Anda di halaman 1dari 29

LAPORAN PRAKTIKUM FARMAKOTERAPI

STUDI KASUS INFEKSI


TUBERKULOSIS

Kelompok 2:
Fedy Prasetyo S 1304015183
Febrita Ramadhani 1304015181
Fitri Fergiana P 1304015200
Kitra Kiara S 1304015266
Lusi Andini 1304015289
Kelas: 7 C1
Dosen: Zainul Islam, M.Farm.,Apt

PROGRAM STUDI FARMASI


FAKULTAS FARMASI DAN SAINS
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PROF. DR. HAMKA
JAKARTA
2016
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Penyakit tuberkulosis (TBC) saat ini masih menjadi masalah kesehatan
dunia. Menurut WHO 9 juta orang penduduk dunia setiap tahunnya menderita
TBC dan diperkirakan 95% penderita TBC berada di negara berkembang. Selain
itu, diperkirakan ditemukan 8 juta kasus baru TBC disetiap tahunnya. Menurut
DepKes RI pada tahun 2000 dilaporkan bahwa di negara-negara berkembang
kematian akibat TBC sebanyak 25% dan merupakan penyebab kematian nomor
tiga setelah kardiovaskular. Jumlah penderita TBC paru dari tahun ke tahun di
Indonesia terus meningkat.
Saat ini setiap menit muncul satu penderita baru TBC paru, dan setiap dua
menit muncul
satu penderita baru TBC paru yang menular dan bahkan setiap
empat menit sekali satu orang meninggal akibat TBC di Indonesia. Kenyataan
mengenai penyakit TBC di Indonesia begitu mengkhawatirkan, sehingga kita
harus waspada sejak dini & mendapatkan informasi lengkap tentang penyakit
TBC. Tuberkulosis (TBC atau TB) merupakan suatu penyakit infeksi yang
disebabkan oleh bakteri Mycobacterium tuberculosis. Bakteri ini merupakan
bakteri basil yang sangat kuat sehingga memerlukan waktu lama untuk
mengobatinya. Bakteri ini lebih sering menginfeksi organ paru-paru dibandingkan
bagian lain tubuh manusia.
Bakteri Mycrobacterium tuberculosis ini berbentuk batang dan bersifat
tahan asam sehingga dikenal juga sebagai Batang Tahan Asam (BTA). Bakteri ini
pertama kali ditemukan oleh Robert Koch pada tahun1882 dan sering menginfeksi
organ paru-paru dibanding bagian lain tubuh manusia. Bakteri ini sering masuk
dan berkumpul di dalam paru-paru dan berkembang biak menjadi banyak
(terutama pada orang dengan daya tahan tubuh yang rendah), dan dapat menyebar
melalui pembuluh darah atau kelenjar getah bening. Tuberkulosis juga dapat

Laporan Praktikum Farmakoterapi | Tuberkulosis Page 1


menimbulkan TB laten Infeksi (LTBI) atau penyakit aktif sebagai progresif yang
dapat menyebabkan kerusakan progresif dari paru-paru. Sehingga menyebabkan
kematian pada kebanyakan pasien yang tidak menerima pengobatan.
Saat ini, sepertiga dari populasi dunia terinfeksi, dan resistensi obat
meningkat di banyak daerah. Infeksi tuberkulosis laten (LTBI) dapat
menyebabkan reaktivasi tahun penyakit setelah infeksi primer terjadi. Pasien yang
diduga menderita penyakit TB aktif harus terisolasi sampai diagnosis dikonfirmasi
dan pasien tidak lagi menular. Seringkali, isolasi berlangsung khusus yaitu pada
"tekanan negatif" kamar rumah sakit untuk mencegah penyebaran TBC. Isoniazid
dan rifampisin adalah dua obat yang paling penting untuk mengobati tuberkulosis;
organisme yang resisten terhadap kedua obat tersebut [multidrug-TB resisten
(MDR-TB)] jauh lebih sulit untuk mengobati. Kemudian langsung diamati
pengobatan (DOT) harus digunakan bila mungkin untuk mengurangi kegagalan
pengobatan dan pemilihan isolat resistan terhadap obat.

B. Tujuan Praktikum
Adapun tujuan praktikum farmakoterapi ini dalam kasus Tuberkulosis ini
adalah :
1. Menjelaskan tentang penyakit Tuberkulosis
2. Menjelaskan farmakologi obat-obat yang digunakan pada kasus
Tuberkulosis
3. Menjelaskan tujuan terapi pengobatan Tuberkulosis kepada pasien
4. Memilih pengobatan penyakit Tuberkulosis yang sesuai
5. Menjelaskan Drug Related Problems (DRP) atau masalah-masalah yang
terkait penggunaan obat Tuberkulosis
6. Merumuskan poin-poin yang perlu dikonselingkan kepada pasien mengenai
kasus Tuberkulosis

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Laporan Praktikum Farmakoterapi | Tuberkulosis Page 2


A. Definisi dan Klasifikasi Otitis Media
Tuberkulosis (TB) adalah infeksi menular yang paling umum. TB juga
merupakan contoh lain infeksi saluran nafas bawah. Penyakit ini disebabkan oleh
mikroorganisme Mycobacterium tuberculosis. Biasanya penyakit ini dapat
ditularkan melalui inhalasi percikan ludah (droplet), dari satu individu ke individu
lainnya, dan membentuk kolonisasi di bronkiolus atau alveolus. Bakteri ini juga
dapat masuk ke tubuh melalui saluran cerna, melalui ingesti susu tercemar yang
tidak dipasteurisasi, atau kadang-kadang melalui lesi kulit. Bakteri ini merupakan
bakteri basil yang sangat kuat sehingga memerlukan waktu lama untuk
mengobatinya.
Bakteri ini lebih sering menginfeksi organ paru-paru dibandingkan bagian
lain tubuh manusia. Bakteri Mycrobacterium tuberculosis ini berbentuk batang
dan bersifat tahan asam sehingga dikenal juga sebagai Batang Tahan Asam (BTA).
Bakteri ini pertama kali ditemukan oleh Robert Koch pada tahun1882 dan sering
menginfeksi organ paru-paru dibanding bagian lain tubuh manusia. Bakteri ini
sering masuk dan berkumpul di dalam paru-paru. Bakteri ini juga dapat
berkembang biak menjadi banyak (terutama pada orang dengan daya tahan tubuh
yang rendah), dan dapat menyebar melalui pembuluh darah atau kelenjar getah
bening.

B. Etiologi dan Patogenesis


Umumnya Mycobacterium tuberculosis menyerang paru dan sebagian
kecil organ tubuh lain. Kuman ini mempunyai sifat khusus, yakni tahan terhadap
asam pada pewarnaan, hal ini dipakai untuk identifikasi dahak secara
mikroskopis. Sehingga disebut sebagai Basil Tahan Asam (BTA). Mycobacterium
tuberculosis cepat mati dengan matahari langsung, tetapi dapat bertahan hidup
pada tempat yang gelap dan lembab. Dalam jaringan tubuh, kuman dapat dormant
(tertidur sampai beberapa tahun). TB timbul berdasarkan kemampuannya untuk
memperbanyak diri di dalam sel-sel fagosit. Sumber penularan adalah penderita

Laporan Praktikum Farmakoterapi | Tuberkulosis Page 3


TB BTA positif pada waktu batuk atau bersin, penderita menyebarkan kuman ke
udara dalam bentuk droplet (percikan dahak). Droplet yang mengandung kuman
dapat bertahan di udara pada suhu kamar selama beberapa jam. Orang dapat
terinfeksi kalau droplet tersebut terhirup kedalam saluran pernafasan. Jadi
penularan TB tidak terjadi melalui perlengkapan makan, baju, dan perlengkapan
tidur. Setelah kuman TB masuk ke dalam tubuh manusia melalui pernafasan,
kuman TB tersebut dapat menyebar dari paru kebagian tubuh lainnya, melalui
system peredaran darah, sistem saluran limfe, saluran nafas, atau penyebaran
langsung ke bagian-bagian tubuh lainnya. Daya penularan dari seorang penderita
ditentukan oleh banyaknya kuman yang dikeluarkan dari parunya. Makin tinggi
derajat positif hasil pemeriksaan dahak, makin menular penderita tersebut. Bila
hasil pemeriksaan dahak negatif (tidak terlihat kuman), maka penderita tersebut
dianggap tidak menular. Kemungkinan seseorang terinfeksi TB ditentukan oleh
konsentrasi droplet dalam udara dan lamanya menghirup udara tersebut.

C. Klasifikasi Penyakit dan Tipe Penderita


Penentuan klasifikasi penyakit dan tipe penderita tuberkulosis memerlukan
suatu definisi kasus yang memberikan batasan baku setiap klasifikasi dan tipe
penderita. Penentuan klasifikasi penyakit dan tipe penderita penting dilakukan
untuk menetapkan paduan OAT yang sesuai dan dilakukan sebelum pengobatan
dimulai. Ada empat hal yang perlu diperhatikan dalam menentukan definisi-kasus,
yaitu:
Organ tubuh yang sakit: paru atau ekstra paru;
Hasil pemeriksaan dahak secara mikroskopis langsung: BTA positif atau BTA
negatif;
Riwayat pengobatan sebelumnya: baru atau sudah pernah diobati;
Tingkat keparahan penyakit: ringan atau berat.
Berdasarkan tempat/organ yang diserang oleh kuman, maka tuberculosis
dibedakan menjadi Tuberkulosis Paru, Tuberkulosis Ekstra Paru.

Laporan Praktikum Farmakoterapi | Tuberkulosis Page 4


Tuberkulosis paru adalah tuberkulosis yang menyerang jaringan
parenchym paru, tidak termasuk pleura (selaput paru). Berdasarkan hasil
pemeriksaan dahak, TB Paru dibagi dalam:
1) Tuberkulosis Paru BTA Positif.
Sekurang-kurangnya 2 dari 3 spesimen dahak SPS hasilnya BTA positif.
1 spesimen dahak SPS hasilnya BTA positif dan foto rontgen dada
menunjukkan gambaran tuberkulosis aktif.
2) Tuberkulosis Paru BTA Negatif
Pemeriksaan 3 spesimen dahak SPS hasilnya BTA negatif dan foto rontgen
dada menunjukkan gambaran tuberkulosis aktif. TB Paru BTA Negatif Rontgen
Positif dibagi berdasarkan tingkat keparahan penyakitnya, yaitu bentuk berat dan
ringan. Bentuk berat bila gambaran foto rontgen dada memperlihatkan gambaran
kerusakan paru yang luas (misalnya proses "far advanced" atau millier), dan/atau
keadaan umum penderita buruk.
Tuberkulosis Ekstra Paru adalah tuberkulosis yang menyerang organ
tubuh lain selain paru, misalnya pleura, selaput otak, selaput jantung
(pericardium), kelenjar lymfe, tulang, persendian, kulit, usus, ginjal, saluran
kencing, alat kelamin, dan lain-lain. TB ekstra-paru dibagi berdasarkan pada
tingkat keparahan penyakitnya, yaitu:
1) TB Ekstra Paru Ringan
Misalnya: TB kelenjar limphe, pleuritis eksudativa unilateral, tulang
(kecuali tulang belakang), sendi, dan kelenjar adrenal.
2) TB Ekstra-Paru Berat
Misalnya: meningitis, millier, perikarditis, peritonitis, pleuritis eksudativa
duplex, TB tulang belakang, TB usus, TB saluran kencing dan alat kelamin.

D. Tanda dan Gejala-gejala Klinis


Gejala TB pada orang dewasa umumnya penderita mengalami batuk dan
berdahak terus-menerus selama 3 minggu atau lebih, batuk darah atau pernah
batuk darah. Adapun gejala-gejala lain dari TB pada orang dewasa adalah sesak

Laporan Praktikum Farmakoterapi | Tuberkulosis Page 5


nafas dan nyeri dada, badan lemah, nafsu makan dan berat badan menurun, rasa
kurang enak badan (malaise), berkeringat malam, walaupun tanpa kegiatan,
demam meriang lebih dari sebulan.

E. Diagnosis TB
Diagnosis TB Paru
Semua suspek TB diperiksa 3 spesimen dahak dalam waktu 2 hari, yaitu
sewaktu - pagi - sewaktu (SPS).
Diagnosis TB Paru pada orang dewasa ditegakkan dengan ditemukannya
kuman TB(BTA). Pada program TB nasional, penemuan BTA melalui
pemeriksaan dahak mikroskopis merupakan diagnosis utama. Pemeriksaan
lain seperti foto toraks, biakan dan uji kepekaan dapat digunakan sebagai
penunjang diagnosis sepanjang sesuai dengan indikasinya.
Tidak dibenarkan mendiagnosis TB hanya berdasarkan pemeriksaan foto
toraks saja. Foto toraks tidak selalu memberikan gambaran yang khas pada TB
paru, sehingga sering terjadi overdiagnosis.
Gambaran kelainan radiologik Paru tidak selalu menunjukkan aktifitas
penyakit.
Untuk lebih jelasnya lihat alur prosedur diagnostik untuk suspek TB paru.

Laporan Praktikum Farmakoterapi | Tuberkulosis Page 6


Diagnosis TB Ekstra Paru
Gejala dan keluhan tergantung organ yang terkena, misalnya kaku kuduk pada
Meningitis TB, nyeri dada pada TB pleura (Pleuritis), pembesaran kelenjar
limfe superfisialis pada limfadenitis TB dan deformitas tulang belakang
(gibbus) pada spondilitis TB dan lain-lainnya.
Diagnosis pasti sering sulit ditegakkan sedangkan diagnosis kerja dapat
ditegakkan berdasarkan gejala klinis TB yang kuat (presumtif) dengan
menyingkirkan kemungkinan penyakit lain. Ketepatan diagnosis tergantung
pada metode pengambilan bahan pemeriksaan dan ketersediaan alat-alat
diagnostik, misalnya uji mikrobiologi, patologi anatomi, serologi, foto toraks
dan lain-lain.

F. Terapi Non Farmakologi dan Farmakologi


Terapi nonfarmakologis
Sering berjemur dibawah sinar matahari pagi (pukul 6-8 pagi).
Memperbanyak istirahat (bedrest).
Diet sehat, dianjurkan mengkonsumsi banyak lemak dan vitamin A untuk
membentuk jaringan lemak baru dan meningkatkan sistem imun.
Menjaga sanitasi/kebersihan lingkungan sekitar tempat tinggal.
Menjaga sirkulasi udara di dalam rumah agar selalu berganti dengan udara
yang baru

Terapi Farmakologis
Tujuan pengobatan
Tujuan pengobatan tuberculosis adalah menyembuhkan penderita,
mencegah kematian, mencegah kekembuhan dan menurunkan tingkat penularan.

Laporan Praktikum Farmakoterapi | Tuberkulosis Page 7


Dalam pengobatan TB digunakan OAT dengan jenis, sifat dan dosis sebagaimana
pada :

Tabel 1. Jenis, sifat dan dosis OAT


Dosis yang direkomendasikan
Jenis OAT Sifat (mg/kg)
Harian 3 x seminggu
5 10
Isoniazid (INH) Bakterisid
(4-6) (8-12)
10 10
Rifampicin (R) Bakterisid
(8-12) (8-12)
25 35
Pyrazinamid Bakterisid
(20-30) (30-40)
15 15
Streptomycin (S) Bakterisid
(12-18) (12-18)
15 15
Ethambutol (E) bakteriostatik
(15-20) (20-35)

Saat ini juga diterapkan penggunaan OAT-FDC


Jenis-jenis tablet FDC dikelompokkan menjadi 2, yaitu: FDC untuk
dewasa dan FDC untuk anak-anak. Tablet FDC untuk dewasa terdiri tablet 4FDC
dan 2FDC. Tablet 4FDC mengandung 4 macam obat yaitu: 75 mg Isoniasid
(INH), 150 mg Rifampisin, 400 mg Pirazinamid, dan 275 mg Etambutol. Tablet
ini digunakan untuk pengobatan setiap hari dalam tahap intensif dan untuk
sisipan. Tablet 2 FDC mengandung 2 macam obat yaitu: 150 mg Isoniasid (INH)
dan 150 mg Rifampisin. Tablet ini digunakan untuk pengobatan intermiten 3 kali
seminggu dalam tahap lanjutan. Baik tablet 4FDC maupun tablet 2FDC
pemberiannya disesuaikan dengan berat badan pasien. Untuk melengkapi paduan
obat kategori II tersedia obat lain yaitu: tablet etambutol @400 mg dan
streptomisin injeksi (vial @750 mg).
Tablet FDC untu anak-anak terdiri dari tablet 3FDC dan 2FDC. Kedua
jenis tablet diberikan kepada pasien TB anak yang berusia 0 14 tahun. Tablet

Laporan Praktikum Farmakoterapi | Tuberkulosis Page 8


3FDC mengandung 3 macam obat antara lain: 30 mg INH, 60 mg Rifampisin, dan
150 mg Pirazinamid. Tablet ini digunakan untuk pengobatan setiap hari dalam
tahap intensif. Tablet 2FDC mengandung 2 macam obat yaitu: 30 mg INH dan
600 mg Rifampisin. Tablet ini digunakan untuk pengobatan setiap hari dalam
tahap lanjutan. Sama halnya dengan pemberian pada pasien dewasa, pemberian
jumlah FDC pada pasien anak juga disesuaikan dengan berat badan anak.
Dosis dan aturan pakai FDC disesuaikan dengan berat badan pasien.
Untuk pasien TB dewasa yang masuk dalam kategori I dapat dilihat pada tabel di
bawah ini.

Tahap Intensif tiap hari Tahap Lanjutan 3 kali


Berat Badan
selama 56 hari seminggu selama 16 minggu
30 37 kg 2 tablet 4FDC 2 tablet 2FDC
38 54 kg 3 tablet 4FDC 3 tablet 2FDC
55 70 kg 4 tablet 4FDC 4 tablet 2FDC
71 kg 5 tablet 4FDC 5 tablet 2FDC

Sedangkan untuk pasien TB dewasa yang masuk dalam kategori II, dosis dan
aturan pakai FDC yang harus diberikan yaitu:

Tahap Intensif tiap hari Tahap Lanjutan 3


Berat
kali seminggu
badan Selama 56 hari Selama 28 hari
selama 20 minggu
2 tab 4FDC
2 tab 2FDC + 2 tab
30 37 kg + 500 mg Streptomisin 2 tab 4FDC
Etambutol
Inj.
3 tab 4FDC + 750 mg 3 tab 2FDC + 3 tab
38 54 kg 3 tab 4FDC
Streptomisin Inj. Etambutol
4 tab 4FDC + 1000 mg 4 tab 2FDC + 4 tab
55 70 kg 4 tab 4FDC
Streptomisin Inj. Etambutol
5 tab 4FDC + 5 tab 2FDC + 5 tab
71 kg 5 tab 4FDC
Streptomisin Inj. Etambutol

Laporan Praktikum Farmakoterapi | Tuberkulosis Page 9


Bila pada akhir tahap intensif pengobatan pada pasien TB BTA positif tidak terjadi
konversi maka diberikan OAT sisipan berupa tablet 4FDC setiap hari selama 28
hari.
Dosis dan aturan pakai FDC untuk anak-anak yaitu:
Tahap Intensif tiap hari Tahap Lanjutan tiap hari
Berat Badan
selama 2 bulan selama 4 bulan
7 kg 1 tablet 3FDC 1 tablet 2FDC
8 9 kg 1,5 tablet 3FDC 1,5 tablet 2FDC
10 14 kg 2 tablet 3FDC 2 tablet 2FDC
15 19 kg 3 tablet 3FDC 3 tablet 2FDC
20 24 kg 4 tablet 3FDC 4 tablet 2FDC
25 29 kg 5 tablet 3FDC 5 tablet 2FDC

BAB III
METODOLOGI

A. Tanggal dan Waktu Praktikum

Tanggal : 26 November 2016

Waktu : Laboratorium Farmakoterapi Fakultas Farmasi dan Sains, Jurusan


Farmasi Universitas Muhammadiyah Prof. Dr. Hamka, Jakarta.

B. Judul Praktikum
Studi Kasus Infeksi Tuberkulosis
C. Resep dan Pertanyaan

Kasus

Seorang pasien laki-laki 30 tahun dating ke poli paru dengan keluhan


batuk berdahak sejak 2 bulan yang lalu disertai dengan penurunan berat badan.
Berat badan pasien diketahui 45kg dan tingi 160 cm. Dari pemeriksaan diketahui
pasien mengalami infeksi TB dan BTA(+). Kemudian dokter meresepkan obat
sebagai berikut.

Laporan Praktikum Farmakoterapi | Tuberkulosis Page 10


:
Resep
R/ Rifampicin 450 mg No VII

S 1 dd 1

R/ INH 300 mg No. VII

S 1 dd 1
R/R/Etambutol 500 500
Pyrazinamid mg No.XV
mg No. XV
SS1 2dddd1 1

R/ Ofloxacin 400 mg No. XV

S 1 dd 1

R/ Vitamin B6 No. VII

S 2 dd 1

R/ Curcuma No. VII

S 1 dd 1

Pertanyaan :

1. Berdasarkan terapi yang diperoleh pengobatan pasien berada pada pasien


apa?

2. Jelaskan DRP dari obat-obat yang diterima pasien dilihat dari ketepatan
obat, ketepatan dosis, lama pemberian obat, interaksi obat dan regimen!

3. Jelaskan pendapat anda tentang penggunaan vitamin b6, ofloxacin dan


Curcuma pada kasus diatas!

4. Lakukan tutorial konseling obat pada pasien TB tersebut!

Laporan Praktikum Farmakoterapi | Tuberkulosis Page 11


5. a.) Bagaimana Penatalaksanaan TB!

b.)Apa saja pemeriksaan penunjang yang diperlukan untuk penetapan


diagnose TB?

c.) Bagaimana aturan penggunaan kombipak dan FDC (Fixed Dose


Combination)?

BAB IV
PEMBAHASAN

1) Pasien beradalam fase inisial karena pasien belum pernah menderita TBC
sebelumnya dan regimen obat yang digunakan pasien menunjukan bahwa
pasien memperoleh kategori 1 fase intensif. (Pharmaceutical Care Untuk
Tuberkulosis, 2015)
2) DRP kasus diatas
a. Rifampisin 450 mg (Satu kali sehari) No VII
Tepat Obat : Tepat karena menurut DIH digunakan sebagai
salah satu regimen TB aktif.
Tepat Dosis : Tepat menurut DIH TB aktif diberikan dosis
sebesar 100mg/kg/hari. Dosis untuk pasien 45kg x
100mg/kg/hari = 450mg maka tepat dosis karena dalam resep
pasien memperoleh 450mg dalam sehari.
Regimen : Tepat karena digunakan sekali sehari dan menurut
Dipiro 2015 hal 2023 tepat regimen karena kasus diatas
termasuk fase inisial.
Lama Pemberian : Tidak karena seharusnya pasien memperoleh
terapi selama 2 bulan karena pasien termasuk dalam fase
intensif. Sedangkan dalam resep hanya dapat digunakan 7 hari
saja.

Laporan Praktikum Farmakoterapi | Tuberkulosis Page 12


b. INH 300mg (Satu kali sehari) No. VII
Tepat Obat : Tepat, menurut DIH INH termasuk regimen untuk
TB aktif maka tepat obat.
Tepat Dosis Tepat menurut DIH dosis untuk INH 300mg/hri
dan dalam resep pasien memperoleh 300mg perhari.
Tepat Regimen : Tepat karena dalam sehari diberikan satu kali
sehari dan menurut Dipiro 2015 hal 2023 tepat regimen karena
kasus diatas termasuk fase inisial.
Lama Pemberian : Tidak karena seharusnya pasien memperoleh
terapi selama 2 bulan karena pasien termasuk dalam fase
intensif. Sedangkan dalam resep hanya dapat digunakan 7 hari
saja.
c. Pyrazinamid 500mg (Satu kali sehari) No. XV
Tepat Obat : Tepat karena menurut DIN pyrazinamid termasuk
regimen untuk TB aktif.
Tepat Dosis : Tidak tepat dosis karena Menurut DIH dosis
untuk TB berdasarkan berat badan 15-30mg/kg/hari. Sehingga
dosis yang diperlukan jika berat badan pasien adalah 45kg
maka dosis Pyrazinamid dalam sehari 15mg/kg x 45 kg =
675mg, 30mg/kg x 45mg = 1350mg. maka range dosis untuk
pasien aalah 675mg- 1350mg/hari. Sedangkan pasien hanya
memperoleh 5oomg/hari maka under dose.
Tepat Regimen : Tepat karena dalam sehari diberikan satu kali
sehari dan menurut Dipiro 2015 hal 2023 tepat regimen karena
kasus diatas termasuk fase inisial.
Lama Pemberian : Tidak tepat Tidak karena seharusnya pasien
memperoleh terapi selama 2 bulan karena pasien termasuk
dalam fase intensif. Sedangkan dalam resep hanya dapat
digunakan 15 hari saja.
d. Ethambutol 500mg (Satu kali sehari) No.XV
Tepat Obat : Tepat karena menurut DIH etambutol termasuk
firstline regimen untuk TB.

Laporan Praktikum Farmakoterapi | Tuberkulosis Page 13


Tepat Dosis : Tidak tepat karena menurut DIH dosis untuk TB
berdasarkan BB 15-30mg/kg/hari. Sehingga dosis yang
diperlukan jika berat badan pasien adalah 45kg maka dosis
Pyrazinamid dalam sehari 15mg/kg x 45 kg = 675mg,
30mg/kg x 45mg = 1350mg. maka range dosis untuk pasien
aalah 675mg- 1350mg/hari. Sedangkan pasien hanya
memperoleh 5oomg/hari maka under dose.
Tepat Regimen : Tepat menurut Dipiro 2015 halaman 2023
karena kasus diatas termasuk TB fase inisial.
Lama Pemberian : Tepat
e. Ofloxacin 400mg (Satu kali sehari) No.XV
Tepat obat : Tidak tepat karena menurut Dipiro 2015 hal 2026
digunakan sebagai golongan quinolon yang merupakan
secondline untuk kasus gagal pengobatan TBC atau resisten.
Sedangkan padsa kasus ini pasien termasuk pasien baru dan
harus memakai lini pertama.
Tepat Dosis : Tidak Tepat
Tepat Regimen : Tidak Tepat
Lama Pemberian : Tidak Tepat

f. Vitamin B6 (Satu Klai Sehari) No. VII


Tepat Obat : Tepat karena menurut DIH digunakan untuk
mengatasi simptom neuritis. Karena INH dapat menyebabkan
dan neuritis. Selain itu penggunaan INH juga dapat
menyebabkan defisiensi vitamin B6.
Tepat Dosis : Tepat
Tepat Regimen : Tepat
Lama pemberian : Tepat sesuai dengan lama pemberian
isoniazid sehingga dapat mengatasi simptom neuritis selama
INH digunakan.

g. Curcuma (satu kali sehari) No VII


Tepat Obat : Tepat untuk mengatasi efek samping hepatotokisk
yang disebabkan oleh penggunaan INH dan Rifampisin maka

Laporan Praktikum Farmakoterapi | Tuberkulosis Page 14


curcuma sebagai hepatoprotektor dan untuk menngkatkan nafsu
makan.
Tepat Dosis : Tepat
Tepat regimen : Tepat
Lama Pemberian : Tepat sesuia dengan lama pemberian INH
dan rifampisin.
3) A.Penggunaan Vitamin B6 dalam kasusu ini bertujuan untuk mengatasi
neuriris perifer karena penggunaan INH dapat menyebabkan neuritis
perifer karena terjadinya defisiensi vitamin B6.
B. Penggunaan curcuma pada kasus ini sebagai hepetoprotektor
disebabkan INH dan rifampisin merupakan obat yang termasuk asetilator
cepat sehingga jika digunakan jangka panjang dapat menyebabkan
hepatotoksik.
C. Penggunaan Ofloxacin pada kasus ini tidak tepat karena pasien diatas
termasuk pasien yang mengalami inisial fase karena pasien baru pertama
kali terkena TB, sehingga hanya perlu menggunakan first-line. Sedangkan
ofloxacin ,enurut Dipiro 2015 hanya digunakan apabila pasien mengalami
kegagalan terapi sebelumnya atau terjadinya resistensi.

4) Poin yang perlu untuk dikonselingkan kepada pasien terkait obat-


obatan diatas adalah:
Memberikan informasi mengenai indikasi, dosis, efek samping dan aturan
pakai obat kepada pasien.
Pada penggunaan obat rifampicin dalam resep cara pakai obat dalam satu hari
satu tablet, lebih baik diminum pada malam hari pada saat sebelum tidur
karena rifampicin memiliki efek samping ringan berupa tidak nafsu makan,
mual, sakit perut. Efek samping ringan yang lainnya berupa warna kemerahan
pada air seni (urine) sehingga tidak perlu diberikan apa-apa pada pasien, tetapi
hanya perlu dijelaskan kepada pasien terkait efek samping yang akan muncul.
Rifampicin juga memiliki efek samping yang berat yaitu terjadi purpura dan
renjatan (syok) sehingga perlu penghentian dosis ini dan perlu konsultasi ke

Laporan Praktikum Farmakoterapi | Tuberkulosis Page 15


dokter kembali mengenai penanganan terapi yang akan diberikan untuk
pengobatan sebelumnya, namun perlu dijelaskan kembali kepada pasien bahwa
tidak semua pasien mengalami efek samping yang berat.
Pada obat INH (isoniazid) yang diresepkan dapat terjadi efek samping ringan
yaitu kesemutan sampai dengan rasa terbakar di kaki sehingga perlu diberikan
tambahan vitamin B6 (piridoxin) 100 mg per hari.
Perlu dijelaskan kepada pasien bahwa obat TB yang diberikan ini harus
dihabiskan agar tercapainya terapi yang diharapkan dan untuk mencegah
terjadinya resistensi obat dan perlu dilakukan monitoring dalam terapi
pengobatan tuberkulosis.
Kepatuhan pasien dalam minum obat juga dapat mempengaruhi keberhasilan
terapi pengobatan tuberkulosis.

5) A. Penatalaksanaan TB :
Pengobatan TB menggunakan obat anti tuberkulosis (OAT) harus adekuat dan
minimal 6 bulan. Setiap Negara harus mempunyai pedoman dalam
pengobatan TB yang disebut National Tuberculosis Programme (Program
Pemberantasan TB). Prinsip pengobatan TB adalah menggunakan multidrugs
regimen. Hal ini bertujuan untuk mencegah terjadinya resistensi basil TB
terhadap obat. OAT dibagi dalam dua golongan besar, yaitu obat lini pertama
dan obat lini kedua.
Obat lini pertama (utama) adalah isonoazid (H), etambutol (E), pirazinamid
(Z), rifampisin (R), sedangkan yang termasuk obat lini kedua adalah
etionamide, sikloserin, amikasin, kanamisin kapreomisin, klofazimin dan
lain-lain yang hanya dipakai pada pasien HIV yang terinfeksi dan mengalami
multidrug resistant (MDR).
Dosis yang dianjurkan oleh International Union Against Tuberculosis (IUAT)
adalah dosis pemberian setiap hari dan dosis pemberian intermitten. Perlu
diingat bahwa dosis pemberian setiap hari berbeda dengan dosis intermitten
yang lebih lama berkisar 3 hari 1 kali [Tabel 2.1]. Setiap obat memiliki efek
samping tertentu begitu juga dengan OAT, maka harus diperhatikan cara
penanganannya [Tabel 2.2].

Laporan Praktikum Farmakoterapi | Tuberkulosis Page 16


Tabel 2.1. Dosis Obat Anti Tuberkulosis Paru

Dosis yang direkomendasikan


Dosis Pemberian Setiap
Dosis Pemberian Intermittern
Nama Obat Hari
Maksimum
mg/kgBB (mg) mg/kgBB Maksimum (mg)

Isoniazid (H) 5 mg 300 mg 15 mg 750 mg (1 minggu 2X)


Rifampisin (R) 10 mg 600 mg 15 mg 600 mg (1 minggu 2X)
Pirazinamid (Z) 35 mg 2500 mg 50 mg
Streptomisin(S) 15-20 mg 750-1000 mg 15-20 mg 750.1000
Etambutol (E) 15-25 mg 1800 mg

Tabel 2.2. Efek Samping Obat Anti Tuberkulosis


Efek samping Penyebab Tatalaksana
MINOR OBAT DITERUSKAN
Tidak nafsu makan, mual, Obat diminum malam
Rifampisin
sakit perut sebelum makan
Nyeri sendi Pirazinamid Beri aspirin/Allopurinol
Kesemutan sd rasa terbakar Beri vitamin B6 (piridoksin)
INH
dikaki 1 x 100 mg perhari
Warna kemerahan pada air Beri penjelasan, tidak perlu
Rifampisin
seni diberi apa-apa
MAYOR HENTIKAN OBAT
Gatal dan kemerahan pada Beri antihistamin dan
Semua jenis
kulit dievaluasi
OAT Ketat
TULI Streptomisin Streptomisin dihentikan
Gangguan keseimbangan
Streptomisin Streptomisin dihentikan
(vertigo dan nistagmus)
Ikterik / hepatitis imbas otot Sebagian besar OAT Hentikan semua OAT sampai

Laporan Praktikum Farmakoterapi | Tuberkulosis Page 17


ikterik menghilang dan boleh
(penyebab lain disingkirkan)
diberikan hepatoprotektor
Hentikan semua OAT dan
Muntah dan confusion Sebagian besar OAT
lakukan uji fungsi hati
Gangguan penglihatan Etambutol Hentikan etambutol
Kelainan sistemik, termasuk
Rifampisin Hentikan rifampisin
syok dan purpura

B.Pemeriksaan penunjang TB :
Salah satu masalah dalam mendiagnosis pasti tuberkulosis adalah lamanya
waktu yang dibutuhkan untuk pembiakan kuman tuberkulosis secara
konvensional. Dalam perkembangan kini ada beberapa teknik baru yang dapat
mengidentifikasi kuman tuberkulosis secara lebih cepat.
1. Polymerase chain reaction (PCR):
Pemeriksaan PCR adalah teknologi canggih yang dapat mendeteksi DNA,
termasuk DNA M. tuberculosis. Salah satu masalah dalam pelaksanaan teknik ini
adalah kemungkinan kontaminasi. Cara pemeriksaan ini telah cukup banyak
dipakai, kendati masih memerlukan ketelitian dalam pelaksanaannya. Hasil
pemeriksaan PCR dapat membantu untuk menegakkan diagnosis sepanjang
pemeriksaan tersebut dikerjakan dengan cara yang benar dan sesuai standar.
Apabila hasil pemeriksaan PCR positif sedangkan data lain tidak ada yang
menunjang kearah diagnosis TB, maka hasil tersebut tidak dapat dipakai sebagai
pegangan untuk diagnosis TB ?
Pada pemeriksaan deteksi M.tb tersebut diatas, bahan/spesimen
pemeriksaan dapat berasal dari paru maupun luar paru sesuai dengan organ yang
terlibat.
2. Pemeriksaan serologi, dengan berbagai metoda antara lain :
a. Enzym linked immunosorbent assay (ELISA)
Teknik ini merupakan salah satu uji serologi yang dapat mendeteksi respon
humoral berupa proses antigen-antibodi yang terjadi. Beberapa masalah dalam

Laporan Praktikum Farmakoterapi | Tuberkulosis Page 18


teknik ini antara lain adalah kemungkinan antibodi menetap dalam waktu yang
cukup lama.
b. Mycodot
Uji ini mendeteksi antibodi antimikobakterial di dalam tubuh manusia.
Uji ini menggunakan antigen lipoarabinomannan (LAM) yang direkatkan pada
suatu alat yang berbentuk sisir plastik. Sisir plastik ini kemudian dicelupkan ke
dalam serum penderita, dan bila di dalam serum tersebut terdapat antibodi spesifik
anti LAM dalam jumlah yang memadai yang sesuai dengan aktiviti penyakit,
maka akan timbul perubahan warna pada sisir yang dapat dideteksi dengan
mudah.
c. Uji peroksidase anti peroksidase (PAP)
Uji ini merupakan salah satu jenis uji yang mendeteksi reaksi serologi
yang terjadi.
d.ICT
Uji Immunochromatographic tuberculosis (ICT tuberculosis) adalah uji
serologik untuk mendeteksi antibodi M.tuberculosis dalam serum. Uji ICT
tuberculosis merupakan uji diagnostik TB yang menggunakan 5 antigen spesifik
yang berasal dari membran sitoplasma M.tuberculosis, diantaranya antigen M.tb
38 kDa. Ke 5 antigen tersebut diendapkan dalam bentuk 4 garis melintang pada
membran immunokromatografik (2 antigen diantaranya digabung dalam 1 garis)
dismaping garis kontrol. Serum yang akandiperiksa sebanyak 30 l diteteskan ke
bantalan warna biru, kemudian serum akan berdifusi melewati garis antigen.
Apabila serum mengandung antibodi Ig G terhadap M. tuberculosis, maka
antibodi akan berikatan dengan antigen dan membentuk garis warna merah muda.
Uji dinyatakan positif bila setelah 15 menit terbentuk garis kontrol dan minimal
satu dari empat garis antigen pada membran.
Dalam menginterpretasi hasil pemeriksaan serologi yang diperoleh, para
klinisi harus hati hati karena banyak variabel yang mempengaruhi kadar antibodi
yang terdeteksi. Saat ini pemeriksaan serologi belum bisa dipakai sebagai
pegangan untuk diagnosis.

Laporan Praktikum Farmakoterapi | Tuberkulosis Page 19


3. Pemeriksaan BACTEC
Dasar teknik pemeriksaan biakan dengan BACTEC ini adalah metode
radiometrik. M. tuberculosis memetabolisme asam lemak yang kemudian
menghasilkan CO2 yang akan dideteksi growth indexnya oleh mesin ini. Sistem
ini dapat menjadi salah satu alternatif pemeriksaan biakan secara cepat untuk
membantu menegakkan diagnosis.

4. Pemeriksaan Cairan Pleura


Pemeriksaan analisis cairan pleura & uji Rivalta cairan pleura perlu
dilakukan pada penderita efusi pleura untuk membantu menegakkan diagnosis.
Interpretasi hasil analisis yang mendukung diagnosis tuberkulosis adalah uji
Rivalta positif dan kesan cairan eksudat, serta pada analisis cairan pleura terdapat
sel limfosit dominan dan glukosa rendah.

5. Pemeriksaan histopatologi jaringan


Bahan histopatologi jaringan dapat diperoleh melalui biopsi paru dengan
trans bronchial lung biopsy (TBLB), transthoracal biopsy (TTB), biopsi paru
terbuka, biopsi pleura, biopsi kelenjar getah bening dan biopsi organ lain diluar
paru. Dapat pula dilakukan biopsi aspirasi dengan jarum halus (BJH =biopsi
jarum halus). Pemeriksaan biopsi dilakukan untuk membantu menegakkan
diagnosis, terutama pada tuberkulosis ekstra paru Diagnosis pasti infeksi TB
didapatkan bila pemeriksaan histopatologi pada jaringan paru atau jaringan diluar
paru memberikan hasil berupa granuloma dengan perkejuan.

6. Pemeriksaan darah
Hasil pemeriksaan darah rutin kurang menunjukkan indikator yang
spesifik untuk tuberkulosis. Laju endap darah (LED) jam pertama dan kedua
sangat dibutuhkan. Data ini sangat penting sebagai indikator tingkat kestabilan
keadaan nilai keseimbangan biologik penderita, sehingga dapat digunakan untuk
salah satu respon terhadap pengobatan penderita serta kemungkinan sebagai

Laporan Praktikum Farmakoterapi | Tuberkulosis Page 20


predeteksi tingkat penyembuhan penderita. Demikian pula kadar limfosit bisa
menggambarkan biologik/daya tahan tubuh penderida, yaitu dalam keadaan
supresi / tidak. LED sering meningkat pada proses aktif, tetapi laju endap darah
yang normal tidak menyingkirkan tuberkulosis. Limfositpun kurang spesifik.

Uji tuberkulin
Pemeriksaan ini sangat berarti dalam usaha mendeteksi infeksi TB di
daerah dengan prevalensi tuberkulosis rendah. Di Indonesia dengan prevalensi
tuberkulosis yang tinggi, pemeriksaan uji tuberkulin sebagai alat bantu diagnostik
kurang berarti, apalagi pada orang dewasa. Uji ini akan mempunyai makna bila
didapatkan konversi dari uji yang dilakukan satu bulan sebelumnya atau apabila
kepositifan dari uji yang didapat besar sekali atau bula.
Pada pleuritis tuberkulosa uji tuberkulin kadang negatif, terutama pada
malnutrisi dan infeksi HIV. Jika awalnya negatif mungkin dapat menjadi positif
jika diulang 1 bulan kemudian.
Sebenarnya secara tidak langsung reaksi yang ditimbulkan hanya
menunjukkan gambaran reaksi tubuh yang analog dengan ; a) reaksi peradangan
dari lesi yang beradapada target organ yang terkena infeksi atau b) status respon
imunindividu yang tersedia bila menghadapi agent dari basil tahan asam yang
bersangkutan (M.tuberculosis).

C).Aturan penggunaan atau dosis pada sediaan kombipak dan FDC


(Fixed Dose Combination) pada dewasa dan anak-anak menurut
DEPKES RI :
Kombinasi Dosis Tetap (OAT-KDT), sedangkan kategori anak sementara
ini disediakan dalam bentuk OAT kombipak. Tablet OAT KDT ini terdiri dari
kombinasi 2 atau 4 jenis obat dalam satu tablet. Dosisnya disesuaikan dengan
berat badan pasien. Paduan ini dikemas dalam satu paket untuk satu pasien.

Laporan Praktikum Farmakoterapi | Tuberkulosis Page 21


Paket Kombipak adalah paket obat lepas yang terdiri dari Isoniasid,
Rifampisin, Pirazinamid dan Etambutol yang dikemas dalam bentuk blister.
Paduan OAT ini disediakan program untuk digunakan dalam pengobatan
pasien yang mengalami efek samping OAT KDT. Paduan Obat Anti TB (OAT)
disediakan dalam bentuk paket, dengan tujuan untuk memudahkan pemberian
obat dan menjamin kelangsungan (kontinuitas) pengobatan sampai selesai. Satu
(1) paket untuk satu (1) pasien dalam satu (1) masa pengobatan.
Kombinasi Dosis Tetap (KDT) mempunyai beberapa keuntungan
dalam pengobatan
TB:
Dosis obat dapat disesuaikan dengan berat badan sehingga menjamin
efektifitas obat dan mengurangi efek samping.
Mencegah penggunaan obat tunggal sehinga menurunkan resiko
terjadinya resistensi obat ganda dan mengurangi kesalahan penulisan
resep.
Jumlah tablet yang ditelan jauh lebih sedikit sehingga pemberian obat
menjadi sederhana dan meningkatkan kepatuhan pasien.

Paduan OAT dan peruntukannya :


1. Kategori-1
Paduan OAT ini diberikan untuk pasien baru:
Pasien baru TB paru BTA positif.
Pasien TB paru BTA negatif foto toraks positif
Pasien TB ekstra paru
Dosis yang digunakan untuk paduan OAT KDT Kategori 1: 2(HRZE)/4(HR)3
sebagaimana dalam Tabel 2.
Tabel 2. Dosis paduan OAT KDT Kategori 1

Laporan Praktikum Farmakoterapi | Tuberkulosis Page 22


Dosis yang digunakan untuk paduan OAT Kombipak Kategori 1: 2HRZE/ 4H3R3
sebagaimana dalam Tabel 3.
Tabel 3 Dosis paduan OAT Kombipak Kategori 1

2. Kategori -2
Paduan OAT ini diberikan untuk pasien BTA positif yang telah diobati
sebelumnya:
Pasien kambuh
Pasien gagal
Pasien dengan pengobatan setelah putus berobat (default)

Dosis yang digunakan untuk paduan OAT KDT Kategori 2: 2(HRZE)S/(HRZE)/


5(HR)3E3 sebagaimana dalam Tabel 4.
Tabel 4. Dosis paduan OAT KDT Kategori 2

Laporan Praktikum Farmakoterapi | Tuberkulosis Page 23


Dosis yang digunakan untuk paduan OAT Kombipak Kategori 2: 2HRZES/
HRZE/5H3R3E3) sebagaimana dalam Tabel 5.
Tabel 5. Dosis paduan OAT Kombipak Kategori 2

Catatan:
Untuk pasien yang berumur 60 tahun ke atas dosis maksimal untuk
streptomisin adalah 500 mg tanpa memperhatikan berat badan.
Untuk perempuan hamil lihat pengobatan TB dalam keadaan khusus.
Cara melarutkan streptomisin vial 1 gram yaitu dengan menambahkan
aqua bidest sebanyak 3,7ml sehingga menjadi 4ml. (1ml = 250mg).
3. OAT Sisipan (HRZE)

Laporan Praktikum Farmakoterapi | Tuberkulosis Page 24


Paduan OAT ini diberikan kepada pasien BTA positif yang pada akhir
pengobatan intensif masih tetap BTA positif. Paket sisipan KDT adalah sama
seperti paduan paket untuk tahap intensif kategori 1 yang diberikan selama
sebulan (28 hari) sebagaimana dalam Tabel 6.
Tabel 6. Dosis KDT Sisipan : (HRZE)

Paket sisipan Kombipak adalah sama seperti paduan paket untuk tahap intensif
kategori 1 yang diberikan selama sebulan (28 hari) sebagaimana dalam Tabel 7.
Tabel 7. Dosis OAT Kombipak Sisipan : HRZE

Penggunaan OAT lapis kedua misalnya golongan aminoglikosida


(misalnya kanamisin) dan golongan kuinolon tidak dianjurkan diberikan kepada
pasien baru tanpa indikasi yang jelas karena potensi obat tersebut jauh lebih
rendah daripada OAT lapis pertama. Disamping itu dapat juga meningkatkan
terjadinya risiko resistensi pada OAT lapis kedua.

Laporan Praktikum Farmakoterapi | Tuberkulosis Page 25


BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan
Tuberkulosis adalah suatu penyakit menular yang paling sering (sekitar
80%) terjadi di paru-paru. Penyebabnya adalah suatu basil gram positif tahan
asam dengan pertumbuhan sangat lambat yaitu Mycobacterium tuberculosis.
Biasanya penyakit ini dapat ditularkan melalui inhalasi percikan ludah (droplet),
dari satu individu ke individu lainnya, dan membentuk kolonisasi di bronkiolus
atau alveolus. Bakteri ini juga dapat masuk ke tubuh melalui saluran cerna,
melalui ingesti susu tercemar yang tidak dipasteurisasi, atau kadang-kadang
melalui lesi kulit. Bakteri ini merupakan bakteri basil yang sangat kuat sehingga
memerlukan waktu lama untuk mengobatinya.

B. Saran
Dalam pembuatan laporan kelompok ini masih jauh dari sempurna. Untuk
penyakit Tuberkulosis perlu dilihat dari tujuan pengobatannya sehingga dalam
pemberian obat TB yang dikombinasikan dengan penggunaan kontrasepsi perlu
pencegahan, sebab akan menimbulkan efek samping. Sehingga pencegahan yang

Laporan Praktikum Farmakoterapi | Tuberkulosis Page 26


dilakukan yaitu meningkatkan dosis kontrasepsi oral dan dapat melakukan jarak
pemberian obat-obat TB dengan kontrasepsi oral. Oleh karena itu meminta kritik
dan saran yang membangun dari dosen pengkoreksi. Semoga laporan yang kami
buat dapat bermanfaat.

DAFTAR PUSTAKA

Aberg JA, Lacy CF, Amstrong LL, Goldman MP, and Lance LL. 2009. E-book
Drug Information Handbook. 17th ed. Lexi-Comp for the American
Pharmacists Association

Anonim. 2008. www.digilib.unimus.ac.id/files/disk1/129/jptunimus-gdl-


septiaputr-6402-3-bab2ti-a.pdf. Diakses 15 Oktober 2014

Anonim. 2010. Informasi Spesialite Obat Indonesia. Volume 46. Jakarta: Ikatan
Sarjana Farmasi Indonesia

Anonim.2014.www.binfar.kemkes.go.id/v2/wpcontent/uploads/2014/02/PC_TB.p
df. Diakses 16 Oktober 2014

Baxter K. 2010. E-book Stockleys Drug Interaction. 9th ed. United States of
America: Pharmaceutical Press

Dipiro JT, Talbert RL, Yee GC, Matzke GR, Wells BG, and Posey L. 2008. E-
book Pharmacotherapy: A Pathophysiologic Approach. 7th ed. Mc-Graw
Hill. Page 1105

McEvoy GK. 2011. E-book AHFS Drug Information. Bethesda: American


Society of Health System Pharmacists

Laporan Praktikum Farmakoterapi | Tuberkulosis Page 27


Pramudianto A dan Evaria. 2009. MIMS Indonesia Petunjuk Konsultasi. Edisi 9.
Jakarta: PT. Buana Ilmu Popule

Laporan Praktikum Farmakoterapi | Tuberkulosis Page 28

Anda mungkin juga menyukai