Anda di halaman 1dari 22

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Semua makhluk hidup di dunia ini, termasuk manusia membutuhkan air
dalam mempertahankan kelangsungan hidupnya. Tanpa air kita tidak akan bisa
bertahan hidup. Karena kita tahu bahwa komposisi tubuh manusia terdiri dari atas
75 persen air dan 25 persen bahan padat. Jika tubuh kita kekurangan air, kita akan
rentan terserang penyakit dan mengalami dehidrasi.
Akibatnya tubuh menjadi lemas dan dan konsentrasi terganggu. Tidak hanya
itu, dalam kehidupan sehari-hari pun kita membutuhkan banyak air, seperti untuk
memasak, mencuci, mandi dan keperluan-keperluan lainnya. Oleh karena itu, kita
tidak boleh menyepelekan keberadaan air dalam kehidupan kita.
Sesungguhnya bila kita telaah, alam begitu banyak mengandung air dan
Tuhan memang mencipatakan air untuk dimanfaatkan oleh manusia sebaik
mungkin. Namun yang patut dipertanyakan, kenapa kita kadang masih
kekurangan air?, khususnya air bersih. Apalagi di kota-kota besar seperti jakarta,
air merupakan barang yang begitu berharga atau bahkan bisa dianggap hampir
langka.
Terbukti ketika PAM mati semua bingung mencari air. Untuk mendapatkan
air bersih kita harus berkorban mengeluarkan uang banyak. Dan ini terjadi tak
lepas dari kurangnya perhatian dan kesadaran masyarakat dalam menjaga
kelestarian alam dan menjaga air tetap bersih. Kita bisa lihat sungai-sungai saat
ini telah banyak tercemar oleh limbah industri, kotoran manusia dan sampah-
sampah yang dibuang sembarangan.
Maka dari itu, diharapkan kesadaran kita, bagaimana menjaga lingkungan kita
agar tetap bersih serta menggunakan air sesuai dengan fungsinya, tidak
menghambur-hamburkannya dengan sesuka hatinya. Sehingga ketersediaan air
tetap bisa kita nikmati sepanjang jaman, termasuk generasi kita yang akan datang.

1
1.2 Tujuan
1.2.1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui kualitas fisik air sumur yang dijadikan sampel
pemeriksaan.

1.2.2. Tujuan Khusus


Adapun tujuan khusus dari pembuatan laporan ini adalah sebagai berikut :
1.2.2.1. Untuk mengetahui suhu air sumur yang dijadikan sampel pemeriksaan.
1.2.2.2. Untuk mengetahui pH air sumur yang dijadikan sampel pemeriksaan.
1.2.2.3. Untuk mengetahui rasa air sumur yang dijadikan sampel pemeriksaan.
1.2.2.4. Untuk mengetahui bau air sumur yang dijadikan sampel pemeriksaan.
1.2.2.5. Untuk mengetahui kekeruhan air sumur yang dijadikan sampel pemeriksaan.
1.2.2.6. Untuk mengetahui zat padat pada air sumur yang dijadikan sampel
pemeriksaan.
1.2.2.7. Untuk mengetahui warna air sumur yang dijadikan sampel pemeriksaan

2
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1.Karakteristik Air
Air adalah sumber daya alam yang dapat diperbarui. Jumlahnya sangat
melimpah di muka bumi ini tetapi sangat disayangkan kualitasnya mengalami
penurunan dikarenakan aktivitas manusia yang berdampak pada pencemaran
lingkungan hidup. Dengan adanya penurunan kualitas air ini, saat ini sangat sulit
menemukan air bersih untuk dikonsumsi manusia maupun untuk industri. Air
berasal dari dua sumber yaitu air permukaan (surface water) dan air tanah (ground
water).
Air permukaan adalah air yang berada di danau, waduk, rawa, sungai dan
badan air lain yang tidak mengalami infiltrasi ke bawah tanah sedangkan air tanah
adalah air yang berada di bawah permukaan tanah. Air tanah dapat berupa air
sumur dalam maupun air sumur dangkal.
Air sumur dalam ialah air yang telah merembes melalui lapisan-lapisan
mineral masuk ke tanah, dimana selama perembesan bahan-bahan organiknya
tertahan, sehingga air sumur dalam dapat diminum karena bebas dari bakteri
sebaliknya air sumur dangkal tidak dapat langsung diminum.
1) Air
Air merupakan sumber alam yang sangat penting di dunia, karena tanpa air
kehidupan tidak dapat berlangsung. Air juga banyak mendapat pencemaran.
Berbagai jenis pencemar air berasal dari :
Sumber domestik (rumah tangga), perkampungan, kota, pasar, jalan,
dan sebagainya.
Sumber non-domestik (pabrik, industri, pertanian, peternakan,
perikanan, serta sumber-sumber lainnya.
2) Semua bahan pencemar diatas secara langsung ataupun tidak langsung akan
mempengaruhi kualitas air. Berbagai usaha telah banyak dilakukan agar
kehadiran pencemaran terhadap air dapat dihindari atau setidaknya

3
diminimalkan. Masalah pencemaran serta efisiensi penggunaan sumber air
merupakan masalah pokok.

Berikut ini merupakan Karakteristik Fisik Air yaitu Kekeruhan,


Kekeruhan air dapat ditimbulkan oleh adanya bahan-bahan anorganik dan
organik yang terkandung dalam air seperti lumpur dan bahan yang dihasilkan
oleh buangan industri. Temperatur, Kenaikan temperatur air menyebabkan
penurunan kadar oksigen terlarut. Kadar oksigen terlarut yang terlalu rendah
akan menimbulkan bau yang tidak sedap akibat degradasi anaerobic ynag
mungkin saja terjadi.Warna, Warna air dapat ditimbulkan oleh kehadiran
organisme, bahan-bahan tersuspensi yang berwarna dan oleh ekstrak senyawa-
senyawa organik serta tumbuh-tumbuhan. Solid (Zat padat), Kandungan zat
padat menimbulkan bau busuk, juga dapat meyebabkan turunnya kadar
oksigen terlarut. Zat padat dapat menghalangi penetrasi sinar matahari
kedalam air. Bau dan rasa, Bau dan rasa dapat dihasilkan oleh adanya
organisme dalam air seperti alga serta oleh adanya gas seperti H2S yang
terbentuk dalam kondisi anaerobik, dan oleh adanya senyawa-senyawa
organik tertentu.

3) Suhu
Suhu yang juga disebut temperatur menunjukkan derajat panas benda.Secara
mikroskopis, suhu menunjukkan energi yang dimiliki oleh suatu benda. Setiap
atom dalam suatu benda masing-masing bergerak, baik itu dalam bentuk
perpindahan maupun gerakan di tempat berupa getaran. Makin tingginya
energi atom-atom penyusun benda, makin tinggi suhu benda tersebut. Empat
derajat suhu atau satuan suhu yang paling dikenal adalah Celsius, Reumur,
Fahrenheit dan Kelvin.
4) Secara kualitatif, kita dapat mengetahui bahwa suhu adalah sensasi dingin
atau hangatnya sebuah benda yang dirasakan ketika menyentuhnya. Secara
kuantitatif, kita dapat mengetahuinya dengan menggunakan termometer. Suhu
dapat diukur dengan menggunakan termometer yang berisi air raksa atau

4
alkohol. Kata termometer ini diambil dari dua kata yaitu thermo yang artinya
panas dan meter yang artinya mengukur (to measure).
5) Bau
Bau adalah sebuah sifat yang menempel pasa sebuah benda yang diakibatkan
adanya zat organik ataupun anorganik yang tercampur di dalam air, umumnya
dengan konsentrasi yang sangat rendah, yang manusia terima dengan indera
penciuman.
Pengukuran bau bersifat subjektif dengan respon organoleptik. Bau dapat
berupa bau enak maupun tak enak. Istilah wewangian atau aroma digunakan
terutama pada industri makanan dan kosmetik untuk menggambarkan bau
enak, dan kadang digunakan untuk merujuk pada parfum.
6) Warna
Warna adalah sensasi yang diciptakan system visual kita karena adanya
eksitasi radiasi elektromagnetik yang dikenal sebagai cahaya. Atau untuk
lebih detailnya, warna adalah hasil persepsi dari cahaya di daerah spectrum
electromagnetic yang dapat dilihat, yang mempunyai panjang gelombang dari
400nm sampai 700nm, yang datang ke retina manusia. Retina mempunyai 3
sel reseptor warna Retina mempunyai 3 sel reseptor warna yang disebut
dengan cone atau kerucut karena bentuknya yang menyerupai kerucut, yang
masing-masing mempunyai respon terhadap spektrum yang berbeda.
Warna adalah spektrum tertentu yang terdapat di dalam suatu cahaya
sempurna (berwarna putih). Identitas suatu warna ditentukan panjang
gelombang cahaya tersebut. Sebagai contoh warna biru memiliki panjang
gelombang 460 nanometer. Panjang gelombang warna yang masih bisa
ditangkap mata manusia berkisar antara 380-780 nanometer.

2.2.Desikator
Desikator terbuat dari gelas jenis semi-boroksilat, plastik atau mika. Tipe
gelas jenis atau amber. Di dalam desikator terdapat piringan berpori yang terbuat

5
dari porselin yang digunakan untuk meletakkan alat alat gelas. Di bawah
piringan porselin terdapat bahan pengering yang umumnya terbuat dari:
1. Silikagel
2. Asam sulfat pekat
3. Fosfor pentaoksida
4. Kalsium oksida dan sebagainya.

Pengering silikagel biasanya diberi indicator warna biru yang keriing dan jika
telah mengikat uap air warna akan berubah menjadi merah. Silikagel yang telah
jenuh dengan uap air dapat dikeringkan lagi dengan cara dipanaskan dalam oven
dengan suhu 100o. Tutup desikator pada bagian permukaan harus diberi bahan
pelican missal : silicon grease, agar dapat tertutup lebih rapat.

Saat ini ada 2 macam desikator yang sering digunakan : desikator biasa dan
desikator vakum. Desikator vakum adalah desikator yang dapat mempertahankan
kelembapan rendah pada tekanan tidak lebih dari 20 mmHg atau pada tekanan
lain yang ditetapkan dalam monografi. Desikator vakum pada bagian tutupnya
ada katup yang bisa dibuka tutup, yang dihubungkan dengan selang ke pompa.

2.3.Spektrofotometer
Spektrofotometer merupakan alat yang digunakan untuk mengukur absorbansi
dengan cara melewatkan cahaya dengan panjang gelombang tertentu pada suatu
obyek kaca atau kuarsa yang disebut kuvet. Sebagian dari cahaya tersebut akan
diserap dan sisanya akan dilewatkan. Nilai absorbansi dari cahaya yang dilserap
sebanding dengan konsentrasi larutan di dalam kuvet.
Spektrofotometer dibagi menjadi dua jenis yaitu spektrofotometer single-
beam dan spektrofotometer double-beam. Perbedaan kedua jenis spektrofotometer
tersebut hanya pada pemberian cahaya, dimana pada single-beam, cahaya hanya
melewati satu arah sehingga nilai yang diperoleh hanya nilai absorbansi dari
larutan yang dimasukan. Berbeda dengan single-beam, pada spektrofotometer

6
double-beam, nilai blanko dapat langsung diukur bersamaan dengan larutan yang
diinginkan dalam satu kali proses yang sama. Prinsipnya adalah dengan adanya
chopper yang akan membagi sinar menjadi dua, dimana salah satu melewati
blanko (disebut juga reference beam) dan yang lainnya melewati larutan (disebut
juga sample beam). Dari kedua jenis spektrofotometer tersebut, spektrofotometer
double-beam memiliki keunggulan lebih dibanding single-beam, karena nilai
absorbansi larutannya telah mengalami pengurangan terhadap nilai absorbansi
blanko. Selain itu, pada single-beam, ditemukan juga beberapa kelemahan seperti
perubahan intensitas cahaya akibat fluktuasi voltase.

2.4.Turbidimeter
Turbidimeter yaitu sifat optik akibat dispersi sinar dan dapat dinyatakan
sebagai perbandingan cahaya yang dipantulkan terhadap cahaya yang tiba.
Intensitas cahaya yang dipantulkan oleh suatu suspensi adalah fungsi konsentrasi
jika kondisi-kondisi lainnya konstan.
Turbidimeter meliputi pengukuran cahaya yang diteruskan. Turbiditas
berbanding lurus terhadap konsentrasi dan ketebalan, tetapi turbiditas tergantung
juga pada warna. Untuk partikel yang lebih kecil, rasio Tyndall sebanding dengan
pangkat tiga dari ukuran partikel dan berbanding terbalik terhadap pangkat empat
panjang gelombangnya. Prinsip spektroskopi absorbsi dapat digunakan pada
turbidimeter dan nefelometer. Untuk turhidimeter, absorbsi akibat partikel yang
tersuspensi diukur sedangkan pada nefelometer, hamburan cahaya oleh
suspensilah yang diukur.
Meskipun metode ini tidak tinggi tetapi mempunyai kegunaan praktis,
sedangkan akurasi pengukuran tergantung pada ukuran dan bentuk partikel.
Setiap instrumen spektroskopi absorbsi dapat digunakan untuk turbidimeter,
sedangkan nefelometer kurang sering digunakan pada analisis anorganik. Pada
konsentrasi yang lebih tinggi, absorbsi bervariasi secara Tinier terhadap
konsentrasi, sedangkan pada konsentrasi lebih rendah untuk sistem koloid Te dan
SnCl2, tembaga ferosianida dan sulfida-sulfida logam berat tidak demikian

7
halnya. Kelarutan zat tersuspensi seharusnya kecil. Suatu gelatin pelindung koloid
biasanya digunakan untuk membentuk suatu dispersi koloid yang seragam dan
stabil.
Metode pengukuran turbiditas dapat dikelompokkan dalam tiga golongan,
yaitu :
a. Pengukuran perbandingan intensitas cahaya yang dihamburkan terhadap
intensitas cahaya yang datang.
b. Pengukuran efek ekstingsi, yaitu kedalaman dimana cahaya mulai tidak
tampak di dalam lapisan medium yang keruh.
c. Instrumen pengukur perbandingan Tyndall disebut sebagai Tyndall meter.
Dalam instrumen ini intensitas diukur secara langsung. Sedang pada
nefelometer, intensitas cahaya diukur dengan larutan standar.

8
BAB III

ISI

3.1. Waktu dan Tempat


3.1.1. Pengambilan Sampel Air Sumur

Hari, tanggal : Selasa, 24 Agustus 2015


Jam : 11.30 WIb
Tempat : Dadok, Tunggul Hitam, Padang
Pratikum : Pemeriksaan Kualitas Fisik Air

3.1.2. Pemeriksaan Suhu, pH, Bau, Rasa dan Kekeruhan Air Sumur

Hari, tanggal : Selasa, 24 Agustus 2015


Jam : 13.30 s.d 16.30 WIB
Tempat : Labor Fisika Lingkungan Poltekkes Kemenkes RI Padang
Pratikum : Pemeriksaan Kualitas Fisik Air (Bau, Rasa, Kekeruhan, pH,
Suhu, Udara dan Suhu Air)

3.1.3. Pemeriksaan Zat Padat dan Warna

Hari, tanggal : Selasa, 1 September 2015


Jam : 13.30 s.d 16.00 WIB
Tempat : Labor Fisika Lingkungan Poltekkes Kemenkes RI Padang
Pratikum : Pemeriksaan Kualitas Fisik Air (Zat Padat dan Warna)

3.2. Alat dan Bahan


3.2.1. Pengambilan Sampel Air Sumur
3.2.1.1. Alat
No. Alat Jumlah
1. Botol 2 buah

9
2. Tali 2 buah (2 meter)
3. Pemberat 2 buah
4. Tutup botol 2 buah

3.2.1.2. Bahan
No. Bahan
1. Air sumur keruh

3.2.2. Pemeriksaan Kualitas Fisik Air Sumur


3.2.2.1. Pemeriksaan Suhu
a. Alat
No. Alat Jumlah
1. Thermometer 1 buah
2. Erlenmeyer 250ml 1 buah

b. Bahan

No. Bahan
1. Sampel air sumur

3.2.2.2. Pemeriksaan pH
a. Alat
No. Alat Jumlah
1. pH meter 1 buah
2. Indikator pH 1 buah

10
b. Bahan

No. Bahan
1. Sampel air sumur

3.2.2.3. Pemeriksaan Bau dan Rasa


a. Alat
No. Alat Jumlah
1. Cawan penguap 1 buah
2. Penangas air 1 buah

b. Bahan

No. Bahan
1. Sampel air sumur

3.2.2.4. Pemeriksaan Kekeruhan


a. Alat
No. Alat Jumlah
1. Turbidimeter 1 buah
2. Tissue 1 buah
3. Pipet tetes 1 buah

b. Bahan

No. Bahan
1. Sampel air sumur

11
3.2.2.5. Pemeriksaan Zat Padat
a. Alat
No. Alat Jumlah
1. Kertas filter 1 buah
2. Erlenmeyer 250ml 1 buah
3. Corong 1 buah
4. Oven 1 buah
5. Desicator 1 buah
6. Pinset 1 buah
7. Cawan penguap 1 buah
8. Neraca analitik 1 buah

b. Bahan

No. Bahan
1. Sampel air sumur

3.2.2.6. Pemeriksaan Warna


a. Alat
No. Alat Jumlah
1. Spektrofotometer 1 buah
2. Tissue 1 buah
3. Pipet tetes 2 buah
4. Cuvet 6 buah
5. Buret 1 buah
6. Gelas kimia 50ml 2 buah
7. Labu ukur 50ml 5 buah
8. Labu ukur 100ml 1 buah

12
b. Bahan

No. Bahan
1. Sampel air sumur
2. Aquadesh
3. Larutan induk

3.3. Cara Kerja


3.3.1. Cara Kerja Pengambilan Sampel Air Sumur
a. Siapkan botol berwarna bersih yang telah diikatkan dengan tali.
b. Ikatkan alat pemberat pada sisi luar botol.
c. Masukkan botol sampel ke dalam sumur hingga mencapai dasar. Pastikan air
yang dilihat tidak bergelembung lagi. Lakukan sebanyak 3 kali perlakuan :
- Sampel pertama dibuang airnya, bertujuan untuk pencucian botol sampel.
- Sampel kedua dibuang airnya, bertujuan untuk pembilasan botol sampel.
- Sampel ketiga digunakan untuk sampel yang akan amati kualitas fisiknya.
d. Angkat botol sampel, pastikan botol terisi penuh dan tidak mengandung
gelembung udara di dalamnya.
e. Tutup dengan tutup botol.
f. Beri label :
- Nama pengambil sampel
- Tempat pengambilan sampel
- Waktu dan tanggal pengambilan sampel
- Parameter yang akan diperiksa
g. Bawa ke labor untuk diuji kualitas fisiknya.

3.3.2. Cara Kerja Pemeriksaan Fisik Air


3.3.2.1. Cara Kerja Pemeriksaan Suhu
a. Siapkan alat dan bahan.
b. Masukkan sampel air ke dalam Erlenmeyer.

13
c. Masukkan thermometer ke dalam Erlenmeyer yang telah berisi sampel
air.
d. Biarkan selama 1-2 menit.
e. Baca thermometer (saat pembacaan dilakukan, thermometer tetap
terendam dalam sampel).
f. Catat suhu yang telah diperoleh.

3.3.2.2. Cara Kerja Pemeriksaan pH


a. Siapkan alat dan bahan.
b. Celupkan pH meter ke dalam air sampel.
c. Cocokkan dengan indicator pH.
d. Baca hasil pH sampel Air.

3.3.2.3. Cara Kerja Pemeriksaan Bau


a. Siapkan alat dan bahan.
b. Sampel air dimasukkan kedalam cawan penguap bebas bau.
c. Cium baunya (apabila baunya kurang jelas, panaskan sampai suhu 400C
dengan penangas air).
d. Cium baunya.

3.3.2.4. Cara Kerja Pemeriksaan Rasa


a. Siapkan alat dan bahan.
b. Letakkan air sampel ke cawan atau tempat lain.
c. Sampel air dimasukkan ke dalam mulut, letakkan pada lidah dan tahan
beberapa menit (sampel yang telah diketahui dan tidak bebahaya untuk
diminum).
d. Rasakan sampel air tersebut.

14
3.3.2.5. Cara Kerja Pemeriksaan Kekeruhan
Turbidimeter Manual
a. Siapkan alat dan bahan.
b. Lap tabung sampel menggunakan tissue, masukkan sampel air ke dalam
tabung sampel sampai tanda garis batas.
c. Sambungkan alat turbidimeter ke sumber arus listrik.
d. Putar tombol off 20200 kea rah angka 20, dan alat siap untuk
dioperasikan.
e. Ambil tabung kalibrasi 0 (nol) masukkan ke dalam lobang deteksi, lalu
tutup.
f. Putar tombol zero control sampai angka pada monitor menunjukkan
angka 0 (nol).
g. Setelah pas di angka 0 (nol), keluarkan tabung kalibrasi 0 (nol), lalu
masukkan tabung kalibrasi 10.
h. Putar tombol zero control sampai angka pada monitor menunjukkan
angka 10/ sampai habis.
i. Setelah pas angka 10, keluarkan tabung kalibrasi.
j. Bersihkan tabung sampel dengan tissue, lalu masukkan ke lobang
turbidimeter. (Apabila angka pada monitor menunjukkan angka 1, putar
tombol off20200 ke angka 200)
k. Catat angka yang tertera pada monitor tanpa memutar tombol apapun.
l. Setelah selesai, keluarkan tabung sampel dari lobang turbidimeter dan
matikan alat dengan memutar tombol off20200 ke arah 200.

Turbidimeter Digital
a. Siapkan alat dan bahan.
b. Masukkan sampel ke dalam tabung sampel sebelumnya dilap terlebih
dahulu dengan tissue.
c. Samakan dengan tabung kalibrasi 0.02NTU; 20NTU; 100NTU; 800NTU.
d. Tekan tombol ON.

15
e. Apabila tabung kalibrasi sudah dapat, masukkan tabung kalibrasi tersebut
kelobang turbidimeter.
f. Tunggu alat saat READ, setelah berhenti tekan tombol call (cari angka
yang mendekati) muncul STAND BY
g. Keluarkan tabung kalibrasi.
h. Ambil tabung sampel, lap dengan tissue, lalu masukkan ke dalam lobang
alat turbidimeter.
i. Tekan tombol READ Catat hasil yang telah diperoleh.

3.3.2.6. Cara Kerja Pemeriksaan Zat Padat


a. Lipat kertas saring menjadi 4 bagian.
b. Letakkan kertas saring tersebut ke dalam cawan penguap.
c. Panaskan kertas saring pada oven dengan suhu 1050C selama 30 menit.
d. Dinginkan kertas saring dengan desikator selama 5 menit.
e. Ambil kertas dengan pinset, dan timbang dengan timbangan analitik.
f. Catat hasil timbangan pertama.
g. Ambil kertas saring dan dinginkan dalam desikator selama 5 menit.
h. Siapkan corong dan Erlenmeyer.
i. Letakkan kertas saring ke atas corong.
j. Takar air sampel sampai 20ml dengan menggunakan gelas kimia.
k. Tuangkan air sampel ke atas kertas saring, tampung air sampel sisa
penyaringan dengan erlenmeyer.
l. Ambil kertas saring dengan pinset dan letakkan pada cawan penguap.
m. Masukkan ke dalam oven selama 30 menit dengan suhu 1050C.
n. Ambil kertas saring dan dinginkan ke dalam desikator selama 5 menit.
o. Setelah itu ambil kertas saring dari dalam timbangan analitik dan
letakkan ke dalam cawan penguap.
p. Catat hasil timbangan kedua.
Sehingga didapatkan :
() 1000
Zat padat =

16
(1,19831.16) 1000
= 20
0,0383 1000
= 20
38,3
= 20

= 1,9 gr/ L

3.3.2.7. Cara kerja Pemeriksaan Warna


Pembuatan Larutan Standar
a. Lakukan perhitungan :
- Larutan standar 0 TCU
V1 x M1 = V2 x M2
V1 x 500 = 50 x 0
50 x 0
V1 = 500

V1 = 0 ml

- Larutan standar 5 TCU


V1 x M1 = V2 x M2
V1 x 500 = 50 x 5
50 x 5
V1 = 500

V1 = 0.5 ml

- Larutan standar 10 TCU


V1 x M1 = V2 x M2
V1 x 500 = 50 x 10
50 x 10
V1 = 500

V1 = 1 ml

17
- Larutan standar 20 TCU
V1 x M1 = V2 x M2
V1 x 500 = 50 x 20
50 x 20
V1 = 500

V1 = 2 ml

- Larutan standar 40 TCU


V1 x M1 = V2 x M2
V1 x 500 = 50 x 40
50 x 40
V1 = 500

V1 = 4 ml

- Larutan standar 70 TCU


V1 x M1 = V2 x M2
V1 x 500 = 50 x 70
50 x 70
V1 = 500

V1 = 7 ml

b. Masukkan larutan induk kedalam buret.


c. Lalu teteskan larutan induk sesuai volume yang telah dihitung ke dalam
labu ukur.
d. Tambahkan aquadest sampai tanda batas.
e. Tutup dan homogenkan sebanyak 12x.
Pemeriksaan Warna dengan Spektrofotometer
a. Bilas semua cuvet dengan aquadest dan larutan standar.
b. Masukkan sampel, blanko dan masing-masing larutan standar ke dalam
masing-masing cuvet sampai tanda batas.
c. Hidupkan spektrofotometer.
d. Atur panjang gelombang 355 nm dengan menekan tombol Go To.

18
e. Masukkan cuvet blanko ke dalam tabung spektofotometer dan tekan
tombol Zero maka pada layar angka menjadi 0.00 Abs, dan keluarkan.
f. Masukkan cuvet 5 TCU ke dalam tabung spektrofotometer dan catat hasil
pengukuran.
g. Masukkan cuvet 10 TCU ke dalam tabung spektrofotometer dan catat
hasil pengukuran.
h. Masukkan cuvet 20 TCU ke dalam tabung spektrofotometer dan catat
hasil pengukuran.
i. Masukkan cuvet 40 TCU ke dalam tabung spektrofotometer dan catat
hasil pengukuran.
j. Masukkan cuvet 70 TCU ke dalam tabung spektrofotometer dan catat
hasil pengukuran.
k. Masukkan cuvet sampel ke dalam tabung spektrofotometer dan catat hasil
pengukuran (apabila hasil pengukuran lebih besar dari pada hasil
pengukuran sebelumnya maka lakukan lagi pengenceran 10x dengan
menambahkan aquadest hingga 100ml dan ukur lagi dengan
spektrofotometer). Sehingga di dapatkan hasil pengukuran yaitu 0,78
Abs.
Maka didapatkan konsentrasi warna yang di dapat adalah :
15 TCU x 10kali = 150 TCU
l. Setelah selesai matikan alat.

19
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Hasil Pengamatan

No. Pemeriksaan Sampel Baku Mutu MS / TMS


1. PH 7 6,5 8,5 MS
2. Suhu Air : 23C Suhu udara 3C MS
Udara : 27C
3. Bau Berbau besi Tidak berbau TMS
4. Rasa Pahit dan sedikit asin Tidak berasa TMS
5. Kekeruhan 6,83 NTU 5 NTU TMS
6. Warna 150 TCU 50 TCU TMS
7. Zat padat 1900 mg/ L 1500 mg/ L TMS

Keterangan :

MS : Memenuhi Standar

TMS : Tidak memenuhi standar

4.2.Pembahasan
Pengambilan contoh air adalah kegiatan sampel air di badan air atau sumber
air yang digunanakan masyarakat untuk mengetahui kualitas air tersebut. Sampel
air yang diambil harus mewakili keadaan air yang sebenarnya sehingga dapat
dilakukan pemeriksaan dan diketahui kualitas air yang sebenar-benarnya.
Pengambilan contoh air hatus dilakukan dengan teliti dan dapat dipertanggung
jawabkan. Beberapa parameter mudah sekali berubah dengan cepat walaupun
sudah dilakukan pengawetan maka harus dilakukan pemeriksaan langsung
dilapangan dengan melakukan pengukuran suhu, pH, DO, bau dan rasa.

20
Untuk pengambilan contoh pada air sumur gali atau sungai dapat digunakan
botol timba dengan pemberat. Pastikan pada pengambilan sampel air harus
dilakukan dengan benar dan teliti agar tidak terjadi aerasi atau masuknya
gelembung udara.
Berdasarkan standar baku mutu untuk air bersih menurut permenkes Nomor
416/ MENKES/ Per/ 1990 didapatkan hasil pengukuran fisik air sampel yang
mana pHnya netral yaitu tidak asam dan juga tidak basa yang berarti sesuai
dengan standar baku mutu air bersih yaitu 6,5- 8,5.
Untuk bau, air berbau dan rasanya asin yang berarti air tidak sesuai dengan
standar baku mutu untuk air bersih. Untuk kekeruhan berada di atas standar baku
mutu air bersih yang berarti air tersebut tidak memenuhi persyaratan secara fisik.
Untuk pemeriksaan kadar zat padat yang terkandung setiap liter tidak sesuai
dengan standar baku mutu kualitas air bersih. Kemudian untuk pemeriksaan
warna juga tidak memenuhi standar yang telah di tetapkan oleh permenkes. Oleh
karena itu air sampel tidak bisa dikatakan sebagai air bersih dan berbahaya untuk
dikonsumsi.

21
BAB V

KESIMPULAN

5.1. Kesimpulan
Air merupakan senyawa yang mempunyai rumus molekul H2O. air merupakan
sesuatu yang sangat penting bagi manusia, rendahnya kualitas air dapat
menyebabkan dampak buruk bagi kehidupan manusia, oleh karena itu sering
dilakukan pengambilan sampel huna pemeriksaan kualitas air.
Dari pemeriksaan fisik yang dilakukan, dapat kita ketahui bahwa suhu air
sampel tersebut adalah 27,450C. Sampel berbau dan berasa, namun memiliki
tingkat kekeruhan di bawah baku mutu. Sampel air sumur ini memiliki tingkat
kekeruhan di atas 5 NTU, yaitu 9,85 NTU. Zat padat yang terkandung dalam 1
liter air yaitu 1900 mg. Serta memiliki tingkat warna diatas 50 TCU, yaitu 150
TCU.
Berdasarkan standar baku mutu untuk air bersih menurut permenkes No
416/menkes/per/1990 dan permenkes No 492/ Menkes / Per/ IV/ 2010 tentang
persyaratan air minum, maka didapatkan hasil pengukuran fisik air sampel tidak
layak dikatakan air bersih dan tidak layak untuk dikonsumsi.

5.2. Saran

5.2.1 Kita sebagai mahasiswa kesehatan lingkungan diharapkan melaksanakan


pemeriksaan fisik air
5.2.2 Kita sebagai mahasiswa Kesehatan Lingkungan harus bisa mensosialisasikan
kepada masyarakat tentang air bersih yang sesuai dengan standar kesehatan.
5.2.3 Masyarakat harus memahami dan mengaplikasikan bagaimana ciri-ciri air
bersih yang baik untuk di konsumsi dan sesuai dengan standar kesehatan

22

Anda mungkin juga menyukai