KIMIA ANORGANIK II
Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas segala limpahan
rahmat dan karuniaNya sehingga makalah mengenai Asam Basa dapat terselesaikan.
Makalah ini merupakan tugas dalam mata kuliah Kimia Anorganik II yang bertujuan
untuk memberikan pendekatan belajar agar mahasiswa lebih mudah memahami
materi yang terkandung, juga membangun motivasi mahasiswa untukdapat
mengaitkan suatu materi pada kehidupan sehari-hari.
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini jauh dari kesempurnaan, maka
penulis menerima kritik dan saran yang membangun untuk menyempurnakan makalah
ini. Akhirnya, penulis berharap semoha makalah ini dapat bermanfaat bagi
pembacanya dan dapat memenuhi harapan kita semua.
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
Terdapat beberapa cara yang dapat digunakan untuk membedakan antara senyawa asam dan
basa, misalnya dengan menggunakan indikator lakmus. Senyawa asam dapat mengubah
lakmus biru menjadi berwarna merah, sebaliknya senyawa basa dapat mengubah lakmus
merah menjadi berwarna biru. Selain itu, untuk membedakan apakah suatu senyawa bersifat
asam atau basa dapat juga menggunakan indikator phenolphthalein. Jika setelah penambahan
phenolphthalein warna larutan berubah menjadi merah muda atau pink, maka larutan tersebut
bersifat basa. Senyawa asam dan basa masing-masing memiliki sifat spesifik yang dapat
membedakannya satu sama lain, misalnya dengan rasanya. Senyawa asam cenderung
memiliki rasa masam, sedangkan senyawa basa memiliki rasa agak pahit. Perbedaan lain
yang dapat membedakan kedua senyawa ini yaitu kemampuannya melarutkan zat lain.
Senyawa asam bersifat korosif sehingga dapat melarutkan beberapa logam aktif, sedangkan
senyawa basa dapat melarutkan lemak. Oleh karena itu, abu gosok yang bersifat basa dapat
digunakan untuk mencuci sisa lemak yang ada di piring.
Senyawa asam dan basa juga dapat digolongkan lebih lanjut berdasarkan sifat keras dan
lunaknya. Penggolongan ini didasarkan pada ligan dan ion logamnya. Ligan (anion) keras dan
lunak digolongkan berdasarkan polarisabilitas anion, yaitu kemampuan suatu anion untuk
mengalami polarisasi akibat medan listrik yang berasal dari ion logam (kation). Sedangkan
ion logam (kation) keras dan lunak digolongkan berdasarkan polarisabilitas kation, yaitu
kemampuan suatu kation untuk mempolarisasi suatu anion dalam suatu ikatan. Penggolongan
ini penting dilakukan untuk memudahkan pemahaman mengenai pengertian dari suatu asam
atau basa yang keras dan lunak. Pemahaman sifat asam basa yang keras dan lunak juga
dibutuhkan untuk mengetahui interaksi yang terjadi diantara asam basa tersebut, apakah
interaksi yang bersifat ionik atau interaksi yang bersifat kovalen. Oleh karena itu maka dibuat
makalah ini sebagai tugas dalam mata kuliah Kimia Anorganik II agar mahasiswa lebih
mampu memahami segala aspek yang berkaitan dengan teori asam basa.
1.2. Tujuan
Adapun rumusan masalah yang akan dibahas pada makalah ini adalah :
Sekitar tahun 1800, banyak kimiawan Prancis termasuk Antoine Lavoisier secara keliru
berkeyakinan bahwa semua asam mengandung oksigen. Lavoisier mendefinisikan asam
sebagai zat mengandung oksigen karena pengetahuannya akan asam kuat hanya terbatas pada
asam-asam okso dan karena is tidak mengetahui komposisi sesungguhnya dari asamasam
halida, HCI, HBr, dan HI.
Lavoisier-lah yang memberi nama oksigen dari dua kata bahasa Yunani yaitu oxus (asam)
dan gennan (menghasilkan) yang berarti penghasil/pembentuk asam. Setelah unsur klorin,
bromin, dan iodin teridentifikasi dan ketiadaan oksigen dalam asam asam halida ditemukan
oleh Sir Humphry Davy pada tahun 1810, definisi oleh Lavoisier tersebut kemudian
ditinggalkan. Kimiawan Inggris pada waktu itu, termasuk Humphry Davy berkeyakinan
bahwa semua asam mengandung hidrogen. Setelah itu pada tahun 1884, ahli kimia Swedia
yang bernama Svante August Arrhenius dengan menggunakan landasan ini, mengemukakan
teori ion dan kemudian merumuskan pengertian asam. Basa dapat dikatakan sebagai lawan
dari asam. Jika asam dicampur dengan basa, maka kedua zat itu saling menetralkan sehingga
sifat asam dan basa dihilangkan.
Istilah asam berasal dari bahasa Latin Acetum yang berarti cuka, karena diketahui zat
utama dalam cuka adalah asam asetat. yaitu zat yang berasa masam.
Basa (alkali) berasal dari bahasa arab yang berarti abu. Secara umum basa yaitu zat yang
berasa pahit dan bersifat kaustik. Definisi umum dari basa adalah senyawa kimia yang
menyerap ion hydronium ketika dilarutkan dalam air. Basa adalah lawan dari asam, yaitu
ditujukan untuk unsur/senyawa kimia yang memiliki pH lebih dari 7. Kostik merupakan
istilah yang digunakan untuk basa kuat. Basa dapat dibagi menjadi basa kuat dan basa lemah.
Kekuatan basa sangat tergantung pada kemampuan basa tersebut melepaskan ion OH dalam
larutan dan konsentrasi larutan basa tersebut.
Teori asam basa Arrhenius didasarkan pada pembentukan ion dan pada larutan berair
(aqueous solution).
Asam adalah spesies yang menghasilkan ion H+ atau H3O+ dalam larutan berair.
Basa adalah spesies yang menghasilkan ion OH- dalam larutan berair.
contoh: NaOH, KOH, Ba(OH)2, Ca(OH)2
NH3 + H2O NH4+ + OH-
Secara umum :
Asam + Basa Garam + Air
Konsep asam basa Arrhenius terbatas hanya pada larutan air, sehingga tidak dapat diterapkan
pada larutan non-air, fasa gas dan fasa padatan dimana tidak ada H+ dan OH-.
Keunggulan atau kelebihan dari teori asam basa Arrhenius yaitu mampu menyempurnakan
teori asam yang dikemukakan oleh Justus Von Liebig. Liebig menyatakan bahwa setiap asam
memiliki hidrogen (asam berbasis hidrogen). Pernyataan ini tidak tepat, sebab basa juga
memiliki hidrogen.
Sedangkan kekurangan atau kelemahan dari teori asam basa Arrhenius yaitu:
Teori asam basa Arrhenius terbatas dalam pelarut air, namun tidak dapat menjelaskan reaksi
asam-basa dalam pelarut lain atau bahkan reaksi tanpa pelarut.
Teori asam basa Arrhenius hanya terbatas sifat asam dan basa pada molekul, belum mampu
menjelaskan sifat asam dan basa ion seperti kation dan anion.
Tidak menjelaskan mengapa beberapa senyawa, yang mengandung hidrogen dengan bilangan
oksidasi +1 (seperti HCl) larut dalam air untuk membentuk larutan asam, sedangkan yang
lain seperti CH4 tidak.
Tidak dapat menjelaskan mengapa senyawa yang tidak memiliki OH-, seperti Na2CO3
memiliki karakteristik seperti basa.
Asam dan basa dapat dikelompokan menjadi asam basa monovalen dan asam basa polivalen.
Asam basa monovalen yaitu senyawa yang valensi asam atau basa adalah satu.
CH3COOH H+ + CH3COO-
Sedangkan asam basa polivalen yaitu senyawa yang valensi asam atau basa adalah lebih
dari satu. Asam dan basa polivalen mengion secara bertahap dan tiap tahap memiliki nilai
tetapan kesetimbangan sendiri.
Contohnya : Asam sulfat
H2SO4 H+ + HSO4-
HSO4- H+ + SO42-
Pasangan asam-basa konjugasi secara singkat yaitu asam makin lemah, basa konjugasinya
makin kuat.
Ka x Kb = Kw
Reaksi asam basa akan menyebabkan reaksi perpindahan proton dari asam ke basa dan
membentuk asam dan basa konjugasi.
Asam kuat: basa konjugasi lemah
Basa kuat: asam konjugasi lemah
HCl + H2O H3O+ + Cl-
Asam1 basa1 asam2 basa2
Asam konjugasi memiliki atom H lebih banyak daripada basa konjugasinya sedangkan basa
konjugasi memiliki muatan negatif lebih banyak daripada asam konjugasinya. Semua asam
basa Arrhenius adalah asam basa bronsted lowry
H2PO4- HPO42-
asam konjugasi basa konjugasi
Berdasarkan teori ini, reaksi antara gas HCl dan NH3 dapat dijelaskan sebagai reaksi asam
basa, yaitu:
HCl(g) + NH3(g) NH4Cl(s)
simbol (g) dan (s) menyatakan zat berwujud gas dan padat. Hidrogen khlorida mendonorkan
proton pada amonia dan berperan sebagai asam.
Menurut teori Brnsted dan Lowry, zat dapat berperan baik sebagai asam maupun basa. Bila
zat tertentu lebih mudah melepas proton, zat ini akan berperan sebagai asam dan lawannya
sebagai basa. Sebaliknya, bila zuatu zat lebih mudah menerima proton, zat ini akan berperan
sebagai basa.
Dalam suatu larutan asam dalam air, air berperan sebagai basa.
Basa konjugat dari suatu asam adalah spesi yang terbentuk ketika satu proton pindah dari
asam tersebut.
Asam konjugat dari suatu basa adalah spesi yang terbentuk ketika satu proton ditambahkan
ke basa tersebut.
Dalam reaksi di atas, perbedaan antara HCl dan Cl adalah sebuah proton, dan perubahan
antar keduanya adalah reversibel. Hubungan seperti ini disebut hubungan konjugat, dan
pasangan HCl dan Cl juga disebut sebagai pasangan asam-basa konjugat.
Larutan dalam air ion CO3 2 bersifat basa. Dalam reaksi antara ion CO32 dan H2O, yang
pertama berperan sebagai basa dan yang kedua sebagai asam dan keduanya membentuk
pasangan asam basa konjugat.
Adapun kelebihan teori asam dan basa Bronsted Lowry yaitu konsep yang telah
disampaikan Bronsted dan Lowry mengenai Teori Asam Basa tidak terbatas hanya pada
pelarut air saja, namun konsepnya dapat dengan jelas menjelaskan dan menerjemahkan
mengenai reaksi asam dan basa dalam pelarut air, bahkan mengenai reaksi tanpa pelarut.
Contoh : Reaksi antara asam klorida, HCl, dengan amonia, NH3 dengan menggunakan
pelarut benzena. Reaksinya seperti ini :
Sedangkan kekurangan teori basa dan asam Bronsted Lowry yaitu teori Bronsted-Lowry
memiliki kelemahan yaitu tidak mampu menjelaskan alasan suatu reaksi asam dengan basa
dapat terjadi tanpa adanya transfer proton dari yang bersifat asam ke yang bersifat basa.
Sedangkan kekurangan teori basa dan asam Lewis yaitu teori Lewis memiliki kelemahan
yaitu hanya mampu menjelaskan asam-basa yang memiliki 8 ion atau oktet.
Teori Asam Basa Lux-Flood merupakan penghidupan kembali teori asam basa oksigen yang
diusulkan oleh kimiawan Jerman Hermann Lux pada tahun 1939, kemudian dikembangkan
oleh Hkon Flood sekitar tahun 1947 dan masih digunakan sampai sekarang pada bidang
geokimia modern dan elektrokimia lelehan garam. Konsep teori asam basa Lux-Flood
ditinjau berdasarkan ion oksida (O2-). Konsep ini digunakan untuk menerangkan sistem non
proton yang tidak dapat dijelaskan dengan definisi asam basa Bronsted-Lowry. Teori ini
biasanya digunakan untuk meramalkan reaksi-reaksi yang berlangsung pada suhu tinggi dan
proses pengolahan serta perekayasaan mineral dan logam.
Menurut teori asam basa Lux-Flood, senyawa yang bersifat asam yaitu senyawa-senyawa
yang menjadi akseptor ion oksida. Sedangkan senyawa yang bersifat basa yaitu senyawa-
senyawa yang menjadi pendonor ion oksida. Contoh reaksi antara CaO (kapur) dan SiO2
(pasir) yang terjadi pada suhu tinggi. Persamaan reaksi yang terjadi sebagai berikut.
Adapun kelebihan teori asam basa lux-flood yaitu karakterisasi oksida logam dan non logam
menggunakan sistem ini bermanfaat dalam industri pembuatan logam.
Sedangkan kelemahan teori Lux-Flood yaitu teori ini terbatas hanya pada senyawa-senyawa
yang memiliki ion oksida saja. Teori ini tidak dapat menjelaskan sifat kebasaan dan
keasaman suatu senyawa yang tidak memiliki ion oksida di dalamnya.
Asam basa Lewis diklasifikasikan menurut sifat keras dan lunaknya. Logam dan ligan
dikelompokkan menurut sifat keras dan lunaknya berdasarkan pada polarisabilitas unsur yang
pada akhirnya dikemukakanlah suatu prinsip yang disebut Hard and Soft Acid Base (HSAB).
R.G Pearson awal tahun 1960 mengusulkan bahwa asam basa lewis dapat diklasifikasikan
sebagai asam basa lunak (soft) atau keras (hard). Asam basa lunak adalah asam basa yang
elektron-elektron valensinya mudah terpolarisasi atau terlepaskan, sedangkan asam basa
keras adalah asam basa yang tidak mempunyai elektron valensi atau yang elektron atau
elektron valensinya sukar terpolarisasi. Dengan kata lain asam basa lunak mempunyai sifat
terpolarisasi tinggi dan asam basa keras mempunyai sifat terpolarisasi rendah. Konsep ini
kemudian dikenal dengan nama HSAB yang singkatan dari hard soft acids and base (asam
basa keras lemah) atau yang biasa dikenal sebagai asam basa pearson.
Ligan-ligan dengan atom yang sangat elektronegatif dan memiliki ukuran kecil merupakan
basa keras (misalnya : OH-, F-), sebaliknya ligan-ligan dengan atom yang elektron terluarnya
mudah terpolarisasi akibat pengaruh ion dari luar merupakan basa lemah (misalnya : S2O32-,
I-). Sedangkan ion-ion logam yang berukuran kecil, bermuatan positif besar, elektron terluar
tidak mudah dipengaruhi oleh ion lain dari luar, dikelompokkan ke dalam asam keras
(contohnya : H+, Si4+), sebaliknya ion-ion logam yang berukuran besar, bermuatan kecil
atau nol, elektron terluarnya mudah dipengaruhi oleh ion lain, dikelompokkan ke dalam asam
lemah (contohnya : Ag+, Cd2+). Selain dari asam basa keras dan lunak, terdapat juga ligan
dan ion logam yang tidak termasuk pada golongan keras ataupun lunak, yaitu golongan
intermediet. Di bawah ini adalah tabel ligan dan ion logam yang tergolong asam basa keras,
lunak, dan intermediet.
Be2+, Mg2+, Ca2+, Sr2+, Hg2+, Cd2+, Pd2+, Pt2+ Pb2+, Fe2+, Co2+, Ni2+,
Sn2+, Mn2+, Zn2+ Cu2+, Os2+
[VO]2+, [VO2]+
Tabel 2.1 Tabel Klasifikasi Basa Keras, Lunak, dan Intermediet
Berdasarkan prinsip HSAB, asam keras cenderung lebih suka untuk berkoordinasi dengan
basa keras, dan demikian juga halnya dengan asam lunak yang cenderung lebih suka
berkoordinasi dengan basa lunak. Asam keras dan basa keras cenderung mempunyai atom
yang kecil, oksidasi tinggi, kepolaran rendah, dan keelektronegatifan tinggi. Sedangkan asam
dan basa lunak cenderung mempunyai atom yang besar, tingkat oksidasi rendah, dan
elektronegatifan rendah. Interaksi antara asam keras dan basa keras disebut dengan interaksi
ionik, sedangkan interaksi antara asam lemah dan basa lemah lebih bersifat kovalen.
Contohnya antara Cr3+ dan OH-. Cr3+ merupakan asam kuat dan OH- merupakan basa kuat,
sehinnga kedua asam basa ini akan berinteraksi secara kuat melalui pembentukan ikatan
koordinasi karena pasangan elektron bebas unsur O pada OH- akan menempati orbital kosong
yang ada di Cr3+.
Pada kenyataannya asam keras yang berikatan dengan dengan basa keras akan memiliki
kestabilan yang lebih tinggi dibandingkan asam keras yang berikatan dengan basa lunak.
Asam keras (misalnya : Fe3+) yang berikatan dengan halogen, kestabilannya akan menurun
berdasarkan urutan : F- > Cl- > Br- > I-. Sedangkan asam lunak (misalnya : Hg2+) yang
berikatan dengan golongan halogen, kestabilannya akan meningkat berdasarkan urutan : F- <
Cl- < Br- < I-. Hal ini disebabkan karena F- dan Cl- merupakan basa keras, sehingga akan
lebih stabil jika berikatan dengan asam keras, sebaliknya I- yang merupakan basa lunak, akan
lebih stabil jika berikatan dengan asam lunak.
2.2.6. Teori Asam Basa Sistem Pelarut
Asam basa sistem basa sistem pelarut dikembangkan oleh Cady Esley. Berdasarkan teori ini,
yaitu
asam sistem pelarut yaitu spesies kimia yang bila dilarutkan dalam pelarut tertentu dapat
meningkatkan konsentrasi kation karakteristik dari pelarut tersebut.
Contoh cairan NH4Cl dilarutkan dalam cairan NH3, maka NH4Cl bertindak sebagia asam
sistem pelarut karena dalam NH3, cairan NH4Cl teriosisasi menjadi NH4+ + Cl-. NH4+
inilah yang disebut kation karakteristik pelarut (KKP).
Sedangkan basa sistem pelarut yaitu suatu spesi kimia yang bila dilarutkan dalam pelarut
tertentu dapat meningkatkan anion karakteristik plarut tersebut.
Contoh melarutkan kristal NaCl dalam cairan POCl2, maka NaCl disebut anion karakteristik
pelarut (AKP). Karena dalam campuran NaCl terurai menjadi Na+ dan Cl-. Cl- inilah yang
disebut AKP.
Kelebihan dari teori ini adalah sifat keasaman dan kebasaan suatu senyawa dapat
ditingkatkan karakteristiknya.
Kelemahan dari teori ini adalah tidak semua pelarut dapat atau mampu meningkatkan
karakteristik sifat keasaman ataupun kebasaan suatu senyawa.
Usanovich merupakan seorang ahli kimia Rusia. Teori Asam Basa Asam Usanovich tidak
diakui oleh dunia atau bisa dibilang bukan teorinya. Hal ini disebabkan teori yang
diungkapkan tersebut merupakan gabungan dari semua teori asam basa yang pernah
diungkapkan ahli-ahli kimia yang lain.
Mikhail Usanovich telah mengembangkan teori umum yang tidak membatasi keasaman suatu
senyawa yang hanya mengandung hidrogen saja, tetapi lebih umum dari teori asam basa
Lewis. Teori Usanovich dapat diringkas:
Asam didefinisikan sebagai spesies yang dapat menyumbangkan kation untuk kemudian
bergabung dengan (menerima) anion untuk menetralkan basa menghasilkan garam.
Basa didefinikasikan sebagai spesies yang dapat memberikan anion (elektron) untuk
bergabung dengan kation atau menetralkan asam kemudian menghasikan garam .
Definisi Usanovich ini telah mencakup semua definisi yang telah ada sebelumnya dan konsep
redoks (oksidasi-reduksi) sebagai kasus khusus dalam reaksi asam-basa.
A. Reaksi Penetralan
Jika larutan asam san larutan basa direaksikan maka terjadi reaksi penetralan, yaitu reaksi
yang saling meniadakan sifat asam dan basa yang menghasilkan garam dan air.
Contoh :
Oksida asam adalah oksida bukan logam yang saat bereaksi dengan air membentuk asam.
Oksida asam akan bereaksi dengan larutan basa membentuk garam dan air
CO2 + 2 NaOH Na2CO3 + H2O
Oksida basa adalah oksida logam yang saat bereaksi dengan air akan menghasilkan basa:
Oksida basa akan bereaksi dengan larutan asam membentuk garam dan air
Untuk mengetahui suatu reaksi menghasilkan endapan atau tidak....ada dua cara. Cara
pertama menggunakan tabel kelarutan (dengan menghitung nilai perbandingan Ksp dengan
Qsp nya), contoh :
Reaksi Ion (larutan elektrolit terurai menjadi ion2nya dan yang mengendap tidak diuraikan).
Reaksi ion bersihnya (ion2 yang sama di ruas kiri dan kanan dihilangkan)
Kedua reaksi di atas sebenarnya menghasilkan H2CO3 akan tetapi segera terurai menjadi
H2O(l) dan CO2(g).
reaksi di atas sebenarnya menghasilkan NH4OH akan tetapi segera terurai menjadi H2O(l)
dan NH3(g)
Ada beberapa sifat-sifat khusus untuk membedakan suatu zat atau senyawa berupa asam atau
basa yaitu:
Karena Ion hidrogen mempunyai muatan positif (makanya dikasih tanda plus (+) disebelah
atas belakang H). Secara umum, Asam memiliki sifat sebagai berikut:
Rasa masam jika dilarutkan dalam air (hanya untuk asam lemah)
Sentuhan : terasa menyengat bila disentuh dan dapat merusak kulit (terutama jika
asam pekat)
Bersifat korosif terhadap logam. Dapat menyebabkan karat, dapat pula merusak
jaringan kulit/iritasi dan melubangi benda yang terbuat dari kain, kayu atau kertas jika
konsentrasinya tinggi (pengalaman pribadi, kalian mau coba? Dio kayanya semangat
nih)
Hantaran listrik : merupakan cairan elektrolit walaupun tidak selalu ionik (dapat
menghantarkan listrik walau tidak selalu berbentuk ion)
Derajat keasaman (pH) lebih kecil dari 7
Mengubah warna lakmus menjadi berwarna merah
Sedangkan Ion hidroksida mempunyai muatan negatif (makanya dikasih tanda minus (-)
disebelah atas belakang OH). Basa adalah lawan dari asam. Secara umum, Basa memiliki
sifat sebagai berikut:
Rasa pahit jika dilarutkan dalam air (hanya untuk basa lemah)
Sentuhan : terasa licin seperti sabun bila disentuh (hanya untuk basa lemah)
Bersifat kaustik (dapat merusak jaringan kulit/iritasi)
Hantaran listrik : dapat menghantarkan listrik (merupakan larutan elektrolit)
Derajat keasaman (pH) lebih besar dari 7
Mengubah warna lakmus menjadi berwarna biru
Dalam keadaan murni umumnya berupa kristal padat
Dapat mengemulsi minyak
Asam terbagi dua jenis yaitu Asam Kuat dan Asam Lemah.
a. Asam Kuat yaitu Asam yang dapat terionisasi 100% dalam larutan
b. Asam lemah yaitu Asam yang tidak terionisasi seluruhnya pada saat dilarutkan dalam air.
a. Basa Kuat yaitu Basa yang dapat terionisasi sempurna sesuai dengan unsure pembentuk
basa tersebut.
b. Basa Lemah yaitu basa tidak berubah seluruhnya menjadi ion hidroksida dalam larutan.
Amonia adalah salah satu contoh basa lemah. Sudah sangat jelas ammonia tidak
mengandung ion hidroksida, tetapi amonia bereaksi dengan air untuk menghasilkan ion
amonium dan ion hidroksida.
Akan tetapi, reaksi berlangsung reversibel, dan pada setiap saat sekitar 99% amonia tetap ada
sebagai molekul amonia. Hanya sekitar 1% yang menghasilkan ion hidroksida. Disebut basa
lemah karena zat terlarut dalam larutan ini tidak mengion seluruhnya, 1, (0 < < 1).
Penentuan besarnya konsentrasi OH- tidak dapat ditentukan langsung dari konsentrasi basa
lemahnya (seperti halnya basa kuat).
Berikut ini contoh basa lemah :
o gas amoniak (NH3)
o besi hidroksida (Fe(OH)2)
o Hydroksilamine (NH2OH)
o Aluminium hidroksida (Al(OH)3)
o Ammonia hydroksida (NH4OH)
o Metilamin hydroxide (CH3NH3OH
o Etilamin hydroxide (C2H5NH3OH)
2.6. Indikator Asam Basa
Indikator asam basa adalah zat kimia yang mempunyai warna yang berbeda dalam larutan
asam dan basa. Sifat itulah yang menyebabkan indikator asam basa dapat digunakan untuk
mengidentifikasi sifat asam dan basa. Ada beberapa jenis indikator asam basa diantaranya
fenolftalein, metil orange, bromotimul biru, metil ungu, bromokresol ungu, fenol merah,
timolftalein dan metil orange. Jika kita meneteskan larutan asam basa kedalam larutan
tersebut, kita akan melihat perubahan warna larutan indikator. Perhatikan tabel berikut:
Batas batas pH ketika indikator mengalami perubahan warna disebut trayek perubahan
warna indikator tersebut.
Asam merupakan kebutuhan industri yang vital. Empat macam asam yang paling penting
dalam industri adalah asam sulfat, asam fosfat, asam nitrat dan asam klorida. Asam sulfat
(H2SO4) merupakan cairan kental menyerupai oli. Umumnya asam sulfat digunakan dalam
pembuatan pupuk, pengilangan minyak, pabrik baja, pabrik plastik, obat-obatan, pewarna,
dan untuk pembuatan asam lainnya. Asam fosfat (H3PO4) digunakan untuk pembuatan pupuk
dan deterjen. Namun, sangat disayangkan bahwa fosfat dapat menyebabkan masalah
pencemaran di danau-danau dan aliran sungai.
Asam nitrat (HNO3) banyak digunakan untuk pembuatan bahan peledak dan pupuk. Asam
nitrat pekat merupakan cairan tidak berwarna yang dapat mengakibatkan luka bakar pada
kulit manusia. Asam klorida (HCl) adalah gas yang tidak berwarna yang dilarutkan dalam air.
Asap HCl dan ion-ionnya yang terbentuk dalam larutan, keduanya berbahaya bagi jaringan
tubuh manusia.
Dalam keadaan murni, pada umumnya basa berupa kristal padat. Beberapa produk rumah
tangga yang mengandung basa, antara lain deodorant, antasid, dan sabun. Basa yang
digunakan secara luas adalah kalsium hidroksida, Ca(OH)2 yang umumnya disebut soda
kaustik suatu basa yang berupa tepung kristal putih yang mudah larut dalam air. Basa yang
paling banyak digunakan adalah amoniak. Amoniak merupakan gas tidak berwarna dengan
bau yang sangat menyengat, sehingga sangat mengganggu saluran pernafasan dan paru-paru
bila gas terhirup. Amoniak digunakan sebagai pupuk, serta bahan pembuatan rayon, nilon dan
asam nitrat.
BAB III
KESIMPULAN
1. Menurut Arrhenius, asam adalah zat yang dalam air melepakan ion H+, sedangkan basa
adalah zat yang dalam air melepaskan ion OH.
2. Menurut Bronsted-Lowry. Asam adalah zat yang menyediakan proton dan basa penerima
proton.
3. Menurut Lewis asam sebagai akseptor pasangan elektron, dan suatu basa sebagai donor
pasangan tersebut.
4. Asam adalah zat yang berasa asam dengan pH dibawah tujuh sedangkan basa adalah zat
yang bersifat kaustik dengan pH diatas tujuh dan senyawa yang menyerap ion hydronium
ketika dilarutkan dalam air.
5. Basa kuat adalah jenis senyawa sederhana yang dapat mendeprotonasi asam sangat lemah
di dalam reaksi asam basa, sedangkan basa lemah adalah larutan basa tidak berubah
seluruhnya menjadi ion hidroksida dalam larutan.
6. Prinsip HSAB menggolongkan asam basa menjadi asam basa keras dan lunak.
7. Asam basa keras dan lunak dapar berinteraksi satu sama lain, namun asam keras akan
cenderung berinteraksi dengan basa keras dan asam lunak juga akan cenderung berinteraksi
dengan basa lunak.
8. Indikator adalah senyawa kompleks yang bisa bereaksi dengan asam dan basa. Indikator
digunakan untuk mengidentifikasi apakah suatu zat bersifat asam atau basa.
9. Empat macam asam yang paling penting dalam industri adalah asam sulfat, asam fosfat,
asam nitrat dan asam klorida.
DAFTAR PUSTAKA
Cotton F.A dan G. Wilkinson. 1989. Kimia Anorganik Dasar. Jakarta: UI-Press.
Huheey, J.E., Keiter, E.A., and Keiter, R.L. 1993. Inorganic Chemistry. New York.
HarperCollins College Publisher.