Sistem Urogenitalia
Organ urinaria t/a ginjal beserta salurannya, ureter, buli-buli dan uretra
Organ reproduksi pria t/a penis, epididimis, vas diferens, testis, vesikula seminalis, dan
prostat
Ginjal
Adalah sepasang organ saluran kemih yang terletak di rongga retroperitonial bagian atas,
bentuknya menyerupai kacang dengan sisi cekung menghadap ke medial
Hilus ginjal yaitu tempat struktur-struktur pembuluh darah, sistem limfe, sistem saraf, dan
ureter menuju dan meninggalkan ginjal
Ukuran ginjal orang dewasa rata-rata adalah 11,5 cm (panjang) x 6 cm (lebar) x 3,5 cm (tebal)
dan berat bervariasi antara 120-170 gram, atau kurang lebih 0,4% dari BB
Kapsul fibrosa (true capsule) ginjal yaitu jaringan fibrus tipis dan mengkilat serta kapsul ini
terdapat jaringan lemak perirenal
Sebelah kranial ginjal terdapat kelenjar anak ginjal a/ glandula adrenal/ suprarenal yang
berwarna kuning
Fasia Gerota membungkus kelenjar adrenal bersama ginjal dan jaringan lemak perirenal
Fasia berfungsi sebagai barier yang menghambat meluasnya perdarahan dari parenkim ginjal
serta mencegah ekstravasasi urin pada saat terjadi trauma ginjal, sebagai barier dalam
menghambat penyebaran infeksi a/ menghambat metastasis tumor ginjal ke organ sekitarnya
Sebelah posterior, ginjal dilindungi o/ otot-otot punggung yang tebal serta tulang rusuk ke XI
dan XII
Sebelah anterior dilindungi o/ organ-organ intraperitoneal
Ginjal kanan dikelilingi o/ hepar, kolon, dan duodenum,
Ginjal kiri dikelilingi o/ lien, lambung, pankreas, jejeunum, dan kolon
Vaskularisasi Ginjal
Fungsi Ginjal
1. mengontrol sekresi hormon-hormon aldosteron dan ADH (anti diuretic hormone) dalam
mengatur jumlah cairan tubuh
2. mengatur metabolisme ion kalsium dan vit.D
3. menghasilkan beberapa hormon, al eritropoietin memprod eritrosit, renin mengatur
TD, serta hormon prostaglandin
Sumber: Basuki B Purnomo. 2009. Dasar-dasar urologi edisi kedua. Jakarta: CV Sagung Seto
Fungsi Ginjal
Fungsi primer ginjal adalah mempertahankan volume dan komposisi cairan ekstrasel dalam
batas-batas normal. Komposisi dan volume cairan ekstrasel ini dikontrol oleh filtrasi
glomerulus, reabsorpsi dan sekresi tubulus.3
Fungsi utama ginjal terbagi menjadi :
1. Fungsi ekskresi
Menghasilkan eritropoietin yaitu suatu faktor yang penting dalam stimulasi produk
sel darah merah oleh sumsum tulang.
Degradasi insulin.
Menghasilkan prostaglandin
Fungsi dasar nefron adalah membersihkan atau menjernihkan plasma darah dan substansi
yang tidak diperlukan tubuh sewaktu darah melalui ginjal. Substansi yang paling penting
untuk dibersihkan adalah hasil akhir metabolisme seperti urea, kreatinin, asam urat dan lain-
lain. Selain itu ion-ion natrium, kalium, klorida dan hidrogen yang cenderung untuk
berakumulasi dalam tubuh secara berlebihan.3
Mekanisme kerja utama nefron dalam membersihkan substansi yang tidak diperlukan dalam
tubuh adalah :
2. Jika cairan filtrasi ini mengalir melalui tubulus, substansi yang tidak diperlukan tidak
akan direabsorpsi sedangkan substansi yang diperlukan direabsorpsi kembali ke
dalam plasma dan kapiler peritubulus.
Mekanisme kerja nefron yang lain dalam membersihkan plasma dan substansi yang tidak
diperlukan tubuh adalah sekresi. Substansi-substansi yang tidak diperlukan tubuh akan
disekresi dan plasma langsung melewati sel-sel epitel yang melapisi tubulus ke dalam cairan
tubulus. Jadi urine yang akhirnya terbentuk terdiri dari bagian utama berupa substansi-
substansi yang difiltrasi dan juga sebagian kecil substansi-substansi yang disekresi. 3
DAFTAR PUSTAKA
2. Staf Pengajar Ilmu Kesehatan Anak FKUI, 1985, Glomerulonefritis akut, 835-839,
Infomedika, Jakarta.
Ureter
Ureter adalah lanjutan dari renal pelvis yang panjangnya antara 10 sampai 12 inchi (25-30 cm), dan
diameternya sekitar 1 mm sampai 1 cm. Ureter terdiri atas dinding luar yang fibrus, lapisan tengah yang
berotot, dan lapisan mukosa sebelah dalam. Ureter mulai sebagai pelebaran hilum ginjal, dan letaknya
menurun dari ginjal sepanjang bagian belakang dari rongga peritoneum dan di depan dari muskulus psoas
dan prosesus transversus dari vertebra lumbal dan berjalan menuju ke dalam pelvis dan dengan arah oblik
bermuara ke kandung kemih melalui bagian posterior lateral. Pada ureter terdapat 3 daerah penyempitan
anatomis, yaitu :
1. Uretropelvico junction, yaitu ureter bagian proksimal mulai dari renal pelvis sampai bagian ureter
yang mengecil
2. Pelvic brim, yaitu persilangan antara ureter dengan pembuluh darah arteri iliaka
3. Vesikouretro junction, yaitu ujung ureter yang masuk ke dalam vesika urinaria (kandung kemih).
Ureter berfungsi untuk menyalurkan urine dari ginjal ke kandung kemih. Gerakan peristaltik mendorong
urine melalui ureter yang diekskresikan oleh ginjal dan disemprotkan dalam bentuk pancaran, melalui
osteum uretralis masuk ke dalam kandung kemih.
Kandung Kemih
Kandung kemih
merupakan muskulus membrane yang berbentuk kantong yang merupakan tempat penampungan urine
yang dihasilkan oleh ginjal, organ ini berbentuk seperti buah pir (kendi). Letaknya di dalam panggul besar,
sekitar bagian postero superior dari simfisis pubis. Bagian kandung kemih terdiri dari fundus (berhubungan
dengan rectal ampula pada laki-laki, serta uterus bagian atas dari kanalis vagina pada wanita), korpus, dan
korteks. Dinding kandung kemih terdiri dari lapisan peritoneum (lapisan sebelah luar), tunika muskularis
(lapisan otot), tunika submukosa, dan lapisan mukosa (lapisan bagian dalam). Kandung kemih bervariasi
dalam bentuk, ukuran, dan posisinya, tergantung dari volume urine yang ada di dalamnya. Secara umum
volume dari vesika urinaria adalah 350-500 ml.
Kandung kemih berfungsi sebagai tempat penampungan sementara (reservoa) urine, mempunyai selaput
mukosa berbentuk lipatan disebut rugae (kerutan) dan dinding otot elastis sehingga kandung kencing dapat
membesar dan menampung jumlah urine yang banyak.
Uretra
Uretra adalah saluran sempit yang terdiri dari mukosa membrane dengan muskulus yang berbentuk
spinkter pada bagian bawah dari kandung kemih. Letaknya agak ke atas orivisium internal dari uretra pada
kandung kemih, dan terbentang sepanjang 1,5 inchi (3,75 cm) pada wanita dan 7-8 inchi (18,75 cm) pada
pria. Uretra pria dibagi atas pars prostatika, pars membrane, dan pars kavernosa.
Fungsi uretra yaitu untuk transport urine dari kandung kencing ke meatus eksterna, uretra merupakan
sebuah saluran yang berjalan dari leher kandung kencing ke lubang air.
2. Mekanisme miksi?
Kemampuan menahan pipis cwe sama cwo
3. Mengapa didapatkan keluhan panas mendadak (39 C), menggigil , dan nyeri
pinggang?
Menggigil: sama atau berbeda kapan menggigil ?
Karena adanya mikroorganisme yang masuk ke dalam tubuh. Pirogen
eksogen berasal dari luar tubuh, baik dari produk proses infeksi maupun
non infeksi.Lipopolysaccharyde (LPS) pada dinding bakteri gram negatif
atau peptidoglikan dan teichoic acid pada bakteri gram positif, merupakan
pirogen eksogen. Substansi ini merangsang makrofag, monosit, limfosit,
dan endotel untuk melepaskan IL1, IL6, TNF-, dan IFN-, yang bertindak
sebagai pirogen endogen.8,12,14 Sitokin - sitokin proinflamasi ini akan
berikatan dengan reseptornya di hipotalamus dan fofsolipase-A2. Peristiwa
ini akan menyebabkan pelepasan asam arakidonat dari membran
fosfolipid atas pengaruh enzim siklooksigenase-2 (COX-2). Asam
arakidonat selanjutnya diubah menjadi prostaglandin E2 (PGE2). PGE2
baik secara langsung maupun melalui adenosin monofosfat siklik (c- AMP),
akan mengubah setting termostat (pengatur suhu tubuh) di hipotalamus
pada nilai yang lebih tinggi. Selanjutnya terjadi peningkatan produksi dan
konservasi panas sesuai setting suhu tubuh yang baru tersebut. Hal ini
dapat dicapai melalui refleks vasokonstriksi
pembuluh darah kulit dan pelepasan epinefrin dari saraf simpatis, yang
menyebabkan peningkatan metabolisme tubuh dan tonus otot.
Menggigil
Ketika terjadi peningkatan yang tiba-tiba dalam produksi panas, pusat
ini teraktivasi ketika suhu tubuh turun bahkan hanya beberapa derajat
dibawah nilai suhu kritis. Pusat ini kemudian meneruskan sinyal yang
menyebabkan menggigil melalui traktus bilateral turun ke batang otak, ke
dalam kolumna lateralis medulla spinalis, dan akhirnya, ke neuron motorik
anterior. Sinyal ini tidak teratur, dan tidak benar-benar menyebabkan
gerakan otot yang sebenarnya. Sebaliknya, sinyal tersebut meningkatkan
tonus otot rangka diseluruh tubuh. Ketika tonus meningkat diatas tingkat
kritis, proses menggigil dimulai. Selama proses menggigil maksimum,
pembentukan panas tubuh dapat meningkat sebesar 4-5 kali dari normal.
NYERI PINGGANG
Nyeri pinggang (flank pain) merupakan nyeri yang dirasakan di satu sisi tubuh antara bagian
perut bagian atas dengan punggung. Nyeri pinggang yang disertai dengan demam, menggigil,
hematuri, dan gangguan berkemih mengindikasikan adanya gangguan pada ginjal. Yang
termasuk gangguan ginjal yaitu:
a. Batu ginjal
b. Infeksi
c. Nanah (abses)
4. Apakah proses menggigilnya sama secara fisiologis infeksi dan saat kedinginan?
Menggigil
Ketika terjadi peningkatan yang tiba-tiba dalam produksi panas, pusat
ini teraktivasi ketika suhu tubuh turun bahkan hanya beberapa derajat
dibawah nilai suhu kritis. Pusat ini kemudian meneruskan sinyal yang
menyebabkan menggigil melalui traktus bilateral turun ke batang otak, ke
dalam kolumna lateralis medulla spinalis, dan akhirnya, ke neuron motorik
anterior. Sinyal ini tidak teratur, dan tidak benar-benar menyebabkan
gerakan otot yang sebenarnya. Sebaliknya, sinyal tersebut meningkatkan
tonus otot rangka diseluruh tubuh. Ketika tonus meningkat diatas tingkat
kritis, proses menggigil dimulai. Selama proses menggigil maksimum,
pembentukan panas tubuh dapat meningkat sebesar 4-5 kali dari normal.
5. Mengapa pasien mengeluh kencing terasa sakit sedikt sering dan tidak bisa
ditahan? Saat 3 hari sebelumnya
PATOFISIOLOGI:
Oliguria dapat diakibatkan oleh 2 proses patofisiologik: mekanisme prerenal, intrinsik renal,
dan postrenal.
Insufisiensi prerenal bertanggung jawab atas kira-kira 70% kasus gagal ginjal akut (GGA) di
luar rumah sakit dan sampai 60% dari kasus-kasus GGA di rumah sakit. Insufisiensi prerenal
merupakan respons fungsional dari ginjal normal terhadap hipoperfusi. Fase dini dari
kompensasi ginjal untuk perfusi yang berkurang adalah autoregulasi laju filtrasi glomerulus,
melalui dilatasi arteriol aferen (yang diinduksi oleh respons miogenik, umpan balik
tubuloglomerulus, dan prostaglandin) dan via konstriksi arteriol eferen (diperantarai oleh
angiotensin II). Fase dini juga mencakup peningkatan reabsorpsi garam dan air (dirangsang
oleh sistem renin-angiotensin-aldosteron dan sistem saraf simpatis). Oliguria yang cepat
memulih setelah perfusi ginjal membaik adalah skenario yang khas dan lazim. Sebagai
contoh, oliguria pada bayi dan anak paling sering terjadi sekunder setelah dehidrasi dan pulih
tanpa cedera ginjal jika dehidrasi dikoreksi. Akan tetapi, hipoperfusi ginjal yang
berkepanjangan bisa mengakibatkan pergeseran dari kompensasi ke dekompensasi. Stimulasi
simpatis dan sistem renin-angiotensin yang berlebihan bisa menyebabkan vasokonstriksi
renal yang hebat dan cedera iskemik terhadap ginjal. Interferensi autoregulasi ginjal oleh
pemberian vasokonstriktor (siklosporin atau takrolimus), inhibitor sintesis prostaglandin
(obat anti-inflamasi nonsteroid atau Penghambat angiotensin-converting enzyme (ACE) bisa
mencetuskan GGA oligurik pada individu dengan perfusi ginjal yang berkurang.
Proteinuria
orang dewasa normal dan sehat mengekskresi sedikit protein dalam urin hingga 150 mg/hari
terutama terdiri dari albumin dan protein Tamm-Horsfall
proteinuria yang lebih dari 150 mg/hari dianggap patologis
uji dipstik (Albustix, Combistic) uji yang paling sering untuk menguji proteinuria, ujung kertas
dicelupkan ke dalam urin lalu segera diangkat dan ditiriskan dengan mengetuk-ngetukkan
ujung kertas celup tsb pada tepi tempat penampungan urin
tingkatan dipstick dan konsentrasi protein (mg/dl):
0 0-5 mg/dl
Samar 5-20 mg/dl
+ 30 mg/dl
++ 100 mg/dl
+++ 300 mg/dl
++++ 1000 mg/dl
Eritrosit dismorfik tampak pada ukuran yang heterogen, hipokromik, terdistorsi dan sering
tampak gumpalan-gumpalan kecil tidak beraturan tersebar di membran sel. Eritrosit
dismorfik memiliki bentuk aneh akibat terdistorsi saat melalui struktur glomerulus yang
abnormal. Adanya eritrosit dismorfik dalam urin menunjukkan penyakit glomerular seperti
glomerulonefritis.
1. filtrasi glomerulus
2. Reabsorbsi pritein tubulus
proteinuria, :
1. Batu ginjal: nyeri terasa tiba-tiba, sangat nyeri, bisa menjalar hingga panggul, kencing darah
(+), mual (+).
2. Aneurisma aorta abdomen (AAAs) merupakan pelebaran pembuluh darah aorta di rongga
perut: nyeri mirip seperti gangguan ginjal penyebabnya dapat berupa cedera pada kumpulan
saraf ginjal
3. Infeksi (radang ginjal/ pielonefritis): nyeri dirasakan lebih tumpul daripada gangguan ginja
yang lain, demam (+), mual muntah (+), sakit kepala
4. Abses ginjal merupakan kumpulan nanah: nyeri > pielonefritis, kadang disertai benjolan
teraba di pinggang. Pada hasil pemeriksaan laboratorium urin ditemukan hasil infeksi
5. Bekuan darah menyebabkan sumbatan saluran kemih. Penyebabnya diantaranya biopsy
ginjal, tumor, hemophilia, anemi sel sabit, glomerulonefritis
6. Herpes zoster: seperti rasa terbakar, bintil-bintil (+) pada kulit
7. Nyeri otot: nyeri tumpul, tidak nyaman
8. Radang pleura & pneumonia: nyeri menjalar hingga punggung
9. Radikulitis merupakan gangguan pada saraf tepi
10. Nyeri rusuk
11. Tumor ginjal
Gangguan lain:
KEHAMILAN
REFLUKS VESIKOURETER
PENYAKIT GINJAL
10. DD?
ISK
I. DEFINISI
Infeksi saluran kemih (ISK) adalah istilah umum yang dipakai untuk menyatakan
adanya invasi mikroorganisme pada saluran kemih.
1. Infeksi saluran kemih dapat mengenai baik laki-laki maupun perempuan dari
semua umur baik pada anak, remaja, dewasa maupun pada umur lanjut.
2. Akan tetapi dari kedua jenis kelamin, ternyata wanita lebih sering dari pria
dengan angka populasi umum, kurang dari 515%, untuk menyatakan adanya ASK
harus ditemukan bakteri didalam urin. Bakteriuria bermakna yang disertai gejala
pada saluran kemih disebut bakteriunia bergejala sedangkan yang tanpa gejala
kemih disebut bakteriunia tanpa gejala. Mikro organisme yang paling sering
menyebabkan ISK adalah jenis bakteri aerob. Saluran kemih normal tidak dihuni
oleh bakteri atau mikroba yang lain, karena itu rutin dalam ginjal dan buli-buli
biasanya steril. Walaupun demikian uretra bagian bawah terutama pada bagian
yang mendekati kandung kemih.
Selain bakteri aerob, ISK dapat disebabkan oleh virus, nagi, dan jamur. Ada
kalanya ISK tanpa bakteriuria, ditemukan pada keadaaan-keadaan :
1. Fokus infeksi tidak dilewati urin, misalnya pada lesi dini pielonefritis karena
infeksi hematogen.
2. Bendungan total pada bagian yang menderita infeksi.
3. Bakteriuria disamakan karena pemberian antibiotika.
II. ETIOLOGI
Organisme penyebab ISK yang paling sering ditemukan adalah escheriucia (80 %
kasus). E. Coli merupakan penghuni normal dari kolon. Organisme-organisme lain
yang juga dapat menyebabkan ISK adalah : golongan proteus, klebsiela,
pseudomonas, enterokokus dan stophylokokus.
Pencegahan
Perbanyak minum air
Berceboklah dengan cara dari depan ke belakang untuk mencegah bakteri dari
anus masuk ke vagina atau uretra.
Bersihkan alat vital Anda sebelum berhubungan
Buang air kecil setelah berhubungan seksual untuk membersihkan bakteri dari
saluran kencing
Jangan menahan kencing bila Anda ingin buang air kecil
Mandi dengan gayung/shower, tidak dengan bath tub
Gambar 1. Masuknya kuman secara ascending ke dalam saluran kemih, (1) Kolonisasi kuman
di sekitar uretra, (2) masuknya kuman melalui uretra ke buli-buli, (3) penempelan kuman
pada dinding buli-buli, (4) masuknya kuman melalui ureter ke ginjal.(2)
Meskipun begitu,faktor-faktor yang berpengaruh pada ISK akut yang terjadi pada wanita
tidak dapat ditemukan. Mikroorganisme yang paling sering ditemukan adalah jenis bakteri
aerob. Selain bakteri aerob, ISK dapat disebabkan oleh virus dan jamur. (3) Terjadinya infeksi
saluran kemih karena adanya gangguan keseimbangan antar mikroorganisme penyebab
infeksi sebagai agent dan epitel saluran kemih sebagai host. Gangguan keseimbangan ini
disebabkan oleh karena pertahanan tubuh dari host yang menurun atau karena
virulensi agentmeningkat. (2)
Kemampuan host untuk menahan mikroorganisme masuk ke dalam saluran kemih
disebabkan oleh beberapa faktor, antara lain adalah :
1. pertahanan lokal dari host
2. peranan dari sistem kekebalan tubuh yang terdiri atas kekebalan humoral maupun
imunitas seluler. (2)
-
pada ISK bagian bawah, keluhan pasien biasanya berupa rasa sakit atau rasa
panas di uretra sewaktu kencing dengan air kemih sedikit-sedikit serta rasa
tidak enak di daerah suprapubik (1)
- Pada ISK bagian atas dapat ditemukan gejala sakit kepala, malaise, mual,
muntah, demam, menggigil, rasa tidak enak, atau nyeri di pinggang. (1)
Purnomo BB: Dasar-Dasar Urologi 2nd Edition . Jakarta, Sagung Seto. 2003
KOMPLIKASI
- Gagal ginjal akut
- Ensefalopati hipertensif
- Gagal jantung, edema paru, retinopati hipertensif
PEMERIKSAAN PENUNJANG
a. Biakan urin : Biakan ini pancaran tengah (mid stream urine) dianggap positif ISK
bila jumlah kuman 100.000 kuman/ml urin, jumlah kuman antara 10.000 - <
100.000 kuman/ml urin dianggap meragukan akan perlu diulang. Bila < 10.000
kuman/ml, urin hasil dianggap sebagai kontaminasi. Bila pengambilan urin
dilakukan dengan pungsi supra pubik/karteterisasi kandung kemih, maka
seberapapun kuman yang ditemukan dianggap positif ISK (ada maka juga yang
menyebutkan batasan > 200 kuman/ml urin).
b. Urin lengkap : tidak ada korelasi pasti antara piuria dan bakteri urin, tetapi
pada setiap kasus dengan piuria harus dicurigai kemungkinan ISK, bila ditemukan
silinder leukosit, kemungkinan pielonefritis perlu dipikirkan.
c. Radiologi : Pemeriksaan ultrasonografi sedapat mungkin dilakukan pada semua
pasien ISK, pielografi intravena (PIV) dilakukan untuk mencari kemungkinan
adanya pielonefritis kronis, kelainan konginital, maupun abstruksi dengan miksio-
sisto-uretrografi (MSU) dapat ditemukan tanda-tanda refluks vesiko
ureter/penyempitan pada muara uretra.
d. Lain-lain : data tambahan berupa peninggian laju endap darah (LED) dan kadar
protein kurang rektif, penurunan fungsi ginjal, serta adanya azotemia memberi
petunjuk adanya ISK bagian atas.
PENATALAKSANAAN
Tatalaksana umum : atasi demam, muntah, dehidrasi dan lain-lain. Pasien
dilanjutkan banyak minum dan jangan membiasakan menahan kencing untuk
mengatasi disuria dapat diberikan fenazopiridin (pyriduin) 7-10 mg/kg BB hari.
Faktor predisposisi dicari dan dihilangkan. Tatalaksana khusus ditujukan terhadap
3 hal, yaitu pengobatan infeksi akut, pengobatan dan pencegahan infeksi
berulang serta deteksi dan koreksi bedah terhadap kelamin anatamis saluran
kemih.
1. Pengobatan infeksi akut : pada keadaan berat/demam tinggi dan keadaan
umum lemah segera berikan antibiotik tanpa menunggu hasil biakan urin dan uji
resistensi kuman. Obat pilihan pertama adalah ampisilin, katrimoksazol,
sulfisoksazol asam nalidiksat, nitrofurantoin dan sefaleksin. Sebagai pilihan kedua
adalah aminoshikosida (gentamisin, amikasin, dan lain-lain), sefatoksin,
karbenisilin, doksisiklin dan lain-lain, Tx diberikan selama 7 hari.
2. Pengobatan dan penegahan infeksi berulang : 30-50% akan mengalami infeksi
berulang dan sekitar 50% diantaranya tanpa gejala. Maka, perlu dilakukan biakan
ulang pada minggu pertama sesudah selesai pengobatan fase akut, kemudian 1
bulan, 3 bulan dan seterusnya setiap 3 bulan selama 2 tahun. Setiap infeksi
berulang harus diobati seperti pengobatan ada fase akut. Bila relaps/infeksi
terjadi lebih dari 2 kali, pengobatan dilanjutkan dengan terapi profiloksis
menggunakan obat antiseptis saluran kemih yaitu nitrofurantorin, kotrimoksazol,
sefaleksi atau asam mandelamin. Umumnya diberikan dosis normal, satu kali
sehari pada malam hari selama 3 bulan. Bisa ISK disertai dengan kalainan
anatomis, pemberian obat disesuaikan dengan hasil uji resistensi dan Tx
profilaksis dilanjutkan selama 6 bulan, bila perlu sampai 2 tahun.
3. Koreksi bedah : bila pada pemeriksaan radiologis ditemukan obstruksi, perlu
dilakukan koreksi bedah. Penanganan terhadap refluks tergantung dari stadium.
Refluks stadium I sampai III bisanya akan menghilang dengan pengobatan
terhadap infeksi pada stadium IV dan V perlu dilakukan koreksi bedah dengan
reimplantasi ureter pada kandung kemih (ureteruneosistostomi). Pada
pionefrosis atau pielonefritis atsopik kronik, nefrektami kadang-kadang perlu
dilakukan.
- Glomerulonefritis
1.DEFINISI
Glomerulonefritis adalah suatu sindrom yang ditandai oleh peradangan dari glomerulus
diikuti pembentukan beberapa antigen yang mungkin endogenus (seperti sirkulasi
tiroglobulin) atau eksogenus (agen infeksius atau proses penyakit sistemik yang menyertai)
hospes (ginjal) mengenal antigen sebagai benda asing dan mulai membentuk antibody untuk
menyerangnya. Respon peradangan ini menimbulkan penyebaran perubahan patofisiologis,
termasuk menurunnya laju filtrasi glomerulus (LFG), peningkatan permeabilitas dari dinding
kapiler glomerulus terhadap protein plasma (terutama albumin) dan SDM, dan retensi
abnormal natrium dan air yang menekan produksi renin dan aldosteron (Glassok, 1988;
Dalam buku Sandra M. Nettina, 2001).
Pielonefritis adalah inflamasi atau infeksi akut pada pelvis renalis, tubula dan jaringan
interstisiel. Penyakit ini terjadi akibat infeksi oleh bakteri enterit (paling umum adalah
Escherichia Coli) yang telah menyebar dari kandung kemih ke ureter dan ginjal akibat refluks
vesikouretral. Penyebab lain pielonefritis mencakup obstruksi urine atau infeksi, trauma,
infeksi yang berasal dari darah, penyakit ginjal lainnya, kehamilan, atau gangguan metabolik
(Sandra M. Nettina, 2001).
Penyebab glomerulonefritis yang lazim adalah streptokokkus beta nemolitikus grup A tipe 12
atau 4 dan 1, jarang oleh penyebab lainnya. Tanda dan gejalanya adalah hematuria,
proteinuria, oliguria, edema, dan hipertensi (Sylvia A. Price dan Lorraine M. Willson, 2005).
Penyebab pielonefritis yang paling sering adalah Escherichia Coli. Tanda dan gejalanya
adalah demam timbul mendadak, menggigil, malaise, nyeri tekan daerah kostovertebral,
leukositosis, dan bakteriuria (Sylvia A. Price dan M. Willson, 2005).
Berdasarkan hasil penelitian glomerulonefritis dan pielonefritis lebih sering terjadi pada
anak perempuan dibandingkan dengan anak laki-laki. Karena bentuk uretranya yang lebih
pendek dan letaknya berdekatan dengan anus. Studi epidemiologi menunjukkan adanya
bakteriuria yang bermakna pada 1% sampai 4% gadis pelajar. 5%-10% pada perempuan usia
subur, dan sekitar 10% perempuan yang usianya telah melebihi 60 tahun. Pada hampir 90%
kasus, pasien adalah perempuan. Perbandingannya penyakit ini pada perempuan dan laki-
laki adalah 2 : 1.
2. Etiologi
a. Kuman streptococcus.
b. Berhubungan dengan penyakit autoimun lain.
c. Reaksi obat.
d. Bakteri.
e. Virus.
(Sandra M. Nettina,2001).
3. Manifestasi Klinis
4. Patofisiologi
Prokferusi seluler (peningkatan produksi sel endotel ialah yang melapisi glomerulus).
Infiltrasi leukosit ke glomerulus atau membran basal menghasilkan jaringan perut dan
kehilangan permukaan penyaring. Pada glomerulonefritis ginjal membesar, bengkak dan
kongesti. Pada kenyataan kasus, stimulus dari reaksi adalah infeksi oleh kuman streptococcus
A pada tenggorokan, yang biasanya mendahului glomerulonefritis sampai interval 2-3
minggu. Produk streptococcus bertindak sebagai antigen, menstimulasi antibodi yang
bersirkulasi menyebabkan cedera ginjal (Sandra M. Nettina, 2001).
5. Pemeriksaan Diagnostik
a. Urinalisis (UA).
b. Laju filtrasi glomerulus (LFG).
c. Nitrogen urea darah (BUN) dan kreatinin serum.
d. Pielogram intravena (PIV).
e. Biopsi ginjal.
f. Titer antistrepsomisin O (ASO).
(Sandra M. Nettina, 2001).
6. Penatalaksanaan
a. Manifestasi diet:
- Pembatasan cairan dan natrium.
- Pembatasan protein bila BUN sangat meningkat.
b. Farmakoterapi
- Terapi imunosupresif seperti agen sitoksit dan steroid untuk glomerulonefritis progresif
cepat.
- Diuretik, terutama diuretik loop seperti furosemid (lasix), dan bumex.
- Dialisis, untuk penyakit ginjal tahap akhir.
(Sandra M. Nettina, 2001).
7. Komplikasi
a. Hipertensi.
b. Dekopensasi jantung.
c. GGA (Gagal Ginjal Akut).
(Sandra M. Nettina, 2001).
Sistisis
PENGERTIAN
Sistitis adalah inflamasi kendung kemih yang paling sering disebabkan oleh menyebarnya
infeksi dari uretra. (Brunner & Suddarth, 2002).
ETIOLOGI
Beberapa penyebab sistitis diantaranya adalah :
1. Aliran balik urine dari uretra ke dalam kandung kemih ( Refluks Uretrovesikal)
5. Bahan kimia : Detergent yang dicampurkan ke dalam air untuk rendam duduk, deodorant
yang disemprotkan pada vulva, obat-obatan (misalnya: siklofosfamid) yang dimasukkan
intravesika untuk terapi kanker buli-buli.
6. Infeksi ginjal
8. Infeksi usus
9. Infeksi kronis dari traktus bagian atas
MANIFESTASI KLINIS
Pasien mengalami urgensi, sering berkemih, rasa panas dan nyeri pada saat berkemih,
nokturia, dan nyeri atau spasme pada area kandung kemih dan supra pubis. Piuria (adanya
sel darah putih dalam urine), hematuria (adanya sel darah merah pada pemeriksaan urine).
Pasien mengalami demam, mual, muntah, badan lemah, kondisi umum menurun. Jika ada
demam dan nyeri pinggang, perlu dipikirkan adanya penjalaran infeksi ke saluran kemih
bagian atas. Infeksi kandung kemih biasanya menyebabkan desakan untuk berkemih dan rasa
terbakar atau nyeri selama berkemih.
Nyeri biasanya dirasakan diatas tulang kemaluan dan sering juga dirasakan di punggung
sebelah bawah. Gejala lainnya adalah NOKTURIA(sering berkemih di malam hari). Air kemih
tampak berawan dan mengandung darah.
Kadang infeksi kandung kemih tidak menimbulkan gejala dan diketahui pada saat
pemeriksaan air kemih (URINALISIS untuk alasan lain). Sistitis tanpa gejala terutama sering
terjadi pada usia lanjut, yang bisa menderita INKONTINENSIA URIN sebagai akibatnya.
Inkontenensia urine adalah eliminasi urine dari kandung kemih yang tidak terkendali atau
terjadi di luar keinginan.
Inkontinensia Urine dapat dibagi menjadi empat jenis :
1. Urge incontinence
Terjadi bila pasien merasakan dorongan atau keinginan untuk berkemih tetapi tidak
mammpu menahannya cukup lama sebelum mencapai toilet. Keadaan ini dapat terjadi pada
pasien disfungsi neurology yang mengganggu penghambatan kontraksi kandung kemih.
2. Overflow incontinence
Ditandai oleh eliminasi urine yang sering dan kadang-kadang terjadi hamper terus menerus
dari kandung kemih. Kandung kemih tidak dapat mengosongkan isinya secara normal dan
mengalami distensi yang berlebihan. Dapat disebabkan oleh kelainan neurology ( lesi
medulla spinalis) atau oleh factor-faktor yang menyumbat saluran urine. Meskipun eliminasi
terjadi dengan sering, kandung kemih tidak pernah kosong.
3. Incontinensia fungsional
Merupakan inkontinensia dengan fungsi saluran kemih bagian bawah yang utuh tapi ada
factor lain, seperti gangguan kognitif berat yang membuat pasien sulit untuk
mengidentifikasi perlunya berkemih (pasien demensia alzeimer) atau gangguan fisik yang
menyebabkan pasien sulit atau tidak mungkin menjangkau toilet untuk berkemih
Mencakup cirri-ciri inkontinensia seperti yang baru disebutkan, dapat pula terjadi. Selain itu,
inkontinensia urine dapat terjadi akibat interaksi banyak factor.
EVALUASI DIAGNOSTIK
Jika sistitis sering kambuh, perlu dipikirkan adanya kelainan pada kandung kemih (misalnya:
keganasan, batu di saluran kemih/urolithiasis) sehingga diperlukan pemeriksaan pencitraan
(PIV, USG) atau sistoskopi.
Urinalisis
a. Leukosuria atau piuria: merupakan salah satu petunjuk penting adanya ISK. Leukosuria
positif bila terdapat lebih dari 5 leukosit/lapang pandang besar (LPB) sediment air kemih
b. Hematuria: hematuria positif bila terdapat 5-10 eritrosit/LPB sediment air kemih.
Hematuria disebabkan oleh berbagai keadaan patologis baik berupa kerusakan glomerulus
ataupun urolitiasis.
Bakteriologis
a. Mikroskopis
b. Biakan bakteri
c. Kultur urine untuk mengidentifikasi adanya organisme spesifik
d. Hitung koloni: hitung koloni sekitar 100.000 koloni per milliliter urin dari urin tampung
aliran tengah atau dari specimen dalam kateter dianggap sebagai criteria utama adanya
infeksi.
Metode tes
1. Tes dipstick multistrip untuk WBC (tes esterase lekosit) dan nitrit (tes Griess untuk
pengurangan nitrat). Tes esterase lekosit positif: maka psien mengalami piuria. Tes
pengurangan nitrat, Griess positif jika terdapat bakteri yang mengurangi nitrat urin normal
menjadi nitrit.
2. Tes Penyakit Menular Seksual (PMS): Uretritia akut akibat organisme menular secara seksual
(misal, klamidia trakomatis, neisseria gonorrhoeae, herpes simplek).
Urogram intravena (IVU). Pielografi (IVP), msistografi, dan ultrasonografi juga dapat
dilakukan untuk menentukan apakah infeksi akibat dari abnormalitas traktus urinarius,
adanya batu, massa renal atau abses, hodronerosis atau hiperplasie prostate. Urogram IV
atau evaluasi ultrasonic, sistoskopi dan prosedur urodinamik dapat dilakukan untuk
mengidentifikasi penyebab kambuhnya infeksi yang resisten.
PENATALAKSANAAN
Penanganan sistitis yang ideal adalah agens antibacterial yang secara efektif menghilangkan
bakteri dari traktus urinarius dengan efek minimal terhadap flora fekal dan vagina
Penatalaksanaan medis sebagai berikut :
Tessy, Agus dkk. 2003. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta : Balai Penerbit FKUI
Sindroma Nefrotik
Parut ginjal
Gagal ginjal
A. DEFINISI
Gagal ginjal kronis adalah suatu sindrom klinis yang disebabkan penurunan fungsi ginjal yang
bersifat menahun, berlangsung progresif dan cukup lanjut, hal ini terjadi bila laju filtrasi
glomerular kurang dari 50 mL/min. (Suyono, et al, 2001)
Gagal ginjal kronis merupakan gangguan fungsi renal yang progresif dan irreversibel dimana
kemampuan tubuh gagal untuk mempertahankan metabolisme dan keseimbangan cairan
dan elektrolit sehingga terjadi uremia. (Smeltzer & Bare, 2001)
B. ETIOLOGI
Penyebab dari gagal ginjal kronis antara lain :
1. Infeksi saluran kemih (pielonefritis kronis)
2. Penyakit peradangan (glomerulonefritis)
3. Penyakit vaskuler hipertensif (nefrosklerosis, stenosis arteri renalis)
4. Gangguan jaringan penyambung (SLE, poliarteritis nodusa, sklerosis sitemik)
5. Penyakit kongenital dan herediter (penyakit ginjal polikistik, asidosis tubulus ginjal)
6. Penyakit metabolik (DM, gout, hiperparatiroidisme)
7. Nefropati toksik
8. Nefropati obstruktif (batu saluran kemih)
(Price & Wilson, 1994)
D. MANIFESTASI KLINIK
1. Kardiovaskuler
Hipertensi, gagal jantung kongestif, udema pulmoner, perikarditis
Pitting edema (kaki, tangan, sacrum)
Edema periorbital
Friction rub pericardial
Pembesaran vena leher
2. Dermatologi
Warna kulit abu-abu mengkilat
Kulit kering bersisik
Pruritus
Ekimosis
Kuku tipis dan rapuh
Rambut tipis dan kasar
3. Pulmoner
Krekels
Sputum kental dan liat
Nafas dangkal
Pernafasan kussmaul
4. Gastrointestinal
Anoreksia, mual, muntah, cegukan
Nafas berbau ammonia
Ulserasi dan perdarahan mulut
Konstipasi dan diare
Perdarahan saluran cerna
5. Neurologi
Tidak mampu konsentrasi
Kelemahan dan keletihan
Konfusi/ perubahan tingkat kesadaran
Disorientasi
Kejang
Rasa panas pada telapak kaki
Perubahan perilaku
6. Muskuloskeletal
Kram otot
Kekuatan otot hilang
Kelemahan pada tungkai
Fraktur tulang
Foot drop
7. Reproduktif
Amenore
Atrofi testekuler
(Smeltzer & Bare, 2001)
E. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Pemeriksaan Laboratorium
o Laboratorium darah :
BUN, Kreatinin, elektrolit (Na, K, Ca, Phospat), Hematologi (Hb, trombosit, Ht, Leukosit),
protein, antibody (kehilangan protein dan immunoglobulin)
o Pemeriksaan Urin
Warna, PH, BJ, kekeruhan, volume, glukosa, protein, sedimen, SDM, keton, SDP, TKK/CCT
2. Pemeriksaan EKG
Untuk melihat adanya hipertropi ventrikel kiri, tanda perikarditis, aritmia, dan gangguan
elektrolit (hiperkalemi, hipokalsemia)
3. Pemeriksaan USG
Menilai besar dan bentuk ginjal, tebal korteks ginjal, kepadatan parenkim ginjal, anatomi
system pelviokalises, ureter proksimal, kandung kemih serta prostate
4. Pemeriksaan Radiologi
Renogram, Intravenous Pyelography, Retrograde Pyelography, Renal Aretriografi dan
Venografi, CT Scan, MRI, Renal Biopsi, pemeriksaan rontgen dada, pemeriksaan rontgen
tulang, foto polos abdomen
F. PENATALAKSANAAN
Penatalaksanaan terhadap gagal ginjal meliputi :
1. Restriksi konsumsi cairan, protein, dan fosfat.
2. Obat-obatan : diuretik untuk meningkatkan urinasi; alumunium hidroksida untuk terapi
hiperfosfatemia; anti hipertensi untuk terapi hipertensi serta diberi obat yang dapat
menstimulasi produksi RBC seperti epoetin alfa bila terjadi anemia.
3. Dialisis
4. Transplantasi ginjal
(Reeves, Roux, Lockhart, 2001)
G. KOMPLIKASI
Komplikasi yang mungkin timbul akibat gagal ginjal kronis antara lain :
1. Hiperkalemia
2. Perikarditis
3. Hipertensi
4. Anemia
5. Penyakit tulang
(Smeltzer & Bare, 2001)
11. Px lain?
PEMERIKSAAN PENUNJANG
a. Biakan urin : Biakan ini pancaran tengah (mid stream urine) dianggap positif ISK
bila jumlah kuman 100.000 kuman/ml urin, jumlah kuman antara 10.000 - <
100.000 kuman/ml urin dianggap meragukan akan perlu diulang. Bila < 10.000
kuman/ml, urin hasil dianggap sebagai kontaminasi. Bila pengambilan urin
dilakukan dengan pungsi supra pubik/karteterisasi kandung kemih, maka
seberapapun kuman yang ditemukan dianggap positif ISK (ada maka juga yang
menyebutkan batasan > 200 kuman/ml urin).
b. Urin lengkap : tidak ada korelasi pasti antara piuria dan bakteri urin, tetapi
pada setiap kasus dengan piuria harus dicurigai kemungkinan ISK, bila ditemukan
silinder leukosit, kemungkinan pielonefritis perlu dipikirkan.
c. Radiologi : Pemeriksaan ultrasonografi sedapat mungkin dilakukan pada semua
pasien ISK, pielografi intravena (PIV) dilakukan untuk mencari kemungkinan
adanya pielonefritis kronis, kelainan konginital, maupun abstruksi dengan miksio-
sisto-uretrografi (MSU) dapat ditemukan tanda-tanda refluks vesiko
ureter/penyempitan pada muara uretra.
d. Lain-lain : data tambahan berupa peninggian laju endap darah (LED) dan kadar
protein kurang rektif, penurunan fungsi ginjal, serta adanya azotemia memberi
petunjuk adanya ISK bagian atas.
Interpretasi praktis biakan urin oleh Marsh tahun 1976, ialah sebagai berikut:
1 > 100.000 CFU/ml urin dari 2 biakan urin porsi tengah yang dilakukan seara berturut turut.
2 > 100.000 CFU/ml urin dari 1 biakan urin porsi tengah dengan leukosit > 10/ml urin segar.
3 > 100.000 CFU/ml urin dari 1 biakan urin porsi tengah disertai gejala klinis infeksi saluran
kemih.
4 > 10.000 CFU/ml urin kateter.
5 Berapapun CFU dari urin aspirasi suprapubik.
Berbagai faktor yang mengakibatkan penurunan jumlah bakteri biakan urin pada infeksi
saluran kemih:
1 Faktor fisiologis
2 Diuresis yang berlebihan
2 Biakan yang diambil pada waktu yang tidak tepat
3 Biakan yang diambil pada infeksi saluran kemih dini (early state)
4 Infeksi disebabkan bakteri bermultiplikasi lambat
5 Terdapat bakteriofag dalam urin
3 Faktor iatrogenic
3 Penggunaan antiseptic pada waktu membersihkan genitalia
4 Penderita yang telah mendapatkan antimikroba sebelumnya
Cara biakan yang tidak tepat:
b. Urin sentrifus
Terdapatnya leukosit > 10/Lapangan Pandang Besar (LPB) disebut sebagai piuria. Pada
pemeriksaan urin porsi tengah dengan menggunakan mikroskop fase kontras, jika terdapat
leukosit >2000/ml, eritrosit >8000/ml, dan casts leukosit >1000/ml, maka disebut sebagai
infeksi saluran kemih.
4. Tes Biokimia
Bakteri tertentu golongan enterobacteriae dapat mereduksi nitrat menjadi nitrit (Griess
test), dan memakai glukosa (oksidasi). Nilai positif palsu prediktif tes ini hanya <5%. Kegunaan
tes ini terutama untuk infeksi saluran kemih rekurens yang simtomatik. Pada infeksi saluran
kemih juga sering terdapat proteinuria yang biasanya < 1 gram/24 jam. Membedakan bakteriuria
dan infeksi saluran kemih yaitu, jika hanya terdapat piuria berarti inflamasi, bila hanya terdapat
bakteriuria berarti kolonisasi, sedangkan piuria dengan bakteriuria disertai tes nitrit yang positif
adalah infeksi saluran kemih.
5. Lokalisasi infeksi
Tes ini dilakukan dengan indikasi:
a. Setiap infeksi saluran kemih akut (pria atau wanita) dengan tanda tanda sepsis.
b. Setiap episode infeksi saluran kemih (I kali) pada penderita pria.
c. Wanita dengan infeksi rekurens yang disertai hipertensi dan penurunan faal ginjal.
d. Biakan urin menunjukkan bakteriuria pathogen polimikrobal.
Penentuan lokasi infeksi merupakan pendekatan empiris untuk mengetahui etiologi
infeksi saluran kemih berdasarkan pola bakteriuria, sekaligus memperkirakan prognosis, dan
untuk panduan terapi. Secara umum dapat dikatakan bahwa infeksi saluran kemih atas lebih
mudah menjadi infeksi saluran kemih terkomplikasi. Suatu tes noninvasif pembeda infeksi saluran
kemih atas dan bawah adalah dengan ACB (Antibody-Coated Bacteria). Pemeriksaan ini
berdasarkan data bahwa bakteri yang berasal dari saluran kemih atas umumnya diselubungi
antibody, sementara bakteri dari infeksi saluran kemih bawah tidak. Pemeriksaan ini lebih
dianjurkan untuk studi epidemiologi, karena kurang spesifik dan sensitif.
a. Non invasif
1 Imunologik
2 ACB (Antibody-Coated Bacteria)
2 Autoantibodi terhadap protein saluran Tam-Horsfall
3 Serum antibodi terhadap antigen polisakarida
4 Komplemen C
3 Nonimunologik
4 Kemampuan maksimal konsentrasi urin
3 Enzim urin
4 Protein Creaktif
5 Foto polos abdomen
5 Ultrasonografi
6 CT Scan
7 Magnetic Resonance Imaging (MRI)
8 Bakteriuria polimikrobial / relaps setelah terapi (termasuk pada terapi tunggal)
b. Invasif
1 Pielografi IV / Retrograde / MCU
2 Kultur dari bahan urin kateterisasi ureteroan bilasan kandung kemih
3 Biopsi ginjal (kultur pemeriksaan imunofluoresens)
d. Ultrasonografi ginjal
Untuk melihat adanya tanda obstruksi/hidronefrosis, scarring process, ukuran dan bentuk
ginjal, permukaan ginjal, masa, batu, dan kista pada ginjal.
f. CT-scan
Pemeriksaan ini paling sensitif untuk menilai adanya infeksi pada parenkim ginjal, termasuk
mikroabses ginjal dan abses perinefrik. Pemeriksaan ini dapat membantu untuk menunjukkan
adanya kista terinfeksi pada penyakit ginjal polikistik. Perlu diperhatikan bahwa pemeriksaan
in lebih baik hasilnya jika memakai media kontras, yang meningkatkan potensi
nefrotoksisitas.
g. DMSA scanning
Penilaian kerusakan korteks ginjal akibat infeksi saluran kemih dapat dilakukan dengan
skintigrafi yang menggunakan (99mTc) dimercaptosuccinic acid (DMSA). Pemeriksaan ini
terutama digunakan untuk anak anak dengan infeksi saluran kemih akut dan biasanya
ditunjang dengan sistoureterografi saat berkemih. Pemeriksaan ini 10 kali lebih sensitif untuk
deteksi infeksi korteks ginjal dibanding ultrasonografi.