Anda di halaman 1dari 5

REFLEKSI KASUS

Diare Akut Dehidrasi Ringan-Sedang

Disusun oleh :
Erwinanto K.A
(20110310003)

Pembimbing :
dr. H. M Bambang Edi S , Sp.A

PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI ILMU KESEHATAN ANAK


RS PKU MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA
2017
Identitas Pasien :
Nama : An. N
Umur : 11 bulan
Jenis kelamin : perempuan

Anamnesis :
Seorang anak perempuan berinisial N, berusia 11 bulan, diantar oleh orang tuanya datang ke
Instalasi Gawat Darurat (IGD) dengan keluhan mengalami mencret yang terjadi kurang lebih
setiap sepuluh menit berupa cairan berisi ampas, tanpa berisi darah dan lendir. Mencret
tersebut dikatakan sudah berlangsung sejak 3 hari yang lalu sebelum masuk ke rumah sakit
dengan frekuensi 4 x dalam sehari. Dikatakan setiap buang air besar jumlahnya gelas
aqua. Pasien tidak mengalami demam selama keluhan ini muncul. Pasien masih dapat
minum, tampak haus, dan rewel. Air mata ada saat menangis. Air kencing berwarna kuning
pekat, dan lebih sedikit dari biasanya.Pasien dikatakan sudah pernah berobat kebidan namun
keluhan belum membaik, pada saat pengobatan yang kedua pasien disarankan untuk ke
rumah sakit untuk dirawat inap. Keluhan ini baru pertama kali dialami oleh pasien.
Sebelumnya kakak pasien juga menderita keluhan yang sama seperti yang dialami oleh
pasien. Untuk keseharian pasien dikatakan lebih sering dengan pengasuhnya karena kedua
orang tua pasien sibuk bekerja. Pengasuh pasien adalah seorang perempuan dengan usia 18
tahun dan dikatakan tamatan SMP. Pada beberapa kesempatan ibu pasien,memergoki
pengasuh pasien tidak mencuci tangan setelah mengganti popok dan langsung memberikan
botol dot agar pasien tidak menangis. Ibu pasien juga sering mengingatkan pengasuh pasien
untuk mencuci botol dot setelah digunakan, karena botol dot pasien dikatakan berbau oleh ibu
pasien. Lingkungan rumah dan sekitar rumah pasien dikatakan bersih, untuk air minum
dikatakan sering menggunakan air kemasan dan kalaupun tidak menggunakan air kemasan,
air yang digunakan dimasak lebih dahulu sebelum diminum.

Pasien merupakan anak ketiga dari tiga bersaudara. Pasien lahir normal cukup bulan
di rumah sakit serta segera menangis saat lahir tanpa adanya kelainan kongenital. Berat badan
lahir adalah 3100 gram panjang badanlahir 50 cm, sedangkan lingkar kepala dikatakan lupa
oleh keluarganya.Riwayat nutrisi pasien adalah sebagai berikut : ASI didapatkan sejak usia 0-
9 bulan, dimana pemberian ASI ekslusif dilakukan hingga usia 6 bulan setelah itu pasien
mulai mendapat susu formula dari umur 7 bulan sampai sekarang. Hingga usia sekarang
pasien telah mendapatkan imunisasi BCG, Hepatitis B tiga kali, DPT tiga kali, Polio empat
kali, Campak 1 kali, Hib tiga kali. Berat badan pasien sebelum sakit adalah 8,7 kg, sedangkan
saat di UGD berat badan pasien 8,5 kg.

Pemeriksaan fisik & Perjalanan Penyakit :


Pada pemeriksaan fisik didapatkan kesan umum tampak rewel dan sakit sedang,
dengan berat 8,5kg, nadi 100 kali per menit, respirasi 24 kali per menit, dan suhu aksila
37,00C. Pada kepala terlihat normochepali dengan UUB cekung, mata simetris tidak cekung,
reflek pupil positif isokor. Pada telinga, hidung, tenggorokan didapatkan mukosa bibir kering.
Pada thorak dalam batas normal. Pada abdomen tidak terlihat adanya distensi dan pada
auskultasi didapatkan bising usus yang meningkat. Sementara itu ekstremitas dalam batas
normal.

Pemeriksaan Penunjang:
Pemeriksaan penunjang yang dilakukan pada pasien adalah pemeriksaan darah
lengkap dan elektrolit. Pada pemeriksaan darah lengkap didapatkan Hb 10,8 g/dL (menurun),
leukosit 12,9x103 L (meningkat), lymph % 55,9 (meningkat), Gran % 34,7 (menurun),
trombosit 385x103 L (normal). Pada pemeriksaan elektrolit didapatkan natrium 139 mmol/L
(normal), kalium 4,0 mmol/L (normal), dan clorida 105 mmol/L (normal).

Diagnosis
diare akut dehidrasi ringan-sedang

Terapi :
- Paracetamol IV 125
- Diazepam 3x2
- Amoxicillin 3x1

Masalah yang dikaji


1. Bagaimana patofisiologi kasus tersebut?
Pembahasan
Diare merupakan penyakit yang ditandai dengan bertambahnya frekuensi defekasi
lebih dari biasanya (>3 kali/hari) disertai perubahan konsistensi tinja (menjadi cair),
dengan/tanpa darah dan/atau lendir. Diare biasanya diklasifikasikan sebagai diare akut dan
kronis. Diare akut merupakan diare yang berlangsung kurang dari 14 hari sedangkan kronis
yang berlangsung lebih dari 14 hari. Rotavirusmerupakan etiologi paling penting yang
menyebabkan diare pada anak dan balita. Infeksi Rotavirus biasanya terdapat pada anak-anak
umur 6bulan- 2 tahun. Kebanyakan penyebab diare disebarkan lewat jalur fecal-oral melalui
makanan, air yang terkontaminasi, atau ditularkan antar manusia dengan kontak yang erat.1

Menurut data World Health Organization (WHO) pada tahun 2009, diare adalah
penyebab kematian kedua pada anak dibawah 5 tahun. Angka kematian balita Indonesia
masih tergolong tinggi jika dibandingkan dengan negara-negara anggota ASEAN, yakni 3,4
kali lebih tinggi dari Malaysia, selanjutnya 1,3 kali lebih tinggi dari Filipina. Sebagian besar
penderita diare berasal dari daerah yang padat penduduk. Resiko seseorang menderita diare
akan meningkat pada lingkungan yang kotor dan higinitas yang buruk. Penyebab tersering
diare pada anak dan balita adalah rotavirus. Faktor risiko penyebaran penyakit ini adalah
sarana pembuangantinja yang tidak memenuhi syarat dan prosespencucian tangan yang tidak
baik setelah buang airbesar dan kontak dengan tinja sebelum mengolahmakanan. Faktor
risiko lainnya adalah makanan yang tidak higienis, tempat penyimpanan makanandingin yang
kurang, kontak makanan dengan lalat,dan mengkonsumsi air minum yang tercemar.2

Pada sebuah penelitian, perilaku mencuci tangan pengasuh balita yang buruk beresiko
menyebabkan diare akut pada balita sebesar 2 kali lebih besar jika dibandingkan dengan
perilakumencuci tangan pengasuh yang baik. Perilaku cuci tangan ini merupakan faktor
paling dominanmenyebabkan diare akut pada balita. Anak yangkebiasaan ibunya/ pengasuh
mencuci tangan setelah BAB tanpasabun, kemungkinan terjadi diare akut lebih tinggi
dibanding dengan anak yang kebiasaan ibunyamencuci tangan pakai sabun. Perilaku mencuci
tangan merupakan salah satu bagian dari higiene perorangan. Higieneperorangan yang baik
dapat mencegah terjadinyainsiden diare. Beberapa cara dapat dilakukandiantaranya adalah
cuci tangan setelah buang airbesar, cuci tangan sebelum menyiapkan makanan,cuci tangan
setelah menangani feces anak, dan yangpaling penting setiap akan makan atau
memberikanmakan pada anak ibu/pengasuh balita harus cucitangan dengan sabun atau
desinfektan. Olehkarena itu, perilaku mencuci tangan merupakanvariabel penting yang harus
disosialisasikan kepadamasyarakat untuk mencegah terjadinya diare.2sedangkan pada sebuah
peneliatian yang dilakukan di Surakarta tingkat pendidikan ibu setingkat SMA dianggap
cukup pengetahuanya dalam hal kebersihan personal karena sudah mendapat pendidikan
tentang kesehatan seperti pada mata pelajaran biologi, dan semakin tinggi tingkat pendidikan
orang tersebut semakin tinggi pula tingkat pengetahunnya.

Ayah pasien yang cukup jarang bersama pasien juga menanyakan pencegahan agar
hal ini tidak terulang lagi pada anaknya. Saat ini pencegahan terbaik dari diare adalah
meningkatkan higienitas diri dan lingkungan. Dengan kebiasaan mencuci tangan yang baik
dengan sabun setiap mau makan dan sehabis buang air adalah cara efektif mencegah diare,
selain itu adalah mencuci bahan makanan dengan bersih serta memasaknya terlebih dahulu
dan menjaga lingkungan tetap bersih jauh dari lalat dan serangga lain.Oleh sebab itu pada
pengasuh, dan juga anggota keluarga secara keseluruhan harus ditanamkan kebiasaan rajin
mencuci tangan sebelum makandan meningkatkan kebersihan lingkungan sekitarnya terutama
pada saat musim hujan karena cenderung lebih banyak lalat yang hinggap di rumah . 2,3
Berdasarkan uraian tersebut, dapat disimpulkan bahwa pasien menderita diare akut
dehidrasi ringan-sedang yang disebabkan oleh kurangnya higienitas perorangan pada
pengasuh. Hal ini sesuai dengan kebiasaan pengasuh yang malas mencuci tangan dan kurang
begitu memperhatikan kebersihan alat-alat makanan yang diberikan pada pasien.
Penatalaksanaan pada pasien ini adalah rehidrasi dengan menggunakan RL, antibiotic
cefotaxime, preparat zinc, probiotik dan nasihat mengenai perilaku hidup bersih dan sehat
selain itu juga memberikan informasi mengenai keadaan pasien saat ini dan prognosis dari
penyakitnya.

Anda mungkin juga menyukai