Anda di halaman 1dari 8

Komposit Matriks Keramik- Kajian Literatur

Telah dikumpulkan sebagai tugas kuliah Keramik Lanjut 18 April 2013

Pendahuluan

Ceramic matrix-composite (CMC) merupakan material keramik, gelas-keramik dan gelas-


matriks yang mengandung fasa inklusi sekunder. Fasa inklusi sekunder ini dapat berupa fiber,
whisker, platelet atau partikulat. Dalam sebuah komposit sempurna fasa-fasa inklusi ini akan
berinteraksi secara sinergi dengan matriksnya sehingga membentuk material yang memiliki sifat-
sifat yang lebih baik dibandingkan dari material matriks atau material inklusinya sendiri. Gelas,
gelas-keramik dan keramik merupakan material yang memiliki nilai modulus Young (stiffness)
yang tinggi. Material tersebut memiliki kekuatan kompresi yang baik dan sedikit lebih padat
dibandingkan dari kebanyakan logam struktural. Penggunaan material gelas, gelas-keramik dan
keramik sangat terbatas pada aplikasi struktural, yang disebabkan oleh kerapuhan, ketahanan
patahan yang rendah, sensitivitas terhadap cacat, dan kekuatan tarik yang sangat rendah pada
kondisi bulk. Inklusi fasa kedua mampu meningkatkan toleransi terhadap kerusakan (toleransi
toughness), meningkatkan reliabilitas (modulus Weibull yang tinggi) dan kekuatan kelenturan
dan tegangan yang tinggi.

Keramik struktual yang tidak diperkuat namun memiliki kekuatan kelenturan yang tinggi terus
dikembangkan. Penggunaan material tersebut sangat menjanjikan, dimana pengembangan
material ini menawarkan peningkatan performa yang luar biasa. Namun untuk memperoleh
kekuatan kelenturan yang tinggi, tidak banyak material yang mampu memenuhi hal tersebut.
Pemikiran untuk menggunakan keramik yang diperkuat, dalam hal ini penggunaan CMC lebih
memungkinkan dengan melakukan variasi antara material keramik yang kekuatannya rendah
dengan material yang ketangguhan perpatahannya tinggi.

Hal utama yang mempengaruhi sifat komposit adalah bentuk dari fasa inklusi sekunder.
Komposit dengan fiber yang kontinu memiliki kemungkinan lebih kuat dan tangguh
dibandingkan yang mengandung partikulat. Sedangkan komposit yang mengandung whisker dan
platelet sebagai fasa inklusi sekundernya berada pada daerah transisi dari fasa inklusi sekunder
fiber yang kontinu dengan partikulat[1]. Secara umum inklusi dari material yang isotropik akan
membentuk komposit dengan sifat-sifat isotropik. Dengan demikian, partikulat yang bulat
sebagai inklusi kedalam material gelas, gelas-keramik dan keramik akan menghasilkan komposit
dengan sifat mekanik yang isotropik. Inklusi material kecil yang anisotropik seperti whisker dan
platelet akan menghasilkan komposit yang memiliki sifat mikroskopik yang anisotropik, namun
sifat secara makroskopiknya akan isotropik, yang akan terjadi dengan asumsi orientasi inklusi
terjadi secara acak. Penyusunan fiber kontinu yang anisotropik ke dalam material gelas, gelas-
keramik dan keramik umumnya akan membentuk komposit yang memiliki sifat mekanik dengan
anisotropik yang tinggi juga. Fasa inklusi yang membentuk struktur internal CMC lainnya
adalah material komposit yang terdiri atas berlapis-lapis fasa inklusi, partikel yang disusun
gradasi (Functionally Gradient Material=FGM), material antarmuka polikristalin atau inter-fase
antara butir[2].

Mekanisme ketangguhan pada komposit matriks keramik


Komposit matriks keramik yang diperkuat dengan fiber kontinu menunjukkan adaya perilaku
kausi-perpatahan ulet seiring dengan panjangnya fiber. Ketangguhan perpatahan material ini
mampu lebih dari 20 M Pa m1/2 apabila antara fiber dan matriks terbentuk antarmuka yang
lemah. Sedangkan komposit matriks keramik yang diperkuat partikulat atau whisker,
menunjukan perilaku kerapuhan diiringi dengan peningkatan kekuatan dan ketangguhan
perpatahan. Ketangguhan perpatahan material tersebut berkisar 10 M Pa m1/2 atau lebih.

Material yang rapuh mengandung fasa kedua yang terdispersi memiliki kemampuan kekuatan
yang tinggi dibandingkan material yang homogen. Kekuatan meningkat seiring dengan
peningkatan fraksi volum partikel terdispersi dan akan menurun seiring menurunnya faksi volum
partikel terdispersi[4]. Kekuatan dipengaruhi oleh jarak partikel. Pengaruh ini tidak ahanya
ditemukan pada sistem dispersi partikel kuat saja tetapi ditemukan juga pada sistem yang
mengandung kekosongan disebabkan ujung retakan mengalami penumpulan yang terlokalisir
pada kekosongan.

Gambar 1. Lengkung retakan akibat tarikan antara partikel terdispersi[3].

Pada Gambar 1, ditunjukkan ilustrasi retakan yang melengkung diantara dua partikel
terdispersi. Jarak antara partikel memegang peranan terhadap peningkatan fraksi muka retakan
per satuan penambahan panjangnya. Dengan asumsi energi perpatahan tidak hanya bergantung
pada luas permukaan yang baru terbentuk saja, tetapi bergantung juga pada panjang dari muka
retakan yang baru terbentuk.

Besar laju pelepasan energi regangan dari retakan yang terdefleksi mampu meningkatkan
ketangguhan perpatahan. Butir dengan bentuk batang sangat efektif untuk mendefleksikan
rambatan retakan. Mekanisme defleksi retakan yang meningkatkan ketangguhan keramik
disebabkan adanya tegangan sisa disekitar partikel sekunder yang terdispersi[3].
Gambar 2. Defleksi retakan oleh partikel terdispersi akibat adanya tegangan pada matriks akibat
perbedaan pemuaian termal[3].

Pada Gambar 2, ditunjukan resultan tegangan tarik yang terjadi pada matriks menyebabkan
terjadinya defleksi retakan disekitar partikel yang membuat pengingkatan pada kekuatan dan
ketangguhan patahan.

Tegangan sisa pada partikel terdispersi akibat koefisien muai termal yang berbeda terjadi saat
pendinginan pada proses termal. Tegangan sisa secara spontan menyebabkan retakan mikro.
Bila tegangan sisa lebih rendah dari kekuatan lokal pada material, tegangan internal akan tetap
berada di dalam material. Dalam kondisi tersebut, pemberian tegangan akan menyebabkan
retakan mikro pada ujung retakan dimana terbentuk tegangan lokal yang besar, hal ini terjadi
karena tegangan yang diberikan akan mengurangi ukuran kritis retakan miko dari retakan mikro
spontan. Mekanisme dari retakan mikro diawali dari munculnya retakan mikro pada ujung
retakan. Terjadi perluasan area retakan mikro menuju retakan sehingga membentuk lapisan
retakan yang megakibatkan tegangan kompresi pada permukaan retakan dan menyebabkan
peningkatan ketangguhan perpatahan[3].

Mekanisme lainnya adalah ketangguhan akibat dari perubahan fasa material. Mekanisme
peningkatan ketangguhannya akibat transformasi fasa adalah serupa dengan retakan mikro
dimana tegangan kompresi terbentuk pada antarmuka retakan akibat perluasan volume.
Perubahan fasa mengakibatkan perubahan volume dan morfologi partikel diujung retakan, dan
mengubah distribusi tegangan. Peningkatan ketangguhan perpatahan dihasilkan oleh tegangan
sisa kompresi pada ujung retakan.

Komposit dengan susunan fiber sepanjang tegangan tarik, akan memperoleh kekuatan
perpatahan dan energi perpetahan yang tinggi. Energi perpatahan yang tinggi umumnya
diperoleh ketika fiber yang panjang menjulur sepanjang permukaan perpatahan, karena tegangan
geek antara fiber dengan matriks menghambat rambatan retakan selama proses penarikan.
Antramuka yang lemah akan mengakibatkan lepasnya fiber dari matriks yang menjadi penting
untuk menghasilkan komposit yang tangguh. Perpindahan tegangan yang serupa antara
permukaan retakan juga terjadi pada keramik polikristalin. Hal ini mengakibatkan peningkatan
dalam ketangguhan perpatahan karena jembatan butir memindahkan tegangan yang
menghambat pentumbuhan retakan. Tegangan yang dijembatani dihasilkan oleh berbagai proses
mikro, seperti interlocking gesekan, jembatan fiber dan tarikan geser.

Komposit matriks keramik diperkuat dengan fiber kontinu

Dalam memperoleh keunggulan maksimum dari fiber sebagai penguat diperlukan penyusunan
secara paralel terhadap arah tegangan yang akan diberian. Bilamana sudut fiber dan tegangan
tidak paralel dalam penyusunannya, kekuatan dan ketangguhan patahan dari komposit akan
menurun dengan cepat. Penurunan kekuatan mencapai ilai minimu pada saat arah tegangan yang
bekerja pada komposit tegak lurus dengan arah fiber.

Meskipun CMC yang diperkuat fiber memberikan hasil yang baik, mekanisme patahannya
sangat berbeda dari material gelas, gelas-keramik dan keramik. Pada kurva tegangan dan
regangan CMC diperkuat fiber ada tiga (3) daerah yang berbeda seperti pada Gambar 3, yaitu:

1. Daerah pertama, adalah daerah penambahan regangan linier seiring penambahan


tegangan. Aplikasi siklus pada komposit di daerah ini akan menghasilkan kelelahan
minimal.
2. Daerah kedua berawal pada saat tingkat tegangan mendekati nilai regangan ultimat dari
matriks yang tidak diperkuat. Siklus kelenturan pada daerah ini menyebabkan kelelahan
komposit. Derajat penuaan CMC sebanding dengan rasio siklus tegangan terhadap
kekuatan ultimat komposit. Kemampuan siklus dari CMC yang diperkuat fiber pada
daerah kedua ini merupakan ukuran intrinsik toleransi kerusakan material ini.
3. Daerah ketiga berawal dari titik kekuatan ultimat komposit. Titik awal daerah ini
merupakan patahan dari fiber penguatnya.

Gambar 3. Grafik hubungan stress-strain untuk CMC yang diperkuat dengan fiber kontinu.[1]

Tabel 1. Aplikasi performa tinggi CMC yang diperkuat dengan fiber kontinu. [1]
Kondisi mekanisme patahan CMC seperti di atas, menunjukkan perlunya memperhitungkan
siklus pemakaian CMC bila menggunakan kekuatannya. Pada Tabel 1, disajikan penggunaan
CMC yang dierkuat fiber kontinu pada aplikasi tertentu yang memerlukan performa yang tinggi
dari satu sifat komposit atau lebih.

Komposit diperkuat dengan partikulat

CMC yang diinklusi oleh partikulat isotropik dapat memberikan sifat mateial yang baik dan
isotropik secara 3 dimensi. Material seperti ini memiliki kekuatan tarik dan kelenturan dan
ketangguhan patahan yang lebih rendah dibandingkan dengan CMC yang diperkuat dengan fiber
kontinu. Karakteristik mekanik dari CMC yang mengandung patikulat, berasal dari interaksi
antara material inklusi dengan material matriks. Pada komposit yang mengandung partikulat,
terjadi interaksi kimia dan perubahan pada koefisien muai termal antara matriks dan inklusinya.
Sedangkan mekanisme patahan CMC yang diperkuat menggunakan partikulat umumnya serupa
dengan matriksnya dibandingkan CMC yang diperkuat fiber kontinu. Mekanisme patahan CMC
ini ditampilkan pada Gambar 4.
Gambar 4. Grafik hubungan stress-strain untuk CMC yang diperkuat dengan partikulat. [1]

Tabel 2. Aplikasi potensial untuk CMC yang diperkuat dengan partikulat. [1]

Pada Tabel 2, disajikan aplikasi potensial CMC yang diperkuat partikulat pada bidang tertentu.
Pada CMC diperkuat partikulat sangat menjanjikan untuk pengembangan komposit dengan biaya
yang rendah. Produk yang dihasilkanpun menarik secara komersil karena biaya yang efektif dan
secara teknis mempunyai kehandalan yang tinggi. CMC inipun sangat luas penggunaannya baik
untuk industri ataupun domestik.

Komposit fasa nano keramik

Pada komposit fasa nano keramik dapat dibagi dua kelompok berdasarkan ukuran butir dari
matriks-nya. Kelompok pertama adalah matriks dengan ukuran mikrometer yang mendispersi
fasa kedua yang ukurannya nanometer. Fasa kedua sangat mempengaruhi mikrostruktur
komposit dan sifat-sifatnya. Klasifikasi dari distribusi fasa kedua didalam matriks dapat bagi
menjadi tiga bagian yaitu, intragranular, intergranular dan intra/intergranular. Kelompok kedua
dari kompost fasa nano keramik merupakan komposit dengan matriks yang nanokristalin, dikenal
juga sebagai keramik nano, dimana ukuran butir dari matriks dibawah 100nm. Jenis
mikrostruktur nano-nano akan terbentuk bila fasa kedua juga dalam ukuran nano. Keramik nano
menunjukkan sifat-sifat yang menjanjikan dalam mekanisme deformasi bila ukuran butir
diperkecil mendekati 100 nm. Keramik nano menunjukkan juga ketangguhan yang tinggi,
dimana mekanisme ketangguhan yang terbaru disebut Ferroelectric Domain Switching, yang
berbeda dari jenis komposit keramik mikro-nano[4].

Komposit mikro-nano awalnya menggunakan material inklusi yang keras dan terdispersi kuat,
seperti SiC, Si3N4, TiC dan lainnya, dimana tujuan utamanya adalah meningkatkan sifat
mekanik. Namun kini, peningkatan kekuatan patahan juga dapat dicapai dengan menambahkan
material inklusi baik yang lunak dan terdispersi lemah seperti logam, grafit dan h-BN[3].
Densitas, mikrostruktur dan sift mekanik dari material inklusi partikula yang berukuran nano
dalam komposit nano sangat dipengaruhi oleh fraksi volum dari partikulat dan kondisi sintering.
Pada keramik jenis nano-nano, material nano kristalin sebagai matriks dan fasa inklusi
memberikan peningkatan pada sifat mekanik komposit.

Pembuatan keramik matriks-komposit

Proses pembuatan CMC harus bertujuan untuk meningkatkan efektifitas biaya dalam membuat
produk sampai bentuk akhirnya. Prosedur pembuatan CMC memerlukan sinter antara paduan
matriks dengan inlkusinya. Selain itu permasalahan yang muncul dalam pembuatan komposit
dalah masalah densifikasi. Teknik densifikasi komposit akan berbeda untuk tiap-tiap jenis
inklusi pada komposit, Tabel 3 menunjukkan teknik densifikasi yang mungkin dilakukan untuk
tiap-tiap jenis inklusi[1].

Tabel 3. Teknik densifikasi untuk komposit matriks kemarik.[1]

Ket :

HAP (hot atmospheric pressure processing) : proses panas dengan tekanan atmosfer

HUP (hot uniaxial pressure processing) : proses panas dengan tekanan uniaxial

HIP (hot isostatic pressure processing) : proses panas dengan tekanan isostatik
Pembuatan komposit yang mengandung partikulat sering menggunakan tekanan atmosfer.
Material inklusi yang terarah akan meningkatkan densifikasi pada komposit yang diperlukan
dalam optimasi sifat-sifat mekanik. Sedangkan untuk meminimalisasi porositas komposit
dengan inklusi whisker dan fiber kontinu dengan matriks yang dibuat dari serbuk, sangat
diperlukan prosedur penekanan panas. Sintering dengan tekanan atmosfer seringkali digunakan
dalam prembuatan komposit yang mengandung platelet yang jumlahnya rendah, sedangkan
untuk memperoleh komposit dengan porositas yang rendah pada platelet dengan jumlah yang
tinggi, pembuatannya dapat menggunakan prosedur dengan penekanan panas.

Matriks dari serbuk dengan inklusi fiber kontinu dapat dibuat dengan berbagai teknik seperti
penekanan, slip-casting, ekstrusi dan tape-casting. Pembuatan berbagai bentuk mulai dari
bentuk pelat hingga bentuk yang kompleks dapat diperoleh melalui prosedur sintering dengan
tekanan atmosfer pada komposit dengan inklusi partikulat. Bentuk produk kompleks yang dapat
dipenuhi sangat terbatas pada komposit dengan inklusi whisker dan fiber dengan matriks dari
serbuk dengan penekanan panas unidirectional. Pembuatan produk dengan bentuk yang
kompleks dari serbuk sangat memerlukan penggunaan penekantan panas isostatik. Tingginya
biaya proses penekanan panas dalam pembuatan CMC, membuat proses pada tekanan atmosfer
lebih disukai.

Daftar Acuan

1. Hyde, A. R., (1990), Ceramic Matrix Composites, Material and Design Vol 11 No.1,
pp30-36.
2. Sadowski, T., L. Marsavina, (2011), Multiscale Modelling of Two-phase Ceramic Matrix
Composites, Computational Materials Science 50, pp1336-1346.
3. Somiya, S., et. al., (2003). Handbook of advanced Ceramics. Elsevier:USA
4. Low, I. M., (2006), Ceramic Matrix Composites, Microstructure, Properties and
Applications, Woodhead Publishing Limited: Cambridge.

Sumber : https://jansetiawan.wordpress.com/2013/04/18/keramik-matriks-komposit-kajian-literatur

Anda mungkin juga menyukai