Anda di halaman 1dari 16

SISTEM MANAJEMEN K3

KELOMPOK :

TAMSIL SABARA

03320140017

ANDI SUGIRMAN

03320140014

FAKULTAS TEKNIK JURUSAN ELEKTRO

UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA

MAKASSAR

2017

1
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Kegagalan (risk off ailures) pada setiap proses atau aktifitas pekerjaan, dan
saat kecelakaan kerja seberapapun kecilnya, akan mengakibatkan efek kerugian
(loss). Secara umum penyebab kecelakaan di tempat kerja adalah sebagai berikut:

Kelelahan (fatigue)

Kondisi kerja dan pekerjaan yang tidak aman (unsafe working condition)

Kurangnya penguasaan pekerja terhadap pekerjaan, ditengarai penyebab awalnya (pre-


cause) adalah kurangnya training

Karakteristik pekerjaan itu sendiri.

Di dunia industri, penggunaan tenaga kerja mencapai puncaknya dan


terkonsentrasi di tempat atau lokasi proyek yang relatif sempit. Ditambah sifat
pekerjaan yang mudah menjadi penyebab kecelakaan (elevasi, temperatur, arus listrik,
mengangkut benda-benda berat dan lain-lain), sudah sewajarnya bila pengelola proyek
atau industri mencantumkan masalah keselamatan kerja pada prioritas pertama.
Dengan menyadari pentingnya aspek keselamatan dan kesehatan kerja dalam
penyelenggaraan proyek, terutama pada implementasi fisik, maka
perusahan/industri/proyek umumnya memiliki organisasi atau bidang dengan tugas
khusus menangani maslah keselamatan kerja. Lingkup kerjanya mulai dari menyusun
program, membuat prosedur dan mengawasi, serta membuat laporan penerapan di
lapangan. Dalam rangka Pengembangan Program Kesehatan Kerja yang efektif dan
efisien, diperlukan informasi yang akurat, dan tepat waktu untuk mendukung proses
perencanaan serta menentukan langkah kebijakan selanjutnya.

Penyusunan progrma, membuat prosedur, pencatatan dan mengawasi serta


membuat laporan penerapan di lapangan yang berkaitan dengan keselamatan kerja
bagi para pekerja kesemuanya merupakan kegiatan dari manajemen keselamatan dan
kesehatan kerja.

Dalam rangka menghadapi era industrialisasi dan era globalisasi serta pasar
bebas (AFTA) kesehatan dan keselamatan kerja merupakan salah satu prasyarat yang
ditetapkan dalam hubungan ekonomi antar negara yang harus dipenuhi oleh seluruh
negara anggota termasuk Indonesia. Beberapa komitmen global baik yang berskala
bilateral maupun multilateral telah mengikat bangsa Indonesia untuk memenuhi

2
standar. Standart acuan terhadap berbagai hal terhadap industri seperti kualitas,
manajemen kualitas, manajemen lingkungan, serta keselamatan dan kesehatan kerja.
Apabila saat ini industri pengekspor telah dituntut untuk menerapkan Manajemen
Kualitas (ISO-9000, QS-9000) serta Manajemen Lingkungan (ISO-14000) maka bukan
tidak mungkin tuntutan terhadap penerapan Manajemen Keselamatan dan Kesehatan
kerja juga menjadi tuntutan pasar internasional.

Untuk menjawab tantangan tersebut Pemerintah yang diwakili oleh Departemen


Tenaga Kerja dan Transmigrasi telah menetapkan sebuah peraturan perundangan
mengenai Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3) yang
tertuang dalam Peraturan Menteri Tenaga Kerja Nomuor : PER.05/MEN/1996.

Tujuan dan sasaran sistem Manajemen K3 adalah terciptanya sistem K3 di


tempat kerja yang melibatkan segala pihak sehingga dapat mencegah dan mengurangi
kecelakaan dan penyakit akibat kerja dan terciptanya tempat kerja yang aman, efisien,
dan produktif.

B. PERMASALAHAN

1. Seperti apakah Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja itu?

2. Apa manfaat Sistim Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja?

3
BAB II

PEMBAHASAN

1. SISTIM MANAGEMEN K3 DI INDONESIA

Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3) secara normatif


sebagaimana terdapat pada PER.05/MEN/1996 pasal 1, adalah bagian dari sistem
manajemen keseluruhan yang meliputi struktur organisasi, perencanaan,
tanggungjawab, pelaksanaan, prosedur, proses dan sumber daya yang dibutuhkan
bagi pengembangan, penerapan, pencapaian, pengkajian dan pemeliharaan kebijakan
Keselamatan dan kesehatan kerja dalam rangka pengendalian risiko yang berkaitan
dengan kegiatan kerja guna terciptanya tempat kerja yang aman, efisien dan produktif.
Karena SMK3 bukan hanya tanggung jawab pemerintah, masyarakat, pasar, atau
dunia internasional saja tetapi juga tanggung jawab pengusaha untuk menyediakan
tempat kerja yang aman bagi pekerjanya. Selain itu penerapan SMK3 juga mempunyai
banyak manfaat bagi industri kita antara lain :

1. Mengurangi jam kerja yang hilang akibat kecelakaan kerja.


2. Menghindari kerugian material dan jiwa akibat kecelakaan kerja.
3. Menciptakan tempat kerja yang efisien dan produktif karena tenaga kerja
merasa aman dalam bekerja.
4. Meningkatkan image market terhadap perusahaan.
5. Menciptakan hubungan yang harmonis bagi karyawan dan perusahaan.
Perawatan terhadap mesin dan peralatan semakin baik, sehingga membuat
umur alat semakin lama.

Sebagai mana terdapat pada lampiran I PERMENAKER NO:PER.05/


MEN/1996 sebagai berikut:
1. Komitmen dan Kebijakan

Kepemimpinan dan Komitmen

Tinjauan Awal K3

Kebijakan K3

2. Perencanaan

Perencanaan Identifikasi Bahaya, Penilaian dan Pengendalian Resiko

Peraturan Perundangan dan Persyaratan Lainnya

4
Tujuan dan Sasaran

Indikator Kinerja

Perencanaan Awal dan Perencanaan Kegiatan yang Sedang Berlangsung

3. Penerapan

a. Jaminan Kemampuan SDM Sarana dan Dana

1) Integrasi
2) Tanggungjawab dan Tanggung Gugat

3) Konsultasi, Motyivasi dan Kesadaran

4) Pelatihan dan Kompetensi

b. Jaminan Kemampuan SDM Sarana dan Dana

1) Komunikasi
2) Pelaporan

3) Pendokumentasian

4) Pengendalian Dokumen

5) Pencatatan dan Manajemen Informasi

c. Identifikasi Sumber Bahaya, Penilaian dan Pengendalian Resiko

1) Identifikasi Sumber Bahaya


2) Penilaian Resiko

3) Tindakan Pengendalian

4) Perancangan dan Rekayasa

5) Pengendalian Administratif

6) Tinjauan Ulang Kontrak

7) Pembelian

8) Prosedur Menghadapi keadaan darurat dan Bencana

9) Prosedur Menghadapi Insiden

5
10) Prosedur Rencana Pemulihan Keadaan Darurat

4. Pengukuran dan Evaluasi

a. Inspeksi dan Pengujian

b. Audit SMK3

c. Tindakan Perbaikan dan Pencegahan

5. Tinjauan Ulang dan Peningkatan oleh Pihak Manajemen

Kekurangan yang paling dasar adalah peraturan pendukung mengenai K3


yang masih terbatas dibandingkan dengan organisasi internasional. Tapi hal ini masih
dapat dimaklumi karena masalah yang sama juga dirasakan oleh negara-negara di
Asia dibandingkan negara Eropa atau Amerika, karena memang masih dalam tahap
awal. Selain itu sertifikasi SMK3 yang hanya dapat dikeluarkan oleh Menteri Tenaga
Kerja (Pemerintah) dirasakan kurang membantu promosi terhadap SMK3
dibandingkan dengan sertifikasi ISO series, OHSAS, KOHSA (korea), yang juga
menggunakan badan sertifikasi swasta.

Dengan banyaknya keuntungan dalam penerapan SMK3 serta standarisasi


SMK3 di Indonesia yang cukup representatif bukankah saatnya bagi Industri
Indonesia untuk melaksanakan SMK3 sesuai PER.05/MEN/1996 baik industri skala
kecil, menengah, hingga besar ? Sehingga bersama-sama menjadi industri yang
kompetitif, aman, dan Efisien dalam menghadapi pasar terbuka.

2. TUJUAN PEMBENTUKAN K3 DAN PELAKSANAAN P2K3

Usaha keselamatan dan kesehatan kerja pada dasarnya mempunyai tujuan


umum dan tujuan khusus.

Tujuan umum yaitu :

Perlindungan terhadap tenaga kerja yang berada ditempat kerja agar selalu terjamin
keselamatan dan kesehatannya sehingga dapat diwujudkan peningkatkan produksi
dan produktivitas kerja.

Perlindungan setiap orang lainnya yang berada ditempat kerja agar selalu dalam
keadaan selamat dan sehat.

6
Perlindungan terhadap bahan dan peralatan produksi agar dapat dipakai dan digunakan
secara aman dan efisien.

Sedangkan secara khusus antara lain :

Mencegah dan atau mengurangi kecelakaan, kebakaran, peledakan dan penyakit akibat
kerja.

Mengamankan mesin, instalasi, pesawat, alat kerja, bahan baku dan bahan hasil
produksi.

Menciptakan lingkungan dan tempat kerja yang aman, nyaman, sehat dan penyesuaian
antara pekerja dengan manuasi atau manusia dengan pekerjaan.

3. DASAR HUKUM

Sebagai dasar hukum pembentukan, susunan, dan tugas Panitia Pembina


Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) ialah Undang-undang No. 1 tahun 1970
tentang Keselamatan Kerja pasal 10 ayat (1), (2) dengan peraturan pelaksanaannya
yaitu :

Keputusan Menteri Tenaga kerja No. KEP-125/MEN/82 tentang Dewan Keselamatan


dan Kesehatan Kerja Nasional, Dewan Keselamatan dan Kesehatan Kerja Wilayah
dan Panitia Pembina Keselamatan dan Kesehatan Kerja, yang disempurnakan dengan
Keputusan Menteri Tenaga Kerja No. KEP-155/MEN/84.

Keputusan Menteri Tenaga Kerja No. KEP-04/MEN/87 tentang Panitia Pembina


Keselamatan dan Kesehatan Kerja serta Tata Cara Penunjukan Ahli Keselamatan
Kerja.

4. PEMBENTUKAN

a. Syarat Pembentukan

Setiap tempat kerja dengan kriteria tertentu, pengusaha atau pengurus wajib
membentuk P2K3..

7
b. Syarat Keanggotaan

1. Keanggotaan Panitia Pembina Keselamatan dan Kesehatan Kerja terdiri atas unsur
pengusaha dan tenaga kerja yang susunannya terdiri dari atas ketua, sekretaris dan
anggota.

2. Sekretaris Panitia Pembina Keselamatan dan Kesehatan Kerja ialah Ahli Keselamatan
dan Kesehatan Kerja atau Petugas Keselamatan dan Kesehatan Kerja di perusahaan.

3. Ketua P2K3 ialah Pimpinan Perusahaan atau salah satu Pimpinan Perusahaan yang
ditunjuk (khusus untuk kelompok perusahaan/centra industri).

4. Jumlah dan susunan Panitia Pembina Keselamatan dan Kesehatan Kerja adalah
sebagai berikut :

a. Perusahaan yang mempunyai tenaga kerja 100 (seratus) orang atau lebih, jumlah
anggota sekurang-kurangnya 12 (dua belas) orang terdiri dari 6 (enam) orang mewakili
pengusaha/pimpinan perusahaan dan 6 (enam) orang mewakili tenaga kerja.

b. Pengusaha yang mempunyai tenaga kerja 50 (lima puluh) orang sampai 100 (seratus)
orang, jumlah anggota sekurang-kurangnya 6 (enam) orang terdiri dari 3 (tiga) orang
mewakili pengusaha/pimpinan perusahaan dan 3 (tiga) orang mewakili tenaga kerja.

c. Perusahaan yang mempunyai tenaga kerja 50 (lima puluh), dengan tingkat risiko
bahaya sangat berat jumlah anggota sekurang-kurangnya 6 (enam) orang terdiri dari 3
(tiga) orang mewakili pengusaha/pimpinan perusahaan dan 3 (tiga) orang mewakili
tenaga kerja.

d. Kelompok perrusahaan yang mempunyai tenaga kerja kurang 50 (lima puluh) untuk
setiap anggota kelompok, jumlah anggota sekurang-kurangnya 6 (enam) orang terdiri
dari 3 (tiga) orang mewakili pengusaha/pimpinan perusahaan dan 3 (tiga) orang
mewakili tenaga kerja.

c. Struktur Organisasi

1. Bentuk organisasi dan kepengurusan

Suatu organisasi P2K3 dapat mempunyai banyak variasi tergantung pada


besarnya, jenisnya bidang, bentuknya kegiatan dari perusahaan dan sebagainya.
Kepengurusan dari pada organisasi P2K3 terdiri dari seorang Ketua, Wakil Ketua,
seorang atau lebih Sekretaris dan beberapa anggota yang terdiri dari unsur pengusaha
dan pekerja.

8
a. Ketua dijabat oleh salah seorang Pimpinan Perusahaan yang mempunyai kewenangan
dalam menetapkan kebijaksanaan di perusahaan.

b. Sekretaris dapat dijabat oleh ahli K3/Petugas K3 (Safety Officer) atau calon yang
dipersiapkan untuk menjadi Petugas K3.

c. Para anggota terdiri dari wakil unit-unit kerja yang ada dalam perusahaan dan telah
memahami permasalahan K3.

d. Program Kerja Panitia Keselamatan dan Kesehatan Kerja (P2K3)

1. Identifikasi masalah Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3).

2. Pendidikan dan pelatihan.

3. Sidang-sidang.

4. Rekomendasi.

5. Audit.

e. Peran dan Fungsi Panitia Keselamatan dan Kesehatan Kerja (P2K3)

1. Peran pokok Panitia Pembina Keselamatan dan Kesehatan Kerja (P2K3) sebagai
badan pertimbangan di tempat kerja ialah memberikan saran dan pertimbangan baik
diminta maupun tidak kepada pengusaha/pengurus tempat kerja yang bersangkutan
mengenai masalah-masalah keselamatan dan kesehatan kerja.

2. Fungsi Panitia Keselamatan dan Kesehatan Kerja (P2K3) ialah menghimpun dan
mengolah segala data dan atau permasalahan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)
di tempat kerja yang bersangkutan, serta mendorong ditingkatkannya penyuluhan,
pengawasan, latihan dan penelitian Keselamatan dan Kesehatan Kerja.

5. PROMOSI KESEHATAN DI TEMPAT KERJA

Adalah upaya memberdayakan masyarakat untuk memelihara, meningkatkan


dan melindungi kesehatan diri serta lingkungannya. (The process of enabling people to
increase control over, and to improve their health-Ottawa charter 1986.)

9
Memberdayakan adalah upaya untuk membangun daya, yang berarti mengembangkan
kemandirian, yang dilakukan dengan menimbulkan kesadaran, kemauan dan kemampuan,
serta dengan mengembangkan iklim yang mendukung pengembangan kemandirian tersebut.

Tujuan Promosi Kesehatan di Tempat Kerja adalah :

Mengembangkan perilaku hidup bersih dan sehat di tempat kerja.

Menurunkan angka absensi tenaga kerja.

Menurunkan angka penyakit akibat kerja dan lingkungan kerja.

Menciptakan lingkungan kerja yang sehat, medukung dan aman.

Membantu berkembangnya gaya kerja dan gaya hidup yang sehat.

Memberikan dampak yang positif terhadap lingkungan kerja dan


masayarakat.

Dua konsep yang sangat penting untuk meningkatkan kesehatan


pekerja dan lingkungannya adalah pencegahan dan peningkatan
kesehatan.Secara mendasar Promosi Kesehatan Di Tempat Kerja adalah
perlu melindungi individu (pekerja), li ngkungan didalam dan diluar tempat
kerja dari bahan-bahan berbahaya, stress atau lingkungan kerja yang
jelek. Gaya kerja yang memperhatikan kesehatan dan menggunakan
pelayanan kesehatan yang ada dapat mendukung terlaksananya promosi
kesehatan di tempat kerja.

Keuntungan Promosi Kesehatan Di Tempat Kerja, secara umum :

Bagi Perusahaan Bagi Pekerja

Meningkatnyalingkungan Lingkungan tempat kerja menjadi


tempat
kerja yang sehat dan aman serta lebih sehat
nyaman
Meningkatnya percaya diri
Citra Perusahaan Positif
Menurunnya stress
Meningkatkan moral staf
Meningkatnya semangat kerja
Menurunnya angka absensi

10
Meningkatnya produktifitas Meningkatnya kemampuan

Menurunnya biaya kesehatan atau Meningkatnya kesehatan.


biaya asuransi.
Lebih sehatnya keluarga dan
Pencegahan terhadap penyakit. masyarakat

a. Monitoring dan Evaluasi.

Monitoring dan Evaluasi merupakan hal yang sangat penting untuk


melihat seberapa baiknya program tersebut terlaksana, untuk
mengidentifikasi kesuksesan dan masalah -masalah yang ditemui dan
umpan balik (feedback) untuk perbaikan.

b. Revisi dan perbaikan program.

Setelah mendapatkan hasil dari evaluasi tentunya ada kekurangan


dan masukan yang perlu untuk pertimbangan dalam melakukan perbaikan
program, sekaligus merevisi hal yang sudah ada.

6. SISTIM MANAJEMEN KESELAMATAN TRANSPORTASI DARAT

Sektor Transportasi Darat memiliki peranan yangb sangat penting dalam


masyarakat karena turut menggerakkan roda perekonomian dan mobilitas
masyarakat. Melalui jasa transportasi, diselenggfarakan kegiatan angkiutan barang,
penumpang dan jassa lainnya dari suatu daerah kedaerah lainnya.

Untuk itu, dikembangkan Sistim Manajemen Keselamatan dan Kesehatan


Kerja Transportasi Darat (SMK3 Transportasi) yang memberikan persyaratan untuk
sistim manajemen K3 untuk membantu perusahaan dalam mengendalikan bahaya
kecelakaan dan meningkatkan kinerja K3 sekaligus produktivitas perusahaan. Sistim
Manajemen K3 Transportasi ini berlaku bagi perusahaan jasa angkutan darat untuk :

11
Membangun sistim Manajamen K3 untuk mencegah terjadinya kecelakaan lalu lintas atau
kejadian lainnyan yang tidak diinginkan.

Menerapkan , memelihara dan meningkatkan SMK3 secara terus menerus.

Memastikan bahwa perusahaan telah memenuhi norma keselamatan yang ditentukan.

a. Elemen Sistim Manajemen K3 Transportasi

Sistim Manajemen Keselamatan Transportasi merupakan sistim manajemen


berkelanjutan yang terdiri atas elemen sebagai berikut :

Persyaratan Umum

Perusahaan harus menetapkan dan memelihara Sistim Manajemen K3 yang


terintegrasi dengan sistim manajemen perusahaan sebagaImana disyaratkan dalam
elemen 5 ini

Kebijakan K3

Perusahaan harus menetapkan dan memelihara kebijakan K3 yang menunjukkan


komitmen perusahaan terhadap keselamatan dalam operasi angkutan.

Perencanaan K3

1. Pemeriksaan Dan Tindakan Koreksi

Pemantauan dan Pengukuran Kinerja

Perusahaan harus menetapkan dan memelihara prosedur mengenai pemantauan dan


pengukuran Kinerja K3 perusahaan yang mencakup :

Inspeksi dan Pengujian

Perusahaan harus menetapkan prosedur mengenai inspeksi dan pengujian yang


menfcakup :

2. Tinjauan Manajemen

12
Perusahaan harus melakukan tinjau ulang oleh manajemen secara berkala
untuk menilai dan mengetahui pelaksanaan SMK3 dalam perusahaan serta
permasalahan yang dihadapi untuk peningkatan berkelanjutan

b. Process Safety Management

1. Proses Safety Management.

Terdapat tiga kriteria pokok Proses Safety Management dengan 13 elemen-


elemen.

a. Kriteria Teknologi dan Proses, meliputi elemen-elemen :

informasi keselamatan proses

analisa bahaya proses

keterpaduan mekanik

penelaahan KK awal operasi

b. Kriteria Keselamatan Kerja, meliputi elemen-elemen :

penanganan keselamatan kerja kontraktor

cara kerja aman

prosedur operasi

pelatihan karyawan

partisipasi karyawan

c. Kriteria Manajemen, meliputi elemen-elemen :

manajemen perubahan

rencana tanggap darurat

audit manajemen keselamatan proses dan penyelidikan kecelakaan

d. Kriteria Teknologi dan Proses.

Informasi Keselamatan Proses.


13
Analisa Bahaya Proses.
Manajemen
Review Keselamatan Pra Start-Up.

Kriteria Manajeman

Manajemen Perubahan
Penyelidikan Kejadian
Penanggulangan Darurat
Keterpaduan Mekanis
Audit

e. Kriteria Keselamatan Kerja.

Keselamatan Kerja Kontraktor.


Cara & Ijin Kerja Aman.
Prosedur Operasi.
Pelatihan/Training.
Partisipasi Karyawan.

c. Reliability Centred Maintenance

sic Principles :

Tujuh prinsip dasar tentang RCM :

a)Fungsi dan standard unjuk kerja (Functions and performance standards).

b)Cara kegagalan memenuhi fungsi (Functional failures).

c) Penyebab kegagalan fungsional (Failure modes).

d)Kejadian-kejadian pada setiap kegagalan (Failure effects).

e)Akibat terjadinya kegagalan (Failure consequences).

f) Pencegahan kegagalan (Preventive tasks).

g)Tindakan alternatif didalam mencegah kegagalan (Default tasks).

2. Persiapan RCM.

kah awal penerapan RCM meliputi :

14
Plant register.

Maintenance priority list.

Technical history data.

Decision support tools development.

Inherrent Reliability vs. Desired performance.

Hidden functions, Failure pattern survey

Preventive task selection and DefinePotential-Failure interval.

15
BAB III

KESIMPULAN DAN SARAN

A. KESIMPULAN

Dari uraian diatas dapat disimpulkan ;

1. Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3) secara normatif


sebagaimana terdapat pada PER.05/MEN/1996 pasal 1, adalah bagian dari sistem
manajemen keseluruhan yang meliputi struktur organisasi, perencanaan,
tanggungjaeab, pelaksanaan, prosedur, proses dan sumberdaya yang dibutuhkan bagi
pengembangan, penerapan, pencapaian, pengkajian dan pemeliharaan kebijakan.

2. Sistem manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja mempunyai manfaat langsung


maupun tidak langsung.

3. Promosi K3 adalah salah satu cara untuk meningkatkan K3

B. S A R A N

1. Untuk meningkatkan Keselamatan dan Kesehatan Kerja diperlukan adanya manajemen


K3.

2. Belum maximalnya pelaksanaan Managemen K3 disebabkan oleh kurangnya


pengetahuan dan informasi tentatang manajemen K3, untuk itu kepada Menteri terkait
dan Dunia Industri agar diadakan sosialisasi secaras terus menerus.

3. Perlu peningkatan Promosi Keselamatan Kerja pada setiap Dunia Kerja agar semua
orang mementingkan Keselamtan kerja itu sendiri.

4. Sekolah secara khusus SMK yang dipersiapkan untuk tenaga kerja menengah
kebawah hendaknya dibekali dengan Manajemen K3.

16

Anda mungkin juga menyukai