata atau kalimat) sebagai alat untuk melaksanakan tes, tetapi menggunakan tindakan
tertentu berupa gambar, memberikan tugas dan sebagainya.[15]
6. Penggolongan tes berdasarkan cara mengajukan pertanyaan dan cara memberikan
jawabannya.
a. Tes tertulis (pencil and paper test), yaitu tes di mana tester dalam mengajukan
pertanyaan dilakukan secara tertulis dan testee memberikan jawaban juga secara tertulis.
b. Tes lisan (nonpencil and paper test), yakni tes di mana tester dalam mengajukan
pertanyaan dilakukan secara lisan, dan testee memberikan jawaban secara lisan juga.[16]
E. Pengembangan Instrumen Evaluasi Jenis Tes
Pada umumnya, tes yang digunakan di sekolah-sekolah adalah achievement
test yang dibagi menjadi empat golongan, yaitu:
1. Pengembangan Tes Bentuk Uraian
Pengembangan tes bentuk uraian dapat digunakan untuk mengukur kegiatan
belajar yang sulit diukur oleh bentuk objektif. Tes bentuk uraian disebut juga penilaian
subjektif karena sering juga dipengaruhi oleh subjektivitas guru. Dilihat dari bentuk
luas-sempitnya materi yang ditanyakan dapat dibagi menjadi:
a. Uraian Terbatas
Dalam menjawab, peserta didik harus mengemukakan hal-hal tertentu sebagai
batasannya. Walaupun kalimat jawaban peserta didik itu beraneka macam, tetapi tetap
harus ada pokok-pokok penting yang terdapat dalam sisitematika jawaban sesuai
dengan batas-batas yang ditentukan dan dikehendaki dalam soalnya.
Contoh: Jelaskan bagaimana prosedur dan prinsip-prinsip tes hasil belajar mata pelajaran
Pendidikan Agama Islam![17]
b. Uraian Bebas
Dalam hal ini peserta didik bebas untuk menjawab soal dengan cara dan
sistematis sendiri. Peserta didik bebas mengemukakan pendapat sesuai dengan
kemampuanya. Namun demikian, guru harus mempunyai patokan dalam mengoreksi.
Contoh: Bagaimana perkembangan sistem pembelajaran Pendidikan Agama Islam pada masa
ini, jelaskan dengan singkat!
2. Pengembangan Tes Bentuk Objektif
Tes objektif sering disebut dengan tes dikotomi, karena jawabanya antara benar
dan salah dan skornya antara satu dan nol. Disebut tes objektif karena penilainya yang
objektif. Siapapun yang mengoreksi tes objektif hasilnya akan sama karena kunci
jawabannya sudah jelas dan pasti. Tes objektif menuntut peserta didik untuk memilih
jawaban benar diantara kemungkinan jawaban yang telah disediakan, memberikan
jawaban singkat dan melengkapi pertanyaan dan pernyataan yang belum sempurna.
Tes objektif sangat cocok untuk menilai kemampuan yang menuntut proses mental
yang tidak begitu tinggi. Tes jenis ini ada beberapa bentuk:
a. Benar atau salah (true false, or yes-No)
Bentuk tes benar atau salah (B-S) adalah pernyataan yang mengandung dua
kemungkinan jawaban, yaitu benar atau salah. Peserta didik diminta menjawab
pertanyaan sesuai dengan petunjuk mengerjakan soal. Salah satu fungsi tes ini adalah
untuk mengukur kemampuan siswa untuk membedakan antara mana yang fakta dan
mana yang pendapat. supaya soal dapat berfungsi dengan baik materi yang hendak
ditanyakan hendaknya bersifat homogen. Contoh: bentuk soal yang hanya memberi
tanda silang (X).
B-S : Nikmat yang dberikan Allah wajib disyukuri SEBAB puasa diakhiri tanggal 1
Syawal.[18]
Kelebihannya adalah: dapat mewakili pokok bahasan atau materi pelajaran yang
lebih luas, mudah penyusunannya dan dilaksanakan, mudah diskor, dapat dinilai
secara cepat dan objektif dan merupakan instrumen yang baik untuk mengukur fakta
dan hasil belajar langsung terutama yang berkaitan dengan ingatan. Adapun
kelemahannya adalah: ada kecenderungan peserta didik menjawab coba-coba
(menebak jawaban), pada umumnya mempunyai derajat validitas dan reabilitas yang
rendah, dalam penyusunan tes memerlukan ketelitian dan waktu yang agak
lama, sering terjadi kekaburan, terbatas mengukur aspek pengetahuan saja.[19]
b. Pilihan Ganda (Multiple-Choice).
Soal tes pilihan ganda dapat digunakan mengukur hasil belajar yang lebih
kompleks dan berkenaan dengan aspek ingatan, pengertian, aplikasi, analisis, sintesis,
dan evaluasi. Soal tes bentuk pilihan ganda terdiri dari pembawa pokok persoalan dan
pilihan jawaban. Ada beberapa jenis bentuk tes pilihan ganda, yaitu:
1) Distracters, yaitu setiap pertanyaan atau pernyataan mempunyai beberapa pilihan
jawaban yang salah, tetapi disediakan satu pilihan jawaban yang benar.
2) Analisis hubungan antara hal, yaitu bentuk soal yyang digunakan untuk melihat
kemampuan peserta didik dalam menganalisis hubungan antara pernyataan dan alasan
(sebab-akibat).
3) Variasi negatif, yaitu setiap pertanyaan atau pernyataan mempunyai beberapa pilihan
jawaban yang benar, tetapi disediakn satu kemungkinan jawaban yang salah.
4) Variasi berganda, yaitu memilih beberapa kemungkinan jawaban yang kesemuanya
benar, tetapi ada satu jawaban yang paling benar.
5) Variasi yang tidak lengkap, yaitu yang memiliki beberapa kemungkinan jawaban yang
belum lengkap.
Kelebihanya antara lain: cara penilaian dapat dilakukan dengan mudah, cepat,
efektif. Kemungkinan peserta didik menjawab terkaan dapat dikurangi, dapat
digunakan untuk menilai kemampuan peserta didik dalam berbagai aspek kognitif,
dapat digunakan berulang-ulang. Adapun kelemahanya adalah: tidak dapat mengukur
kemampuan verbal dan pemecahan masalah, penyusunan soal membutuhkan waktu
yang sangat lama, sukar menentukan alternatif jawaban yang benar-benar homogen,
logis, dan berfungsi.
c. Menjodohkan
Bentuk tes menjodohkan terdiri atas kumpulan soal dan kumpulan jawaban yang
keduanya dikumpulkan dalam dua kolom yang berbeda, yaitu kolom sebelah kiri
menunjukkan persoalan, dan kolom sebelah kanan menunjukkan kumpulan jawaban.
Jumlah pillihan jawaban dibuat lebih banyak dari pada persoalan. Bentuk soal
menjodohkan sangat baik untuk mengukur kemampuan peserta didik dalam
mengidentifikasi informasi. Contoh:
Bagian A Bagian B
1) Buku ..... 1.
2) Pensil ..... 2.
Kelebihannya adalah: soal bentuk menjodohkan antara lain, relatif mudah
disusun, penskoranya mudah, dapat digunakan untuk menilai teori dan penemuanya,
sebab-akibat, istilah dan definisi. Adapun kelemahannya adalah: ada kecenderungan
untuk menekankan ingatan saja, kurang baik digunakan untuk menilai pengertian.

d. Jawaban Singkat (Short Answer) dan Melengkapi (Completion).


Kedua bentuk tes ini masing-masing menghendaki jawaban dengan kalimat dan
atau dengan angka-angka yang hanya dapat dinilai benar atau salah. Soal tes bentuk
ini biasanya dikemukakan dalam bentuk pertanyaan, dengan kata lain soal tersebut
berupa kalimat tanya yang dapat dijawab dengan singkat, berupa kata, prase, nama,
tempat, nama tokoh, lambang, dll.
Contoh: Apa rukun Islam yang pertama?
Kebaikanya antara lain, relatif mudah disusun, sangat baik untuk menilai
kemampuan peserta didik dalam hal fakta, prinsip dan terminologi. Menuntut peserta
didik mengemukakan pendapatnya secara singkat dan jelas, pemerikasaan lembar
jawaban dapat dilakukan dengan objektif. Kelemahanya antara lain, hanya berkenaan
pada hal mengingat saja, jika titik jawaban terlalu banyak pada soal melengkapi
peserta didik sering terkecoh, dalam memeriksa lembar jawaban dibutuhkan waktu
yang sangat lama.
3. Pengembangan Tes Lisan
Tes lisan adalah tes yang menuntut jawaban dari peserta didik dalam bentuk
lisan. Peserta didik akan mengucapkan jawaban dengan kata-katanya sendiri sesuai
dengan pertanyaan atau perintah yang diberikan. Tes lisan dapat berbentuk sebagai
berikut:
a. Seorang guru menilai seorang peserta didik.
b. Seorang guru menilai sekelompok peserta didik.
c. Sekelompok guru menilai seorang peserta didik.
d. Sekelompok guru menilai sekelompok peserta didik.
Kebaikan tes lisan antara lain, dapat mengetahui langsung kemampuan peserta
didik, tidak perlu menyusun soal-soal, kemungkinan peserta didik menerka-nerka dan
berspekulasi dapat dihindari. Kelemahanya adalah memakan waktu yang cukup
banyak, sering muncul penilaian subjektivitas.

4. Pengembangan Tes Perbuatan (Perfomance Test)


Tes perbuatan atau tes praktek adalah tes yang menuntut peserta didik dalam
bentuk perilaku, tindakan, atau perbuatan lebih jauh. Stigins (1994) mengemukakan
tes tindakan adalah suatu bentuk tes yang peserta didiknya diminta untuk melakukan
kegiatan khusus dibawah pengawasan penguji yang akan mengobservasi
penampilannya dan membuat keputusan tentang kualitas hasil belajar yang
didemonstrasikan. Misalnya, coba praktekan bagaimana caraberwudlu yang baik dan
benar.
Tes bentuk ini banyak digunakan hampir setiap mata pelajaran,
seperti pendidikan agama Islam, olahraga, kesenian, dan sebagianya. Adapun
kelebihan tes tindakan diantaranya, satu-satunya teknik tes yang dapat digunakan
untuk mengetahui hasil belajar dalam bidang ketrampilan, sangat baik digunakan
dalam pencocokan antara pengetahuan dan teori, dalam prosesnya tidak mungkin
peserta didik dapat menyontek, guru dapat mengenal karakteristik peserta didik.
Adapun kelemahanya adalah, memakan waktu yang lama, dalam hal tertentu
membutuhkan biaya yang besar, cepat membosankan, mempunyai syarat-syarat
pendukung waktu, biaya, alat dan tempat. [20]

IV. PENUTUP
A. Simpulan
Dalam dunia evaluasi pendidikan, tes adalah cara pengukuran dan penilaian di
bidang pendidikan, yang berbentuk pemberian tugas baik berupa pertanyaan atau
perintah, sehingga menghasilkan nilai yang melambangkan prestasi peserta didik.
Langkah-langkah pengembangan instrumen evaluasi, meliputi: perencanaan,
persiapan, uji coba, dan penilaian hasil ukuran. Sedanglan langkah-langkah menyusun
tes, terdapat beberapa tahapan, antara lain: merumuskan tujuan tes, mengidentifikasi
hasil belajar yang akan diukur dengan tes itu, menandai hasil belajar yang
spesifik, merinci mata pelajaran yang akan diukur dengan tes itu, menyiakan tabel
spesfikasi dan menggunakan tabel spesifikasi tersebut sebagai dasar penyusunan tes.
Fungsi tes, antara lain: sebagai alat pengukur terhadap peserta didik, sebagai alat
pengukur keberhasilan program pengajaran, untuk penentuan penempatan siswa dalam
suatu jenjang, untuk mencari umpan balik, untuk mencari sebab-sebab kesulitan belajar
siswa
Bentuk-bentuk tes, antara lain:
1. berdasarkan fungsinya sebagai alat pengukur perkembangan: tes seleksi, tes awal, tes
akhir, tes diagnostik, tes formatif, dan tes sumatif.
2. berdasarkan aspek psikis yang ingin diungkap: tes intelegensi, tes kemampuan, tes
sikap, tes kepribadian, dan tes hasil belajar
3. berdasarkan obyek yang dites: tes individual, dan tes kelompok
4. berdasarkan waktu yang disediakan bagi teste untuk menyelesaikan tes: power
test, dan speed test
5. berdasarkan bentuk sifatnya: tes verbal, dan tes non verbal
6. berdasarkan cara mengajukan pertanyaan dan cara memberikan jawabannya: tes tertulis,
dan tes lisan.
Pengembangan instrumen evaluasi jenis tes, terbagi dalam empat golongan,
yaitu: tes bentuk uraian, tes bentuk objektif, pengembangan tes lisan dan
pengembangan tes perbuatan.

B. Saran
Demikianlah makalah ini kami buat, semoga dapat menjadi tambahan ilmu
pengetahuan tentang instrumen evaluasi yang meliputi tes dan bentuk-bentuknya. Kami
sarankan agar pembaca mencari referensi lain untuk menambah wawasan Anda. Kami
mohon maaf apabila dalam makalah kami terdapat kesalahan baik dalam segi tulisan,
tanda baca, maupun kesalahan lainnya.

DAFTAR PUSTAKA

Arifin, Zainal. 2012. Evaluasi Pembelajaran. Bandung: PT. RemajaRosdakarya.


Lubis, Mawardi. 2008. Evaluasi Pendidikan Nilai. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Mulyadi. 2010. Evaluasi Pendidikan. Malang: UIN-Maliki Pers.
Purwanto, Ngalim. 1988. Prinsip-Prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya.
Purwanto, Ngalim. 2001. Prinsip-Prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya.

Sudijono, Anas. 2011. Pengantar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Rajawali Pers.


Widoyoko, S.Eko Putro. 2009. Evaluasi program Pembelajaran. Yogyakarta: Pustaka
Pelajar.

[1] Anas Sudijono, Pengantar Evaluasi Pendidikan, (Jakarta: Rajawali Pers, 2011),
hlm. 65.
[2] Zainal Arifin, Evaluasi Pembelajaran, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2012),
hlm. 117.
[3] Zainal Arifin, Evaluasi Pembelajaran, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2012),
hlm. 117.
[4] Anas Sudijono, Pengantar Evaluasi Pendidikan, (Jakarta: Rajawali Pers, 2011),
hlm. 66-67.
[5] Mawardi Lubis, Evaluasi Pendidikan Nilai, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2008),
hlm. 40.
[6] Zainal Arifin, Evaluasi Pembelajaran, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2012),
hlm. 118.
[7]Ngalim Purwanto, Prinsip-Prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran, (Bandung: PT
Remaja Rosdakarya, 1988), hlm. 41-42.
[8] Mawardi Lubis, Evaluasi Pendidikan Nilai, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2008),
hlm. 41.
[9] Zainal Arifin, Evaluasi Pembelajaran, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2012),
hlm. 88.
[10] Anas Sudijono, Pengantar Evaluasi Pendidikan, (Jakarta: Rajawali Pers, 2011),
hlm. 67.
[11] Ngalim Purwanto, Prinsip-Prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran, (Bandung:
PT Remaja Rosdakarya, 1988), hlm. 33.
[12] Anas Sudijono, Pengantar Evaluasi Pendidikan, (Jakarta: Rajawali Pers, 2011),
hlm. 68-73.
[13] Mulyadi, Evaluasi Pendidikan, (Malang: UIN-Maliki Pers, 2010), hlm. 60.
[14] Anas Sudijono, Pengantar Evaluasi Pendidikan, (Jakarta: Rajawali Pers, 2011),
hlm. 74.
[15] Mulyadi, Evaluasi Pendidikan, (Malang: UIN-Maliki Pers, 2010), hlm. 57-58.
[16] Anas Sudijono, Pengantar Evaluasi Pendidikan, (Jakarta: Rajawali Pers, 2011),
hlm. 75.
[17] Ngalim Purwanto, Prinsip-Prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran, (Bandung:
PT Remaja Rosdakarya, 2001), hlm. 70.
[18] Zainal Arifin, Evaluasi Pembelajaran, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2012),
hlm. 135-137.
[19] S.Eko Putro Widoyoko, Evaluasi program Pembelajaran, (Yogyakarta: Pustaka
Pelajar, 2009), hlm. 51-53.
[20] Zainal Arifin, Evaluasi Pembelajaran, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2012),
hlm. 138-151
http://kumpulanmak.blogspot.co.id/2013/04/evaluasi-pembelajaran-instrumen-tes.html

Anda mungkin juga menyukai