Anda di halaman 1dari 13

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan
karunia Nya kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas makalah ini. Shalawat
bertangkaikan salam kami hadiahkan kepada junjungan kita Nabi Besar Muhammad SAW yang
safaatnya kita harapkan hingga akhir zaman.
Pemakalah juga mengucapkan terima kasih kepada Dosen pembimbing yang telah
membimbing penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas makalah pada mata kuliah
ISBD yang berjudul Konsep kepemudaan.
Dalam hal ini penulis mengharapkan kritikan dan saran dari Dosen pembimbing dan
teman-teman sekalian demi perbaikan makalah ini dan penulis akhiri dengan ucapan terima
kasih.
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pada dasarnya, setiap manusia melakukan proses sosialisasi dari lahir hingga
meninggalnya. Manusia sebagai makhluk sosial yang senantiasa mempunyai kecenderung- an
untuk hidup bersama dalam suatu bentuk pergaulan hidup yang disebut masyarakat. Di dalam
kehidupan masyarakat, manusia dituntut untuk mampu menyesuaikan diri dengan lingkungan
sosialnya melalui suatu proses. Proses penyesuaian diri terhadap masyarakat dalam sosiologi
dinamakan proses sosialisasi. Melalui proses ini, secara lambat laun kepribadian seseorang
terbentuk. Dengan kata lain, baik buruknya kepribadian seseorang ditentukan oleh proses
sosialisasi yang dialami individu tersebut.
Generasi muda sering merasa mempunyai skala nilai tersendiri dan merasa mampu
memandang persoalan dari berbagai segi, namun hal ini tidak berarti generasi muda sudah
memiliki pegangan sikap yang jelas, sebaliknya khususnya dalam masa remajanya generasi
muda masih dalam kondisi sangat labil. Sehingga tidak jarang generasi muda merasa bingung
dalam menghadapi gejala-gejala pertumbuhan fisik maupun biologis. Gejala tersebut menjadi
semakin rawan dalam menghadapi transisi nilai sosio budaya yang melanda masyarakat sebagai
akibat pengaruh globalisasi.
Laju perkembangan dan modernisasi serta derasnya arus komunikasi masa berupa
kemudahan-kemudahan dalam kontrak antar suku dan bangsa telah menggoyahkan tata nilai dan
norma-norma. Dalam keadaan demikian generasi muda cenderung melupakan nilai-nilai
tradisional yang sering disamakan dengan kekolotan dan lebih mudah terpengaruh oleh budaya-
budaya barat.
Pemuda merupakan penerus perjuangan generasi terdahulu untuk mewujukan cita-cita
bangsa. Pemuda menjadi harapan dalam setiap kemajuan di dalam suatu bangsa, Pemuda lah
yang dapat merubah pandangan orang terhadap suatu bangsa dan menjadi tumpuan para generasi
terdahulu untuk mengembangkan suatu bangsa dengan ide-ide ataupun gagasan yang berilmu,
wawasan yang luas, serta berdasarkan kepada nilai-nilai dan norma yang berlaku di dalam
masyarakat.
1.2 Tujuan
Makalah ini di buat dengan tujuan agar para pembaca terutama mahasiswa dapat
mangetahui dan memahami peran pemuda-pemudi dalam pembangunan bangsa indonesia.
Adapun tujuan dari makalah ini adalah :
Untuk mengetahui proses sosialisasi
Untuk mengetahui permasalahan generasi muda
Untuk mengetahui peran pemuda dalam pembangunan
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Sosialisasi


Pengertian sosialisasi banyak disampaikan oleh para ahli antara lain yaitu Nasution
(1999) menyatakan bahwa proses sosialisasi adalah proses membimbing individu ke dalam dunia
sosial. Menurut pandangan Kimball Young (Gunawan, 2000), sosialisasi ialah hubungan
interaktif yang dengannya seseorang mempelajari keperluan-keperluan sosial dan kultural yang
menjadikan seseorang sebagai anggota masyarakat. Pendapat dua ahli tersebut sama-sama
menyatakan bahwa sosialisasi merupakan proses individu menjadi anggota masyarakat.
Sedangkan Soekanto (1985) menyatakan bahwa dalam sosialisasi individu belajar
menyesuaikan diri dengan lingkungannya. Sebelumnya juga Susanto (1983) menyatakan bahwa
sosialisasi ialah proses yang membantu individu melalui belajar dan menyesuaikan diri,
bagaimana cara hidup dan bagaimana cara berfikir kelompoknya, agar dapat berperan dan
berfungsi dalam kelompoknya.
Berdasarkan pendapat para ahli di atas dapat disimpulkan bahwa sosialisasi adalah proses
individu dalam mempelajari keperluan-keperluan sosial dan kultural di sekitarnya yang
mengarah ke dunia sosial.

2.2 Proses Sosialisasi.


Sosialisasi adalah proses yang memungkinkan seseorang belajar tentang sikap-sikap,
nilai-nilai, atau tindakan-tindakan yang di anggap tepat oleh suatu masyarakat atau oleh satu
kebudayaan tertentu. Dalam artian lain, sosialisasi terjadi melalui interaksi individu dengan
individu lainnya. Individu disini belajar sesuatu dari orang-orang yang dekat seperti keluarga,
teman, guru, dan orang-orang yang berada dilingkungannya. Ada beberapa proses dalam
sosialisasi yaitu:
1. Proses Internalisasi, Proses internalisasi adalah proses panjang dan berlangsung seumur
hidup yang dialami manusia. Dimana dalam proses ini ia belajar membentuk kepribadian melalui
perasaan, nafsu-nafsu, dan emosi yang diperlukan sepanjang hidupnya.
2. Proses Sosialisasi, Proses sosialisasi merupakan proses seorang individu mendapatkan
pembentukan sikap untuk berperilaku sesuai dengan perilaku kelompoknya.
3. Proses Inkulturasi, Proses inkulturasi adalah proses pembudayaan seseorang individu
mempelajari dan menyesuaikan alam pikiran serta sikapnya dengan adat-istiadat, system norma,
dan peraturan-peraturan yang hidup dalam kebudayaannya.
2.2.2 Bentuk-Bentuk Sosialisasi
Dalam ilmu Sosiologi proses sosialisasi dapat dibedakan menjadi empat bagian
diantaranya :
1. Sosialisasi Primer, Sosialisasi primer merupakan bentuk sosialisasi pertama yang
diterima atau dijalani seorang anak dilingkungan keluarganya, dan berfungsi mengantar mereka
memasuki kehidupan sebagai anggota masyarakat. Di lihat dari segi caranya. Sosialiasasi yang
berlangsung dalam keluarga dapat di bedakan menjadi : a. Sosialisasi Represif Sosialisasi
represif merupakan sosialisasi yang mengutamakan penggunaan hukum komunikasi suatu arah
kepatuhan penuh anakanak kepada orang tua karena peran orang tua dalam proses tersebut
sangatlah dominan. b. Sosialisasi Partisipan Sosialisasi partisipan dimaknai sebagai proses yang
lebih mengutamakan penggunaan motivasi, komunikasi, penghargaan, dan hak otonomi kepada
anak.
2. Sosialisasi Sekunder, Sosialisasi sekunder adalah bentuk sosialisasi lanjutan dimana
seseorang menjalani sosialisasi dengan orang lain setelah keluarga atau di sektor-sektor
kehidupan yang nyata dalam masyarakat.
3. Sosialisasi Formal, Sosialisasi formal adalah sosialisasi yang dilakukan melalui proses
pendidikan atau disuatu lembaga formal.
4. Sosialisasi Non-formal, Sosialisasi non-formal merupakan sosialisasi yang tidak sengaja
dilakukan seseorang dan terbuka bagi semua orang.
2.2.3 Tahap-tahap Sosialisasi
1. Tahap Persiapan (Preparatory Stage), Tahap ini adalah tahap yang dialami manusia sejak
dilahirkan dan sering dikatakan sebagai tahap anak berusia 0-2 tahun. Tahap ini juga seorang
anak baru mulai mempersiapkan diri untuk mengenal dunia sosialnya.
2. Tahap Meniru (Play Stage), Tahap ini seorang anak mulai belajar mengambil peran orang
yang berda disekitarnya. Ia mulai menirukan peran yang dilihat, didengar, atau dijalankan oleh
orang tuannya lingkungan sekitarnya.
3. Tahap Siap Bertindak (Game Stage), Tahap ini anak bukan hanya mengetahui peran yang
harus dijalankan, tetapi telah mengetahui peran yang harus dijalankan secara sadar layaknya
seorang remaja. Disini seorang telah mampu menempatkan dirinya pada posisi orang lain dan
hubungannya semakin kompleks.
4. Tahap Penerimaan Norma Kolektif (Generalized Stage), Pada tahap ini seseorang telah
dianggap dewasa. Tahap ini, mereka memahami peran yang dijalankan secara optimal. Seperti
seorang murid yang memahami peran guru dan peran orang lain disekelilingnya.
2.2.1 Media Sosialisasi
Media sosialisasi adalah pihak-pihak yang memiliki peran penting dalam memengaruhi,
melaksanakan atau melakukan sosialisasi. Ada beberapa agen yang utama dalam proses
sosialisasi pada manusia, yaitu:
1. Media Keluarga, Media sosialisasi keluarga merupakan media sosialisasi pertama yang
diterima seorang anak karena meliputi orang-orang dekatnya seperti : ayah, ibu, saudara
kandung, saudara angkat, dan keluarga lain yang tinggal secara bersama-sama dalam suatu
rumah. Melalui lingkungan tersebut, anak mengenal dunia sekitarnya dan pola pergaulan sehari-
hari.
2. Teman Bermain, Media sosialisasi teman bermain dialami seorang anak setelah media
sosialisasi keluarga. Dalam media ini, seorang anak belajar berinteraksi dengan orang-orang
yang sederajat karena mereka sebaya. Dalam sosialisasi dengan teman sebaya, seorang anak
mempelajari peraturan yang mengatur peranan orang-orang yang kedudukannya sederajat.
Sosialisasi ini juga, seorang anak mempelajari nilai-nilai sosial dan nilai-nilai keadilan.
3. Media Sekolah, Media sosialisasi dalam sekolah merupakan media yang dialami seorang
anak dilembaga pendidikan sekolah. Lembaga ini memberikan suatu pengaruh terhadap seorang
anak berupa ilmu, keterampilan, kemandirian, prestasi, nilai dan norma kebudayaan bangsa atau
negara, dan hal-hal yang belum ia temukan di media sosialisasi keluarga dan teman bermain.
4. Media Massa, Media sosialisasi media massa melakukan proses sosialisasi melalui media
cetak (surat kabar, majalah, tabloid), media elektronik (televise, radio, video, internet, film).
Media massa akan mempengaruhi atau mengajarkan kepada seseorang tentang hal-hal yang
belum ia ketahui sebelumnya, baik berupa hal positif maupun negatif.
2.2.4 Tujuan Sosialisasi
Di dalam kehidupan bermasyarakat hendaklah kita bersosialisasi. Sosialisasi mempunyai
tujuan diantaranya :
1. Menumbuhkan disiplin
2. Menanamkan aspirasi atau cita-cita
3. Mengenalkan lingkungan sekitar atau beradaptasi.
4. Mengajarkan peran-peran sosial dan sikap-sikap penunjangnya.
5. Mencegah terjadinya perilaku menyimpang dan menjaga hubungan sosial.
6. Mengagarkan keterampilan sebagai persiapan dasaruntuk berpartisipasi dalam kehidupan
orang dewasa.
2.3Permasalahan generasi muda

Berbagai permasalahan generasi yang muncul pada saat ini antara lain sebagai berikut:

a. Menurunnya jiwa idealisme, patriotisme, dan nasionalisme di kalangan masyarakat, termasuk


jiwa pemuda.

b. Kekurangpastian yang dialami oleh generasi muda terhadap masa depannya.

c. Belum seimbang antara jumlah generasi pendidikan yang tersedia, baik yang formal maupun
nonformal. Tingginya jumlah putus sekolah karena berbagai sebab bukan hanya merugikan
generasi muda sendiri, tetapi juga merugikan seluruh bangsa.

d. Kekurangan lapangan dan kesempatan kerja serta tingginya tingkat pengangguran dan
setengah pengangguran di kalangan generasi muda mengakibatkan berkurangnya
prokdutivitas oleh nilai-nilai (kekuasaan, rakyat, dan sebagainya), makin besar kemungkinan
timbulnya pengaburan arti. Karena itu, masalah arti menjadi sangat penting.

Pemuda atau genersai muda adalah konsep yang sering di artikan sebagai nili-nilai sebab
bukanlah semata-mata istilah atau kurtural. Kita mengenal kata-kata seperti Pemuda harapan
bangsa, pemuda milik masa depan bangsa. Kalau ditinjau dari segi objektif, perumusan yang
riil berdasarkan patokan yabg dapat di pergitungkan, seperti kesamaan umur, atau segi
kependudukan, pembagian umur antara 15 sampai 25 tahun, sering dihitung sebagai pemuda,
sedangakn dari segi sosiologis dan historis, di sini lebih menekankan kepada nilai subjektif, atas
dasar tanggapan masyarakat dan kesamaan pengalaman historis (urbaningrum, 1997).

Perubahan sosial, memang di tandai oleh terjadinya kepentingan hubungan antar generasi
yang dapat mengganggu system komunikasi yang efektif antar generasi. Perbedaan pengalaman
historis yang pokok adalah penting. Dalam hal ini proses perubahan tersebut di tandai adanya
konflik generasi. Generasi muda sedikit mempunyai rasa kepentingan terhadap struktur sosial
lama, dan karena makin lebarnya system sosialisai yang berupa lembaga pendidikan atu sekolah.
Dengan demikian, rasa kesesuaian dan kesamaan makin meluas. Kita tahu bahwa masalah
generasi muda dan pemuda adalah universal. Artinya, intensitas yang berbeda-beda dapat terjadi
di mana-mana dan pada setiap saat. Namun, berkembangnya teknologi akan meningkatkan
proses. Dalam suasana seperti ini, kepentingan generasi makin menonjol sehingga terjadinya
peralihan, terlalu cepat untuk dapat di kejar oleh kemampuan sosial.

Dalam hal mendewasakan mahasiswa, pemerintah telah merintis beberapa kegiatan yang
memberikan kemungkinan bagi para mahasisa untuk mendewasakan diri dengan pendekatan
inter disiplinerdan berhubungan langsung dengan masyarakat, tetapi bermanfaat bagi
masyarakat. Di samping itu, banyak dijumpai kegiatan-kegiatan yang membentuk kepribadian
dan keterampilan pemuda, seperti di pesantern-pesantren.

2.4. Peranan Pemuda Dalam Pembangunan Bangsa

2.4.1 Peran Pemuda dan Urgensi Keberadaan Pemuda

Dalam kosakata bahasa Indonesia, pemuda juga dikenal dengan sebutan generasi muda
dan kaum muda yang memiliki terminologi beragam. Untuk menyebut pemuda, digunakan
istilah young human resources sebagai salah satu sumber pembangunan. Mereka adalah generasi
yang ditempatkan sebagai subjek pemberdayaan yang memiliki kualifikasi efektif dengan
kemampuan dan keterampilan yang didukung penguasaan iptek untuk dapat maju dan berdiri
dalam keterlibatannya secara aktif bersama kekuatan efektif lainnya guna penyelesaian masalah-
masalah yang dihadapi bangsa. Meskipun tidak pula dipungkiri bahwa pemuda sebagai objek
pemberdayaan, yaitu mereka yang masih memerlukan bantuan, dukungan dan pengembangan ke
arah pertumbuhan potensi dan kemampuan efektif ke tingkat yang optimal untuk dapat bersikap
mandiri dan melibatkan secara fungsional .

Dalam pendekatan ekosferis, generasi muda atau pemuda berada dalam status yang sama
dalam menghadapi dinamika kehidupan seperti halnya orang tua. Generasi tua sebagai generasi
yang berlalu (passsing generation) berkewajiban membimbing generasi muda sebagai generasi
penerus, mempersiapkan generasi muda untuk memikul tanggung jawabnya yang semakin
kompleks. Di pihak lain, generasi muda yang penuh dinamika, berkewajiban mengisi akumulator
generasi tua yang makin melemah, di samping memetik buah pengalaman generasi tua. Dalam
hubungan ini, generasi tua tidak dapat mengklaim bahwa merekalah satu-satunya penyelamat
masyarakat dan negara.

Sebaliknya generasi muda tidak bisa melepaskan diri dari kewajiban untuk memelihara dan
membangun masyarakat dan negara. Pemuda memiliki peran yang lebih berat karena merekalah
yang akan hidup dan menikmati masa depan. Sejarah memperlihatkan kiprah kaum muda selalu
mengikuti setiap xxxxxxxxxxtapak-tapak penting sejarah. Pemuda sering tampil sebagai
kekuatan utama dalam proses modernisasi dan perubahan. Dan biasanya pula pemuda jenis ini
adalah para pemuda yang terdidik yang mempunyai kelebihan dalam pemikiran ilmiah, selain
semangat mudanya, sifat kritisnya, kematangan logikanya dan kebersihan-nya dari noda orde
masanya.

Angkatan 1908 mendapat inspirasi dari asiatic reveil (kebangkitan bangsa-bangsa Asia)
akibat kemenangan Jepang terhadap Rusia pada tahun 1904-1905, sehingga mulai tumbuh
kesadaran sebagai bangsa. Melalui Sumpah Pemuda tanggal 28 Oktober 1928, para pemuda
berikrar untuk mengakui satu bangsa Indonesia. Angkatan 1945 menjadi angkatan yang
mendorong lahirnya negara baru bernama Indonesia melalui proklamasi kemerdekaan 17
Agustus 1945. Angkatan 1966 melakukan koreksi terhadap kepemimpinan nasional yang dipicu
oleh pemberontakan PKI. Angkatan 1966 juga dianggap sebagai penyelamat atas keutuhan
Negara Kesatuan Republik Indonesia. Angkatan 1974 menjadi angkatan yang mengoreksi
kebijakan pemerintah Orde Baru hingga Angkatan 1998 sebagai pendobrak otokrasi yang
dilakukan oleh Presiden Soeharto. Lewat gerakan Reformasi, kembali peran pemuda diharapkan
muncul sebagai penyelamat krisis bangsa.

Melihat peran pemuda tersebut, posisi pemuda sebagai salah satu elemen bangsa adalah
sangat urgen. Krisis ekonomi yang merembet ke krisis multidimensi ini belum berakhir. Pemuda
yang menjadi penggerak pada setiap zamannya, kembali dituntut untuk tampil, meski tantangan
yang dihadapi selalu berbeda.

2.1.2 Peranan Pemuda Dalam Pembangunan Bangsa Indonesia

Pemuda merupakan penerus perjuangan generasi terdahulu untuk mewujukan cita-cita


bangsa. Pemuda menjadi harapan dalam setiap kemajuan di dalam suatu bangsa, Pemuda lah
yang dapat merubah pandangan orang terhadap suatu bangsa dan menjadi tumpuan para generasi
terdahulu untuk mengembangkan suatu bangsa dengan ide-ide ataupun gagasan yang berilmu,
wawasan yang luas, serta berdasarkan kepada nilai-nilai dan norma yang berlaku di dalam
masyarakat. Pemuda tidak selalu identik dengan kekerasan dan anarkisme tetapi daya pikir
revolusionernya yang menjadi kekuatan utama. Sebab, dalam mengubah tatanan lama budaya
bangsa dibutuhkan pola pikir terbaru, muda dan segar.

Perkembangan pemikiran pemuda Indonesia mulai terekam jejaknya sejak tahun 1908
dan berlangsung hingga sekarang. Periodisasinya dibagi menjadi 6 (enam) periode mulai dari
periode Kebangkitan Nasional 1908, Sumpah Pemuda 1928, Proklamasi 1945, Aksi Tritura
1966, periode 1967-1998 (Orde Baru).

Periode awal yaitu Kebangkitan Nasional tahun 1908, ditandai dengan berdirinya
Budi Utomo yang merupakan organisasi priyayi Jawa pada 20 mei 1908. Pada periode ini,
pemuda Indonesia mulai mengadopsi pemikiran- pemikiran Barat yang sedang booming pada
saat itu. Pemikiran-pemikiran tersebut antara lain adalah Sosialisme, Marxisme, Liberalisme, dll.
Pengaruh pemikiran ini terhadap pemikiran pemuda saat itu tergambar jelas pada ideologi dari
sebagian besar organisasi pergerakan yang mengadopsi pemikiran Barat serta model gerakan
yang mereka pakai. Dari beberapa gerakan yang terekam dalam sejarah Indonesia, salah satu
yang paling diminati adalah model gerakan radikal. Salah satu gerakan radikal yang terbesar
pada saat itu adalah Pemberontakan PKI tahun 1926. Pemberontakan ini merupakan percobaan
revolusi pertama di Hindia antara 1925-1926. Selain mengadopsi pemikiran Barat, para pemuda
di masa itu juga menerapkan esensi dari kebudayaan Jawa, Islam, dan konsep kedaerahan
lainnya sebagai pegangan (ideologi).

Periode berikutnya, Sumpah Pemuda 1928, ditandai dengan Kongres Pemuda pada bulan
Oktober 1928. Peristiwa ini merupakan pernyataan pengakuan atas 3 hal yaitu, satu tanah air;
Indonesia, satu bangsa; Indonesia, dan satu bahasa; Indonesia. Dari peristiwa ini dapat kita
gambarkan bahwa pemikiran pemuda Indonesia pada masa ini mencerminkan keyakinan di
dalam diri mereka bahwa mereka adalah orang Indonesia dan semangat perjuangan mereka
dilandasi oleh semangat persatuan.

Dengan melihat perkembangan pemikiran pemuda dari tahun 1908-1998, kita dapat
merefleksi sekaligus bercermin dari semangat perubahan yang mereka lakukan. Semangat
pembaruan yang lahir dari pemikiran mereka merupakan buah dari kerja keras dan disiplin.
Sebagai penerus tongkat estafet perjuangan yang menjadi simbol kemajuan suatu bangsa, kita
wajib meneladani semangat dan idealisme mereka agar kelak lahir Soekarno-Soekarno baru, Soe
Hok Gie-Soe Hok Gie baru, serta pemikir-pemikir baru yang memiliki pola pikir baru, kreatif
dan segar.
BAB III

KESIMPULAN DAN SARAN

3.1 Kesimpulan

Dari uraian di atas dapat di simpulkan bahwa manusia sebagai makhluk sosial khususnya
bagi para remaja dan pemuda yang berpikir di bekali rasa ingin tahu. Rasa ingin tahu inilah yang
mendoronh kita untuk mengenal, memahami, dan menjelaskan hal yang bersifat alamiah, sosial,
dan budaya serta manusia berusaha untuk memecahkan masalah yang di hadapi. Dari dorongan
rasa ingin tahu dan usaha untuk memahami masalah menyebabkan manusia dapat
mengumpulkan pengetahuan.

Pengetahuan yang di peroleh remaja dan pemuda mula-mula terbatas pada hasil
pengamatan terhadap gejala alam, masyarakat, dan budaya, kemudian semakin bertambah
dengan pengetahuan yang di peroleh dari hasil pemikirannya.

Selanjutnya dari peningkatan kemampuan daya pikirnya para remaja dan pemuda,
mereka mampu melakukan segala hal untuk membuktikan dan mencari kebenaran dari sesuatu
hal baik yang bersifat alamiah, sosial, dan budaya yang keseluruhan itu membutuhkan mental
yang kuat.

3.2 Saran

Jadilah pemuda yang berguna untuk diri sendiri, orang tua, orang lain, dan nagara NKRI.
Dimulai dari hal kecil kita jadikan bangsa indonesia menjadi negara maju.
DAFTAR PUSTAKA

Anas Urbaningrum.1997.Menuju Masyarakat Madani Pilar dan Agenda Perubahan.Jakarta

Gunawan, Ary H. 2000. Sosiolosi Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta.

Nasution. 1999. Sosiologi Pendidikan. Jakarta: Bumi aksara.

Soekanto, Soerjono. 1985. Sosiologi Ruang Lingkup dan Aplikasinya.

Susanto, Phil Astrid S. 1983. Pengantar Sosiologi dan Perubahan Sosial. Bina Cipta:Jakarta

Anda mungkin juga menyukai