SKRIPSI
YOMI FERNANDO
0706263561
SKRIPSI
Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana sains
YOMI FERNANDO
0706263561
Puji syukur kehadirat Allah Yang Maha Esa, hanya karena kasih dan karunia-Nya
penulis dapat menyelesaikan penelitian dan penulisan skripsi ini. Penulisan skripsi ini
dilakukan dalam rangka memenuhi salah satu syarat untuk mencapai gelar Sarjana Sains
Departemen Kimia pada Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas
Indonesia. Saya menyadari bahwa, tanpa bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak, dari
masa perkuliahan sampai pada penyusunan skripsi ini, sangatlah sulit bagi saya untuk
menyelesaikan skripsi ini. Oleh karena itu, saya mengucapkan terima kasih kepada:
(1) Dr. Ridla Bakri, M.Phil selaku Ketua Departemen Kimia FMIPA Universitas
Indonesia yang bisa menjadi pemimpin, orang tua sekaligus sahabat bagi saya di
Departemen Kimia.
(2) Dra. Yusniati M.si, selaku pembimbing I yang telah menyediakan waktu, tenaga,
pikiran dan jiwa untuk mengarahkan saya dalam penyusunan skripsi ini.
(3) Dra. Tresye Utari M.Si, selaku dosen pembimbing II yang telah menyediakan
waktu, tenaga, dan pikiran untuk mengarahkan saya dalam penyusunan skripsi ini.
(4) Dr. Endang Saepudin Ph.D selaku pembimbing akademis yang selalu memberikan
banyak masukan dan bimbingan.
(5) Emak, Bapak dan Keluarga yang selalu memberikan roh dan jiwa untuk
menyelesaikan tugas ini.
(6) Bapak Usman Lasibunga dan Ibu Sri Mujiati yang memberikan masukan, ilmu
dan kesempatan untuk melakukan penelitian di Pertamina RnD Pulogadung.
(7) Bapak dan Ibu Dosen Departemen Kimia FMIPA Universitas Indonesia yang
telah memberi bekal ilmu dan pemahaman yang sangat berguna bagi penulis.
(8) Sahabat sekampung semimpi dan seperjuangan Andika Putra, Zeski Phagra dan
Dika Alrahman yang sangat membantu selama penelitian ini.
(9) Narimaningsih, Agus permana, Paulina tiffani, dita, Fety habsari, mega dwiariani,
anggi dan togu yang sangat membantu dalam proses pelaksaan penelitian ini di
RnD Pertamina Pulogadung .
vi
(11) Terima kasih kepada printer Canon iP2770 punya echi dan ASUS "Inspiring
Innovation Persistent Perfection" berperan aktif dalam menyelesaikan penelitian
ini.
(12) Tyas, Mega, Evi, Ina dan teman-teman 2007 yang membantu dalam memberikan
ide pada penelitian ini.
(13) Rara, ares dan Maris yang telah berjuang datang pagi untuk membantu presentasi
seminar penelitian.
(13) Teman teman dari Asgard Tio, ketua Widi, Ibu dan Bapak Nyoto, tri mas getir
(Dipta, lugie dan Ilham) yang sangat membantu pada proses perkuliahan dan
proses kehidupan di depok.
(14) Pak Mardji, Pak Hadi, Pak Kiri, Pak Amin yang sangat membantu dalam proses
penelitian dan birokrasi di Departemen Kimia.
(15) Bapak Sutrisno Babe Perpustakaan, Mbak Ina, Mbak Cucu, Mbak Tri, Mbak
Emma, dan seluruh staf Departemen Kimia FMIPA Universitas Indonesia.
Akhir kata, saya berharap segala kebaikan dari semua pihak yang telah
membantu dibalas oleh Allah SWT. Semoga skripsi ini dapat membawa manfaat bagi
pengembangan ilmu.
Penulis
vii
Pada penelitian ini diformulasikan demulsifier untuk destabilisasi emulsi crude oil
Jatibarang, agar diperoleh nilai % basic sediment and water (%BS&W) kecil dari
0,5 %. Karakterisasi fisik (Densitas, Spesific gravity, API gravity, pour point, dan
viskositas kinematik) menunjukkan bahwa crude oil Jatibarang adalah heavy crude
oil. Karakterisasi kimia didapatkan asphaltene content adalah 10,263 % (w/w), nilai
% BS&W 59,8 % dan emulsi yang sangat stabil dengan jenis emulsi air dalam
minyak W/O. Seleksi demulsifier didapatkan 3 demulsifier terbaik yaitu, EO PO
kopolimer blok RSN 15,5, triol Polyeter EO PO kopolimer blok RSN 9,4 dan tetrol
polyether EO PO kopolimer blok RSN 11. Campuran 2 demulsifier terbaik adalah
triol polieter EO PO kopolimer blok RSN 9,4 dan tetrol polieter EO PO kopolimer
blok RSN 11. Campuran 3 demulsifier diperoleh formula Mix 29-3 dengan
perbandingan komposisi 60:20:20 (triol polieter EO PO kopolimer blok RSN 9,4 :
tetrol polieter EO PO kopolimer blok RSN 11: EO PO kopolimer blok RSN 15,5),
volume injeksi pada 60 L/100 mL, suhu pemisahan optimal 80 C dengan toluen
sebagai pelarut dan pada pH 7 sebagai kondisi optimal untuk memisahkan air dalam
minyak hingga didapatkan nilai %BS&W 0,5 %. Pada beberapa formulasi ini bisa
menurunkan nilai BS&W crude oil Jatibarang dari 59,8 % hingga 0,2 %.
viii
ix
HALAMAN JUDUL....................................................................... i
HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS........................ .. iii
HALAMAN PENGESAHAN...................................................... .. iv
HALAMAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH v
KATA PENGANTAR................................................. ................... vi
ABSTRAK................................................................ ...................... viii
DAFTAR ISI......................................................... ......................... x
DAFTAR GAMBAR........................................... ........................... xii
DAFTAR TABEL........................................................................... xiii
DAFTAR LAMPIRAN........................................................... ....... xiv
BAB 1 PENDAHULUAN............................................................... 1
1.1 Latar Belakang............................ .............................. 1
1.2 Perumusan Masalah...................................................... 2
1.3 Hipotesis Penelitian...................................................... 2
1.4 Tujuan Penelitian......................................................... 2
xi
xii
xiii
xiv
Pemisahan air dari emulsi minyak mentah dapat dilakukan dengan metode
mekanik, termal, elektrik dan proses kimiawi (Grace, 1992). Diantara keempat
metode tersebut, perlakuan secara kimiawi menggunakan demulsifier dapat
menghasilkan efisiensi pemisahan yang paling baik dibandingkan metode lainnya.
Oleh karena itu metode secara kimia banyak diaplikasikan di Industri. Dengan
mengintegrasikan beberapa metode, seperti metode pemisahan secara kimia
dikombinasikan dengan metode termal dapat meningkatkan efisiensi pemisahan
air pada minyak mentah (Schramm, 2010). Penelitian sebelumnya telah
dikembangkan surfaktan nonionik berbasiskan gugus etilen oksida dan propilen
oksida, yaitu kopolimer blok pada EO PO sebagai demulsier yang telah
menunjukkan hasil pemisahan air yang signifikan.
Penelitian lain mengemukakan bahwa efisiensi demulsifikasi oleh
demulsifier berbasis surfaktan non ionik berbanding lurus dengan nilai
hydrophilic-lipophilic balance (HLB) surfaktan (Cooper et al, 1980; Averyard et
al, 1983; Wu et al, 2003), dimana nilai HLB berkorelasi dengan nilai relative
solubility number (RSN). Surfaktan yang paling baik untuk memecah emulsi air
1 Universitas Indonesia
Formulasi demulsifier..., Yomi Fernando, FMIPA UI, 2012
2
dalam minyak adalah surfaktan yang memilki sifat hidrofilisitas yang tidak terlalu
besar dan konsentrasi yang tidak terlalu sedikit (Rondon et al, 2006).
Universitas Indonesia
Formulasi demulsifier..., Yomi Fernando, FMIPA UI, 2012
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
Crude oil atau minyak mentah terdiri dari campuran molekul hidrokarbon mulai dari
rantai C1 sampai dengan C60. Molekul hidrokarbon rantai C1 sampai C4 berupa fasa gas,
rantai C5 sampai C19 cair, dan C19 sampai C60 padat. Senyawa selain hidrokarbon yang
terdapat dalam crude oil adalah sulfur, nitrogen, oksigen, trace metal (Ni, Fe, V, Hg, As, Ag,
Al, Ca, Cd, Cr, Cu, Fe, K, Mg, Mn, Na, Ni, Pb, Sn, Zn Cu, dan Si), kaolinite, montmorillonite
, garam (NaCl, MgCl2, CaCl2, KCl, MgCl2.6H2O,) dan CO2. Umumnya persentase atom di
dalam crude oil tersusun atas 83-87% karbon, 11-15% hidrogen, nitrogen 0,1-2%, oksigen
0,05-1,5 %, dan logam 0,05-6.0 % ( Speight. 1999).
3 Universitas Indonesia
Formulasi demulsifier..., Yomi Fernando, FMIPA UI, 2012
4
Universitas Indonesia
Formulasi demulsifier..., Yomi Fernando, FMIPA UI, 2012
5
didalam crude oil dapat bersifat sebagai emulsifier alami sehingga dapat
membentuk emulsi dalam crude oil.
Beberapa senyawa yang terdapat dalam crude oil, seperti asphaltene dan
resin memiliki sifat aktif permukaan seperti surfaktan. Dalam molekul surfaktan
terdapat gugus hidrofilik dan lipofilik. Gugus hidrofilik merupakan bagian dari
molekul surfaktan yang berinteraksi dengan air, sedangkan gugus lipofilik
merupakan bagian dari surfaktan yang cendrung suka untuk berinteraksi dengan
minyak. Adanya gugus hidrofilik dan hidrofobik pada molekul ini akan
menurunkan tegangan antarmuka atau interfacial tension ketika berada dalam
antarfasa suatu sistem dispersi minyak dan air. Selain menurunkan tegangan
antarmuka Asphaltene-resin ini akan teradsorpsi dan terakumulasi pada
antarmuka membentuk lapisan film yang rigid dan viskoelastis, sehingga
asphaltene dan resin dapat berlaku sebagai emulsifier alami.
Aktifitas emulsifier alami yang terkandung dalam crude oil ini akan
mengakibatkan terbentuknya emulsi pada crude oil. Dalam produksi minyak bumi
ada beberapa kemungkinan jenis emulsi yang terbentuk, yaitu air dalam minyak
(W/O), minyak dalam air (O/W), emulsi ganda (O/W/O dan W/O/W) (Gambar
2.4). Jenis emulsi yang terbentuk ini salah satunya dipengaruhi oleh nilai HLB
(Hidrophilic Liophilic Balance) atau RSN (Relative Solubility Number) dari
emulsifier.
Universitas Indonesia
Formulasi demulsifier..., Yomi Fernando, FMIPA UI, 2012
6
A B
C D
Sumber (A,B) Kokal (2002) (C) Mugueta, et al (1997) (D) L. Rosano (2000)
Gambar 2.4 Jenis emulsi (A). O/W (B). W/O (C). W/O/W (D). O/W/O
Universitas Indonesia
Formulasi demulsifier..., Yomi Fernando, FMIPA UI, 2012
7
Universitas Indonesia
Formulasi demulsifier..., Yomi Fernando, FMIPA UI, 2012
8
Semakin banyak asphalten yang terkandung dalam crude oil, lapisan film
yang terbentuk semakin rigid, sehingga emulsi semakin stabil dan air semakin
sulit dipisahkan (Gambar 2.7).
Emulsi akan stabil ketika tetesan tetesan yang terbentuk tidak mengalami
koalesen, creaming, sedimentasi dan inversi fasa. Sullivan dan Kilpatrick
menjelaskan ada empat mekanisme dalam menstabilisasi emulsi minyak bumi,
yaitu adanya gaya elektrostatik, gaya sterik, efek marangoni dan stabilisasi lapisan
film tipis (Gambar 2.8).
Universitas Indonesia
Formulasi demulsifier..., Yomi Fernando, FMIPA UI, 2012
9
Mackor dan van der waals telah menjelaskan mekanisme tahanan sterik
pada antarfasa tetesan ketika terjadi adsorbsi molekul dengan adanya efek tahanan
sterik, ini terjadi ketika pelarut yang teradsorpsi pada antarfasa mengelilingi
tetesan emulsi. Dalam emulsi air dalam minyak agregat resin dan asphaltene
yang mengenkapsulasi tetesan air akan dikelilingi oleh pelarut sehingga terbentuk
tahanan sterik (Gambar 2.8 B). Tahanan sterik ini penyebab utama kestabilan
emulsi air dalam minyak pada crude oil karena interaksi antara resin dan
asphaltene punya energi yang tinggi (Sullivan da killpatrick 2002).
Efek sterik juga karena adanya resistensi dari gugus alkil dari asphaltene
da resin pada antarmuka tetesan lainnya dalam sistem emulsi yang sama sehingga
menghalangi proses flokulasi (Sulivan dan Killpatrik 2002). Rantai alkil yang
panjang pada agregat resin-asphaltene dapat mereduksi tegangan antarmuka air-
minyak dan menginduksi gaya tolakan sterik antar tetesan (Gambar 2.9).
Universitas Indonesia
Formulasi demulsifier..., Yomi Fernando, FMIPA UI, 2012
10
Universitas Indonesia
Formulasi demulsifier..., Yomi Fernando, FMIPA UI, 2012
11
2.5.1 Demulsifikasi
Untuk memisahkan air dan minyak pada emulsi ini, lapisan film antar fasa
ini harus dirusak dan dihancurkan. Menurut Sunil L. Kokal, dalam skala industri
ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi kecepatan proses demulsifikasi,
yaitu:
1. Temperatur
2. Agitasi atau Shear, tahanan terhadap tumbukan dan gesekan tetesan emulsi
3. Waktu pemanasan
Universitas Indonesia
Formulasi demulsifier..., Yomi Fernando, FMIPA UI, 2012
12
Universitas Indonesia
Formulasi demulsifier..., Yomi Fernando, FMIPA UI, 2012
13
Universitas Indonesia
Formulasi demulsifier..., Yomi Fernando, FMIPA UI, 2012
14
Universitas Indonesia
Formulasi demulsifier..., Yomi Fernando, FMIPA UI, 2012
15
Pada kopolimer blok ini etilen oksida bersifat hidrofilik sehingga berada di
fasa air, propilen oksida bersifat hidrofobik yang bersifat non polar sehingga
cendrung berinteraksi dengan fasa minyak (Yuming Xu et al 20-5).
Universitas Indonesia
Formulasi demulsifier..., Yomi Fernando, FMIPA UI, 2012
16
Universitas Indonesia
Formulasi demulsifier..., Yomi Fernando, FMIPA UI, 2012
17
2.6. Instrumentasi
2.6.1 Pyrolizer GC MS
Universitas Indonesia
Formulasi demulsifier..., Yomi Fernando, FMIPA UI, 2012
18
Universitas Indonesia
Formulasi demulsifier..., Yomi Fernando, FMIPA UI, 2012
BAB 3
METODA PENELITIAN
3.1.1 Alat
3.1.2 Bahan
Sampel adalah Crude oil dari sumur dan kilang pengolahan Jatibarang .
Demulsifier EO PO kopolimer blok, Triol Polyeter EO PO kopolimer blok dan
Tetrol EO PO kopolimer blok. Pelarut n-heptana dan toluen digunakan untuk uji
% BS&W, analisis turbiscan dan analisis kandungan asphaltene digunakan.
Pelarut xilena, mixed alkohol (butanol, propanol dan metanol) untuk uji salt
content. bahan kimia tersebut diperoleh dari Merck. NaOH (12 M, 001 M, 0,0001
M) dan HCL ( 9 M, 0,01 M, 0,0001) digunakan untuk pengaturan pH.
19 Universitas Indonesia
Formulasi demulsifier..., Yomi Fernando, FMIPA UI, 2012
20
Universitas Indonesia
Formulasi demulsifier..., Yomi Fernando, FMIPA UI, 2012
21
Nilai spesific gravity 60/60 F dan API Gravity 60 F crude oil ditentukan
berdasarkan hasil konversi dari densitas crude oil menggunakan tabel konversi
densitas.
Pengukuran pour point dilakukan dengan Pour Point Tester PPT 45150
sesuai dengan ASTM D 5949. Sampel yang diuji ditempatkan dalam wadah
hingga batas yang ditandai, lalu dimasukkan ke dalam Pour Point Tester. Setelah
dimasukan sampel didinginkan, pada crude oil Jatibarang tidak dilakukan
pendinginan, ditunggu hinga crude oilnya membeku dan tidak mengalir.
Universitas Indonesia
Formulasi demulsifier..., Yomi Fernando, FMIPA UI, 2012
22
Universitas Indonesia
Formulasi demulsifier..., Yomi Fernando, FMIPA UI, 2012
23
Foto gambar tipe emulsi crude oil O/W atau W/O dilakukan
menggunakan Dino Digital Microscope AM 451 dengan perbesaran 600 kali.
Penentuan tipe emulsi crude oil dilakukan dengan cara meneteskan sampel yang
telah ditambahkan zat warna eosin pada kaca micro slide yang telah dibersihkan.
Sampel ditempatkan di kompartmen sampel tepat di atas sumber cahaya.
Selanjutnya fokus lensa diatur sedemikian rupa agar diperoleh gambar foto
dengan kualitas yang tepat.
Universitas Indonesia
Formulasi demulsifier..., Yomi Fernando, FMIPA UI, 2012
24
1. Seleksi Demulsifier
Dari 43 jenis demulsifier akan dipilih 3 demulsifier terbaik.
Masing masing larutan demulsifier dalam toluen 10% (v/v),
dilakukan uji bottle test untuk mendapatkan nilai kualitas minyak
(BS&W), kecepatan pemisahan air (Fast Water Drop), total pemisahan
air (total water drop). Berdasarkan hasil pengujian ini, diseleksi 3
jenis demulsifier unggulan yang bekerja optimal pada konsentrasi
tertentu.
2. Uji campuran 2 demulsifier
Universitas Indonesia
Formulasi demulsifier..., Yomi Fernando, FMIPA UI, 2012
25
Universitas Indonesia
Formulasi demulsifier..., Yomi Fernando, FMIPA UI, 2012
26
Universitas Indonesia
Formulasi demulsifier..., Yomi Fernando, FMIPA UI, 2012
BAB 4
Variasi pemanasan pada suhu 60C, 70C dan 80C, ini dilakukan untuk
melihat kondisi optimal pemisahan air pada proses demulsifikasi dan melihat
pengaruh suhu terhadap mekanisme destabilisasi emulsi. Crude oil Jatibarang
dipanaskan agar fisiknya berubah membentuk cairan, karena proses demulsifikasi
akan berlangsung optimal pada fasa cair. Hasil yang optimal didapatkan pada
suhu 80C (Gambar 4.1). Temperatur yang tinggi akan menurunkan viskositas
crude oil (M. s. Alwadani, 2009) dan viskositas antarfasa (wanli kang et al 2005)
pada emulsi crude oil.
A B C
27 Universitas Indonesia
Formulasi demulsifier..., Yomi Fernando, FMIPA UI, 2012
28
Universitas Indonesia
Formulasi demulsifier..., Yomi Fernando, FMIPA UI, 2012
29
Gambar 4.2. (a) Pengaruh pelarut aromatik pada solvasi resin terhadap
asphaltene, (b) Foto perbandingan pengaruh pelarut
Pemisahan Air
No Pelarut
(%)
1 Metanol 0
2 Propanol 0
3 Pentana 8
4 Xilena 55
5 Sikloheksana 60
6 Toluen 65
Universitas Indonesia
Formulasi demulsifier..., Yomi Fernando, FMIPA UI, 2012
30
Beberapa minyak terbaik dunia sepert light crude oil Iran nilai spesific
gravity 0,5545 dan 31-33 API, light crude oil saudi nilai API gravitynya adalah
33-34API, minyak dari nigeria 35-37 API dan rusia punya nilai 32 API.
Kualitas minyak terbaik dunia biasanya memiliki nilai spesific gravity yang kecil
dari 0,8 mg/mL, ini menunjukkan fraksi alkana berantai pendek dalam minyak
lebih banyak sehingga kerapatan molekul cenderung kurang tinggi. Pada crude oil
Jatibarang memiliki nilai spesific gravity 0,9215 mg/mL dan API gravity adalah
13, 167. Secara fisik menunjukkan bahwa minyak ini mendekati nilai air yang
punya nilai densitas dan spesifik gravity mendekati1. Dalam minyak Jatibarang
ini dicurigai terdapat senyawa dengan berat molekul yang tinggi seperti
asphaltene dan konsentrasi air, secara tidak langsung ini akan mengakibatkan
terbentuknya emulsi. Ini akan dibuktikan pada karakterisasi kimia Heavy crude oil
Jatibarang. Densitas minyak akan semakin tinggi ketika sifat molekul volatil
dalam minyak berkurang, spesifik gravity meningkat, dan API gravity menurun
(Cormack, 1999; Doerffer, 1992).
Universitas Indonesia
Formulasi demulsifier..., Yomi Fernando, FMIPA UI, 2012
31
plastik ini juga menunjukkan titik dimana crude oil mulai bisa mengalir
(Cormack, 1999; Doerffer, 1992). Biasanya light oil seperti minyak dari Iran,
Arab Saudi dan Nigeria memiliki nilai pour point dibawah suhu 0C. Biasanya
suhu pour point suatu minyak berkisar -57 C hingga 32 C (Doerffer, 1992).
Pada minyak Jatibarang adalah 108,5 F atau 42,5 C, ini menunjukkan bahwa
fisik crude oil Jatibarang memiliki fraksi berat seperti wax dan asphaltene. Suhu
pour point temperatur akan tinggi ketika mengandung molekul wax dan
asphaltene yang tinggi (Cormack, 1999).
Nilai viskositas kinematik crude oil Jatibarang bisa diukur pada suhu 100
C karena bentuk minyak mentah Jatibarang adalah padatan, sehingga perlu suhu
tinggi untuk mengukur nilai tahanan aliran crude oil ini. Nilai viskositas
kinematiknya adalah 23,36013 Cs atau 23,36013 1 mm2s1 pada suhu 100 C.
Ini menunjukkan nilai tahanan pada crude oil Jatibarang sangat tinggi karena
crude oil sering diukur pada suhu 40 C, 50 C dan 60 C dan hanya fraksi berat
dengan kandungan molekul volatilnya sangat rendah diukur pada suhu 100 C.
Nilai pour point dan viskositas kinematik pada crude oil menunjukkan
sifat rheology suatu emulsi crude oil. Hal ini menunjukkan sampel mengandung
Universitas Indonesia
Formulasi demulsifier..., Yomi Fernando, FMIPA UI, 2012
32
padatan, kristal dan makromolekul. Untuk menguji daya pemisahan air dari
demulsifier pada crude oil Jatibarang harus dilakukan pada suhu tinggi, karena
disuhu ruang dan suhu rendah demulsifier tidak akan bekerja dan sistem emulsi
masih berbentuk padatan.
No Parameter Nilai
1 Spesific Gravity (140 F) 0,9215 (mg/ml)
2 Density (140 F) 0,906
3 API Gravity (140 F) 13.167
4 Pour Point 108,5 F
5 Viscosity kinematic (100 C) 23,36013 Cs
Universitas Indonesia
Formulasi demulsifier..., Yomi Fernando, FMIPA UI, 2012
33
kandungan solid content pada crude oil Jatibarang juga degradasi air ketika
pemanasan.
Universitas Indonesia
Formulasi demulsifier..., Yomi Fernando, FMIPA UI, 2012
34
akan memperkuat stabilitas emulsi air dan crude oil dengan interaksi dari
asphaltene yang mengadsorpsi pada antarfasa air dan minyak.
Air yang terkandung dalam crude oil adalah 58,3 %, kandungan air ini
sangat tinggi, stabilitas emulsi dari crude oil akan juga dipengaruhi oleh
konsentrasi. Semakin tinggi konsentrasi air dalam tetesan emulsi minyak akan
membutuhkan asphaltene dan resin yang juga tinggi untuk menstabilkan
emulsinya. Kondisi normal air ada dalam reservoir crude oil, saat minyak
dieksplorasi air yang terkandung dalam tetesan emulsi crude oil juga akan
terbawa, campuran crude oil dan air cenderung membentuk emulsi W/O (dispersi
air dalam minyak). Kualitas crude oil akan sangat bergantung pada kandungan air
di dalam minyak, sehingga penting untuk dilakukan pemisahan air dengan cara
demulsifikasi atau destabilisasi emulsi crude oil (Yanru Fan et al 2009).
Nilai % BS&W crude oil Jatibarang adalah 59,8 %, didapatkan nilai air
yang terkandung adalah 58,3 % dan kandungan sedimen adalah 1,5 %. Sedimen
ini merupakan komponen yang berbentuk lumpur. Semakin tinggi persentase
sedimen dan air dalam crude oil, semakin jelek kualitas minyaknya. Pada crude
oil Jatibarang ini perlu dilakukan demulsifikasi untuk memisahkan air dari tetesan
emulsi hingga didapatkan kualitas minyak yang baik, yaitu crude oil yang punya
nilai BS&W yang rendah dari 0.5 %. Untuk pemilihan demulsifikasi demulsifier
nilai BS&W dijadikan standar penentuan kualitas minyak dan kerja demulsifier.
Universitas Indonesia
Formulasi demulsifier..., Yomi Fernando, FMIPA UI, 2012
35
emulsi, metal dengan valensi dua ini cenderung membentuk emulsi dalam
minyak (O/W). Semakin tinggi konsentrasi garam klorida ini akan cenderung
membentuk emulsi O/W, garam ini akan memperkuat interaksi elektrostatik antar
tetesan emulsi (Yixing Philip Zhao et al). Lapisan elektrik yang tinggi akan
menyebabkan interaksi antar tetesan menjadi lebih kuat, sehingga minyak
cenderung terdispersi dalam air. Meningkatnya konsentrasi garam anorganik
akan meningkatkan konduktifitas elektrik emulsi sehingga efek elektrostatik
meningkat, penggunaan demulsifier berbasiskan kation, anion maupun zwitterion
akan kurang efektif pada emulsi ini.
Universitas Indonesia
Formulasi demulsifier..., Yomi Fernando, FMIPA UI, 2012
36
yang mengenkapsulasi tetesan air pada crude oil Jatibarang (Pasquarelli dan
Wasan, 1981 ). Tingginya konsentrasi asphaltene dan air yang terkandung dalam
crude oil Jatibarang menyebabkan viskositas air sangat tinggi, juga menyebabkan
crude oil ini berbentuk padatan hingga suhu sekitar 60 C. Optimalisasi proses
demulsifikasi dengan destabilisasi tetesan crude oil Jatibarang yang mengandung
asphaltene tinggi membutuhkan kondisi demulsifier yang punya sifat permukaan
yang tinggi dan mampu teradsorpsi mengganggu lapisan film pada antarfasa yang
dibentuk oleh resin dan Asphaltene.
Universitas Indonesia
Formulasi demulsifier..., Yomi Fernando, FMIPA UI, 2012
37
Secara keseluruhan karakterisasi kimia pada crude oil Jatibarang dapat dilihat
pada Tabel 4.3.
Universitas Indonesia
Formulasi demulsifier..., Yomi Fernando, FMIPA UI, 2012
38
Gambar 4.4 Gambar emulsi Crude oil Jatibarang (a) Emulsi dengan Eosin (b)
Gambar emulsi dengan sinar UV.
Universitas Indonesia
Formulasi demulsifier..., Yomi Fernando, FMIPA UI, 2012
39
Universitas Indonesia
Formulasi demulsifier..., Yomi Fernando, FMIPA UI, 2012
40
Transmitants
Wavenumber
Gambar 4.6. Data FTIR EO PO kopolimer blok, Triol Polieter EO PO kopolimer
blok, Tetrol Polieter EO Po kopolimer blok.
Universitas Indonesia
Formulasi demulsifier..., Yomi Fernando, FMIPA UI, 2012
41
Universitas Indonesia
Formulasi demulsifier..., Yomi Fernando, FMIPA UI, 2012
42
Universitas Indonesia
Formulasi demulsifier..., Yomi Fernando, FMIPA UI, 2012
43
spesifik adalah spektrum massa pada 87 m/z, yang menunjukkan adanya senyawa
gliserol, karena pada Triol Polieter EO PO kopolimer blok, gliserol merupakan
polimer inisiatornya.
Universitas Indonesia
Formulasi demulsifier..., Yomi Fernando, FMIPA UI, 2012
44
A. Seleksi Demulsifier
Universitas Indonesia
Formulasi demulsifier..., Yomi Fernando, FMIPA UI, 2012
45
Universitas Indonesia
Formulasi demulsifier..., Yomi Fernando, FMIPA UI, 2012
46
RSN 9,4, karena memilki kecepatan pemisahan yang tinggi dapat memisahkan
60% air pada 15 menit waktu pemanasan setelah demulsifikasi, dengan nilai total
pemisahan tertinggi yaitu 65%, dan nilai BS&W yang rendah yaitu 0,5 %.
B. Formula 2 Demulsifier
Universitas Indonesia
Formulasi demulsifier..., Yomi Fernando, FMIPA UI, 2012
47
Total Pemisahan %
No Demulsifier Ratio (v:v) air BS&W
1 dm 15 dm 21 70 : 30 50 > 10
2 dm 15 dm 27 70 : 30 55 > 10
3 dm 21 dm 15 70 : 30 50 5
4 dm 21 dm 27 70 : 30 70 0,2
5 dm 27 dm 15 70 : 30 47 1,4
6 dm 27 dm 21 70 : 30 67 0,4
C. Formula 3 Demulsifier
Pada uji 2 demulsifier didapatkan nilai tertinggi pemisahan air dan kualitas
minyak terbaik pada campuran demulsifier triol polieter EO PO kopolimer blok
dengan RSN 9,4 dan tetrol polieter EO PO kopolimer blok dengan nilai RSN 11
pada perbandingan volume 70 : 30. Selanjutnya penambahan demulsifier EO PO
kopolimer blok pada dua campuran demulsifier ini dengan persentasi volume 50 :
30 : 20. Ini dilakukan untuk menambahkan EO PO kopolimer blok diharapkan
akan memberikan dampak ekonomis karena harga EO PO kopolimer blok yang
relatif lebih rendah dibandingkan triol dan tetrol.
Universitas Indonesia
Formulasi demulsifier..., Yomi Fernando, FMIPA UI, 2012
48
No Kode Formula
dm 21 dm 27 dm 15 total pemisahan BS&W
1 Mix 29-1 50 30 20 67 0,6
2 Mix 29-2 60 30 10 66 1
3 Mix 29-3 60 20 20 70 0,4
4 Mix 29-4 70 20 10 63 0,3
5 Mix 29-5 70 15 15 65 0,2
Persentasi EO PO yang lebih tinggi ada pada campuranMix 29-1 dan Mix
29-3 dengan nilai konsentrasi EO PO kopolimer blok adalah 20 % volume. Pada
formula Mix 29-03 didapatkan nilai pemisahan yang lebih tinggi dan nilai BS&W
0,4. Ini menjadi formula yang lebih ekonomis.
70
68
66
Pemisahan 64
Air
62
60
58
Mix 29-1 Mix 29-2 Mix 29-3 Mix 29-4 Mix 29-5
Formula
Universitas Indonesia
Formulasi demulsifier..., Yomi Fernando, FMIPA UI, 2012
49
0,8
% BS&W 0,6
0,4
0,2
0
Mix 29-1 Mix 29-2 Mix 29-3 Mix 29-4 Mix 29-5
Formula
Gambar 4.14. Grafik Perbedaaan Variasi Komposisi Formula Mix-29 dan
pengaruhnya terhadap nilai BS&W
D. Variasi Konsentrasi
Universitas Indonesia
Formulasi demulsifier..., Yomi Fernando, FMIPA UI, 2012
50
70
60
50
Pemisahan 40
Air 30
20
10
0
20 40 80 100 150 200
Konsentrasi L/100mL
Gambar 4.15. Grafik variasi konsentrasi demulsifier formula Mix 29-3 yang
diinjeksikan terhadap % pemisahan air
4.6 Pengaruh pH
Adanya asam dan basa yang ditambahkan dapat bereaksi dengan gugus
asam karboksilat pada agregat asphaltene-resin. Penambahan asam menyebabkan
interaksi agregat dengan molekul air pada antarmuka semakin kuat karena efek
protonasi molekul nitrogen dan sulfur pada molekul asphaltene. Pemisahan air
dengan pengaruh pH free water Penambahan basa akan meningkatkan kestabilan
emulsi karena gugus hidrofilik agregat asphaltene-resin dalam bentuk ion
karboksilat berinteraksi lebih kuat dengan molekul air.
Universitas Indonesia
Formulasi demulsifier..., Yomi Fernando, FMIPA UI, 2012
51
Tabel 4.9 Pengaruh pH Terhadap Pemisahan Air pada Crude oil Jatibarang
80
70
60
Pemisahan 50
Air 40
30
20
10
0
1 3 5 7 9 11 13
pH
Gambar 16. Grafik pengaruh pH terhadap water removal pada MIX -29-03
Pada pH kritis akan menyebabkan air akan lebih terikat kuat pada bentuk
ion karboksilat dibandingkan bentuk asamnya, sehingga emulsi yang terbentuk
lebih stabil (Anggareni, 2007). Hasil penelitian ini mirip dengan hasil penelitian
yang dilakukan oleh Arla et al (2007) yang menyatakan bahwa emulsi minyak
mentah stabil pada rentang pH 9 14. Pada demulsifikasi minyak mentah jati
barang pengaruh pH tidak terlalu signifikan dalam demulsifikasi, hasil
menunjukan bahwa bahwa demulsifikasi dengan triol polieter EO PO kopolimer
blok dan formula Mix 29-03 manunjukkan pola yang sama, pada pH 3, 5, 7, 9
pemisahaan crude oil tidak berubah signifikan.
Universitas Indonesia
Formulasi demulsifier..., Yomi Fernando, FMIPA UI, 2012
52
Universitas Indonesia
Formulasi demulsifier..., Yomi Fernando, FMIPA UI, 2012
BAB 5
KESIMPULAN DAN SARAN
`
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian ini, dapat disimpulkan bahwa :
1. Berdasarkan uji karakterisasi fisik (Densitas, Spesific gravity, API
gravity, pour point, dan viskositas kinematik) didapatkan bahwa
crude oil Jatibarang adalah Heavy crude oil.
2. Berdasarkan karakterisasi kimia didapatkan kandungan asphaltene
BS&W 59,8 %, air 10,263 % dan didaptakn emulsi air dalam
minyak (W/O) yang sangat stabil.
3. Pada heavy crude oil Jatibarang destabilisasi emulsi optimal
menggunakan demulsifier berbasiskan nonionik surfaktan EO PO
kopolimer blok RSN 15,5, triol Polieter EO PO kopolimer blok
RSN 9,4 dan tetrol polieter EO PO kopolimer blok RSN 11.
4. Campuran 2 demulsifier terbaik adalah triol polieter EO PO
kopolimer blok RSN 9,4 dan tetrol polieter EO PO kopolimer blok
RSN 11.
5. Campuran 3 demulsifier diperoleh formula Mix 29-3 dengan
perbandingan komposisi volume 60:20:20, pada konsentrasi
injeksi 60 L/100 mL, Suhu 80 C, pelarut toluen dan pH 7 untuk
adalah kondisi optimal untuk memisahkan air dalam minyak
hingga didapatkan nilai % BS&W dibawah 0,5 %.
5.2 Saran
Dibutuhkan penelitian lebih lanjut terhadap kestabilan dan
perubahan komposisi kimia pada proses demulsifikasi heavy crude oil,
terutama pengaruh garam organik, garam anorganik dan solid content
terhadap stabilitas emulsi crude oil.
53 Universitas Indonesia
Formulasi demulsifier..., Yomi Fernando, FMIPA UI, 2012
DAFTAR PUSTAKA
Abdurahman, H.N., M.A.A. Hassan & R.M. Yunus. (2007a). Characterization &
demulsification of water-in-oil emulsions. J. Applied Sci., 7: 1437-1441
Abdurahman, H.N., R.M. Yunus & Z. Jemaat. (2007b). Chemical demulsification
of water-in-oil emulsions. J. Applied Sci., 7: 196-201
Abduramhan, H.N., R.M Yunus & H. Anwarudidin. (2007c). Water-in-crude oil
emulsions : Its stabilization & demulsification. J. Applied Sci., 7:3512-
3517
Andersen, S.I. dan Speight, J. G. (2001). Petroleum Resins: Separation, Character,
and Role in Petroleum. Petrol. Sci. Technol. 19(1-2), 1-34
Andersen, S.I. dan K.S. Birdi. (1991). Aggregation of asphaltene as determined by
calorimetry. J. Colloid Interface Sci., 142: 497-502
Anggraeni, Dian. (2007). Uji Kinerja Demulsifier pada berbagai kondisi operasi
yang digunakan dalam proses pemisahan air dari minyak mentah duri.
Karya utama Sarjana Kimia. Departmen Kimia FMIPA UI
Arla, David., Anne Sinquin, Thierry Palermo, Christian Hurtevent, Alain Graciaa,
dan Christophe Dicharry. (2007). Influence of pH and Water Content on
the Type and Stability of Acidic Crude Oil Emulsions. Energy & Fuels,
21, 1337-1342
Aske, Nerve. (2002). Characterisation of crude oil components, Asphaltene
Aggregation & Emulsion Stability by Means of Near Infrared
Spectroscopy & Multivariate Analysis. Department of Chemical
Engineering, Norwegian University of Science & Technology, Trondheim.
Halaman : 2- 10
Auflem, I. H. (2002). Influence of Asphaltene Aggregation & Pressure on Crude
Oil Emulsion Stability. Norwegian Upniversity of Science & Technology.
Averyard, R., Binks, B. P., Fletcher, P. D. I., dan Lu, J. R. (1983). The resolution
of water-in-crude oil emulsions by the additive of low molar mass
demulsifiers. J. Colloid Interface Sci., 39, (1), 128-138.
54 Universitas Indonesia
Formulasi demulsifier..., Yomi Fernando, FMIPA UI, 2012
55
Bardon, C., Barre, L., Espinat, D., Guille, V., Li, M. H., Lambard, J., Ravey, J.C.,
Rosenrurg, E., dan Zemb, T. (1996). The Colloidal Structure of Crude Oils &
Suspensions of Asphaltenes & Resins. Fuel Sci. Technol. Int., 14, 203
Bennett, LE., S. Sudharmarajan, K.J. De Silva, J.L. Barnett, M.A. Johnson, R.
Stockmann, & Smithers, G.W. (2009). Use of the Turbiscan for Measuring
Foam Stability Properties of Food Ingredients. Food Science Autralia,
Highett, Victoria 3190 Australia
Bhardwaj, A. dan Hartland, S. (1998). Studies on Build up of Interfacial Film at the
Crude Oil/Water Interface. J. Dis. Sci. Tech., 19(4):465-473
Carbognani, L., M. Orea, dan M. Fonseca. (1999). Complex Nature of Separated
Solid Phases from Crude Oils. Energy Fuels, 13 (2), pp 351358
Colwell, Ronald. (2009). Oil Refinery Processes : A Brief Overview. Process
Engineering Associates, LLC.
Cooper, D. G., Zajig, J. E., Cannel, E. J., dan Wood, J. W. (1980). The Relevance of
HLB to De-Emulsification of a Mixture of Heavy Oil Water & Clay. Can. J.
Chem. Eng., 58, Oct, 576-579
Delvigne, GAL. (2002). Physical appearance of oil in oilcontaminated sediment. Spill
Sci Technol B 8:5563 Oil in the Refinery, Baker Petrolite 12645 West
Airport Blvd Sugar L&, TX 77478
Djuve, X. Yang, I.J. Fjellanger, J. Sjoblom, dan E. Pelizzetti. (2001). Chemical
destabilization of crude oil based emulsions & asphaltene stabilized
emulsions. Colloid Polym Sci 279:232-239
Ekott, E.J & Akpabio. (2010). A Review of water-in-crude emulsion stability,
destabilization & interfacial rheology. J. Engg. Applied Sci., 5: 447-452 Ekott,
E.J & Akpabio. (2011). Influence of Asphaltene Content on Demulsifiers
Performance in Crude Oil Emulsions, J. Eng. Applied Sci., 6 (3): 200-2004
Elektorowicz, Maria., Shiva Habibi, dan Rozalia Chifrina. (2006). Effect of electrical
potential on the electro-demulsification of oily sludge. Journal of Colloid and
Interface Science 295, 535541
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Lazar, I., Dobrota, S., Voicu, A., Stefanescu, M., Sulescu, & Petrisor, I.G. (1999).
Microbial degradation of waste hydrocarbons in oily sludge from some
Romanian oil fields, Journal of Petroleum Science & Engineering 22, 151
160.
Shie, Je-Lueng., Lin, Jyh-Ping., Chang, Ching-Yuan., Wu, Chao-Hsiung Wu., Lee,
Duu-Jong., Chang, Chiung-Fen, dan Yi-Hung Chen. (2004). Oxidative
Thermal Treatment of Oil Sludge at Low Heating Rates. Energy & Fuels, 18,
1272-1281
Sjoblom, J., Mingyuan, L., Christy, A.A., & Ronningsen, H.P. (1992). Water-in-
Crude Oil Emulsions from the Norwegian Continental Shelf - 7. Interfacial
Pressure & Emulsion Stability. Coll. Int. Sci. 66: 55-62.
Sjoblom, J., Mingyuan, L., Hoiland, H dan Johansen, J.E. (1990). Water-in-Crude Oil
Emulsions from the Norwegian Continental Shelf, Part III. A Comparative
Destabilization of Model Systems. Colloid and Surfaces. 46:127-139.
Sjoblom, E.E. Johnsen, A. Westvik,. (2001). in: J. Sjoblom (Ed.), Encyclopedic
Handbook of Emulsion Technology, Marcel Dekker, New York
Sjooblom, j, Narve Aske, Inge Harald Auflem, Oystein Brandal, Trond Erik Havre,
Oystein Sther, Arild Westvik, Einar Eng Johnsen, Harald Kallevik.(2003).
Our current understanding of water-in-crude oil emulsions. Recent
characterization techniques and high pressure performance. Advances in
Colloid & Interface Science. 100 102, 399473.
Speight, J. G & Moschopedis, S. E. (1981). In Chemistry of Asphaltenes; Bunger, J.
W., Li, N. C., Eds.; Advances in Chemistry 195; American Chemical Society:
Washington, D.C.
Spiecker, P. M., Gawrys, K. L., Trail, C. B., Kilpatrick, P. K. (2003). Effects of
petroleum resins on asphaltene aggregation & water-in-oil emulsion
formation. Colloids Surf., A: Physicochem. Eng. Aspects, 220 (1-3)
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
61 Universitas Indonesia
Formulasi demulsifier..., Yomi Fernando, FMIPA UI, 2012
62
Universitas Indonesia
Formulasi demulsifier..., Yomi Fernando, FMIPA UI, 2012
63
Universitas Indonesia
Formulasi demulsifier..., Yomi Fernando, FMIPA UI, 2012
64
Foto 7.1. Demulsifikasi demulsifier formula MIX -29-03 pada pH 1, 3, 5, 7, 9, 11, 11.
Universitas Indonesia
Formulasi demulsifier..., Yomi Fernando, FMIPA UI, 2012