Anda di halaman 1dari 34

Tugas Akuntansi Keuangan

Akuntansi Sewa

Kelas 4D - D4 Akuntansi Manajerial

Kelompok 5

Nama :
Pande Putu Sri Wulandari (1515644041)
Eka Rahaya Lestari (1515644044)
Gusti Ayu Putu Puspitadewi (1515644049)
Ni Putu Hesty Dharma Yanti (1515644052)

PROGRAM STUDI D4 AKUNTANSI MANAJERIAL


JURUSAN AKUNTANSI
POLITEKNIK NEGERI BALI
2017
KATA PENGANTAR

Om Swastyastu,

Puji syukur kami panjatkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat
rahmat-Nya lah kami dapat menyelesaikan makalah Akuntansi Keuangan dengan materi
Akuntansi Sewa dengan baik dan selesai tepat pada waktunya.

Dalam menyusun tugas ini, kami banyak memperoleh bimbingan dari semua pihak.
Oleh karena itu, kami menyampaikan rasa terima kasih kepada semua pihak yang telah
memberikan dukungan dan saran selama proses penyusunan makalah ini.

Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna, baik dari segi
materi maupun kualitas penulisannya. Hal ini disebabkan oleh terbatasnya kemampuan yang
kami miliki, sehubungan dengan hal tersebutk kami mengharapkan kritik dan saran yang
membangun dari semua pihak sehingga bisa dijadikan dasar untuk penyempurnaan penulisan
tugas ini. Akhir kata, semoga tugas ini dapat memberikan manfaat bagi pihak-pihak yang
memerlukan.

Om Santih, Santih, Santih Om

Bukit Jimbaran, Juni 2017

Penulis

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL
KATA PENGANTAR ........................................................................................................... ii
DAFTAR ISI.......................................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang .......................................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ..................................................................................................... 2
1.3 Tujuan ....................................................................................................................... 3
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Karakteristik dan Jenis-Jenis Sewa ........................................................................... 5
2.1.1 Karakteristik Sewa .......................................................................................... 5
2.1.2 Jenis-Jenis Sewa ............................................................................................. 6
2.1.3 Analisis Perjanjian Sewa ................................................................................ 9
2.1.4 Transaksi Jual dan Sewa-Balik ....................................................................... 12
2.2 Sewa Pembiayaan ..................................................................................................... 13
2.2.1 Akuntansi Sewa Pembiayaan bagi Lessee ...................................................... 13
2.2.2 Akuntansi Sewa Pembiayaan bagi Lessor ...................................................... 17
2.2.3 Transaksi Jual dan Sewa-Balik ....................................................................... 21
2.3 Sewa Operasi ............................................................................................................ 22
2.3.1 Akuntansi Sewa Operasi bagi Lessee ............................................................. 22
2.3.2 Akuntansi Sewa Operasi bagi Lessor ............................................................. 23
2.3.3 Transaksi Jual dan Sewa-Balik ....................................................................... 24
2.4 Sewa bagi Lessor Pabrikan atau Dealer .................................................................... 26
2.5 Analisis Laporan Keuangan ...................................................................................... 28
BAB III PENUTUP
3.1 Simpulan ...................................................................................................................
3.2 Saran .........................................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kegiatan sewa guan usaha (leasing) diperkenalkan unyuk pertama kali di Indonesia pada
tahun 1974 dengan dikeluarkannya Surat Keputusan Bersama Menteri Keuangan, Menteri
Perdagangan, dan Menteri Perindustrian No. Kep-12121MK/2/1974, No. 321MISKI 2/1974
dan No. 30/Kpb/1/74 tanggal 7 Pebruari 1974 tentang Perijinan Usaha Leasing. Sejak saat
itu dan khususnya sejak tahun 1980 jumlah perusahaan sewa guna usaha dan transaksi sewa
guna usaha makin bertambah dan meningkat dari tahun ke tahun untuk membiayai
penyediaan barang-barang modal dunia usaha.
Hadirnya perusahaan sewa guna usaha patungan (joint venture) bersama perusahaan
swasta nasional telah mampu mempopulerkan peranan kegiatan sewa guna usaha sebagai
alternatif pembiayaan barang modal yang sangat dibutuhkan para pengusaha di Indonesia,
disamping cara pembiayaan konvensional yang lazim dilakukan melalui perbankan.
Perluasaan cara-cara pembiayaan tersebut sejalan dengan definisi leasing atau sewa guna
usaha sebagaiman dituangkan dalam dalam pasal 1 SKB Menteri Keuangan, Menteri
Perdagangan, dan Menteri Perindustrian tersebut diatas melalui perbankan.
Leasing ialah setiap kegiatan pembiayaan perusahaan dalam bentuk penyediaan barang-
barang modal untuk digunakan oleh suatu perusahaan untuk suatu jangka waktu tertentu
berdasarkan pembayaran-pembayraan secara berkala disertai dengan hak pilih (opsi) bagi
perusahaan tersebut untuk membei barang-barang modal yang bersangkutan atau
memperpanjang jangka waktu leasing berdasarkan nilai sisa yang telah disepakati bersama.
Definisi tersebut tampaknya hanya menampung satu jenis sewa guna usaha yang lazim
disebut finance lease atau sewa guna usaha pembiayaan. Namun demikian, dengan
ditetapkannya Keputusan Menteri Keuangan No. 1251/KMK.013/1988 tanggal 20 Desember
1988, jenis kegiatan sewa guan uasaha telah diperluas sebagaiman tersirat dalam pasal 1
keputusan tersebut yang menampung definisi-definisi berikut ini :
a. Perusahaan sewa guna usaha (Leasing Company) adalah badan usaha yang
melakukan kegiatan pembiayaan dalam bentuk penyediaan barang modal baik secara
finance lease maupung operating lease untuk digunakan oleh penyewa guna usaha
selama janka waktu tertentu berdasarkan pembayraan secara berkala.

1
b. Finance lease adalah kegiatan sewa guan usaha, dimana penyewa guna usaha pada
akhir masa kontrak mempunyai hak opsi untuk membeli obyek sewa guna usaha
berdasarkan nilai sisa yang disepakati bersama.
c. Operating lease adalah kegiatan sewa guna usaha diman penyewa guna usaha tidak
mempunyai hak opsi untuk membeli obyek sewa guna usaha.
d. Penyewa guna usaha (lessee) adalah perusahaan atau perorangan yang menggunakan
barang modal dengan pembiayaan dari pihak perusahaan sewa guna usaha (lessor).
Ketentuan tersebut ternyata tidak banyak merubah pengertian dasar sewa guna usaha di
indonesia karena hanya membuka peluang bagi perusahaan sewa guna usaha untuk
melakukan kegiatan usahanya dalam operating lease yang pada hakekatnya merupakan usaha
sewa-menyewa biasa.
Namun demikian, dengan terbukanya kemungkinan bagi perusahaan sewa guna usaha
untuk memperluas bidang usahanya yang mencangkup baik sewa guna usaha pembiayaan
(finance lease) maupun sewa menyewa biasa (operating lease) maka dirasakan adanya
kebutuhan mendesak untuk menyediakan standar akuntansi keuangan yang dapat digunakan
sebagai pedoman untuk mencatat dan melaporkan transaksi-transaksi sewa guna usaha sesuai
dengan karakterisitik serta ruang lingkup yang telah ditetapkan dalam Keputusan Menteri
Keuangan tersebut. Kebutuhan ini terutama lebih dirasakan pentingnya mengingat selama ini
belum ada ketetapan tentang status hukum maupun perlakuan akuntansi yang jelas mengenai
transaksi sewa guna usaha.
Di samping itu, meskipun kegiatan sewa guna usaha di negara-negara maju relatif lebih
dikenal dan berkembang, perlakuan akuntansi atas transaksi sewa guna usaha ternyata masih
berbentur pada berbagai masalah pelik dan rumit yang senantiasa menjadi obyek
pertentangan.
Maka dari itu, kami akan membahas lebih lanjut lagi mengenai sewa guna usaha dalam
makalah kami yang berjudul Akuntansi Sewa.

1.2 Rumusan Masalah


1.) Bagaimanakah karakteristik sewa dan apa saja jenis-jenisnya?
2.) Bagaimana sewa pembiayaan bagi Lessee dan Lessor?
3.) Bagaimana sewa operasi bagi Lessee dan Lessor?
4.) Bagaimana sewa bagi Lessor pabrikan atau dealer?
5.) Bagaimana analisis laporan keuangan untuk akuntansi sewa?

2
1.3 Tujuan
1.) Untuk mengetahui bagaimana karakteristik dari akuntansi sewa dan apa saja jenis-
jenis sewa.
2.) Untuk mengetahui sewa pembiayaan bagi Lesse dan juga Lessor, bagaimana
pengakuan, penyukuran, serta pengungkapan dan penyajiannya.
3.) Untuk mengetahui operasi pembiayaan bagi Lesse dan juga Lessor, bagaimana
pengakuan, penyukuran, serta pengungkapan dan penyajiannya.
4.) Untuk mengetahui sewa bagi lessor pabrikan atau dealer.
5.) Untuk mengetahui analisis laporan keuangan untuk akuntansi sewa.

3
BAB II
PEMBAHASAN

BAGAN SUB BAB

Akuntansi Sewa

Karakteristik Sewa Sewa Sewa bagi lessor Analisis


dan Jenis sewa Pembiayaan Operasi Pabrikan dan Dealer Laporan
Keuangan

Karakteristik Bagi Bagi


sewa Lessee Lessee

Jenis Bagi Bagi


sewa Lessor Lessor

Transaksi Transaksi Transaksi


Jual & Jual & Jual &
Sewa- Sewa- Sewa-
Balik Balik Balik

Gambar 1.1 Bagan Sub Bab

4
2.1 KARAKTERISTIK DAN JENIS SEWA
2.1.1 Karakteristik Sewa

2.1.1.1 Definisi Sewa

Sewa adalah perjanjian antara lessee (penyewa) dengan lessor (pemberi sewa)
dimana lessee diberikan hak oleh lessor untuk menggunakan aset milik lessor pada
periode yang telah disepakati. Atas diperolehnya hak tersebut, lessee diharuskan
melakukan pembayaran (serangkaian pembayaran) kepada lessor. Perjanjian sewa
memungkinkan aset tersebut menjadi milik lessee atau dikembalikan kepada lessor
pada akhir masa sewa. Istilah sewa pada pembahasan ini dulunya dikenal sebagai
sewa guna usaha (leasing).

2.1.1.2 Keunggulan Sewa


Jika dibandingkan antara sewa dengan membeli tunai melalui utang bank,
maka sewa memiliki beberapa keuntungan sebagai berikut (Kieso et al., 2011).
a. Pendanaan 100%. Pembiayaan dengan sewa mencakup 100% atas nilai aset,
sedangkan pembiayaan melalui bank biasanya hanya mencakup 80% dari nilai
aset. Sehingga dengan pembiayaan bank, perusahaan harus mencari dana
tambahan sebesar 20% agar dapat membeli aset tersebut.
b. Tingkat bunga tetap. Walaupun tidak menutup kemungkinan tingkat bunga sewa
berfluktuatif, namun sebagian besar sewa menawarkan tingkat bunga tetap
sehingga pembayaran sewa juga tetap. Pembayaran sewa yang tetap lebih
memberikan kepastian pada pengelolaan arus kas masa depan perusahaan.
c. Perlindungan terhadap keusangan. Perjanjian sewa terkadang memberikan opsi
kepada lessee untuk mengajukan kepada lessor untuk mengganti aset sewaan yang
sudah usang atau ketinggalan teknologi dengan aset yang lebih baru. Hal ini
menjamin lessee untuk mendapatkan aset dengan kondisi yang baik dan terkini.
d. Fleksibel. Perjanjian sewa lebih fleksibel dan tidak seketat perjanjian pinjaman
pada bank sehingga lebih menjangkau banyak kalangan termasuk UKM. Lessor
yang khusus berbisnis penyewaan, tentunya telah menyediakan berbagai skema
jangka waktu dan besaran cicilan yang diinginkan.

5
e. Bunga lebih rendah. Rata-rata tingkat bunga sewa (leasing) lebih rendah
dibandingkan suku bunga pinjaman bank. Hal ini akan menguntungkan lessee
karena mendapatkan pendanaan dengan biaya lebih rendah.
f. Keuntungan pajak. Dalam sewa pembiayaan, penyerahan aset sewaan tidak
dikenakan PPN dan lessee tidak memotong PPh 23 atas pembayaran sewa kepada
lessor.
g. Pembiayaan off-balance sheet. Dengan menyewa, memungkinkan bagi lessee
untuk tidak mengakui aset dan liabilitas sewaan di Laporan Posisi Keuangan
(Neraca), sehingga perusahaan dapat menghindari peningkatan leverage.
Sedangkan pembelian yang berasal dari pembiayaan bank, perusahaan tidak
mungkin menghindari pengakuan aset dan liabilitas yang timbul dari transaksi
tersebut.

2.1.1.3 Perkembangan Sewa di Indonesia


Sewa (leasing) sebagai salah satu bentuk pembiayaan mulai berkembang di
Indonesia pada tahun 1974 setelah terbitnya surat keputusan bersama (SKB) tiga
menteri yaitu Menteri Keuangan, Menteri Perindustrian, dan Menteri Perdagangan.
Pada tahun 1988, pemerintah melalui Keppres dan Keputusan Menteri Keuangan
membuka luas kegiatan industri pembiayaan yang meliputi leasing, anjak piutang,
pembiayaan konsumen, modal ventura, dan kartu kredit.
Berdasarkan laporan dari Asosiasi Perusahaan Pembiayaan Indonesia (APPI),
pada tahun 2013, piutang pembiayaan melalui sewa (leasing) menempati posisi kedua
(33%) setelah pembiayaan konsumen (64%). Walaupun pertumbuhannya tidak
sebesar pembiayaan konsumen, nilai piutang leasing diperkirakan terus mengalami
peningkatan pada tahun 2014.

2.1.2 Jenis-Jenis Sewa


Berdasarkan PSAK 30 (Revisi 2011) Sewa, sewa dibedakan menjadi 2 jenis, yaitu:

1. Sewa operasi (operating lease);


2. Sewa pembiayaan (finance lease).

Perbedaan antara keduanya adalah pada sewa pembiayaan terjadi pengalihan


secara subtansial seluruh risiko dan manfaat yang terkait dengan kepemilikan suatu
aset, terlepas apakah hak milik pada akhirnya dapat dialihkan atau tidak. Sedangkan pada

6
sewa operasi, pengalihan risiko dan manfaat tersebut tidak terjadi. Perlu diingat bahwa
pengalihan risiko dan manfaat tidak harus dalam bentuk pengalihan kepemilikan, sehingga
tidak adanya pengalihan kepemilikan belum tentu merupakan sewa operasi. Jadi,
penekanannya bukan pada bentuk kontrak melainkan substansi transaksinya.

2.1.2.1 Kriteria Sewa Pembiayaan

Suatu transaksi yang secara substansi mengalihkan risiko dan manfaat yang terkait
dengan kepemilikan suatu aset, biasanya memenuhi salah satu atau beberapa situasi
berikut ini.

1. Perjanjian sewa menyatakan adanya pengalihan kepemilikan aset kepada lessee


pada akhir masa sewa. Pengalihan kepemilikan meyebabkan seluruh risiko dan
manfaat terkait kepemilikan aset juga beralih kepada lessee.
2. Lessee memiliki opsi untuk membeli aset pada harga yang cukup rendah
dibandingkan nilai wajar pada tanggal opsi mulai dapat dilaksanakan, sehingga
pada awal sewa dapat dipastikan bahwa opsi akan dilaksanakan. Jika harga opsi
yang ditawarkan lebih tinggi dari estimasi nilai wajar aset pada akhir masa sewa,
maka kecil kemungkinan akan dilaksanakan oleh lessee atau kecil kemungkinan
terjadi pengalihan kepemilikan atas aset di akhir masa sewa.
3. Masa sewa mencakup sebagian besar umur ekonomis aset meskipun hak milik
tidak dialihkan. Masa sewa adalah periode yang tidak dapat dibatalkan dibatalkan
yang telah disepakati oleh lessee untuk menyewa suatu aset. Sedangkan umur
ekonomik adalah periode suatu aset secara ekonomis dapat digunakan oleh satu atau
lebih pengguna. Jika masa sewa mencakup sebagian besar umur ekonomis, maka
dapat diperkirakan seluruh risiko dan manfaat terkait kepemilikan aset juga beralih
kepada lessee. PSAK 30 (Revisi 2011) tidak mengatur batasan pasti atas sebagian
besar, namun pada prinsipnya dengan periode sewa yang ada, kecil kemungkinan
aset tersebut secara ekonomis dapat disewakan lagi oleh lessor kepada pihak lain.
4. Pada awal sewa, nilai kini dari jumlah pembayaran sewa minimum secara
substansial mendekati nilai wajar aset sewaan. Pembayaran sewa minimum adalah
pembayaran selama masa sewa yang harus dibayar oleh lessee yang tidak meliputi
rental kontinjen, biaya jasa dan pajak yang dipungut oleh lessor. Jika nilai kini dari
jumlah pembayaran sewa minimum mendekati nilai wajar aset sewaan, maka lessee
dianggap telah membeli manfaat sekaligus risiko atas aset dalam jumlah yang hampir

7
sama dengan nilai aset, sehingga diperkirakan seluruh risiko dan manfaat terkait
kepemilikan aset akan beralih kepada lessee. Selain itu, jika nilai kini dari jumlah
pembayaran sewa minimum mendekati nilai wajar aset sewaan, biasanya masa sewa
juga relatif lebih panjang mendekati umur ekonomis asetnya.
5. Aset sewaan bersifat khusus dan hanya lessee yang dapat menggunakannya
tanpa perlu modifikasi secara material. Jika hanya lessee yang dapat menggunakan
aset tersebut tanpa modifikasi secara material, maka lessee memiliki posisi tawar yang
lebih tinggi dan lessor tidak memiliki pilihan lain dalam menyewakan asetnya,
sehingga diperkirakan seluruh risiko dan manfaat terkait kepemilikan aset akan
beralih kepada lessee.

S
Perjanjian Sewa E

TIDAK TIDAK TIDAK


TIDAK
O
Pembayaran Aset
Pengalihan Opsi Masa Sewa Minimum P
Sewaan
Kepemilikan Pembelian Mencakup Mendekati Bersifat TIDAK
Umur Spesifik
Nilai Wajar E
Ekonomik
Aset
R

Sewa Pembiayaan

Sumber: Diolah kembali berdasarkan Kieso, et al., 2011.

Gambar 1.2 Skema Penentuan Klasifikasi Sewa

Indikator lain juga mungkin ada pada sewa pembiayaan yang mencakup salah satu atau
beberapa situasi berikut.

1. Sewa pada dasarnya tidak dapat dibatalkan. Jika lessee dapat membatalkan sewa,
maka rugi lessor yang terkait dengan pembatalan ditanggung oleh lessee. Dengan kata

8
lain, lessee akan dikenakan penalti atas pembatalan perjanjian sewa. Hal ini
menunjukkan bahwa seluruh risiko terkait aset beralih kepada lessee.
2. Keuntungan atau kerugian dari fluktuasi nilai wajar atas residu dibebankan kepada
lessee (misalnya, dibebankan pada harga rental). Hal ini juga menunjukkan bahwa
seluruh risiko dan manfaat terkait aset beralih kepada lessee.
3. Lessee memiliki kemampuan untuk melanjutkan sewa untuk periode kedua dengan
nilai rental yang secara substansial lebih rendah dari nilai pasar rental. Dengan nilai
rental yang lebih rendah pada periode kedua, kemungkinan besar lessee akan
memperpanjang perjanjian sewa. Semakin panjang masa sewa maka semakin besar
kemungkinan seluruh risiko dan manfaat terkait aset beralih kepada lessee.

Dalam praktik bisnis, sewa juga dikategorikan menjadi Sewa Guna Usaha dengan
Hak Opsi (sewa pembiayaan) dan Sewa Guna Usaha tanpa Hak Opsi (sewa operasi).
Dalam pembahasan ini tidak menggunakan kedua istilah tersebut karena berdasarkan
kriteria di atas, sewa tanpa hak opsi belum tentu merupakan sewa operasi. Hak opsi
bukanlah satu-satunya kriteria dalam menentukan suatu sewa sebagai sewa operasi atau
sewa pembiayaan.

2.1.3 Analisis Perjanjian Sewa

Dalam perjanjian sewa terdapat beberapa hal yang disepakati antara lessee dan
lessor yang tertuang dalam kontrak sewa. Substansi dari perjanjian tidak selalu sama
dengan apa yang tertera dalam kontrak, namun harus dianalisis lebih dalam. Suatu
transaksi dapat saja berbentuk kontrak jual-beli, namun substansinya adalah sewa. ISAK
8: Transaksi yang mengandung Sewa, mengatur cara untuk menentukan apakah suatu
transaksi mengandung sewa.

Contoh 1.1 Transaksi yang mengandung Sewa

PT A mengadakan kontrak pembelian BBM yang dihasilkan oleh kilang milik PT B.


Kilang tersebut dibangun oleh PT B khusus untuk menghasilkan BBM dalam rangka
kontrak dengan PT A. Harga pembelian BBM yang dibayar oleh PT A jauh diatas harga
pasar yang berlaku. PT B harus memenuhi permintaan BBM dari PT A dan tidak boleh
memasok BBM tersebut dari kilang lain selain kilang yang dimaksud dalam kontrak. PT B
juga tidak dapat menjual BBM dari kilang tersebut kepada pihak lain. Pada akhir tahun ke-
20, kilang akan diserahkan kepada PT A.

9
Sepintas perjanjian di atas adalah kontrak jual-beli biasa. Namun menurut ISAK 8
perjanjian tersebut sebenarnya mengandung sewa karena:

1. Pemenuhan perjanjian tergantung pada penggunaan suatu aset atau aset-aset tertentu.
PT B hanya bisa memasok BBM dari kilang tertentu yang dimaksudkan dalam
kontrak dan tidak menggunakan kilang (aset) lain.
2. Perjanjian tersebut memberikan suatu hak untuk menggunakan aset tertentu. Pada
dasarnya PT A memiliki hak menggunakan kilang (aset) tersebut walaupun
dioperasikan oleh PT B selama masa kontrak, karena PT A memiliki kendali atas
pengoperasian kilang dalam bentuk menentukan jumlah produksi. Pengendalian juga
terjadi ketika PT B tidak diperkenankan menjual BBM dari kilang tersebut kepada
pihak lain.

Jika transaksi di atas mengandung sewa, maka harus dianalisis berdasarkan PSAK
30 terkait jenis sewanya. Jika memenuhi kriteria sewa pembiayaan, maka PT A dalam hal
ini sebagai lessee harus mengakui kilang tersebut sebagai aset berikut liabilitas terkait
pada awal kontrak. Sedangkan PT B sebagai lessor harus menghentikan pengakuan kilang
tersebut. Harga pembelian yang dibayarkan PT A harus dipisahkan antara komponen sewa
dan bukan sewa.

Selain itu, kondisi-kondisi lain atau tambahan yang tedapat dalam perjanjian sewa
juga harus diperhatikan karena dapat berpengaruh terhadap substansi dari perjanjian sewa.
Untuk itu perlu bagi kita memahami berbagai terminologi yang ada dalam PSAK 30
(Revisi 2011) agar kita tidak salah dalam menentukan jenis sewa. Berikut adalah beberapa
terminologi yang harus diperhatikan dalam menganalisis suatu perjanjian sewa.

1. Sewa yang tidak dapat dibatalkan adalah sewa yang hanya dapat dibatalkan jika:
a. terjadinya kondisi kontinjensi yang kemungkinannya sangat kecil;
b. mendapat persetujuan dari lessor;
c. lesse mengadakan perjanjian sewa baru atas aset yang sama atau aset yang setara
dengan lessor yang sama;
d. bila ada pembayaran tambahan yang signifikan pada awal sewa oleh lessee
sehingga secara ekonomis dapat dipastikan tidak akan ada pembatalan.
2. Awal sewa adalah tanggal yang lebih awal antara tanggal perjanjian sewa dan tanggal
pihak-pihak menyatakan komitmen terhadap ketentuan-ketentuan pokok sewa. Pada
tanggal ini:

10
a. sewa diklasifikasikan sebagai sewa operasi atau sewa pembiayaan; dan
b. untuk sewa pembiayaan, mulai dihitung jumlah aset dan liabilitas yang akan
diakui pada awal masa sewa.
3. Awal masa sewa adalah tanggal saat lessee mulai berhak untuk menggunakan aset
sewaan. Pada tanggal ini pertama kali aset dan liabilitas sewaan diakui dan
selanjutnya diikuti pengakuan penghasilan atau beban. Awal masa sewa dapat
berbeda dengan awal sewa.
4. Masa sewa adalah periode yang tidak dapat dibatalkan di mana lessee telah
menyepakati perjanjian sewa untuk menyewa aset. Termasuk dalam masa sewa
adalah periode ketika lessee memiliki opsi untuk melanjutkan sewa tersebut
(sekalipun tanpa pembayaran lebih lanjut), jika pada awal sewa hampir pasti lessee
akan melaksanakan opsi tersebut. Keberadaan opsi atas masa sewa dapat berpengaruh
terhadap penentuan jenis sewa karena jika luput memperhitungkan opsi ini, yang
seharusnya sewa pembiayaan dapat dikategorikan menjadi sewa operasi.
5. Pembayaran sewa minimum adalah pembayaran selama masa sewa yang harus
dibayar oleh lessee, yang tidak meliputi rental kontinjen, biaya jasa dan pajak yang
dipungut oleh lessor. Nilai sewa minimum tersebut ditambah dengan:
a. nilai residu yang dijamin (guaranteed residual value);
b. pembayaran untuk melaksanakan opsi jika perjanjian sewa memberikan lessee
opsi untuk membeli aset pada harga yang cukup rendah dibandingkan nilai
wajarnya.
6. Rental kontinjen adalah bagian dari pembayaran sewa yang jumlahnya tidak tetap
tetapi didasarkan pada perubahan faktor tertentu di masa depan, selain faktor
perjalanan waktu (misalnya, persentase dari penjualan masa depan, jumlah
penggunaan masa depan, indeks harga masa depan, tingkat bunga pasar masa depan).
Perlu diingat bahwa rental kontinjen ini tidak termasuk dalam pembayaran sewa
minimum yang digunakan dalam menentukan jenis sewa.
7. Nilai residu yang dijamin adalah bagian dari nilai residu atas aset sewaan yang
dijamin oleh lessee atau pihak terkait dengan lessee. Sementara bagi lessor, nilai
residu yang dijamin adalah bagian nilai residu yang dijamin oleh lessee atau pihak
ketiga, yang tidak terkait dengan lessor, yang secara finansial memiliki kemampuan
untuk menyelesaikan Kewajiban atas jaminan tersebut. Nilai residu yang dijamin (jika
ada) termasuk dalam komponen pembayaran sewa minimum jika lesee menjamin nilai
residu suatu asset maka ketika asset dikembalikan ke lessor diakhir masa sewa, lesse
11
harus mengganti kerugian lessor jika nilai wajar asset lebih rendah dari nilai residu
yang dijamin.

8. Umur ekonomis adalah periode atas suatu asset yang diharapkan secara ekonomis
dapat digunakan oleh satu atau lebih pengguna atau jumlah produksi atau unit serupa
yang diharapkan akan diperoleh asset oleh satu atau lebih pengguna. Umur ekonomis
adalah salah salah satu factor yang menentukan jenis sewa.

9. Umur manfaat adalah estimasi periode tersisa dari manfaat ekonomis asset yang
diharapkan untuk di konsumsi oleh entitas, yang dihitung mulai dari awal masa, tanpa
dibatasi oleh masa sewa itu sendiri. Jika umur ekonomis asset adalah 10 tahun,
kemudian pada awal tahun ke2 disewakan selama 4 tahun, maka diawal masa sewa
umur manfaat asset adalah 8 tahun. Umur manfaat digunakan oleh lesse dalam
mempertimbangkan periode penyusutan atas asset sewaan dalam sewa pembiayaan.

2.1.4 TRANSAKSI JUAL DAN SEWA BALIK

Transaksi jual dan sewa balik meliputi penjualan suatu aset dan penyewaan
kembali aset yang sama. Tujuan dilakukannya transaksi ini oleh lessee adalah untuk
pendanaan tanpa harus kehilangan manfaat dari aset operasionalnya. Ketika menjual aset,
lessee mendapatkan dana sebesar nilai aset yang dijual dan masih dapat memanfaatkannya
sisa dana tersebut atas jumlah yang belum dibayarkan sebagai pembayaran sewa kepada
lessor.

Pembayaran sewa dan harga jual biasanya saling terkait karena keduanya
dinegosiasikan dalam satu paket. Dalam transaksi ini, pihak yang awalnya menjual aset
akan menjadi lessee dan yang membeli aset akan menjadi lessor, seperti pada Gambar
20.3. Perlakuan akuntansi untuk transaksi jual dan sewa balik bergantung pada jenis
sewanya, apakah penyewaan kembali terssebut memenuhi kategori sewa pembiayaan atau
sewa operasi.

(1) Menjual Aset

Lessee Lessor
(2) Menyewakan Aset

12
2.2 SEWA PEMBIAYAAN
2.2.1 Akuntansi Sewa Pembiayaan bagi Lessee
2.2.1.1 Pengakuan dan Pengukuran

Pengakuan aset dan labilitas

Pada sewa pembiayaan, lesee mengakui asset dan labilitas di awal masa sewa sebesar
nilai terendah antara nilai wajar asset sewaan atau sebesar nilai kini dari pembayaran sewa
minimum. Nilai asset dan labilitas tersebut di akui pada nilai yang sama, kecuali jika terdapat
uang muka atas sewa, maka labilitas di akui setelah di kurangi uang muka, maka jurnal yang
dicatat lesee pada awal masa sewa adalah sebagai berikut.

Aset sewa pembayaran xxxxx

Labilitas sewa pembiayaan xxxxx

Perhitungan nilai kini atas pembayaran sewa minimum dapat pada saat pengakuan awal, nilai
labilitas yang diakui sama dengan nilai asset kecuali telah terdapat pembayaran atas labilitas.

Jika sudah membayar uang muka sebesar, maka jurnalnya adalah sebagai berikut.

Aset sewa pembiayaan xxxxx

Uang muka sewa xxxxx

Labilitas sewa pembiayaan xxxxx

Tingkat diskonto

Nilai kini dari pembayaran sewa minimum di hitung menggunakan tingkat bunga
implisit. Jika lesee tidak mengetahui atau tidak praktis menghitung bunga implisit, maka di
gunakan tingkat bunga incremental. Tingkat bunga implisit mengacu pada tingkat bunga yang
di gunakan oleh lessor dalam menghitung pembayaran sewa.

Nilai residu

Asset sewaan biasanya memiliki nilai residu. Nilai residu tersebut ada yang di jamin
ada yang tidak. Jika residu dijamin, nilai tersebut termasuk dalam pembayaran sewa
minimum, sehingga nilai asset yang di akui dapat lebih besar di banding yang tidak di jamin.

13
Biaya langsung awal

Biaya langsung awal adalah biaya-biaya inkrmental yang dapat di distribusikan secara
langsung dengan negosisasi dan pengaturan sewa. Biaya langsung awal yang di keluarkan
lesse dalam sewa pembiayaan di tambahkan ke jumlah yang di akui sebagai asset.

2.2.1.2 Pengukuran setelah pengakuan awal

Pemisahaan antara beban keuangan dan pelunasan pokok

Setelah mengakui asset dan labilitas, selanjutnya lesse membayar sewa minimum
secara periodic kepada lessor. Jumlah pembayaran sewa tersebut di tentukan oleh lessor
setelah memperhitungkan timbal hasil bagi lessor. Oleh karena itu lesee harus memisahkan
bagian beban bunga (beban keuangan) dan pelunasan pokok pembayaran sewa minimum
pada setiap periode.

Penyusutan

Dengan di akuinya asset sewaan oleh lessee, maka lessor juga akan menghentikan
pengakuan atas asset tersebut. Selanjutnya lesse akan menyusutkan asset tersebut seperti
halnya penyusutan pada asset tetap yang di atur dalam PSAK 16 (revisi 2011). Periode
penyusutan tergantung dari kreteria sewa pembiayaan mana yang terpenuhi pada perjanjian
sewa. Jika asset tersebut beralih atau besar kemungkinan beralih (opsi pembelian) kepada
lesse di akhir masa sewa, maka di susutkan sepanjang masa sewa atau umur manfaat, mana
yang lebih pendek. Apabila asset tidak beralih atau kecil kemungkinan beralih ke lesse di
akhir masa sewa, maka di susutkan sepanjang masa sewa.

Nilai residu

Jika perjanjian sewa terdapat nilai residu yang di jamin, maka beban penyusutan atas
asset sewaan yang di akui lesse, setelah memperhitungkan nilai residu yang di jamin tersebut.
Sedangkan jika nilai residu tidak di jamin, maka beban penyusutan atas asset sewaan yang di
akui lesse tidak memperhitungkan nilai residu di jamin tersebut.

14
Untuk mengakui asset dan liabilitas terkait di awal masa sewa dengan jurnal
sebagai berikut.

Aset Sewa Pembiayaan xxxxxx


Liabilitas Sewa Pembiayaan xxxxx
Kas xxxxx

Jurnal atas pembayaran adalah sebagai berikut :

Liabilitas Sewa Pembiayaan Xxxxx


Kas xxxxx

Jurnal penyusutannya adalah sebagai berikut.

Beban Penyusutan xxxxx


Akumulasi Penyusutan xxxxx

Jurnal untuk mengakui beban bunga :

Beban Penyusutan xxxxx


Utang Bunga xxxxx

Jurnal untuk menghapus utang bunga yang sudah diakui pada akhir tahun lalu
(dengan asumsi tidak ada jurnal pembalik), sebagai berikut.

Aset Sewa Pembiayaan xxxxx


Utang Bunga xxxxx
Kas xxxxx
Jurnal akhir masa sewa, Lesse mengambalikan asset sewaan kepada Lessor dan
menghentikan pengakuanya dijurnal sebagai berikut.

Akumulasi Penyusutan xxxxx


Aset Sewa Pembiayaan xxxxx

15
Opsi Pembelian

Seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya, bahwa lessor dapat memberikan


opsi kepada lesse untuk membeli asset sewaan pada harga yang relatif lebih rendah
dari nilai wajar pada akhir masa sewa. Jika terdapat opsi pembelian, maka perlakuan
akuntansinya sama dengan nilai residu yang dijamin. Nilai opsi pembelian akan
diperhitungkan oleh lesse seperti halnya nilai residu yang dijamin dalam nilai kini
pembayaran minimum. Perbedaan perlakuan akuntansi antara opsi pembelian dan
nilai residu yang dijamin hanya pada perhitungan penyusutan asset, yaitu pada opsi
pembelian asset sewaan disusutkan selama umur manfaat.

2.2.1.3 Penyajian dan Pengungkapan

Laporan Posisi Keuangan (Neraca)

Pada sewa pembiayaan, lessee mengakui aset dan liabilitas sewaan dalam
Laporan Posisi Keuangan. Jika aset sewaan tersebut digunakan untuk kegiatan operasi
dapat disajikan sebagai bagian dari aset tetap, yaitu disajikan sebesar nilai perolehan
setelah dikurangi akumulasi penyusutan pada bagian aset tidak lancar. Aset sewaan
juga harus dianalisis terhadap kemungkinan penurunan nilai seperti yang diatur dalam
PSAK 48 ( Revisi 2010 ) Penurunan Nilai Aset.

Sedangkan liabilitas sewaan disajikan terpisah menurut jatuh temponya.


Bagian liabilitas yang akan jatuh tempo kurang dari 1 tahun sejak tanggal pelaporan
disajikan sebagai liabilitas lancar dan sisanya disajikan sebagai liabilitas tidak lancar
(Jangka Panjang). Jika lessee adalah lembaga keuangan, maka Laporan Posisi
Keuangan tidak dipisahkan antara lancar dan tidak lancar (unclassified). Oleh karena
itu, ketentuan pemisahan ini tetap berlaku jika laporan keuangan lembaga keuangan
(lessee) dikonsodilasikan dengan induk perusahaanya dan entitas induk haruskan
melakukan pemisahan lancar dan tidak lancar. Contoh penyajian dan pengungkapan
aset dan liabilitas sewan dapat dilihat pada dibawah ini:

Laporan Laba Rugi

Pada sewa pembiayaan, lessee mengakui beban penyusutan dan beban bunga
dalam Laporan Laba Rugi, kecuali jikan beban tesebut dimasukan dalam jumlah

16
tercatat aset lainnya. Misalnya, jika aset sewaan digunakan dalam kegiatan
administrasi dan pemasaran, maka beban penyusutan disajikan dalam kelompok beban
operasi pada Laporan Laba Rugi. Namun jika digunakan dalam proses produksi, maka
beban penyusutan dimasukan dalam nilai perolehan persediaan.

2.2.2 Akuntansi Sewa Pembiayaan bagi Lessor


2.2.2.1 Pengakuan dan Pengukuran

Pengakuan Piutang

Dalam sewa pembiayaan, pada awal masa sewa lessor mengakui piutang
sewa sebesar nilai investasi bersih, yaitu investasi kotor yang didiskontokan
dengan tingkat bunga implisit. Investasi Kotor adalah pembayaran sewa minimum
yang akan diterima Lessor bedasarkan sewa pembiayaan ditambah nilai residu (
jika ada ). Jadi, nilai piutang ( Investasi bersih ) yang diakui Lessor pada awal masa
sewa adalah sebesar nilai kini dari jumlah pembayaran sewa minimum yang akan
diterima ditambah nilai residu (jika ada).

*catatan : Dalam sewa pembiayaan pada awal masa sewa lessor mengkui
piutang sewa dan menghentikan pengakuan aset sewaan.

Selain mengakui piutang sewa, Lessee juga menghentikn pengakuan aset


sewaan karena semua resiko dan manfaat yang terkair dengan kepemilikan aset
telah dialihkan kepasa Lessee, Nilai piutang yang diakui biasanya sama dengan
nilai aset yang dihentikan pengakuannya, kecuali jika terdapat uang muka atas
sewa, maka piutang yang diakui setelah dikurangi uang muka. Sebagai Ilustrasi,
nilai wajar aset pada awal masa sewa adalah Rp.100.000.000 yang sama dengan
nilai investasi bersih. .

Tingkat Diskonto

Nilai Kini investasi kotor (investasi bersih) dihitung menggunakan tingkat


bunga implisit. Pembayaran sewa juga dihitung dn ditentukan oleh Lessor
menggunakan tingkat bunga implisit, maka tidak ada alasan bagi lesso untuk
menghitung nilai kini investasi kotor menggunakan tingkat bunga lain.

17
Nilai Residu

Jika aset yang disewakan memiliki nilai residu, maka diperhitungkan dalam
nilai investasi kotor terlepas apakah nilai residu dijamin atau tidak. Perlakuan ini
berbeda dengan Lessee yang hanya memperhitungkan nilai residu yang dijamin dalam
pembayaran sewa minimum.

Biaya Langsung

Biaya langsung awal yang dikeluarkan Lessor dalam sewa pembiayaan


ditambahkan ke dalam nilai investasi bersih. Hal ini dapat membutuhkan penyesuaian
pada tngkat bunga implisit menjadi lebih rendah sehingga pendapatan bunga yang
diakui Lessor menjadi lebih rendah.

2.2.2.2 Pengkuran Setelah Pengakuan Awal

Pemisahan antara Pendapatan Sewa dan Pelunasan Pokok

Pembayaran sewa yang dihitung oleh Lessor setelah memperhitungkan


penghasilkan pembiayaan bagi Lessor. Oleh karena itu, Lessor harus memisahkan
anatar bagia pendapatan sewa (bunga) dan pelunasan pokok atas pembayaran sewa
minimum pada setiap periode. Pengakuan pendapatan sewa didasarkan pada suatu
pola yang mencerminkan suatu tingkat pengembalian periodik yang konstan atas
investasi bersih Lessor dalam sewa pembiayaan.

Alternatif Pencatatan

Alternatif tidak dapat menganut prinsip akrual atas pengakuan sewa


pembiayaan, namun amortisasi atas pendapatan pembiayaan angguhan yang
seblumnya diakui. Selain itu, tidak prosedur untuk memisahkan antara piutang bunga
dengan piutang sewa seperti pada alternatif pertama. Alternatif pencatatan ini
menyebabkan nilai piutang yang diakui lebih tinggi karena tak terdiskonto, namun
pada penyajian di Laporan Posisi Keuangan, nilai piutang ini (investasi kotor) disaling
hapuskan dengan pendapatan pembiayaan tangguhan yag belum di amortisasi
sehingga menghasilkan nilai yang sama dengan piutang berdasarkan investasi bersih.

18
2.2.2.3 Penyajian dan Pengungkapan
Laporan Posisi Keuangan (Neraca)
Pada sewa pembiayaan, lessor mengakui piutang dan menghentikan
pengakuan serta aset dalam Laporan Posisi Keuangan. Piutang tersebut disajikan
dalam kelompok piutang pembiayaan dan harus dianalisis terhadap kemungkinan
penurunan nilai seperti yang diatur dalam PSAK 55 (Revisi 2011). Instrumen
Keuangan Pengakuan dan Pengukuran. Piutang pembiayaan disajikan terpisah
menurut jatuh temponya. Bagian piutang yang akan jatuh tempo kurang dari 1
tahun sejak tanggal pelaporan disajikan sebagai aset lancar dan sisanya disajikan
sebagai aset tidak lancar. Pada perusahaan pembiayaan (multifinance) Laporan
Posisi Keuangan tidak dipisahkan antara lancar dan tidak lancar (unclassified).
Sama halnya dengan liabilitas sewa, ketentuan pemisahan piutang sewa ini tidak
berlaku, kecuali laporan keuangan multifinance dikonsolidasikan dengan induk
perusahaan yang mensyaratkan pemisahan antara aset lancar dan tidak lancar.
Contoh penyajian data pengungkapan aset dan liabilitas sewaan dapat dilihat pada
ilustrasi 20.3 dan ilustrasi 20.4.

Catatan/

ASET Notes 2013


2012

Aset lancar

Kas dan setara kas 4 18.557


11.055

Invetasi lain lain 5 262


172

Piutang usaha, setelah dikurangi

Penyisihan piutang ragu ragu sebesar

(2012:163):

19
- Pihak berelasi 6,34 g 876
701

- Pihak ketiga 6 18,967


15.742

Piutang pembiayaan, setelah dikurangi 7 28.814


28.157

penyisihan piutang ragu ragu

sebesar 1.301 (2012:1.416)

Piutang lain lain, setelah dikurangi

Penyisihan piutang ragu ragu

Sebesar 8 (2012:4)

- Pihak berelasi 8.34h 195


182

- Pihak ketiga 8 2.793


1.509

Persediaan 9 14.433
15.285

Pajak dibayar dimuka 10s 2.283


1.491

Pembayaran dimuka lainnya 1.172


1.505

Jumlah aset lancar 88.352


75.799

Aset tidak lancar

Piutang pembiayaan, setelah dikurangi 7 25.863


20.474

20
Penyisihan piutang ragu ragu Pada transaksi jual dan
sewa balik, pembayaran
Sebesar 1.340 (2012: 1.056) sewa dan harga jual
biasanya saling terkait
Ilustrasi 1.3 Penyajian Piutang Pembiayaan karena keduanya
dinegosiasikan dalam satu
paket.
Sumber : laporan Keuangan Konsilidasi PT. Astra
Internasional Tbk. Tahun 2013

Laporan Laba Rugi

Lessor mengakui pendapatan sewa dalam Laporan Laba Rugi, kecuali jika beban
tersebut dimasukan dalam jumlah tercatat aset lainnya. Misalnya, jika aset sewaan
digunakan dalam kegiatan administrasi dan pemasaran, maka beban penyusutan
disajikan dalam kelompok beban operasi pada Laporan Laba Rugi. Namun, jika
digunakan dalam proses produksi, maka beban penyusutan dimasukan dalam nilai
perolehan persediaan.

Catatan/

Pendapatan Notes 2013


2012

2d,e.g.m,15,

Pembiayaan konsumen 23c 1.135.818


961.068

Sewa pembiayaan Ze,f,m,16 381.365


305.785

Keuangan 2e,m 8.080


4.782

Lain Lain 2e,I,m,19 365.221


310.013

Jumlah Pendapatan 1.890.484


1.581.648

21
Ilustrasi 1.1 Penyajian Pendapatan Sewa Pembiayaan

Sumber : Laporan keuangan PT. BFI Finance IndonesiaTbk,. Tahun 2013

2.2.3 Transaksi Jual & Sewa Balik


2.2.3.1 Pengakuan dan Pengukuran
Bagi Lessee (Penjual)
Jika suatu transaksi jual dan sewa balik merupakan sewa pembiyaaan, maka
selisih lebih hasil penjualan dan jumlah tercatat tidak dapat diakui segera sebagai
pendapatan oleh penjual (lessee), tetapi dia tangguhkan dan diamortisasi selama masa
sewa.
Sedangkan untuk pengakuan aset sewaan dan liabilitas terkait pada saat
penjual (lessee) menyewa kembali mengacu pada ketentuan dalam sewa pembiayaan
seperti yang sudah dibahas sebelumnya.
Bagi Lessor ( Pembelian )
Pengakuan piutang sewa pembiayaan pada lessor juga mengacu kepada
ketentuan dalam sewa pembiayaan pada pembahasan sebelumnya, yaitu sebesar nilai
wajar aset. Nilai wajar aset adalah sebesar harga jual dari lessee kepada lessor. Nilai
wajar tersebut juga digunakan sebagai dasar penentuan nilai pembayaran sewa oleh
lessee.

2.2.3.2 Penyajian dan Pengungkapan


Penyajian aset dan liabilitas serta pendapatan dan beban pada transaksi jual
dan sewa balik itu mengacu pada ketentuan pada sewa pembiayaan. Pendapatan
tangguhan yang diakui lessee disajikan sebagai liabilitas pada Laporan Posisi
Keuangan. Pengungkapan yang dipersyaratkan untuk lessee dan lessor berlaku sama
untuk transaksi jual dan sewa balik. Pengungkapan khusus diperlukan untuk
pengaturan sewa yang material dan tidak biasa dari perjanjian atau persyaratan
transaksi jual dan sewa balik.

2.3 SEWA OPERASI


2.3.1 Akuntansi Sewa Operasi bagi Lessee
2.3.1.1 Pengakuan dan Pengukuran

Pengakuan Beban

22
Perlakuan akuntansi untuk sewa operasi sangat sederhana karena lessee hanya
perlu mengakui beban atas pembayaran sewa dengan dasar garis lurus selama masa
sewa kecuali terdapat dasar sistematis lain yang dapat lebih mencerminkan pola waktu
dari manfaat yang dinikmati pengguna.

Pengukuran Beban

Pada dasarnya, nilai beban sewa diukur berdasarkan jumlah pembayaran sewa
yang dilakukan oleh lessee. Namun, terkadang lessee mendapatkan insentif tertentu
dari lessor agar bersedia melaksanakan perjanjian sewa. Insentif dapat berupa
pembayaran tunai di muka kepada lessee atau potongan pembayaran sewa. Jika lessee
mendapatkan insentif sepeti itu, maka lessee mengakui manfaat agregat dari insentif
sebagai pengurang beban rental dalam selama masa sewa, seperti yang diatur dalam
ISAK 23: Sewa Operasi-Insentif.

2.3.1.2 Penyajian dan Pengungkapan

Laporan Laba Rugi

Pada sewa operasi, lessee mengakui beban sewa dalam Laporan Laba Rugi,
kecuali jika beban tersebut dimasukan dalam jumlah tercatat aset lainnya. Misalnya,
jika aset sewaan digunakan dalam kegiatan administrasi dan pemasaran, maka beban
sewa disajikan dalam kelompok beban operasi pada Laporan Laba Rugi. Namun jika
dgunakan dalam proses produksi, maka beban sewa dimasukan dalam nilai perolehan
persediaan.

2.3.2 Akuntansi Sewa Operasi bagi Lessor


2.3.2.1 Pengakuan dan Pengukuran
Pengakuan Pendapatan
Sama halnya dengan lessee, perlakuan akuntansi untuk sewa operasi bagi
lessor juga sederhana karena lessor hanya perlu mengakui pendapatan atas
pembayaran sewa yang diterima. Jika sewa dikategorikan sebagai sewa operasi, maka
Lessor membuat jurnal pada tiap tanggal pembayaran sewa sebagai berikut :

Kas xxxxx

Pendapatan Sewa xxxxx

23
Pengukuran Pendapatan

Nilai pendapatan sewa diukur berdasarkan jumlah pembayaran sewa yang


diterima dari lessee. Namun, terkadang lessor memberikan insentif tertentu agar
lessee bersedia melaksanakan perjanjian sewa. Sejalan dengan perlakuannya terhadap
lessee, maka lessor mengakui biaya agregat dari insentif sebagai pengurang
penghasilan rental selama masa sewa, seperti yang diatur dalam ISAK 23. Ilustrasi
perhitungannya dapat mengacu pada bagian sewa operasi pendapatan sewa.

Biaya Langsung Awal

Biaya langsung awal yang dikeluarkan lessor dalam sewa operasi diakui
sebagai aset sewaan dan dibbebankan selama masa sewa dengan dasar yang sama
dengan pendapatan sewa.

2.3.2.2 Penyajian dan Pengungkapan


Laporan Laba Rugi
Pada sewa operasi, lessor mengakui pendapatan sewa dalam Laporan Labaa
Rugi. Pendapatan sewa dari sewa operasi diakui sebgai pendapatan dengan dasar garis
lurus selama masa sewa, kecuali terdapat dasar sistematis lain yang lebih mencerinkan
pola waktu atas manfaat penggunaan aset sewaaan yang menurun.

Laporan Posisi Keuangan

Lessor mengakui pendapatan sewa dalam Laporan Laba Rugi dengan dasar
garis lurus selama masa sewa, kecuali terdapat dasar sisstematis lain ysng lebih
mencerminkan pola waktu atas manfaat penggunaan aset sewaan yang menurun.

2.3.3 Transaksi Jual & Sewa Balik


2.3.3.1 Pengakuan dan Pengukuran
Bagi Lesse ( Penjual )
Jika suatu transaksi jual dan sewa balik merupakan sewa operasi:
1. Jika lessee menjual aset tersebut pada nilai wajarnya, maka laba atau rugi diakui
segera;
2. Jika harga jual di bawah nilai wajarnya, maka laba atau rugi diakui segera,
kecuali rugi tersebut dikompensasikan dengan pembayaran sewa di masa depan
24
yang lebih rendah dari harga pasar, maka rugi tersebut harus ditangguhkan dan
diamortisasi secara proporsional dengan pembayaran sewa selama periode
penggunaan aset;
3. Jika harga jual di atas nilai wajar, selisih lebih dari nilai wajar tersebut
ditangguhkan dan diamortisasi selama periode penggunaan aset;
4. Jika nilai wajar aset pada saat transaksi jual dan sewa balik lebih rendah
daripada jumlah tercatatnya, rugi sebesar selisih antara jumlah tercatat dan nilai
wajar diakui segera.

Pengakuan Keuntungan atau Kerugian bagi Lessee dalam transaksi Jual Sewa Balik: Sewa
Operasi

Harga Jual = Nilai Wajar Harga Jual > Nilai Wajar Harga Jual < Nilai Wajar
(150 = 150) (160 > 150) (130 < 150
Laba sebesar 50 ( nilai
wajar biaya perolehan )
diakui segera Laba sebesar 30 ( harga
Nilai Wajar > Biaya Perolehan Laba sebesar 50 diakui
Laba sebesar 10 ( harga jual biaya perolehan )
(150 > 100) segera
jual nilai wajar ) diakui segera
ditangguhkan dan
diamortisasi
Rugi sebesar 70 ( biaya
peolehan harga jual )
Rugi sebesar 50 ( biaya diakui segera.
perolehan nilai wajar ) Jika rugi tersebut
diakui segera dikompensasikan dengan
Nilai Wajar < Biaya Perolehan Rugi sebesar 50 diakui
Laba sebesar 10 ( harga pembayaran sewa di masa
(150 < 200) segera
jual nilai wajar depan yang lebih rendah
ditangguhkan dan dari harga pasar, maka
diamortisasi rugi tersebut harus
ditangguhkan dan
diamortisasi

Sedangkan untuk pengakuan beban sewa bagi lessee ( penjual ) ketika menyewa
kembali mengacu pada ketentuan dalam sewa operasi seperti yang sudah dibahas
sebelumnya.

25
Bagi Lessor ( Pembeli )

Pengakuan pendapatan sewa operasi bagi lessor ( pembeli ) juga mengacu kepada
ketentuan dalam sewa operasi pada pembahasan sebelumnya.

2.3.3.2 Penyajian dan Pengungkapan


Penyajian dan liabilitas serta pendapatan dan beban pada transaksi jual dan
sewa balik ini mengacu pada ketentuan pada sewa operasi, kecuali untuk laba
tangguhan yang diakui lessee disajikan sebagai liabilitas pada Laporan Posisi
Keuangan. Pengungkapan yang dipersyaratkan untuk lessee dan lessor berlaku sama
untuk transaksi jual dan sewa balik. Pengungkapan khusus diperlukan untuk
pengaturan sewa yang material dan tidak biasa dari perjanjian atau persyaratan
transaksi jual dan sewa balik

2.4 SEWA BAGI LESSOR PABRIKAN DAN

DEALER
Pabrikan atau dealer sering kali menawarkan pilihan untuk Sewa pembiayaan atas
aset oleh lessor pabrikan
membeli atau menyewa suatu aset kepada pelanggan. Sewa
atau dealer memberikan
pembiayaan atas aset oleh lessor pabrikan atas dealer dua jenis penghasilan
memberikan dua jenis penghasilan, yaitu sebagai berikut.
1. Laba atau rugi ekuivalen dengan laba atau rugi dari
penjualan biasa atas aset yang disewakan, pada harga jual
normal setelah dikurangi potongan penjualan (jika ada). Atas penghasilan ini, lessor
mengakui pendapatan penjualan berikut biaya penjualan terkait.
2. Penghasilan pembiayaan (bunga) selama masa sewa.

Sewa jenis ini sering juga disebut Sales Type Lease, karena ada unsur penjualan dalam
suatu sewa
2.4.1 Pengakuan dan Pengukuran
Pengakuan Piutang dan Pendapatam
Dalam sewa pembiayaan ketika lessor adalah pabrikan atau dealer, pada awal
masa sewa lessor mengakui piutang sewa sebesar nilai investasi bersih, seperti halnya
sewa pembiayaan pada umumnya. Nilai piutang (investasi bersih) yang diakui lessor

26
pada awal masa sewa adalah sebesar nilai kini dari jumlah pembayaran sewa
minimum yang akan diterima ditambah nilai residu (jika ada) terlepas apakah nilai
residu dijamin atau tidak. Lessor juga menghentikan pengakuan aset sewaan sebesar
biaya perolehannya.
Selain mengakui piutang sewa, lessor pabrikan atau dealer juga mengakui
pendapatan penjualan pada awal masa sewa sebesar nilai wajar aset atau sebesar nilai
kini dari pembayaran sewa minimum, mana yang lebih rendah. Biaya penjualan
(beban pokok penjualan) di awal masa sewa adalah biaya perolehan atau jumlah
tercatat dari aset sewaan dikurangi nilai kini dari nilai residu tidak dijamin. Oleh
karena itu, biaya penjualan sewa dengan nilai residu tidak dijamin lebih rendah
daripada nilai residu dijamin. Perbedaan antara pendapatan penjualan dan biaya
penjualan merupakan laba penjualan (laba kotor) seperti halnya penjualan biasa.

Tingkat Diskonto

Nilai kini dari pembayaran sewa minimum dihitung pada tingkat bunga pasar.
Jika tingkat bunga ditentukan secara artifisial terlalu rendah, laba penjualan dibatasi
sebesar laba apabila menggunakan tingkat bunga pasar.

Nilai Residu

Jika aset yang disewakan memiliki nilai residu, maka diperhitungkan dalam
nilai investasi kotor terlepas apakah nilai residu dijamin atau tidak. Perlakuan ini
sama dengan pada lessor dengan sewa pembiayaan biasa pada pembahasan
sebelumnya

Biaya Langsung Awal

Biaya langsung awal yang dikeluarkan oleh lessor pabrikan atau dealer
sehubungan dengan negoisasi dan pengaturan sewa diakui sebagai beban ketika laba
penjualan diakui.

2.4.2 Pengukuran Setelah Pengakuan Awal

Pengukuran setelah pengakuan awal untuk sewa pembiayaan bagi lessor pabrikan
atau dealer sama dengan sewa pembiayaan pada umumnya, yaitu lessor harus memisahkan
antarra bagian pendapatan sewa (bunga) dan pelunasan pokok atas pembayaran sewa
minimum pada setiap periode. Pengakuan pendapatan bunga didasarkan pada suatu pola yang

27
mencerminkan suatu tingkat pengembalian periodik yang konstan atau investasibersih lessor
dalam sewa pembiayaan.

2.4.3 Penyajian dan Pengungkapan


Penyajian dan pengungkapan pada sewa pembiayaan bagi lessor pabrikan atau
dealer sama dengan dan sewa pembiayaan biasa, seperti pada pembahasan sebelumya.

2.5 ANALISIS LAPORAN KEUANGAN


Perlakuan akuntansi atas sewa pembiayaan dan sewa operasi memiliki dampak yang
berbeda terhadap penyajian Laporan Keuangan. Pada sewa pembiayaan, lessee mengakui
aset ssekaligus liabilitas sewa sehingga berdampak terhadap komposisi di Laporan Posisi
Keuangan. Sementara pada sewa operasi, lessee tidak mengakui beban atas pembayaran
sewa. Istilah ini disebut juga sebagai off balance sheet financing.
Pada sewa pembiayaan, sekalipun aset bertambah, namun liabilitas juga bertambah
dengan porsi yang lebih besar pada liabilitas jangka panjang. Penambahan liabilitas ini
akan berdampak negatif terhadap rasio rasio keuangan yang telah dibahas pada Bab
sebelumnya seperti: Rasio Utang terhadap Ekuitas ( Debt Equity Ratio ) dan Imbal Hasil
atas Aset ( Return on Asset ). Hal inilah yang menyebabkan banyak perusahaan
menghindari untuk mengakui suatu sewa sebagai sewa pembiayaan. Untuk itu diperlukan
analisis yang memadai untuk menentukan klasifikasi suatu sewa agar penyajian di
Laporan Keuangan mencerminkan substensi transaksinya.

28
BAB II

PENUTUP

3.1 Simpulan

Sewa adalah perjanjian antara lessee (penyewa) dengan lessor (pemberi


sewa) dimana lessee diberikan hak oleh lessor untuk menggunakan aset milik lessor
pada periode yang telah disepakati. Atas diperolehnya hak tersebut, lessee diharuskan
melakukan pembayaran (serangkaian pembayaran) kepada lessor. Perjanjian sewa
memungkinkan aset tersebut menjadi milik lessee atau dikembalikan kepada lessor
pada akhir masa sewa. Istilah sewa pada pembahasan ini dulunya dikenal sebagai
sewa guna usaha (leasing).Berdasarkan PSAK 30 (Revisi 2011) Sewa, sewa
dibedakan menjadi 2 jenis, yaitu: Sewa operasi (operating lease) dan Sewa
pembiayaan (finance lease).

Pada sewa pembiayaan, lesee mengakui asset dan labilitas di awal masa sewa
sebesar nilai terendah antara nilai wajar asset sewaan atau sebesar nilai kini dari
pembayaran sewa minimum. Nilai asset dan labilitas tersebut di akui pada nilai yang
sama, kecuali jika terdapat uang muka atas sewa, maka labilitas di akui setelah di
kurangi uang muka. Sedangkan sewa pembiayaan, pada awal masa sewa lessor
mengakui piutang sewa sebesar nilai investasi bersih, yaitu investasi kotor yang
didiskontokan dengan tingkat bunga implisit.

Perlakuan akuntansi untuk sewa operasi sangat sederhana karena lessee hanya
perlu mengakui beban atas pembayaran sewa dengan dasar garis lurus selama masa
sewa kecuali terdapat dasar sistematis lain yang dapat lebih mencerminkan pola waktu
dari manfaat yang dinikmati pengguna. Sama halnya dengan lessee, perlakuan
akuntansi untuk sewa operasi bagi lessor juga sederhana karena lessor hanya perlu
mengakui pendapatan atas pembayaran sewa yang diterima, Nilai pendapatan sewa
diukur berdasarkan jumlah pembayaran sewa yang diterima dari lessee.

pabrikan atau dealer sering kali menawarkan pilihan untuk membeli atau
menyewa suatu aset kepada pelanggan. Sewa pembiayaan atas aset oleh lessor
pabrikan atas dealer memberikan dua jenis penghasilan, yaitu Laba atau rugi
ekuivalen dengan laba atau rugi dari penjualan biasa atas aset yang disewakan, pada
harga jual normal setelah dikurangi potongan penjualan (jika ada). Atas penghasilan

29
ini, lessor mengakui pendapatan penjualan berikut biaya penjualan terkait dan
Penghasilan pembiayaan (bunga) selama masa sewa. Sedangkan Pengukuran setelah
pengakuan awal untuk sewa pembiayaan bagi lessor pabrikan atau dealer sama
dengan sewa pembiayaan pada umumnya, yaitu lessor harus memisahkan antarra
bagian pendapatan sewa (bunga) dan pelunasan pokok atas pembayaran sewa
minimum pada setiap periode. Pengakuan pendapatan bunga didasarkan pada suatu
pola yang mencerminkan suatu tingkat pengembalian periodik yang konstan atau
investasibersih lessor dalam sewa pembiayaan.

3.2 Saran

Dari pembahasan dalam makalah ini, ada beberapa saran untuk para pengusaha
khususnya :

1. Munculnya lembaga leasing merupakan alternatif yang menarik bagi para


pengusaha karena saat ini banyak para pengusaha cenderung menggunakan dana
rupiah tunai untuk kegiatan operasional perusahaan. Melalui leasing mereka bisa
memperoleh dana untuk membiayai pembelian barang-barang modal dengan
jangka waktu pengembalian antara tiga tahun hingga lima tahun atau lebih.
2. Para pengusaha juga memperoleh keuntungan-keuntungan lainnya seperti
kemudahan dalam pengurusan, dan adanya hak opsi.

30
DAFTAR PUSTAKA
Martani,Dwi dkk.2015.Akuntansi Keuangan Menengah Berbasis
PSAK.Jakarta Selatan : Salemba Empat

Anda mungkin juga menyukai