Penatalaksanaan
Penatalaksanaan
terapi medikamentosa, terapi bedah hingga yang terbaru terapi endoskopik. Target
gejala/ keluhan, c). mencegah kekampuhan, d). memperbaiki kualitas hidup, e).
mencegah kekambuhan. Hal hal yang perlu dilakukan dalam modifikasi gaya hidup
adalah meninggikan posisi kepala pada saat tidur serta menghindari makan sebelum
tidur dengan ujuan untuk meningkatkan bersihan asam selama tidur mencegah refluks
asam dari lambung ke esofagus. Berhenti merokok dan mengkonsumsi alkohol karena
keduanya dapat menurunkan tonus LES sehingga secara langsung mempengaruhi sel
sel epitel. Mengurangi konsumsi lemak serta menguangi jumlah maknan yang
badan pada pasien kegemukan serta menghindari pakaian ketat sehingga dapat
coklat, teh, peppermint, kopi dan minuman bersoda karena dapat menstimulasi sekresi
asam. Jka memungkinkan menghindari obat obatan yang menurunkan tonus LES
adrenergik, progesteron.
Gambar strategi pengobatan GERD
Terapi Medikamentosa
terbukti bahwa terapi supresi asam lebih efektif bila dibandingkan dengan
Terdapat dua alur terapi medikamentosa yaitu step up dan step down. Pada
terapi step up pengobatan dimulai dengan obat obat yang kurang kuat dalam menekan
sekresi asam lambung (antagonis resptor H2) atau golongan prokinetik; bila gagal
diberikan obat golongan yang lebih kuat seperti Proton Pump Inhibitor PPI.
Sedangkan pada pendekatan step down pengobatan dimulai dengan PPI dan setelah
yang lebih rendah atau antagonis reseptor H2 atau prokinetik atau antasid.
diatas 80% dalam waktu 6-8 minggu. Untuk selanjutnya dapat diteruskan dengan
terapi pemeliharaan (maintenance therapy) atau bahkan terapi bila perlu (on
demand therapy) yaitu pemberian obat obatan selama beberapa hari sampai dua
minggu jika ada kekambuhan sampai gejala hilang. Pada berbagai penelitian juga
terbukti bahwa respon perbaikan gejala menandakan adanya respon perbaikan lesi
organiknya.
Antasid
Golongan obat ini cukup efektif dan aman untuk menghilangkan gejala GERD
namun tidak menyembuhkan lesi organiknya. Selain sebagai buffer terhadap HCL
Antagonis Reseptor H2
Golongan obat ini adalah simetidin, ranitidin, famotidin dan nizatidin. Sebagai
penekan sekresi asam, golongan obat ini efektif dalam pengobatan penyakit refluk
gastroesofageal jika diberikan dosis 2 kali lebih tinggi dari dosis untuk terapi ulkus
Golongan obat ini hanya efektif pada pengobatan esofagitis derajat ringan sampai
Ranitidin 4x 150 mg
Famotidin 2 x 20 mg
Nizatidin 2 x 150 mg
Metoklopramid
Bekerja sebagai antagonis resptor dopamin. Efektifitas rendah dalam megurangi
gejala serta tidak berperan dalam penyembuhan lesi diesofagus kecuali dalam
kombinasi dengan antagonis reseptor H2 atau PPI. Karena dapat melewati sawar
darah otak menyebabkan efek mengantuk, pusing, agitasi, tremor dan diskinesia.
Domperidon
Golongan obat ini adalah antagonis reseptor dopamin dengan efek samping yang lebih
jarang dibandingkan dengan metoklopramd karena tidak mewati sawar darah otak.
Golongan obat ini diketahui dapat mengkatkan tonus LES dan mempercepat
Cisapride
Merupakan suatu antagonis reseptor 5HT4, obat ini dapat mempercepat pengosongan
gejala serta penyembuhan lesi lebih baik dibandingkan domperidon. Dosis sehari
adalah 3 x 10 mg.
Obat ini tidak memiliki efek langsung terhadap asam lambung. Obat ini bekerja
diesofagus serta dapat mengikat pepsin dan garam empedu. Golongan obat ini cukup
aman diberikan karena bekerja secara topikal (sitoproteksi) dosis sehari adalah 4 x 1
gram
bekerja secara langsung pada pompa proton sel parietal dengan mempengaruhi enzim
H, K ATP-ase yang dianggap sebagai tahap akhir proses pembentukan asam lambung.
Obat ini efektif dalam menghilangkan gejala dan penyembuhan lesi esofagus, bahkan
pada esofagus erosif derajat berat serta yang refrakter dengan golngan antagonis
reseptor H2. dosis yang diberikan untuk GERD adalah dosis penuh yaitu;
Omeprazole 2x20mg
Lansoprazol 2 x 30mg
Pantoprazol 2x 40 mg
Rabeprazol 2 x 10 mg
Esomeprazol 2 x 40 mg
dosis pemeliharaan selama 6 bulan atau on demand therapy, tergantung dari derajat
esofagitisnya.
Gambar efektivitas terapi obat obatan GERD
Terapi bedah
Merupakan terapi alternatf yang penting jika terapi medikamentosa gagal, atau pada
fundoplikasi.
Terapi endoskopi
Walaupunlaporannya masih terbatas serta masih dalam konteks penelitian akir akhir
ini mulai dikembangkan pilihan terapi endoskopi pada pasien GERD yaiut
esofagus bagian distal sehingga lumen esofagus bagian distal menajdi lebih kecil
Komplikasi
Komplikasi yang paling sering terjadi adalah striktur dan pendarahan. Sebagai
dampak adanya rangsangan kronik asam lambung terhdap mukosa esofagus, dapat
terjadi perubahan mukosa esofagus dari skuamosa menjadi epitel kolumna yang
metaplastik. Keadaan ini disebut sebagai esofagus barret dan merupakan suatu
keadaan premaligna. Risiko terjadinya esofagus barret adalah 30-40 kali dibandingkan
populasi normal