I. Definisi
Attention-deficit/hyperactivity disorder (ADHD) atau gangguan defisit atensi dan
hiperaktivitas adalah kondisi kronis yang mempengaruhi jutaan anak dan seringkali tetap ada
sampai dewasa. ADHD merupakan kombinasi beberapa masalah seperti kesulitan untuk
menjaga perhatian, hiperaktivitas, dan perilaku impulsive. Anak dengan ADHD juga dapat
memiliki rasa rendah diri, hubungan yang bermasalah, dan mendapat nilai yang jelek
disekolah. Dulu ADHD disebut ADD (attention deficit disorder atau gangguan defisit atensi),
tetapi sekarang ADHD karena menggambarkan kedua aspek kondisinya, yang itu inatensi dan
perilaku hiiperaktif dan impulsif.2
II. Etiologi
Yang menjadi penyebab dari ADHD adalah faktor-faktor lingkungan dan sifat keturunan,
bukan bagaimana caranya anak itu dibesarkan, yaitu:2
Perubahan fungsi dan anatomi otak. Terdapat perbedaan struktur otak dan aktivitas area
otak yang mengontrol tingkat aktivitas dan perhatian.
Keturunan. ADHD cenderung menurun dalam satu keluarga.
Merokok, penyalahgunaan alkohol dan obat-obatan, serta paparan terhadap toksin selama
kehamilan. Keempat hal ini akan meningkatkan resiko lahirnya anak dnegan ADHD.
Penyalahgunaan alkohol dan obat-obatan selama kehamilan dapat menurunkan aktivitas
sel saraf (neuron) yang menghasilkan neurotransmitter.
Paparan terhadap toksin-toksin dilingkungan. Paparan terhadap logam berat seperti lead
(Pb) akan menyebabkan perilaku yang disruptif bahkan agresif, dan mempengaruhi
kemampuan berkonsentrasi.
Zat tambahan dalam makanan. Bahan-bahan yang ditambahkan ke makanan seperti
pewarna buatan atau pengawet makanan dapat menjadikan anak hiperaktif. Walaupun
gula sering dicurigai menyebabkan hiperaktivitas, tidak terdapat bukti yang nyata.
III. Gejala
Gejala ADHD lebih jelas terlihat pada aktivitas-aktivitas yang membutuhkan usaha mental
yang terfokus. Agar dapat didiagnosa dengan ADHD< tanda dan gejalanya harus muncul
sebelum usia 7 tahun, kadang sampai semuda usia 2-3 tahun.2 Gejala ADHD terbagi menjadi
tiga kelompok, yaitu kurang perhatian atau inattentiveness, hiperaktivitas, dan perilaku
impulsif atau impulsivity.3 Gejala akan meringan seiring pertumbuhan anak, tetapi tidak akan
menghilang sepenuhnya.2,3
Gelisah, tidak bisa diam ditempat duduk, selalu bergerak ditempat duduk.
Berbicara nonstop.
Seringkali berdiri meninggalkan bangkunya dikelas atau situasi lainnya dimana
seharusnya tetap duduk.
Berlari atau memanjat berlebihan ketika tidak seharusnya, atau pada remaja, selalu
merasa gelisah.
Sulit untuk bermain dengan tenang
Selalu siap bergerak.
Berbicara berlebihan.
Menjawab pertanyaan sebelum pertanyaannya selesai dikatakan.
Seringkali sulit menunggu gilirannya.
Seringkali menyela atau mengganggu pembicaraan atau permainan orang lain.
Perilaku ADHD pada anal laki-laki dan wanita dapat berbeda, seperti:2
Pada bayi:1
Anak dg ADHD sangat sensitif terhadap bunyi, cahaya, suhu, serta perubahan lingkungan
lainnya, sehingga sangat aktif dalam buaian, tidurnya sangat sedikit, dan sering menangis.
Atau sebaliknya, tenang dan lemas, tidur berlebihan, dn berkembang sangat lambat pada
beberapa bulan pertama.
V. Faktor resiko
Faktor resiko ADHD adalah paparan maternal terhadap toksin, merokok, minum alkohol atau
menggunakan narkoba selama kehamilan, riwayat keluarga ADHD atau gangguan perilaku
dan mood lainnya, serta berat badan lahir rendah.3
Anak harus memiliki paling tidak 6 gejala atensi atau 6 gejala hiperaktivitas/impulsivitas,
serta beberapa gejala yang muncul sebelum usia 7 tahun.
Gejala-gejala tersebut harus hadir selama paling sedikit 6 bulan, dalam dua setting, dan
tidak disebabkan oleh masalah lainnya.
Gejalanya harus cukup berat untuk menyebabkan gangguan bermakna dalam berbagai
setting, termasuk rumah, sekolah, dan hubungan dengan teman-temannya.
Pada anak yang lebih tua, ADHD dapat remisi parsial, ketika mereka gejalanya masih ada,
tetapi tidak memenuhi seluruh definisi gangguannya.
VII. Evaluasi
Yang termasuk evaluasi ADHD adalah:3
IX. Komplikasi
ADHD dapat membuat anak-anak mengalami:3
Kesulitan belajar didalam kelas, yang dapat menyebabkan kegagalan akademik dan
dihakimi oleh anak-anak lainnya dan orang dewasa.
Cenderung untuk mengalami kecelakaan dan berbagai macam cedera lebih sering
daripada anak lainnya.
Lebih cenderung mengalami kesulitan untuk berinteraksi dengan teman dan orang
dewasa.
Lebih beresiko menyalahgunakan alkohol dan narkoba, serta tindakan-tindakan
delinquent lainnya.
X. Gangguan Penyerta
ADHD tidak menyebabkan masalah-masalah psikologis atau perkembangan lainnya, tetapi
anak-anak dengan ADHD lebih cenderung untuk memiliki kondisi-kondisi seperti gangguan
pembelajaran, Oppositional defiant disorder (ODD), gangguan Conduct (mencuri, berkelahi,
menghancurkan benda, dan menyakiti orang atau binatang), penyalahgunaan obat, gangguan
cemas dan depresi, sindrom Tourette, serta penyalahgunaan obat.2,3
1. Medikamentosa
2. Obat nonstimulan, yaitu Atomoksetin (Strattera) dapat bekerja sebaik stimulan, tetapi
kemungkinan penyalahgunaan lebih rendah. Obat ini diberikan pada anak dengan
ADHD yang tidak merespon obat-obatan stimulan atau mengalami efek samping pada
pemberian stimulan. Selain mengurangi gejala ADHD, atomoksetin juga dapat
mengurangi rasa cemas. Obat ini diberikan satu atau dua kali sehari. Efek samping
dari atomoksetin adalah rasa mual dan sedasi, penurunan selera makan dan berat
badan. Efek samping yang jarang muncul adalah gangguan fungsi hati yang ditandai
dengan kulit yang berwarna kuning (jaundice), urin berwarna gelap atau gejala-gejala
flu yang tidak dapat dijelaskan, peningkatan resiko timbulnya ide-ide bunuh diri pada
anak dan remaja atau tanda-tanda depresi lainnya. Tetapi obat ini tidak dijual
diIndonesia.1,2,3,4
Tabel 2. Obat-obatan Nonstimulan untuk Terapi ADHD1
Obat Sediaan (mg) Dosis Anjuran
Golongan Amoksetin HCl
Strattera 10, 18, 25, 40 (0,5-1,8mg/kgBB) 40-80 mg/haril boleh
dibagi menjadi 2 dosis
Golongan Bupropion
Wellbutrin 75, 100 (3-6mg/kgBB) 150-300mg/hari; ~150mg/x,
2x/hari
Wellbutrin SR 100, 150 (3-6mg/kgBB) 150-300mg/hari; ~150mg/tiap
pagi; >150mg/hari, 2x/hari
Golongan Venlafaxin
Effexor 25, 37,5 , 50, 75, 100 25-150 mg/hari; 2x/hari
Effexor XR 37,5, 75, 150 37,5-150mg tiap pagi
Golongan Agonis -
adrenergik
Clonidine (Catapres) 0,1, 0,2, 0,3 3-10g/kg/hari dibagi 3dosisl hingga 0,1mg
3x/hari
Guanfacine (Tenex) 1, 2 0,5-1,5mg/hari
3. Antidepresan. Obat ini digunakan pada anak yang tidak merespon stimulan atau
atomoksetin, dan memiliki gangguan mood penyerta.2,3
4. Obat tekanan darah tinggi, yaitu Clonidine (Catapres) dan Guanfacine (Intuniv,
Tenex). Obat ini akan membantu menredakan gejala-gejala ADHD. Diberikan untuk
mengurangi tics atau insomnia yang disebabkan obat ADHD lainnya atau mengobati
agresi yang disebabkan oleh ADHD.1,2,3
Memberikan Obat dengan Aman2
Pastikan anak anda mendapatkan dosis yang tepat. Anak dengan ADHD tidak beresiko
mengalami ketergantungan, tetapi saudara dan teman-temannya beresiko. Karena pada
anak ADHD kadar neurotransmitter otaknya akan naik perlahan-lahan hingga mencapai
kadar yang tepat.
Berikan obat hati-hati. Anak-anak dan remaja sebaiknya tidak bertanggungjawab atas
obatnya sendiri.
Letakkan obat dalam lemari yang terkunci dirumah. Overdosis stimulan sangat
berbahaya dan fatal.
Jangan titipkan obat-obatan ke anak untuk diberikan ke perawat atau pos kesehatan
sekolah. Berikan langsung ke perawat atau pos kesehatan sekolah.
a. Konseling2,3
1. Terapi Perilaku. Guru dan orang tua dapat mempelajari strategi-strategi yang dapat
mengubah perilaku anak untuk menangani situasi yang sulit. Strategi-strategi ini dapat
berupa sistem reward dan timeout.
2. Psikoterapi. Ini memungkinkan anak dg ADHD yang lebih tua untuk membicarakan
masalah-masalah yang mengganggunya, menelaah pola tingkah laku dan belajar cara
untuk menangani gejalanya.
3. Parenting Skills Training. Ini akan membantu orang tua mengembangkan cara untuk
memahami dan mengarahkan perilaku anaknya.
4. Terapi Keluarga. Cara ini dapat membantu orangtua dan saudaranya untuk mengatasi
stress hidup dengan orang dengan ADHD.
5. Pelatihan social skills. Ini akan membantu anak mempelajari perilaku sosial yang sesuai.
6. Kelompok Dukungan. Kelompok support dapat memberikan anak dengan ADHD dan
orangtuanya jaringan dukungan sosial, informasi, dan pendidikan.
b. Terapi Perilaku2,3
Terapi saling berbicara untuk anak dan keluarganya akan membantu semua pihak memahami
dan mengatasi perasaan-perasaan tertekan karena ADHDnya. Orangtua sebaiknya
menggunakan sistem reward dan hukuman untuk membantu angarahkan perilaku anaknya.
Mempelajari bagaimana mengatasi perilaku disruptif sangatlah penting. Kelompok
pendukung dapat membantu keluarga untuk berhubungan dengan orang lain yang memiliki
masalah yang sama.
Terapi Gaya Hidup dan Penanganan di Rumah2,3
Karena ADHD merupakan gangguan yang kompleks, dan setiap orang dengan ADHD itu
gejalanya unik, sulit memberikan anjuran yang tepat bagi tiap anak. Tetapi beberapa hal
berikut mungkin dapat membantu.
Di Rumah:2,3
Tunjukkan kasih sayang anda pada anak. Anak-anak perlu mendengar bahwa mereka
dicintai dan dihargai. Hanya memperhatikan aspek-aspek negatif perilaku anak dapat
merusak hubungan orangtua dan anak atau merusak rasa percaya diri dan harga diri anak.
Jika anak sulit menerima tanda-tanda verbal rasa kasih sayang, berikan senyuman, tepuk
pundaknya, atau peluk anak untuk menunjukkan kasih sayang. Puji perilaku yang baik.
Bersabarlah. Tetap sabar dan tenang ketika menangani anak, walaupun sepertinya tidak
dapat dikontrol. Jika orangtua tenang, anak akan menjadi lebih tenang.
Jaga perspektif diri. Orangtua harus realisitis dalam pengharapan akan perbaikan kondisi
anak.
Kenali anak. Bermainlah bersama anak. Luangkan waktu dimana anak hanya bermain
dengan orangtua, tanapa ada orang lain. Coba berikan perhatian positif daripada negatif.
Jaga agar anak memiliki jadwal tidur dan makan yang tetap. Gunakan kalender yang
besar untuk menandari aktivitas-aktivitas penting yang akan terjadi. Anak dengan ADHD
mengalami kesulitan untuk menerima dan menyesuaikan diri dengan perubahan. Hindari
transisi yang tiba-tiba dari satu aktivitas menjadi aktivitas lainnya.
Pastikan anak beristirahat cukup. Anak yang tidak cukup istirahat akan menunjukkan
gejala ADHD yang lebih buruk.
Identifikasi situasi yang sulit. Coba hindari situasi yang sulit bagi anak anda, seperti
duduk diam selama presentasi yang panjang atau berbelanja di Mall dan Supermarket
dimana aneka ragam barang dapat membuatnya bingung.
Gunakan timeout atau hilangkan priviledge untuk mendisiplinkan anak. Untuk anak
dengan ADHD, timeout dari stimulasi sosial sangat efektif. Sebaiknya timeout dilakukan
dengan waktu yang singkat, tetapi cukup lama bagi anak untuk mengontrol dirinya.
Intinya adalah untuk memutuskan dan menghentikan perilaku yang tak terkontrol. Ini
tidak selelalu dapat diterapkan, tetapi bagi banyak orang telah terbukti dapat membantu
mengatasi perilaku anak yang impulsif atau overaktif.
Bantu anak anda mengorganisir dan membuat sebuah buku tugas harian. Dan pastikan
anak memiliki tempat yang tenagn untuk belajar. Kelompokkan barang-barang dalam
kamar anak dan simpan dalam tempat-tempat yang ditandai dengan jelas. Jaga
lingkungan anak tetap terorganisir dan rapi.
Cari cara untuk memperbaiki rasa percaya diri dan rasa disiplin anak. Anak dengan
ADHD seringkali berprestasi dalam membuat karya seni, les musik atau les menari, atau
les bela diri, terutama karate atau tae kwon do. Tetapi jangan memaksa anak ke dalam
aktivitas yang diluar kemampuannya. Beberapa kesuksesan kecil yang berturut-turut
lebih membangun rasa percaya diri anak dari pada satu kesuksesan yang besar.
Gunakan kata-kata yang singkat dan demonstrasikan ektika memberikan anak instruksi.
Berbicaralah dengan perlahan dan tenang, bicaralah dengan spesifik dan konkret.
Berikan instruksi satu demi satu. Hentikan anak dan lakukan kontak mata dengan anak
sebelum dan selama memberikan instruksi.
Orangtua juga harus beristirahat. Jika orangtua kelelahan dan stress, akan menjadi
kurang efektif sebagai orangtua.
Di Sekolah2,3
Tanyakan program sekolahnya. Apakah ada program khusus disekolah tersebut untuk
anak dengan ADHD. Ini dapat termasuk penyesuaian kurikulum, perubahan tata urang
kelas, modifikasi teknik mengajar, instruksi keahlian belajar, serta peningkatan
kerjasama antara orangtua dan guru.
Orangtua berbicaralah dengan guru. Sebaiknya orangtua berkomunikasi dengan guru
ankanya, dan mendukung usaha guru untuk menangani anak anda didalam kelas.
Pastikan guru mengawasi belajar anak, memberikan umpanbalik positif, fleksibel dan
sabar. Minta agar guru memberikan instruksi dan target yang jelas.
Tanya apakah boleh menggunakan komputer didalam kelas. Anak dengan ADHD
cenderung mengalami kesulitan menulis dan penggunaan komputer atau mesin ketik
akan sangat membantu.
Teknik Coping
Banyak orangtua yang menyadari pola perilaku anaknya dan respons mereka terhadap
perilaku mereka itu. Contohnya, anak mungkin akan menangis meraung-raung sebelum
waktunya makan malan, dan orangtuanya akana memberikan cemilan agar anak itu diam
sementara orangtua menyiapkan makanan. Ini secara tidak langsung mendorong anak untuk
mengulang perilakunya. Merubah kebiasaan lama dengan yang baru memang sulit dan
membutuhkan kerja keras. Jadi pastikan orangtua memiliki target dan pengharapan yang
realisitis, sesuai dengan kemampuan fisik dan mental anak. Susun target-target kecil bagi
orangtua dan anak, serta jangan mencoba nutuk membuat perubahan yang besar atau banyak
sekaligus.
XIII. Pencegahan
Tidak ada cara mencegah ADHD. Tetapi ada cara untuk mencegah masalah yang mungkin
ditimbulkannya, serta untuk memastikan bahwa anak anda akan sesehat mungkin. Baik itu
sehat secara fisik, mental, ataupun emosional, yaitu:2
Prognosa anak dengan ADHD tergantung dari derajat persistensi psikopatologi komorbidnya,
terutama gangguan perilaku, disabilitas sosial, serta faktor-faktor keluarga. Prognosa yang
optimal dapat didukung dengan cara memperbaiki fungsi sosial anak, mengurangi agresivitas
anak, dan memperbaiki keadaan keluarganya secepat mungkin.1
Referensi
1. Kaplan and Sadocks Sinopsis of Psychiatry, Sadock, Benjamin J., Lippincott Williams &
Wilkins, Philadelphia, USA, 2007.
2. Attention-deficit/hyperactivity disorder (ADHD) in Children by MayoClinic Staff,
diunduh pada tanggal 06/04/2012 pada pukul 14.25 dari
http://www.mayoclinic.com/health/adhd/DS00275
3. Attention deficit hyperactivity disorder oleh Davis Zieve dan Fred K. Berger diunduh pada
tanggal 06/04/2012 pada pukul 14.29 dari
http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmedhealth/PMH0002518/
4. Facts about ADHD diunduh pada tanggal 06/04/2012 pada pukul 15.16 dari
http://www.cdc.gov/ncbddd/adhd/facts.html
5. Farmakologi dan Terapi edisi ke 5, Departemen Farmakologi dan Terapeutik, Fakultas
Kedokteran-Universitas Indonesia, Jakarta, 2007.